BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 - Efektivitas Latihan Range Of Motion (ROM) Bahu terhadap Peningkatan ROM pada Pasien Post Mastektomi di RSUP H. Adam Malik Medan

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia. Kematian karena kanker akan terus berkembang hingga mencapai 6,7 juta pada tahun 2015 dan 8,9 juta pada tahun 2030 (WHO, 2010).

  Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang umum menyerang wanita di dunia. Menurut GLOBOCAN (2012) kejadian kanker payudara menempati posisi pertama yaitu 25,2% dengan 14,7% kematian dan prevalensi dalam 5 tahun yaitu 36,4%. Namun demikian, kanker payudara tidak hanya menyerang wanita, melainkan juga bisa menyerang pria. 1 diantara 100 kasus kanker payudara muncul pada pria ( Lewis & Dirksen, 2000). Kanker payudara adalah kanker yang umum diderita oleh wanita Amerika. Sekitar 1 dari 8 (12%) wanita di Amerika akan mengembangkan kanker payudara infasif selama seumur hidup mereka. Menurut American Cancer Society (ACS, 2014) diperkirakan pada 1 Januari 2024 penderita kanker payudara di Amerika Serikat akan terus bertambah dari 1 Januari 2014 sebesar 3.131.440 (41%) menjadi 3.951.930 (41%).

  Kanker payudara juga menjadi masalah kesehatan bagi wanita Indonesia. Berdasarkan Profil Kesehatan Republik Indonesia (2008), 10 peringkat utama penyakit neoplasma ganas atau kanker pasien rawat inap di rumah sakit sejak tahun 2004- 2008 tidak banyak berubah. Tiga peringkat utama adalah neoplasma

  1 ganas payudara disusul neoplasma ganas serviks uterus dan neoplasma ganas hati dan saluran intra hepatik. Berdasarkan Riskesdas (2013) prevalensi kanker payudara di Indonesia yaitu 0,5%, berada dibawah kanker serviks dengan prevalensi sebesar 0,8%. Di Sumatera Utara prevalensi kanker payudara yaitu 0,4% dan lebih rendah dibanding dengan prevalensi kanker serviks yaitu 0,7%.

  Kanker payudara adalah ancaman menakutkan yang mengintai wanita. Payudara merupakan salah satu organ yang menjadi identitas kesempurnaan wanita. Jika organ tersebut terserang kanker maka kesempurnaan seorang wanita menjadi berkurang. Sehingga seorang wanita yang terserang kanker payudara akan berusaha mencari pengobatan (Mahleda & Hartini, 2012). Banyak cara yang bisa dilakukan dalam pengobatan kanker payudara, seperti: kemoterapi, terapi hormon, radiasi, dan pembedahan. Salah satu cara pengobatan yang paling umum disarankan adalah mastektomi, yaitu pengangkatan seluruh payudara lewat pembedahan (Magee, 2000). Kemajuan ilmu pengetahuan memberikan berbagai jenis pilihan pembedahan tergantung tingkat penyakit, seperti: modifikasi mastektomi radikal, terapi konservasi payudara dan mastektomi total (Dorothy, 2009).

  Prosedur mastektomi menyebabkan banyak dampak komplikasi meskipun teknik pembedahan terus mengalami perbaikan. Banyak dampak yang diterima pasien post mastektomi seperti: lymphedema, pembentukan seroma, penurunan mobilitas lengan dan kekuatan kompleks lengan, kesulitan yang berhubungan dengan pasca operasi bekas luka (Winer, et al dalam Bootwala, et al, 2013).

  Selama ini komplikasi yang bersifat fisik masih tinggi (10% - 50%). Komplikasi fisik ini terutama dirasakan pada daerah bekas operasi lengan atas dan lengan bawah (Van de Velde, et al, 1999 dalam Sudarto, 2002). Keterbatasan gerak bahu sedikitnya bisa muncul dalam 2 minggu immobilisasi. Mobilitas lengan dan bahu adalah salah satu yang harus diperhatikan karena akan berdampak pada aktivitas kehidupan sehari- hari penderita kanker payudara (Delburck, 2007). Box, et al (2002) menyebutkan bahwa fungsi bahu jauh berkurang setelah dilakukan operasi yang disebabkan karena gangguan pada saat penyembuhan setelah operasi sehingga akan berdampak pada kualitas hidup.

  Sebuah tinjauan sistematis meneliti gejala yang terjadi pada ekstremitas atas setelah operasi dan terapi radiasi dan menemukan variasi yang luas antara studi prevalensi yang dilaporkan dari gangguan range of motion (ROM) pada bahu (<1% sampai 67%), kelemahan lengan (9% sampai 28%), bahu / nyeri lengan (9% sampai 68%), dan lymphedema (0% sampai 34%) ( Lee, 2008 dalam McNeely 2010). Data lain menyebutkan bahwa nyeri (12%-51%), gangguan pada ROM (2%-51%), edema (6%-41%), penurunan kekuatan otot (17%-23%), lymphedema (8%-56%), gangguan fungsi seksual (12%) (Shin, 2014).

  Menurut Bootwala, et al (2013) terjadi penurunan pada ROM dan kekuatan bahu komplek setelah modifikasi radikal mastektomi. Kebanyakan penurunan yang signifikan pada ROM yaitu pada abduksi dan fleksi dan kekuatan otot pada pectoralis major, pectoralis minor, serratus anterior, latissimus dorsi dan rhomboids.

  Fungsi bahu berkurang setelah menjalani operasi terjadi karena gangguan pada saat pemulihan fungsi lengan yang dioperasi sehingga bisa mempengaruhi kualitas hidup seorang penderita kanker payudara. Untuk mencegah hilangnya fungsi lengan dan mencapai cepat kembali ke kehidupan sosial yang aktif setelah operasi kanker payudara, program rehabilitasi progresif diperlukan untuk mempertahankan fleksibilitas dan elastisitas otot-otot sekitar sendi bahu yang dioperasi ( Box, et al 2002 dalam Yan, et al 2005).

  Kaelin & Coltrera (2005) menyebutkan bahwa latihan merupakan komponen yang penting bagi kesehatan. Latihan juga memiliki peranan penting terhadap penyembuhan setelah operasi pengangkatan payudara. Operasi pengangkatan payudara dan rekonstruksi memiliki efek fisik yang spesifik, seperti masalah skin tightness, masalah postur, ketidakseimbangan otot, dan keterbatasan RGS dan fleksibilitas. Latihan adalah kunci untuk mengurangi efek ini, sehingga bisa kembali pada kondisi mampu melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa.

  Latihan membantu pasien post mastektomi untuk mengembalikan ROM, menjaga tonus otot, mencegah kontraktur sendi dan meningkatkan sirkulasi darah dan limph (Dell, 2001). Latihan bisa membantu pasien mengembalikan kualitas hidup setelah mastektomi (Anonymous, 2008). Latihan seperti “memanjat dinding” dengan jari-jari mendorong pasien untuk menggunakan lengannya dan mencegah terbentuknya kontraktur otot (Smeltzer dan Bare, 2002). Latihan yang lebih dini lebih efektif dibandingkan dengan latihan yang ditunda dalam penyembuhan ROM fleksi bahu (Galantino & Stout, 2013). Latihan yang lebih dini secara signifikan menunjukkan peningkatan ROM dan tidak pada peningkatan kompikasi pasca operasi (Cinar, et al, 2008). Menurut Breast Cancer Care (2010) idealnya sebuah program latihan dimulai pada hari kedua setelah operasi.

  Menurut Andreia Cismas, Loredena Masina, Alexandra Lionte, dan Lucian Hoble (2011), menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada 4 dari 8 test mobilitas yang dilakukan pada pasien setelah mastektomi total. Skor meningkat saat dilakukan test berupa menyisir rambut pada sisi yang tidak dioperasi, latihan seperti memasang bra di punggung, membentuk posisi seperti patung liberti dan menghapus objek dari sisi yang berlawanan dengan sisi yang dioperasi. Terminologi skor total, perbaikan juga mengalami peningkatan yang signifikan. Nilai lingkar juga mengalami kemajuan yang signifikan pada lengan atas (arm), lengan bawah (forearm), dan level pergelangan tangan (wrist).

  Survei awal yang dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan menunjukkan pada tahun 2010 terdapat sebanyak 1060 kunjungan penderita kanker payudara. Pada tahun 2011 menurun menjadi 901 kunjungan. Pada tahun 2012 meningkat kembali menjadi 1004 kunjungan dan terus mengalami peningkatan hingga tahun 2013 yaitu 1242 kunjungan. Sementara itu hingga Juni 2014 jumlah kunjungan sudah mencapai 712 kunjungan. Bulan Januari- Desember 2014 diketahui bahwa jumlah pasien kanker payudara yang menjalani mastektomi yaitu 32 orang ( 10 orang unilateral radical mastectomy dan 12 orang unilateral simple mastectomy).

  Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang efektivitas latihan range of motion (ROM) bahu terhadap peningkatan ROM pada pasien post mastektomi di RSUP HAM Medan.

  1.2 Rumusan Masalah

  Bagaimana efektifitas latihan range of motion (ROM) bahu terhadap peningkatan terhadap ROM pada pasien post mastektomi?

  1.3 Pertanyaan Penelitian

  1.3.1 Bagaimana nilai ROM sebelum dilakukan latihan ROM bahu?

  1.3.2 Bagaimana nilai ROM sesudah dilakukan latihan ROM bahu?

  1.3.3 Bagaimana efektivitas latihan ROM bahu terhadap peningkatan ROM pada pasien post mastektomi?

  1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

  Mengidentifikasi efektivitas latihan ROM bahu terhadap peningkatan ROM pada pasien post mastektomi di RSUP HAM Medan.

  1.4. 2 Tujuan Khusus

  1. Mengidentifikasi nilai ROM sebelum dilakukan latihan ROM bahu

  2. Mengidentifikasi nilai ROM sesudah dilakukan latihan ROM bahu

  3. Mengidentifikasi efektivitas latihan ROM bahu terhadap peningkatan ROM

1.5 Manfaat Penelititan

  1.5.1 Pendidikan Keperawatan

  Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pendidikan keperawatan untuk dapat dijadikan sebagai suatu materi skill lab latihan pada pasien post mastektomi.

  1.5.2 Pelayanan Kesehatan

  Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bukti akan efek latihan bahu terhadap peningkatan range of motion (ROM) sehingga dapat dijadikan sebagai suatu intervensi keperawatan bagi pasien post mastektomi.

  1.5.3 Penelitian Keperawatan

  Hasil penelitian dapat menjadi data dasar untuk penelitian selanjutnya dan untuk menambah referensi tentang latihan bagi pasien post mastektomi.

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) 2.1.1 Definisi ISPA - Hubungan Kualitas Fisik Rumah Terhadap Kejadian ISPA Pasca Bencana Erupsi Gunung Sinabung Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Tiganderket Karo Sumatera Utara Pada Ta

0 1 13

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Kualitas Fisik Rumah Terhadap Kejadian ISPA Pasca Bencana Erupsi Gunung Sinabung Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Tiganderket Karo Sumatera Utara Pada Tahun 2015

0 0 9

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN - Analisis Sistem Pengendalian Mutu Produk Pintu Berbahan Baku Kayu Dengan Menggunakan Pendekatan Lean Six Sigma Pada Pt. Sumatera Timberindo Industry

1 0 13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Nyeri Punggung dan Mekanika Tubuh pada Ibu Hamil di Kelurahan Belawan II Kecamatan Medan Belawan

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Komposisi Limbah Sekam Padi Dan Abu Sekam Padi Sebagai Pengisi Komposit Hibrid Limbah Botol Plastik Kemasan Minuman

0 0 20

DAFTAR ISI - Pengaruh Komposisi Limbah Sekam Padi Dan Abu Sekam Padi Sebagai Pengisi Komposit Hibrid Limbah Botol Plastik Kemasan Minuman

0 1 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi - Analisis Strategi Pengembangan Koperasi di Kecamatan Siantar Timur)

0 1 23

KATA PENGANTAR - Analisis Strategi Pengembangan Koperasi di Kecamatan Siantar Timur)

0 0 17

Lampiran 2 PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Efektifitas Latihan Range of Motion (ROM) terhadap Peningkatan ROM pada Pasien Post Mastektomi RSUP Haji Adam Malik Medan

0 1 20

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kanker Payudara 2.1.1 Definisi Kanker Payudara - Efektivitas Latihan Range Of Motion (ROM) Bahu terhadap Peningkatan ROM pada Pasien Post Mastektomi di RSUP H. Adam Malik Medan

0 0 10