2.1 Latar Belakang Lingkungan Sosial Budaya Burhanuddin Usman - Peranan Burhanuddin Usman Sebagai Pemusik Saksofon dalam kebudayaan Musik Melayu

BAB II BIOGRAFI Burhanuddin Usman adalah seorang seniman Melayu, khususnya ahli di

  dalam memainkan alat musik saksofon. Selain itu Burhanuddin Usman juga dapat bermain alat musik seruling, Burhanuddin Usman sudah dikenal bukan hanya pada masyarakat Melayu di Kota Medan saja, tetapi Burhanuddin Usman juga sudah dikenal pada masyarakat Melayu Sumatera Utara. Sebelum mengenal lebih jauh tentang Burhanuddin Usman, maka alangkah baiknya dideskripsikan lebih dahulu lingkungan sosial budaya masyarakat Melayu Sumatera Utara yang merupakan sebagai wilayah budaya yang luas, yang juga merasa memiliki Burhanuddin Usman.

2.1 Latar Belakang Lingkungan Sosial Budaya Burhanuddin Usman

  Burhanuddin Usman merupakan seorang laki-laki yang latar belakangnya budaya Melayu. Kedua orang tuanya juga suku Melayu. Burhanuddin Usman juga mengunakan bahasa dan budaya Melayu dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan demikian, Burhanuddin Usman secara sosiobudaya dibentuk oleh kebudayaan Melayu. Khususnya Melayu Deli Sumatera Utara. Dalam melihat kebudayaan Melayu, penting untuk melihat unsur-unsur dalam kaitanya kepada kebudayaan Melayu yang dilakukan Burhanuddin Usman.

  Agama resmi masyarakat Melayu pada umumnya adalah agama Islam. Kedatangan Islam membawa dampak yang besar dalam struktur sosial dan kebudayaan masyarakat Melayu. Kepercayaan yang sebelumnya yakni memuja dewa-dewa, hantu-hantu, dan roh-roh berubah menjadi menyembah kepada Allah

  Subhanahuwata‟ala, Tuhan Yang Ahad.

  Puncak penerimaan Islam secara keseluruhan pada masyarakat Melayu ditandai dengan adanya falsafah masyarakat, yaitu adat yang berlandaskan kepada hukum Allah, yang dituangkan lewat firman-firman-Nya ke dalam Al- qur‘anulkarim dan dijelaskan oleh Rasulullah Muhammad SAW. Kemudian dalam budaya Melayu ajaran Islam ini dikonsepkan dalam falsafah Adat

  bersendikan syarak ( syari‟at hukum Islam), syarak ber-sendikan Kitabullah

  (Kitab Allah atau Al- Qur‘an).

  Konsep di atas lahir karena ajaran mengandung norma-norma hubungan manusia dengan Allah SWT (hubungan vertikal atau hablumminAllah) dan hubungan sesama manusia serta manusia dengan alam (hubungan horizontal atau

  ). Manusia dituntut agar dapat menjaga, mengharmoniskan dan

  hablumminannas melestarikan keseimbangan antara kedua hubungan tersebut.

  Menurut Gazalba (1983:51-55), agama Islam yang dianut masyarakat Melayu dianggap mereka sebagai petunjuk, yang memadukan kepentingan agama dengan kebudayaan dalam bentuk peraturan yang tetap. Aturan tentang kebudayaan adalah mengenai prinsip-prinsip dasar kehidupan manusia dan cara pelaksanaannya. Misalnya, bagaimana seseorang mencari nafkah, membina hubungan antar manusia, melestarikan alam, menikah, melaksanakan shalat, serta fadhu kifayah, dan lain-lain.

  Aturan tentang kebudayaan adalah mengenai prinsip-prinsip dasar saja, sedangkan cara pelaksanaannya dapat berubah sesuai dengan keinginan manusia sebagai pelaku budaya, tetapi tidak melanggar ketentuan yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Misalnya saja dalam berkesenian, dalam Islam dianjurkan untuk tidak membuat seni yang menimbulkan khayalan sensual yang dapat menjerumuskan manusia kedalam keasyikan sehingga melupakan kewajibannya dalam melaksanakan perintah Allah Swt. Begitu pula dalam berpakaian. Islam telah menetapkan agar umat Islam memakai pakaian yang menutup segala auratnya sehingga terhindar dari dosa ; sedangkan bagaimana cara memakainya diserahkan kepada manusianya.

  Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Islam tidak membenarkan penyembahan yang lain kecuali Allah SWT. Hal ini ditegaskan dengan dua kalimat syahadat apabila seseorang memeluk agama Islam yaitu :

  

Asyhadualla illaha illallah, Wassyhaduanna Muhammadarrasulullah , yang

  artinya : Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad . Ini berarti bahwa manusia harus tunduk dan

  adalah Rasul (utusan) Allah

  menyembah kepada Allah dan bukan tunduk kepada Alam atau kekuasaan apapun yang ada di muka bumi ini.

  Setelah masuknya Islam dan dijadikan falsafah hidup oleh masyarakat Melayu. Maka kepercayaan-kepercayaan yang mereka anut disesuaikan dengan ajaran Islam. Di dalam ajaran Islam juga di kenal konsep alam gaib, yakni percaya kepada makhluk gaib seperti malaikat, setan, jin, dan lain-lain. Inilah yang akhirnya dijadikan alasan masyarakat Melayu untuk tetap percaya kepada dunia gaib dan makhluk-makhluknya, yang dikenal dengan istilah “sinkretisme”.

  

Sinkretisme adalah penggabungan dua ajaran antara kepercayaan dengan agama.

  Ini masih terus berlangsung pada masyarakat Melayu desa pesisir, baik dalam aktivitas kesenian mereka maupun dalam kehidupan sosial budaya mereka. Penggabungan itu terjadi karena pengaruh kepercayaan animisme begitu kuat melekat dalam diri masyarakat Melayu secara umum sehingga sulit dihilangkan.

  Walaupun dalam agama Islam sangat dilarang untuk menyembah kekuatan dan kekuasaan apapun di bumi selain kepada Allah SWT.

  Seperti di ketahui bahwa, kepercayaan animisme sudah menyatu dengan kehidupan masyarakat Melayu selama 1200 tahun, yaitu sejak abad I Masehi sampai dengan abad XIII Masehi. Ini juga disebabkan ketika pertama kali agama Islam masuk pada masyarakat Melayu, bukan berdasarkan pemaksaan ataupun kekerasan, melainkan terlebih dahulu disesuaikan dengan adat dan budaya pemeluknya. Kemudian perlahan-lahan di ubah kearah hukum dan tatanan norma Islam.

  Bahasa merupakan cerminan dari suatu masyarakat penuturnya. Bahasa juga merupakan sub-kebudayaan. melihat tingkah polah individu, keluarga, etnis, ataupun bangsa dapat dilihat melalui bahasa yang di gunakan (H. Amir Ridwan, 2002:108).

  Sikap dan kebiasaan berbahasa dari suatu kelompok individu merupakan satu wujud kebudayaan yang dihasilkan melalui ide, norma dan gagasan. Penutur bahasa Melayu adalah masyarakat yang merupakan sekelompok manusia atau

  

homo loques yang saling mempengaruhi. Oleh karena itu, walaupun pada

  dasarnya penutur bahasa Melayu mempergunakan bahasa yang sama (bersifat universalisme), namun untuk mencapai suatu kesamaan mutlak tetap tidak memungkinkan. Karena bahasa Melayu sangat dinamis, dapat disesuaikan dengan perubahan dan perkembangan masyarakat Melayu sendiri, bahasa Melayu khususnya dalam memperkaya kosa-kata selalu terbuka untuk bahasa asing melalui kontak bahasa. Sebagai contoh dari bahasa Belanda, seperti kata dongkrak berasal dari kata dommekracht, bengkel dari winkel, supir dari chauffeur. Namun demikian, struktur bahasa Melayu tidak berubah mengkekalkan identitas yang diwarisi sebagai pernyataan orang Melayu dan keturunanya.

  Setiap suku bangsa (etnis) pasti mempunyai peraturan adat yang berbeda dengan suku bangsa yang lainnya. sesuai dengan pegangan dan pandangan hidup mereka masing-masing. Adat-istiadat ini selalu berkaitan erat dengan sistem dan tata nilai dari budaya mereka masing-masing yang dijadikan panduan dalam bertingkah laku dan berperilaku sosial terhadap masyarakatnya.

  Masyarakat Melayu seperti halnya kelompok masyarakat yang lainnya, memiliki adat-istiadat yang berhubungan dengan alam kehidupan mereka yang dikenal dengan istilah Rites the passage (Ritus peralihan). Rites de passage adalah ritus peralihan atau upacara adat-istiadat dalam mengahadapi perubahan kehidupan dari mulai lahir sampai dengan kehidupan dunia. Setiap peralihan tersebut selalu disertai dengan upacara khusus, misalnya usia balita memasuki usia remaja selalu disertai dengan upacara-upacara untuk memberikan bekal bagi si anak dalam mengahadapi usia remaja, dan lain-lain.

  Dengan melihat sedikit penjelasan diatas, mengenai penjelasan apa yang menjadi latar belakang sosiobudaya Burhanuddin Usman, serta melihat apa saja dari karakteristik budaya Melayu itu sendiri. Burhanuddin Usman merupakan seorang pekerja seni yang sosiobudayanya ialah budaya Melayu murni.

2.1.1 Riwayat Keluarga Burhanuddin Usman

  Burhanuddin Usman lahir di Medan, 70 tahun yang lalu. Burhanuddin Usman merupakan anak ketujuh dari delapan bersaudara dari pasangan Usman bin Haji Muhammad dan Halimatus Sadiah. Ayah dan Ibunya berasal dari suku Melayu, pekerjaan ayahnya Beacukai sedangkan Ibunya seorang ibu rumah tangga. Dari kedelapan saudara Burhanuddin Usman, hanya ia yang memiliki jiwa seni dan menjadi pekerja seni. Berikut ini urutan dari keturunan Usman bin Haji Muhammad dan Halimatus Sadiah.

Tabel 2.1.1 Keterangan nama-nama anak dari keluarga Usman bin Haji Muhammad dan Halimatus Sadiah.

  Nomor Urutan Nama

  1 Anak pertama Syfi‘i

  2 Anak kedua Nur Aidah

  3 Anak ketiga Nur aini

  4 Anak keempat Nasaruddin

  5 Anak kelima Hasni

  6 Anak keenam Rafiin

  7 Anak ketujuh Burhanuddin Usman

  8 Anak kedelapan Zumhar

  Burhanuddin Usman tidak pernah dilarang untuk menjadi pekerja seni. Menurut saudaran-saudari, Burhanuddin Usman sangat memiliki jiwa seni yang sangat tinggi dan berbakat. Dengan demikian ke tujuh saudara-saudari burhanuddin Usman selalu mendorong untuk selalu mengembangkan bakat dan kreatipitasnya. Namun, ayah Burhanuddin Usman berpendapat sebagai Islam menggangap musik itu Makrho. Atau bilamana musik itu dimainkan tidak membuat nilai dosa sedangkan jikalau musik itu ditinggalkan berpahala. Contoh lain Makrho seperti halnya Rokok. Jikalau seseorang itu merokok ia tidak berdosa sedangkan jikalau ia meningalkan aktipitas merokok ia berpahala. Dengan demikian ayah dari Burahanuddin Usman tidak pernah melarang Burhanuddin Usman untuk menjadi pelaku seni.

  Burhanuddin Usman menikah pada usia 27 tahun oleh Siti Salma. Siti Salma masih merupakan saudara jauh dari Burhanuddin Usman yaitu anak Macik atau anak dari adiknya, adik ibu Burhanuddin Usman. Namun, pada waktu mereka menjalin kedekatan mereka tidak mengetahui bahwa mereka masih memiliki ikatan dari garis keturunan ibunya masing-masing. Proses pendekatan ini mulanya dilakukan pada waktu perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia atau sering juga disebut perayaan 17an. Mereka sering menonton pertunjukan seni 17an dan lambat laun benih asmara itu timbul. Sampai pada jalinan asmara atau pacaran ini terjadi selama 1 bulan saja. Sampai kemudian terjadi proses pinangan dan pernikahan.

  Pernikahan ini merupakan sebuah gejolak patah hati dari seorang Burhanuddin Usman. Siti Salma bukan pacar terakhirnya Burhanuddin Usman, namun pacar sebelum menikah ialah Raudah. Raudah merupakan pacar yang telah dijalankan cukup lama kisaran waktu lebih dari satu tahun menjalin hubungan pacaran. Namun karena ia tahu mau dilamar oleh Burhanuddin Usman ia menolak untuk melanjutkan jalinan asmara ataupun pacaran dengan alasan yang tidak jelas. Dari sini lah Burhanuddin Usman mencari wanita lain dan akhirnya bertemu dengan Siti Salma lalu sampai kepada jenjang pernikahan.

  Pernikahan Burhanuddin Usman dan juga Siti Salma dilakukan sekitar tahun 1971 yang bulan dan tanggalnya tidak diketahui secara tepat. Pernikahan ini dilakukan dengan budaya Melayu yang mana orang tua dari Siti Salmah itu budaya Melayu juga. Bentuk mahar atau emas kawin yang diberikan Burhanuddin Usman pada pernikahan ini berbentuk uang sebesar dua puluh satu ribu (Rp: 21.000). Setelah pernikahan ini Burhanuddin Usman sekarang tetap pekerjaannya sebagai pekerja seni dan ibu Siti Salma sebagai ibu rumah tangga saja (IRT).

  Pernikahan Burhanuddin Usman dan Siti Salma ini dikaruniakan anak 5 orang.

Tabel 2.1.1.1 Keterangan nama-nama anak dari keluarga dari Burhanuddin

  Usman dan Siti Salma

  Nomor Nama Usia

  1 Avivah 39 tahun

  2 Fauzah 37 tahun

  3 Hidayati 35 tahun

  4 Ainah 33 tahun

  5 Saipul 31 tahun

  Dari kelima anak Burhanuddin Usman dan Siti Salma ini, anak-anaknya tidak ada memiliki aliran seni yang besar atau tidak ada yang melanjutkan profesi dari orang tuanya sebagai Pemusik. Ini bukan tidak dicoba oleh Burhanuddin Usman dan Siti Salma untuk menurunkan pengetahuan seni bapak nya kepada anak-anak mereka. Kelima anak-anak Burhanuddin Usman dan Siti Salma dari mulai sejak kecil sudah selalu dibawah atau diperkenalkan tentang dunia kesenian jikalau ia show (pertunjukan) atau melakukan latihan-latihan musik. Namun inilah seni itu menurut Burhanuddin Usman, jikalau anak tidak ada dalam dirinya bakat seni sulit untuk memaksa ia untuk bisa melakukan kreatipitas dari seni itu.

  Burhanuddin Usman dalam menamai anak pertamanya Avivah terinspirasi dengan salah satu pemain alat musik Bongo yang bernama Avivah. Pemain alat musik Bongo ini dalam permainannya sangat mahir. Avivah juga merupakan pemain alat musik Bongo pada grup-grup musik Melayu yang sangat terkenal.

  Jadi Burhanuddin Usman menamakan anak pertamanya Avivah yang berharap anaknya ini bisa mengikuti Avivah pemain Bongo supaya bisa mahir dalam dunia kesenian musik. Khususnya kesenian musik Melayu.

  Sekitar tahun 2000 Burhanuddin Usman mengalami suatu penyakit mata yang membuat Burhanuddin Usman mengalami kebutaan. Kebutaan ini terjadi ketika Burhanuddin Usman bermain musik pada suatu acara di Medan Labuhan acara perayaan pernikahan. Namun, karena didorong rasa profesionalitas atau dengan rasa tanggung jawab tinggi Burhanuddin Usman tetap bermain dengan kondisi sudah tidak bisa melihat. Setelah acara itu berakhir, Burhanuddin Usman mencoba mengobati penyakitnya itu melalui medis, herbal dan sampai berbauk kepercayaan lokal. Namun, tidak membuat penyakit Burhanuddin Usman itu menjadi sembuh.

  Inilah riwayat dari keluarga besar Usman Bin Muhammad dan Halimatus Sadiah serta Burhanuddin Usman dan Siti Salma sebagai faktor pendukung dalam dunia seni Burhanuddin Usman.

2.1.2 Riwayat Pendidikan Burhanuddin Usman

  Sekitar tahun 1951, untuk tingkat sekolah dasar Burhanuddin Usman bersekolah di sekolah rakyat (SR) Labuhan yang berlokasi di jalan Labuhan Deli.

  Jenjang sekolah rakyat sampai kelas 3. Saat itu Burhanuddin Usman sedang berusia 7 tahun. Menarik dari Burhanuddin Usman, Burhanuddin Usman tidak seperti siswa yang lainya dimana harus mengikuti kegiatan dari kelas 1. Namun, Burhanuddin Usman langsung pada tingkat atau kelas 3. Burhanuddin Usman langsung berada di kelas 3, karena menurut guru-guru siapa yang sudah pandai membaca bisa langsung kekelas 3. Dengan demikian Burhanuddin Usman hanya setahun dalam sekolah rakyat Labuhan.

  Kemudian Burhanuddin Usman melanjutkan sekolahnya ke sekolah agama. Tingkatan setelah sekolah rakyat yang Burhanuddin Usman lakukan.

  Pertama Burhanuddin Usman bersekolah Yayasan Alwasliyah jenjang

  

IBTIDAIYAH selama 6 tahun yang bertempat di Pulau Brayan. Proses kedua juga

  Burhanuddin Usman bersekolah masih di Yayasan Alwasliyah jenjang

  

TSANAWIYAH selama 3 tahun yang berlokasi di jalan Pulau Brayan. Pendidikan

  terkahirnya Burhanuddin Usman bersekolah Yayasan Alwasliyah jenjang aliyah selama 3 tahun yang berlokasi dijalan ismalia ujung amaliun Nomor 20 Medan.

  Dalam proses belajar di sekolah agama pada Yayasan Alwasliyah dari jenjang IBTIDAIYAH dan TSANAWIYAH di sini secara non formal Burhanuddin Usman mempelajari dunia kesenian umumnya, khususnya seni musik. Dimana dalam Yayasan Alwasliyah juga dibuat asrama buat siswa/siswi yang mengikuti pembelajaran disekolah ini. Asrama ini diperuntukan kepada siswa/siswi yatim piatu dengan tidak dikenakan biaya administrasi. Banyak dari anak yatin piatu yang bersuku Batak Mandailing yang berada dalam asrama ini. Batak mandailing yaitu suku batak yang secara letak geografis atau administrasi lokasinya berada dipesisir Kota Sibolga yang salah satu daerah pada Sumatera Utara. Anak-anak ini mempunyai tingkat bakat seni yang tinggi khususnya alat musik seruling. Lambat laun siswa/siswi yang di asrama ini selalu memainkan alat musik seruling diluar jam belajar formal dikelas. Kemudian Burhanuddin Usman pun selalu melihat siswa yang lain ini bermain seruling, sampai suatu ketika ia pun belajar seruling dengan mereka hingga Burhanuddin Usman pun menjadi mahir dalam bermain alat musik seruling. Menarik menjadi perhatian dalam prosesnya setelah Burhanuddin Usman mahir memainkan alat musik seruling, Burhanuddin Usman sekarang tidak lagi dikasi memakai alat musik seruling siswa ini. Kemudian setelah sangat inginnya memainkan seruling itu, Burhanuddin Usman pun memutuskan untuk meminta siswa/siswi temannya ini untuk mau menjual seruling itu kepadanya dan merekapun mau menjualkannya kepada Burhanuddin Usman. Inilah riwayat pendidikan Burhanuddin Usman, dimana dalam proses pendidikan secara formal yang dilakukan Burhanuddin Usman, Burhanuddin Usman juga memanfaatkan situasi didalam pendidikan formalnya untuk belajar secara non Formal apa itu dunia seni secara umum, dan lebih khususnya seni musik. Dan ini juga menjadi proses dalam bermusiknya sebagai pemusik seruling dan Saksofon hingga saat ini.

2.1.3 Riwayat Pekerjaan.

  Sampai saat ini pekerjaan tetap Burhanuddin Usman adalah seorang seniman. Burhanuddin Usman bergerak di bidang seni musik yaitu sebagai pemain Saksofon dan seni lukis yaitu sebagai pembuat Lukisan. Orang- orang disekelilingnya biasa memanggilnya dengan sebutan Uwak Buyung, namun kalau diatas pentas pangilannya Si Terompet Maut. Hal ini menjadi menarik mengenai panggilannya si Terompet Maut karena Burhanuddin Usman bukan memainkan alat musik Terompet melainkan Saksofon. Namun, karena nama alat musik Saksofon tidak banyak diketahui oleh masyarakat. Dan alat musik ini mirip seperti Terompet masyarakat sering menyebutnya dengan Si Terompet Maut. Dikatakan juga Maut karena dalam memainkan alat musik Saksofon jari-jarinya amatla cepat sehingga orang-orang terkagum-kagum.

  Kemudian Burhanuddin Usman juga menyempatkan diri mencari tambahan pemasukan dilaur jam bermusiknya dengan membuka tempah lukisan kecil-kecilan. Lukisan yang Burhanuddin Usman sering buat itu lukisan yang bertemakan anak kecil yang sudah melakukan adat Mengayun atau menabalkan nama (menamakan anak itu) dan juga lukisan yang bertemakan nama tokoh usaha ataupun nama gang. Kemudian dalam kehidupan hingga saat ini banyak Burhanuddin Usman melakukan perkerjaan guna menjadi tambahan setidak ada 4 pekerjaan yang sering dilakukan Burhanuddin Usman diluar pekerjaannya sebagai pekerja seni.

  Burhanuddin Usman juga pernah menjadi buruh pabrik selama kurang lebih 8 bulan pada tiga pabrik yang pernah ia jalani. Pekerjaan di pabrik ini Burhanuddin Usman sebagai posisi Buruh pabrik. Berikut ini nama-nama pabrik yang pernah Burhanuddin Usman bekerja yaitu:

1. Pabrik Asbes ― Bukit Tan‖ selama 3 bulan. Di KIM (kawasan industri

  Medan) 2. Pabrik Karet dan Ban ― Timur Raya‖ selama 3 bulan. Di KIM

  (kawasan industri Medan) 3. Pabrik Karet ― Denyu Asian‖ selama 2 bulan. Di KIM (kawasan industri Medan)

  Burhanuddin Usman di sini bekerja dipabrik tidak ingat pasti pada tahun berapa. Namun setiap ada pertunjukan musik yang memaksa untuk tidak bekerja lagi Burhanuddin Usman lakukan. Dan sebalikanya jikalau pertunjukan musik lagi periode yang sunyi maka Burhanuddin Usman akan mencoba menjadi kerja tambahan lainnya.

  Burhuanuddin Usman juga pernah membuka usaha jualan minuman dirumah nya guna membantu pekerjaan pokoknya sebagai seorang pemusik.

  Bentuk usaha minuman ini kalau dari siang ke sore berjualan es kelapa dan minuman dingin lain serta pada waktu malam berjualan minuman hangat seperti bendrek. usahanya ini juga melibatkan seluruh anggota keluarga Burhanuddin Usman. Seperti Istri, dan anak-anaknya. Kegiatan jualan ini juga dilakukan sampai sekarang namun sudah diteruskan oleh anaknya.

  Burhanuddin Usman juga dalam kehidupanya pernah bekerja sebagai Petani. Burhanuddin Usman bertani di tanah atau ladang kepunyaan orang tuanya sendiri. Aneka tanaman yang pernah Burhanuddin Usman tanam antara lain : Padi, jagung, kacang, ubi dan sayur mayur. Dalam kegiatan bertani ini setidaknya dapat membantu ekonomi keluarga dalam bahan makanan pokok dan sebahagian lagi dijual kembali. Dengan demikian jikalau kegiatan bermusiknya lagi tidak ada Burhanuddin Usman dapat memberikan nafkah tambahan dari hasil bertani.

  Burhanuddin Usman juga dalam riwayat pekerjaannya pernah berprofesi sebagai tukang cat mobil pada bengkel mobil disalah satu bengkel di Labuhan.

  Kegiatan ini berlangsung selama 6 bulan. Kegiatan ini juga secara tidak langsung dapat mengasa jiwa seni Burhanuddin Usman dalam bidang seni lukis, karena menurut Burhanuddin Usman melukis sama dengan mengecat yang intinya itu harus membuat sebuah gambar atau pola yang mempunyai nilai keindahan atau lebih sering disebut dengan menjadi indah.

  Dari semuah penjelasan diatas mengenai semuah pekerjaan yang pernah Burhanuddin Usman lakukan, ini semata-mata hanya ingin membatu pekerjaan pokoknya sebagai pekerja seni. Dan hingga pada saat sekarang Burhanuddin Usman masih menjadikan pekerja seni sebagai pekerjaan pokok dalam kehidupannya sehari-hari.

2.1.4 Riwayat Kepemusikan Burhanuddin Usman

  Burhanuddin Usman memulai karirnya sebagai pemusik dimulai sejak tahun 1955. Sebenarnya Burhanuddin Usman tidak pernah belajar khusus mengenai materi musik. Jiwa kepemusikannya sudah timbul sejak Burhanuddin Usman masih kecil sekitar umur 12 tahun. Ketika masih bersekolah jenjang

  IPTIDAIYAH di sekolah Alwasliayah Burhanuddin Usman sering melihat siswa- siswi lain di sekolah yang bersuku batak Mandailing yang mahir memainkan alat musik seruling. Dimana setiap pagi dan sore selalu siswa-siswi itu mainkan. Kemudian Burhanuddin Usman mulai ingin memainkannya dengan meminjam alat musik seruling itu lalu mencoba tiup-tiup seruling itu yang lama kelamaan Burhanuddin Usman sudah bisa memainkan solmisasi atau tangga nada yang berkembang pada konsep musik barat dari alat musik seruling itu. Namun pada suatu waktu Burhanuddin Usman tidak diberi pinjam seruling lagi dari siswa yang lain itu. Burhanuddin Usman pun mencoba dengan membeli dari siswa itu.

  Setelah Burhanuddin Usman membeli dari teman nya itu, Burhanuddin Usman sekarang kemana-mana diluar jam belajar selalu membawa alat musik seruling itu dan memainkannya.

  Kemudian Burhanuddin Usman juga berlatih di ladang ataupun sawah sambil menggembalakan hewan ternak kerbau dan kambing. Pada waktu mengembalakan peliharaannya, sebuah grup Padang Pasir: Gambus Melayu Tiga Serangkai melintas dan mendengar permainan seruling Burhanuddin Usman.

  Lokasi dari grup ini tepat berada didekat sawah yang menjadi tempat pengembalaan hewan peliharaannya. Setelah terus-menerus didengar dan diperhatikan grup ini kemudian Burhanuddin Usman pun ditawari oleh grup ini untuk ikut bergabung latihan. Burhanuddin Usman pun menerima tawaran baik grup ini. Setalah kurang lebih seminggu sudah ikut latihan dengan grup ini Burhanuddin Usman sudah diajak main untuk ada pesan main pada acara hajatan ataupun pesta disekitar lokasi tempat ini.

  Pada tahun 1958 Burhanuddin Usman main pada acara peresmian Al- Wathan dengan Orkes Al Wathan. Di sini merupakan pengalaman pertama Burhanuddin Usman bermain diluar grupnya gambus Melayu tiga serangkai . Burhanuddin Usman juga di sini diperlakukan sebagai pemusik yang bisa dikatakan sudah professional maksudnya sudah dibayar sesuai dengan pasaran pemusik tingkat professional lainnya yang seingatnya sejumlah Rp 500.

  Pada tahun 1960 sebuah grup yang bernama Sotut Dahri yang bahasa Indonesia artinya Bintang-bintang yang pimpinan bapak Dahlan Nasution yang seorang anggota DPR RI, membuat sebuah sayambara untuk membuat rekaman lagu-lagu padang pasir. Yang dari sayambara ini Dahlan Nasution mengumpulkan 100 pemusik Melayu. Dari ke 100 pemusik Melayu ini Burhanuddin Usman merupakan salah satu yang terpilih menjadi personilnya Sotut Dahri.

  Pengalaman pada grup Sotut Dahri ini telah mebuat karya rekaman yang pada waktu itu masih berbentuk Piringan Hitam, lagu-lagunya antara lain:

1. Mali Ila Ahadin 2.

  Mawar 3. Hanya kenangan 4. Ya Rabbi Salimna dan masih banyak lagi namun Burhanuddin usman sudah tidak ingat lagi apa lagi judul-judul dari hasil rekaman mereka.

  Kemudian pengalaman nya dengan grup Sotut Dahri ini juga Burhanuddin Usman bersama 100 personil lainnya juga pernah bermain pada acara Maulid Nabi di Gedung Olahraga Nasional Sumatera Utara. Namun pada grup Sotut Dahri ini, pengalaman main untuk banyak tempat tidak terlaksana banyak karena untuk bisa memanggil grup ini membutuhkan uang yang banyak yang harus membayar 100 orang, dan juga grup ini mendokumentasikan lagu-lagu melayu guna memeriahkan Industri musik Melayu di Sumatera Utara.

  Pada tahun 1965 Burhanuddin direkrut grup El Soraya Putri guna melakukan tour pertunjukan musik diberbagai tempat antara lain:

1. Aceh 2.

  Pecan baru 3. Jambi 4. Palembang dari keemapat tempat ini bermain selama 1 bulan lebih.

  Pada tahun 1968 Burhanuddin Usman berserta grup irama padang pasir El Suwaya bermain pada suatu acara perayaan pernikahan seorang putera anak dari Bea dan Cukai di belawan.

Gambar 2.1.4 Burhanuddin Usman dalam grup El Suwaya.

  Dokumentasi penulis, 2014 Pada tahun 1974 Burhanuddin Usman juga bermain di pulau Jawa yaitu di Jakarta. Pada acara Jakarta Fair di Taman Patah Ila bersama grup Nur El Soraya.

  Pemain-pemain yang bermain di Jakarta fair antara lain:

Tabel 2.1.4 Keterangan nama-nama pemain grup Nur El Soraya Nomor Nama Pemain /Jabatan

  1 Thalib Hasan Pimpinan

  2 Pajar/ Ucok Akordion

  3 Dayat Bass

  4 Burhanuddin Usman Saksofon Tenor

  5 Said Drum

  6 Avivah Bongo

  7 Umi Ami Biola

  8 Suhaimi Biola

  9 Ruliah Biola

  10 Nurhayani Biola

  11 Junaidah Oud

  12 Samsian Seruling

  13 Cut Ros Mawar Vokal Dan pada acara Jakarta fair ini grup dari Nur El Soraya berhasil menjadi juara harapan 1.

  Pada tahun 1985 Burhanuddin Usman juga direkrut grup Nursa Jamil/ Qoriah International. Dimana disini untuk main acara MTQ nasional yang tuan rumah di Aceh. Selain acara MTQ itu, Burahnuddin Usman dan grup Nursa Jamil ini membuat rekaman lagu Embun Pagi dan juga Petani.

  Pada tahun 1990 an Burhanuddin Usman mendapatkan pertunjukan dalam acara Kampanye partai Golkar (golongan karya) yang di lakukan di daerah Pahae, dan Sipirok. Anggota Golkar yang mengajak Burhanuddin Usman pada waktu itu Gubernur Sumatera Utara Rajainal Siregar dan anggota DPDR Sumatera Utara Burhanuddin Napitupulu.

  Pada tahun 2000, Burhanuddin Usman berserta grup Setanggi Timur mengikuti sebuah festival musik Muharam Fair di Kota Medan. Di sini mereka menjadi juara harapan 1. Namun, menurut Burhanuddin Usman pada waktu mengikuti festival ini. Grup dari Setanggi Timur mengalami kecurangan oleh pihak panitia. Ada 2 juri berpendapat bahwa grup ini yang harusnya juara 1. Namun karena mereka bukan dari kalangan panitia, grup ini hanya menjadi juara harapan 1 saja. Para penonton juga pernah berteriak kepada panitia dengan keputusan keliru mereka. Namun hal itu tidak mengubah hasil akhir festival Muharram Fair. Kemudian Burhanuddin Usman juga di muat dalam sebuah Koran (surat kabar) terbitan dari SRM . Berikut ini hasil dokumentasi yang di muat oleh harian tersebut.

Gambar 2.1.4 Keterangan isi berita dalam sebuah harian surat kabar SRM Medan.

  Dokumetasi Penulis, 2014.

  Pada tahun 2002 Burhanuddin Usman bersama grup musik Keyboard Santen Balade banyak melakukan pertunjukan-pertunjukan musik pada setiap acara hiburan atau perayaan. Ini juga salah satu bentuk pertunjukan yang sangat rutin dimainkan atau diikuti oleh Burhanuddin Usman sebagai seorang pemusik.

Gambar 2.1.4 Berikut gambar hasil dokumentasi pada grup santen balade.

  Dokumentasi Penulis, 2014.

  Pada tahun 2003 Burhanuddin Usman bermain di Duri ―Riau‖ acara MTQ nasional. Disini pemusik dari Medan sangat dihargai dengan banyaknya yang memberikan tepukan tangan yang sangat meriah.

  Pada tahun 2004 Burhanuddin Usman juga diundang mengisi acara pernikahan di Ujung Kubu acara pernikahan anak pejabat.

  Pada tahun 2007 Burhanuddin Usman mendapatkan permintaan bermain untuk sebuah peresmian sebuah pulau di daerah Belawan yaitu Pulau Siba Land. Pada peresmian ini Burhanuddin Usman diajak oleh Gubernur Sumatera Utara Rudolf Pardede.

  Pada tahun 2008 Burhanuddin Usman mendapat permintaan bermain di Tanjung Pura acara pernikahan. Pada tahun 2010 Burhanuddin Usman mendapat permintaan bermain untuk menghibur acara pernikahan di Siak ‖Karawang‖. Pada tahun 2012 Burhanuddin Usman bermain di Perumahan Dosen USU (universitas sumatera utara) acara pernikahan anak dosen. Pada tahun 2014 Burhanuddin Usman bermain di Tanjung Balai acara pernikahan yang diadakan digedung olah raga Tanjung Balai.

  Dengan melihat penjelasan mengenai riwayat kepemusikan Burhanuddin Usman yang mana telah diceritakan bagaimana Burhanuddin Usman masuk dan mulai belajar musik Melayu, serta juga melihat penjelasan mengenai bagaimana pengalaman bermusik Burhanuddin Usman yang sudah sangat banyak, dan juga telah melakukan proses perekaman lagu-lagu Melayu yang dimana pada masa itu seseorang pemusik yang telah melakukan proses rekaman lagu Melayu merupakan Pemusik yang sudah dianggap berhasil. Penulis berkesimpulan bahwa Burhanuddin Usman merupakan seorang pemusik tradisional Melayu yang menjadi panutan ataupun sebagai bahan referensi buat pemusik tradisional Melayu lainnya.

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikosis Paru - Analisa Aspergillus fumigatus dengan Menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR) dan Kultur Pada Sputum Penderita Batuk Kronis

0 1 26

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisa Aspergillus fumigatus dengan Menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR) dan Kultur Pada Sputum Penderita Batuk Kronis

0 0 8

3. Gaji karyawan 4. Lainnya, sebutkan _ - Gambaran Perilaku Ibu Terhadap Pemeliharaan Kesehatan Gigi Pada Anak di SD Negeri 064023 Kemenangan Tani Medan Tahun 2015

0 0 16

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian - Gambaran Perilaku Ibu Terhadap Pemeliharaan Kesehatan Gigi Pada Anak di SD Negeri 064023 Kemenangan Tani Medan Tahun 2015

1 2 32

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Kajian Pemilihan Moda Transportasi Antara Angkutan Kota dengan Monorel Menggunakan Metode Stated Preference (Studi Kasus: Rencana Pembangunan Monorel Kota Medan)

0 2 33

BAB I PENDAHULUAN - Kajian Pemilihan Moda Transportasi Antara Angkutan Kota dengan Monorel Menggunakan Metode Stated Preference (Studi Kasus: Rencana Pembangunan Monorel Kota Medan)

0 1 8

KAJIAN PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI ANTARA ANGKUTAN KOTA DENGAN MONOREL MENGGUNAKAN METODE STATED PREFERENCE (STUDI KASUS : RENCANA PEMBANGUNAN MONOREL KOTA MEDAN) TUGAS AKHIR - Kajian Pemilihan Moda Transportasi Antara Angkutan Kota dengan Monorel Menggun

0 1 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Pengaruh Fluktuasi Kenaikan BBM Terhadap Penjualan Pedagang Pasar Tradisional Perumnas Simalingkar

0 0 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Efisiensi - AnalisisPengaruh Efesiensi Modal Kerja Terhadap Tingkat Likuiditas Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 3 17

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi - Hubungan Karies Dan Karies Tidak Dirawat Dengan Kualitas Hidup Pada Masyarakat Dewasa Usia 20-40 Tahun Di Desa Deli Tua Kecamatan Namorambe

0 3 13