Implementasi E Procurement pada Pemerint (1)

4. Struktur birokrasi

3. Disposisi

Terdapatnya Standart Operating Pro- Kebijakan atau program yang harus

cedure yang mengatur tata aliran mereka

pekerjaan dan pelaksanaan program. kebijakan

Selain itu Berkaitan dengan penelitian pelaksana yang memiliki hasrat kuat

membutuhkan

pelaksana-

ini, maka fenomena yang dipergunakan dan komitmen yang tinggi agar mampu

untuk mengukur struktur birokrasi mencapai tujuan kebijakan yang diha-

adalah: 1. Pembentukan Struktur Orga- rapkan. Terdapat tiga unsur utama

nisasi; 2. Pembagian Tugas; 3. Koor- yang mempengaruhi kemampuan dan

dinasi dari para pelaksana kebijakan. kemauan

melaksanakan kebijakan yaitu:

Metode Penelitian

a. Kognisi yaitu seberapa jauh pema- haman pelaksanan terhadap kebijakan.

Mendasarkan pada pelaksanaan pene- Pemahaman terhadap tujuan kebijakan

litian, maka metoda penelitian yang sangatlah penting bagi aparat pelak-

digunakan adalah penelitian deskriptif dengan sana lebih-lebih apabila sistem nilai

analisis data kualitatif dan kuantitatif. Metoda yang mempengaruhi sikapnya berbeda

deskriptif ini digunakan untuk melukiskan dengan sistem nilai pembuat kebijak-

secara sistematis fakta atau karakteristik an, maka implementasi kebijak-an tidak

populasi tertentu atau bidang tertentu secara populasi tertentu atau bidang tertentu secara

tariat LPSE Pemerintah Kota Surabaya, 2002:22).

PPK dan organisasi yang terkait dengan Penggunaan metoda deskriptif karena

proses pengadaan barang/jasa melalui e- penelitian ini memfokuskan pada penelitian

procurement. Dengan diambilnya informan lapangan untuk mendapatkan data atau

dari berbagai unsur tersebut diharapkan akan masukan dari masyarakat sebagai data

mendapatkan data yang lebih valid dan primer. Deskriptif kuantitatif lebih menitik

lengkap, sehingga hasil yang didapatkan dari beratkan pada interpretasi dari data-data

penelitian ini akan lebih obyektif, lengkap dan kuantitatif yang ada di lapangan. Sedang

dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. kan deskriptif

Teknik pengumpulan data dalam pene- beratkan

kualitatif

yaitu menitik

litian yang bersifat kombinasi antara data informasi kualitatif

pada pengungkapan

berbagai

kualitatif dan data kuantitatif. Maksud dari dikumpulkan kemudian dianalisa.

kombinasi tersebut adalah untuk men- Penentuan lokasi penelitian dilakukan

dapatkan data yang lebih lengkap, sehingga secara sengaja atau purposive. Adapun lokasi

akan memudahkan dalam hal memahami yang menjadi tempat penelitian adalah

fenomena yang terjadi di lapangan. Data Sistem Lelang Elektronik (E-Procurement) di

kualitatif didapatkan dari lapangan sebagai Kota Surabaya. Alasan dipilihnya Sistem

data primer, sedangkan data kuantitatif Lelang Elektronik (E-Procurement) di Kota

diperoleh dari kantor layanan E-Procurement Surabaya sebagai tempat penelitian, ada

Kota Surabaya dan berbagai website yang beberapa pertimbangan, yaitu:

berhubungan dengan pelaksanaan E-Pro- curement berfungsi sebagai data sekunder.

a. E-Procurement yang diterapkan di Kota Adapun teknik pengumpulan data secara Surabaya, merupakan salah satu sistem

kualitatif dalam penelitian ini berupa: 1. lelang elektronik berlangsung kurang lebih

Wawancara

secara

mendalam (indepth

8 tahun. Tentunya dalam kurun waktu intervie), dilakukan terhadap panitia mau- tersebut, sistem lelang elektronik Kota

pun penyedia barang/jasa yang dianggap Surabaya sudah mampu memberikan

paling mengetahui proses pelak-sanaan gambaran baik berupa kelemahan dan

lelang elektronik; 2. Pengumpulan data kelebihan yang terjadi sampai saat ini.

sekunder yang ada di Sekretariat LPSE

b. Selain itu, E-Procurement Kota Sura- Pemerintah Kota Surabaya akan dijadikan baya mendapatkan apresiasi yang cukup

sebagai data pembanding data primer. baik dari pemerintah daerah, pusat mau-

Teknik pengumpulan data secara kuan- pun lembaga yang giat melakukan per-

titatif atau sekunder dalam penelitian ini baikan kinerja pemerintahan.

adalah berupa pengumpulan data kepus- takaan.

Data yang diambil dari penelitian yang Instrumen penelitian yang digunakan mengambil lokasi pada Sekretariat LPSE

terutama adalah Pemerintah Kota Surabaya ini lebih bersifat

dalam

penelitian ini

pedoman wawancara tidak terstruktur yang kualitatif, oleh sebab itu sampel yang diambil

memudahkan dalam lebih bersifat informan. Penentuan informan

berfungsi

untuk

penggalian data dari informan yang dila- penelitian

kukan wawancara secara mendalam (indepth sampling. Hal ini berarti informan ditentukan

dengan sengaja tidak secara acak. Adapun Pedoman wawancara, memberikan perta- informan penelitian terdiri dari penyedia

nyaan yang diajukan kepada informan kita barang/jasa yang pernah menjadi peme-

kembangkan sesuai dengan kondisi di nang lelang dan yang kalah dalam penen-

lapangan. Dengan demikian penggalian tuan lelang. Di samping itu, informan

data lebih berkembang setelah diadakan penelitian ini juga berasal dari panitia

wawancara di lapangan, meskipun perta- pelaksana proses pengadaan barang/jasa,

nyaan yang diajukan tidak tercantum dalam nyaan yang diajukan tidak tercantum dalam

mencapai tujuan dan sasaran dari kebijakan lebih

sederhana diperoleh, hasil-hasilnya

e-procurement.

harus diinterpretasikan

Intensitas pemberian informasi atau tin- hubungan dan implikasi yang lebih luas dari

untuk

mencari

dakan sosialisasi menjadi garansi untuk hasil penelitian. Interpretasi dan implikasi ini

memberikan gambaran yang jelas dan tepat dilakukan dengan cara terbatas. Karena

terkait dengan pelaksanaan kebijakan e- peneliti hanya melakukan interpretasi atas

procurement di Kota Surabaya. Beberapa data dan hubungan yang ada dalam pene-

informan menyebutkan bahwa media-media litian. (Sofian Effendi dan Chris Manning

yang dipergunakan adalah melalui sosialiasi dalam Masri Singarimbun dan Sofian Effendi

baik cetak mapun elektronik, leaflet mau- editor, 2008:263).

pun sosialiasi langsung ataupun pela-tihan di LPSE bagi rekanan/penyedia barang dan jasa.

Temuan dan Analisis Komunikasi

Beberapa informan menyebutkan bahwa media-media tersebut sebagai media dalam Sosialisasi menjadi sesuatu yang penting

penyampaian informasi mengenai pelatihan e- dalam dimensi komunikasi sebagaimana yang

berbagai aktivitas dikatakan oleh baik Edward III, Van Metter &

procurement,

Dengan

sosialiasi dan media yang digunakan terkait Van Horn serta Chema & Rondinelli. Yang

dengan pelaksanaan kebijakan e-procurement, menarik disini bahwa dalam proses sosia-

pada akhirnya membuahkan hasil yang cukup lisasi tersebut, pejabat publik yang merupa-

menggembirakan bagi penyelenggara layanan kan figur yang dapat memberikan pengaruh

pengadaan barang/jasa sendiri. Pemahaman yang

e-procurement pada kepentingan (stakeholders) untuk melaksana-

signifikan kepada

tataran praktis terlihat sudah diketahui kan kebijakan e-procurement terlibat langsung

berbagai pemangku dalam pelaksanaannya.

kepentingan, maupun bagi para pelaku usaha Sesuatu yang sangat berguna untuk

tersebut sebagaimana mempengaruhi pelaksana kebijakan dan

diperoleh dari berbagai pelaku

informasi

yang

informan rekanan yang dijumpai. karakter birokrasi dan/atau masyarakat kita

usaha. Karena

diketahui

bahwa

Sedangkan komitmen untuk melaksanakan secara umum adalah paternalistik, sehingga

kebijakan juga tampak dalam hasil wawancara kepatuhan terhadap pimpinan atau public

dengan berbagai informan yang dilakukan. figure masih sangat kental dijalankan, sehing

Pimpinan

daerah

dan aparatur yang

telah mempraktikan procurement pada tataran praktik dapat lebih

ga keberhasilan sosialisasi

kebijakan

e-

berwenang tersebut

secara cukup baik e-procurement. terjamin. Hal yang menarik juga dalam proses

Sumber Daya

sosialisasi dari kebijakan e-procurement ini adalah bahwa staf layanan e-proc bekerjasama

Meskipun komunikasi mengenai tujuan dengan pihak yang berkompeten tidak hanya

e-procurement dilakukan melakukan sosialisasi secara verbal melalui

dan

sasaran

tetap saja belum ceramah, seminar, penyampaian pengumuman

dengan cukup

baik,

menjamin secara utuh bahwa efektivitas melalui

e- procurement pelatihan-pelatihan yang bertujuan agar para

media, tetapi

terjamin. Hal lain yang perlu diperhatikan pemangku kepentingan yang terlibat langsung

terkait dengan pelaksanaan kebijakan e- dalam proses

procurement ini adalah mengenai sumber procurement dapat mengetahui secara teknis

pelaksanaan kebijakan

e-

daya. Ini sesuai dengan pandangan yang bagaimana pelaksanaan pengadaan barang

dikemukakan oleh Edward III, Van Metter & dan jasa melalui sistem elektronik. Media ini

Van Horn serta Chema & Rondinelli, bahwa kiranya menjadi strategi sosialisasi yang tepat

walaupun isi, tujuan dan sasaran suatu untuk memberikan informasi yang jelas

kebijakan sudah dikomunikasikan secara kebijakan sudah dikomunikasikan secara

fasilitas itu masih terbatas. Oleh karena itu, untuk melaksanakannya, maka efektivitas

untuk mengatasi kendala ini, maka ke depan proses implementasi kebijakan tidak akan

layanan e-proc perlu melengkapi berbagai berjalan optimal.

sarana dan prasarana tersebut. Sumber daya yang dimaksud berkenaan

Di samping sumber daya manusia dan dengan ketersediaan sumberdaya pendukung,

sarana prasarana, dana juga menjadi khususnya sumber daya manusia, sarana

kendala dalam pelaksanaan e-procurement, prasarana dan anggaran. Dimensi ini penting

sehingga saat ini, layanan e-proc terus karena diakui bahwa tanpa sumber daya

mengupayakan peningkatan anggaran dalam yang

atau efektivitas kebijakan hanya tinggal ”hitam di atas putih”

pelaksanaan e-procurement. Berbagai kegiatan saja. Hanya merupakan dokumen penting

tersebut dirasakan cukup memadai untuk yang tidak punya makna sama sekali dalam

e-procurement, tetapi perlu praktiknya. Oleh karena itu, ketersediaan

pelaksanaan

dilakukan upaya perbaikan dan peningkatan sumber daya yang memadai menjadi syarat

yang signifikan ke depannya agar pelaksanaan lain

e-procurement menjadi lebih optimal lagi. Hal procurement di Kota Surabaya dapat berjalan

agar implementasi

kebijakan

e-

yang perlu diperhatikan dalam penganggaran dengan efektif.

atau pendanaan ke depan terkait eprocurement Terkait

adalah persoalan pada peningkatan anggaran berdasarkan data sekunder, observasi dan

untuk LPSE. Hal itu karena di LPSE kota wawancara yang dilakukan di lapangan, dapat

Surabaya ada sejumlah hal yang seharusnya dijelaskan sebagai berikut.

anggarannya yakni terkait Pelaksana dalam kebijakan e-procurement

dialokasikan

penambahan server dan back up server, DRC di Kota Surabaya sudah cukup memadai

serta bidding point, sehingga memudahkan ditinjau dari aspek kualitas maupun kuan-

layanan LPSE ke titas. Sementara kuantitas dan frekuensi

pengguna mengakses

depannya.

pekerjaan terkait pengadaan barang dan jasa, dari waktu ke waktu terus meningkat. Selain

Disposisi atau Sikap

itu jumlah pelaksana teknis pada layanan yang melaksanakan aktivitas e-procurement

Jika implementor setuju dengan bagian- juga belum memadai. Hal itu ditunjukkan

bagian isi dari kebijakan maka mereka oleh jumlah trainer yang terbatas dan masih

akan melaksanakan dengan senang hati tetapi dirangkap

jika pandangan mereka berbeda dengan lingkungan kerja pada LPSE.

oleh pegawai

yang

ada di

pembuat kebijakan maka proses implementasi Demikian juga tenaga verifikatur, teknisi

akan mengalami banyak masalah. Merupakan dan helpdesk yang jumlahnya pun belum

yang mempengaruhi mencukupi secara ideal untuk melaksanakan

efektifitas implementasi kebijakan adalah beban kegiatan yang ada terkait dengan

sikap implementor.

eprocurement. Dengan kondisi sumber daya Ada tiga bentuk sikap/respon implementor aparatur tersebut maka optimalisasi dan

terhadap kebijakan ; kesadaran pelaksana, efektivitas

petunjuk/arahan pelaksana untuk merespon procurement menjadi relatif terganggu dan

program kearah penerimaan atau penolakan, berbagai pekerjaan terkait pengadaan barang

dan intensitas dari respon tersebut. Para jasa secara elektronik dapat tidak terlaksana

pelaksana mungkin memahami maksud dan secara efektif.

namun seringkali Selain sumber daya manusia, dukungan

sasaran

program

mengalami kegagalan dalam melaksanakan sarana dan prasarana yang memadai, teru-

program secara tepat karena mereka tama terkait dengan perangkat seperti: kom-

menolak tujuan yang ada didalamnya sehingga ponen (server,bandwidth) menjadi hal yang

secara sembunyi mengalihkan dan menghin- penting saat ini karena banyak daerah yang

dari implementasi program. Disamping itu dari implementasi program. Disamping itu

ini, sehingga keberhasilan itu dapat terjamin. Dukungan

daerah dalam mempengaruhi pelaksanaan program dapat

pelaksanaan kebijakan merupakan hal yang mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

sangat penting. Dalam tataran konseptual Wujud dari dukungan pimpinan ini adalah

disebut sebagai political will (keinginan menempatkan kebijakan menjadi prioritas

politik). Keinginan politik dari pimpinan program,

daerah adalah sebuah wujud komitmen yang orang-orang

keberhasilan pelaksanaan memperhatikan keseimbangan daerah, agama,

kebijakan e-procurement.

suku, jenis kelamin

Dukungan politik dioperasionalkan dengan demografi yang lain. Di samping itu

dan

karakteristik

menyediakan anggaran yang memadai untuk penyediaan dana yang cukup guna memberi-

e-procurement di wilayah kan insentif bagi para pelaksana program agar

pelaksanaan

masing-masing. Banyak sekali mereka mendukung dan bekerja secara total

kerjanya

kebijakan dan program pembangunan tidak dalam melaksanakan kebijakan/program.

terimplementasikan secara efektif dan baik Di samping faktor komunikasi dan sumber

karena tidak ada dukungan politik dari daya, efektivitas pelaksanaan e-procurement

pimpinan puncak yang memiliki kewenangan di Kota Surabaya didukung pula dari faktor

di wilayahnya. Oleh karena itu, informasi Disposisi, yaitu sikap dan perilaku dari

mengenai dukungan para pejabat politik pelaksana kebijakan. Disadari bahwa tujuan

menunjukkan bahwa ada kemauan dan dan sasaran kebijakan tersampaikan atau

komitmen untuk melaksanakan kebijakan e- tersosialisasikan secara efektif, baik dan tepat,

Dukungan tersebut harus kemudian sumber daya memadai tetapi tidak

procurement.

diwujud- nyatakan juga dalam berbagai didukung oleh disposisi atau watak dari dan

aktivitas riil, seperti pembuatan peraturan sikap yang baik dari para pelaksana, maka

yang mendukung pelaksanaan e-procurement efektivitas pelaksanaan kebijakan e-procu-

(aspek legalitasnya), pemberian kesempatan rement belum dapat dijamin dengan sempurna.

para pegawai, dan Disposisi menurut

pelatihan

kepada

pandangan Edward

menyediakan anggaran dan kegiatan yang

III, Van Metter & Van Horn serta Chema memadai terkait dengan pelaksanaan e- & Rondinelli berkenaan dengan kesediaan dari

procurement.

pelaksanaan kebijakan kebijakan publik tersebut. Artinya bahwa

para implementor

eprocurement, terlihat bahwa para pelaksana keberhasilan

dan para pelaku usaha terlihat relatif jujur ditentukan juga oleh sikap dan perilaku dari

pelaksanaan

e-procurement

dalam mengimplementasikan kebijakan ini. para pelaksana dan pelaku usaha terkait.

Hal itu terungkap dari pengamatan peneliti di Sikap atau perilaku yang dimaksud adalah

lapangan. Kejujuran adalah modal utama bagi komitmen, kejujuran dan kecakapan para

para pelaksana dan para pelaku usaha pelaksana. Para pelaksana harus mengeta-

dalam proses e-procurement, karena salah hui apa yang akan dilakukan dan mempunyai

satu tujuannya adalah terkait dengan kemampuan untuk melaksanakan e- pro-

masalah efisiensi dan pengurangan tindakan curement.

korupsi. Sehingga dalam tataran ini, nilai Berdasarkan gagasan tersebut maka dalam

kejujuran bagi para pelaksana dan pelaku tataran praktis terkait dengan pelaksanaan

usaha adalah sesuatu keniscahyaan yang kebijakan e-procurement di Kota Surabaya,

harus dipegang teguh oleh mereka. Komitmen sikap pelaksana dalam melaksanakan kebi-

bersama untuk konsisten dipraktikkan dalam jakan menggambarkan hal yang positif. Data

melaksanakan pengadaan barang/ jasa secara menunjukkan bahwa:

transparan dan jujur, meskipun diiming- Pertama

imingi oleh uang yang menggiurkan. procurement

Hasil dari pengalaman, pengamatan, dan pelaksanaan di Kota Surabaya, ada komitmen

wawancara yang dilakukan terlihat bahwa wawancara yang dilakukan terlihat bahwa

yang mempunyai barang dan jasa sebagaimana ketentuan yang

badan-badan

eksekutif

hubungan baik potensial maupun nyata ada dalam Kepres No. 80/2003, pasal 5 tentang

dengan apa yang mereka miliki dalam Etika pengadaan barang dan jasa meliputi:

menjalankan kebijakan. Van Horn dan Van (a)

Meter menunjukkan beberapa unsur yang disertai rasa tanggungjawab untuk mencapai

terhadap suatu sasaran kelancaran dan ketepatan tercapainya

mungkin

berpengaruh

organisasi dalam implementasi kebijakan, tujuan pengadaan barang/jasa; (b) Bekerja

yaitu:

secara professional dan mandiri atas dasar kejujuran, serta menjaga kerahasiaan

1. Kompetensi dan ukuran staf suatu badan; dokumen pengadaan barang dan jasa yang

2. Tingkat pengawasan hirarkhis terhadap seharusnya dirahasiakan untuk mencegah

keputusan-keputusan sub unit dan terjadinya penyimpangan dalam pengadaan

proses-proses dalam badan pelaksana; barang/jasa; (c) Tidak saling mempengaruhi

3. Sumber-sumber politik suatu organisasi baik langsung maupun tidak langsung untuk

(misalnya dukungan di antara anggota mencegah

legislatif dan eksekutif); persaingan tidak sehat; (d) Menerima dan

dan menghindari

terjadinya

4. Vitalitas suatu organisasi; bertanggungjawab atas segala keputusan yang

5. Tingkat komunikasi “terbuka”, yaitu ditetapkan sesuai dengan kesepakatan para

kerja komunikasi horizontal pihak;

jaringan

maupun vertikal secara bebas serta terjadinya pertentangan kepentingan para

(e) Menghindari

dan

mencegah

tingkat kebebasan yang secara relatif pihak yang terkait, langsung maupun tidak

tinggi dalam komunikasi dengan individu- langsung dalam proses pengadaan barang/jasa

individu di luar organisasi; (conflict of interest); (f) Menghindari dan

6. Kaitan formal dan informal suatu badan mencegah

dengan badan pembuat keputusan atau kebocoran keuangan negara dalam pengadaan

pelaksana keputusan.

barang/jasa; (g) Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi

Bila sumberdaya cukup untuk melaksa- dengan tujuan untuk keuntungan pribadi,

nakan suatu kebijakan dan para implementor golongan atau pihak lain yang secara langsung

mengetahui apa yang harus dilakukan, atau tidak langsung merugikan negara; dan

implementasi masih gagal apabila struktur (h) Tidak menerima, tidak menawarkan atau

birokrasi yang ada menghalangi koordinasi tidak menjanjikan untuk memberi atau

dalam melaksanakan menerima hadiah, imbalan berupa apa saja

yang

diperlukan

kebijakan. Kebijakan yang komplek mem- kepada siapapun yang diketahui atau patut

butuhkan kerjasama banyak orang, serta dapat diduga berkaitan dengan pengadaan

pemborosan sumberdaya akan mempenga- barang/jasa.

ruhi hasil implementasi. Perubahan yang Dengan keberhasilan para pelaksana dan

dilakukan tentunya akan mempengaruhi pelaku

individu dan secara umum akan mempenga- kejujuran dan komitmen dalam pelaksanaan e-

usaha mengaplikasi

nilai-nilai

ruhi sistem dalam birokrasi. procurement

dari dimensi Struktur kebijakan e- procurement melalui LPSE selama

Jika ditinjau

Birokrasi, pelaksanaaan e-procurement di ini yang menunjukkan terus meningkat.

Kota Surabaya telah memiliki unit organisasi pelaksana yang jelas, yakni LPSE. Kemudian

Struktur Birokrasi

mengoperasionalkan kebijakan tersebut, telah dibuatkan pedoman pelaksana Membahas badan pelaksana suatu

untuk

yang diatur dalam kebijakan, tidak dapat dilepaskan dari

yang lebih

teknis

Peraturan Walikota Surabaya Nomor 45 struktur birokrasi. Struktur birokrasi adalah

Tentang Perubahan Atas karakteristik, norma-norma, dan pola-pola

Tahun

Peraturan Walikota Surabaya Nomor 63

Tahun 2010 Tentang Pedoman

bahwa ketentuan dalam petunjuk teknis Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung

Teknis

pelaksanaan lelang telah jelas diterima dan Pengadaan Barang/Jasa dan SOPs

oleh para pelaksana. Demikian juga tentang pelaksanaan e- procurement. Data

terdapat konsistensi pesan, artinya tidak primer yang diperoleh menunjukkan dalam

kebijakan yang saling pelaksanaan e-procurement di layanan e-proc

ada

pesan

antara satu perintah sudah memiliki SOPs dengan berbagai

bertentangan

kebijakan dengan perintah yang lain. Hal kewenangan dan alur kerjanya.

karena panitia Hal ini penting karena menurut Edward

ini

dimungkinkan

pelaksana berusaha untuk memberikan

III mengimplementasikan suatu kebijakan informasi terbaru dan update yang dibutuhkan struktur birokrasi yang jelas

dapat diakses dan didownload dari fitur dengan alur kerja dan kewenangan yang

website e-proc.

2. Sumberdaya, sumber daya manusia dan implementasi kebijakan e-procurement yang

jelas pula. SOPs yang dimaksudkan dalam

sarana prasarana, dana juga menjadi ada di layanan e- proc Kota Surabaya adalah

kendala dalam pelaksanaan e-procurement, sebagai berikut: (a) Registrasi dan Verifikasi

layanan e-proc Rekanan; (b) Registrasi Admin Agency, PPK,

sehingga saat

ini,

terus mengupayakan peningkatan ang- Panitia dan Auditor; (c) Penggunaan Bidding

garan dalam rangka keberhasilan atau Room; (d) Mendaftar/Mengikuti Lelang; (e)

pelaksanaan e-procurement. Upload Data Penyedia; (f) Upload Dokumen

efektivitas

Berbagai kegiatan tersebut dirasakan Penawaran Mengubah e-mail; (g) Lupa User

cukup memadai untuk pelaksanaan e- Id; dan (h) Permintaan Pelatihan

procurement, tetapi perlu dilakukan upaya Berdasarkan rangkaian elaborasi yang

peningkatan yang telah diungkapkan di atas terlihat bahwa

perbaikan

dan

signifikan ke depannya agar pelaksanaan proses pelaksanaan kebijakan e-procurement

e-procurement menjadi lebih optimal lagi. secara keseluruhan berdasarkan dimensi-

yang perlu diperhatikan dalam dimensi teori Edward III, Van Metter & Van

Hal

penganggaran atau pendanaan ke depan Horn serta Chema & Rondinelli yang

terkait eprocurement adalah persoalan dijadikan rujukan analisis, menunjukkan

pada peningkatan anggaran untuk LPSE. bahwa dalam praktiknya telah menjadikan

Hal itu karena di LPSE kota Surabaya ada pelaksanaan e-procurement di Kota Surabaya

sejumlah hal yang seharusnya dialoka- relatif efektif, meskipun ditemukan berbagai

anggarannya yakni terkait kendala yang ada dalam dimensi-dimensi

sikan

penambahan server dan back up server, tersebut.

DRC

serta

bidding point, sehingga

memudahkan

pengguna mengakses

Simpulan

layanan LPSE ke depannya.

3. Disposisi/sikap implementor, pelaksanaan Harus

kebijakan e-procurement khususnya ter- pemerintah

diakui

pengadaan

barang/jasa

kait dengan pelaksanaan di Kota Sura- konvensional ataupun elektronik juga masih

baik yang

dilakukan

secara

baya, ada komitmen yang tinggi untuk menyisakan sejumlah pekerjaan rumah. Dari

melaksanakan kebijakan ini, sehingga hasil penelitian ini, tercatat ada beberapa hal:

keberhasilan itu dapat terjamin. Dukungan pimpinan daerah dalam

1. Faktor komunikasi, Intensitas sosialiasi pelaksanaan kebijakan merupakan hal kebijakan lelang elektronik secara umum

yang sangat penting. Dalam tataran cukup baik dan berlangsung dengan

konseptual disebut sebagai political will lancar. Panitia pengadaan melakukan

(keinginan politik). Keinginan politik dari pertemuan secara intens baik melalui

pimpinan daerah adalah sebuah wujud lokakarya, seminar, pada berbagai momen

komitmen yang positif untuk keberhasilan dan

pelaksanaan kebijakan e-procurement. informasi,

4. Struktur Birokrasi, dari dimensi Struk- 4. Struktur Birokrasi, dari dimensi Struk-

melalui elektronik sehingga masih diperlukan unit organisasi pelaksana yang jelas, yakni

pembinaan dan sosialisasi. LPSE.

Beberapa kebijakan yang bisa digunakan sionalkan kebijakan tersebut, telah dibuat-

untuk mengatasi atau bahkan meminimalisir kan pedoman pelaksana yang lebih teknis

berbagai masalah tersebut diantaranya: 1. yang diatur dalam Peraturan Walikota

Pembuatan dokumen spesifikasi permintaan Surabaya Nomor 45 Tahun 2011 Tentang

barang/ jasa harus sedetil mungkin. Tanpa Perubahan

definisi produk Surabaya Nomor 63 Tahun 2010 Tentang

berkualitas harus bisa digambarkan secara Pedoman Teknis Pelaksanaan Anggaran

jelas agar tidak dirugikan; 2. Seandainya Belanja Langsung dan Pengadaan Ba-

melakukan pengadaan barang/ jasa yang rang/Jasa dan SOPs tentang pelaksa-

sulit diukur (intangible) seperti pembelian naan e-procurement. Dalam pelaksanaan

perangkat TI, sebaiknya panitia lelang e-procurement di layanan e-proc sudah

didampingi oleh konsultan teknis yang lebih memiliki SOPs dengan berbagai kewe-

ahli; 3. Apabila proses lelang dibuat makin nangan dan alur kerjanya.

transparan maka dengan sendirinya sorotan publik dan lembaga penyidik akan berkurang;

4. Seiring gencarnya pembasmian korupsi, antara lain: Pertama, adalah kendala teknis

Kendala pelaksanaan kebijakan e-proc,

kolusi, pemahaman akan manfaat e-pro- pelaksanaan pengadaan barang dan jasa

curement, adanya peraturan hukumnya, secara elektronik di Kota Surabaya. Kendala

maka pemimpin lembaga pemerintah ini lahir terutama disebabkan oleh kualitas

akan berkomitmen mengadalan lelang secara sumber daya manusia tidak memiliki SDM

transparan; 5. Peningkatan Kapasitas SDM, aparatur yang spesifik yang menangai tugas

Kegiatan selanjutnya adalah sosialisasi yang terkait dengan pelaksanaan pengadaan

terhadap pihak yang terlibat dalam proses barang dan jasa secara elektronik.

pengadaan. Beberapa agen perubahan Kedua, kendala bersifat internal yang

kemudian dipilih untuk diberikan pendidikan dihadapi oleh unit LPSE adalah keterbatasan

dan pelatihan terkait proses pengadaan dan server dan tenaga teknis jaringan dan sistem.

penggunaan aplikasi e-procurement. Dalam Sementara

tersebut, LKPP selalu keterbatasan

semua kegiatan

mendukung penuh dengan menyediakan digunakan oleh publik pengguna LPSE dalam

lengkap dengan bentuk bidding point.

materi

pelatihan,

instrukturnya, tanpa dipungut biaya; 6. Ketiga,

Pengembangan Infrastruktur TI, Infras- telah memakai sistem ini kesulitan dalam

truktur TI dapat dibagi dalam tiga kelom- upload data penawaran (dari sisi praktik

pok besar: perangkat keras, piranti lunak, penggunaan

dan jaringan komputer. Mengingat perangkat pengguna LPSE, Panitia, Rekanan banyak

keras dan jaringan komputer akan lebih yang belum melek IT.

banyak menggunakan fasilitas yang telah ada Keempat, dari sisi pengembangan terletak

di masing- masing instansi pengguna, LKPP pada komitmen pimpinan/Kepala Daerah,

lebih berfokus pada pengembangan dan apalagi tuntutan masyarakat dewasa ini

pemeliharaan piranti lunak yaitu dalam hal menghendaki adanya clean local govern-

ini sistem aplikasi e-procurement beserta fitur ment (pemerintah daerah yang bersih dari

pendukungnya. Seluruh proses bisnis yang KKN).

tertuang dalam Keppres No. 80 Tahun 2003 Kelima, keterbatasan juklak dan juknis

dalam aplikasi e- secara elektronik untuk mengoperasionalkan

telah

diwujudkan

procurement yang dikembangkan. Selain itu, ketentuan dalam Keppres pengadaaan barang

sifat dari aplikasi yang bersifat kode sumber dan jasa.

source), bebas lisensi Keenam, penyedia jasa belum semuanya

terbuka

(open

(freelicense) dan bebas biaya (free of charge), (freelicense) dan bebas biaya (free of charge),

Hawking, P., Stein A., Wyld D. and akselerasi penerapan e-procurement. Investasi

Forster S., 2004. E-procurement: is piranti lunak yang mencakup komitmen

the ugly duckling actually a swan biaya, pemahaman proses bisnis, dan

downunder? Asia Pacific Journal of waktu pengembangan tidak lagi menjadi

Marketing and Logistics, Vol. 16 No. 1, hambatan bagi sebuah instansi pemerintah,

1-26.

karena sudah dilakukan oleh LKPP. Fasilitas Jasin, M., 2007. Mencegah Korupsi Melalui E- helpdesk dan pelatihan juga disediakan oleh

Komisi Pemberantasan LKPP

procurement.

sebagai bagian

dari

komitmen

Korupsi, Jakarta.

penyediaan piranti lunak Lubis, M., 2006. Pengembangan Prototipe Sistem Pengadaan Barang/Jasa Secara

Daftar Pustaka

Elektronik (E-procurement) untuk Proyek Konstruksi. Yogyakarta, Indonesia

Ardisasmita, Syamsa, 2006. Definisi Korupsi Muhtar, Tutang, 2011. Implementasi Menurut Perspektif Hukum dan E-

Pengadaan Secara Elektronik (E- Announcement

Provinsi Sulawesi Procument) di LPSE Pemerintahan yang Lebih Terbuka, Tengah dalam Jurnal Infrastruktur, Vol. Transparan dan Akuntabel disampaikan

dalam Seminar

Nasional

Upaya

1 No. 1 Juni 2011, hal: 43 ‐53.

2009. Mobile Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah di

Perbaikan Sistem

Government: Mengurangi Kesenjangan Jakarta, 23 Agustus 2006.

Digital dalam

Denhardt & Denhardt, 2003. The New Public Pelayanan Publik (Studi Kasus di Solo, Service:

Sragen, Sukoharjo dan Karanganyar) International

dalam Wibawa, Samodra (editor), 2009. Administration Vol 8 No. 1 dalam

Negara: Isu-IsuKontem- Wibawa,

Administrasi

porer. Yogyakarta: Graha Ilmu. Administrasi

Peraturan Presiden Republik Indonesia Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Negara:

Isu-Isu

Nomor 54 Tahun 2010, Pengadaan Eadie, R, Perera, S Heaney, G & Carlisle, J.,

Barang/Jasa Pemerintah, Bogor, Jawa 2007. Drivers And Barriers To Public

Barat.

Sector E- procurement Within Northern Rokhman, Ali, 2009. Peluang dan Tantangan Ireland ‟s

E-Government dalam Wibawa, Samodra Journal of Information Technology in

Construction

Industry.

(editor), 2009. Administrasi Negara: Isu- Construction, Vol. 12, 103-107.

Isu Kontemporer. Yogyakarta: Graha Eadie,R., Perera,S. dan Heaney, G., 2010.

Ilmu. Singarimbun, Masri dan Effendi, Identification of E-Procurement Drivers

Sofian (Ed.), 2008. Metode Penelitian and Barriers for UK Construction

Jakarta. Wibawa, Organizations and Rangking of These

Survai.

LP3ES:

Samodra (editor), 2009. Administrasi from The Prespective od Quantity

Isu-Isu Kontemporer. Surveyor.

Negara:

Yogyakarta: Graha Ilmu. Technology in Construction, Vol. 15, 23-

Wong C. and Sloan B., 2004. Use of ICT for e-

43. procurement in the UK construction Gokmoulil, F.L., 2008. Kajian Kelayakan

industry: a survey of SMES readiness. Pelaksanaan Sistem Lelang Electronic

ARCOM Proceedings Twentieth Annual (E-

Conference, September 1-3 Vol. 1, 620- Pemerintah Ditinjau dari Prasyarat

Pelaksanaan. Skripsi , UI, Jakarta. Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Diskriminasi Perempuan Muslim dalam Implementasi Civil Right Act 1964 di Amerika Serikat

3 55 15