BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Studi Tentang Penerbitan Akta Catatan Sipil Oleh Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota Medan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penghormatan akan keberagaman suatu bangsa, merupakan ciri dari

  penyelenggaraan Negara yang bersifat demokratis. Perwujudan Indonesia sebagai Negara demokratis tersebut, salah satunya dilakukan dengan meletakan dasar- dasar pelaksanaan hak asasi manusia dalam konstitusi. Dengan dimasukannya hak asasi manusia ke dalam konstitusi/UUD 1945 maka setiap Warga Negara Indonesia mempunyai hak/kedudukan yang sama di depan hukum dan

  1 pemerintah.

  Walaupun Undang-Undang Dasar 1945 telah menjamin bahwa setiap Warga Negara Indonesia mempunyai kedudukan yang sama dihadapan hukum, masih ditemukan juga kesulitan sebagai warga di dalam memperoleh haknya.

  Kedudukan yang sama di hadapan hukum ini berarti, bahwa setiap warga Negara tidak dibedakan berdasarkan apapun juga latar belakangnya. Demikian juga terhadap hak-hak dalam memperoleh pelayanan dari Negara. Negara merupakan sarana bagi seluruh bangsa Indonesia, untuk mewujudkan tujuan yang menjadi kepentingan bersama. Oleh karenanya tidak boleh terdapat pembedaan dengan dalih apapun juga, guna mewujudkan kedudukan yang sama di depan hukum bagi seluruh warga negara.

1 Undang-Undang Dasar Negeri Republik 1945

  Dalam kehidupan manusia akan terjadi suatu siklus hidup dimana manusia akan mengalami berbagai peristiwa penting di dalam hidupnya. Siklus hidup, pengalaman dan peristiwa penting itu antara lain adalah kelahiran, perkawinan, perceraian, kematian, dan berbagai peristiwa penting lainnya. Peristiwa-peristiwa penting tersebut perlu dilakukan pencatatan karena sangat mempengaruhi pengalaman hidup setiap manusia dan apabila peristiwa itu terjadi pasti akan selalu membawa akibat hukum bagi orang yang bersangkutan maupun bagi masyarakat di sekitarnya.

  Mengingat begitu pentingnya peristiwa-peristiwa tersebut, maka demi terciptanya keadaan masyarakat yang tertib dan teratur serta demi terjaminnya kepastian hukum, maka diperlukan suatu peraturan untuk mengaturnya. Peraturan yang dimaksud tersebut adalah peraturan di bidang pencatatan sipil yang dilaksanakan oleh lembaga pencatatan sipil yaitu Kantor Catatan Sipil. Pencatatan sipil merupakan hak dari setiap warga negara dalam arti hak memperoleh akta autentik dari pejabat negara. Masih jarang penduduk menyadari betapa pentingnya sebuah akta bagi dirinya dalam menopang hidupnya. Misalnya anak lahir tanpa akta kelahiran, ia akan memperoleh kesulitan pada saat ia memasuki pendidikan. Demikian pula dalam masalah perkawinan, kematian, dan status anak. Banyak manfaat yang membawa akibat hukum bagi diri seseorang. Sebuah akta perkawinan yang diterbitkan oleh pejabat Kantor Catatan Sipil, memiliki arti yang sangat besar di kemudian hari, manakala terjadi sesuatu, misalnya untuk kepentingan menentukan ahli waris, menentukan dan memastikan bahwa mereka adalah muhkrimnya, atau dapat memberi arah ke pengadilan mana ia mengajukan cerai dan lain-lain yang tanpa disadari akta-akta tersebut sangat penting artinya bagi kehidupan seseorang. Catatan Sipil merupakan suatu catatan yang menyangkut kedudukan hukum seseorang.

  Bahwa untuk dapat dijadikan dasar kepastian hukum seseorang maka data atau catatan peristiwa penting seseorang, seperti : perkawinan, perceraian, kelahiran, kematian, pengakuan anak dan pengesahan anak, perlu didaftarkan ke Kantor Catatan Sipil, oleh karena Kantor Catatan Sipil adalah suatu lembaga resmi Pemerintah yang menangani hal-hal seperti di atas. yang sengaja diadakan oleh Pemerintah, dan bertugas untuk mencatat, mendaftarkan serta membukukan selengkap mungkin setiap peristiwa penting bagi status keperdataan seseorang.

  Seluruh peristiwa penting yang terjadi dalam keluarga (yang memiliki aspek hukum), perlu didaftarkan dan dibukukan, sehingga baik yang bersangkutan maupun orang lain yang berkepentingan mempunyai bukti yang outentik tentang peristiwa-peristiwa tersebut, dengan demikian maka kedudukan hukum seseorang menjadi tegas dan jelas.

  Dalam rangka memperoleh atau mendapatkan kepastian kedudukan hukum seseorang, perlu adanya bukti bukti outentik yang sifat bukti itu dapat dipedomani untuk membuktikan tentang kedudukan hukumnya, karena itu sampai sekarang di Indonesia masih mempergunakan peraturan tentang pencatatan sipil peninggalan Kolonial Belanda. Yang sebenarnya sudah tidak sesuai atau kurang sesuai lagi dengan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia. Sebab di dalam peraturan peninggalan Kolonial Belanda, masih bersifat ras diskriminasi atau masih membeda-bedakan harkat dan martabat kemanusiaan.

  Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, kantor Burgerlijk Stand (Kantor Catatan Sipil) bertugas mencatat keadaan penduduk dari segi kelahiran, perkawinan dan kematian. Selanjutnya pemerintah Hindia Belanda mewajibkan semua warga golongan eropa mendaftarkan diri atas peristiwa kelahiran, perkawinan, perceraian dan kematian (Staatblad 1849 No.25). Melalui upaya ini pemerintah Hindia Belanda dapat mengetahui secara pasti berapa banyak orang Eropa dan berapa pertambahannya. Dengan berlandaskan kepada daftar yang diperoleh melalui Burgerlijk Stand ini, Pemerintah Hindia Belanda secara mudah menyiapkan segala keperluan sejak dari masalah sandang, pangan sampai dengan papan serta kepentingan umum lainnya, sehingga nampak sekali golongan ini lebih sejahtera dibandingkan dengan golongan lainnya.

  Pada waktu itu penduduk Indonesia terbagi menjadi beberapa golongan. Sebagai konsekuensinya, peraturan dalam bidang catatan sipil yang berlaku bagi masing-masing golongan penduduk itu tidak sama. Atau dengan kata lain masing- masing golongan penduduk memiliki peraturan catatan sipil sendiri-sendiri. Hal ini menimbulkan kesan adanya diskriminasi di kalangan masyarakat, yang dapat berakibat terhambatnya pelaksanaan pencatatan sipil di Indonesia. Peraturan-

  2

  peraturan yang berlaku bagi ke tiga golongan tersebut adalah : 1.

  Reglement Catatan Sipil bagi Golongan Eropa dan mereka yang dipersamakan dengan golongan Eropa, diatur di dalam Staatblad 1849 No.

  25 yang diundangkan tanggal 10 Mei 1849.

2 Instruksi Presidium Kabinet No.314/4/IN/12/1966 tentang penghapusan penggolongan

  penduduk dan kantor catatan sipil terbuka bagi seluruh penduduk Indonesia;

  2. Reglement Catatan Sipil bagi Golongan Cina dan Keturunannya, diatur dalam Staatblad 1917 No. 130 jo Staatblad 1919 No. 81 yang diundangkan tanggal 1 mei 1919.

  3. Reglement Catatan Sipil bagi orang Indonesia, yang diatur dalam Staatblad 1920 No. 751 jo Staatblad 1927 No. 564 yang diundangkan tanggal 15 Oktober 1920.

4. Reglement Catatan Sipil bagi orang atau Bangsa Indonesia yang beragama

  Kristen dan tinggal di wilayah Jawa, Madura, Minahasa, Ambon, Saparua, dan Banda kecuali pulau-pulau Teun, Nila dan Serupa yang diatur dalam Staatblad 1933 No. 75 jo Staatblad 1936 No. 607.

  Pada tahun 1966 untuk mengatasi adanya ras diskriminasi akibat adanya penggolongan penduduk tersebut, Pemerintah mengeluarkan suatu peraturan yang berupa Instruksi Presidium Kabinet Nomor 31/U/In/12/1966. Intruksi tersebut secara singkat mengatur tentang pencatatan sipil yang diantaranya menyatakan bahwa pencatatan sipil adalah terbuka untuk umum di seluruh wilayah Indonesia dan ras diskriminasi atau penggolongan penduduk dinyatakan tidak berlaku lagi atau dinyatakan dihapus.

  Penduduk Indonesia hanya dibedakan menjadi dua, yaitu Warga Negara Indonesia dan Warga Negara Asing saja. Di Medan sendiri telah diatur tentang kewajiban setiap penduduk untuk memiliki akta catatan sipil. Dalam Pasal 15 ayat (1) Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 43 tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk dan Akta Catatan Sipil dijelaskan bahwa setiap penduduk wajib memiliki akta catatan sipil. Jadi sebagai warga negara yang baik, kita wajib mentaatinya.

  Sampai saat ini masih banyak penduduk yang mengabaikan atau kurang paham akan pentingnya akta catatan sipil. Akta catatan sipil yang paling banyak diabaikan adalah akta kematian. Padahal akta kematian tidak kalah pentingnya dengan akta-akta catatan sipil yang lain. Selain itu masyarakat juga cenderung malas untuk mengurus prosedur penerbitannya. Banyak di antara mereka yang beranggapan bahwa mengurus prosedur untuk penerbitan akta-akta catatan sipil sulit, sehingga tidak jarang dari mereka yang hendak mengurus prosedur penerbitan akta catatan sipil menggunakan jasa “Calo”. Padahal jika dikaji sebenarnya prosedur penerbitan akta catatan sipil tidaklah sulit. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan sebagai lembaga pemerintah mempunyai tugas untuk menyelenggarakan pelayanan publik di bidang kependudukan dan akta catatan sipil di Kota Medan. Khusus di bidang catatan sipil mempunyai fungsi untuk memberikan pelayanan dalam bidang pencatatan kelahiran, perkawinan, perceraian, kematian, pengakuan dan pengesahan anak.

  Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dan mengingat akan maksud serta tujuan dari penulis, maka penulis berusaha untuk menyusun skripsi ini dengan judul

  ”Studi Tentang Penerbitan Akta Catatan Sipil Di Dinas

  Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota Medan Berdasarkan Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan ”.

B. Perumusan Masalah

  Dari latar belakang tersebut di atas, maka penulis membatasi permasalahan sebagai berikut ;

1. Bagaimana penerbitan akta catatan sipil menurut Undang-Undang

  Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan 2. Bagaimana prosedur penerbitan akta catatan sipil oleh Dinas

  Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan 3. Akibat hukum apa yang timbul bagi pemegang akta yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

  1. Tujuan Penelitian

  Secara rinci tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut: a.

  Untuk mengetahui penerbitan akta catatan sipil menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan b. Untuk mengetahui prosedur penerbitan akta catatan sipil oleh Dinas

  Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan c. Untuk mengetahui akibat hukum apa yang timbul bagi pemegang akta yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

  2. Manfaat Penelitian

  Manfaat penelitian ini hendaknya dapat mencapai seperti yang diharapkan baik dari segi ilmiah maupun dari segi masyarakat, yaitu: a.

  Manfaat teoritis Sebagai bahan masukan dan pengkajian lebih lanjut bagi para teoritisi yang ingin memperdalam hukum administrasi negara khususnya hukum kependudukan guna menyelenggarakan tata tertib administrasi yang baik.

  b.

  Manfaat Praktis Merupakan bahan masukan bagi para pelaku atau aparat pemerintah yang membidangi pencatatan sipil serta masyarakat luas yang ingin mengetahui, mendalami, membuat akta catatan sipil sebagai pemenuhan hak individu.

  D. Keaslian Penelitian

  Berdasarkan penelusuran dan hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh penulis baik di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, penulis tidak menemukan judul tentang studi tentang penerbitan akta catatan sipil oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan

  E. Tinjauan Kepustakaan

  Negara Republik Indonesia dalam memberikan perlindungan, pengakuan, penentuan status pribadi dan status hukum setiap Peristiwa Kependudukan dan Peristiwa Penting yang dialami oleh Penduduk Indonesia dan Warga Negara Indonesia yang berada di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, perlu dilakukan pengaturan tentang administrasi kependudukan. Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penerbitan dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta

  3 pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.

  Pengaturan tentang Administrasi kependudukan hanya dapat terlaksana apabila didukung oleh pelayanan yang profesional dan peningkatan kesadaran penduduk, termasuk Warga Negara Indonesia yang berada di luar negeri. Peraturan perundang-undangan mengenai administrasi kependudukan yang ada tidak sesuai lagi dengan tuntutan pelayanan administrasi kependudukan yang tertib dan tidak diskriminatif sehingga diperlukan pengaturan secara menyeluruh untuk menjadi pegangan bagi semua penyelenggara negara yang berhubungan dengan kependudukan. Maka dari itu, dibentuklah Undang-Undang tentang Administrasi Kependudukan.

  Dalam dinamika pembangunan, tidak terlepas dari permasalahan dan kendala-kendala yang terjadi ketika proses perkembangan zaman. Masalah kependudukan yang sering dihadapi tidak terlepas kaitannya dengan kondisi tertib administrasi kependudukan, baik dalam konteks pendaftaran maupun pencatatannya dalam rangka memberikan status kepastian hukum keperdataan kepada setiap orang.

  4 Administrasi kependudukan diarahkan untuk : 1.

  Memenuhi hak asasi setiap orang di bidang administrasi kependudukan tanpa diskriminasi dengan pelayanan publik yang profesional ;

3 Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan

  Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil . Pasal 1 4 Undang-undang Republik Indonesia nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan

  2. Meningkatkan kesadaran penduduk akan kewajibannya untuk berperan serta dalam pelaksanaan administrasi kependudukan ;

  3. Memenuhi data statistik secara nasional mengenai peristiwa kependudukan dan peristiwa penting ;

  4. Mendukung perumusan kebijakan dan perencanaan pembangunan secara nasional, regional, serta lokal; dan

5. Mendukung pembangunan sistem administrasi kependudukan.

  Pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan sebagai peraturan yang menjadi pegangan bagi semua penyelenggaraan negara yang berhubungan dengan kependudukan karena peraturan perundang-undangan yang sudah ada dianggap tidak sesuai lagi dengan tuntutan pelayanan Administrasi Kependudukan yang tertib dan tidak diskriminatif. Dalam undang-undang tersebut menjelaskan mengenai Sistem Informasi Adminisrasi Kependudukan (SIAK). Sistem Informasi Administrasi Kependudukan ialah sistem informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi pengelolaan informasi administrasi kependudukan di tingkat Penyelenggara dan instansi pelaksana sebagai satu

  5 kesatuan.

  Pengelolaan informasi administrasi kependudukan dilakukan oleh Menteri melalui pembangunan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan. Dengan adanya SIAK ini diharapkan mampu memberikan informasi yang menunjang administrasi kependudukan, yang sejalan dengan kemajuan teknologi informasi 5 Ibid dan komunikasi untuk memenuhi tuntutan masyarakat atas pelayanan kependudukan profesional. Undang-Undang tentang Administrasi Kependudukan ini memuat pengaturan dan pembentukan sistem yang mencerminkan adanya reformasi di bidang administrasi penggunaan Nomor Induk Kependudukan (NIK).

  NIK adalah identitas penduduk Indonesia dan merupakan kunci sukses dan melakukan verifikasi dan validasi data jati diri seseorang guna mendukung pelayanan publik dibidang administrasi kependudukan. Pemerintah daerah adalah sub sistem pemerintahan pusat. Pemberian kewenangan (devolution of authority) kepada unit-unit atau satuan pemerintahan yang lebih rendah dan lebih kecil merupakan sesuatu kebutuhan yang mutlak dan tidak dapat di hindari.

  Mengingat begitu tinggi tingkat fragmentasi sosial dalam sebuah negara, maka ada hal hal tertentu yang harus diselenggarakan secara lokal dimana pemerintah daerah akan lebih baik menyelenggarakannya ketimbang dilakukan secara nasional dan sentralistik. Pemerintah nasional dalam hal ini akan berfungsi menyiapkan pedoman-pedoman umum yang dijadikan parameter bagi penyelenggaraan pemerintahan agar pemerintah daerah tidak menyimpang dari

  6

  prinsip negara kesatuan Dalam mengatur organisasi perangkat-perangkat di daerah harus ada konsepsi yang satu, utuh dan berwawasan nasional. Pemerintah pusat memberi wewenang kepada daerah untuk mengatur wilayah daerahnya, kewenangan daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter, dan 6 Afan Gaffar, dkk, Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan, Yogyakarta : Pustaka

  pelajar, hal 21 fiscal, agama serta kewenangan di bidang lain. Kewenangan pemerintah diserahkan kepada daerah dalam rangka desentralisasi harus disertai dengan penyerahan dan pengalihan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya

  7 manusia sesuai dengan kewenangan yang diserahkan.

  Dahulu banyak orang yang berpendapat, bahwa lembaga catatan sipil berada dibawah Departemen Agama atau Departemen Kehakiman mengingat lembaga ini mengatur masalah-masalah keluarga yang menyangkut kepentingan perseorangan yang mempunyai akibat hukum. Dulu catatan sipil selalu menyatakan Departemen Kehakiman merupakan induk dari lembaga catatan sipil ini. Akan tetapi Departemen kehakiman tidak menyakininya. Kemudian dikeluarkan Kepres Nomor 12 tahun 1983 tanggal 25 Februari 1983 tentang Catatan Sipil, yang memberikan kejelasan bahwa status hukum lembaga catatan sipil berada di bawah Departemen Dalam Negeri. Dengan diberlakukanya Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, lebih memperjelas status hukum lembaga catatan sipil di Indonesia, sebab dalam Undang-Undang Administrasi Kependudukan didalamnya mengatur secara lengkap tentang catatan sipil.

  Mengenai hal ini ditegaskan dalam Pasal 1 angka (5) Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 yang menyatakan menteri adalah menteri yang bertanggung jawab dalam urusan pemerintahan dalan negeri. Dengan demikian secara fungsional yang mempunyai kewenangan dan tanggung jawab penyelenggaraan catatan sipil berada di dalam lingkup, kewenangan dan tanggung jawab 7 Deddy Supriady Bratakusumah dan Dadang Solihin, Otonomi Penyelenggaraan

  Pemerintahan Daerah , Jakarta : PT.SU, hal 11

  Departemen Dalam Negeri. Oleh karena Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan berlaku Nasional maka untuk penyelenggaraan pencatatan sipil di daerah merupakan tanggung jawab Gubernur sebagai kepala pemerintah provinsi dan Bupati/Walikota sebagai kepala daerah pemerintah Kabupaten/Kota.

  Adapun kewajiban dan tanggung jawab penyelengaraan urusan pencatatan sipil yang dilakukan oleh gubernur mempunyai kewenangan yaitu pemberian bimbingan, supervisi dan konsultasi pelaksanaan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil. Dan kewajiban tanggung jawab penyelenggaraan pencatatan sipil diselenggarakan pemerintah kabupaten/kota dilakukan oleh bupati/walikota dengan kewenangannya membentuk instansi pelaksana yang tugas dan fungsinya di bidang administrasi pendudukkan, instansi pelaksana berkewajiban : a.

  Mendaftar peristiwa kependudukan dan mencatat peristiwa penting b. Memberikan pelayanan sama dan profesional kepada setiap penduduk atas pelaporan peristiwa kependudukan dan peristiwa penting; c.

  Menerbitkan dokumen kependudukan; d. Mendokumentasikan hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil; e. Menjamin kerahasiaan dan keamanan data atas peristiwa kependudukan dan peristiwa penting ; f.

  Melakukan vervikasi dan validasi data dan informasi yang disampaikan oleh penduduk dalam pelayanan pendaftaran penduduk dan catatan sipil.

F. Metode Penelitian

  Adapun metode penelitian di dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Sifat Penelitian

  Dalam penelitian ini metode pendekatan yang dipergunakan adalah metode pendekatan yang bersifat yuridis-normatif, yakni pendekatan yang bertumpu pada penelitian data sekunder, namun penelitian ini juga menggunakan data dokumen sebagai data pendukung. Pendekatan yuridis normatif tersebut, dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana undang-undang dapat memberi kepastian hukum terhadap akta catatan sipil dalam rangka pemenuhan hak-hak keperdataan bagi individu-individu warga negara 2.

  Spesifikasi Penelitian Untuk mendekati pokok permasalahan dalam penelitian ini, dipergunakan spesifikasi penelitian deskriptif analitif, yaitu menggambarkan keadaan obyek yang diteliti secara rinci. Keadaan yang timbul karena pembuatan dan penerbitan akta-akta catatan sipil.

3. Teknik Pengumpulan Data

  Sesuai dengan metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu yuridis-normatif, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini berupa studi kepustakaan untuk memperoleh data sekunder yang terdiri dari :

  1) Bahan hukum primer

  Bahan hukum primer yang akan digunakan meliputi, norma

  • –norma Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 yang sudah diamandemen,
Ketetapan MPR, Peraturan Perundang-undangan mengenai pencatatan sipil, bahan hukum yang tidak dikodifikasikan seperti Hukum Adat, Yurispudensi, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata khususnya buku Kesatu tentang Orang.

  2) Bahan hukum sekunder

  Bahan hukum sekunder yang akan digunakan adalah yang erat kaitannya dengan bahan hukum primer guna membantu menganalisis serta memahami, akan terdiri dari buku-buku hasil pendapat para sarjana, hasil- hasil penelitian dan seminar atau kegiatan ilmiah lainnya..

  3) Bahan hukum tertier, yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder yang terdiri dari kamus hukum dan kamus lainnya, ensiklopedia yang erat relevansinya dengan materi penelitian ini.

4. Teknik Analisis data

  Analisis, yaitu kegiatan berpikir dalam mempelajari bagian-bagian, komponen-komponen atau elemen-elemen dari suatu keseluruhan untuk mengenal tanda-tanda masing-masing bagian, komponen atau elemen itu, hubungan mereka satu sama lain dan fungsi mereka dalam keseluruhan yang terpadu. Sehubungan dengan metode pendekatannya yaitu yuridis normatif, maka teknik analisis yang dipergunakan dalam penelitiani ni adalah teknik analisis kualitatif.

  Metode analisis kualitatif ini, adalah prosedur dalam menelaah data sekunder yang disajikan sekaligus menganalisanya dengan mengarah pada unsur-

  8 unsur khusus guna melihat tujuan penelitian.

G. Sistematika Penulisan

  BAB I PENDAHULUAN Berisikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penelitian, tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan sistematika penulisan

  BAB II PENERBITAN AKTA CATATAN SIPIL MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN Bab ini membahas mengenai tinjauan tentang akta catatan sipil, tujuan dan manfaat akta catatan sipil serta peristiwa penting yang didaftarkan pada catatan sipil

  BAB III PROSEDUR PENERBITAN AKTA CATATAN SIPIL OLEH DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KOTA MEDAN Bab ini membahas mengenai Gambaran Umum Pencatatan Sipil Kota Medan dan mekanisme pencatatan Sipil Kota Medan serta Hambatan yang dihadapi oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan BAB IV AKIBAT HUKUM YANG TIMBUL BAGI PEMEGANG AKTA YANG DIKELUARKAN OLEH DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL

8 Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum.UI-Press.Jakarta.1986.hal 5.

  Bab ini membahas tentang perlindungan dan pengakuan status pribadi terhadap pemegang akta catatan sipil dan menentukan status hukum setiap peristiwa kependudukan kepada pemegang akta catatan sipil.

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil penelitian.

Dokumen yang terkait

Hubungan Faktor Resiko dengan Terjadinya Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan Belawan Medan Tahun 2105

0 0 16

Karakteristik Wanita Penderita Kista Ovarium di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar Tahun 2011-2013

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kista Ovarium - Karakteristik Wanita Penderita Kista Ovarium di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar Tahun 2011-2013

0 1 21

Karakteristik Wanita Penderita Kista Ovarium di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar Tahun 2011-2013

0 0 17

Peningkatan Berat Badan Balita Gizi Buruk yang Mendapat Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan di Puskesmas Pekan Labuhan Tahun 2013

0 2 25

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Peningkatan Berat Badan Balita Gizi Buruk yang Mendapat Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan di Puskesmas Pekan Labuhan Tahun 2013

0 1 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Study Pemeliharaan Sistem Turbin Uap dengan Kapasitas 1200KW Putaran Turbin 1200KW Putaran Turbin 5294 di PTPN-IV Dolok Hilir

0 0 22

Lampiran 1 Tabel Pemilihan Sampel Berdasarkan KriteriaNO KODE NAMA EMITEN

0 0 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Bank - Pengaruh Tingkat Likuiditas, Solvabilitas dan Efisiensi Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 23

Studi Tentang Penerbitan Akta Catatan Sipil Oleh Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota Medan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan

0 0 19