Perencanaan Bangunan Sipil Gedung Instit (1)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perencanaan sebuah gedung bertingkat, khususnya gedung kampus
bertingkat, harus memperhatikan beberapa kriteria yang matang dari unsur
kekuatan, kenyamanan, serta aspek ekonomisnya. Kenyamanan yang diinginkan
membutuhkan tingkat ketelitian dan keamanan yang tinggi dalam perhitungan
konstruksinya. Faktor yang seringkali mempengaruhi kekuatan konstruksi adalah
beban hidup, beban mati, beban angin, dan beban gempa. Oleh karena itu, perlu
disadari bahwa keadaan atau kondisi lokasi pembangunan gedung bertingkat akan
mempengaruhi pula terhadap kekuatan gempa yang ditimbulkan yang kemudian
berakibat pada bangunan itu sendiri. Indonesia sebagai salah satu daerah rawan
gempa, kondisi ini memberikan pengaruh besar dalam proses perencanaan sebuah
gedung di Indonesia.
Maka dari itu membutuhkan suatu solusi untuk memperkecil resiko yang
terjadi akibat gempa, terutama untuk gedung-gedung bertingkat. Dewasa ini sangat
dibutuhkan para teknokrat sipil yang ahli dalam merencanakan sebuah struktur
bangunan yang tahan gempa. Sehingga perlu bagi para calon teknokrat bangunan
untuk memahami dan berlatih dalam merencanakan struktur gedung tahan gempa.
Komponen struktur gedung itu sendiri terdiri dari pondasi, sloof, kolom,balok, plat
lantai, dan plat atap. Masing-masing komponen tersebut harus dihitung untuk

mengetahui dimensinya sehingga dapat diketahui kuat atau tidak kuat struktur
tersebut. Pada perencanaan ini ditentukan gedung 3 lantai

(SNI 1726-

2013).Sedangkan untuk perhitungan analisis pembebanannya digunakan software
SAP 2000.
B. Rumusan Masalah
Dari permasalahan yang diuraikan pada bagian latar belakang, dapat
disimpulkan rumusan masalah tentang cara merencanakan struktur portal 3 lantai
dan cara menghitung kebutuhan strukturnya.
C. Tujuan Perencanaan

Tujuan perencanaan yang ingin dicapai adalah :
1). Merencanakan dimensi portal 3 lantai
2). Menentukan dimensi atap baja, sloof, kolom, dan balok struktur agar dapat
menampung beban-beban gaya yang akan diberikan.
3). Menentukan jumlah tulangan pada plat, balok, kolom, sloof, dan pondasi.
D. Manfaat Perencanaan
Perencanaan struktur ini diharapkan bermanfaat untuk :

1). Memperdalam pemahaman dalam merencanakan portal 3
2). Sebagai pedoman atau referensi untuk merencanakan di dunia kerja, serta
mengaplikasikannya di lapangan.
E. Lingkup Perencanaan
Batasan -batasan perencanaan dibatasi sebagai berikut :
1). Struktur yang ditinjau adalah struktur dari Gedung Kuliah yang meliputi
Struktur Atap (kuda-kuda), Balok, Kolom, Pelat lantai, Tangga dan Fondasi.
2). Stuktur balok, kolom dan pelat lantai menggunakan struktur beton bertulang.
3). Ketinggian kolom direncanakan lantai 1 L = 6,0 m dan lantai 2 sampai 3 = 5
m.
4). Tebal plat atap 120 mm, plat lantai 130 mm.
5). Dimensi portal awal : Balok 300/400 mm
6). Digunakan fondasi tiang pancang dengan kedalaman sesuai data tanah yang
ada
7). Mutu beton fc’ = 20 MPa, baja tulangan fy = 400 Mpa
8). Portal direncanakan dengan dimensi yang cukup dan tidak boros, kemudian
hitung kebutuhan (bersih) beton dan baja tulangan.
9). Analisis Struktur dengan SAP 2000.
10). Peraturan-peraturan yang digunakan pada peraturan yang secara umum di
gunakan di Indonesia antara lain :

- Peraturan Beton Bertulang Indonesia ( Gideon jilid 1 ).
- Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung, 1987.
- Pedoman Perencanaan Bangunan Baja Untuk Gedung, 1987.

-Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung
(2012)
- Pedoman Buku Ali Asroni Beton Bertulang dan Pelat, 2010

F. Data Umum Pembebanan Pelat

Sumber : Peraturan Perencanaan Indonesia untuk Gedung 1987

Sumber : Peraturan Perencanaan Indonesia untuk Gedung 1987

Sumber : Peraturan Perencanaan Indonesia untuk Gedung 1987

Sumber : Peraturan Perencanaan Indonesia untuk Gedung 1987

Sumber : Peraturan Perencanaan Indonesia untuk Gedung 1987 hal 4


SKETSA BANGUNAN :

500

500

600

500

500

SKETSA TAMPAK ATAP BANGUNAN :

100

500

500


100

A A

D

500

E

B B

E

500

E

B B


E

500

D

D

C C

D

500

TABEL CUR I ( GIDEION ) :

Keterangan : Jika nilai ly/lx diantara 1-3 maka digunakan pelat dua
arah, namun jika ly/lx > 3 maka pelat yang digunakan 1 arah ( Overhang )

DATA UMUM :

Dalam perhitungan analisis ini dilampirkan beberapa data umum dalam
perencanaan, antara lain :
 Bangunan

= 3 Lantai

 Fungsi Bangunan

= Kantor

 Mutu Beton ( f’c )

= 20 Mpa

 Mutu Baja ( fy )

= 400 Mpa

 Struktur Bangunan


= Struktur Beton Bertulang

 Tinggi Bangunan

= Lantai 1 ( 6 m)
= Lantai 2,3 ( 5 m )

 Lebar Bangunan

= 5 meter

 Lis Plank Beton

= 1 meter

 Tegangan Tanah

= Data N-SPT

 Lebar arah-y


= 5 meter

 Dimensi Balok

= 0,3 x 0,4 meter

1.

Menentukan Tebal Pelat
Syarat : hlendutan ≤ h ≤ hmaks
Penentuan tebal pelat ( h ) berdasarkan lendutan :

h

=

fy 

0,8 


1500


Ln

 1 

36  5   m  0,12
1

  




; hmin

=


fy 

0,8 

1500 

Ln
36  9 

; hmax =

fy 

0,8 

1500 

Ln
36

 Tinjau daerah A
fy : 400 mpa = 400 N/mm ; Lebar Balok = 300 mm
Ly : arah memanjang - lebar balok

= 5000 mm – 300 mm= 4700 mm

Lx : arah melebar - lebar balok

= 5000 mm – 300 mm= 4700 mm

Maka :


Ln

Ly
Lx



4700mm
4700mm = 1,00

= 5000 – 300

= 4700 mm

Karena unsur kekakuan α m dalam persamaan tersebut belum di ketahui,
sehingga di pakai persamaan berikut :

hmin

fy 

0,8 

1500 

Ln
= 36  9 

=

400 

0,8 

1500 

4700 mm
36  9 1,00

= 111,40 mm

hmax

fy 

0,8 

1500 

Ln
36
=
400 

0,8 

1500 

4700 mm
36
=
= 139.25 mm

Syarat tebal pelat : 111,40 mm ≤ h ≤ 139,25 mm
Maka di ambil tebal pelat lantai ( h ) = 130 mm. Tebal pelat atap ( t ) di asumsikan
lebih kecil dari pelat lantai, yaitu 120 mm.

2.

Penentuan Lebar Manfaat (be)

Tebal pelat lantai ( h ) = 130 mm ; dimensi balok = 30 cm x 40 cm
be

= ¼xL

= ¼ x 5000 mm

= 1250 mm

be

= bw + 16 (t) = 300 + 16 ( 130mm )= 2380 mm

~ Maka diambil yang terkecil, yaitu be = 1250 mm
1250 mm

1

130 mm

270 mm

2
300 mm

3.

Penentuan Titik Pusat Berat

Persamaan statis momen terhadap tepi ruas atas :
A(1)

= 1250 mm x 130 mm

= 162500 mm2

A(2)

= 300 mm x 270 mm

= 81000 mm2

Atotal

= A(1) + A(2)

X(1)

= 1250/2 = 625 mm

X(2)

= (300/2) + 475 = 625 mm

Y(1)

= 130/2 = 65 mm

Y(2)

= (270/2) + 130 = 265 mm

= 162500 mm2 + 81000 mm2 = 243500 mm2

Maka :

X

A1 X 1  A2 X 2
Atotal
=

162500 625  81000 625
243500

=

101562500  50625000
243500
=

= 625 mm

A1 Y1  A2 Y2
Atotal
=

Y

162500 65  81000 265
=

243500

10562500  21465000
243500
=

= 131,53 mm

Ya

= 131,53 mm

Yb

= 400 – Ya = 400 – 131,53 = 268,47 mm

4.

Momen Inersia Terhadap Sumbu X
Ib1

1
1
2
2
b1 h13  A1 Ya  Y1   b2 h23  A2 Y2  Ya 
12
= 12
1
1
2
2
1250 130 3  162500131.53  65  300 270 3  81000265  131,53
12
12
=

= 2.883.146.826mm4

Ib1 = Ib2

Untuk bentang plat :
1
L (h) 3
= 12

Is1

1
3
5000 270 
12
=
= 8.201.250.000 mm4
1
L (h) 3
= 12

Is2

1
3
5000 270 
12
=
= 8.201.250.000 mm4

Ecb

= Ecs

Maka :
α1 =

Ib1
IS1

2883146826
= 8201250000 = 0,3515

α2

Ib 2
2883146826
= IS 2 = 8201250000 =

0,351
Maka αm = ½ (α1 + α2)
= ½ ( 0,3515+ 0,3515 )
= 0,3515
5.

Kontrol Tebal Plat Yang Diambil

h



fy 

0,8 

1500 

Ln

 1 
36  5   m  0,12
1


  



400 

0,8 

1500 

4700

 1 
36  5 1,00,3515  0,121  
 1 


h



h

≥ 137 mm

Syarat tebal pelat : 104.4 mm ≤ h ≤ 139,17
 [Untuk tebal plat lantai diambil 130 mm dan plat atap 120 mm

6.

Nilai Pembebanan Plat
A. Beban Pelat Atap

1. Beban hidup ( WL )
Beban air hujan

= 20 kg/m2

= 0,20 kN/m2

Beban hidup (menurut PPIUG’87)

= 100 kg/m2 = 1,00 kN/m2
= 1,20 kN/m2

2. Beban mati ( WD )
Beban sendiri atap (0,12 x 2400) = 288 kg/m2

= 2,88 kN/m2

Beban plafon dan penggantung ( 11 + 7 Kg/m2)

= 0,18 kN/m2

Beban spesi kedap air 2 x 21 kg/m2

= 0,42 kN/m2
WD

= 3.40 kN/m2

B. Beban Pelat Lantai
1. Beban hidup ( WL )
Beban hidup (menurut PPIUG’87)

= 250 kg/m2 = 2,50 kN/m2

2. Beban mati ( WD )
Beban sendiri pelat (0,13 x 2400) = 312 kg/m2

= 3,12 kN/m2

Beban Finising pelat (0,03 x 2400) = 72 kg/m2

= 0,72 kN/m2

Beban plafon dan penggantung ( 11 +7 Kg/m2)

= 0,18 kN/m2

Beban spesi kedap air 2 x 21 kg/m2perlebar

= 0,42 kN/m2
WD

= 4,33 kN/m2

Perhitungan Nilai Wu
1. Untuk Atap
Wu

= 1,2 · WD + 1,6 · WL
= 1,2 · 3,40 + 1,6 · 1,20
= 4.08 + 1.92
= 6,00 kN/m2

2. Untuk Lantai
Wu

= 1,2 · WD + 1,6 · WL
= 1,2 · 4,33 + 1,6 · 2,50
= 5.20 + 4,00
= 9.2 kN/m2

7.

Perencanaan Penulangan Plat
A. Penulangan Pelat Atap
1. Plat A
5.0
m

Ly = 5000 mm
Lx = 5000 mm

Ly

A

.5
m

Lx



5000
 1,0
5000

Tebal pelat : 120 mm
Wu = 6,0 kN/m2
Fc` = 20 Mpa

Sumber : Gideion Jilid 1 1993 Perencanaan Beton Bertulang
Momen-momen yang menentukan

Ly
Lx



5000
 1,0,
5000

Mlx = 0,001 Wu ∙ lx2 ∙ x = 0,001 ∙ 6,0 ∙ ( 5 )2 ∙ 30,0 = 4,5 kNm
Mly = 0,001 Wu ∙ lx2 ∙ x = 0,001 ∙ 6,0 ∙ ( 5 )2 ∙ 30,0 = 4,5 kNm
Mtx = - 0,001 Wu ∙ lx2 ∙x = - 0,001 ∙ 6,0 ∙ ( 5 )2 ∙ 68,0 = -10,2 kNm
Mty = - 0,001 Wu ∙ lx2 ∙x = - 0,001 ∙ 6,0 ∙ ( 5 )2 ∙ 68,0 = -10,2 kNm
Mtix = ½ mlx = ½ ∙ 4,5 = 2,25 kNm
Mtiy = ½ mly = ½ ∙ 4,5 = 2,25 kNm
 Hitungan tulangan
Tebal pelat ( h ) = 120 mm
Tinggi efektif dx dalam arah x ( penutup 2,0 cm )
dx

= h – penutup – ½ ø dx
= 120 – 20 – ½ · 12 = 94 mm = 0,094 m

Tinggi efektif dy dalam arah y ( penutup 2,0 cm )
dy

= h – penutup – ø dx – ½ dy
= 120 – 20 – 12 – ½ · 12 = 82 mm = 0,082 m

Diameter tulangan utama dalam arah x dan y = øD = ø 12 mm
*Momen Lapangan dalam arah-x = Mlx = 4,5 kN/m
Mlx
2
1) b dx =

ρanal

4,5
1,0 0,094 2 = 509,28 kN/m2 = 0.509 MPa

Mu
fy
= b . d ² = ф . ρ . fy [ 1 – 0,588. ρ. f ' c ]
Mu

fy

= b . d ² = (ф . ρ . f ) – (ф . ρ . fy . 0,588 . ρ . f ' c )
4,50.10−3 mpa

= 1,0 m.(0,094 m)² = (0,80 . ρ . 400) – (0,80 . ρ . 400 . 0,588 .
400

ρ . 20

= 0,509 = 320 ρ – 3763,2 ρ2
= 3763,2 ρ2 - 320 ρ = 0,509
(a)

(b)

(c)

Dimana, faktor reduksi untuk plat (ф) : 0,80

Kemudian gunakan rumus ABC :
2
ρ 1,2 = −b ± √b2. a– 4. a . c

2
−4 x 3763,2 x 0,509
ρ 1,2 = −( −320 ) ± √ 320
2 x 3763,2

ρ1

=

320± 307,795
2 x 3763,2

ρ2 = 2 x 3763,2

320± 307,795

ρ1

=

320+307,795
2 x 3763,2

ρ2 = 2 x 3763,2

ρ1

= 0,080

320 – 307,795

ρ2 = 0,00162

Kemudian ambil nilai terkecil dari ρ1 atau ρ2, yaitu nilai ρ2 = 0,00162
- Syarat : ρmin ≤ ρanal ≤ ρmaks
Jika ρanal ≤ ρmin , maka pakai ρmin
Jika ρanal ≥ ρmin , maka pakai ρanal
Jika ρanal ≥ ρmaks , maka pakai ρmaks
Jadi, ρ yang dipakai adalah ρanal
ρan = 0,00162; ρmin = 0,0018, ρmax = 0.0163
Aslx

= ρmin∙ b ∙ d ∙ 106 = 0,0018 ∙ 1,0 ∙ 0.094 ∙ 106 = 169.2 mm2

Aslx

= 169.2 mm2 ; øD 12 – 150 mm

Mly
4,5
2
2
2) b dy = 1,0 0,082 = 669,24 kN/m2 = 0,669 MPa
ρan = 0,00215 ; ρmin = 0,0018; ρmax = 0.0163
Asly

= ρan ∙ b ∙ d ∙106 = 0,00215 ∙ 1,0 ∙ 0.082 ∙ 106

Asly

= 176,3 mm2 ; øD 12 – 150 mm

Mtx
2
3) b dx

10,2
2
= 1,0 0,094 = 1154,36 kN/m²

ρan = 0,00377 ; ρmin = 0,0018

= 176,3 mm2

= 1,154 MPa

Astx

= ρanalisa ∙ ∙ b ∙ d ∙106 = 0,00377 ∙ 1,0 ∙ 0.094 ∙ 106 = 354,38 mm2

Astx

= 354,38 mm2; øD 12 – 250 mm

Mty
2
4) b dy

10,2
2
= 1,0 0,082 = 1516,95kN/m²

= 1,516 MPa

ρan = 0,00504 ; ρmin = 0,0018
Asty

= ρanalisa ∙ ∙ b ∙ d ∙ 106 = 0,00504 ∙ 1,0 ∙ 0.082 ∙ 106 = 413,28 mm2

Asty

= 413,28 mm2; øD 12 – 250 mm

Mtix
2
5) b dx

2,25
2
= 1,0 0,094 = 254,64 kN/m²

= 0,2546 MPa

ρan = 0,0008 ; ρmin = 0,0018
Astix

= ρmin∙ b ∙ d ∙ 106 = 0,0018 ∙ 1,0 ∙ 0.094 ∙ 106 = 169.2 mm2

Astix

= 169,2 mm2; øD 12 – 150 mm

Mtiy
2
6) b dx

2,25
2
= 1,0 0,082 = 334,6 kN/m²

= 0,3346 MPa

ρan = 0,0011 ; ρmin = 0,0018
Astix

= ρmin∙ b ∙ d ∙ 106 = 0,0018 ∙ 1,0 ∙ 0.082 ∙ 106 = 147,6 mm2

Astix

= 147,6 mm2; øD 12 – 150 mm

2. Plat B
5,0
m

Ly = 5000 mm
Lx = 5000 mm

Ly
Lx

B

5
m



5000
 1,0
5000

Tebal pelat : 120 mm
Wu = 6,00kN/m2
Fc` = 20 Mpa

Sumber : Gideion Jilid 1 1993
Momen-momen yang menentukan

Ly
Lx



5000
 1,0
5000

Mlx = 0,001 Wu ∙ lx2 ∙ x =

0,001 ∙ 6,0 ∙ (5)2 ∙ 31 = 4,65 kNm

Mly = 0,001 Wu ∙ ly2 ∙ x =

0,001 ∙ 6,0 ∙ (5)2 ∙ 39 = 5,85 kNm

Mty = - 0,001 Wu ∙ ly2 ∙ x = -0,001 ∙ 6,0 ∙ (5)2 ∙ 91 = -13,65 kNm
Mtix = ½ mlx = ½ ∙ 4,712 = 2,325 kNm
Mtiy = ½ mly = ½ ∙ 4,604 = 2,925 kNm
Diameter tulangan utama dalam arah x dan y = øD = ø 12 mm
 Hitungan tulangan
Tebal pelat ( h ) = 120 mm
Tinggi efektif dx dalam arah x ( penutup 2,0 cm )
dx

= h – penutup – ½ ø dx
= 120 – 20 – ½ · 12 = 94 mm = 0,094 m

Tinggi efektif dy dalam arah y ( penutup 2,0 cm )
dy

= h – penutup – ø dx – ½ dy
= 120 – 20 – 12 – ½ · 12 = 82 mm = 0,082 m

Mlx
2
1) b dx =

4,65
1,0 0,094 2 = 526,25kN/m2

= 0,526 MPa

ρan = 0,00168 ; ρmin = 0,0018
Aslx

= ρmin∙ b ∙ d ∙ 106 = 0,0018 ∙ 1,0 ∙ 0.094 ∙ 106 = 230,42 mm2

Aslx

= 230,42 mm2; øD 12 – 150 mm

Mly
5,85
2
2
2) b dy = 1,0 0,082 = 870,18 kN/m2

= 0,8701 MPa

ρan = 0,00281 ; ρmin = 0,0018
Asly

= ρan ∙ b ∙ d ∙106 = 0,00281 ∙ 1,0 ∙ 0.082 ∙ 106

Asly

= 147,6 mm2; øD 12 – 150 mm

Mty
13,65
2
2
3) b dy = 1,0 0,094 = 2030,42kN/m²

= 147,6 mm2

= 2,030 MPa

ρan = 0,0069 ; ρmin = 0,0018
Asty

= ρan ∙ b ∙ d ∙106 = 0,0069 ∙ 1,0 ∙ 0.082 ∙ 106

Asty

= 565,4 mm2; øD 12 – 350 mm

Mtix
2
4) b dx

2,325
2
= 1,0 0,094 = 263,128 kN/m²

= 565,4 mm2

= 0,2631 MPa

ρan = 0,0008 ; ρmin = 0,0018
Astix

= ρmin∙ b ∙ d ∙ 106 = 0,0018 ∙ 1,0 ∙ 0.094 ∙ 106 = 169.2 mm2

Astix

= 169,2 mm2; øD 12 – 150 mm

5)

L y 5000
  1,0
Lx 5000

2,925
2
= 1,0 0,082 = 435kN/m² = 0,435 MPa

ρan = 0,0011 ; ρmin = 0,0018

Astix

= ρmin∙ b ∙ d ∙ 106 = 0,0018 ∙ 1,0 ∙ 0.082 ∙ 106 = 147,6 mm2

Astix

= 147,6 mm2; øD 12 – 150 mm

3. Plat C
5,0
m

Ly = 5000 mm
Lx = 5000 mm

Ly

C

5
m

Lx



5000
 1,0
5000

Tebal pelat : 120 mm
Wu = 6,0 kN/m2
Fc` = 20 Mpa

Sumber : Gideion Jilid 1 Tahun 1993
Momen-momen yang menentukan
Ly
Lx



5000
 1,0
5000

Mlx = 0,001 Wu ∙ lx2 ∙ x = 0,001 ∙ 6,0 ∙ ( 5 )2 ∙ 30,0 = 4,5 kNm
Mly = 0,001 Wu ∙ lx2 ∙ x = 0,001 ∙ 6,0 ∙ ( 5 )2 ∙ 30,0 = 4,5 kNm
Mtx = - 0,001 Wu ∙ lx2 ∙x = - 0,001 ∙ 6,0 ∙ ( 5 )2 ∙ 68,0 = -10,2 kNm
Mty = - 0,001 Wu ∙ lx2 ∙x = - 0,001 ∙ 6,0 ∙ ( 5 )2 ∙ 68,0 = -10,2 kNm
Mtix = ½ mlx = ½ ∙ 4,5 = 2,25 kNm
Mtiy = ½ mly = ½ ∙ 4,5 = 2,25 kNm
 Hitungan tulangan
Tebal pelat ( h ) = 120 mm
Tinggi efektif dx dalam arah x ( penutup 2,0 cm )

dx

= h – penutup – ½ ø dx
= 120 – 20 – ½ · 12 = 94 mm = 0,094 m

Tinggi efektif dy dalam arah y ( penutup 2,0 cm )
dy

= h – penutup – ø dx – ½ dy
= 120 – 20 – 12 – ½ · 12 = 82 mm = 0,082 m

**Momen Lapangan dalam arah-x = Mlx = 4,38 kN/m

1)

Mlx
b dx 2 =

4,5
1,0 0,094 2 = 509,28 kN/m2 = 0.509 MPa

ρan = 0,00162; ρmin = 0,0018, ρmax = 0.0163
Aslx

= ρmin∙ b ∙ d ∙ 106 = 0,0018 ∙ 1,0 ∙ 0.094 ∙ 106 = 169.2 mm2

Aslx

= 169.2 mm2 ; øD 12 – 150 mm

Mly
4,5
2
2
2) b dy = 1,0 0,082 = 669,24 kN/m2 = 0,669 MPa
ρan = 0,00215 ; ρmin = 0,0018; ρmax = 0.0163
Asly

= ρan ∙ b ∙ d ∙106 = 0,00215 ∙ 1,0 ∙ 0.082 ∙ 106

Asly

= 176,3 mm2 ; øD 12 – 150 mm

Mtx
2
3) b dx

10,2
2
= 1,0 0,094 = 1154,36 kN/m²

= 176,3 mm2

= 1,154 MPa

ρan = 0,00377 ; ρmin = 0,0018
Astx

= ρanalisa ∙1,0 ∙ b ∙ d ∙106 = 0,00377 ∙ 1,0 ∙ 0.094 ∙ 106 = 354,38 mm2

Astx

= 354,38 mm2; øD 12 – 250 mm

Mty
2
4) b dy

10,2
2
= 1,0 0,082 = 1516,95kN/m²

= 1,516 MPa

ρan = 0,00504 ; ρmin = 0,0018
Asty

= ρanalisa ∙ ∙ b ∙ d ∙ 106 = 0,00504 ∙ 1,0 ∙ 0.082 ∙ 106 = 413,28 mm2

Asty

= 413,28 mm2; øD 12 – 250 mm

Mtix
2
5) b dx

2,25
2
= 1,0 0,094 = 254,64 kN/m²

= 0,2546 MPa

ρan = 0,0008 ; ρmin = 0,0018
Astix

= ρmin∙ b ∙ d ∙ 106 = 0,0018 ∙ 1,0 ∙ 0.094 ∙ 106 = 169.2 mm2

Astix

= 169,2 mm2; øD 12 – 150 mm

L y 5000
  1,0
Lx 5000

6)

2,25
2
= 1,0 0,082 = 334,6 kN/m²

= 0,3346 MPa

ρan = 0,0011 ; ρmin = 0,0018
Astix

= ρmin∙ b ∙ d ∙ 106 = 0,0018 ∙ 1,0 ∙ 0.082 ∙ 106 = 147,6 mm2

Astix

= 147,6 mm2; øD 12 – 150 mm

4. Plat D dan E

100

100
Ly = 5000 mm
Lx = 1000 mm

D

500

E

500

Ly
Lx



5000
 5,0
1000

Tebal pelat : 120 mm
Wu = 6,0 kN/m2
Fc` = 20 Mpa

Karena Perbandingan Ly dan Lx > 3, maka untuk plat E digunakan
perhitungan plat 1 arah.
Wu = 1,2 x WD + 1,6 x WL
= 1,2 x 3,40 Kn/m2 + 1,6 x 1,20 Kn/m2
= 4,08 Kn/m2 + 1,92 Kn/m2
= 6,0 Kn/m2

qu = 6,0 kn/m

Maka beban terbagi ratanya adalah :
qu = Wu x Lx

1.00

= 6,0 Kn/m2 x 1,0 m
= 6,0 Kn/m’
1.) Momen akibat qu:
Mu = 1/8 x qu x Lx2
= 1/8 x 6,0 Kn/m2 x (1,0 m)2
= 0,75 kNm
2.) Momen Jepit tak terduga
Mu = 1/24 x Wu x Lx2
= 1/24 x 6 kN/m2 x (1,0 m)2
= 0,250 kNm
Diameter tulangan utama di asumsikan dalam arah x = Ød = ø 10 mm
 Hitungan tulangan.
Tebal pelat ( h ) = 120 mm
Tinggi efektif dx dalam arah x ( penutup 2,0 cm )
dx

= h – penutup – ½ ø dx
= 120 – 20 – ½ · 10 = 95 mm

Mu
0,75

 83,10 Kn / m 2
2
2
b.dx
1.(0,095)

ρana = 0,0011 ; ρmin = 0,0018
Aslx

= ρmin ∙ b ∙ d = 0,0018 x 1000 x 95 = 171 mm2

Aslx

= 171 mm2 ; ø10 – 150

SKETSA TAMPAK LANTAI BANGUNAN :

500

500

A

500

B B

500

B B

500

A A

500

B. Penulangan Pelat Lantai
1. Plat A
5.0
m

Ly = 5000 mm
Lx = 5000 mm

A

Ly

.5
m

Lx



5000
 1,0
5000

Tebal Pelat Lantai : 130 mm
Wu = 9,2 kN/m2
Fc` = 20 Mpa

Momen-momen yang menentukan
Ly
Lx



5000
 1,0
5000

Mlx = 0,001 Wu ∙ lx2 ∙ x = 0,001 ∙ 9,2 ∙ ( 5 )2 ∙ 30,0 = 6,9 kNm
Mly = 0,001 Wu ∙ lx2 ∙ x = 0,001 ∙ 9,2 ∙ ( 5 )2 ∙ 30,0 = 6,9 kNm
Mtx = - 0,001 Wu ∙ lx2 ∙x = - 0,001 ∙ 9,2 ∙ ( 5 )2 ∙ 68,0 = -15,64 kNm
Mty = - 0,001 Wu ∙ lx2 ∙x = - 0,001 ∙ 9,2 ∙ ( 5 )2 ∙ 68,0 = -15,64 kNm
Mtix = ½ mlx = ½ ∙ 6,9 = 3,45 kNm
Mtiy = ½ mly = ½ ∙ 6,9 = 3,45 kNm
 Hitungan tulangan
Tebal pelat ( h ) = 130 mm
Tinggi efektif dx dalam arah x ( penutup 2,0 cm )
dx

= h – penutup – ½ ø dx
= 120 – 20 – ½ · 13 = 93,5 mm = 0,0935 m

Tinggi efektif dy dalam arah y ( penutup 2,0 cm )
dy

= h – penutup – ø dx – ½ dy
= 120 – 20 – 12 – ½ · 13 = 81,5 mm = 0,0815 m

Diameter tulangan utama dalam arah x dan y = øD = ø 12 mm
*Momen Lapangan dalam arah-x = Mlx = 6,90 kN/m

1)

Mlx
b dx 2 =

6,90
1,0 0,0935 2 = 789,27 kN/m2 = 0.789 MPa

ρan = 0,00254; ρmin = 0,0018, ρmax = 0.0163
Aslx

= ρan∙ b ∙ d ∙ 106 = 0,00254 ∙ 1,0 ∙ 0.0935 ∙ 106 = 168,3 mm2

Aslx

= 168,3 mm2 ; øD 12 – 150 mm

2)

Mly
6,90
2
b dy = 1,0 0,0815 2 = 1038,80 kN/m2 = 1,038 MPa

ρan = 0,00338 ; ρmin = 0,0018; ρmax = 0.0163
Asly

= ρan ∙ b ∙ d ∙106 = 0,00338 ∙ 1,0 ∙ 0.0815 ∙ 106

Asly

= 207,01 mm2 ; øD 12 – 150 mm

Mtx
2
3) b dx

15,64
2
= 1,0 0,0935 = 1789,01 kN/m²

= 207,01 mm2

= 1,789 MPa

ρan = 0,00602 ; ρmin = 0,0018
Astx

= ρanalisa ∙ ∙ b ∙ d ∙106 = 0,00602 ∙ 1,0 ∙ 0.0935 ∙ 106 = 562,87 mm2

Astx

= 562,87 mm2; øD 12 – 350 mm

Mty
2
4) b dy

15,64
2
= 1,0 0,0815 = 2354,62 kN/m²

= 2,354 MPa

ρan = 0,00814 ; ρmin = 0,0018, ρmax = 0.0163
Asty

= ρanalisa ∙ ∙ b ∙ d ∙ 106 = 0,00814 ∙ 1,0 ∙ 0.0815 ∙ 106 = 663,15 mm2

Asty

= 663,15 mm2; øD 12 – 350 mm

Mtix
2
5) b dx

3,45
2
= 1,0 0,0935 = 394,635 kN/m²

= 0,3946 MPa

ρan = 0,0008 ; ρmin = 0,0018
Astix

= ρmin∙ b ∙ d ∙ 106 = 0,0018 ∙ 1,0 ∙ 0.094 ∙ 106 = 169.2 mm2

Astix

= 168,3 mm2; øD 12 – 150 mm

L y 5000
  1,0
Lx 5000

6)

3,45
2
= 1,0 0,0815 = 519,41 kN/m²

= 0,5194 MPa

ρan = 0,0017 ; ρmin = 0,0018
Astix

= ρmin∙ b ∙ d ∙ 106 = 0,0018 ∙ 1,0 ∙ 0.082 ∙ 106 = 146,7 mm2

Astix

= 146,7 mm2; øD 12 – 150 mm

2. Plat B
5,0
m

Ly = 5000 mm
Lx = 5000 mm

Ly
Lx

B

5,
0,
0,
0
m



5000
 1,0
5000

Tebal Pelat Lantai : 130 mm
Wu = 9,2 kN/m2
Fc` = 20 Mpa

Momen-momen yang menentukan
Ly
Lx



5000
 1,0
5000

Mlx = 0,001 Wu ∙ lx2 ∙ x = 0,001 ∙ 9,2 ∙ ( 5 )2 ∙ 31,0 = 7,13 kNm
Mly = 0,001 Wu ∙ lx2 ∙ x = 0,001 ∙ 9,2 ∙ ( 5 )2 ∙ 39,0 = 8.97 kNm
Mty = - 0,001 Wu ∙ lx2 ∙x = - 0,001 ∙ 9,2 ∙ ( 5 )2 ∙ 91,0 = -20,90 kNm
Mtix = ½ mlx = ½ ∙ 6,9 = 3,565 kNm
Mtiy = ½ mly = ½ ∙ 6,9 = 4,485 kNm
 Hitungan tulangan
Tebal pelat ( h ) = 130 mm
Tinggi efektif dx dalam arah x ( penutup 2,0 cm )
dx

= h – penutup – ½ ø dx

= 120 – 20 – ½ · 13 = 93,5 mm = 0,0935 m
Tinggi efektif dy dalam arah y ( penutup 2,0 cm )
dy

= h – penutup – ø dx – ½ dy
= 120 – 20 – 12 – ½ · 13 = 81,5 mm = 0,0815 m

Diameter tulangan utama dalam arah x dan y = øD = ø 12 mm
*Momen Lapangan dalam arah-x = Mlx = 6,90 kN/m
7,13
Mlx
2
2
1) b dx = 1,0 0,0935 = 815,58 kN/m2 = 0,815 MPa
ρan = 0,00263 ; ρmin = 0,0018
Aslx

= ρan∙ b ∙ d = 0,00263 ∙ 1000 ∙ 93,5 = 168,3 mm2

Aslx

= 168,3 mm2 ; øD 12 – 150 mm

Mly
8,97
2
2
2) b dy = 1,0 0,0815 = 1350,44 kN/m2 = 1,3504 MPa

ρan = 0,00445 ; ρmin = 0,0018
Asly

= ρmin ∙ b ∙ d = 0,00445 ∙ 1000 ∙ 81,5 = 146,7 mm2

Asly

= 146,7 mm2 ; øD 12 – 150 mm

Mty
2
3) b dy

20,93
2
= 1,0 0,0815 = 3151,04 kN/m²

= 3,151 MPa

ρan = 0,0137 ; ρmin = 0,0018 ,ρmax = 0.0163
Asty

= ρanalisa ∙ b ∙ d = 0,0137 ∙ 1000 ∙ 81,5 = 926,35 mm2

Asty

= 926,35 mm2 ; øD 12 – 500 mm

4)

Mtix
b dx 2

3,565
2
= 1,0 0,0935 = 407,79 kN/m²

= 0,4077 MPa

ρan = 0,0013 ; ρmin = 0,0018
Aslx

= ρmin∙ b ∙ d = 0,0018 ∙ 1000 ∙ 93,5 = 168,3 mm2

Aslx

= 168,3 mm2 ; øD 12 – 150 mm

5)

Mtiy
4,485
2
b dy = 1,0 0,0815 2 = 675,223 kN/m²

= 0,6752 MPa

ρan = 0,0022 ; ρmin = 0,0018
Asly

= ρan ∙ b ∙ d = 0,0022 ∙ 1000 ∙ 81,5 = 179,3 mm2

Asly

= 179,3 mm2 ; øD 12 – 150 mm

II). PERHITUNGAN BEBAN GEMPA
Data-Data Geometris Gedung Untuk Gempa :

 
Tinggi lantai dasar 6 m
 
Tinggi tipikal lantai di atasnya 5 m;
 Tinggi Total Bangunan = 16 m
 
Panjang dan lebar bangunan; 10 m dan 20 m;
 
Taksiran dimensi kolom untuk semua lantai 40 x 40 cm;
 
Taksiran dimensi balok untuk semua lantai 30 x 40 cm;
 Tebal pelat lantai 13 cm, dan Tebal pelat atap 12 cm
 
Kuat tekan beton, f’c = 20 Mpa; Ec = 21019,04 Mpa
 
Kuat tarik baja, fy = 400 Mpa
 
Data-data pembebanan lihat di peraturan pembebanan PPPURG
 Kondisi Tanah Sedang
 Bangunan terdiri dari 3 ( Tiga ) lantai
 Percepatan tanah Ss = 0,5 – 0,6 Di Wilayah Medan SNI Gempa 2012
 Percepatan tanah S1 = 0,3 – 0,4 Di Wilayah Medan SNI Gempa 2012
 Rangka Beton Pemikul Momen Khusus (SRPMK) untuk Desain
Gempa SNI-2012
 Rangka Beton Pemikul Momen Biasa ( SRPMB ) untuk Desain Gempa
SNI-2002

 Perbedaan desain dilakukan untuk melihat perbandingan nilai V
( beban geser gempa ) dan Fx ( gaya gempa yang bekerja ) pada masing
masing lantai.
1. Mencari Berat Total Bangunan (Wt)
 Bangunan ini menggunakan satu batu bata,
 DL (Dead Load) adalah berat beban mati dari Dinding, Plafon, Mekanikal
Elektrikal, Spesi dan Keramik diambil = 450 Kg/m2, PPURG 1987
 LL (Live Load) untuk gedung kantor = 150 Kg/m2 dikalikan 30% sesuai
PPURG 1987 (Lampiran Tabel 6) dan HAKI.
 DL (Dead Load) untuk atap diambil = 50 Kg/m2

Gambar 2.1 Koefisien reduksi beban hidup gempa

Gambar 2.2 Koefisien DL ( Dead Load )
Berikut perhitungan Berat Lantai 1 pada bangunan perkantoran :
a) BERAT LANTAI 1
Kolom

= 15 kolom x 0,4 m x 0,4 m x 8,5 m x 2400 kg/m3 = 48960

Kg
Balok H 5 m

= 10 balok x 0,3 m x 0,4 m x 4,6 m x 2400 kg/m3 = 13248

Kg
Balok V 5 m

= 12 balok x 0,3 m x 0,4 m x 4,6 m x 2400 kg/m3 = 15898

Kg
Pelat

= 0,13 m x 10 m x 20 m x 2400 kg/m3

= 62400

DL

= 10 m x 20 m x 450 kg/m2

= 90000

LL

= 10 m x 20 m x 250 kg/m2 x 30 %

= 15000

Kg
Kg
Kg
Berat Total Lantai 1

= 245506

Kg
Berikut perhitungan Berat Lantai 2 pada bangunan perkantoran :
b) BERAT LANTAI 2
Kolom

= 15 kolom x 0,4 m x 0,4 m x 5 m x 2400 kg/m3 = 28800

Kg
Balok H 5 m

= 10 balok x 0,3 m x 0,4 m x 4,6 m x 2400 kg/m3 = 13248

Kg
Balok V 5 m

= 12 balok x 0,3 m x 0,4 m x 4,6 m x 2400 kg/m3 = 15898

Kg
Pelat
Kg

= 0,13 m x 10 m x 20 m x 2400 kg/m3

= 62400

DL

= 10 m x 20 m x 450 kg/m2

= 90000

= 10 m x 20 m x 250 kg/m2 x 30 %

= 15000

Kg
LL
Kg
Berat Total Lantai 2 ( Wt2 )

= 225346

Kg
Berikut perhitungan Berat Lantai Atap pada bangunan perkantoran :
c)

BERAT LANTAI ATAP ( LANTAI 3 )
Kolom

= 15 kolom x 0,4 m x 0,4 m x 2,5 m x 2400 kg/m3 = 14400

Balok H 5 m

= 10 balok x 0,3 m x 0,4 m x 4,6 m x 2400 kg/m3 = 13248

Balok V 5 m

= 12 balok x 0,3 m x 0,4 m x 4,6 m x 2400 kg/m3 = 15898

Pelat

= 0,12 m x 10 m x 20 m x 2400 kg/m3

= 57600

DL

= 10 m x 20 m x 50 kg/m2

= 10000

LL

= 10 m x 20 m x 100 kg/m2 x 30 %

= 9000

Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Berat Total Lantai Atap ( Wt3 )

= 117146

Kg
Jadi Berat Total Bangunan adalah

= Wt1 + Wt2 + Wt3

Wtot

= 245506 Kg + 225346 Kg + 117146 Kg

Wtot

= 587998 Kg

Wtot

= 5879,98 KN

1) Beban Geser Rencana berdasarkan situs : (SNI 2012 Gempa)
V=

F . S DS
R . W atau V = Cs . W

Dimana :
-

Cs = Koefisien respon seismik

-

W

= Berat struktur efektif / berat total seismic bangunan struktur

-

R

= Faktor Modifikasi Gempa

-

V

= Gaya lateral Ekuivalen

SDS

2
= 3 . FA .SS ………………………………………………..SNI

2012
SD1

2
= 3 . Fv .S1 ………………………………………………..SNI

2012
Dimana : Fa = 1.36, didapat melalui interpolasi linear di aplikasi
Microsoft. Excel ( Untuk situs tanah sedang ) SNI -2012
Kelas Situs SD
Ss

= 0.5-0.6 diambil 0.55 , diambil berdasarkan Peta Zona Ss
SNI Gempa 2012

S1 = 0,3-0,4 diambil 0.35, Peta Zona SD1 SNI Gempa 2012
Sds = Parameter respon spektral
Fv = 1.7 ( Untuk situs tanah sedang ) didapat melalui
interpolasi linear di aplikasi Microsoft. Excel ( Untuk
situs tanah sedang ) Kelas Situs SD

Sumber : RSNI- Gempa 1726-2012 Hal. 22

a) Perhitungan Parameter Respon Spektral Periode Pendek
2
SDS
= 3 . 1,36 . 0,55
= 0,498, Kategori Desain C berdasarkan tabel yang tertera di
bawah

Sumber : RSNI- Gempa 1726-2012
b) Perhitungan SD1 ( Parameter respon spektral periode 1 detik )
2
SD1
= 3 . 1,7 . 0,35
= 0,396, Kategori resiko desain D

Sumber : RSNI-Gempa 1726-2012
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil nilai Kategori resiko desain didapat nilai SD1 berada di
kategori resiko D, sedangkan untuk parameter SDS berada di kategori C, dapat
ditarik kesimpulan gedung di kota medan berada di kategori resiko D ( diambil
resiko tertinggi ).
Menurut Riset yang dilakukan Bapak Prof.Dr.Ir.Bambang Budiono, M.E, suatu
gedung yang berada di kategori resiko D harus menggunakan SRPMK ( Struktur
Rangka Pemikul Momen Khusus ), sedangkan untuk kategori resiko C
menggunakan SRPMM ( Struktur Rangka Pemikul Momen Menengah), dan untuk
kategori resiko A,B menggunakan SRPMB ( Struktur Rangka Pemikul Momen
Biasa ).
Jadi dapat ditarik kesimpulan : Perencanaan Gedung ini menggunakan SRPMK
untuk desain bangunan Gedung Tahan Gempa.

.

c) Perhitungan Periode Puncak Getar Fundamental
Ta

= Ct . Hnx…………………………………………… Hal 55 SNI

2012
= 0.0466a x 160.90 = 0.5570
Dimana

: Ta = Periode Puncak Getar Fundamental
Ct = Koefisien tertera pada Tabel di bawah ini ( 0,0466 )
x = Koefisien tertera pada Tabel di bawah ini ( 0,90 )

`

H = Tinggi Bangunan Total
a = 1,0 untuk SRPMK

Gambar 2.3 Nilai Koefisien Ct dan x
d) Perhitungan Periode TS dan To
SD1
Ts = S ……………………………………….... SNI Gempa 2012 hal
DS
23
0.396
Ts = 0.498 = 0.7951,

0.396
To = 0.2 x 0.498 = 0.1592

Syarat : Ta = Ct . Hnx ≤ 0,8 . Ts
= 0.5570 ≤ 0,8 . 0.7951
= 0.557 ≤ 0.636…………………………………….. (OK)
e) Perhitungan Periode T
T

= C . H3/4
= 0.0731 . 163/4
= 0.5848

Dimana : C = 0.0731 untuk Beton Bertulang
C = 0.0488 untuk Struktur Lain Dinding Geser
C =0.0853 untuk Struktur Baja ( SNI Gempa 2002 )
f) Perhitungan Koefisien Seismik Geser
S
( DS )
Cs = R
Ie



(

SDS
)
R
¿
.
T
Ie ¿

Dari Tabel diperoleh nilai : R = 3, Ωg = 3 dan Cbd = 2.5, Ie = 1 ( Kantor )
0.498
8 ) ≤
Cs =
1
(

(

0.498
)
8
.0,548 ¿
1¿

Cs = 0.062



0.113 …………………….

(OK)

Sumber : SNI Gempa 2012 Ie( Faktor Keutamaan ) Hal 15

Sumber : SNI Gempa 1726-2012 Hal. 36
g) Perhitungan Beban Geser Rencana
Di halaman sebelumnya telah diterangkan rumus untuk menghitung nilai
beban geser rencana :
F. S
V = R DS . W

1,2. 0.498
. 5879,98 KN
= 8,0
= 439,234 KN

Keterangan :

h) Perhitungan Gaya Gaya Ekuivalen Lateral SNI 2012
Fx

= Cvx . V…………………………………… SNI Gempa 2012 Hal

57
Untuk menghitung nilai Cvx digunakan rumus :

Lantai

hik ( m )

Wi ( KN )

Wi . hik ( KNm )

3

161.042

1171,46

21058,16

2

111.042

2253,46

27414,54

1

61.042

2455,06

15881,65

Jumlah ∑Wi . hik

C vx

=

64354,36 KN/m

W i . h ki
…………………………………. SNI Gempa 2012
∑ W i . h ki

Hal 57
Dimana :
Cvx

= Faktor distribusi vertikal

V

= Gaya lateral desain total seismik geser

Wi

= Bagian berat seismik efektif total struktur dari berat lantai ke-i

Hi

= Tinggi dari dasar struktur dari lantai ke-i

k

= Nilai faktor eksponen yang terkait berdasarkan nilai T ( Periode )
struktur, jika T = 0.5 s, nilai k = 1, dan jika T > 0.5 s, nilai 1 < k
< 2, T = 2.5 s, k = 2, jadi jika k antara 0.51 sampai 2.5 dapat
dicari melalui interpolasi, T yang didapat = 0.5848 maka k =
1.042

Perhitungan Beban Gaya Gempa Lateral SNI 2012 :
Fx

=

W i . h ki
.V
∑ W i . h ki

F1 =

15881,65
64354,36 . 439,234 KN

F2 =

27414,54
64354,36 . 439,234 KN

= 187,110 KN

F3 =

21058,16
64354,36 . 439,234 KN

= 143,727 KN

= 108,395 KN

Kesimpulan :
Perbedaan Gaya gaya gempa pada SNI 2002 dengan 2012 adalah letak
penambahan nilai k pada perhitungan beban gempa nya. Perhitungan SNI 2002
menggunakan SRPMB dan SNI 2012 menggunakan SRPMK penggunaan ini
dilakukan untuk melihat perbedaan nilai Fx ( Gaya Gempa dimasing masing titik ).

F3 = 143,727

500
F2 = 187,110

500
F1 = 108,395

600

500

500

i) Perhitungan Beban Gempa SNI 2002

-

Mencari Faktor Respon Gempa
Parameter untuk desain gempa :
Lokasi Gedung berada di wilayah gempa III ( Di peta gempa SNI 2002 )
Kondisi tanah berada di tanah lokasi sedang

Percepatan puncak di batuan dasar = 0,15 g
Percepatan puncak di muka tanah Ao = 0,23 g
Tc = 0.6 detik ( untuk tanah sedang )
Am = 2,5 x Ao = 2,5 x 0,23 = 0,575
H ( Tinggi total Gedung ) = 16 meter
- Menghitung Periode Natural ( Waktu Getar Alami )
Arah Utara Selatan
Arah Utara Selatan menggunakan rangka dengan sistem rangka dengan
menggunakan struktur beton bertulang sehingga :
T = 0.0731 . H3/4
= 0,0731 . 163/4 = 0.5848 detik
Pembatasan Waktu Alami Fundamental :
T1 = ] . n, untuk wilayah gempa 3 ( Kota Medan ), ] = 0.18
T1 = 0,18 x 3 = 0,54 detik
Ternyata T > T1
Syarat : Jika T < T1 gunakan T, Jika T > T1, gunakan T1
0,5848 detik < 0,540 detik
Jadi gunakan T1 = 0, 54 , Tc = 0,6 ( Tanah Sedang ),
Syarat : Jika Tc > T1, gunakan T1, Jika Tc < T1 gunakan T1
0,540 detik < 0,60 detik, sehingga koefisien percepatan gempa :
Ar

= Am x Tc
= 0,575 x 0,6 = 0,345

Ar
0,345
Maka Cus = T = 0,54 = 0.639 detik
1

Arah Timur Barat
Arah Timur Barat menggunakan rangka dengan sistem rangka dengan
menggunakan struktur beton bertulang juga sehingga :
T = 0.0731 . H3/4
= 0,0731 . 163/4 = 0.5848 detik

Pembatasan Waktu Alami Fundamental :
T1 = ] . n, untuk wilayah gempa 3 ( Kota Medan ), ] = 0.18
T1 = 0,18 x 3 = 0,54 detik
Ternyata T > T1
Syarat : Jika T < T1 gunakan T, Jika T > T1, gunakan T1
0,5848 detik < 0,540 detik
Jadi gunakan T1 = 0, 54 , Tc = 0,6 ( Tanah Sedang ),
Syarat : Jika Tc > T1, gunakan T1, Jika Tc < T1 gunakan T1
0,540 detik < 0,60 detik, sehingga koefisien percepatan gempa :
Ar

= Am x Tc

= 0,575 x 0,6 = 0,345
Ar
0,345
Maka Ctb = T = 0,54 = 0.639 detik
1
Kesimpulan : Nilai Ctb dan Cus didapat dengan nilai yang sama, nilai tersebut sama
karena Struktur yang mendukung arah -x dan –y adalah Struktur Rangka Beton
Bertulang.
j) Perhitungan Beban Geser Dasar Normal ( V )
Perbandingan tinggi total bangunan terhadap panjang denah bangunan dalam
arah Utara Selatan = 16,00/20,00 = 0,75 < 3, maka tidak perlu ada aplikasi
beban horizontal terpusat sebesar 0,1 V di lantai paling atas :
Dengan data-data di atas, maka beban geser dasar nominal ( V ) adalah :

Dimana : I = Faktor Keamanan = 1.0
R = Struktur Rangka Pemikul Momen Biasa ( SRPMB) = 3.0
C = Ada 2 yaitu Cus dan Ctb

Arah US dan TB :
V=

0,639 . 1,0
. 5879,98 KN/m = 1252,43 KN
3,0

k) Perhitungan Gaya Gaya Lateral di SNI-2002
Lantai

Zx ( m )

Wx ( KN )

Wx . Zx ( KNm )

3

16

1171,46

18743.36

2

11

2253,46

24788.06

1

6

2455,06

14730.36

JUMLAH

Dimana

58261.78 KN/m

: Wi

= Berat Bangunan di Lantai ke –i

Zi

= Lantai ke-i dengan Perhitungan ( i + i1 )

∑Wi. Zi = Jumlah Wi. Zi
Rumus :
Untuk menentukan rumus Perhitungan Gaya Gaya Lateral Pada SNI 2002

 F 1= 14730.36 . 1252,43 KN
58261.78
= 316.65 KN
 F 2= 24788.06 . 1252,43 KN
58261.78
= 532,86 KN
 F 3= 18743.36 . 1252,43 KN
58261.78
= 402,92 KN

Kesimpulan :
Perbedaan Gaya gaya gempa pada SNI 2002 dengan 2012 adalah letak titik gaya
gaya terbesar, di SNI 2012 Gaya terbesar berada di lantai ke 2.

F3 = 402,92

500
F2 = 532,86

500
F1 = 316,65

600

500

500

Gambar 2.5 Bentuk Gaya Gempa di SNI 2002

PETA ZONA GEMPA INDONESIA SNI 2002

DETAIL ZONA GEMPA MEDAN
Kesimpulan :

Wilayah gempa Medan berada di posisi ; Wilayah Gempa III, dimana posisi
percepatan puncak batuan 0.15 g

PETA ZONA PERCEPATAN S1 INDONESIA SNI 2012

Kesimpulan :

Wilayah gempa Medan berada di posisi ; Dimana posisi percepatan tanah S1 0,3 –
0,4 g, diambil melalui interpolasi didapat 0,35 g

PETA ZONA PERCEPATAN Ss INDONESIA SNI 2012

Kesimpulan :
Wilayah gempa Medan berada di posisi ; Dimana posisi percepatan tanah Ss 0,5 –
0,6 g, diambil yang terkecil 0,55 g
100

500

 

 

 

 

 

 

 

  

  

 

 

500

  

  

  

  
 

  

  

   

500

  

  
   

 

  

 

  

 

  

  

  

 

100

  

  

  
   

500

500

 

500

  

  

 

  
 

  

  

   

 

  

  

  

  

Ø10-150

Ø12-150

Ø12-250

Ø12-150

Ø12-250

Gambar 1.6 Potongan dan Penulangan Pelat Atap

Ø10-150

    

   

 

   

 

 

   
 

 

   
 

 

 

 

Gambar 1.7 Penulangan Pelat Lantai

    

 

   

    

   

 

   

   

 

 

 

 

 

    

 

   

   

 

III. Perhitungan Kebutuhan Tulangan Balok
Data-Data Geometris Sebagai Berikut

:

- Fc’ ( Mutu Beton )

= 20 MPa

- Fy ( Mutu Baja )

= 400 MPa, D19 dan D10

- Ukuran Balok

= 30 x 40 cm

- Balok Melintang Mu+

= 65,4919 KNm ( Frame 46 )

- Balok Melintang Mu-

= 107,6096 KNm ( Frame 52 )

- Balok Melintang V+

= 78,965 KN ( Frame 52 )

- Balok Memanjang Mu+

= 61,2148 KNm ( Frame 76 )

- Balok Memanjang Mu-

= 104,7925 KNm ( Frsme 88 )

- Balok Memanjang V+

= 77,31 KN ( Frame 88 )

Keterangan :
Hasil Perhitungan Momen dan Gaya Geser didapat dari perhitungan SAP 2000
dari BAB sebelumnya melalui berbagai macam kombinasi 1-6 diambil yang
terbesar.
3.2 Menghitung Kebutuhan Tulangan Balok Melintang
Taksiran Penutup Beton (d’)

= 40 mm

Tinggi Efektif Balok (d)

= h - d’= 400 mm – 40 mm = 360 mm

∅ = 0.80, Faktor aksial Tarik dengan lentur ( Ali Asroni, 2010 hal.31 )
β 1 = 0,85, Faktor pembentuk tegangan beton ( Ali Asroni, 2010 hal.46)
 Tulangan Lentur Tumpuan :
Mu R (Koefisien Kuat Rencana) =
Mu+
K ( Faktor Momen Pikul )

=

107,6096 KNm
= 65,4919 KNm

= 1.64

Mu 107,6096 x 106
2 =
∅ .b . d
0,80 .300 . 3602

= 3,46

Kmaks ( Momen Pikul Maks) = 382,5. β 1 , fc .(600+fy−225 . β 1)
¿¿
=
ρperlu

=

382,5. 0,85 , 20 .(600+ 400−225 . 0.85)
= 5,25
¿¿

0,85 . f c '
0.85 .20
2. k
2 .3,46
1− 1− 0.85 f ' = 400
1− 1− 0.85 . 20
fy
c

= 0,0097

( √

)

( √

)

ρmin

1.4
= f , jika fc’ ≤ 30 MPa
y

ρmaks

= 0.75

(

1.4
= 400 = 0,0035

0.85 . 20 . 0,85
600
0.85 . f 'c . β 1
600
x 600+ 400
x 600+ Fy = 0.75
400
Fy

)

(

= 0,0201
Berdasarkan hasil yang telah didapat sebelumnya dimana nilai :
Syarat : Jika K ≤ Kmaks ( Tulangan Tunggal ), K ≥ Kmaks ( Tulangan
Rangkap )
K ≤ Kmaks, maka dapat digunakan tulangan tunggal untuk balok yang ditinjau
ρperlu ≤ ρmaks, maka dapat digunakan tulangan tunggal untuk balok yang ditinjau
Syarat : ρmin ≤ ρperlu ≤ ρmaks
ρperlu > ρmin = 0,0097 > 0,0035
Jadi, ρperlu > ρmin maka dipakai adalah ρperlu
Mencari Nilai ds1 = Penutup beton + ∅ begel + D/2 = 40 + 8 + 19/2 = 57.5 mm
Mencari Nilai a ( Tinggi Tegangan Blok Beton )
a

2K
2 .3,46
= 1− 1− 0,85 . f ' c . d = 1− 1− 0,85 . 20 . 360

( √

)

( √

)

= 82,79 mm
Luas Tulangan Perlu As
As

=

0,85 . f ' c . a . b 0,85 .20 . 82,79 .300
=
400
fy

As’ = ρperlu . b . d

= 1055,60 mm2

= 0.0097 . 300 mm . 360 mm

= 1047,6 mm2

Dipilih yang terbesar yaitu As = 1055,60 mm2
Maka Jumlah Tulangan ( n )
n

=

As
1055,60
= 3,72
2 =
1/4 π . d
1/4 3,14 . 192

Dipakai 4 Batang

Jumlah tulangan maksimal per baris ( m ) :
m

=

b−2. ds 1
300−2 . 57,5mm
D+ Sn + 1 = 19 mm+40 mm + 1 = 3,13 + 1 = 4,13 Batang

Jadi Tulangan dapat dipasang dengan 1 baris
Kontrol Keamanan Terhadap Mrencana :
Syarat : Mrenc ≥ MuLuas Tulangan terbesar As = 4 D19 = 4 ( ¼ . 3,14 . 192 )
a

= 82,79 mm

= 1133,54 mm2

)

Mn

a
82,79
= As . fy . ( d - 2 ) = 1133,54 . 400 . ( 360 – 2 ¿
= 144460604,7 Nmm = 144,46 KNm

∅ .Mn = 0,8 . 144,46 KNm = 115,506 KNm > 107,6096 KNm ………
( Aman )
Berdasarkan perhitungan tersebut struktur memnuhi syarat ¿Mn > Mu ), dengan
demikian kebutuhan D19 aman untuk dipakai.
 Tulangan Lentur Lapangan Melintang :
Mu +
R (Koefisien Kuat Rencana) =
Mu K ( Faktor Momen Pikul )

=

65,4919 KNm
= 107,6096 KNm

= 0,609

Mu +
65,4919 x 106
2 =
∅ .b . d
0,80 .300 . 3602

= 2,105

Kmaks ( Momen Pikul Maks) = 382,5. β 1 , fc .(600+fy−225 . β 1)
¿¿
=

ρperlu

=

382,5. 0,85 , 20 .(600+ 400−225 . 0.85)
= 5,25
¿¿

0,85 . f c '
0.85 .20
2. k
2 . 2,105
1−
1−
1− 1− 0.85 . 20
=
400
fy
0.85 f c '

( √

)

( √

)

= 0,0056
ρmin

1.4
= f , jika fc’ ≤ 30 MPa
y

ρmaks

= 0.75

(

1.4
= 400 = 0,0035

0.85 . 20 . 0,85
600
0.85 . f 'c . β 1
600
x 600+ 400
x 600+ Fy = 0.75
400
Fy

)

(

= 0,0201
Berdasarkan hasil yang telah didapat sebelumnya dimana nilai :
Syarat : Jika K ≤ Kmaks ( Tulangan Tunggal ), K ≥ Kmaks ( Tulangan
Rangkap )
K ≤ Kmaks, maka dapat digunakan tulangan tunggal untuk balok yang ditinjau
ρperlu ≤ ρmaks, maka dapat digunakan tulangan tunggal untuk balok yang ditinjau
Syarat : ρmin ≤ ρperlu ≤ ρmaks
ρperlu > ρmin = 0,0056 > 0,0035
Jadi, ρperlu > ρmin maka dipakai adalah ρperlu
Mencari Nilai ds1 = Penutup beton + ∅ begel + D/2 = 40 + 8 + 19/2 = 57.5 mm

)

Mencari Nilai a ( Tinggi Tegangan Blok Beton )
a

2K
2 . 2,105
= 1− 1− 0,85 . f ' c . d = 1− 1− 0,85 . 20 . 360

( √

)

( √

)

= 47.75 mm
Luas Tulangan Perlu As
As

=

0,85 . f ' c . a . b 0,85 .20 . 47,75 . 300
=
400
fy

As’ = ρperlu . b . d

= 608,713 mm2

= 0.0056 . 300 mm . 360 mm

= 604.8 mm2

Dipilih yang terbesar yaitu As = 608,713 mm2
Maka Jumlah Tulangan ( n )
n

=

As
608,713
= 2,15
2 =
1/4 π . d
1/4 3,14 . 192

Dipakai 3 Batang

Jumlah tulangan maksimal per baris ( m ) :
m

=

b−2. ds 1
300−2 . 57,5mm
D+ Sn + 1 = 19 mm+40 mm + 1 = 3,13 + 1 = 4,13 Batang

Jadi Tulangan dapat dipasang dengan 1 baris
Kontrol Keamanan Terhadap Mrencana :
Syarat : Mrenc ≥ MuLuas Tulangan terbesar As = 3 D19 = 3 ( ¼ . 3,14 . 192 )

= 850,155 mm2

a

= 47,75 mm

Mn

a
47,75
= As . fy . ( d - 2 ) = 850,155 . 400 . ( 360 – 2 ¿
= 108345453 Nmm = 108,345KNm

∅ .Mn = 0,8 . 111,084 KNm = 86,676 KNm > 65,4919 KNm ……… ( Aman )
Berdasarkan perhitungan tersebut struktur memnuhi syarat ¿Mn > Mu ), dengan
demikian kebutuhan D19 aman untuk dipakai.
Perencanaan Tulangan Geser Balok Melintang :
V+ = 78,965 KN
Taksiran diamater yang digunakan = D-8 untuk Beugel


= 0,60 Faktor reduksi geser ( Gideion Jilid 1 hal. 35 )
1
1
Vc
= 6 √ fc ' . b . d
= 6 √ 20 . 300 . 360 = 80,496 KN
1
1
.
= 2 . 80,496 KN
= 40,249 KN
2 Vc

Vs perlu =

78,965
V +¿
- Vc = 0,60 – 80,496 KN
¿


= 51,11 KN

Jika digunakan tulangan D-8 untuk geser ( sengkang ), alasan menggunakan D-8
karena sangat gampang untuk dibengkokkan menjadi beugel
Assengk

= ( 1/4 . π . d2 )

= ( ¼ . 3,14 . 82 )

= 50,24 mm2,, maka

jarak sengkang adalah :
sjarak

=

As sengk . fy . d 50,24 . 400 .360
= 51,11 .10 3
V sperlu

= 141,5 mm ~ 120 mm

Secara teoritis didapatkan tulangan sengkang D10-200, sedangkan pelaksanaan
dilapangan digunakan D8-120 untuk Tulangan geser di Tumpuan (1/4L) dan D8200 untuk Penulangan geser di Lapangan.
1
sjarak
≤ 2h
1
sjarak
≤ 2 .400 mm
120 mm ≤

200 mm, diambil yang 200 mm. Nilai teoritis terlalu besar

Jadi diambil tulangan geser / sengkang untung di tumpuan D8-120 dan untuk
dilapangan D8-200

3.2 Menghitung Kebutuhan Tulangan Balok Memanjang
Balok Memanjang Mu+

= 61,2148 KNm ( Frame 76 )

Balok Memanjang Mu-

= 104,7925 KNm ( Frsme 88 )

Balok Memanjang V+

= 77,31 KN ( Frame 88 )

Taksiran Penutup Beton (d’)

= 40 mm

Tinggi Efektif Balok (d) = h - d’ = 400 mm – 40 mm = 360 mm
∅ = 0.80, Faktor aksial Tarik dengan lentur ( Ali Asroni, 2010 hal.31 )
β 1 = 0,85, Faktor pembentuk tegangan beton ( Ali Asroni, 2010 hal.46)
 Tulangan Lentur Tumpuan :
R (Koefisien Kuat Rencana) =

Mu Mu+

K ( Faktor Momen Pikul )

Mu 104,7925 x 106
=
∅ .b . d 2
0,80 .300 . 3602

=

104,7925 KNm
= 61.2148 KNm

= 1.711
= 3,36

Kmaks ( Momen Pikul Maks) = 382,5. β 1 , fc .(600+fy−225 . β 1)
¿¿
=

ρperlu

=

382,5. 0,85 , 20 .(600+ 400−225 . 0.85)
= 5,25
¿¿

0,85 . f c '
0.85 .20
2. k
2 .3,36
1− 1− 0.85 f ' = 400
1− 1− 0.85 . 20
fy
c

( √

)

( √

)

= 0,0094
ρmin

1.4
= f , jika fc’ ≤ 30 MPa
y

ρmaks

= 0.75

(

1.4
= 400 = 0,0035

0.85 . 20 . 0,85
600
0.85 . f 'c . β 1
600
x 600+ 400
= 0.75
x
400
Fy
600+ Fy

)

(

= 0,0201
Berdasarkan hasil yang telah didapat sebelumnya dimana nilai :
Syarat : Jika K ≤ Kmaks ( Tulangan Tunggal ), K ≥ Kmaks ( Tulangan
Rangkap )
K ≤ Kmaks, maka dapat digunakan tulangan tunggal untuk balok yang ditinjau

)

ρperlu ≤ ρmaks, maka dapat digunakan tulangan tunggal untuk balok yang ditinjau
Syarat : ρmin ≤ ρperlu ≤ ρmaks
ρperlu > ρmin = 0,0094 > 0,0035
Jadi, ρperlu > ρmin maka dipakai adalah ρperlu
Mencari Nilai ds1 = Penutup beton + ∅ begel + D/2 = 40 + 8 + 19/2 = 57.5 mm
Mencari Nilai a ( Tinggi Tegangan Blok Beton )
a

2K
2 . 3,360
= 1− 1− 0,85 . f ' c . d = 1− 1− 0,85 . 20 . 360

( √

)

( √

)

= 80,05 mm
Luas Tulangan Perlu As
As

=

0,85 . f ' c . a . b 0,85 .20 . 80,05 .300
=
400
fy

As’ = ρperlu . b . d

= 1020,686 mm2

= 0.0094 . 300 mm . 360 mm

= 1015,20 mm2

Dipilih yang terbesar yaitu As = 1020,686 mm2
Maka Jumlah Tulangan ( n )
n

=

As
1020,686
= 3,60
2 =
1/4 π . d
1/4 3,14 . 192

Dipakai 4 Batang

Jumlah tulangan maksimal per baris ( m ) :
m

=

b−2. ds 1
300−2 . 57,5mm
D+ Sn + 1 = 19 mm+40 mm + 1 = 3,13 + 1 = 4,13 Batang

Jadi Tulangan dapat dipasang dengan 1 baris
Kontrol Keamanan Terhadap Mrencana :
Syarat : Mrenc ≥ MuLuas Tulangan terbesar As = 4 D19 = 7 ( ¼ . 3,14 . 192 )

= 1133,54 mm2

a

= 80,05 mm

Mn

a
80,05
= As . fy . ( d - 2 ) = 1133,54 . 400 . ( 360 – 2 ¿
= 144460604.7 Nmm = 144,46 KNm

∅ .Mn = 0,8 . 144,46 KNm = 115,57 KNm > 104,7925 KNm ……… ( Aman )
Berdasarkan perhitungan tersebut struktur memnuhi syarat ¿Mn > Mu ), dengan
demikian kebutuhan D19 aman untuk dipakai.
 Tulangan Lentur Lapangan Memanjang :

K ( Faktor Momen Pikul )

Mu +
Mu -

61,2148 KNm
= 104,7925 KNm

= 0,585

Mu +
61,2148 x 106
=
=
∅ .b . d 2
0,80 .300 . 3602

= 1,960

R (Koefisien Kuat Rencana) =

Kmaks ( Momen Pikul Maks) = 382,5. β 1 , fc .(600+fy−225 . β 1)
¿¿
=
ρperlu

=

382,5. 0,85 , 20 .(600+ 400−225 . 0.85)
= 5,25
¿¿

0,85 . f c '
0.85 .20
2. k
2 . 1.960
1− 1− 0.85 f ' = 400
1− 1− 0.85 . 20
fy
c

( √

)

( √

)

= 0,0052
ρmin

1.4
= f , jika fc’ ≤ 30 MPa
y

ρmaks

= 0.75

(

1.4
= 400 = 0,0035

0.85 . 20 . 0,85
600
0.85 . f 'c . β 1
600
x 600+ 400
x 600+ Fy = 0.75
400
Fy

)

(

= 0,0201
Berdasarkan hasil yang telah didapat sebelumnya dimana nilai :
Syarat : Jika K ≤ Kmaks ( Tulangan Tunggal ), K ≥ Kmaks ( Tulangan
Rangkap )
K ≤ Kmaks, maka dapat digunakan tulangan tunggal untuk balok yang ditinjau
ρperlu ≤ ρmaks, maka dapat digunakan tulangan tunggal untuk balok yang ditinjau
Syarat : ρmin ≤ ρperlu ≤ ρmaks
ρperlu > ρmin = 0,0052 > 0,0035
Jadi, ρperlu > ρmin maka dipakai adalah ρperlu
Mencari Nilai ds1 = Penutup beton + ∅ begel + D/2 = 40 + 8 + 19/2 = 57.5 mm
Mencari Nilai a ( Tinggi Tegangan Blok Beton )
a

2K
2 . 1,960
= 1− 1− 0,85 . f ' c . d = 1− 1− 0,85 . 20 . 360

( √

)

( √

)

= 44.22 mm
Luas Tulangan Perlu As
As

=

0,85 . f ' c . a . b 0,85 .20 . 44,22 . 300
=
400
fy

As’ = ρperlu . b . d

= 0.0094 . 300 mm . 360 mm

Dipilih yang terbesar yaitu As = 564,00 mm2

= 564,00 mm2
= 561,30 mm2

)

Maka Jumlah Tulangan ( n )
n

=

As
564,01
= 2,01
2 =
1/4 π . d
1/4 3,14 . 192

Dipakai 3 Batang

Jumlah tulangan maksimal per baris ( m ) :
m

=

b−2. ds 1
300−2 . 57,5mm
D+ Sn + 1 = 19 mm+40 mm + 1 = 3,13 + 1 = 4,13 Batang

Jadi Tulangan dapat dipasang dengan 1 baris

Kontrol Keamanan Terhadap Mrencana :
Syarat : Mrenc ≥ MuLuas Tulangan terbesar As = 3 D19 = 3 ( ¼ . 3,14 . 192 )

= 850,155 mm2

a

= 44,22 mm

Mn

a
44,22
= As . fy . ( d - 2 ) = 850,155 . 400 . ( 360 – 2 ¿
= 114903549,2 Nmm = 114,903KNm

∅ .Mn = 0,8 . 114,903 KNm = 91.922 KNm > 61,2148 KNm ……… ( Aman )
Berdasarkan perhitungan tersebut struktur memnuhi syarat ¿Mn > Mu ), dengan
demikian kebutuhan D19 aman untuk dipakai.
Perencanaan Tulangan Geser Balok Memanjang :
V+ = 77,311 KN
Taksiran diamater yang digunakan = D-8 untuk Beugel


= 0,60 Faktor reduksi geser ( Gideion Jilid 1 hal. 35 )
1
1
Vc
= 6 √ fc ' . b . d
= 6 √ 20 . 300 . 360 = 80,496 KN
1
1
.
= 2 . 80,496 KN
= 40,249 KN
2 Vc
Vs perlu =

77,311
V +¿
- Vc = 0,60 – 80,496 KN
∅ ¿

= 48,35 KN

Jika digunakan tulangan D8 untuk geser ( sengkang ) :
Assengk

= ( 1/4 . π . d2 )

= ( ¼ . 3,14 . 82 )

= 50,24 mm2,, maka

jarak sengkang adalah :
sjarak

=

As sengk . fy . d 50,24 . 400 .360
= 48,35. 103
V sperlu

= 146,60 mm ~ 120 mm

Secara teoritis didapatkan tulangan sengkang D8-125, sedangkan pelaksanaan
dilapangan digunakan D8-120 untuk Tulangan geser di Tumpuan (1/4L) dan D8200 untuk Penulangan geser di Lapangan tetapi syarat sengkang yang harus
dipenuhi adalah
sjarak



sjarak



1
2h
1
.
2 400 mm

125 mm ≤

200 mm, diambil yang 200 mm. Nilai teoritis terlalu besar

Jadi diambil tulangan geser / sengkang untung di tumpuan D8-120 dan untuk
dilapangan D8-200
IV. Perhitungan Kebutuhan Tulangan Kolom 6 m
Data-Data Geometris Sebagai Berikut

:

- Fc’ ( Mutu Beton )

= 20 MPa

- Fy ( Mutu Baja )

= 400 MPa, D22 dan D10

- Asumsi Ukuran Kolom

= b : 40 x ht : 40 cm

- Struktur Kolom 6 m Mu

= 111,8134 KNm ( Frame 22 )

- Struktur Kolom 6 m Pu

= 673,182 KN ( Frame 25 )

- Struktur Kolom V

= 34,057 KN

- Es Baja

= 200000 MPa

- Es Beton

= 4700√ 20 = 21019,04 MPa

Keterangan :
Hasil Perhitungan Momen dan Gaya Geser didapat dari perhitungan SAP 2000
dari BAB sebelumnya melalui berbagai macam kombinasi 1-6 diambil yang
terbesar.
(Perhitungan Kolom diadopsi dari Buku Prof. Ir. Widodo MSCE, Ph-D)
4.1 Menghitung Nilai Mna, Pna, Eksentrisitas (e)
Mna

Mu
111,8134
= ∅ = 0,80 = 139,7668 KNm

Pna

Pu
673,182
= ∅ = 0,65 = 1035.665 KN

e

Mna 139,7668
= Pn