Profil Pertanahan Provinsi Daerah Istime

KATA PENGANTAR
Tanah atau agraria berasal dari beberapa bahasa. Istilah agraria berasal dari kata
‘akker’ (Bahasa Belanda), ‘agros’ (Bahasa Yunani) berarti tanah pertanian, ‘agger’ (Bahasa Latin) berarti tanah atau sebidang tanah, ‘agrarian’ (Bahasa Inggris) berarti tanah untuk pertanian (Santoso, Urip. 2009:1). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
agra-ria berarti (1) urusan pertanian atau tanah pertanian, (2) urusan pemilikan tanah.
Mengacu pada amanat pasal 33 ayat (3) UUD 1945, segala kekayaan yang dimiliki oleh
Indonesia, dikuasai, diatur dan dikelola serta didistribusikan oleh negara. Pengelolaan ini
menjadi salah satu poin penting untuk dapat mencapai cita-cita pasal 33 yaitu untuk semata-mata meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun, yang saat ini terjadi adalah
masih ada beberapa kasus terkait kurangnya kinerja pengelolaan aset negara (dalam hal
ini tanah) yang membawa dampak cukup besar terhadap kehidupan masyarakat saat ini.
Sebagai contoh, konflik dan sengketa tanah adat, kepemilikan hak atas tanah, kurangnya lahan untuk pembangunan kepentingan umum dan lain sebagainya. Penjabaran terkait
permasalahan pengelolaan pertanahan di atas perlu adanya tindak lanjut, sehingga hal ini
dapat diminimalisir.
Buku profil pertanahan menjelaskan kondisi pengelolaan pertanahan pada setiap
provinsi di Indonesia yang disajikan dalam data angka maupun penjelasan deskriptif yang
mudah dipahami dan membuat seluruh pembacanya mengetahui kondisi pertanahan pada
setiap provinsi di Indonesia. Selain itu, buku ini diharapkan dapat menjadi dasar pengambilan keputusan di bidang pengelolaan pertanahan ke depannya, sehingga akan sesuai antara yang terdapat di lapangan dengan apa yang akan direncanakan.
Buku ini membahas mengenai kondisi nyata terkait pertanahan Provinsi D.I. Yogyakarta yang akan diulas secara singkat dalam meninjau data pertanahan tersebut. Data dan
informasi pertanahan Provinsi D.I. Yogyakarta yang dimaksud di dalam buku ini mencakup
peta dasar pertanahan, wilayah bidang bersertifikat, tanah terlantar, redistribusi tanah
dan legalisasi aset, kasus pertanahan, jumlah dan nilai transaksi tanah, informasi pegawai
pertanahan, serta isu spesifik pertanahan yang ada di provinsi tersebut.

Buku ini merupakan bentuk kerjasama Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas yang bekerjasama dengan
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi sebagai penyedia data dan informasi.
Selain itu, penyusunan buku Profil Pertanahan Provinsi D.I. Yogyakarta ini merupakan suatu
upaya untuk mensosialisasikan kondisi pengelolaan pertanahan per provinsi di Indonesia.

Profil Pertanahan Provinsi D.I. Yogyakarta 2015 - Kementerian PPN / Bappenas

i

Buku ini diharapkan dapat menjadi sarana evaluasi implementasi perencanaan sekaligus menjadi acuan bagi perencanaan ke depannya, khususnya di Provinsi D.I. Yogyakarta.

Jakarta, Agustus 2015
Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas

ii

Profil Pertanahan Provinsi D.I. Yogyakarta 2015 - Kementerian PPN / Bappenas

DAFTAR SINGKATAN

Bappenas
BPN RI
Ha
HGU
HGB
IP4T
IPSLA
Kakanwil
Kantah
KBBI
Keppres
KK
KPPN
LP2B
LSM
MBR
MPR RI
P4T
PP
PPAN

Renstra
RKP
RPJMN
RPJPN
RTRW
RUU
SIP
TI
TIK
TOL
TORA
UU
UUD
UUPA

:
:
:
:
:

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

:
:
:
:
:
:
:
:
:

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
Hektar
Hak Guna Usaha
Hak Guna Bangunan
Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah
Institutional Partnership for Strengthening Land Administration
Kepala Kantor Wilayah
Kantor Pertanahan
Kamus Besar Bahasa Indonesia

Keputusan Presiden
Kepala Keluarga
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
Lembaga Swadaya Masyarakat
Masyarakat Berpenghasilan Rendah
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah
Peraturan Presiden
Program Pembaharuan Agraria Nasional
Rencana Strategis
Rencana Kerja Pemerintah
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Rencana Tata Ruang Wilayah
Rancangan Undang-Undang
Sistem Informasi Pertanahan
Teknologi Informasi
Teknologi Informasi dan Komputerisasi
Tanah Objek Landreform

Tanah Objek Reforma Agraria
Undang-Undang
Undang-Undang Dasar
Undang-Undang Pokok Agraria

Profil Pertanahan Provinsi D.I. Yogyakarta 2015 - Kementerian PPN / Bappenas

iii

DAFTAR ISTILAH
Dalam buku profil pertanahan daerah ini, terdapat beberapa istilah yang biasa digunakan
dalam bidang pertanahan. Himpunan istilah ini diharapkan dapat mempermudah pembaca dalam memahami maksud dari setiap data dan informasi yang disajikan dalam buku profil pertanahan. Berikut istilah-istilah yang digunakan:

iv

1.

Peta Dasar Pertanahan
Peta dasar pertanahan adalah peta yang memuat titik-titik dasar teknik pengukuran dan
unsur-unsur geografis, seperti sungai, jalan, bangunan dan batas fisik bidang-bidang tanah.


2.

Peta Tematik
Peta Tematik adalah peta yang menyajikan tema tertentu dan untuk kepentingan tertentu
(land status, penduduk, transportasi dll.) dengan menggunakan peta rupabumi yang telah
disederhanakan sebagai dasar untuk meletakkan informasi tematiknya.
a.
Peta Zona Nilai Tanah
Peta zona nilai tanah adalah peta tematik yang menggambarkan besaran-besaran
nilai tanah atau harga pasar dan potensi tanah di suatu wilayah tertentu. Peta ini
dibuat dengan skala 10.000 atau lebih kecil.
b.
Peta Sosial-Ekonomi
Peta sosial-ekonomi adalah peta tematik yang menggambarkan kondisi sosial-ekonomi yang ada di suatu wilayah berdasarkan variabel tertentu secara spasial.
c.
Peta Penggunaan Tanah
Peta penggunaan tanah adalah peta tematik yang menggambarkan peruntukkan
lahan yang ada di suatu wilayah.


3.

Status Hukum Atas Tanah
a.
Hak Milik adalah hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai
orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan bahwa “Semua hak atas tanah
mempunyai fungsi sosial”.
b.
HGU atau Hak Guna Usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai
langsung oleh negara, dalam jangka waktu paling lama 25 tahun, guna perusahaan
pertanian, perikanan atau peternakan. Hak ini diberikan atas tanah yang luasnya
paling sedikit 5 Ha dengan ketentuan bahwa jika luasnya 25 hektar atau lebih harus
memakai investasi modal yang layak dan tehnik perusahaan yang baik, sesuai dengan perkembangan zaman.
c.
HGB atau Hak Guna Bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri, dengan jangka waktu paling
lama 30 tahun.
d.
Hak Pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari tanah
yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat


Profil Pertanahan Provinsi D.I. Yogyakarta 2015 - Kementerian PPN / Bappenas

e.
f.

g.
h.

yang berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya,
yang bukan perjanjian sewa-menyewa atau perjanjian pengelolaan tanah, segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan undang-undang
ini.
Hak Sewa adalah hak untuk menggunakan tanah milik orang lain untuk keperluan
bangunan dengan membayar sewa kepada pemiliknya.
Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah berikut
atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah
tersebut untuk pelunasan utang tertentu terhadap kreditor-kreditor lain.
Hak Wakaf
Hak Pengelolaan adalah hak menguasai dari negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegangnya (PP No 24/1997)

4.


Tanah Terlantar
Tanah Terlantar adalah tanah yang sudah diberikan hak oleh negara berupa hak milik, hak
guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak pengelolaan, atau dasar penguasaan atas
tanah yang tidak diusahakan, tidak dipergunakan atau tidak dimanfaatkan sesuai dengan
keadaannya atau sifat dan tujuan pemberian hak atau dasar penguasaannya.

5.

Redistribusi Tanah
Redistribusi tanah (land reform) merupakan salah satu bagian dari agrarian reform, atau
yang sering disebut dengan reforma agraria. Program land reform melalui redistribusi
tanah melakukan koreksi agar sebagian besar penduduk dapat hidup di tanah yang luasannya layak secara ekonomi, sosial, dan budaya.

6.

PRONA (Sumber: bpn.go.id)
Nama kegiatan legalisasi aset yang umum dikenal dengan PRONA, adalah singkatan dari
Proyek Operasi Nasional Agraria. PRONA adalah salah satu bentuk kegiatan legalisasi aset
dan pada hakekatnya merupakan proses administrasi pertanahan yang meliputi; adjudikasi, pendaftaran tanah sampai dengan penerbitan sertifikat/tanda bukti hak atas tanah
dan diselenggarakan secara masal. PRONA dimulai sejak tahun 1981 berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 189 Tahun 1981 tentang Proyek Operasi Nasional
Agraria. Berdasarkan keputusan tersebut, Penyelenggara PRONA bertugas memproses
pensertifikatan tanah secara masal sebagai perwujudan daripada program Catur Tertib
di Bidang Pertanahan.

7.

Sertifikasi Tanah Lintas Sektor (LINTOR) (Sumber: bpn.go.id)
Program pemberdayaan sertifikasi LINTOR merupakan kegiatan legalisasi aset yang awalnya berupa inisiatif dan dana kegiatan berasal dari sektor terkait, seperti Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Kementerian Pertanian, serta Kementerian Kelautan
dan Perikanan. Namun karena portofolio sertifikasi hak atas tanah adalah domainnya Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN, maka kegiatan sertifikasi hak atas tanah tersebut harus diletakkan di DIPA BPN. LINTOR dimaknai dengan istilah lintas sektor karena
kegiatan ini tidak diselenggarakan oleh satu instansi saja (Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/BPN), tetapi merupakan kegiatan bersama dengan sektor/kementerian/lembaga lain.

Profil Pertanahan Provinsi D.I. Yogyakarta 2015 - Kementerian PPN / Bappenas

v

vi

8.

Kasus Pertanahan (bpn.go.id)
Berdasarkan Peraturan Kepala BPN RI Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan, Kasus Pertanahan adalah sengketa, konflik
atau perkara pertanahan yang disampaikan kepada BPN RI untuk mendapatkan penanganan penyelesaian sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau kebijakan pertanahan nasional.
a. Sengketa pertanahan yang selanjutnya disingkat Sengketa adalah perselisihan pertanahan antara orang perseorangan, badan hukum, atau lembaga yang tidak berdampak luas secara sosio-politis.
b. Konflik pertanahan yang selanjutnya disingkat Konflik adalah perselisihan pertanahan antara orang perseorangan, kelompok, golongan, organisasi, badan hukum, atau
lembaga yang mempunyai kecenderungan atau sudah berdampak luas secara sosio-politis.
c. Perkara pertanahan adalah perselisihan pertanahan yang penyelesaiannya dilaksanakan oleh lembaga peradilan atau putusan lembaga peradilan yang masih dimintakan penanganan perselisihannya di BPN RI.

9.

Tipologi Kasus Pertanahan (Sumber: bpn.go.id)
a. Penguasaan Tanah Tanpa Hak, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat,
kepentingan mengenai status penguasaan di atas tanah tertentu yang tidak atau
belum dilekati hak (tanah negara), maupun yang telah dilekati hak oleh pihak tertentu.
b. Sengketa Batas, yaitu perbedaan pendapat, nilai kepentingan mengenai letak, batas
dan luas bidang tanah yang diakui satu pihak yang telah ditetapkan oleh Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia maupun yang masih dalam proses penetapan
batas.
c. Sengketa Waris, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat, kepentingan mengenai status penguasaan di atas tanah tertentu yang berasal dari warisan
d. Jual Berkali-Kali, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat, kepentingan mengenai status penguasaan di atas tanah tertentu yang diperoleh dari jual beli kepada lebih dari 1 orang.
e. Sertifikat Ganda, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat, kepentingan mengenai suatu bidang tanah tertentu yang memiliki sertifikat hak atas tanah lebih dari
1.
f. Sertifikat Pengganti, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat, kepentingan
mengenai suatu bidang tanah tertentu yang telah diterbitkan sertifikat hak atas
tanah pengganti.
g. Akta Jual Beli Palsu, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat, kepentingan
mengenai suatu bidang tanah tertentu karena adanya akta jual beli palsu.
h. Kekeliruan Penunjukkan Batas, yaitu perbedaan pendapat, nilai kepentingan mengenai letak, batas dan luas bidang tanah yang diakui satu pihak yang telah ditetapkan
oleh Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia berdasarkan Penunjukkan batas yang salah.
Profil Pertanahan Provinsi D.I. Yogyakarta 2015 - Kementerian PPN / Bappenas

i.

j.

Tumpang Tindih, yaitu perbedaan pendapat, nilai kepentingan mengenai letak, batas
dan luas bidang tanah yang diakui satu pihak tertentu karena terdapatnya tumpang
tindih batas kepemilikan tanahnya.
Putusan Pengadilan, yaitu perbedaan persepsi, nilai atau pendapat, kepentingan
mengenai Putusan badan peradilan yang berkaitan dengan subyek atau obyek hak
atas tanah atau mengenai prosedur penerbitan hak atas tanah tertentu.

10. Kriteria Penyelesaian Kasus Pertanahan
a. Kriteria (K1): penerbitan surat pemberitahuan penyelesaian kasus pertanahan dan
pemberitahuan kepada semua pihak yang bersengketa.
b. Kriteria (K2): penerbitan surat keputusan tentang pemberian hak atas tanah, pembatalan sertifikat hak atas tanah, pencatatan dalam buku tanah atau perbuatan
hukum lainnya sesuai Surat Pemberitahuan Penyelesaian Kasus Pertanahan.
c. Kriteria (K3): pemberitahuan penyelesaian kasus pertanahan yang ditindaklanjuti
mediasi oleh BPN sampai pada kesepakatan berdamai atau kesepakatan yang lain
disetujui oleh pihak yang bersengketa.
d. Kriteria (K4): pemberitahuan penyelesaian kasus pertanahan yang intinya menyatakan bahwa penyelesaian kasus pertanahan akan melalui proses perkara di pengadilan.
e. Kriteria (K5): pemberitahuan penyelesaian kasus pertanahan yang menyatakan bahwa penyelesaian kasus pertanahan yang telah ditangani bukan termasuk kewenangan BPN dan dipersilakan untuk diselesaikan melalui instansi lain.
11. Sertifikat Tanah
Sertifikat tanah adalah surat bukti hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2)
huruf c UUPA untuk hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan
rumah susun dan hak tanggungan yang masing-masing sudah dibukukan dalam buku
tanah yang bersangkutan.
12. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B)
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah bidang lahan pertanian yang ditetapkan
untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan pangan pokok
bagi kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional.
13. Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah sistem dan proses dalam
merencanakan dan menetapkan, mengembangkan, memanfaatkan dan membina, mengendalikan, dan mengawasi lahan pertanian pangan dan kawasannya secara berkelanjutan.

Profil Pertanahan Provinsi D.I. Yogyakarta 2015 - Kementerian PPN / Bappenas

vii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .........................................................................................................................
DAFTAR SINGKATAN .....................................................................................................................
DAFTAR ISTILAH ..............................................................................................................................
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................
DAFTAR TABEL .................................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................................................
DAFTAR DIAGRAM ..........................................................................................................................

i
iii
iv
viii
viii
ix
ix

DATA DAN INFORMASI PERTANAHAN PROVINSI D.I. YOGYAKARTA ......................
I.
Peta Dasar Pertanahan ..........................................................................................................
II. Wilayah Bidang Bersertifikat ................................................................................................
III. Tanah Terlantar ..........................................................................................................................
IV. Redistribusi Tanah dan Legalisasi Aset ...........................................................................
V. Kasus Pertanahan .....................................................................................................................
VI. Jumlah dan Nilai Transaksi Tanah .....................................................................................
VII. Juru Ukur Pertanahan .............................................................................................................
VIII. Isu Spesifik Pertanahan ...........................................................................................................

1
3
4
8
9
10
12
12
13

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................................

14

DAFTAR TABEL
Tabel I Luas Cakupan Peta Tematik Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2003-2013 ....
Tabel II Jumlah Bidang yang Telah Memiliki Sertifikat Hak Milik Atas Tanah di
Provinsi D.I. Yogyakarta ..........................................................................................................
Tabel III Jumlah Bidang dan Luas Tanah yang Telah Memiliki Sertifikat
Berdasarkan Jenis Hak Yang Dikeluarkan di Provinsi D.I. Yogyakarta .............
Tabel IV Persentase Perbandingan antara Luas Wilayah dengan Luas Tanah yang
Sudah Memiliki Sertifikat di Provins D.I. Yogyakarta .................................................
Tabel V Perbandingan Jumlah dan Nilai Transaksi Tanah dengan Perkembangan
Jumlah Penduduk di Provinsi Bali ......................................................................................

viii

4
6
7
7
12

Profil Pertanahan Provinsi D.I. Yogyakarta 2015 - Kementerian PPN / Bappenas

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4

Persentase Penggunaan Tanah terhadap Total Luas Wilayah Provinsi
D.I. Yogyakarta Tahun 2014 .....................................................................................
Peta Luas Wilayah Administrasi Kabupaten / Kota di Provinsi Bali ......
Bagan Ketersediaan Cakupan Luas Peta Dasar Pertanahan Provinsi
D.I. Yogyakarta ..................................................................................................................
Peta Cakupan Bidang Tanah Bersertipikat yang Telah Terdigitasi
Provinsi D,I. Yogyakarta ................................................................................................

1
2
3
5

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1

Diagram 2
Diagram 3
Diagram 4
Diagram 5
Diagram 6

Perbandingan Antara Jumlah Bidang dan Luas Tanah yang Terindikasi
Terlantar dan yang Telah Ditetapkan sebagai Tanah Terlantar di
Provinsi D.I. Yogyakarta .................................................................................................
Program Pemberdayaan Pasca Legalisasi Asset LINTOR dan Jumlah
Bidang di Provinsi Bali ...................................................................................................
Kasus Pertanahan Berdasarkan Objek di Provinsi D.I. Yogyakarta
Tahun 2013 .......................................................................................................................
Jumlah Kasus yang Terselesaikan di Provinsi D.I. Yogyakarta ...................
Prosentase Antara Jumlah Kasus Pertanahan dengan Jumlah
Kasus yang Terselesaikan di Provinsi D.I. Yogyakarta ....................................
Jumlah Pegawai Pertanahan di BPN Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun
2013 .....................................................................................................................................

Profil Pertanahan Provinsi D.I. Yogyakarta 2015 - Kementerian PPN / Bappenas

8
9
10
11
11
13

ix

DATA DAN INFORMASI PERTANAHAN
PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

Data dan Informasi Pertanahan Provinsi D.I. Yogyakarta

Provinsi D.I.Yogyakarta yang merupakan salah satu daerah istimewa di Indonesia, memiliki
luas 317.413 Ha. Provinsi ini memiliki 4 Kabupaten dan 1 Kota dimana 4 Kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul, Gunungkidul, Kulonprogo dan Sleman. Sedangkan 1 (satu) kota yang terdapat
di Provinsi ini adalah Kota Yogyakarta, atau biasa disebut sebagai ibukota Provinsi D.I.Yogyakarta.
Secara geografis, D.I.Yogyakarta terletak di koordinat 8o 30’ – 7o 20’ LS 109o 40’ – 111o 0’ BT. Kabupaten terluas terdapat di Kabupaten Gunungkidul dengan luas wilayah sebesar 147.533 Ha. Kabupaten/Kota kedua terluas terdapat di Kabupaten Sleman, dengan luas wilayah sebesar 57.598
Ha. Sedangkan luas wilayah terkecil terdapat di Kota Yogyakarta dengan luas wilayah 3.340 Ha.

Sumber : Kanwil BPN Provinsi D.I. Yogyakarta, 2014

Gambar 1
Persentase Penggunaan Tanah terhadap Total Luas Wilayah
Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2014
Dari luas wilayah total Provinsi D.I. Yogyakarta sebesar 317.413 Ha, dibagi ke dalam 2 (dua)
bagian penggunaan tanah, yaitu kawasan hutan dan kawasan non-hutan. Luas kawasan hutan di
Provinsi D.I. Yogyakarta hanya seluas 6.022 Ha. Sedangkan untuk kawasan Non-Hutan, baik dimanfaatkan sebagai lahan terbangun seperti permukiman, perdagangan dan lainnya, seluas 311.121
Ha. Untuk LP2B yang merupakan salah satu upaya pemerintah dalam menyelamatkan lahan pertanian pangan di D.I.Yogyakarta, belum dibagi secara mendetail mengingat lahannya yang terbatas.
Berikut adalah diagram yang menunjukkan pembagian penggunaan tanah di Provinsi D.I.Yogyakarta.

Pengadaan Tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti
kerugian kepada yang berhak atas tanah tersebut.
Pelepasan atau penyerahan hak atas tanah adalah kegiatan melepaskan hubungan hukum antara
pemegang hak atas tanah dengan tanah yang dikuasainya dengan memberikan ganti kerugian atas
dasar musyawarah.
Keppres No. 55 Tahun 1993
Kilas Informasi

1

Profil Pertanahan Provinsi D.I. Yogyakarta 2015 - Kementerian PPN / Bappenas

Gambar 2

Data dan Informasi Pertanahan Provinsi D.I. Yogyakarta

I.

Peta Dasar Pertanahan

Cakupan peta dasar pertanahan di Provinsi D.I.Yogyakarta, dari luas wilayah total, yang sudah terpetakan seluas 198.000 Ha, sedangkan yang belum terpetakan adalah seluas 119.143
Ha. Dari total wilayah yang sudah terpetakan, 100% dari wilayah tersebut sudah terdigitasi. Ini
membuktikan bahwa provinsi D.I.Yogyakarta sudah mulai menuju sistem pendaftaran tanah secara
positif sehingga hak-hak atas tanah yang dimiliki oleh tiap-tiap pemegang hak tanah tersebut diakui
oleh hukum. Berikut adalah bagan ketersediaan cakupan luas peta dasar pertanahan di Provinsi
D.I.Yogyakarta hingga akhir tahun 2013.
Gambar 3
Bagan Ketersediaan Cakupan Luas Peta Dasar Pertanahan
Provinsi D.I. Yogyakarta

Luas W ilayahProvinsi
317.143 Ha

SudahMemilikiPeta Dasar
198.000 Ha
(62,43 %)

SudahTerdigitasi
198.0 00 Ha
(62,43 %)

BelumTerdigitasi
0 Ha
(0,0 0 %)

BelumMemilikiPeta
Dasar
119.143 Ha
(37,57 %)

Sumber: Kanwil BPN Provinsi D.I. Yogyakartai, 2014
Keterangan: *) Data menyebutkan angka 0. Angka dibagan didapat dari pengurangan antara luas wilayah
provinsi dengan cakupan luas yang sudah terpetakan.

Kilas Informasi
Tanah Telantar dapat dialihfungsikan menjadi Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) apabila:
a. tanah tersebut telah diberikan hak atas tanahnya, tetapi sebagian atau seluruhnya tidak diusahakan, tidak dipergunakan, dan tidak dimanfaatkan sesuai dengan sifat dan tujuan pemberian
hak; atau
b. tanah tersebut selama 3 (tiga) tahun atau lebih
tidak dimanfaatkan sejak tanggal pemberian hak
diterbitkan.

3

Apabila dibandingkan secara agregat, ketersediaan peta dasar perrtanahan
ini baru mencakup 62,3% dari luas wilayah
Provinsi D.I.Yogyakarta. Peta dasar pertanahan dapat digunakan untuk menunjukan bukti kepemilikan tanah yang menjelaskan batas-batas kepemilikan tanah
secara presisi guna mencegah terjadinya
konflik pertanahan yang terjadi di Provinsi
Bali. Adanya peta dasar pertanahan tersebut turut mendukung kepastian hukum
atas tanah yang dimiliki oleh masyarakat di
Provinsi Bali.

Profil Pertanahan Provinsi D.I. Yogyakarta 2015 - Kementerian PPN / Bappenas

Data dan Informasi Pertanahan Provinsi D.I. Yogyakarta

Peta tematik Provinsi D.I. Yogyakarta dibedakan ke dalam 3 (tiga) jenis, yaitu peta zona nilai
tanah, peta sosial-ekonomi dan peta penggunaan tanah. Untuk peta zona nilai tanah, sudah mulai
dipetakan sejak tahun 2008, yang pada saat itu, hanya terpetakan seluas 812 Ha. Hingga akhir tahun ini, sudah terpetakan seluas 318.580 Ha. Sedangkan cakupan peta sosial-ekonomi Provinsi D.I.
Yogyakarta seluas 15.028,89 Ha, dan 0 Ha untuk penggunaan tanah, atau dengan kata lain peta
tersebut belum dikeluarkan hingga akhir tahun 2013.
Tabel I
Luas Cakupan Peta Tematik Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2003-2013
No.

Tahun

Zona Nilai Tanah

Sosial-Ekonomi

Penggunaan Tanah

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

s.d 2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Total

0
0
0
0
0
812
0
3.334
110.612
203.822
Updating
318.580

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
15.028,89
15.028,89

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Sumber : Kanwil BPN Provinsi D.I. Yogyakarta, 2014

II.

Wilayah Bidang Bersertifikat

Pada tahun 2015, cakupan luas wilayah bidang bersertifikat yang sudah terdigitasi secara
keseluruhan di Provinsi D.I. Yogyakarta mencapai 62.142,52 Ha. Hampir semua kabupaten/kota di
Provinsi D.I. Yogyakarta memiliki bidang tanah bersertifikat yang sudah terdigitasi tersebut. Adapun
persebaran bidang tanah bersertifikat yang sudah terdigitasi di Provinsi D.I. Yogyakarta dapat dilihat
pada Gambar 4 di halaman berikutnya.
Hingga akhir tahun 2013, jumlah bidang yang telah tersertifikasi hak milik secara swadaya
adalah 229.811 bidang.Untuk legalisasi aset melalui program sertifikasi PRONA, sudah dilakukan
sejak tahun 2005, dimana pada tahun tersebut, jumlah bidang tanah yang telah tersertifikasi yaitu
sebanyak 380 bidang. Program tersebut terus dilakukan secara intensif hingga akhir tahun 2013,
dimana jumlah bidang tanah yang telah tersertifikasi menjadi sebanyak 108.214 bidang. Selanjutnya, jumlah bidang tang telah tersertifikasi tanah Petani adalah sebesar 6.405 bidang, nelayan
sebanyak 700 bidang, MBR sebanyak 1.550 bidang, UKM 2.261 bidang dan Transmigrasi yang
difokuskan untuk para Transmigran telah disertifikasi sebanyak 507 bidang.

Profil Pertanahan Provinsi D.I. Yogyakarta 2015 - Kementerian PPN / Bappenas

4

Tabel II
Jumlah Bidang yang Telah Memiliki Sertifikat Hak Milik Atas Tanah di Provinsi D.I. Yogyakarta
No.

Tahun

Swadaya

PRONA

Petani

Nelayan

MBR

UKM

Transmigrasi

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

s.d 2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Total

181.130
6.823
7.110
3.684
5.274
4.752
3.564
4.114
4.862
2.867
5.631
229.811

0
0
380
0
8.410
11.616
13.561
9.223
15.182
32.142
17.700
108.214

0
0
0
255
0
0
1.400
1.225
975
1.000
1.550
6.405

0
0
0
0
0
0
100
200
100
200
100
700

0
0
0
0
0
0
0
500
300
350
400
1.550

0
0
0
100
150
150
361
400
400
300
400
2.261

0
0
0
0
0
0
0
80
326
101
0
507

Sumber: Kanwil BPN Provinsi D.I. Yogyakarta, 2014

Profil Pertanahan Provinsi D.I. Yogyakarta 2015 - Kementerian PPN / Bappenas

Data dan Informasi Pertanahan Provinsi D.I. Yogyakarta

Selain sertifikat Hak Milik, BPN Provinsi D.I. Yogyakarta juga mengeluarkan sertifikat tanah
dalam bentuk Hak Guna Bangunan (HGB), Hak Pakai, Hak Tanggungan, Hak Wakaf dan Hak Pengelolaan. Tabel III menjabarkan data jumlah bidang yang memiliki 6 (enam) bentuk ser tifikat tanah
di Provinsi D.I. Yogyakarta tersebut. Sertifikat Hak Guna Bangunan yang telah dikeluarkan oleh
BPN Provinsi D.I.Yogyakarta, sebanyak 17.762 bidang dengan luas tanah sebesar 7.562.927 Ha.
Sedangkan untuk sertifikat hak pakai yang telah dikeluarkan sebanyak 12.650 bidang dengan luas
tanah sebesar 14.448.315 Ha. Selain HGB dan Hak Pakai, sertifikat hak tanggungan, hak Wakaf
dan hak pengelolaan juga telah dikeluarkan oleh Kanwil BPN Provinsi D.I.Yogyakarta di mana masing-masing sertifikat itu berjumlah 109.877 bidang (12.171.749 Ha) untuk hak tanggungan, 3.205
bidang (350.831 Ha) untuk hak Wakaf dan 43 bidang (8,11 Ha) untuk hak pengelolaan.
Tabel III
Jumlah Bidang dan Luas Tanah yang Telah Memiliki Sertifikat
Berdasarkan Jenis Hak yang Dikeluarkan di Provinsi D.I. Yogyakarta
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Sertifikat Hak Atas
Tanah
Hak Guna Usaha
Hak Guna Bangunan
Hak Pakai
Hak Sewa
Hak Tanggungan
Hak Wakaf
Hak Pengelolaan

Jumlah (Bidang)

Luas (Ha)

0
17.762
12.650
0
109.877
3.205
43

0
7.562.927
14.448.315
0
12.171.749
350.831
8.11

Sumber : Kanwil BPN Provinsi D.I. Yogyakarta, 2014

Tabel IV
Persentase Perbandingan antara
Luas Wilayah dengan Luas Tanah
yang Sudah Memiliki Sertifikat
di Provinsi D.I. Yogyakarta
Sertifikat Hak Atas Tanah
HGB
Hak Pakai
Hak Tanggungan
Hak Wakaf
Hak Pengelolaan

2384,71 %
4555,77 %
3837,94 %
110.62 %
0,00 %

Sumber : Kanwil BPN Provinsi D.I.Y, 2014

Persentase perbandingan antara luas
wilayah dan luas tanah yang tersertifikasi hak atas
tanah di Provinsi D.I.Yogyakarta, hampir secara keseluruhan melebihi angka 100%.Seperti HGB yang
mencapai 2384,71%, Hak pakai yang mencapai
4555,77%, Hak tanggungan sebesar 3837,94%
dan Hak Wakaf yang mencapai 110,62%.Angka prosentase ini, dapat mengindikasikan bahwa
adanya pengulangan dalam pengeluaran sertifikat
hak atas tanah di Provinsi ini mengingat tingginya
nilai transaksi jual beli tanah di Provinsi D.I.Yogyakarta yang mencapai Rp. 1.165.960.596,43.

Persentase luasan sertifikat hak atas tanah yang melebihi dari total luas wilayah Provinsi D.I.
Yogyakarta mengindikasikan adanya pendataan berulang tanpa mempertimbangkan luasan bidang
tanah yang telah tersertifikasi sebelumnya. Namun, bagi Hak Tanggungan hal tersebut tidak menjadi suatu masalah mengingat pendataan yang dilakukan terhadap hak tersebut melalui prosedur
ROYA oleh pihak Perbankan yang bersangkutan.
7

Profil Pertanahan Provinsi D.I. Yogyakarta 2015 - Kementerian PPN / Bappenas

Data dan Informasi Pertanahan Provinsi D.I. Yogyakarta

III.

Tanah Terlantar

Pengaturan mengenai tanah terlantar telah diatur dalam PP Nomor 11 Tahun 2010 Pasal
2 dan Pasal 15 ayat (1) tentang Penetapan dan Pendayagunaan Tanah Terlantar. Tanah Terlantar
merupakan salah satu sumber TOL (Tanah Objek Landreform) yang akan digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat di tiap daerah. Oleh karenanya, pe netapan tanah terlantar pada sejumlah bidang tanah yang terindikasi terlantar dapat memiliki peran penting khususnya membantu
memperbaiki kesejahteraan masyarakat.
Tanah yang terindikasi terlantar yang telah didata oleh Kanwil BPN Provinsi D.I.Yogyakarta,
sebanyak 6 bidang tanah dengan luas tanah mencapai 48,42 Ha. Tanah ini harusnya dapat dimanfaatkan sesuai peruntukkannya, sesuai apa yang telah diatur di PP Nomor 11 Tahun 2010. Dari 6
bidang yang diindikasikan terlantar, keseluruhan bidang tersebut sudah ditetapkan sebagai tanah
terlantar. Berikut adalah perbandingan antara jumlah bidang dan luas tanah yang telah terindikasi
dan ditetapkan sebagai tanah terlantar di Provinsi D.I.Yogyakarta.
Diagram 1
Perbandingan Antara Jumlah Bidang dan Luas Tanah yang Terindikasi Terlantar dan
yang Telah Ditetapkan Sebagai Tanah Terlantar
di Provinsi D.I. Yogyakarta

Sumber: Kanwil BPN Provinsi D.I. Yogyakarta, 2014

Hingga akhir tahun 2013, dari jumlah 6 bidang tanah yang terindikasi terlantar, keseluruhannya sudah ditetapkan sebagai tanah terlantar atau mencapai 100% dari total bidang yang
ditetapkan sebagai tanah terlantar. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak ada tanah yang kosong
atau dibiarkan terlantar di Provinsi D.I.Yogyakarta ini sehingga dapat dilanjutkan untuk pembangunan-pembangunan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat D.I.Yogyakarta.

Profil Pertanahan Provinsi D.I. Yogyakarta 2015 - Kementerian PPN / Bappenas

8

Data dan Informasi Pertanahan Provinsi D.I. Yogyakarta

IV.

Redistribusi Tanah dan Legalisasi Aset

Kegiatan redistribusi tanah dan legalisasi aset dilakukan sebagai upaya memperbesar akses
masyarakat terhadap tanah sehingga ada pemerataan akses di berbagai kalangan masyarakat. Akses yang diberikan tidak hanya pemberian lahan tanah untuk digarap. Pemberian akses ini berupa
program-program pemberdayaan yang disesuaikan dengan target program yang akan diberikan.
Program-program yang diberikan di Provinsi D.I. Yogyakarta dimulai dari tahun 2009 dimana
program yang diberikan terdiri dari 3 (tiga) program, yaitu program UKM dengan target 300 bidang,
program pertanian sebanyak 1.129 bidang dan Program Nelayan sebanyak 200 bidang. Program
ini juga terus diberikan pada tahun 2010 hingga tahun 2013, dimana pada tahun 2010, program
yang diberikan sebanyak 3 (tiga) program, yaitu program UKM sebanyak 500 bidang (50,44 Ha)
dengan jumlah penerima nya sebesar 459 KK. Lalu ada program pertanian dan program Nelayan
yang masing-masing berjumlah 1.400 bidang (244,03 Ha) dengan penerima sebanyak 1.110 KK
dan 200 bidang tanah (33,19 Ha) dengan penerima sebanyak 180 KK. Program yang sama juga
diberikan hingga tahun 2013. Harapannya, program-program yang diberikan ini akan meningkatkan
kemampuan masyarakat yang diberikan akses dan kepemilikan hak atas tanah dalam mengelola
tanah tersebut, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Indonesia.
Diagram 2
Program Pemberdayaan Pasca Legalisasi Asset LINTOR dan Jumlah
Bidang di Provinsi D.I. Yogyakarta

Sumber: Kanwil BPN Provinsi D.I. Yogyakar-

9

Profil Pertanahan Provinsi D.I. Yogyakarta 2015 - Kementerian PPN / Bappenas

Data dan Informasi Pertanahan Provinsi D.I. Yogyakarta

Tamansari, Kraton Yogyakarta
Istana ini dibangun tahun 1758 oleh Sultan Hamengkubuwono I
sebagai rumah peristirahatan bagi keluarga kerajaan.
www.visitindonesia.travel

V.

Kasus Pertanahan

Kasus pertanahan yang dibagi berdasarkan subjek kasus yang terjadi di Provinsi D.I.Yogyakarta, hingga tahun 2013 berjumlah 237 kasus pertanahan, dimana 236 kasus merupakan kasus
yang terjadi antar masyarakat, sedangkan 1 kasus merupakan kasus yang terjadi antar masyarakat
dan pemerintah, baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Beda halnya dengan kasus
pertanahan apabila dibagi berdasarkan objek kasus pertanahan yang terjadi di Provinsi D.I.Yogyakarta. Hingga akhir tahun 2013, kasus pertanahan yang terjadi berjumlah 664 kasus. Kasus yang
terbesar terjadi adalah kasus terkait penjualan atau transaksi jual-beli tanah berkali-kali sebanyak
148 kasus. Kemudian ada kasus terkait akta jual-beli palsu sebanyak 141 kasus. Jumlah rinci kasus-kasus pertanahan yang terdapat di Provinsi D.I.Yogyakarta hingga akhir tahun 2013 dapat dilihat pada Diagram 3.
Diagram 3
Kasus Pertanahan Berdasarkan Objek di Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2013

Sumber: Kanwil BPN Provinsi D.I. Yogyakarta, 2014
Profil Pertanahan Provinsi D.I. Yogyakarta 2015 - Kementerian PPN / Bappenas

10

Data dan Informasi Pertanahan Provinsi D.I. Yogyakarta

Diagram 4
Jumlah Kasus yang Terselesaikan di Provinsi D.I. Yogyakarta

Sumber: Kanwil BPN Provinsi D.I. Yogyakarta, 2014

Dari jumlah kasus pertanahan yang terjadi di Provinsi D.I. Yogyakarta tersebut, apabila diprosentase kan, baru 58,93% dari jumlah kasus tersebut yang diselesaikan. Kasus-kasus tersebut
diselesaikan dengan berbagai cara, dimana cara yang dominan dilakukan adalah melalui jalur hukum
(Kategori K4) sebanyak 190 kasus. Kemudian untuk kategori K5 kasus yang diselesaikan sebanyak
118 kasus dan kategori K3 sebanyak 102 kasus. Adapun penyelesaian melalui SK menjadi jalur paling sedikit dalam penyelesaian yang dilakukan di Provinsi D.I. Yogyakarta, yakni sebanyak 16 kasus.

Sumber : Kanwil BPN Provinsi D.I. Yogyakrta, 2014

Diagram 5
Prosentase Antara Jumlah Kasus Pertanahan dengan Jumlah Kasus
yang Terselesaikan di Provinsi D.I. Yogyakarta

11

Profil Pertanahan Provinsi D.I. Yogyakarta 2015 - Kementerian PPN / Bappenas

Data dan Informasi Pertanahan Provinsi D.I. Yogyakarta

VI. Jumlah dan Nilai Transaksi Tanah
Jumlah dan nilai transaksi tanah ini dapat melihat bagaimana nilai ekonomi tanah yang dimiliki
oleh suatu wilayah, yang mana angka-angka yang terdapat di jumlah dan nilai transaksi tanah ini
dapat mengindikasikan tingkat perkotaan yang dimiliki suatu wilayah. Jumlah dan nilai transaksi
tanah yang terdapat di Provinsi D.I.Yogyakarta, hingga tahun 2013, berjumlah 9.738 bidang dengan jumlah nilai transaksi tanah yang mencapai Rp 1.165.960.596,43. Hal ini dapat menandakan
bahwa nilai dan jumlah transaksi jual-beli tanah yang terdapat di Provinsi ini termasuk tinggi dan
menunjukan bahwa provinsi ini masuk ke dalam kategori kota yang cukup dominan.

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Tabel V
Perbandingan Jumlah dan Nilai Transaksi Tanah dengan Perkembangan
Jumlah Penduduk di Provinsi D.I. Yogyakarta
Jumlah Transaksi Nilai Transaksi Jual-Beli
Tahun
Jumlah Penduduk
Jual Beli (Bidang)
(Rp)
s.d 2003
0
0
3.207.385
2004
0
0
3.220.808
2005
0
0
2006
0
0
2007
0
0
3.359.404
2008
1.126
0
3.393.003
2009
1.649
0
3.426.637
2010
1.849
379.704.101,33
3.457.491
2011
1.675
415.127.664,50
3.487.325
2012
1.241
371.128.830,60
3.514.762
2013
2.198
0
3.594.854
TOTAL
9.738
1.165.960.596,43

Sumber : Kanwil BPN Provinsi Bali, 2014; BPS Provinsi D.I. Yogyakarta, 2014; BPS D.I. Yogyakarta, 2014

Berdasarkan data yang didapatkan, jumlah penduduk Provinsi D.I. Yogyakarta dari tahun
2003 hingga 2004 dan 2007 hingga 2013 mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa
jumlah penduduk mempengaruhi jumlah dan nilai transaksi jual-beli tanah di provinsi tersebut.
Meningkatnya jumlah penduduk tersebut memengaruhi potensi nilai jual dari tanah yang ada di
Provinsi D.I. Yogyakarta. Oleh karena lahan yang ada terbatas sementara tingkat permintaan setiap tahunnya meningkat mengakibatkan adanya peningkatan jumlah dan nilai transaksi jual-beli
tanah di Provinsi D.I. Yogyakarta.

VIII. Juru Ukur Pertanahan
Pegawai pertanahan yang bekerja di lingkungan Kanwil BPN Provinsi D.I.Yogyakarta untuk
pegawai non-juru ukur, hingga akhir tahun 2013, berjumlah 436 orang dimana angka ini cenderung menurun dari tahun sebelumnya, yaitu tahun 2012 dengan jumlah pegawai non-juru ukur
berjumlah 457 orang. Beda halnya untuk pegawai juru ukur pertanahan, di mana hingga akhir

Profil Pertanahan Provinsi D.I. Yogyakarta 2015 - Kementerian PPN / Bappenas

12

Data dan Informasi Pertanahan Provinsi D.I. Yogyakarta

tahun 2013, hanya berjumlah 67 orang atau memiliki perbandingan sebesar 1:6. Berikut adalah
diagram perbandingan pegawai juru ukur dan pegawai non-juru ukur yang bekerja di lingkungan
Kanwil BPN Provinsi D.I.Yogyakarta, dari tahun 2003 hingga akhir tahun 2013.
Kanwil BPN Provinsi D.I. Yogyakarta menyatakan bahwa perbandingan antara jumlah pegawai non juru ukur dengan pegawai juru ukur dirasa belum mencukupi kebutuhan yang diharapkan.
Belum mencukupi dalam hal ini karena volume pekerjaan pengukuran bidang tanah di lingkungan
Kanwil BPN Provinsi D.I.Yogyakarta setiap harinya mencapai ±170 bidang.Dimana dengan jumlah
kegiatan pengukuran ini, idealnya, petugas ukur setiap hari menyelesaikan 1-2 bidang sehingga jumlah petugas ukur yang dibutuhkan berjumlah 85 orang.
Diagram 6
Jumlah Pegawai Pertanahan di BPN Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2013

Sumber : Kanwil BPN Provinsi D.I. Yogyakarta, 2014

VIII. Isu Spesifik Pertanahan
Dari data yang didapatkan, isu spesifik terkait pertanahan seperti pengadaan tanah untuk
pembangunan bandara baru Adisucjipto di Kulon Progo, Tanah adat dan pengaturan serta penataan pertanahan terkait Pemantapan luas LP2B di Daerah Istimewa Yogyakarta. Terkait pengadaan
tanah untuk pembangunan Bandar Internasional Yogyakarta di Kulon Progo, dilatar belakangi oleh
lokasi rencana pembangunan bandara baru yang menempati lahan Pakualaman dan lahan milik
13

Profil Pertanahan Provinsi D.I. Yogyakarta 2015 - Kementerian PPN / Bappenas

Data dan Informasi Pertanahan Provinsi D.I. Yogyakarta

warga. Pembangunan bandara ini mengambil lokasi di tanah warga yang sampai saat ini masih
memiliki pro kontra, karena warga takut hal tersebut akan mempengaruhi aktivitas perekonomian warga. Sampai saat ini,, sampai tahap sosialisasi kepada warga agar warga bersedia untuk
melepas tanah mereka melalui ganti rugi yang akan disepakati oleh kedua belah pihak (Tim dengan
masyarakat).
Selain isu mengenai pengadaan tanah, Inventarisasi tanah adat kesultanan Yogyakarta menjadi isu pertanahan yang juga perlu menjadi perhatian.Isu ini terkait kepentingan inventarisasi tanah
tersebut sehingga menurunkan potensi terjadinya konflik atas tanah tersebut dan tertib administrasi pertanahan. Inventarisasi ini juga di diperkuat dengan Disahkannya UU Nomor 13 tahun 2012
tentang Keistimewaan DIY tanah kesultananan Yogyakarta dan Tanah Kadipaten Pakualaman diinventarisasi dengan maksud adalah tertib administrasi pertanahan dan untuk memberikan pengertian kepada Kepala desa khususnya para penggarap bahwa tanah milik Kesultanan dan Kadipatenan Pakualaman yang dipergunakan untuk kemakmuran/kesejahteraan masyarakat. Inventarisasi
tanah adat ini dilakukan oleh BPN sebagai pemerintah yang berwenang, melalui berbagai kegiatan
diantaranya yaitu:
a. Pelacakan/identifikasi data subjek/objek tanah Sultan Ground/Pakualaman Ground;
b. Pensertifikatan tanah Sultan/Pakualaman; dan
c. Membantu pengadaan alat ukur CORS dengan anggaran dari pemerintah Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Isu lainnya yang terkait pertanahan di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah terkait pemantapan luas sawah untuk LP2B sebagai salah satu upaya menekan alih fungsi lahan di Daerah Istimewa
Yogyakarta.Isu pemantapan luas lahan ini di latar belakangi oleh semakin tinggi nya angka konversi
lahan pertanian sehingga lahan-lahan produktif yang sebelumnya menghasilkan berbagai macam
bahan pangan berubah fungsi menjadi lokasi perumahan, gedung atau jalan. Meningkatnya pertumbuhan penduduk di DIY ikut mempengaruhi kondisi sektor pertanian yang dari tahun ke tahun
semakin menurun jumlah dan produksinya, sehingga dengan adanya laju konversi lahan yang tidak
terkendali akan memicu krisis ketahanan pangan di DIY. Hasil Sensus Pertanian 2013 (ST2013)
menyebutkan bahwa jumlah rumah tangga usaha pertanian di DIY mengalami penurunan sebanyak
78.564 rumah tangga dari 574.349 rumah tangga pada tahun 2003 menjadi 459.785 rumah
tangga pada tahun 2013, yang berarti terjadi penurunan sebesar 13,68% dalam kurun waktu 10
tahun. Penurunan terbesar terjadi di Kota Yogyakarta sebesar 63,51% dan penurunan terendah
terjadi di Kabupaten Gunungkidul sebesar 4,50%. Untuk ketiga kabupaten yang lain, yaitu Sleman
sebanyak 23,59%, Bantul 17% dan Kulonprogo 6,46%. Penekanan alih fungsi lahan pertanian di
DIY perlu diadakan Realisasi kegiatan koordinasi Pemantapan luas sawah untuk mengantisipasi
dampak ketahanan pangan yang semakin menurun, sehingga pada tanggal 12 November 2013
Tim koordinasi Pemantapan luas sawah DIY dalam rapat koordinasi (konsinyering II) antara Kanwil
BPN DIY dengan Pemda DIY telah menyepakati luas baku sawah DIY yaitu seluas 56.031 Ha, yang
terdiri dari sawah irigasi seluas 47.671 Ha dan sawah tadah hujan seluas 8.359 Ha, dengan perinciannya Kabupaten Sleman 23.061 Ha, Kabupaten Bantul 15.616 Ha, Kabupaten Kulonprogo
10.338 Ha dan Kabupaten Gunungkidul 7.015 Ha. Penetapan luas sawah DIY ini diharapkan dapat
mempertahankan lahan pertanian di DIY yang jumlahnya semakin menyempit karena akan berdampak pada krisis ketahanan pangan di DIY.

Profil Pertanahan Provinsi D.I. Yogyakarta 2015 - Kementerian PPN / Bappenas

14

Data dan Informasi Pertanahan Provinsi D.I. Yogyakarta

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Tanpa Angka Tahun. “Program Prioritas: LARASITA,” dalam http://www.bpn.go.id. Diunduh 18 September 2014
Laporan Akhir Multi Donor Fund 2012, Masa Depan yang Berkelanjutan: Warisan Rekonstruksi, Volume 2: Lembaran Info Proyek.
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Limbong, Bernhard. 2012. Konflik Pertanahan. Jakarta: Margaretha Pustaka
Santoso, Urip. 2009. Hukum Agraria dan Hak-Hak Atas Tanah. Jakarta: Kencana.
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah
Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2010 Tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah
Terlantar
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 Tentang Penatagunaan Tanah
Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
Peraturan Menteri Agraria/KPPN No.5 Tahun 1999 Tentang Pedoman Penyelesaian Masalah
Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat.
UU No. 5 Tahun 1970 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
UU No. 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
UU No. 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum

15

Profil Pertanahan Provinsi D.I. Yogyakarta 2015 - Kementerian PPN / Bappenas

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

PERBANDINGAN BUDIDAYA "AIR LIUR" SARANG BURUNG WALET ANTARA TEKNIK MODERN DAN TEKNIK KONVENSIONAL (Studi Pada Sarang Burung Burung Walet di Daerah Sidayu Kabupaten Gresik)

6 108 9

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157

Pengaruh Pengelolaan Keuangan Daerah Dan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Study Kasus Pada Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah Di Pemerintah Kota Bandung)

3 29 3

Sistem Informasi Absensi Karyawan Di Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung

38 158 129

Prosedur Verifikasi Internal Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat

2 110 1

Hubungan Anggaran Penjualan Dengan Pendapatan Opersi Pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung

3 53 74

Pengaruh Implementasi Kebijakan Tentang Sistem Komputerisasi Kantor Pertahanan (KKP) Terhadap Kualitas Pelayanan Sertifikasi Tanah Di Kantor Pertanahan Kota Cimahi

24 81 167

Kontrol Yuridis PTUN dalam Menyelesaikan Sengketa Tata UsahaNegara di Tingkat Daerah

0 0 25