BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Komposisi Limbah Sekam Padi Dan Abu Sekam Padi Sebagai Pengisi Komposit Hibrid Limbah Botol Plastik Kemasan Minuman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 MATERIAL KOMPOSIT

  Penggunaan Polimer dan komposit dewasa ini kian meningkat di segala bidang kehidupan seperti untuk bamper mobil, bodi kendaraan, bodi pesawat terbang, body perahu. Komposit berpenguat serat banyak diaplikasikan pada alat- alat yang membutuhkan material yang mempunyai perpaduan dua sifat dasar yaitu kuat namun juga ringan. Trend perkembangan komposit dewasa ini beralih dari komposit dengan material penyusun sintetis ke komposit dengan material penyusun dari bahan alami. Baik material untuk matrik maupun serat (penguat) telah dilakukan banyak penelitian untuk mendapatkan bahan natural yang layak untuk digunakan selanjutnya sebagai alternatif pengganti bahan-bahan sintetis penyusun komposit [15].

  Suatu komposit dapat didefinisikan sebagai senyawa yang dibuat oleh menggabungkan dua fisik atau lebih material, pemilihan pengisi (filler) atau agen penguat dan pengikat matriks yang harus kompatibel untuk menghasilkan sebuah sistem multiphase dengan sifat yang berbeda dari bahan awal tetapi tetap mempertahankan karakteristik dari bahan tersebut. Adhesi permukaan antara serat dan polimer melakukan peran penting dalam hubungan kekuatan tarik dari matriks ke serat dan dengan demikian memberikan kontribusi terhadap kinerja komposit [16].

  Komposit dibentuk dari dua jenis material yang berbeda, yaitu:

  1. Penguat (reinforcement), yang mempunyai sifat kurang dapat dibentuk tapi lebih kaku serta lebih kuat.

  2. Matrik, umumnya lebih dapat dibentuk tetapi mempunyai kekuatan dan kekakuan yang lebih rendah [10]. Komposit dapat dibagi berdasarkan sifat dan dimensi fase tersebarnya yaitu:

  1. Mikrokomposit

  • 8

  Dimensi fasa tersebarnya mikrokomposit yang memiliki ukuran antara 10

  • 6
    • – 10 m. Mikrokomposit ini dapat dibagi atas tiga bagian berdasarkan ukuran dan bentuk fasa tersebarnya yaitu :

  7 i. Mikrokomposit menggunakan penguat sebaran ii. Mikrokomposit menggunakan penguat partikel iii. Mikrokomposit menggunakan penguat serat

  2. Makrokomposit

  • 6 Biasanya dimensi fasa tersebarnya memiliki ukuran di atas 10 m [17].

2.2 KOMPOSIT POLIMER

  Komposit polimer adalah polimer yang berfungsi sebagai matrik. Adapun definisi dari komposit adalah bahan gabungan dua atau lebih yang terdiri dari komponen bahan utama (matriks) dan bahan rangka (reinforcement) atau penguat [17]. Polimer merupakan bahan yang sangat bermanfaat dalam dunia teknik, khususnya dalam industri kontruksi. Polimer sebagai bahan kontruksi bangunan dapat digunakan baik berdiri sendiri, misalnya sebagai perekat, pelapis, cat, dan sebagai glazur maupun bergabung dengan bahan lain membentuk komposit. Untuk aplikasi struktur yang memerlukan kekuatan dan ketegaran, diperlukan perbaikan sifat mekanik polimer agar memenuhi syarat. Untuk kebutuhan tersebut, berkembanglah komposit polimer yang disertai penguat oleh berbagai filler di antaranya serat [18].

2.2.1 Penguat (Reinforcement) Dalam Komposit

  Pada prinsipnya, komposit dibentuk berdasarkan kombinasi antara dua atau lebih material seperti bahan logam, organik ataupun nonorganik. Meskipun ada terdapat kombinasi bahan yang tidak terbatas, tetapi bentuk konstituen lebih terbatas. Bentuk konstituen yang umum digunakan dalam bahan komposit yaitu serat, partikel, laminae (lapisan), serpihan (flakes), pengisi, dan matriks. Matriks merupakan konstituen utama yang melindungi dan memberikan bentuk pada komposit. Serat, partikel, laminae, serpihan, dan pengisi merupakan konstituen struktural [19]. Fasa penguat atau fasa tersebar merupakan bahan yang bersifat lengai dalam bentuk serat, partikel, kepingan dan lamina yang ditambahkan untuk meningkatkan sifat mekanik dan sifat fisik komposit seperti meningkatkan sifat kekuatan, kekakuan, keliatan dan sebagainya [17].

  8

  FIBER PARTICLE FILLER LAMINA FLAKE d. Memisahkan serat.

  e. Melepas ikatan.

  f. Tetap stabil setelah proses manufaktur [17]. Fasa matriks dari komposit berserat adalah bisa saja logam, polimer atau keramik. Secara umum logam dan polimer digunakan sebagai material matriks karena sifat rapuhnya. Sementara itu, untuk komposit bermatriks keramik, komponen penguat ditambahkan bertujuan untuk meningkatkan kekuatan bentur.

  Dibutuhkan daya ikat rekat yang kuat antara serat dan matriks untuk mengurangi penarikan serat. Sebenarnya kekuatan ikat merupakan pertimbangan yang sangat penting dilakukan dalam kombinasi matriks serat [4].

2.2.3 Antarmuka dan Antarfasa Pengisi-Matriks

  Dalam komposit polimer matriks, antarmuka antara fasa penguat dan fasa matriks sangat penting bagi kelebihan dari komposit sebagai bahan struktural. Sifat utama mekanis dari kekuatan serat polimer komposit tidak hanya tergantung pada sifat dari serat dan matriks, tetapi juga pada tingkat adhesi antarmuka antar serat dan polimer matriks [16].

  Adanya pencampuran bahan yang berbeda dalam bahan komposit, maka dalam komposit tersebut akan selalu terdapat daerah berdampingan (contiguous

  region ). Definisi sederhananya yaitu sebuah antarmuka (interfaces) atau dengan

  kata lain permukaan membentuk batasan dalam konstituen. Pada beberapa kasus, daerah berdampingan sering juga dianggap sebagai fasa tambahan yang dinamakan dengan antarfasa (interphases). Sebagai contoh, pada lapisan serat gelas dalam plastik berpengisi dan bahan adesif yang mengikat lapisan bersamaan. Ketika terdapat suatu antarfasa maka akan terdapat dua antarmuka, yaitu pada permukaan antarfasa dan konstituen di tengahnya [19].

  Umumnya semua bahan komposit terdapat dua fasa yang berlainan yang dipisahkan oleh antara muka bahan-bahan tersebut. Daya sentuh dan daya kohesif antar muka sangat penting karena antar muka pengisi – matriks berfungsi untuk memindahkan tegasan dari fasa matriks ke fasa penguat. Kemampuan pemindahan tegasan kepada fasa penguat tergantung pada daya ikat yang muncul pada antar muka komposit [17]. Bentuk interface antara matriks dengan serat dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut.

  10

  sifat serat, rasio perbandingan komposisi serat, panjang serat, orientasi serat, tingkat pembaharuan serat, antar muka serat-matriks dari kedua serat dan juga kerusakan tegangan serat [20].

  Berbagai jenis kombinasi serat dan material matriks yang digunakan tetapi yang sering diterapkan secara umum adalah penggabungan dari karbon-serat gelas menjadi resin polimerik. Terdapat banyak cara untuk menggabungkan dua serat yang berbeda yang mana pada akhirnya akan mempengaruhi sifat-sifatnya. Misalnya, semua serat disusun dan dicampurkan dengan yang lain; atau membuat lapisan-lapisannya yang mana terdiri dari satu jenis serat, kemudian dilapisi dengan serat yang lain. Pada hakikatnya semua sifat-sifat hibrid adalah anisotrop. Ketika komposit hibrid tidak dapat ditarik kegagalan nya biasanya disebabkan oleh nonkatastropik yaitu tidak terjadi secara tiba-tiba. Biasanya komposit hibrid ini diaplikasikan untuk komponen struktural untuk transportasi udara, peralatan olah raga dan komponen-komponen orthopedic [4].

2.4 LIMBAH BOTOL PLASTIK KEMASAN MINUMAN

  Plastik merupakan suatu bahan polimer yang tidak mudah terdekomposisi oleh mikroorganisme pengurai, sehingga penumpukan plastik bekas akan menimbulkan masalah bagi lingkungan hidup [9]. Sekarang , sampah plastik menjadi masalah utama di kalangan masyarakat bisa ditemukan hampir di mana- mana khususnya di tempat pembuangan sampah. Oleh karena itu, limbah plastik dapat menyebabkan pencemaran lingkungan karena tidak biodegradable [7]. Jika sampah basah lebih mudah diolah menjadi pupuk, tidak demikian dengan sampah kering terlebih lagi plastik, dimana membutuhkan waktu yang lama bagi bumi untuk menguraikannya. Persoalannya sekarang adalah, bagaimana mengolah limbah botol plastik agar dapat menjadi produk yang mempunyai nilai ekonomis [8].

  Jenis polimer yang umum digunakan sebagai kemasan air minum adalah PET (polietilen tereftalat). Polimer ini keras, kuat, materinya juga stabil dan tidak menyerap air, memiliki sifat baik untuk pelindung terhadap gas dan bahan kimia, kristalinitasnya bervariasi dari bentuk amorf hingga kristalin. PET sangat transparan dan tidak berwarna tetapi dalam bentuk tipis, biasa berwarna putih dan

  12 gelap [10]. Struktur ur kimia Polietilen Tereftalat dapat dilihat pa pada gambar 2.3 berikut.

  Gamba bar 2.3 Struktur Kimia Polietilen Tereftalat [21] [21] Polietilen tere tereftalat (PET) merupakan poliester linier nier yang bersifat termoplastik yang disi disintesis melalui proses esterifikasi asam teref reftalat (TPA) dan etilen glikol (EG) ata atau melalui proses transesterifikasi dimetil te l tereftalat (DMT) dan etilen glikol. PET ET banyak diaplikasikan penggunaannya sebaga bagai bahan tekstil, botol minuman ringa ngan dan film fotografi. Oleh karena fungsi si yang bervariasi tersebut, PET mengal ngalami peningkatan produksi yang luar biasa. P . Pada tahun 2000 sampai 2010, kebutuha butuhan dunia akan PET meningkat dari 27.6 jut juta ton hingga 56 juta ton [22].

  PET terbuat da t dari dimetil tereftalat yang direaksikan deng ngan etilen glikol melalui reaksi transe nsesterifikasi yang menghasilkan bis-(2-hidroksi droksietil) tereftalat

  o dan metanol tetapi ji pi jika dipanaskan pada suhu 210 C metanol nol akan menguap. o o

  Kemudian bis-(2-hidr hidroksietil) tereftalat dipanaskan hingga 270 C dan reaksinya C membentuk polietilena lena tereftalat dan etilen glikol sebagai hasil akhi khir [10]. O O O O * HOC

  • * COH H C COCH CH O H O

HOCH CH OH

  2 2 2 2 2 n

  Asam Tereftalat t Etilen Glikol Polietilen Teref reftalat

Gambar 2.4 Reaksi Esterifikasi PET [9]

  13 Polietilen tereflatat (PET) memiliki kondisi stabilitas termal yang baik, sifat listrik yang baik, penyerapan air yang sangat rendah, sifat permukaan yang sangat baik [23]. Dalam produksi polietilena tereftalat, asam tereftalat dibuat dengan mengoksidasi p-xylen. Tahap polimerisasinya sama dengan poliamida. Polimer dihasilkan dari keadaan lebur menuju pada titik transisi gelasnya pada

  o sekitar 80 C dan bentuknya amorf, kristalinitas meningkat dengan pemanasan. o

  Titik lebur kristalin adalah 265

  C. Kekuatan regang dari lembaran polietilena tereftalat adalah sekitar 25.000psi, 2-3 kali daripada film selulosa asetat. Jika daerah spesimen pada titik patah telah diperkirakan, kekuatan regang dari plastik ini sekitar 2 kali dari aluminium dan hampir sama dengan baja lunak [9].

  Kekakuan dari lembar polietilena tereftalat dapat dibandingkan dengan lembaran-lembaran selulosa lainnya, ketahanan sobeknya juga lebih baik daripada selulosa. Kekuatan dari material ini adalah 3-4 kali dibandingkan dengan lembaran plastik lainnya. Kekuatan ini adalah keuntungan terbesar secara aplikasinya [9].

2.5. SEKAM PADI

  Padi merupakan produk utama pertanian di negara-negara agraris, termasuk Indonesia. Beras yang merupakan hasil penggilingan padi menjadi makanan pokok penduduk Indonesia. Sekam padi merupakan produk samping yang melimpah dari hasil penggilingan padi, dan selama ini hanya digunakan sebagai bahan bakar untuk pembakaran batu merah, pembakaran untuk memasak atau dibuang begitu saja [24].

  Serat alami memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan serat sintetis, seperti beratnya lebih ringan, dapat diolah secara alami dan ramah lingkungan, merupakan bahan terbaharukan, mempunyai kekuatan dan kekakuan yang relatif tinggi dan tidak menyebabkan iritasi kulit. Keuntungan-keuntungan lainnya adalah kualitas dapat divariasikan dan stabilitas panas yang rendah [15]. Sekam padi adalah sisa dari proses penggilingan padi. Sekam padi merupakan bagian terluar yang keras dari butir padi yang terdiri dari atas lapisan lemma dan pellea. Sifat kekerasan pada sekam padi ini disebabkan oleh tingginya kandungan silika [25].

  14 Sekam dikategorikan sebagai biomassa yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak dan energi atau bahan bakar. Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam sekitar 20- 30%, dedak antara 8- 12% dan beras giling antara 50-63,5% data bobot awal gabah. Sekam dengan persentase yang tinggi tersebut dapat menimbulkan problem lingkungan [26].

  Ditinjau data komposisi kimiawi, sekam mengandung beberapa unsur kimia penting seperti dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Komposisi Kimia Sekam Padi [27]

  Komponen % Berat

  Kadar air 32,40 – 11,35 Protein kasar 1,70 – 7,26

  Lemak 0,38 – 2,98 Ekstrak nitrogen bebas 24,70 – 38,79

  Serat 31,37 – 49,92 Abu 13,16 – 29,04

  Pentosa 16,94 – 21,95 Sellulosa 34,34 – 43,80

  Lignin 21,40 – 46,97

2.6 ABU SEKAM PADI

  Menurut Mittal (1997) sekam padi merupakan salah satu sumber penghasil silika terbesar setelah dilakukan pembakaran sempurna. Abu sekam padi hasil

  o

  pembakaran yang terkontrol pada suhu tinggi (500-600

  C) akan menghasilkan abu silika yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai proses kimia dan pada suhu

  o

  lebih besar dari 1.000 C akan menjadi silika kristalin [24] [28]. Abu sekam padi mengandung silika sebanyak 86%-97% berat kering [29].

  15 Ditinjau data komposisi kimiawi, abu sekam mengandung beberapa unsur kimia penting seperti dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2 Komposisi Kimia Abu Sekam [27]

  Komponen % Berat

  SiO

  2 86,90 – 97,30

  K O 0,58 – 2,50

2 Na2O 0,00 – 1,75

  CaO 0,20 – 1,50 MgO 0,12 – 1,96

  Fe

  2 O 3 0,00 – 0,54

  P

  2 O 5 0,20 – 2,84

  SO 0,10 – 1,13

3 Cl 0,00 – 0,42

2.7 METODE EKSTRUSI

  Ekstrusi adalah proses manufaktur kontinu yang digunakan untuk

  mencetak produk yang panjang dengan penampang yang tetap. Teknik ini dapat digunakan untuk memproses sebagian besar polimer termoplastik dan beberapa polimer termoset. Biasanya plastik yang dapat diproses dengan metode ekstrusi memiliki viskositas yang tinggi, sehingga produk yang baru mengalami ekstrusi dapat mempertahankan bentuk hasil pencetakan hingga produk tersebut sampai pada tahap pendinginan cepat (water bath, air quench atau chill roll) [30].

  Extruder adalah suatu alat yang memaksa bahan mentah untuk mengalir dalam suatu kondisi tertentu dimana bahan mengalami pencampuran, pengadukan, dan pemasakan serta akhirnya mesin ini memaksa bahan keluar melalui suatu die dan terjadi pembentukan dan pengembangan (puffing). Extruder juga sering digunakan pada pengolahan bahan makanan karena extruder mampu menghasilkan energi mekanis yang digunakan untuk proses pemasakan bahan. Extruder mendorong bahan/adonan dengan cara memompanya melalui sebuah lubang dengan bentuk tertentu (die). Extruder mampu melakukan proses pencampuran dengan baik yang bertujuan agar bahan homogen dan terdispersi dengan baik. Salah satu kunci dalam beranekaragamnya hasil produk ekstrusi terletak pada bagian die-nya, dimana dari sinilah bahan akan didorong keluar. Fungsi die dalam pembuatan produksi pasta telah

  16

2.8 PENGUJIAN/KARAKTERISTIK BAHAN KOMPOSIT

2.8.1 Uji Kekuatan Tarik (Tensile Strength)

  Pengujian tarik adalah salah satu uji stress strain mekanik yang bertujuan untuk mengetahui kekuatan material terhadap gaya tarik. Dalam pengujiannya, material uji ditarik sampai putus. Uji tarik adalah cara pengujian bahan yang paling mendasar. Pengujian tarik sangat sederhana, tidak mahal dan sudah mengalami standarisasi diseluruh dunia. Dengan menarik suatu material kita akan mengetahui bagaimana bahan tersebut bereaksi terhadap tarikan dan sejauh mana material itu bertambah panjang [33].

  Penarikan suatu bahan biasanya menyebabkan terjadi perubahan bentuk dimana penipisan pada tebal dan pemanjangan. Kekuatan tarik (tensile strength) suatu bahan ditetapkan dengan membagi gaya maksimum dengan luas penampang mula-mula[34]. Persamaan untuk tegangan tarik adalah Kekuatan tarik, ……..[35]

  σ =

  

2

Dimana, σ = kekuatan tarik (N/mm )

  F = gaya yang diperlukan (N)

  2 A = luas permukaan bahan uji (mm ) ∆

  Panjang pada saat putus (Elongation at break), ε = x 100%.....[36] Dimana, ε = panjang pada saat putus (Elongation at break) (%)

  ∆ = perubahan panjang (mm) L = panjang mula-mula (mm )

  σ Modulus Young, E = ……..[37]

  ε Dimana, E = modulus Young (MPa)

   = kekuatan tarik (MPa)

  ε = regangan (mm/mm)

  18

  yang lama juga penurunan secara perlahan dari ikatan interface komposit serta menurunkan sifat mekanis komposit seperti kekuatan tariknya. Penurunan ikatan

  interface komposit menyebabkan penurunan properties mekanis komposit

  tersebut. Karena itu, pengaruh dari water-absorption sangat vital untuk penggunaan komposit berpenguat serat alami dilingkungan terbuka. Daya tahan terhadap water-absorption dalam komposit berpenguat serat alami dapat ditingkatkan dengan memodifikasi permukaan serat alami tersebut [15].

  Persamaan untuk water absorption: 

  We Wo 

  Wg x 100% …[40]

  Wo Dimana : Wg = Persentase pertambahan berat komposit We = Berat komposit setelah perendaman (gram) Wo = Berat komposit sebelum perendaman (gram)

  21

  2.8.5 Uji Karakterisitik Fourier Transform Infra Red (FT – IR)

  Spektrofotometer infra merah terutama ditujukan untuk senyawa organik yaitu menentukan gugus fungsional yang dimiliki senyawa tersebut. Penetapan secara kualitatif dapat dilakukan dengan membandingkan tinggi peak (transmitansi) pada panjang gelombang tertentu yang dihasilkan oleh zat yang diuji dan zat yang standar. Dalam ilmu material analisa ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya reaksi atau interaksi antara bahan-bahan yang dicampurkan. Selain itu, nilai intensitas gugus yang terdeteksi dapat menentukan jumlah bahan yang bereaksi atau yang terkandung dalam suatu campuran [41].

  Teknik spektroskopi infra merah terutama untuk mengetahui gugus fungsional suatu senyawa, juga untuk mengidentifikasi senyawa, menentukan struktur molekul, mengetahui kemurnian, dan mempelajari reaksi yang sedang berjalan [42].

  2.8.6 Uji Scanning Electron Microscopy (SEM)

  Analisa SEM dilakukan untuk memfelajari sifat morfologi sampel. SEM adalah alat yang dapat membentuk bayangan specimen secara mikroskopik. Berkas elektron dengan diameter 5-10 nm diarahkan pada spesimen. Interaksi berkas elektron dengan spesimen menghasilkan beberapa fenomena yaitu hamburan balik berkas elektron, sinar X, elektron sekunder, dan absorpsi elektron [2].

  Teknik SEM pada hakekatnya merupakan pemeriksaan dan analisa permukaan. Data atau tampilan yang diperoleh adalah data dari permukaan atau dari lapisan yang tebalnya sekitar 20 µm dari permukaan. Gambar permukaan yang diperoleh merupakan tofografi dengan segala tonjolan, lekukan dan lubang pada permukaan. Gambar toforgrafi diperoleh dari penangkapan elektron sekunder yang dipancarkan oleh spesimen. Sinyal elektron sekunder yang dihasilkan ditangkap oleh detektor yang diteruskan ke monitor. Pada monitor akan diperoleh gambar yang khas menggambarkan struktur permukaan spesimen. Selanjutnya gambar di monitor dapat dipotret dengan menggunakan film hitam putih atau dapat pula direkam ke dalam suatu disket. Sampel yang dianalisa dengan teknik ini harus mempunyai konduktifitas yang tinggi, karena polimer

  22 mempunyai konduktifitas rendah, maka bahan perlu dilapisi dengan bahan konduktor (bahan pengantar) yang tipis [2].

  Pada dasarnya SEM menggunakan sinyal yang dihasilkan elektron yang dipantulkan atau seberkas elektron sekundar. Prinsip utamanya adalah berkas elektron diarahkan pada titik-titik pada permukaan spesimen. Gerakan elektron tersebut dapat di scanning (gerakan membaca) [34].

2.9 APLIKASI DAN KEGUNAAN KOMPOSIT

  Mengingat melimpahnya limbah padat dan limbah plastik serta pemakaian kayu/papan yang meningkat, maka pembuatan produk komposit merupakan salah satu alternatif dalam pemanfaatan limbah-limbah tersebut untuk menghasilkan produk-produk inovatif dan kreatif sebagai bahan dasar pengganti kayu/papan dan juga untuk bahan baku di indutri kreatif. Berbagai usaha telah dilakukan untuk menggantikan pemakaian kayu/papan [43]. Saat ini kebutuhan bahan papan terus mengalami peningkatan. Biasanya bahan papan ini merupakan bahan yang diperoleh dari kayu-kayu yang berasal dari hutan. Meningkatnya pemakaian kebutuhan akan papan ini dapat memberikan pengaruh yang kurang baik, yaitu hasil hutan terutama bahan kayu lama kelamaan akan semakin berkurang. Ketergantungan akan bahan kayu harus segera ditanggulangi, agar tidak mengurangi hasil hutan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menggantikan kayu dengan material lain untuk memenuhi kebutuhan kayu pada bidang perumahan. Material lain yang digunakan ini tentunya harus mempunyai kualitas yang lebih unggul atau tidak kalah dengan produk kayu hutan tersebut [44]. Beberapa bahan pengganti alternatif seperti pemakaian metal, baja, aluminium serta plastik telah dicoba. Akan tetapi karena faktor berat jenis yang tinggi serta ketahanannya terhadap lingkungan yang rendah ataupun harga yang tinggi mengakibatkan kurang diminati dan kepopulerannya turun [43]. Salah satu penyelesaian untuk mengatasi permasalahan tersebut sangat diperlukan usaha- usaha yang tujuannya untuk memanfaatkan limbah industri, baik yang berasal dari industri pertanian maupun non pertanian, sehingga dapat dipergunakan sebagai salah satu bahan baku pada industri pembuatan papan patikel/komposit [44].

  23 Pemanfaatan papan partikel/komposit dapat digunakan dalam komponen bahan bangunan rumah, peredam panas, dan tempat penyimpanan, seperti untuk membuat meja, ceiling, cold strorage maupun fire wall. Dalam penelitian ini, produk berupa papan komposit berpengisi sekam padi dan abu sekam padi dapat digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan furnitur (perabotan rumah tangga) berupa meja, laci, lemari dan lain-lain.

2.10 ANALISIS BIAYA

  Dalam penelitian ini, dilakukan suatu analisa biaya terhadap pembuatan komposit hibrid limbah botol plastik kemasan minuman berpengisi sekam padi dan abu sekam padi hitam. Adapun biaya untuk perancangan bahan mentah (raw

  material ) produk membutuhkan bahan-bahan yakni sebagai berikut:

  1. Botol Plastik Kemasan Minuman

  2. Sekam Padi

  3. Abu Sekam Padi

  4. Biaya Tambahan seperti release agent

  5. Pelat Besi Cetakan dan Silikon Rincian biaya bahan, peralatan dan analisa diberikan dalam Tabel 2.3, Tabel 2.4 dan Tabel 2.5.

Tabel 2.3 Rincian Biaya Bahan Pembuatan Komposit Hibrid Berpengisi Sekam

  Padi dan Abu Sekam Padi

  Bahan Jumlah Harga (Rp) Biaya Total (Rp)

  Botol Plastik Kemasan 6 kg Rp 10.000,-/kg 60.000,- Minuman Sekam Padi 1 goni Rp 10.000,-/goni 10.000,- Abu Sekam Padi 1 goni Rp 10.000,-/goni 10.000,- Plastik Zipper 2 buah Rp 10.000,-/buah 20.000,- Aluminium Foil 4 buah Rp 20.000.-/buah 80.000,-

  TOTAL 180.000,-

  24

Tabel 2.4 Rincian Biaya Peralatan Pembuatan Komposit Hibrid Komposit

  Berpengisi Sekam Padi dan Abu Sekam Padi

  Biaya Total Peralatan Jumlah Harga (Rp) (Rp)

  Pembuatan Besi 1 buah Rp 15.000,-/ buah 15.000,- Cetakan Uji Bentur Pembuatan Besi 1 buah Rp 15.000,-/ buah 15.000,- Cetakan Uji Lentur Pembuatan 1 buah Rp 15.000,-/buah 15.000,- Cetakan Uji Tarik

  Rp 150.000/ 1M x 10 Cetakan Silikon 2 buah 300.000 cm

  345.000,-

  TOTAL

Tabel 2.5 Rincian Biaya Analisa Pembuatan Komposit Hibrid Berpengisi Sekam

  Padi dan Abu Sekam Padi

  Analisa Jumlah Harga (Rp) Biaya Total (Rp)

  Analisa Fourier

  Transform Infra-Red 4 sampel Rp 75.000,-/sampel 300.000,-

  (FTIR) Analisa Scanning

  Electron Microscopy 3 sampel Rp 250.000,-/ sampel 750.000,-

  (SEM)

  TOTAL 1.050.000,-

  Dari rincian biaya yang telah dilakukan diatas maka total biaya yang diperlukan untuk membuat komposit hibrid LBPKM-sekam Padi dan Abu Sekam Padi yaitu sebesar Rp 1.575.000,-.

  25 Adapun biaya untuk perancangan bahan mentah (raw material) produk membutuhkan bahan-bahan yakni sebagai berikut:

  1. Botol Plastik Kemasan Minuman

  2. Sekam Padi

  3. Abu Sekam Padi

  4. Ekstruder

  5. Hot Press

  6. Cetakan Papan Partikel/Komposit Produk yang dihasilkan berupa papan partikel/komposit berpengisi sekam padi dan abu sekam padi dapat digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan

  furnitur (perabotan rumah tangga) berupa meja, laci, lemari dan lain-lain.

  Maka, biaya pembuatan papan partikel/komposit untuk 1 buah dapat dilihat pada Tabel 2.6.

Tabel 2.7 Perkiraan Rincian Biaya Pembuatan Produk

  Bahan dan Peralatan Jumlah yang diperlukan Biaya Total (Rp)

  Botol Plastik Kemasan 6 kg 60.000,- Minuman Sekam Padi 1 goni 10.000,- Abu Sekam Padi 1 goni 10.000,- Aluminium Foil 4 goni 40.000,-

  Cetakan Papan 1 buah 100.000,- Partikel/Komposit

  Total

  Rp 157.000,- Total biaya yang diperkirakan untuk membuat 1 buah produk papan partikel/komposit yaitu sebesar Rp 157.000,-. Harga produk sejenis di pasaran memiliki rentang harga Rp. 75.000,- s/d Rp. 125.000,- dengan ukuran 120 cm x 120 cm dan ketebalan mulai dari 9 mm (0,9 cm), 12 mm (1,2 cm), 15 mm (1,5 cm) hingga 18 mm (1,8 cm). Oleh karena itu, maka produk ini memiliki potensi untuk dipasarkan dan bersaing dengan produk lainnya yang sejenis.

  26

Dokumen yang terkait

I. Identitas Pekerja penyemprot - Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri dengan Gejala Keracunan Pada Penyemprot Pestisida di Perkebunan Kelapa Sawit Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2015

0 0 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pestisida 2.1.1 Pengertian Pestisida - Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri dengan Gejala Keracunan Pada Penyemprot Pestisida di Perkebunan Kelapa Sawit Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2015

0 0 40

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Diri dengan Gejala Keracunan Pada Penyemprot Pestisida di Perkebunan Kelapa Sawit Tanjung Garbus Pagar Merbau Tahun 2015

0 1 7

HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN GEJALA KERACUNAN PADA PENYEMPROT PESTISIDA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TANJUNG GARBUS PAGAR MERBAU PTPN II TAHUN 2015

0 2 16

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN - Evaluasi Rancangan Alat Pemipih Purun untuk Mengurangi Keluhan Muskuloskeletal Pengrajin (Kasus : Koperasi Serba Usaha Muara Baimbai)

0 6 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) 2.1.1 Definisi ISPA - Hubungan Kualitas Fisik Rumah Terhadap Kejadian ISPA Pasca Bencana Erupsi Gunung Sinabung Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Tiganderket Karo Sumatera Utara Pada Ta

0 1 13

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Kualitas Fisik Rumah Terhadap Kejadian ISPA Pasca Bencana Erupsi Gunung Sinabung Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Tiganderket Karo Sumatera Utara Pada Tahun 2015

0 0 9

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN - Analisis Sistem Pengendalian Mutu Produk Pintu Berbahan Baku Kayu Dengan Menggunakan Pendekatan Lean Six Sigma Pada Pt. Sumatera Timberindo Industry

1 0 13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Nyeri Punggung dan Mekanika Tubuh pada Ibu Hamil di Kelurahan Belawan II Kecamatan Medan Belawan

0 0 19

Pengaruh Komposisi Limbah Sekam Padi Dan Abu Sekam Padi Sebagai Pengisi Komposit Hibrid Limbah Botol Plastik Kemasan Minuman

0 3 7