Paradigma Pemanfaatan Sumberdaya Alam da

PARADIGMA PEMANFAATAN
SUMBERDAYA ALAM DAN
LINGKUNGAN
Makalah disampaikan pada FGD Penataan Ruang
Kawasan Perdesaan, Bogor, 20 Juli 2016

Hefni Effendi

Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH)
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM)

Institut Pertanian Bogor

Outline Presentasi
1. Pengertian Sumberdaya Alam dan Lingkungan
2. Regulasi Pengelolaan SDA dan Lingkungan
3. Paradigma Pemanfaatan Sumberdaya Alam

4. Pengelolaan SDA dan Lingkungan di Indonesia

1. Pengertian Sumberdaya Alam

dan Lingkungan

Sumberdaya Alam
Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan
hidup yang terdiri atas sumberdaya hayati dan
nonhayati yang secara keseluruhan membentuk
kesatuan ekosistem.

Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi alam itu
sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lain.

Renewable vs Non Renewable
Sumberdaya alam dapat diperbaharui adalah
sumberdaya alam yang tidak akan pernah habis jika

dugunakan karena selalu mengalami siklus dan terbarukan.

Sumberdaya alam tidak dapat diperbaharui
adalah sumberdaya alam yang jumlahnya terbatas karena
penggunaannya lebih cepat daripada proses pembentukkannya
dan apabila digunakan secara terus-menerus akan habis.

Tangible vs Intangible
Sumberdaya tangible : Sumberdaya yang dapat dan tak
dapat diperbaharui.

• Sumberdaya yang tak dapat diperbaharui : minyak, gas,
mineral batuan, tanah pucuk (top soil), dsb.
• Sumberdaya yang terbarukan: air, angin, gelombang, arus,
biota, vegetasi, ekosistem, dsb.

Sumberdaya intangible : jasa lingkungan (environmental
services), plasma nuftah, mikrobiologi, kandungan bahan aktif,

dsb.


2. Regulasi Pengelolaan SDA
dan Lingkungan

Regulasi
UUD 45, Pasal 33
• Bumi, air dan kekayaan alam menjadi modal dasar
pembangunan bangsa Indonesia untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
• (ayat 4) Perekonomian nasional diselenggarakan
berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efesiensi keadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan,, kemandirian serta dengan
menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional.

UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah


upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah
terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,
pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.

Pengelolaan Lingkungan Hidup
Upaya terpadu untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan
penataan, pemanfaatan, pengembangan,
pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan
pengendalian lingkungan hidup.

3. Paradigma Pemanfaatan
Sumberdaya Alam

Buku The power of sustainable thinking
(Bob Doppelt, 2010)


 - Sistem Take-make-waste.

 - Manusia mengambil sumberdaya alam
seperti mineral, ikan, kayu, batubara, minyak, gas,
dsb.
- Lalu menggunakannya untuk membangkitkan
ekonomi dengan mengolah bahan tersebut menjadi
barang konsumsi dan jasa untuk dinikmati.

Buku The power of sustainable thinking
(Bob Doppelt, 2010)

- Hasil sampingnya berupa limbah yang dirilis ke alam
berupa gas penyebab efek rumah kaca, pencemaran
air, pencemaran tanah, dan limbah B3.
- Produktivitas industri dinilai dengan peningkatan
kuantitas bahan produk, tak peduli limbah.

Pergeseran paradigma menjadi


Borrow-use-return
yakni
- Bahan mentah diekstraksi dari alam, material.
- Energi dikonversi menjadi barang dan jasa.
- Kemudian dikembalikan ke alam berupa nutrien
untuk pertumbuhan selanjutnya.
- Tanpa melampaui alam dalam melakukan asimilasi
dan purifikasi.

Dengan demikian berupa close-loop system
melalui pemanfaatan energi terbarukan, seperti
matahari, angin, gelombang, biomassa, dsb, serta
bahan baku dan proses yang eco friendly.
Paradigma pengejaran kesejahteraan seyogyanya
menganut close-loop system ini.
Eliminasi jauh take-make-waste yang telah
merusak sumberdaya alam dan lingkungan dan
pencemaran serta bencana yang rutin singgah dalam
keseharian.


Paham lain yang menguras sumberdaya alam
adalah Utilitarianism (Mill, 1861 in Doppelt, 2010)
yang disimplifikasi sebagai Ends-based-

thinking (Kidder, 1995).
Pemanfaatan sumberdaya alam demikian
berfokus pada hasil terbaik (the greatest good)
yang dinikmati oleh banyak orang (the greatest
number ), tanpa memikirkan konsekuensi
kerusakan, dan kesempatan generasi mendatang
untuk menikmatinya.

Rule-base-thinking dintroduksi oleh Filosof
Jerman Immanel Kant pada abad 18

- Mesti berperilaku sesuai dengan ketentuan yang
orang lain juga mengikuti ketentuan tersebut.
- Paham demikian berpedoman semata pada
adanya ketentuan/regulasi.
- Kalau sesuatu belum dipagari dengan regulasi

maka itu menjadi syah-syah saja dilakukan.

- Ketiadaan aturan yang melarang pembakaran
hutan dalam pembukaan, dimaknai bahwa praktisi
perkebunan boleh membakar hutan sesukanya.
Paham demikian terpaku hanya pada sekedar taat.

- Belum mengakomodir terminologi beyond
complience atau lebih dari sekedar taat yang
tidak hanya memperhatikan aspek yuridis formal,
namun berpatokan pada etika moral lingkungan,
yang semestinya diadopsi oleh praktisi usaha yang
peduli terhadap lingkungan.

Prinsip lain dalam pemanfaatan sumberdaya secara bijak adalah

Care-base-thinking (Kidder, 1995) dengan slogan love
your neighbour as yourself.
- Bahwa pemanfaatan sumberdaya alam berlebihan mesti
memikirkan konsekuensinya dan kemungkinan habisnya yang tak

dinikmati oleh generasi penerus.
- Paham ini sebetulnya telah diadopsi pada ideologi pembangunan
berkelanjutan (sustainable development) yang
menginkorporasikan pertumbuhan ekonomi dengan kerusakan
lingkungan dan sosial (Fiksel, 2003).
- Bahkan nomenklatur pro growth, pro poor, pro environment
telah menjadi jargon politik yang manis untuk diusung.

- The earth’s natural capital-ecological
wealth not created by, but essential for,
human survival – as well as social and
economic well-being are at grave risk.
- The way in which society responds to these
challenges will define the winners and
losers of the future (Bob Doppelt, 2008).

4. Pengelolan SDA dan Lingkungan
di Indonesia

Pembangunan

berkelanjutan
Upaya sadar dan terencana yang memadukan
aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi
ke dalam strategi pembangunan untuk
menjamin keutuhan lingkungan hidup serta
keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan
mutu hidup generasi masa kini dan generasi
masa depan.

Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan hidup meliputi:
a. Perencanaan
b. Pemanfaatan
c. Pengendalian
d. Pemeliharaan
e. Pengawasan
f. Penegakan hukum

Perencanaan


Perencanaan Perlindungan
dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
1. Inventarisasi Lingkungan Hidup
2. Penetapan Wilayah Ekoregion

3. Penyusunan Rencana Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

1. Inventarisasi Lingkungan Hidup

Inventarisasi Lingkungan Hidup
mencakup:

a. Tingkat nasional
b. Tingkat pulau/kepulauan
c. Tingkat wilayah ekoregion

Inventarisasi Lingkungan Hidup
meliputi:

a. Potensi dan ketersediaan
b. Jenis yang dimanfaatkan
c. Bentuk penguasaan
d. Pengetahuan pengelolaan
e. Bentuk kerusakan
f. Konflik dan penyebab konflik yang timbul
akibat pengelolaan

2. Penetapan Wilayah Ekoregion

Penetapan Wilayah Ekoregion
Inventarisasi lingkungan hidup menjadi
dasar dalam penetapan wilayah Ekoregion.

Penetapan Wilayah Ekoregion
mempertimbangkan kesamaan:

a. Karakteristik bentang alam
b. Daerah aliran sungai
c. Iklim
d. Flora dan fauna
e. Sosial budaya
f. Ekonomi
g. Kelembagaan masyarakat
h. Hasil inventarisasi lingkungan hidup

Inventarisasi lingkungan hidup di tingkat
wilayah ekoregion dilakukan untuk
menentukan

1) Daya dukung
2) Daya tampung
3) Cadangan sumberdaya alam

3. Rencana Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
(RPPLH)

Rencana Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
(RPPLH)
Perencanaan tertulis yang memuat potensi, masalah
lingkungan hidup, serta upaya perlindungan dan
pengelolaannya dalam kurun waktu tertentu,
mencakup
a. RPPLH nasional
b. RPPLH provinsi
c. RPPLH kabupaten/kota

Penyusunan RPPLH memperhatikan:
a. Keragaman karakter dan fungsi ekologis
b. Sebaran penduduk
c. Sebaran potensi sumber daya alam
d. Kearifan lokal
e. Aspirasi masyarakat
f. Perubahan iklim

RPPLH memuat rencana tentang:
a. Pemanfaatan dan/atau pencadangan
sumberdaya alam
b. Pemeliharaan dan perlindungan kualitas
dan/atau fungsi lingkungan hidup
c. Pengendalian, pemantauan, serta
pendayagunaan dan pelestarian sumberdaya
alam
d. Adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan
iklim

RPPLH menjadi dasar penyusunan dan
dimuat dalam Rencana Pembangunan
Jangka Panjang (RPJP) dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM).

Referensi
1. Doppelt, B. 2008. The power of sustainable thinking. Earthscan
publishing for a sustainable future. London, Washinton DC. 218 p.
2. Effendi, H. 2016. Lingkungan dalam perspektif kekinian. IPB Press.
Bogor. 300 hal.
3. Effendi, H. 2011. Senarai bijak terhadap alam dan inspiratif dalam
gagasan. IPB Press. Bogor. 178 hal.
4. Fiksel, J. 2003. Designing Resilient, Sustainable System. Environ. Sci.
Technol. 37: 5330-5339.

5. Kidder, R. 1995. How good people make tough choices. Harper Collins
Publisher. New York.
6. Undang-Undang No 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Terima Kasih
Vielen Dank