BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pergeseran Solidaritas Sosial Pada Masyarakat Yang Terkena Banjir (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Sekitar Sungai Deli, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Lingkungan adalah suatu sistem kompleks yang berada di luar individu yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme. Lingkungan bersifat dinamis dalam arti berubah-ubah setiap saat. Perubahan dan perbedaan yang terjadi baik secara mutlak maupun relatif dari faktor-faktor lingkungan terhadap tumbuh-tumbuhan akan berbeda-beda menurut waktu, tempat dan keadaan tumbuhan itu sendiri. Lingkungan dipandang sebagai tempat beradanya manusia dalam melakukan segala aktivitas kesehariannya. Menurut Enger dan Smith (dalam Kodoatie Robert dan Sugiyanto, 2002), lingkungan juga didefenisikan sebagai semuanya (everything) yang berdampak pada suatu organisme dalam proses kehidupannya.

  Menurut Keller(dalam Kodoatie Robert dan Sugiyanto, 2002:5),lingkungan dapat dipertimbangkan sebagai kondisi total yang mengelilingi sebuah individu atau komunitas. Lingkungan dapat didefinisikan meliputi dua bagian: Yang pertama, kondisi-kondisi fisik seperti udara, air, daratan, lautan, udara, tumbuh-tumbuhan, binatang yang memberikan efek/dampak pertumbuhan dan perkembangan dari sebuah individu atau sebuah komunitas; dan yang kedua aspek sosial dan budaya seperti etika, ekonomi, estetika yang memberikan dampak.Dengan demikian, lingkungan hidup diatur secara hukum karena faktor biotik dan abiotik lingkungan harusnya tetap dijaga dengan cara membuat kebijakan ataupun peraturan agar masyarakat yang merusak lingkungan dikenakan sanksi sesuai hukum UU lingkungan hidup. Berdasarkan UU No. 32 tahun 2009, lingkungan hidupadalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

  Lingkungan hidup menyediakan kebutuhan-kebutuhan hidup manusia. Begitupun sebaliknya, kehidupan manusia sangat tergantung pada tersedianya sumber daya alam yang memadai dalam lingkungan hidup. Manusia dan lingkungan hidup selalu terjadi interaksi timbal balik, manusia mempengaruhi lingkungan dan sebaliknya manusia dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya.

  Persoalan lingkungan mulai menjadi topik dunia ketika manusia mulai merasakan dampaknya yang semakin meluas yakni terlihat pada banyaknya bencana yang terjadi di muka bumi ini akibat berbagai aktivitas manusia itu sendiri seperti banjir, pencemaran air akibat limbah industri, dan lain sebagainya. Dalam kondisi seperti ini, lingkungan hidup perlu diatur dan dikelola dengan baik sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal, mencukupi kebutuhan generasi saat ini tanpa harus mengurangi kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan kehidupan generasi yang akan datang.

  Masalah lingkungan hidup merupakan persoalan kolektif yang membutuhkan partisipasi bersama dari semua komponen bangsa, dan harus ada upaya serius untuk mengatasinya, misalnya dengan membudayakan kepekaan dan cinta lingkungan hidup melalui institusi pendidikan, dengan tujuan untuk menginternalisasikan dan menanamkan nilai-nilai budaya yang cinta akan lingkungan hidup.Masalah lingkungan hidup sebenarnya sudah lama terjadi bahkan tanpa campur tangan manusia. Kerusakan dan pencemaran lingkungan makin dipercepat karena meningkatnya aktivitas manusia dan sifat manusia yang serakah. Di negara-negara berkembang, umumnya pemerintah disibukkan dengan program pengentasan kemiskinan, penyediaan lapangan kerja, permukiman kumuh, namun dengan adanya kesepakatan internasional dan era globalisasi, juga dituntut melakukan pengendalian dampak lingkungan sehingga masalah lingkungan hidup dapat diatasi dengan baik.

  Manusia dan lingkungan pada hakekatnya, satu bangunan yang seharusnya saling menguatkan karena manusia amat bergantung pada lingkungan sedang lingkungan juga bergantung pada aktivitas manusia. Namun, dilihat dari sisi manusia maka lingkungan adalah sesuatu yang pasif, sedangkan manusia lah yang aktif, sehingga kualitas lingkungan amat bergantung pada kualitas manusia. Sayangnya, manusia sering lupa bahwa lingkungan yang berkualitas buruk juga akan berpengaruh pada kualitas kehidupannya juga. Jelaslah, bahwa subyek dari kehidupan manusia dan kondisi lingkungan pada dasarnya adalah manusia itu sendiri. Lebih baik manusia, akan lebih baik pula kualitas kehidupan dan lingkungannya, sedangkan lebih buruk manusia tentu akan lebih buruk kualitas kehidupan lingkungannya.Peristiwa pencemaran lingkungan mempunyai beberapa komponen pokok untuk biasa disebut sebagai pencemaran, yakni: (1) lingkungan yang terkena adalah lingkungan hidup manusia; (2) yang terkena akibat negatif adalah manusianya; (3) di dalam lingkungan tersebut terdapat bahan berbahaya yang juga disebabkan oleh aktivitas manusia.Bahan pencemar tersebut seperti plastik, kaleng dan semacamnya.

  Manusia tidak dapat melepaskan diri dari alam dan akan selalu tergantung pada lingkungan alamnya. Menurut Enger dan Smith(dalam Kodoatie dan Sugiyanto, 2002: 31),manusia dan semua makhluk hidup membutuhkan air. Air merupakan material yang membuat kehidupan terjadi di bumi. Semua organisme yang hidup tersusun dari sel-sel yang berisi air sedikitnya 60% dan aktivitas metaboliknya mengambil tempat di larutan air. Untuk kepentingan manusia dan kepentingan komersial lainnya, ketersediaan air dari segi kualitas maupun kuantitas mutlak diperlukan.Di sisi lain, akibat pengelolaan yang salah, air bisa menjadi bencana bagi kehidupan. Air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan yang besar dapat menjadi banjir dan genangan yang menimbulkan kerugian yang besar. Menurut Grigg (dalam Kodoatie dan Sugiyanto, 2002: 31), di Amerika, secara umum banjir menyebabkan kerusakan yang lebih parah dibandingkan dengan bencana alam lainnya. Lebih jauh, banjir merupakan bencana alam yang paling merusak dan mahal.Karena kebutuhan untuk hidup manusia akan mengeksploitasi sumber daya alam. Alam akan selalu memberi semua miliknya yang diambil manusia. Namun, pada dewasa ini dengan perkembangan penduduk yang demikian pesat aktivitas untuk mengeksploitasi habis-habisan cenderung meningkat. Manusia lebih mementingkan pemenuhan kebutuhannya tanpa melihat turunnya keseimbangan alam. Akibatnya, alam membentuk keseimbangan baru yang pada intinya merugikan manusia. Degradasi lingkungan meningkat, banjir dan longsor bertambah baik secara kualitas maupun kuantitas.

  Bencana alam merupakan permasalahan yang terjadi di seluruh negara, sepertiyang terjadi di Indonesia. Letak Indonesia yang berada di pertemuan dua lempeng benua menjadikan bangsa Indonesia sangat rentan terhadap bencana alam. Letak geografis, terutama geologi Indonesia sangat berpengaruh besar yaitu tempat bertemunya lempeng Australia, lempeng Asia, lempeng Pasifik yang memiliki gerakan sendiri dengan arah berbeda. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis jumlah bencana alam yang terjadi di Indonesia sepanjang tahun 2011 mencapai angka 1.598. Jumlah tersebut memang terbilang cukup besar namun lebih kecil ketimbang 2010 dengan jumlah 2.232 kasus. Bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, kekeringan, tanah longsor, puting beliung dan gelombang pasang merupakan jenis bencana yang dominan di Indonesia. Data bencana tahun 2001-2011 menunjukkan bahwa sekitar 89% dari total bencana di Indonesia didominasi Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia yang terdiri dari berbagai masyarakat yang berasal dari suku dan budaya yang berbeda. Terutama di kota Medan cenderung terjadi bencana banjir. Karena banjir tidak hanya menggenangi pemukiman warga di kawasan bantaran sungai. Sejumlah kawasan juga terendam banjirseperti di Kecamatan Sunggal, Maimun, Polonia, Marelan dan Kecamatan Tuntungan. Ketinggian air di pemukiman warga rata-rata 30 cm. Sejumlah jalan protokol seperti Jl. Krakatau Ujung, Jl. Keretaapi dan Jl. Letda Sujono juga sempat terendam banjir pada Rabu malam. Air mulai surut menjelang Kamis pagi. Ratusan personil TNI pagi itu,(6/1/2011), masih turun kelokasi untuk mencari korban yang tenggelam di Perumahan Felamboyan, Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Sunggal, akibat banjir bandang dari sungai Belawan yang berada dikawasan itu yang terjadi rabu malam, (5/1), tersebut Beragam masyarakat yang ada di Kota Medan disebabkan oleh berbagai faktor penarik yang ada sehingga banyak orang yang tertarik untuk pindah ke kota tersebut. Penduduk kota memiliki ciri penting yaitu meliputi unsur agama, suku etnis, budaya dan keragaman (plural) adat istiadat. Hal ini memunculkan karakter

sebagian besar penduduk kota Medan bersifat terbuka, karena banyak ragam suku yang telah bermukim di kota Medan dan bertambah di setiap tahunnya.

  Banjir merupakan permasalahan umum terjadi di sebagian wilayah Indonesia, terutama di daerah padat penduduk misalnya di kawasan perkotaan.

  Oleh karena itu, kerugian yang ditimbulkannya besar baik dari segi materi maupun kerugian jiwa, maka sudah selayaknya permasalahan banjir perlu mendapatkan perhatian yang serius dari kita. Dengan anggapan bahwa permasalahan banjir merupakan masalah umum, sudah semestinya dari berbagai pihak perlu memperhatikan hal-hal yang dapat mengakibatkan banjir dan sedini mungkin diantisipasi, untuk memperoleh kerugian yang ditimbulkan(Kodoatie Robert, 2002). Menurut data dari Kelurahan Sukaraja, banjir di kota Medan cenderung terjadi, seperti yang dialami masyarakat Sungai Deli, kelurahan Sukaraja. Mereka mengakui banjir besar (kategori gawat) terjadi pada tahun 1991, 2001, 2007, 2010, dan 2011 dengan ketinggian air 1,2 m-2 m lebih memasuki rumah dan banjir kecil (kategori sedang) terjadi hampir setiap tahunnya setelah banjir besar (kategori gawat) dengan ketinggian 0,5 m-1,2 m (Mistra, 2007). Banjir kecil (kategori sedang) yang terjadi di kelurahan Sukaraja pada tahun 2000, 2003, 2009, 2014, 2015.

  Program pengendalian banjir membutuhkan dana besar yang diperlukan untuk pembiayaan pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan pengamanan maupun pengendalian banjir. Di samping itu, masyarakat yang berada pada daerah rawan banjir setiap saat memerlukan rasa aman dari pengaruh akibat banjir.

  Dengan dana yang terbatas, pengendalian banjir harus dilakukan seoptimal mungkin dan dilaksanakan menurut rencana dan prioritas yang baik.Akibat peningkatan penduduk, lahan yang dibutuhkan akan makin besar sehingga juga meningkatkan nilai ekonomis penggunaan lahan. Oleh karena itu, di daerah yang padat penduduknya, pekerjaan pengendalian banjir perlu ditingkatkan. Dengan perkataan lain, pengendalian ini bertujuan untuk memperkecil tingkat resiko bahaya/kerugian akibat banjir yang akan timbul(Kodoatie, 2002).

  Nampaknya upaya pemerintah untuk mengendalikan banjir kalah cepat dengan dampak akibat perubahan alam oleh aktivitas manusia. Sehingga untuk ke depan semua orang harus merenung dan mengkaji ulang lagi konsep-konsep tata ruang kota dikaitkan dengan peningkatan banjir dan genangan. Pada awal musim penghujan (bulan November) tahun 2000 dan bulan-bulan awal tahun 2001, bencana banjir terjadi di beberapa propinsi di Indonesia meliputi wilayah-wilayah di Jawa Tengah (Semarang, Kebumen, Rembang), DIY (Bantul), Sumatera Barat, Aceh, Manado dan juga Sumatera Utara.Dalam kurun waktu satu tahun, kerugian akibat bencana alam di Indonesia tercatat Rp 1,5 trilyun. Bencana alam itu berupa 33 kali banjir, 25 kali tanah longsor, 14 kali gempa bumi, dll. Bencana alam itu telah merenggut korban 692 jiwa manusia, ucap mantan WapresMegawati Soekarnoputri pada pertemuan Badan Koordinasi Nasional (Bakornas) Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi dengan gubernur, di Istana Merdeka Selatan, Jakarta, Selasa (6/3) (Kompas, 7 Maret 2001).

  Di Indonesia, walaupun waktu terjadinya banjir bervariasi hampir semua daerah menghadapi bahaya banjir yang signifikan.Berdasarkan data Departemen Sosial (dalam Kodoatie dan Sugiyanto, 2002), kerugian dan kerusakan akibat banjir adalah sebesar 2/3 dari semua bencana alam yang terjadi. Setiap tahun, hampir 300 peristiwa banjir terjadi menggenangi 150.000 ha merugikan sekitar satu juta orang.Banjir merupakan peristiwa alam yang dapat menimbulkan kerugian harta bendaserta menimbulkan korban jiwa. Disamping itu, dapat pula merusak bangunan sarana dan prasarana, dan lingkungan hidup serta merusak tata kehidupan masyarakat. Banjir yaitusuatu keadaan aliran sungai dimana permukaan airnya lebih tinggi daripada suatuketinggian tertentu (pada umumnya disamakan dengan ketinggian bantaran) sungai.Untuk mengatasi permasalahan banjir yang sesungguhnya perlu diketahui secara pasti faktor-faktor penyebab terjadinya banjir.

  Banjir yang terjadi di Kota Medan merupakan permasalahan yang sampai saat ini belum bisa diatasi oleh Pemerintahan Kota Medan. Permasalahan tersebut ditimbulkan beberapa diantaranya karena sistem drainase yang buruk, dan sampah yang menumpuk di berbagai kawasan termasuk di sungai-sungai yang mengalir sepanjang kota. Banjir di Medan sendiri merupakan suatu hal yang sudah biasa terjadi di beberapa wilayah di Kota Medan. Kota Medan secara hidrologi dipengaruhi dan dikelilingi oleh beberapa sungai besar dan anak sungai seperti Sungai Percut, Sungai Deli, Sungai Babura, Sei Belawan dan sungai lainnya.Misalnya banjir Medan terjadi akibat hujan deras yang mengguyur Medan sejak Rabu (5/1/2011) malam hingga Kamis (6/1/2011) pagi mengakibatkan ribuan rumah terendam banjir. Banjir terparahterjadi di kawasan bantaran Sungai Deli dan Sungai Babura.Sungai Deli meluap akibat hujan deras yang terus mengguyur Medan sehingga tidak dapat menampung debitair. Luapan itu juga diduga akibat banjir kiriman dari arah hulu sungai sepanjang 71 kilometer tersebut. Ketinggian air di kawasan Sungai Deli, terutama di Kelurahan Aur, Kampung Baru dan kelurahan Sei Mati mencapai 1 meter.Namun di beberapa tempat, terutama yang berada persis di tepian sungai, air terlihat hingga bubungan atap rumah warga

  ).

  medan.html Sepertibanjir besar (kategori gawat) yang terjadi di Kelurahan Sukaraja yang mengakibatkan sebagian rumah dan barang warga hanyut.

  Dalam pengendalian banjir, perlu diketahui kearifan lokal masyarakat di sekitar sungai dalam menangani banjir. Berdasarkan UU Lingkungan Hidup No.

  32 tahun 2009,kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tataa kehidupan masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari.Kearifan lokal yang dilakukan masyarakat sekitar sungai yakni dengan menanam pohon bambu di pinggir sungai untuk menahan air banjiragar tidak menggenangi rumahnya, sebagian wargaada yang membuang sampah ke tempat sampah dan membakar sampah domestiknya di samping rumahnya, dan sudah ada dibangun kanal di Delitua.Tetapi masyarakat sekitar Sungai Deli cenderung membuang sampahnya ke sungai daripada membuang ke tempat sampah karena petugas sampah tidak mengambil sampah mereka ke daerah bawah, begitulah pengakuan mereka. Suksesnya program pengendalian banjir juga tergantung dari aspek lainnya yang menyangkut sosial, ekonomi, lingkungan, institusi, kelembagaan, hukum dan lainnya.

  Sungai Deli merupakan salah satu dari delapan sungai di Kota Medan. Belum diperoleh konfirmasi mengenai penyebab kiriman air dari hulu. Namun, hutan di hulu sungai kian menyusut, area hutan di sana tinggal 7,5% dari 48 hektar Daerah Aliran Sungai Deli. Padahal, setidaknya diperlukan 30% area DAS untukresapan air. Air sungai Deli kini sudah tercemar oleh berbagai macam limbah baik itu dari pabrik maupun limbah rumah tangga. Sungai kini terkesan kumuh dan menjijikkan. Hal ini menyebabkan air sungai Deli menjadi berwarna keruh kehitam-hitaman dengan bau busuk yang menyengat, tak hanya itu sampah organik, dan non organik juga sangat banyak mengambang di sepanjang sungai ini. Kondisi Sungai Deli masih sangat memprihatinkan. Kondisinya mirip seperti tong sampah umum, dimana segala macam sampah dibuang begitu saja oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab ke Sungai Deli. Hal ini terbukti dari banyaknya sampah yang berhasil diangkat dari sungai dalam kegiatan pembersihan sampah dari aliran Sungai dalam hitungan jam saja. Seperti yang dilakukan masyarakat belakangan ini, aksi bersih sungai, satu ton sampah diangkat dari Sungai Deli oleh warga kampung Aur, Kecamatan Medan Maimun (SIB, 8/2/2015). Banyaknya sampah yang dibuangke Sungai Deli tersebutlahyang menghambataliran air sungai saat hujan terus-menerus sehingga terjadilah banjir di Sungai Deli.

  Setiap manusia pasti melakukan interaksi sosial antar sesamanya. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia maupun antara orang-perorangan dengan kelompok manusia. Salah satu akibat bentuk pertentangan (konflik), antara lain: tambahnya solidaritas dari in-grup. Apabila suatu kelompok bertentangan dengan kelompok lain, maka solidaritas antara warga-warga kelompok tersebut biasanya akan bertambah erat. Mereka bahkan bersedia untuk berkorban demi keutuhan kelompoknya, dalam menghadapi ancaman-ancaman yang datang dari luar (Soerjono Soekanto, 1982: 98). Salah satu bentuk solidaritas sosial adalah bentuk kerja sama gotong royong. Gotong royong merupakan ciri khas perilaku yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat kita sebagai petani (agraris). Gotong royong sebagai bentuk kerja sama antar individu, antar individu dengan kelompok, dan antar kelompok, membentuk suatu norma saling percaya untuk melakukan kerjasama dalam menangani permasalahan yang menjadi kepentingan bersama (Zulkarnain Nst,

  2009:2). Begitu juga dengan solidaritas masyarakat sekitar yang rumahnya agak jauh dari sungai, pada saat terjadi banjir, merekayang tidak terkena banjir memberikan tumpangan rumahnya agar masyarakat yang terkena banjir tinggal sementara di rumah mereka khususnya anak-anak dan para ibu karena rasa empati dan kepedulian mereka, memberikan bantuan makanan dan gotong royong memindahkan barang-barang warga yang terkena banjir. Oleh karena itu, dalam pengendalian banjirdibutuhkanpartisipasi masyarakat sekitar sungai dalam menjaga kebersihan sungai dan solidaritas sosial (kesetiakawanan) masyarakat Sungai Delidalam menangani banjir yang disebabkan dari meluapnya sungai akibat banyaknya sampahdibuang ke sungai dan sedimentasi sungai.Selain itu, dibutuhkan juga solidaritas masyarakat atasyang tinggalnyaagak jauh dari sungai Deli dalam membantu masyarakat yang terkena banjir seperti memberikan bantuan makanan berupa mie instan, beras,nasi bungkus, tumpangan tinggal, dan pemindahan barang-barang sementarake rumah atas.

  Setiapkehidupan masyarakat, manusia senantiasa mengalami suatu perubahan. Perubahan-perubahan pada kehidupan masyarakat tersebut merupakan fenomena sosial yang wajar, oleh karena setiap manusia mempunyai kepentingan yang tak terbatas. Perubahan-perubahan akan nampak setelah tatanan sosial dan kehidupan masyarakat yang baru. Kehidupan masyarakat desa, dapat dibandingkan dengan tatanan dan kehidupan masyarakat yang baru. Dahulu masyarakat desadalam khasanah sosiologidisebut masyarakat primer sebagai pola solidaritasnya adalah solidaritas mekanis. Namun, kini proses solidaritas sosial dan tingkat partisipasi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Proses memudarnya ikatan kerjasama itu disebabkan berbagai faktor, misalnya: masuknya nilai-nilai kapitalisme, perubahan sosial budaya, migrasi, urbanisasi, dll. Selain itu, pada era globalisasi dan informasi telah terjadi perubahan pada berbagai aspek dan sistem kehidupan manusia, termasuk pada masyarakat desa dan kota. Pengaruh globalisasi menyebabkan masyarakat desa transisi dan kota. Masyarakat desa transisi merupakan masyarakat yang di dalamnya terdapat masyarakat asli yang sudah turun-temurun tinggal didesa tersebut dan masyarakat pendatang yang baru bertempat tinggal di desa tersebut. Karakteristik masyarakat transisi ini meliputi: terjadinya tumpang tindih antara nilai-nilai tradisional dengan prosesmodern (Zulkarnain, 2009). Begitu juga dengan solidaritas masyarakat kota transisi yang berarti terdapat tumpang tindih antara nilai-nilai tradisional yang dianut masyarakat asli yang lahir dikota dengan nilai-nilai modern yang dianut masyarakat pendatang yang dari desa dan berpadulah solidaritas mekanis dan organisnya.

  Di satu sisi, nilai-nilai modern yang mempengaruhi perilaku kehidupan masyarakat kelurahan/kota untuk meninggalkan nilai-nilai tradisional, di sisi lain nilai-nilai tradisional yang positif harus bisa dipertahankan dan tidak harus dihilangkan, akan tetapi dikelola secara proporsional dan fungsional, seperti solidaritas dalam bentuk gotong royong dan tolong menolong, serta partisipasi secara sukarela. Kondisi tersebut di masyarakat yang letaknya di pinggiran kota.

  Karena kemajuan komunikasi dan kecenderungan menjadi pusat perdagangan serta lalu lintas komunikasi yang akan mengalami perubahan drastis. Perubahan ini akan paling terasa pada masyarakat desa transisi dan masyarakat kota tersebut dalam pergeseran solidaritas (Zulkarnain, 2009:3). Begitu juga dalam masyarakat Sungai Deli, Kelurahan Sukaraja pun terjadipergeseran solidaritas masyarakat sekitar Sungai dalam hal memberikan bantuan makanan, tumpangan rumah dan pemindahan barang-barang kepada masyarakat yang terkena banjirkarena keseringan terjadi banjir di sana.Pergeseran solidaritas masyarakat yang dirasakan masyarakat sekitar adalah semakin berkurangnya bantuan yang diberikan kepada mereka yang terkena banjir kecil (banjir sedang). Dulunya pada tahun 1991, 2001, 2007, 2010 dan 2011, saat terjadinya banjir besar/kategori banjir gawat (dengan ketinggian air di atas 1,2 m- 2 m lebih memasuki rumah), banyak bantuan makanan yang diberikan dari etnis Cina di daerah atas, perusahaan Lion Air, lurah, partai politik. Tetapi kalau terjadi banjir kecil/banjir sedang (ketinggian air0,5-1,2 m memasuki rumah),semakin sedikit masyarakat yang membantu korban yang terkena banjir bahkan hanya kepala lingkungan mereka yang memberikan bantuan berupa mie instan, nasi bungkus, tumpangan rumah sementara, dan pemindahan barang, begitu lah pengakuan Bu Mardiana, warga lingkungan V yang sering terkena banjir.Hal ini terjadi karena penghuni masih bisa berdiam di rumah paling tidak di bawah atap rumah (loteng). Berkurangnya solidaritas masyarakat dalam bentuk bantuan makanan yang diberikan tersebut karena faktor keuangan keluarga yang mengalami penurunan nilaidisebabkan karenabiasanya banjir terjadi di awal dan akhir tahun.

  Karena permasalahan banjir dan pergeseran solidaritassosial tersebut lah yang menarik perhatian penulis meneliti tentang Pergeseran Solidaritas Sosial pada Masyarakat yang Terkena Banjir.Agar masyarakat dapat mengendalikan banjir dengan menjaga kelestarian sungai,masyarakat sekitar dan pengguna jalan raya diharapkantidak membuang sampah ke sungai, menanam bambu, dan menggunakan kanal di Delitua untuk mencegah terjadinya banjir jika hujan terus menerus sehingga masyarakat yang terkena banjir tidak selalu bergantung pada bantuan orang lain meskipunjika terjadi banjir besar, solidaritas masyarakat sekitar sungai Deli semakin erat.

1.2.Rumusan Masalah:

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Apakah ada atau tidak pergeseran solidaritas sosialsekitar Sungai

  DeliKelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun, pada masyarakat yang terkena banjir?

  2. Bagaimana pergeseran solidaritas sosial sekitar Sungai Deli pada masyarakat yang terkena banjir?

  1.3. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:

  1. Untuk mengetahui apakah ada atau tidak pergeseran solidaritas sosial sekitarSungai Deli Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun, pada masyarakat yang terkena banjir? 2. Bagaimana pergeseran solidaritas sosial sekitar Sungai Deli pada masyarakat yang terkena banjir?

  1.4. Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan akan memenuhi manfaat penelitian antara lain:

1. Manfaat Teoritis

  Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kajian ilmiah untukmeningkatkan dan mengembangkan konsep-konsep sosiologi, khususnyasosiologi lingkungan. Dan untuk menambah referensi hasil penelitian yang juga dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian bagi mahasiswa sosiologi selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

  Manfaat praktis dari hasil penelitian ini diharapkan memberi kontribusi sebagai bahan pertimbangan dalam menangani terjadinya banjir agar masyarakat sekitar daerah aliran sungai tidak kesulitan menanggulanginya jika bantuan solidaritas masyarakat dari luar kelurahan berkurang dan agar mereka tetap menjaga solidaritas masyarakat sekitarnya dalam bantuan makanan dan tolong menolong yang diberikan dalam menangani banjir yang terjadi.

1.5. Defenisi Konsep

  Dalam penelitian ilmiah, defenisi konsep sangat diperlukan untuk memfokuskan penelitian sehingga memudahkan penelitian. Konsep adalah defenisi abstraksi mengenai gejala atau realita ataupun pengertian yang nantinya akan menjelaskan suatu gejala (Moleong, 2006:667). Berdasarkan uraian di atas dan berdasarkan topik permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, dapat diambil batasan dalam konseptual, yaitu sebagai berikut:

1.5.1. Banjir

  Banjir adalahperistiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam darataUni Eropa mengartikan banjir sebagai perendaman sementara oleh air pada daratan yang biasanya tidak terendam air.Dalam arti "air mengalir", juga dapat berarti masuknya Banjir diakibatkan oleh volume air di suatu badan air sepertiyang meluap/menjebol bendungan sehingga air keluar dari batasan alaminya. (http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir).

  1.5.2. Solidaritas Sosial

  Solidaritas sosial adalah kesetiakawanan yang menunjuk pada satu keadaan hubungan antara individu atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Solidaritas sosial dibagi dua yaitu: pertama, mekanik adalah solidaritas sosial yang didasarkan pada suatu “kesadaran kolektif” bersama yang menunjuk pada totalitas kepercayaan-kepercayaan dan sentimen-sentimen bersama yang rata-rata ada pada warga masyarakat yang sama itu, cita-cita, dan komitmen moral. Sedangkan yang kedua, organik adalah solidaritas yang muncul dari ketergantungan antara individu atau kelompok yang satu dengan yang lainnya akibat spesialisasi jabatan (pembagian kerja).

  1.5.3. Pergeseran Solidaritas Sosial

  Pergeseran solidaritas sosial adalah perubahan yang terjadi dalam masyarakat dalam hal memberikan bantuan dan tolong menolongyang semakin sedikit kepada masyarakat yang terkena banjir. Dalam kehidupannya, masyarakat yang memberikan bantuan kepada warga yang terkena banjir semakin berkurang jumlahnya dari tahun ke tahun.

  1.5.4. Masyarakat Sekitar Sungai

  Masyarakat sekitar sungai adalah sekelompok orang yang tinggal/ hidup paling dekat dengan sungai atau di bantaran/pinggir sungai dan sekitar sungainyadengan jarak 50 sampai 100 meter dan merupakan kawasan sempadan sungai dan daerah Slum area yang ditempati oleh masyarakat.

  Masyarakatsekitar Sungaimerupakan masyarakat yang sering terkena genangan air banjir termasuk yang tinggal di dekat sungai. Masyarakat banjir biasanya mengetahui kapan banjir akan terjadi dan telah terbiasa menghadapi banjir tersebut. Berbagai faktor mempengaruhi terjadinya banjir di tempat tinggal mereka seperti tanah tempat tinggal mereka yang rendah. Akibatnya apabila hujan terus-menerus, banjir akan menggenangi jalanan yang berada di depan rumah masyarakat ini bahkan sampai masuk ke dalam halaman dan rumah.

1.6. Defenisi Operasional Variabel

  Defenisi operasional adalah merupakan unsur-unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur variabel (Singarimbun, 1989:34).

  Konkritnya, defenisi operasional variabel adalah berisikan tentang indikator- indikator (pengukur) suatu variabel sedangkan indikator adalah faktor-faktor atau kejadian-kejadian yang digunakan untuk mengukur variabel.Adapun variabel penelitian ini menurut kebutuhan penelitian ini, yaitu:

a. Variabel Solidaritas Sosial Sekitar Sungai Deli .

  Untuk dapat mengukur variabel ini, maka peneliti memberikan indikator- indikator solidaritas masyarakat sebagai berikut:

  1. Masyarakat yang memberikan bantuan makanan berupa mie instan, beras, nasi bungkus, telur,dan gula.

  2. Masyarakat yang memberikanbantuan berupa tumpangan tinggal di rumahnya.

  3. Masyarakat yang memberikan bantuan dengan memindahkan barang-barang dari rumahnya ke rumah yang tidak terkena banjir.

b. VariabelMasyarakat yang Terkena Banjir

  Yang menjadi indikator masyarakat yang terkena banjir adalah: 1. Masyarakat berdasarkan jenis kelamin.

  2. Masyarakat berdasarkan usia.

  3. Masyarakat berdasarkan agama.

  4. Masyarakat berdasarkan suku bangsa.

  5. Masyarakat berdasarkan pendidikan terakhir.

  6. Masyarakat berdasarkan pekerjaan.

  7. Masyarakat berdasarkan lama tinggal.

Dokumen yang terkait

AnalisisPengaruh Efesiensi Modal Kerja Terhadap Tingkat Likuiditas Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 43

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Efisiensi - AnalisisPengaruh Efesiensi Modal Kerja Terhadap Tingkat Likuiditas Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 3 17

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi - Hubungan Karies Dan Karies Tidak Dirawat Dengan Kualitas Hidup Pada Masyarakat Dewasa Usia 20-40 Tahun Di Desa Deli Tua Kecamatan Namorambe

0 3 13

2.1 Latar Belakang Lingkungan Sosial Budaya Burhanuddin Usman - Peranan Burhanuddin Usman Sebagai Pemusik Saksofon dalam kebudayaan Musik Melayu

0 0 22

10 BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL “TOKYO TOWER” DAN KONSEP MORAL JEPANG 2.1 Pengertian Novel

0 0 18

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Pesan Moral On, Gimu, dan Giri dalam Novel “Tokyo Tower” Karya Lily Franky

0 0 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Studi Penggunaan Obat Pada Pasien Anak Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan Periode Januari 2013 - Desember 2013

0 1 11

Studi Penggunaan Obat Pada Pasien Anak Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan Periode Januari 2013 - Desember 2013

0 2 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air - Pengaruh Efektivitas Koagulan PAC (Poly Auminium Chloride) dan Tawas terhadap Logam Mangan (Mn) pada Air Baku PDAM Tirtanadi Hamparan Perak

0 0 11

BAB II KERANGKA TEORI 2.1. Peristiwa Banjir Medan - Pergeseran Solidaritas Sosial Pada Masyarakat Yang Terkena Banjir (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Sekitar Sungai Deli, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun)

0 0 28