Perkembangan Jiwa Keagamaan pada usia de
Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Usia
Dewasa dan Usia Lanjut
“Ditujukan untuk memenuhi tugas”
Mata Kuliah
Dosen
Jurusan
: Psikologi Agama
: Dra. Diah Nurita
: Tarbiyah - PAI (IV-A)
Di susun Oleh
Kelompok 4 (Empat )
- Muhammad Andrian
- Khadijah
- Nur Lailan
- Siti Aisyah Harahap
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM JAM’IYAH
MAHMUDIYAH TANJUNG PURA - LANGKAT
TAHUN PERIODE : 2016- 2017
KATA PENGANTAR
ْحييم
ن ِالرر ح
مْ ِالل ح
ه ِالرر ي
بح ي
حمْ ح
س ح
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang maha Esa
atas ridho dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah
ini
dengan
penuh
keyakinan
serta
usaha
maksimal.
Semoga
dengan
terselesaikannya tugas ini dapat memberi pelajaran positif bagi kita semua.
Selanjutnya penulis juga ucapkan terima kasih kepada ibu dosen mata
kuliah Psikologi Agama yang telah memberikan tugas Makalah ini kepada kami
sehingga dapat memicu motifasi kami untuk senantiasa belajar lebih giat dan
menggali ilmu lebih dalam khususnya mengenai “Perkembangan Jiwa
keagamaan pada usia Dewasa dan Usia Lanjut” sehingga dengan kami dapat
menemukan hal-hal baru yang belum kami ketahui.
Terima kasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang di berikan sehingga
kami dapat menyelasaikan tugas Makalah ini dengan usaha semaksimal mungkin.
Terima kasih pula atas dukungan para pihak yang turut membantu
terselesaikannya laporan ini, ayah bunda, teman-teman serta semua pihak yang
penuh kebaikan dan telah membantu penulis.
Terakhir kali sebagai seorang manusia biasa yang mencoba berusaha
sekuat tenaga dalam penyelesaian Makalah ini, tetapi tetap saja tak luput dari
sifat manusiawi yang penuh khilaf dan salah, oleh karena itu segenap saran
penulis harapkan dari semua pihak guna perbaikan tugas-tugas serupa di masa
datang.
Tanjung Pura, Maret 2017
1
DAFTAR IS
2
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Rumusan Masalah.........................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
A. Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Usia Dewasa dan Usia Lanjut..........2
B. Sikap keberagamaan pada Orang Dewasa dan Usia Lanjut..........................5
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberagamaan........................................8
D. Hambatan keberagamaan pada masa Dewasa dan usia lanjut......................9
BAB III..................................................................................................................10
PENUTUP..............................................................................................................10
A. Kesimpulan.................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................11
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jiwa keagamaan yang termasuk rohani (psikis) akan sangat tergantung dari
perkembangan aspek fisik. Dan demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, sering
dikatakan bahwa kesehatan fisik akan berpengaruh pada kesehatan mental. Selain
itu, perkembangan juga ditentukan oleh tingkat usia.
Para ahli psikologi perkembangan membagi perkembangan manusia
berdasarkan usia menjadi beberapa tahapan atau periode perkembangan. Secara
garis besarnya periode perkembangan itu terbagi menjadi: 1) masaprental; 2) masa
bayi; 3)masa kanak-kanak; 4)masa prapubertas; 5)masa pubertas (remaja); 6)
masa dewasa; 7)masa usia lanjut.
Sehubungan dengan kebutuhan manusia dan periode perkembangan
tesebut, maka dalam kaitannya dengan perkembangan jiwa keagamaan akan
dilihat bagaimana pengaruh timbal balik antara keduanya. Dengan demikian,
perkembangan jiwa keagamaan juga akan dilihat dari tingkat usia dewasa dan usia
lanjut.
B. Rumusan Masalah
a.
b.
c.
d.
Apa pengertian usia dewasa dan usia lanjut?
Bagaimana perkembangaan keagamaan pada usia dewasa dan usia lanjut?
Bagaimana sikap keagaman pada usia dewasa dan usia lanjut?
Apa faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan?
C. Rumusan Masalah
a. Untuk mengetahui pengertian usia dewasa dan usia lanjut
b. Untuk mengetahui perkembangaan keagamaan pada usia dewasa dan usia
lanjut.
c. Untuk mengetahui sikap keagaman pada usia dewasa dan usia lanjut
1
d. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Usia Dewasa dan Usia Lanjut
1. Masa Dewasa
Sebagai akhir dari masa remaja adalah masa adolesen, walaupun ada juga
yang merumuskan masa adolesen ini kepada masa dewasa, namun demikian dapat
disebut bahwa masa adolesen adalah menginjak dewasa yang mereka mempunyai
sikap pada umumnya yaitu:
a. Dapat menentukan pribadinya.
b. Dapat menggariskan jalan hidupnya.
c. Bertanggung jawab.
d. Menghimpun norma-norma sendiri.1
Dan saat telah menginjak usia dewasa terlihat adanya kematangan jiwa
mereka; “Saya hidup dan saya tahu untuk apa,” menggambarkan bahwa di usia
dewasa orang sudah memiliki tanggung jawab serta sudah menyadari makna
hidup.2 Dengan kata lain, orang dewasa berusaha untuk mempertahankan nilainilai yang dipilihnya.
Elizabeth B. Hurlock membagi masa dewasa menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Masa dewasa awal (masa dewasa dini/young adult)
Masa dewasa awal adalah masa pencaharian kemantapan dan masa
reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan
emosional, priode isolasi social, priode komitmen dan masa ketergantungan
perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru.
Masalah yang dihadapi adalah memilih arah hidup yang akan diambil dengan
1 http://hera-orgen.blogspot.com/p/perkenbangan-jiwa-keagamaan-orang
04.html.
2 Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta:PT Rajagrafindo Persada, 2007), hlm. 105.
3
menghadapi godaan berbagai kemungkinan pilihan.. Kisaran umurnya antara 21
tahun sampai 40 tahun.
b. Masa dewasa madya (middle adulthood)
Masa dewasa madya ini berlangsung dari umur empat puluh sampai enam
puluh tahun. Ciri-ciri yang menyangkut pribadi dan social antara lain; masa
dewasa madya merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita meninggalkan
ciri-ciri jasmani dan prilaku masa dewasanya dan memasuki suatu priode dalam
kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan prilaku yang baru. Perhatian terhadap
agama lebih besar dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan kadang-kadang
minat dan perhatiannya terhadap agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial.
c. Masa usia lanjut (masa tua/older adult)
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini
dimulai dari umur enam puluh tahun sampai mati, yang ditandai dengan adanya
perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun. Adapun ciriciri yang berkaitan dengan penyesuaian pribadi dan sosialnya adalah sebagai
berikut; perubahan yang menyangkut kemampuan motorik, perubahan kekuatan
fisik, perubahan dalam fungsi psikologis, perubahan dalam system syaraf dan
perubahan penampilan. Dan kesederhanaan lebih sangat menonjol pada usia ini.3
2. Usia Lanjut
Dalam perkembangan manusia, yaitu sejak usia bayi hingga mencapai
kedewasaan jasmani terjadi proses perkembangan yang progresif. Pertumbuhan
fisik berjalan secara cepat hingga mencapai titik puncak perkembangannya, yaitu
usia dewasa (22-24 tahun).
Perkembangan selanjutnya adalah kemantapan fisik yang sudah dicapai.
Sejak mencapai usia kedewasaan hingga ke usia sekitar 50 tahun, perkembangan
3 Sururin, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,2004), Cet. 1, hlm.
83.
4
fisik manusia boleh dikatakan tidak mengalami perubahan yang banyak. Barulah
diatas usia 50 tahun mulai terjadi penurunan perkembangan yang drastic hingga
mencapai usia lanjut. Periode ini disebut sebagai periode regresi (penurunan).
Sejalan dengan penurunan tersebut, maka secara psikis terjadi berbagai
perubahan pula. Perubahan-perubahan gejala psikis ini ikut mempengaruhi
berbagai aspek kejiwaan yang terlihat dari pola tingkah laku yang diperlihatkan.
Pada tahap kedewasaan awal terlihat krisis psikologi yang dialami oleh
karena adanya pertentangan antara kecenderungan untuk mengetatkan hubungan
dengan kecenderungan untuk mengisolasi diri. Terlihat kecenderungan untuk
berbagi perasaan bertukar pikiran dan memecahkan berbagai problema kehidupan
dengan orang lain. Mereka yang menginjak usia ini (sekitar 25-40 tahun) memiliki
kecenderungan besar untuk berumah tangga, kehidupan sosial yang lebih luas
serta memikirkan masalah-masalah agama yang sejalan dengan latar belakang
kehidupannya.
Selajutnya pada tingkat kedewasaan menengah (40-65 th) manusia mencapai
puncak periode usia yang paling produktif . Tetapi dalam hubungannya dengan
kejiwaan, maka pada usia ini terjadi krisis akibat pertentangan batin antara
keinginan untuk bangkit dengan kemunduran diri. Karena itu umumnya pemikiran
mereka tertuju pada upaya untuk kepentingan keluarga, masyarakat dan generasi
mendatang.
Adapun di usia selanjutnya yaitu setelah usia di atas 65 tahun manusia akan
menghadapi sejumlah permasalahan. Permasalahan pertama adalah penurunan
kemampuan fisik hingga kekuatan fisik berkurang, aktifitas menurun, sering
mengalami gangguan kesehatan yang menyebabkan mereka kehilangan semangat.
Selain itu, umumnya mereka dihadapkan pada konflik batin antara keutuhan dan
keputus asaan. Karena itu mereka cenderung mengingat sukses masa lalu,
sehingga umumnya mereka yang berada pada tingkat usia lanjut ini senang
membantu para remaja yang aktif dalam kegiatan-kegiatan social, termasuk sosial
keagamaan.
Mengenai kehidupan keagamaan pada usia lanjut ini William James
menyatakan, bahwa umur keagamaan yang sangat luar biasa tampaknya justru
terdapat
pada
usia
tua,
ketika
gejolak
5
kehidupan
seksual
sudah
berakhir.4Maksudnya, sikap keberagamaan pada usia lanjut justru mengalami
peningkatan dan untuk proses seksual justru mengalami penurunan. .
Berbagai latar belakang yang menjadi penyebab kecenderungan sikap
keagamaan pada manusia usia lanjut, secara garis besar ciri-ciri keberagamaan di
usia lanjut adalah :
a. Kehidupan keagamaan pada usia lanjut sudah mencapai tingkat kemantapan.
b. Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan.
c. ulai muncul pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat secara
lebih sungguh-sungguh.
d. Sikap keagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan saling cinta antar
e.
sesama manusia, serta sifat-sifat luhur.
Timbul rasa takut kepada kematian yang meningkat sejalan dengan
pertambahan usia lanjutnya. .
f.
Perasaan takut kepada kematian ini berdampak pada peningkatan
pembentukasn sikap keagamaan dan kepercayaan terhadap adanya kehidupan
abadi (akhirat).5
B. Sikap keberagamaan pada Orang Dewasa dan Usia Lanjut
1. Usia Dewasa
Pada usia dewasa orang sudah memiliki tanggung jawab serta sudah
menyadari makna hidup. Dengan kata lain, orang dewasa sudah memahami nilainilai yang dipilihnya dan berusaha untuk mempertahankan nilai-nilai yang
dipilihnya. Orang dewasa sudah memiliki identitas yang jelas dan kepribadian
yang mantap.
Menurut H. Carl Witherington, diperiode adolesen ini pemilihan terhadap
kehidupan mendapat perhatian yang tegas. Sekarang mereka mulai berfikir
tentang tanggung jawab social moral, ekonomis, dan keagamaan. Pada masa
adolesen anak-anak berusaha untuk mencapai suatu cita-cita yang abstrak. Diusia
dewasa biasanya seseorang sudah memliki sifat kepribadian yang stabil.
Kemantapan jiwa orang dewasa ini setidaknya memberikan gambaran
tentang bagaimana sikap keberagamaan pada orang dewasa. Mereka sudah
4Jalaluddin, 2009, op.cit, hlm. 110
5Ibid, hlm. 113.
6
memiliki tanggung jawab terhadap system nilai yang dipilihnya, baik yang
bersumber dari ajaran agama maupun yang bersumber dari norma-norma lain
dalam
kehidupan.
Pemilihan
nilai-nilai
tersebut
telah
didasarkan
atas
pertimbangan pemikiran yang matang. Berdasarkan hal ini, maka sikap
keberagamaan seorang di usia dewasa sulit untuk diubah. Jika pun terjadi
perubahan mungkin prose situ terjadi setelah didasarkan atas pertimbangan yang
matang.
Dan sebaliknya, jika seorang dewasa memilih nilai yang bersumber dari
nilai-nilai non-agama, itu pun akan dipertahankannya sebagai pandangan
hidupnya.
Dan jika nilai-nilai agama yang mereka pilih dijadikan pandangan hidup,
maka sikap keberagamaan akan terlihat pula dalam pola kehidupan mereka. Sikap
keberagamaan seorang dewasa cenderung didasarkan atas pemilihan terhadap
ajaran agama yang dapat memberikan kepuasan batin atas dasar pertimbangan
akal sehat.
Beragama, bagi orang dewasa sudah merupakan sikap hidup dan bukan
sekedar ikut-ikutan.
Sejalanِ denganِ tingkatِ perkembanganِ usianya,ِ makaِ sikap
keberagamaan ِ pada ِ orang ِ dewasa ِ antara ِ lain ِ memiliki ِ ciri
sebagaiِ berikut:
a. Menerima ِ kebenaran ِ agama ِ berdasarkan ِ pertimbangan
pemikiranِ yangِ matang,ِ bukanِ sekedarِ ikut-ikutan.
b. Cenderung ِ bersifat ِ realis, ِ sehinggga ِ norma-norma ِ agama
lebihِ banyakِ diaplikasikanِ dalamِ sikapِ danِ tingkahِ laku.
c. Bersikap ِ positif ِ terhadap ِ ajaran ِ dan ِ norma-norma ِ agama,
dan ِ berusaha ِ untuk ِ mempelajari ِ dan ِ memperdalam
pemahamanِ keagamaan.
7
d. Tingkat ِ ketaatan ِ beragama ِ didasarkan ِ atas ِ pertimbangan
dan ِ tanggung ِ jawab ِ diri ِ hingga ِ sikap ِ keberagamaan
merupakanِ realisasiِ dariِ sikapِ hidup.
e. Bersikapِ lebihِ terbukaِ danِ wawasanِ yangِ lebihِ luas.
f. Bersikapِ lebihِ kritisِ terhadapِ materiِ ajaranِ agamaِ sehingga
kemantapanِ beragamaِ selainِ didasarkanِ atasِ pertimbangan
pikiran,ِ jugaِ didasarkanِ atasِ pertimbanganِ hatiِ nurani.
g. Sikap ِ keberagamaan ِ cenderung ِ mengarah ِ kepada ِ tipe-tipe
kepribadian ِ masing-masing, ِ sehingga ِ terlihat ِ adanya
pengaruh ِ kepribadian ِ dalam ِ menerima, ِ memahami ِ serta
melaksanakanِ ajaranِ agamaِ yangِ diyakininya.
h. Terlihatِ adanyaِ hubunganِ antarِ sikapِ keberagamaanِ dengan
kehidupan ِ sosial, ِ sehingga ِ perhatian ِ terhadap ِ kepentingan
organisasiِ sosialِ keagamaanِ sudahِ berkembang.6
2. Usia Lanjut
Sebagaimana diketahui bahwa pada usia lanjut seseorang ingin memperoleh
pengakuan kejayaan pada masa mudanya. Seiring dengan pertumbuhan manusia
maka ia akan mengalami masa terjadinya penurunan fungsi beberapa aspek baik
itu aspek psikologis maupun biologis. Usia lanjut adalah masa yang dimaksud,
dimana gejala psikis akan mempengaruhi aspek kejiwaan seseorang. Terkait pola
perkembangan keagamaan pada usia lanjut maka penelitian yang dilakukan oleh
Cavan menjadi penting. Dari hasil penelitiannya, ia berkesimpulan adanya
kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan yang semakin meningkat
pada usia lanjut. Dan beberapa ahli psikologi menyatakan hal serupa dan
6Ibid, hlm. 108
8
ditambah adanya penurunan kegairahan seksual. William James pun menyatakan
demikian bahwa dimensi keagamaan akan tampak menonjol pada usia lanjut
ketika kehidupan seksual mulai berakhirAdapun sikap keberagamaan pada usia
lanjut justru mengalami peningkatan dan untuk proses seksual justru mengalami
penurunan.
Berbagai latar belakang yang menjadi penyebab kecenderungan sikap
keagamaan pada manusia usia lanjut ,secara garis besar ciri-ciri
keberagamaan di usia lanjut adalah: 7
1. Kehidupan keagamaan pada usia lanjut sudah mencapai tingkat
kemantapan
2. Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan.
3. Mulai muncul pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat
secara lebih sungguh-sungguh.
4. Sikap keagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan saling cinta
antar sesama manusia , serta sifat-sifat luhur.
5. Timbul rasa takut kepada kematian yang meningkat sejalan dengan
pertanbahan usia lanjutnya.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberagamaan
Dalam rangka menuju kematangan beragama terdapat beberapa hambatan.
Karena tingkat kematangan beragama juga merupakan suatu perkembangan
individu, hal itu memerlukan waktu, sebab perkembangan kepada kematangan
7 Raharjo.PengantarIlmuJiwa Agama. (Semarang: PustakaRizki Putra, 2012), h. 44
9
beragama tidak terjadi secara tiba-tiba. Ada dua factor yang menyebabkan adanya
hambatan, yaitu:8
1. Faktor diri sendiri
Factor dari dalam diri sendiri terbagi menjadi dua, yaitu: kapasitas diri
dan pengalaman.
Kapasitas ini berupa kemampuan ilmiah (rasio) dalam menerima ajaranajaran itu terlihat perbedaannya antara seseorang yang berkemampuan dan
kurang berkemampuan. Mereka yang mampu menerima dengan rasio akan
menghayati dan kemudian mengamalkan ajaran-ajaran agama tersebut dengan
baik, walaupun yang ia lakukan itu berbada dengan tradisi yang mungkin
sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat. Dan sebaliknya, orang
yang kurang mampu menerima dengan rasionya, ia akan lebih banyak
tergantung pada masyarakat yang ada.
Sedangkan factor pengalaman, semakin luas pengalaman seseorang
dalam bidang keagamaan, maka akan semakin mantap dan stabil dalam
mengerjakan aktifitas keagamaan. Namun, mereka yang mempunyai
pengalaman sedikit dan sempit, ia akan mengalami berbagai macam kesulitan
untuk dapat mengerjakan ajaran agama secara mantap dan stabil.
2. Faktor luar
Yang dimaksud dengan factor luar, yaitu beberapa kondisi dan situasi
lingkungan yang tidak banyak memberikan kesempatan untuk berkembang,
malah justru menganggap tidak perlu adanya perkembangan dari apa yang
telah ada. Factor-faktor tersebut antara lain tradisi agama atau pendidikan
yang diterima.
Dan
William
James
mengemukakan
mempengaruhi sikap keagamaan seseorang, yaitu:
a.
Factor intern, terdiri dari:
1) Temperamen
2) Gangguan jiwa
3) Konflik dan keraguan
4) Jauh dari Tuhan
b. Factor Ekstern, terdiri dari:
1) Musibah
8 Ibid, hlm, 44
10
dua
buah
factor
yang
2) kejahatans9
D. Hambatan keberagamaan pada masa Dewasa dan usia lanjut
Seorang
ahli
psikologi
Lewis
Sherril,
membagi
masalah-masalah
keberagamaan pada masa dewasa sebagai berikut :
1. Masa dewasa awal, masalah yang dihadapi adalah memilih arah hidup
yang akan diambil dengan menghadapi godaan berbagai kemungkinan
pilihan.
2. Masa dewasa tengah, masalah sentral pada masa ini adalah mencapai
pandangan hidup yang matang dan utuh yang dapat menjadi dasar dalam
membuat keputusan secara konsisten.
3. Masa dewasa akhir, ciri utamanya adalah ‘pasrah’. Pada masa ini, minat
dan kegiatan kurang beragama. Hidup menjadi kurang rumit dan lebih
berpusat pada hal-hal yang sungguh-sungguh berarti. Kesederhanaan lebih
sangat menonjol pada usia tua.10
9 Sururin, opcit, hlm. 92.
10ibid, hlm. 83.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada masa dewasa, motivasi beragama pada orang dewasa cenderung
didasarkan pada penalaran logis. Dan ekspresinya adalah bercirikan tetap
(istiqomah), artinya sudah tidak lagi ikut-ikutan. Mereka sudah mempunyai
tanggung jawab terhadap system nilai yang dipilihnya, baik system nilai yang
bersumber dari ajaran agama maupun yang bersumber dari norma-norma lain
dalam
kehidupan.
Pemilihan
nilai-nilai
tersebut
telah
didasarkan
atas
pertimbangan pemikiran yang matang. Beragama bagi orang dewasa sudah
merupakan sikap hidup dan bukan sekedar ikut-ikutan.
Pada usia lanjut, adanya kecenderungan untuk menerima pendapat
keagamaan yang semakin meningkat pada usia lanjut. Dan beberapa ahli psikologi
menyatakan hal serupa dan ditambah adanya penurunan kegairahan seksual.
Secara garis besar dicikan : Kehidupan keagamaan sudah mencapai kemantapan,
cenderung mulai menerima pendapat keagamaan, mulai timbul pengakuan akan
adanya kehidupan setelah mati, sikap keagamaan cenderung mengarah pada
kebutuhan saling cinta antar sesame manusia, serta sifat-sifat luhur, timbul rasa
takut pada kematian yang meningkat.
Terdapat beberapa hambatan terkait tingkat kematangan beragama yang
bersifat individu maka memerlukan waktu dan tidak secara tiba-tiba. Secara
umum terdapat dua factor yang menyebabkan adanya hambatan yaitu faktor intern
dan ekstern. Faktor intern terdiri dari kapasitas dan pengalaman, sedangkan factor
ekstern adalah terkait lingkungan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Raharjo.2012. PengantarIlmuJiwa Agama. Semarang. PustakaRizki Putra
Jalaludin.2003. Psikologi Agama. Jakarta. Raja GrafindoPersada
Sururin. 2004. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta. Raja Grafindo Persada
http://hera-orgen.blogspot.com/p/perkenbangan-jiwa-keagamaan-orang 04.html.
13
Dewasa dan Usia Lanjut
“Ditujukan untuk memenuhi tugas”
Mata Kuliah
Dosen
Jurusan
: Psikologi Agama
: Dra. Diah Nurita
: Tarbiyah - PAI (IV-A)
Di susun Oleh
Kelompok 4 (Empat )
- Muhammad Andrian
- Khadijah
- Nur Lailan
- Siti Aisyah Harahap
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM JAM’IYAH
MAHMUDIYAH TANJUNG PURA - LANGKAT
TAHUN PERIODE : 2016- 2017
KATA PENGANTAR
ْحييم
ن ِالرر ح
مْ ِالل ح
ه ِالرر ي
بح ي
حمْ ح
س ح
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang maha Esa
atas ridho dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah
ini
dengan
penuh
keyakinan
serta
usaha
maksimal.
Semoga
dengan
terselesaikannya tugas ini dapat memberi pelajaran positif bagi kita semua.
Selanjutnya penulis juga ucapkan terima kasih kepada ibu dosen mata
kuliah Psikologi Agama yang telah memberikan tugas Makalah ini kepada kami
sehingga dapat memicu motifasi kami untuk senantiasa belajar lebih giat dan
menggali ilmu lebih dalam khususnya mengenai “Perkembangan Jiwa
keagamaan pada usia Dewasa dan Usia Lanjut” sehingga dengan kami dapat
menemukan hal-hal baru yang belum kami ketahui.
Terima kasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang di berikan sehingga
kami dapat menyelasaikan tugas Makalah ini dengan usaha semaksimal mungkin.
Terima kasih pula atas dukungan para pihak yang turut membantu
terselesaikannya laporan ini, ayah bunda, teman-teman serta semua pihak yang
penuh kebaikan dan telah membantu penulis.
Terakhir kali sebagai seorang manusia biasa yang mencoba berusaha
sekuat tenaga dalam penyelesaian Makalah ini, tetapi tetap saja tak luput dari
sifat manusiawi yang penuh khilaf dan salah, oleh karena itu segenap saran
penulis harapkan dari semua pihak guna perbaikan tugas-tugas serupa di masa
datang.
Tanjung Pura, Maret 2017
1
DAFTAR IS
2
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Rumusan Masalah.........................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
A. Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Usia Dewasa dan Usia Lanjut..........2
B. Sikap keberagamaan pada Orang Dewasa dan Usia Lanjut..........................5
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberagamaan........................................8
D. Hambatan keberagamaan pada masa Dewasa dan usia lanjut......................9
BAB III..................................................................................................................10
PENUTUP..............................................................................................................10
A. Kesimpulan.................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................11
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jiwa keagamaan yang termasuk rohani (psikis) akan sangat tergantung dari
perkembangan aspek fisik. Dan demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, sering
dikatakan bahwa kesehatan fisik akan berpengaruh pada kesehatan mental. Selain
itu, perkembangan juga ditentukan oleh tingkat usia.
Para ahli psikologi perkembangan membagi perkembangan manusia
berdasarkan usia menjadi beberapa tahapan atau periode perkembangan. Secara
garis besarnya periode perkembangan itu terbagi menjadi: 1) masaprental; 2) masa
bayi; 3)masa kanak-kanak; 4)masa prapubertas; 5)masa pubertas (remaja); 6)
masa dewasa; 7)masa usia lanjut.
Sehubungan dengan kebutuhan manusia dan periode perkembangan
tesebut, maka dalam kaitannya dengan perkembangan jiwa keagamaan akan
dilihat bagaimana pengaruh timbal balik antara keduanya. Dengan demikian,
perkembangan jiwa keagamaan juga akan dilihat dari tingkat usia dewasa dan usia
lanjut.
B. Rumusan Masalah
a.
b.
c.
d.
Apa pengertian usia dewasa dan usia lanjut?
Bagaimana perkembangaan keagamaan pada usia dewasa dan usia lanjut?
Bagaimana sikap keagaman pada usia dewasa dan usia lanjut?
Apa faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan?
C. Rumusan Masalah
a. Untuk mengetahui pengertian usia dewasa dan usia lanjut
b. Untuk mengetahui perkembangaan keagamaan pada usia dewasa dan usia
lanjut.
c. Untuk mengetahui sikap keagaman pada usia dewasa dan usia lanjut
1
d. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi sikap keagamaan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Usia Dewasa dan Usia Lanjut
1. Masa Dewasa
Sebagai akhir dari masa remaja adalah masa adolesen, walaupun ada juga
yang merumuskan masa adolesen ini kepada masa dewasa, namun demikian dapat
disebut bahwa masa adolesen adalah menginjak dewasa yang mereka mempunyai
sikap pada umumnya yaitu:
a. Dapat menentukan pribadinya.
b. Dapat menggariskan jalan hidupnya.
c. Bertanggung jawab.
d. Menghimpun norma-norma sendiri.1
Dan saat telah menginjak usia dewasa terlihat adanya kematangan jiwa
mereka; “Saya hidup dan saya tahu untuk apa,” menggambarkan bahwa di usia
dewasa orang sudah memiliki tanggung jawab serta sudah menyadari makna
hidup.2 Dengan kata lain, orang dewasa berusaha untuk mempertahankan nilainilai yang dipilihnya.
Elizabeth B. Hurlock membagi masa dewasa menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Masa dewasa awal (masa dewasa dini/young adult)
Masa dewasa awal adalah masa pencaharian kemantapan dan masa
reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan
emosional, priode isolasi social, priode komitmen dan masa ketergantungan
perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru.
Masalah yang dihadapi adalah memilih arah hidup yang akan diambil dengan
1 http://hera-orgen.blogspot.com/p/perkenbangan-jiwa-keagamaan-orang
04.html.
2 Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta:PT Rajagrafindo Persada, 2007), hlm. 105.
3
menghadapi godaan berbagai kemungkinan pilihan.. Kisaran umurnya antara 21
tahun sampai 40 tahun.
b. Masa dewasa madya (middle adulthood)
Masa dewasa madya ini berlangsung dari umur empat puluh sampai enam
puluh tahun. Ciri-ciri yang menyangkut pribadi dan social antara lain; masa
dewasa madya merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita meninggalkan
ciri-ciri jasmani dan prilaku masa dewasanya dan memasuki suatu priode dalam
kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan prilaku yang baru. Perhatian terhadap
agama lebih besar dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan kadang-kadang
minat dan perhatiannya terhadap agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial.
c. Masa usia lanjut (masa tua/older adult)
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini
dimulai dari umur enam puluh tahun sampai mati, yang ditandai dengan adanya
perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun. Adapun ciriciri yang berkaitan dengan penyesuaian pribadi dan sosialnya adalah sebagai
berikut; perubahan yang menyangkut kemampuan motorik, perubahan kekuatan
fisik, perubahan dalam fungsi psikologis, perubahan dalam system syaraf dan
perubahan penampilan. Dan kesederhanaan lebih sangat menonjol pada usia ini.3
2. Usia Lanjut
Dalam perkembangan manusia, yaitu sejak usia bayi hingga mencapai
kedewasaan jasmani terjadi proses perkembangan yang progresif. Pertumbuhan
fisik berjalan secara cepat hingga mencapai titik puncak perkembangannya, yaitu
usia dewasa (22-24 tahun).
Perkembangan selanjutnya adalah kemantapan fisik yang sudah dicapai.
Sejak mencapai usia kedewasaan hingga ke usia sekitar 50 tahun, perkembangan
3 Sururin, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,2004), Cet. 1, hlm.
83.
4
fisik manusia boleh dikatakan tidak mengalami perubahan yang banyak. Barulah
diatas usia 50 tahun mulai terjadi penurunan perkembangan yang drastic hingga
mencapai usia lanjut. Periode ini disebut sebagai periode regresi (penurunan).
Sejalan dengan penurunan tersebut, maka secara psikis terjadi berbagai
perubahan pula. Perubahan-perubahan gejala psikis ini ikut mempengaruhi
berbagai aspek kejiwaan yang terlihat dari pola tingkah laku yang diperlihatkan.
Pada tahap kedewasaan awal terlihat krisis psikologi yang dialami oleh
karena adanya pertentangan antara kecenderungan untuk mengetatkan hubungan
dengan kecenderungan untuk mengisolasi diri. Terlihat kecenderungan untuk
berbagi perasaan bertukar pikiran dan memecahkan berbagai problema kehidupan
dengan orang lain. Mereka yang menginjak usia ini (sekitar 25-40 tahun) memiliki
kecenderungan besar untuk berumah tangga, kehidupan sosial yang lebih luas
serta memikirkan masalah-masalah agama yang sejalan dengan latar belakang
kehidupannya.
Selajutnya pada tingkat kedewasaan menengah (40-65 th) manusia mencapai
puncak periode usia yang paling produktif . Tetapi dalam hubungannya dengan
kejiwaan, maka pada usia ini terjadi krisis akibat pertentangan batin antara
keinginan untuk bangkit dengan kemunduran diri. Karena itu umumnya pemikiran
mereka tertuju pada upaya untuk kepentingan keluarga, masyarakat dan generasi
mendatang.
Adapun di usia selanjutnya yaitu setelah usia di atas 65 tahun manusia akan
menghadapi sejumlah permasalahan. Permasalahan pertama adalah penurunan
kemampuan fisik hingga kekuatan fisik berkurang, aktifitas menurun, sering
mengalami gangguan kesehatan yang menyebabkan mereka kehilangan semangat.
Selain itu, umumnya mereka dihadapkan pada konflik batin antara keutuhan dan
keputus asaan. Karena itu mereka cenderung mengingat sukses masa lalu,
sehingga umumnya mereka yang berada pada tingkat usia lanjut ini senang
membantu para remaja yang aktif dalam kegiatan-kegiatan social, termasuk sosial
keagamaan.
Mengenai kehidupan keagamaan pada usia lanjut ini William James
menyatakan, bahwa umur keagamaan yang sangat luar biasa tampaknya justru
terdapat
pada
usia
tua,
ketika
gejolak
5
kehidupan
seksual
sudah
berakhir.4Maksudnya, sikap keberagamaan pada usia lanjut justru mengalami
peningkatan dan untuk proses seksual justru mengalami penurunan. .
Berbagai latar belakang yang menjadi penyebab kecenderungan sikap
keagamaan pada manusia usia lanjut, secara garis besar ciri-ciri keberagamaan di
usia lanjut adalah :
a. Kehidupan keagamaan pada usia lanjut sudah mencapai tingkat kemantapan.
b. Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan.
c. ulai muncul pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat secara
lebih sungguh-sungguh.
d. Sikap keagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan saling cinta antar
e.
sesama manusia, serta sifat-sifat luhur.
Timbul rasa takut kepada kematian yang meningkat sejalan dengan
pertambahan usia lanjutnya. .
f.
Perasaan takut kepada kematian ini berdampak pada peningkatan
pembentukasn sikap keagamaan dan kepercayaan terhadap adanya kehidupan
abadi (akhirat).5
B. Sikap keberagamaan pada Orang Dewasa dan Usia Lanjut
1. Usia Dewasa
Pada usia dewasa orang sudah memiliki tanggung jawab serta sudah
menyadari makna hidup. Dengan kata lain, orang dewasa sudah memahami nilainilai yang dipilihnya dan berusaha untuk mempertahankan nilai-nilai yang
dipilihnya. Orang dewasa sudah memiliki identitas yang jelas dan kepribadian
yang mantap.
Menurut H. Carl Witherington, diperiode adolesen ini pemilihan terhadap
kehidupan mendapat perhatian yang tegas. Sekarang mereka mulai berfikir
tentang tanggung jawab social moral, ekonomis, dan keagamaan. Pada masa
adolesen anak-anak berusaha untuk mencapai suatu cita-cita yang abstrak. Diusia
dewasa biasanya seseorang sudah memliki sifat kepribadian yang stabil.
Kemantapan jiwa orang dewasa ini setidaknya memberikan gambaran
tentang bagaimana sikap keberagamaan pada orang dewasa. Mereka sudah
4Jalaluddin, 2009, op.cit, hlm. 110
5Ibid, hlm. 113.
6
memiliki tanggung jawab terhadap system nilai yang dipilihnya, baik yang
bersumber dari ajaran agama maupun yang bersumber dari norma-norma lain
dalam
kehidupan.
Pemilihan
nilai-nilai
tersebut
telah
didasarkan
atas
pertimbangan pemikiran yang matang. Berdasarkan hal ini, maka sikap
keberagamaan seorang di usia dewasa sulit untuk diubah. Jika pun terjadi
perubahan mungkin prose situ terjadi setelah didasarkan atas pertimbangan yang
matang.
Dan sebaliknya, jika seorang dewasa memilih nilai yang bersumber dari
nilai-nilai non-agama, itu pun akan dipertahankannya sebagai pandangan
hidupnya.
Dan jika nilai-nilai agama yang mereka pilih dijadikan pandangan hidup,
maka sikap keberagamaan akan terlihat pula dalam pola kehidupan mereka. Sikap
keberagamaan seorang dewasa cenderung didasarkan atas pemilihan terhadap
ajaran agama yang dapat memberikan kepuasan batin atas dasar pertimbangan
akal sehat.
Beragama, bagi orang dewasa sudah merupakan sikap hidup dan bukan
sekedar ikut-ikutan.
Sejalanِ denganِ tingkatِ perkembanganِ usianya,ِ makaِ sikap
keberagamaan ِ pada ِ orang ِ dewasa ِ antara ِ lain ِ memiliki ِ ciri
sebagaiِ berikut:
a. Menerima ِ kebenaran ِ agama ِ berdasarkan ِ pertimbangan
pemikiranِ yangِ matang,ِ bukanِ sekedarِ ikut-ikutan.
b. Cenderung ِ bersifat ِ realis, ِ sehinggga ِ norma-norma ِ agama
lebihِ banyakِ diaplikasikanِ dalamِ sikapِ danِ tingkahِ laku.
c. Bersikap ِ positif ِ terhadap ِ ajaran ِ dan ِ norma-norma ِ agama,
dan ِ berusaha ِ untuk ِ mempelajari ِ dan ِ memperdalam
pemahamanِ keagamaan.
7
d. Tingkat ِ ketaatan ِ beragama ِ didasarkan ِ atas ِ pertimbangan
dan ِ tanggung ِ jawab ِ diri ِ hingga ِ sikap ِ keberagamaan
merupakanِ realisasiِ dariِ sikapِ hidup.
e. Bersikapِ lebihِ terbukaِ danِ wawasanِ yangِ lebihِ luas.
f. Bersikapِ lebihِ kritisِ terhadapِ materiِ ajaranِ agamaِ sehingga
kemantapanِ beragamaِ selainِ didasarkanِ atasِ pertimbangan
pikiran,ِ jugaِ didasarkanِ atasِ pertimbanganِ hatiِ nurani.
g. Sikap ِ keberagamaan ِ cenderung ِ mengarah ِ kepada ِ tipe-tipe
kepribadian ِ masing-masing, ِ sehingga ِ terlihat ِ adanya
pengaruh ِ kepribadian ِ dalam ِ menerima, ِ memahami ِ serta
melaksanakanِ ajaranِ agamaِ yangِ diyakininya.
h. Terlihatِ adanyaِ hubunganِ antarِ sikapِ keberagamaanِ dengan
kehidupan ِ sosial, ِ sehingga ِ perhatian ِ terhadap ِ kepentingan
organisasiِ sosialِ keagamaanِ sudahِ berkembang.6
2. Usia Lanjut
Sebagaimana diketahui bahwa pada usia lanjut seseorang ingin memperoleh
pengakuan kejayaan pada masa mudanya. Seiring dengan pertumbuhan manusia
maka ia akan mengalami masa terjadinya penurunan fungsi beberapa aspek baik
itu aspek psikologis maupun biologis. Usia lanjut adalah masa yang dimaksud,
dimana gejala psikis akan mempengaruhi aspek kejiwaan seseorang. Terkait pola
perkembangan keagamaan pada usia lanjut maka penelitian yang dilakukan oleh
Cavan menjadi penting. Dari hasil penelitiannya, ia berkesimpulan adanya
kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan yang semakin meningkat
pada usia lanjut. Dan beberapa ahli psikologi menyatakan hal serupa dan
6Ibid, hlm. 108
8
ditambah adanya penurunan kegairahan seksual. William James pun menyatakan
demikian bahwa dimensi keagamaan akan tampak menonjol pada usia lanjut
ketika kehidupan seksual mulai berakhirAdapun sikap keberagamaan pada usia
lanjut justru mengalami peningkatan dan untuk proses seksual justru mengalami
penurunan.
Berbagai latar belakang yang menjadi penyebab kecenderungan sikap
keagamaan pada manusia usia lanjut ,secara garis besar ciri-ciri
keberagamaan di usia lanjut adalah: 7
1. Kehidupan keagamaan pada usia lanjut sudah mencapai tingkat
kemantapan
2. Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan.
3. Mulai muncul pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat
secara lebih sungguh-sungguh.
4. Sikap keagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan saling cinta
antar sesama manusia , serta sifat-sifat luhur.
5. Timbul rasa takut kepada kematian yang meningkat sejalan dengan
pertanbahan usia lanjutnya.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberagamaan
Dalam rangka menuju kematangan beragama terdapat beberapa hambatan.
Karena tingkat kematangan beragama juga merupakan suatu perkembangan
individu, hal itu memerlukan waktu, sebab perkembangan kepada kematangan
7 Raharjo.PengantarIlmuJiwa Agama. (Semarang: PustakaRizki Putra, 2012), h. 44
9
beragama tidak terjadi secara tiba-tiba. Ada dua factor yang menyebabkan adanya
hambatan, yaitu:8
1. Faktor diri sendiri
Factor dari dalam diri sendiri terbagi menjadi dua, yaitu: kapasitas diri
dan pengalaman.
Kapasitas ini berupa kemampuan ilmiah (rasio) dalam menerima ajaranajaran itu terlihat perbedaannya antara seseorang yang berkemampuan dan
kurang berkemampuan. Mereka yang mampu menerima dengan rasio akan
menghayati dan kemudian mengamalkan ajaran-ajaran agama tersebut dengan
baik, walaupun yang ia lakukan itu berbada dengan tradisi yang mungkin
sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat. Dan sebaliknya, orang
yang kurang mampu menerima dengan rasionya, ia akan lebih banyak
tergantung pada masyarakat yang ada.
Sedangkan factor pengalaman, semakin luas pengalaman seseorang
dalam bidang keagamaan, maka akan semakin mantap dan stabil dalam
mengerjakan aktifitas keagamaan. Namun, mereka yang mempunyai
pengalaman sedikit dan sempit, ia akan mengalami berbagai macam kesulitan
untuk dapat mengerjakan ajaran agama secara mantap dan stabil.
2. Faktor luar
Yang dimaksud dengan factor luar, yaitu beberapa kondisi dan situasi
lingkungan yang tidak banyak memberikan kesempatan untuk berkembang,
malah justru menganggap tidak perlu adanya perkembangan dari apa yang
telah ada. Factor-faktor tersebut antara lain tradisi agama atau pendidikan
yang diterima.
Dan
William
James
mengemukakan
mempengaruhi sikap keagamaan seseorang, yaitu:
a.
Factor intern, terdiri dari:
1) Temperamen
2) Gangguan jiwa
3) Konflik dan keraguan
4) Jauh dari Tuhan
b. Factor Ekstern, terdiri dari:
1) Musibah
8 Ibid, hlm, 44
10
dua
buah
factor
yang
2) kejahatans9
D. Hambatan keberagamaan pada masa Dewasa dan usia lanjut
Seorang
ahli
psikologi
Lewis
Sherril,
membagi
masalah-masalah
keberagamaan pada masa dewasa sebagai berikut :
1. Masa dewasa awal, masalah yang dihadapi adalah memilih arah hidup
yang akan diambil dengan menghadapi godaan berbagai kemungkinan
pilihan.
2. Masa dewasa tengah, masalah sentral pada masa ini adalah mencapai
pandangan hidup yang matang dan utuh yang dapat menjadi dasar dalam
membuat keputusan secara konsisten.
3. Masa dewasa akhir, ciri utamanya adalah ‘pasrah’. Pada masa ini, minat
dan kegiatan kurang beragama. Hidup menjadi kurang rumit dan lebih
berpusat pada hal-hal yang sungguh-sungguh berarti. Kesederhanaan lebih
sangat menonjol pada usia tua.10
9 Sururin, opcit, hlm. 92.
10ibid, hlm. 83.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada masa dewasa, motivasi beragama pada orang dewasa cenderung
didasarkan pada penalaran logis. Dan ekspresinya adalah bercirikan tetap
(istiqomah), artinya sudah tidak lagi ikut-ikutan. Mereka sudah mempunyai
tanggung jawab terhadap system nilai yang dipilihnya, baik system nilai yang
bersumber dari ajaran agama maupun yang bersumber dari norma-norma lain
dalam
kehidupan.
Pemilihan
nilai-nilai
tersebut
telah
didasarkan
atas
pertimbangan pemikiran yang matang. Beragama bagi orang dewasa sudah
merupakan sikap hidup dan bukan sekedar ikut-ikutan.
Pada usia lanjut, adanya kecenderungan untuk menerima pendapat
keagamaan yang semakin meningkat pada usia lanjut. Dan beberapa ahli psikologi
menyatakan hal serupa dan ditambah adanya penurunan kegairahan seksual.
Secara garis besar dicikan : Kehidupan keagamaan sudah mencapai kemantapan,
cenderung mulai menerima pendapat keagamaan, mulai timbul pengakuan akan
adanya kehidupan setelah mati, sikap keagamaan cenderung mengarah pada
kebutuhan saling cinta antar sesame manusia, serta sifat-sifat luhur, timbul rasa
takut pada kematian yang meningkat.
Terdapat beberapa hambatan terkait tingkat kematangan beragama yang
bersifat individu maka memerlukan waktu dan tidak secara tiba-tiba. Secara
umum terdapat dua factor yang menyebabkan adanya hambatan yaitu faktor intern
dan ekstern. Faktor intern terdiri dari kapasitas dan pengalaman, sedangkan factor
ekstern adalah terkait lingkungan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Raharjo.2012. PengantarIlmuJiwa Agama. Semarang. PustakaRizki Putra
Jalaludin.2003. Psikologi Agama. Jakarta. Raja GrafindoPersada
Sururin. 2004. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta. Raja Grafindo Persada
http://hera-orgen.blogspot.com/p/perkenbangan-jiwa-keagamaan-orang 04.html.
13