Tantangan Pengentasan Kemiskinan di Indo

Tantangan Pengentasan Kemiskinan di Indonesia: Penurunan Berkurang,
Ketimpangan Meningkat
Referensi :
Sen, Amartya Kumar. 2000. Development as Freedom. New York:Anchor Books.
Sach, Jeffrey D. 2005. The End of Poverty.New York:Penguin Press
PESAN UTAMA


Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat telah membantu menekan angka kemiskinan.



Sayangnya kecepatan penurunan angka kemiskinan berkurang, dan ketimpangan justru meningkat melebihi
negara-negara tetangga.



Mengentaskan kemiskinan dan ketimpangan membutuhkan bantuan dari semua pihak di Indonesia:
pemerintah, lembaga penelitian, sektor swasta dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat.

Jakarta, Indonesia, 23 September 2014 – Pertumbuhan ekonomi yang kuat di Indonesia telah membantu menekan

angka kemiskinan. Angka kemiskinan turun ke 11.3% pada tahun 2014, dibandingkan 24% pada tahun 1999. Tapi
kemudian kecepatannya berkurang. Tingkat penurunan kemiskinan yang hanya mencapai 0.7% dalam dua tahun
terakhir adalah yang terkecil sepanjang satu dekade terakhir. Ada 28 juta orang Indonesia yang masih terjerat
kemiskinan. Kemiskinan selalu menjadi masalah yang menyita banyak perhatian negara negara dunia ketiga, tak
terkecuali negara Indonesia. Kemiskinan seakan telah menjadi momok yang menakutkan, yang setiap saat dapat
menjerumuskan masyarakat miskin kedalam perangkap kemiskinan. Meski telah banyak program pengentasan
kemiskinan yang dijalankan pemerintah, namun bagaimanapun masalah kemiskinan belum sepenuhnya bisa diatasi.
Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada September 2015 mencapai 28,51 juta orang. Jika dibandingkan dengan
jumlah penduduk miskin pada Maret 2015, maka telah mengalami penurunan 0,08 juta orang. Sementara jika
dibandingkan dengan September 2014 jumlah penduduk mengalami kenaikan sebanyak 0,78 juta orang. alaupun
pada periode September 2015 jumlah penduduk miskin di Indonesia sedikit mengalami penuruan, namun harus
dicatat bahwa jika dibandingkan dengan periode September tahun 2014 telah mengalami banyak peningkatan (0,76
juta orang). Peningkatan jumlah penduduk miskin pada periode September 2014-Maret 2015 disinyalir disebabkan
oleh terjadinya inflasi sebesar 4,03%. Efek yang ditimbulkan dari inflasi tersebut yaitu naiknya harga kebutuhan pokok
seperti beras sebesar 14.48%, cabe rawit sebesar 26,28% dan gula pasir sebesar 1,92%.(Sumber BPS).
Apa itu kemiskinan ?
Kemiskinan dalam KBBI diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak memiliki harta atau berpenghasilan
rendah. Dijelaskan juga bahwa kemiskinan berarti situasi penduduk atau sebagian penduduk yang hanya dapat
memenuhi makanan, pakaian, dan perumahan yang sangat diperlukan untuk mempertahankan tingkat kehidupan
yang minimum. Menurut Amartya Sen dalam bukunya, kemiskinan bukan hanya dalam arti ekonomis tetapi juga

kemiskinan politis, kemiskinan pendidikan, kemiskinan kesehatan. Oleh karena itu tepat apabila definisi kemiskinan
saat ini terasa kurang relevan apabila hanya didefinisikan sebagai “keadaan tidak berharta”. Menurut definisi baru,
kemiskinan bukan lagi sekedar masalah
kesenjangan
pendapatan, tetapi lebih kompleks lagi menyangkut
ketidakberdayaan (incapability), ketiadaan pengetahuan dan keterampilan (lack Of knowledge and skills) dan
kelangkaan akses pada modal dan sumber daya (scarcity of capital and resource). (Alhumani, 2006). Lebih
kompleks lagi, Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidak-mampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan
memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorag atau kelompok orang dalam menjalani
kehidupan secara bermartabat.
Tantangan Kemiskinan Indonesia

Beberapa permasalahan kemiskinan yang di hadapai Indonesia saat ini yaitu : (1) Jumlah penduduk miskin yang
sangat besar; (2) Semakin tingginya disparias pendapatan; (3) Kecurangan-kecurangan dalam penyelenggaraan
Program pengentasan kemiskinan; (4) Isolisasi Penduduk miskin terhadap sumber-sumber permodalan; (5) Tidak
mampunya masyarakat miskin dalam beradaptasi dengan program pembangunan; (6) Kebijakan pengentasan terlalu
bertumpu pada pertumbuhan ekonomi makro; (7) Kebijakan pengentasan kemiskinan terlalu bersifat
menyembuhkan (curative) bahkan lebih bersifat karitatif/charity; dsb.

Ada banyak cara untuk melakukan pengentasan kemiskinan, seperti:



Perbaikan akses pangan, kesehatan dan pendidikan bagi orang miskin
o

Akses Pangan  Jumlah penduduk Sumatera Utara dari tahun ke tahun terus mengalami
peningkatan. Jumlah penduduk yang terus meningkat menuntut ketersediaan sumber daya
secara memadai dan berkelanjutan. Ketidakseimbangan pertambahan penduduk
dengan
pertambahan produksi pangan sangat mempengaruhi keadaan lingkungan hidup. Bila sumber
daya tak mencukupi untuk dikonsumsi, hal itu akan melahirkan kelangkaan yang mengarah
pada perebutan sumber daya di antara penduduk yang dapat memicu konflik. Ancaman paling
nyata adalah meningkatnya kemiskinan, terutama bila laju pertumbuhan penduduk tidak
dibarengi kemampuan menyediakan kebutuhan dasar: pangan, sandang, papan.
Prediksi Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) menyebutkan, pada tahun 2015 kelaparan
akan menimpa sekitar 500 juta penduduk dunia karena produksi dikuasai oleh negara-negara maju,
sementara negara-negara berkembang termasuk Indonesia, menjadi konsumennya.Permasalahan
ketahanan pangan dan kemiskinan yang masih melilit adalah dua masalah krusial yang
dihadapi bangsaini dan jika dikaji lebih jauh, kedua masalah tersebut memiliki keterkaitan
yang secara simultan harus diatasi.Sehingga diperlukan suatu disain kebijakan pangan yang koheren

yang akan menggandeng strategi ketahanan pangan dengan strategi pertumbuhan yang pada
gilirannya akan menjangkau kaum miskin

o

Akses Kesehatan  Sekjen Departemen Kesehatan RI, Dr.Dadi S Argadiredja dalam tulisan bertajuk
Program penanggulangan kemiskinan bidang kesehatan menuturkan bahwa 80% masyarakat miskin
mengandalkan kemampuan otot mereka dalam mencari nafkah. Tubuh yang tidak sehat nantinya
akan sangat mempengaruhi besarnya pendapatan pada hari tersebut. Belum lagi biaya yang harus
dikeluarkan demi mengembalikan kondisi tubuh agar kembali sehat membutuhkan biaya yang bisa
dibilang cukup besar.

Ada lingkaran setan antara kemiskinan dan kesakitan. Kemiskinan menyebabkan kesakitan dan
kesakitan menyebabkan kemiskinan. Kesehatan dalam hal ini perlu dipahami sebagai suatu investasi
dalam upaya mencapai kesejahteraan masyarakat. Bisa dibantu dengan :

o




Akses kesehatan gratis bagi keluarga miskin (BPJS)  diperbaiki pelayanan dan sistemnya.
Perhatikan besar iuran apakah justru membebani atau tidak



Revitalisasi Puskesmas dan Posyandu



Tiru luar negeri  rumah sakit negeri tidak kalah bagusnya.

Akses Pendidikan  Ada beberapa pakar yg telah mengkaji perihal kemiskinan seperti Amartya Sen
dan Jeffrey Sachs. Menurut Amartya Sen, kemiskinan masih terus berlarut di negara berkembang
seperti Indonesia karena adanya kemerdekaan yang dibatasi. Kemerdekaan individu yang terpasung
karena sistem politik menyebabkan rakyat banyak tidak dapat menyuarakan penderitaannya.
Rakyat banyak tidak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan potensinya.
Pemasungan kapasitas untuk mengembangkan diri merupakan pemasung terhadap kemampuan
manusia (human capability) sebagai salah satu modal dasar dalam pembangunan. Strategi di
beberapa negara Timur menurut (Sen, 2000:40) merupakan strategi yang sangat mementingkan
modal manusia (human capital) di dalam pembangunan

manusia. India dan Cina sangat
mementingkan pengembangan kemampuan manusia. Menurut Jeffrey Sachs di dalam bukunya
The End of Proverty salah satu mekanisme dalam penuntasan kemiskinan ialah pengembangan
human capital terutama pendidikan dan kesehatan.
Pendidikan merupakan investasi dan kesempatan untuk berkompetisi guna mendapatkan
kesempatan memperoleh penghidupan yang lebih baik di masa depan dan turut terlibat
dalam proses pembangunan. Dengan pendidikan yang terprogram baik dan menjangkau semua
(education for all) seperti target Milenial Development Goals dengan kualitas tertentu maka
pendidikan menjadi instrumen paling efektif untuk memotong mata rantai kemiskinan yang ada
di tanah tercinta indonesia.


Pemerataan pendidikan di Indonesia  Sabang hingga merauke. Jangan hanya terpusat di
Jawa



Bantuan biaya pendidikan untuk warga miskin.




Biaya sekolah gratis untuk jenjang pendidikan Paud, TK, SD, SMP dan SMA/SMK



Perbaikan kualitas SMK di Indonesia



Memperluas dan Memperbanyak daya tampung di PT, perbanyak dosen pengajar dan
perbaikan kualitas PT



Penciptaan lebih banyak lagi lapangan kerjacek lampiran.



Pengembangan ekonomi lokal melalui UMKM  mengandalkan potensi lokal dan kearifan lokal masyarakat.
Perlunya bantuan (terutama dana dan fasilitas) serta bimbingan dari pemerintah kepada masyarakat lokal

untuk dapat mengembangkan daerahnya. Intinya, pengembangan bottom-up (dari sektor lokal dulu
dikembangkan)



Pentingnya Data. Satu daerah dengan daerah lain berbeda kebutuhannya. Oleh karena itu data tiap daerah
penting agar pemerintah secara tepat bisa membuat kebijakan dan membuat program yang tepat.
Pemerintah membutuhkan data yang real time sesuai dengan realita, transparan dan bisa dipakai ulang agar
data tersebut bisa dikembangkan kaum akademisi untuk membuat saran untuk pemerintah.



Dalam buku Why Nation Fail dikatakan bahwa negara miskin karena transformasi politik diserahkan pada
orang yang tidak berminat untuk membangun bangsa, namun hanya untuk memperkaya diri. Dalam buku ini

juga dijelaskan bahwa gagalnya suatu negara, kemiskinan, dll itu bukanlah dari letak geografis, kultur ataupun
ignorance yang hadir dari masyarakatnya melainakn berasal dari perbedaan institusi/pengelolaan negara
oleh pemerintahnya, rules yang berlaku dan mempengaruhi ekonomi serta incentives that motivate people.
Butuhnya pembangunan yang bersifat inclusive.


Pengentasan kemiskinan dan pengurangan ketimpangan membutuhkan partisipasi semua pihak, bukan hanya
pemerintah pusat, tapi juga pemerintah daerah, lembaga-lembaga riset, sektor swasta dan lembaga-lembaga
swadaya masyarakat.