tugas 1 kondas IPA SD Antariksa.docx

MAKALAH
KONSEP DASAR IPA SD III

“ANTARIKSA”

Oleh:
Gustiayu Juita Harun
16129322
Pendidikan Guru Sekolah Dasar

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
PADANG
2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah Subhanahu wataala, karena berkat
rahmat-Nya penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Antariksa. Makalah ini
diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar Ipa SD III.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Terima Kasih.

Padang, 26 Agustus 2017

Gustiayu Juita Harun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................1
C. Tujuan ..............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................2
A. Bentuk-bentuk Galaksi......................................................................................2
B. Teori Geosentris dan Heliosentris.....................................................................4
C. Gerakan Planet..................................................................................................5

D. Proses Terjadinya Gerhana dan Jenis Gerhana.................................................6
E. Teori Tentang Kalender....................................................................................8
F. Pengaruh Gerakan Benda Langit Terhadap Manusia.....................................10
G. Kemajuan yang Dicapai NASA......................................................................10
H. Proses Terbentuknya Alam Semesta...............................................................12
BAB III PENUTUP....................................................................................................14
Kesimpulan.................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampai saat ini bumi merupakan satu-satunya planet yang dapat mendukung
kelangsungan hidup seluruh makhluk, diantara planet-planet anggota tata-surya lainnya. Oleh
karenanya pengetahuan mengenai antariksa dianggap sangat vital guna kelangsungan hidup
penghuninya termasuk manusia.
Di jagat raya ini masih banyak pengetahuan yang belum kita kuasai, termasuk
pengetahuan mengenai Antariksa. Dari hal ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa ruang
lingkup ilmu kita masih sangat kecil bila dibandingkan dengan luasnya jagat raya. Ini juga

merupakan bukti bahwa Tuhan Maha Mengetahui atas segalanya dan kita tidak sepatutnya
sombong dengan pengetahuan kita yang sangat sedikit ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk-bentuk galaksi?
2. Apa itu teori Geosentris dan Heliosentris?
3. Apa itu gerakan rotasi dan revolusi bumi?
4. Bagaimana proses terjadinya gerhana dan jenis gerhana?
5. Apa itu teori tentang kalender?
6. Bagaimana pengaruh gerakan benda langit terhadap manusia?
7. Apa saja kemajuan yang dicapai NASA?
8. Bagaimana terbentuknya alam semesta?
C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana bentuk-bentuk galaksi
2. Mengetahui apa itu teori geosentris dan heliosentris
3. Mengetahui gerakan rotasi dan revolusi bumi
4. Mengetahui bagaimana proses terjadinya gerhana dan jenis gerhana
5. Mengetahui teori tentang kalender
6. Mengetahui pengaruh gerakan benda langit terhadap manusia
7. Mengetahui kemajuan yang dicapai NASA
8. Mengatahui cara terbentuknya alam semesta


BAB II

PEMBAHASAN
A. Bentuk-bentuk Galaksi
Benda-benda langit yang bertaburan di angkasa raya sebenarnya masing-masing terikat
pada suatu susunan tertentu. Galaksi adalah kumpulan bintang, planet, gas, debu, nebula, dan
benda-benda lainya yang membentuk pulau-pulau di dalam ruang hampa jagat raya.
Keberadaan galaksi dapat dilihat atau dideteksi dengan teleskop. Teleskop yang kuat dapat
dideteksi 1000 juta galaksi, dengan ukuran dari tepi ke tepi mulai dari 1000 tc sampai 10 juta
tc.
Sumber: Super intensif ips GO 2016. Hal 161”
Bentuk-bentuknya :
1. Bentuk spiral

Mempunyai roda-roda catherina, dengan lengan-lengan berbentuk spiral keluar dari pusat
yang. Galaksi spiral layaknya piringan yang berupa materi dan bintang yang berotasi serta
gembung pusat yang terdiri dari bintang tua. Tipe galaksi ini merupakan satu dari ketiga tipe
morfologi galaksi Edwin Hubble.
2. Bentuk spiral berpalang


Lengan-lengan spiral galaksi ini keluar dari bagian ujung suatu pusat.

3. Bentuk Elips

Galaksi elips adalah galaksi yang memiliki tipe bentuk seperti elips atau melingkar dan
memiliki tingkat kecerahan yang lumayan halus. Satu dari ketiga klasifikasi morfologi
galaksi ini yang digambarkan oleh Edwin Hubble pada tahun 1936 pada karyanya yang
berjudul The Realm of the Nebulae. Mulai dari bentuk hampir menyerupai bola kaki, sampai
pada bentuk seperti bola rugby. Galaksi elips umumnya disebut juga sebagai galaksi tipe awal
karena memang tipe yang pasling dominan ditemukan di alam semesta.
4. Bentuk tak beraturan

Kira-kira 4% dari jumlah galaksi berbentuk seperti itu,atau tidak mempunyai bentuk
tertentu. galaksi ini merupakan galaksi dengan bentuk tidak umum sehingga dimasukkan
kedalam sebuah klasifikasi. Secara keseluruhan galaksi ini memiliki bentuk yang tidak
beraturan karena galaksi ini ternyata terpengaruh oleh tarikan atau gravitasi.
Menurut Hubble ada dua tipe galaksi tak beraturan :
a.


Galaksi tak beraturan Irr I dimana galaksi ini memiliki profil asimetris dan tidak
terdapat tonjolan pusat atau struktur spiral yang jelas, kebanyakan berisi bintang

muda dan memiliki banyak kelompok individu. Selain itu galaksi ini terdiri dari
bintang yang tidak ada di galaksi spiral
b.

Galaksi tak beraturan Irr II dimana galaksi ini memiliki penampilan yang lebih halus
namun sama dengan Irr I yakni asimetris. Sayangnya sampai saat ini masihlah
bingung apakah bintang ini indivud dan memiliki kelompok bintang yang seperti apa
karena sulitnya meneliti bintang di galaksi ini.

Ciri-ciri galaksi :
a. Galaksi mempunyai cahaya sendiri bukan cahaya pantulan
b. Galaksi lainya dapat terlihat berada di luar galaksi Bimasakti
c. Galaksi mempunyai bentuk-bentuk tertentu misalnya seperti spiral/pilin dan lain
sebagainya
d. Jarak antara galaksi yang satu dengan yang lainya jutaan tahun.
Ada beberapa macam galaksi yang umum diketahui yaitu :
a. Galaksi bimasakti : merupakan galaksi dimana bumi berada. Galaksi ini memiliki

bentuk spiral dengan diameter kira-kira 100.000 tc ( tahun cahaya )
b. Galaksi magellan : merupakan galaksi yang paling dekat dengan galaksi bimasakti.
Jaraknya kurang lebih 150.000 tc dan berada di belahan langit selatan.
c. Galaksi ursa mayor : bentuknya ellips dan rapat, berjarak 10.000.000 tc dari galaksi
Bimasakti
B. Teori Geosentris dan Heliosentris
Sejak jaman filsuf Yunani, Aristoteles (384-322 SM), orang telah mengemukakan
pendapatnya tentang bentuk alam semesta, termasuk didalamnya pergerakan planet, yang
beredar mengelilingi pusatnya. Pendapat bumi sebagai pusat alam semesta dikenal dengan
konsep geosentrik dan bertahan berabad-abad lamanya.
Sumber: H. Arief Furqan, MA., Ph.D. dkk, 2002, Islam untuk disiplin Ilmu Astronomi,
departemen Agama RI. (BAB IV, hal. 47)
Teori ini menyatakan, bahwa :
1. Bumi ini adalah merupakan benda langit yang tetap pada tempatnya, yang tidak
bergerak dan tidak beredar, serta menjadi pusat dari semua peredaran benda-benda
langit lainnya.
2. Bumi ini dilapisi oleh bola air, kemudian bola udara kemudian bola api, kemudian
secara berturut-turut dikelilingi oleh falak-falaknya bulan, Mercurius, Venus,

matahari, mars, Yupiter, Saturnus dan yang terakhir oleh falaknya atlas atau falakul

aflak.
3. Falakul aflak (atlas), selalu bergerak dan beredar dari timur ke barat, menggerakkan
seluruh falak-falak benda-benda langit yang mengedari bumi. Peredaran inilah, yang
mengakibatkan terbitnya matahari, bulan dan benda-benda langit lainnya dari arah
timur, serta terbenam di barat setiap harinya. Sedang bumi, tetap tinggal di tempatnya
dan tidak bergerak, serta tidak beredar.
Sumber:https://falakiyah.wordpress.com/2008/09/04/theori-egocentris-geocentrisheliocentris-dan-kepler/
Konsep yang dibawakan secara lebih ilmiah dibawakan oleh Claudius Ptolomeus (151127), seorang Yunani yang berdiam di Mesir, dengan bukunya “Almagest”. Teori ini
lebih banyak menimbulkan kontroversi dan komplikasi daripada memberikan solusi
untuk menerangkan fakta-fakta hasil pengamatan. Masalah-masalah dasar misalkan
berapa jarak planet dari bumi ataupun dari matahari dan perubahan kecerlangan planet
dalam selang tertentu tidak dapat dijelaskan secara memuaskan. Akhirnya Mikolaj
Kopernic (1473-1543), seorang ahli astronomi Polandia, memindahkan pusat tata surya
dari bumi ke matahari. Konsep revolusioner ini dikenal dengan konsep heliosentrik yang
tertuang dalam bukunya “De Revolutions Orbiumn Coelestium atau “Revolusi Bendabenda Langit”.
Sumber: H. Arief Furqan, MA., Ph.D. dkk, 2002, Islam untuk disiplin Ilmu Astronomi,
departemen Agama RI. (BAB IV, hal. 47)
Menurut teori ini bahwa :
1. Bukanlah bumi yang menjadi pusat dari peredaran benda-benda langit, tetapi
mataharilah yang menjadi pusatnya, yang diedari oleh : Mercurius, Venus, bumi,

bulan, mars, Yupiter, Saturnus, kemudian beberapa bintang tetap sejenis matahari.
2. falak-falak dari benda-benda langit yang mengitari matahari, bentuknya lingkaran
yang bundar.
Sumber:https://falakiyah.wordpress.com/2008/09/04/theori-egocentris-geocentrisheliocentris-dan-kepler/
C. Gerakan Planet
Gerakan Rotasi
Rotasi Bumi merujuk pada gerakan berputar planet Bumi pada sumbunya. Bumi berputar ke
arah timur, atau jika dilihat dari utara, melawan arah jarum jam.
Akibat pergerakan pada sumbunya, setiap daerah di bumi mengalami siang dan malam,
walaupun dengan panjang siang dan malam yang bisa berbeda-beda. Masa rotasi Bumi pada
sumbunya dalam dalam hubungannya dengan bintang ialah 23 jam, 56 menit dan 4.091 detik.
Masa rotasi dalam kaitannya dengan Matahari ialah 24 jam. Namun perputaran ini perlahan
terus melambat karena pengaruh gravitasi bulan. Hal ini bisa dilihat dari melambatnya satu
hari pada masa kini sebesar 1.7 milidetik dibanding seabad yang lalu.

Gerakan melingkar mengelilingi Matahari terjadi selama setahun, yakni 365,2425 hari.
Sehingga, revolusi Bumi mengelilingi Matahari tidak pas dengan gerakan Bumi pada
sumbunya. Dari sini kita memiliki tahun kabisat yang terjadi setiap 4 tahun sekali (kecuali
pada hitungan seratus yang tidak dapat dibagi 400). Tahun kabisat (bahasa Inggris: Leap
year) adalah tahun yang mengalami penambahan satu hari dengan tujuan untuk

menyesuaikan penanggalan dengan tahun astronomi.
Revolusi bumi
Revolusi Bumi adalah peredaran bumi mengelilingi matahari. Revolusi bumi merupakan
akibat tarik menarik antara gaya gravitasi matahari dengan gaya gravitasi bumi, selain
perputaran bumi pada porosnya atau disebut rotasi bumi.
Kala revolusi bumi dalam satu kali mengelilingi matahari adalah 365¼ hari. Sepanjang Bumi
berevolusi, rotasi bumi tidak selalu tegak lurus terhadap bidang ekliptika melainkan berosilasi
dengan kemiringan yang membentuk sudut hingga 23,50 derajat terhadap matahari. Sudut ini
diukur dari garis imajiner yang membelah kutub utara dan kutub selatan yang disebut dengan
garis khatulistiwa.
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Rotasi_Bumi
D. Gerhana
Gerhana merupaka padanan kata eclipse (dalam bahasa Inggris) atau ekleipsis (dalam
bahasa Yunani) atau eklipsis (dalam bahasa latin). Dalam astronomi fenomena gerhana
diartikan tertutupnya arah pandang pengamat ke benda langit lainnya yang lebih dekat
dengan pengamat. Gerhana matahari dan bulan merupakan contoh fenomena fisik gerhana
yang diketahui masyarakat luas.
Gerhana matahari sebenarnya dapat juga dikatakan okultasi matahari oleh bulan.
Okultasi yaitu arah pendang ke bintang atau sumber cahaya di langit dengan diameter sudut
yang lebih kecil dan lebih jauh ditutup oleh benda langit dengan diameter sudut yang lebih

besar. Umumnya fenomena okultasi sering terjadi di kawasan ekliptika, karena benda-benda
penutup arah pandang ke benda langit yang jauh lebih banyak terdapat dikawasan ekliptika.
Selain gerhana bulan dan gerhana matahari juga ada fenomena bintang dalam sistem
bintang-ganda gerhana. Komponen primer (komponen yang lebih kuat cahayanya) dan
sekunder (yang lebih lemah cahayanya) bintang ganda bergerak mengelilingi titik pusat
massa sistem dan kedua bintang tersebut bisa saling tutup menutupi satu dengan yang lain.
Umumnya komponen bintang ganda gerhana tidak dapat dilihat secara terpisah melalui
pengamatan visual teleskop. Fenomena gerhana bintang tersebut mengakibatkan bentuk atau
pola kurva cahaya (kuat cahaya terhadap waktu) bintang umumnya berubah secara periodik
Bila pengamat berada di bulan saat GBT, maka pengamat akan menyaksikan GMT,
bundaran matahari ditutup oleh bundaran bumi. Begitu pula pada saat GBS, bila pengamat
berada di bagian bulan yang di sentuh oleh umbra bumi, maka pengamat akan menyaksikan
GMT. Sedangakan, bila pengamat berada dibagian bulan yang memasuki kawasan penumbra
bumi maka akan disaksikan GMS. Pada saat GMC (gerhana matahari cincin) di planet bumi,

bila aada pengamat di bulan (pada permukaan yang berada di arah planit bumi) akan
menyaksikan gerhana bumi cincin.
Gerhana bulan terjadi bila bulan berada di arah yang sama dengan umbra bumi atau saat
fase bulan purnama, saat seluruh bagian bulan yang dikenai cahaya matahari menghadap
bumi. Bila bulan hanya melintasi panumbra maka secara astronomi akan terjadi gerhana
bulan penumbra (GBP). Perubahan cahaya bulan purnama hanya beberapa persen (kurang
dari 1%). Perubahan cahaya bulan yang meredup beberapa persen itu terlalu kecil untuk
dikenali oleh mata bugil manusia, oleh karena itu mata bugil manusia melihat bulan purnama
tanpa perubahan saat bulan purnama berada di kawasan panumbra. Bila bulan purnama
memasuki kawasan umbra bumi akan terjadi gerhana bulan sebagian (GBS) dan bila seluruh
bulan memasuki kawasan umbra bumi akan terjadi gerhana bulan total (GBT). Lama GBT
tergantung kedekatannya terhadap kawasan sumbu umbra bumi yang dilalui bulan, makin
dekat dengan sumbu umbra, makin panjang jalur yang dilalui bulan.
Pada saat gerhana matahari (GM), seluruh bagian bulan yang dicahayai matahari
membelakangi bumi. GM terjadi apabila umbra, antumbra, penumbra bulan menyapu
permukaan bumi. Daerah bumi yang dikenai penumbra bulan akan mengamati gerhana
matahri sebagian (GMS). Bila penumbra yang menyapunya adalah penumbra yang dekat
dengan umbra, maka bagian matahari yang tertutup makin besar. Oleh karena itu walaupun
dua daerah sama-sama disapu penumbra bulan, namun luas matahari yang ditutup bundaran
bulan pada saat gerhana sebagian mencapai maksimum tidak sama besar. Daerah yang dilalui
oleh bagian penumbra-dalam, penumbra yang dekat dengan daerah umbra pada saat gerhana
matahari sebagian mencapai maksimum akan disaksikan bagian bundaran matahari yang
tertutup oleh bulan makin besar dibanding dengan daerah yang dilalui penumbra-luar. Daerah
bumi yang disapu umbra bulan akan menyaksikan gerhana cincin (matahari cincin atau
GMC). Sebelum dan sesudah fase gerhana matahari total maupun cincin akan disaksikan fase
gerhana sebagian.
Pada gerhana matahari cincin, sifat bayang-bayang anti-umbra bulan tidak menutup
seluruh bundaran matahari, seperti gerhana matahari sebagian. Perbedaannya antara gerhana
matahari sebagian dengan gerhana matahri concon, pada saat GMC seluruh bundaran bulan
yang gelap berada dalam bundaran matahari sedang GMS tidak seluruh bundaran bulan
menutupi bundaran matahari dan sebagian bundaran bulan di luar bundaran matahari.
Panjang umbra bulan bervariasi, bergantung jarak bulan-matahari yang bervariasi antara
36720 – 406700 km, panjang umbra bulan di tambah radius bumi juga bervariasi berkisar
antara 373588 sampai 385267 km, sedang jarak bumi–bulan bervariasi antara 356400 4006700 km, oleh karena itu umbra bulan bisa menyentuh permukaan bumi, begitu pula
bayang-bayang anti-umbra dan penumbra bulan dapat lebih mudah menyentuh permukaan
bumi. Keberadaan bulan dan matahari pada masing-masing posisinya itu menyebabkan
penghuni planit bumi tak bisa menghindar dari adanya fenomena gerhana bulan maupun
gerhana matahari.

Siklus Gerhana Matahari
Bila bulan dan matahari berada di dekat arah titik simpul yang sama bisa terjadi
fenomena gerhana matahari, sedang bila bulan dan matahari berada arah dua titik simpul
yang berseberangan akan terjadi gerhana bulan. Bila disimak dalam skala waktu yang
panjang siklus matahari dari titik simpul yang sama berikutnya rata-rata 346.62 hari. Siklus
itu disebut satu tahun gerhana. Gerhana matahari bertepatan pada fase Bulan Baru, periode
bulan dari satu fase ke satu fase berikutnya dimana periode sinodis. Periode Saros dalam
gerhana matahari dan gerhana bulan sudah dikenal sejak zaman Thales (500 SM), yaitu sama
dengan 223 lunasi bulan atau 223 kali periode sinodis bulan 223 x 29.53 hari = 6583.32 hari,
atau kira-kira sama dengan 19 kali tahun gerhana 19 x 346.62 hari = 6587.78 hari atau 18
tahun 11 1/3 hari. Dalam satu seri Saros bisa terjadi 70-80 kali gerhana matahari dan tidak
semuanya dapat di amati di tempat yang sama. GM dalam seri Saros yang sama berikutnya
kira-kira akan berlangsung 18 tahun 11 1/3 hari.
Sumber: H. Arief Furqan, MA., Ph.D. dkk, 2002, Islam untuk disiplin Ilmu Astronomi,
departemen Agama RI. (BAB V, hal. 76-79 dan hal 86-87)
Gerhana merupakan kejadian alam akibat dari gerakan tata surya planet-planet yang
mengelilingi matahari. Selama ini kita mengenal ada dua jenis gerhana, yaitu :
1. Gerhana Matahari, dimana matahari, bulan dan bumi berada dalam satu garis, maka
daerah lintasan proyeksi matahari, bulan dan bumi mengalami gerhana matahari,
dimana jika dilihat dari bumi matahari akan terhalang bulan. Suasana siang hari yang
cerah saat gerhana terjadi akan berubah menjadi gelap selama 4 – 7 menit, kemudian
terang kembali. Indonesia pernah mengalami gerhana matahari total pada tahun 1984.
2. Gerhana Bulan, dimana matahari, bumi dan bulan berada dalam satu garis, maka
lintasan proyeksi matahari, bumi dan bulan, mengalami gerhana bulan dimana jika
dilihat dari bumi bulan akan tertutup oleh bayangan bumi. Gerhana bulan terakhir
yang terjadi adalah minggu lalu pada tanggal 7 – 8 September 2006.
3. Gerhana Satelit, terjadi ketika matahari dalam beberapa saat tepat berada pada satu
garus lurus dengan satelit terhadap stasiun penerima di Bumi yang memakai antena
parabola. Karena ukuran satelit relatif kecil, maka bayangan satelit tersebut tidak
sampai menghalangi cahaya matahari yang tepat jatuh di antena parabola. Hal ini
bukan sebagai penyebab utama gangguan satelit telekomiunikasi.
Sumber: https://persembahanku.wordpress.com/2006/09/14/gerhana-satelit/
E. Teori tentang Kalender
Secara umum sebuah sistem kalender menetapkan awal penentuan kurun dan mempunyai
sistem (penetapan) pembagian waktu. Misalnya kesepakatan tentang dimulainya hari baru,
selang waktu satu hari, panjang siklus satu hari dan kala satu bulan. Demikian pada siklus
tujuh hari, definisi dan selang waktu yang lebih panjang seperti satu abad, serta lain
sebagainya.

Kalender Islam
Secara umum kalender islam diperlukan untuk penjadwalan hari penting umat islam,
misalnya hari untuk memulai dan mengakhiri ibadah shaum (puasa) Ramadhan dan
menunaikan ibadah haji.
Tahun berlangsungnya Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Medinah (16 atau
16 Juli 622) sebagai lambang tegaknya ajaran Islam, disepakati para ulama dan ditetapkan
oleh khalifah Umar Bin Khatab sebagai awal tahun Islam (tahun pertama Hijriah). Secara
prinsip satu bulan Islam adalah siklus penampakan dua hilal berurutan. Tanggal satu tiap
bulan ditentukan oleh penampakan hilal (bulan sabit termuda yang masih bisa dilihat mata
bugil) di ufuk barat setelah Matahari terbenam. Bila hilal dapat dilihat maka sore itu sudah
memasuki tanggal 1 awal bulan baru.
Penampakan hilal pada awal bulan Ramadhan merupakan tanda dimulainya ibadah puasa
bagi pemeluk agama islam penampakan hilal pada awal bulan Syawal, merupakan tanda
berakhirnya ibadah puasa.
Satu siklus penampakan hilal berikutnya dinamakan satu lunasi. Lunasi adalah
penomoran siklus sinodik bulan Islam secara berurutan, lunasi Islam nomer 1 adalah 1
Muharram 1 H.
Satu hari didefinisikan sebagai selang waktu Matahari terbenam secara berurutan. Awal
hari ditetapkan setelah maghrib (beberapa menit setelah Matahari terbenam), dan karena itu
panjang harinya tidak selalu sama. Sebagai konsekuensi, pergantian hari dalam kalender
masehi terjadi pada tempat yang mempunyai satu meridian yang sama, namun dalam sistem
penanggalan Islam bisa berbeda. Garis batas pergantian tanggal dalam kalender Islam
melintas garis median.
Diantara sistem penanggalan Islam ada yang menggunakan jumlah hari dalam satu bulan
tertentu seperti jumlah hari dalam bulan penanggalan Masehi. Sistem penanggalan itu
dinamakan sistem penanggalan hisab Urfi. Selain sistem penanggalan Islam hisab Urfi ada
pula sistem penanggalan hisab Hakiki dan Imkan Rukyat.
Kalender Masehi
Penggunaan sistem penanggalan surya telah dikenal bangsa Arab sejak 4241 SM atau
tahun -4240 M (tahun negatif). Pada saat itu satu tahun surya terdiri dari 365 hari terbagi ke
dalam 12 bulan dan masing-masing bulan terdiri dari 30 hari ditambah dengan 5 hari pesta
perayaan tahunan. Pada tahun -45 (46 SM), Julius Caesar dengan bantuan matematikawan
Alexandria, bernama Sosigenes (seabad pertama SM), mereformasi sistem kalender surya,
yang berasal dari kalender surya Arab. Kalender yang kemudian dipergunakan di Romawi ini
menggunakan satu tahun surya bersesuaian dengan 362,25 hari dan bulan pertama tiap tahun
diganti dari bulan Maret ke bulan Januari dan bulan terakhir, bulan februari diganti menjadi
bulan Desember.

Sistem kalender surya hasil reformasi Julius Caesar ini dikenal dengan sistem kalender
Julian. Menurut konvensi kalender surya Julian pada tahun yang habis dibagi 4 disebut tahun
kabisat, yakni tahun pendek dengan hanya 365 hari. Jumlah hari rata-rata dalam sistem
kalender julian dibanding dengan siklus tropis matahari masih selisih sama.
Sumber: Buku Penjelasan Mengenal Astronomi hal. 34
F. Pengaruh Gerakan Benda Langit Terhadap Manusia
Banyak makna yang bisa diungkapkan dari fenomena astronomis yang mungkin jarang
kita renungkan untuk menyucikan jiwa kita. Matahari di kaki langit tampak lebih besar
daripada ketika berada di atas kepala. Padahal, ukuran piringan matahari itu tidak berubah,
selain efek refraksi atmosfer yang menyebabkan tampak sedikit lonjong. Besarnya sekitar
setengah derajat atau kira-kira setengah lebar ujung telunjuk bila direntangkan ke depan
sepanjang lengan.
Pola pikir manausia yang bersifat nisbi menyebabkan kesan besarnya matahari di kaki
langit. Ketika itu matahari tampak besar karena dibandingkan dengan latar depan pepohonan,
bangunan, atau benda lainnya yang tampak kecil dikejauhan. Demikianlah jiwa manusia
cenderung merasa diri besar, kuat, kaya, pandai, atau terhormat karena membandingkannya
dengan yang kecil, lemah, miskin, bodoh atau terhina bila kita menyadari ada yang lebih
besar, lebih kuat, lebih kaya, lebih pandai, dan lebih terpuji.
Itulah ‘psiko-astronomis’ fenomena matahari. Matahari memberikan sinar pada bulan
yang mengiringnya sehingga manusia bisa menentukan penanggalan qamariyah. Matahari
memberikan cahaya terang dan kehangatan pada siang hari sehingga manusia bisa
beraktivitas. Matahari bersembunyi dibalik horizon pada malam hari agar manusia bisa
beristirahat.
Sumber: H. Arief Furqan, MA., Ph.D. dkk, 2002, Islam untuk disiplin Ilmu Astronomi,
departemen Agama RI. (BAB II, hal. 26)
G. Kemajuan yang Dicapai NASA
1.

Pesawat luar angkasa Cassini kami melihat-lihat lingkaran Saturnus yang dingin ke
arah Tethys yang dingin, yang sisi malamnya diterangi oleh Saturnshine, atau sinar matahari
yang dipantulkan oleh planet ini. Tethys berada di sisi yang jauh dari Saturnus berkenaan
dengan Cassini di sini; Seorang pengamat yang melihat ke atas dari permukaan bulan ke arah
Cassini akan melihat cakram Saturn yang diterangi memenuhi langit. Gambar ini diambil
dalam cahaya tampak pada tanggal 13 Mei 2017.
Kini 20 tahun sejak diluncurkan dari Bumi, dan setelah 13 tahun mengorbit planet
yang berbunyi dan bulan-bulannya, misi Cassini kami berada dalam 'Grand Finale' yang
mengarah ke 15 September, ketika misi tersebut akan berakhir dengan terjun ke Saturnus
tahun ini secara berurutan. Untuk melindungi dan melestarikan bulan planet ini untuk
eksplorasi masa depan - terutama Enceladus yang bisa dihuni. Pesawat ruang angkasa Cassini
baru-baru ini memasuki wilayah baru dalam fase misi akhir ini, memulai serangkaian orbit
ultra-close melalui atmosfir atas Saturnus dengan lima orbit terakhirnya di sekitar planet ini.
Kredit: NASA / JPL-Caltech / Institut Ilmu Ruang Angkasa
2.

Dari sudut pandang ruang angkasa, satelit yang mengamati Bumi kita menangkap
gambar badai seperti Harvey, yang saat ini sedang mengintensifkan di Teluk Meksiko. Ketika
Badai Harvey bertiup ke pantai di pesisir Texas pada hari Jumat, kemungkinan besar akan
menjadi badai besar pertama yang membuat pendaratan di Amerika Serikat sejak tahun 2005.
Spektrum Pencitraan Resolusi Moderat (MODIS) pada satelit Terra kami menangkap citra
warna alami ini dengan cepat. Mengintensifkan badai di 12:24 EDT pada 24 Agustus. Untuk
informasi persiapan pembuatan Harvey, kunjungi situs FEMA di: ready.gov/hurricanes.
Kredit: NASA
3.

Awan di Saturnus mengambil tampilan goresan dari sikat kosmik berkat cara
bergelombang bahwa cairan berinteraksi di atmosfer planet ini. Lingkaran awan di sekitarnya
bergerak dengan kecepatan dan arah yang berbeda tergantung pada garis lintangnya. Ini
menghasilkan turbulensi dimana band-band bertemu dan mengarah ke struktur bergelombang
di sepanjang antarmuka. Atmosfer bagian atas Saturnus menghasilkan kabut samar yang
terlihat di sepanjang dahan planet ini dalam gambar ini. Kini 20 tahun sejak diluncurkan dari
Bumi, dan setelah 13 tahun mengorbit planet yang berbunyi dan bulannya, misi Cassini
mempersiapkan 'Grand Finale' pada tanggal 15 September, ketika misi tersebut akan berakhir
dengan sebuah terobosan yang berarti ke Saturnus tahun ini untuk Melindungi dan
melestarikan bulan planet ini untuk eksplorasi masa depan - terutama Enceladus yang dapat
dihuni.
Image Credit: NASA / JPL-Caltech / Ruang Ilmu Pengetahuan Institute
Sumber: Instagram @nasa (Agustus 2017)
H. Proses Terbentuknya Alam Semesta
Kajian (studi) tentang sifat, evolusi dan asal alam semesta (universe) disebut kosmologi.
Teori yang kini banyak pendukungnya menyatakan bahwa alam semesta bermula dari
ledakan besar (Big Bang) sekitar 10-20 milyar tahun yang lalu. Semua materi dan energi
yang kini ada di alam terkumpul dalam satu titik tak berdimensi yang berkerapatan tak
terhingga. Ledakan besar alam semesta tidak seperti ledakan bom yang meledak dari suatu
titik ke segenap penjuru. Hal ini karena pada hakekatnya seluruh alam semesta mengembang
tiba-tiba secara serentak. Ketika itulah mulai terbentuknya ruang dan waktu.
Radiasi yang terpancar pada saat awal pembentukan itu masih berupa cahaya. Namun
karena alam semesta terus mengembang, panjang gelombang radiasi itu pun makin panjang,
sesuai dengan efek Doppler, menjadi gelombang radio. Kini radiasi awal itu dikenal sebagai
radiasi latar belakang kosmik (cosmic background radiation) dapat dideteksi dengan teleskop
radio.
Seluruh materi dan energi di langit (seluruh benda-benda luar angkasa) dan bumi berasal
dari satu kesatuan pada awal penciptaannya. Semuanya berasal dari satu materi dasar yang
berupa hidrogen. Dari reaksi nuklir (fusi) di dalam bintang terbentuklah unsur-unsur berat
seperti karbon, sampai besi. Kandungan unsur-unsur berat dalam komposisi materi bintang
merupakan salah satu “akte” lahir bintang. Bintang-bintang yang mengandung banyak unsur
berat berarti bintang itu “generasi muda” yang memanfaatkan materi sisa ledakan bintangbintang tua.
Materi pembentuk bumi pun diyakini berasal dari debu dan gas antar bintang yang
berasal dari ledakan bintang dimasa lalu. Jadi seisi alam ini berasal dari satu kesatuan.
Walaupun tidak terlalu banyak pendukungnya, beberapa pakar kosmologi dan fisikawan
teoritis “menggugat” bahwa alam ada awalnya. Beberapa teori lain menyatakan bahwa tidak
ada batas dalam waktu, tidak ada singularitas Big Bang. Ini misalnya dikemukakan oleh
Maddox (1989). Mereka berpendapat bahwa tidak ada batas waktu yang dapat disebut
sebagai awal penciptaan alam semesta. Hawking dalam buku “A Brief History of Time”
menyebutnya “No-boundary conditions”. Model matematis itu menyatakan bahwa alam
semesta berhingga ukurannya tetapi tanpa batas dalam ruang dan waktu.

Dengan menggunakan keadaan tak terbatas (No-boundary conditions) ini, Hawking
menyatakan bahwa alam semesta mulai hanya dengan keacakan minimum yang memenuhi
prinsip ketidakpastian. Kemudian alam semesta mulai mengembang dengan pesat. Dengan
prinsip ketidakpastian ini, dinyatakan bahwa alam semesta tak mungkin sepenuhnya seragam,
karena di sana sini pasti didapati ketidakpastian posisi dan kecepatan partikel-partikel. Dalam
alam semesta yang sedang menge,bang ini kerapatan (density) suatu tempat akan berbeda
dengan tempat lainnya. Gravitasi menyebabkan daerah yang berkerapatan tinggi makin
lambat mengembang dan mulai memampat (berkontraksi). Pemampatan inilah yang akhirnya
membentuk galaksi-galaksi bintang-bintang, dan semua benda-benda langit.
Sumber: H. Arief Furqan, MA., Ph.D. dkk, 2002, Islam untuk disiplin Ilmu Astronomi,
departemen Agama RI. (BAB VIII, hal. 132-134)

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
1. Galaksi mempunyai bentuk spiral, bentuk spiral berpalang, bentuk Elips, bentuk tak

beraturan.
2. Teori geosentris merupakan konsep tata letak dan garis edar planet yang berpusat di
bumi. Sedangkan teori heliosentris merupakan konsep tata letak dan garis edar planet
yang berpusat di matahari.
3. Gerakan Planet terdiri atas rotasi bumi dan revolusi bumi. Dimana rotasi bumi
merupakan gerakan berputar planet Bumi pada sumbunya. Sedangkan revolusi bumi
merupakan peredaran bumi mengelilingi matahari.
4. Gerhana merupaka padanan kata eclipse (dalam bahasa Inggris) atau ekleipsis (dalam
bahasa Yunani) atau eklipsis (dalam bahasa latin). Dalam astronomi fenomena gerhana
diartikan tertutupnya arah pandang pengamat ke benda langit lainnya yang lebih dekat
dengan pengamat. Gerhana matahari dan bulan merupakan contoh fenomena fisik
gerhana yang diketahui masyarakat luas.
5. Secara umum sebuah sistem kalender menetapkan awal penentuan kurun dan mempunyai
sistem (penetapan) pembagian waktu. Misalnya kesepakatan tentang dimulainya hari
baru, selang waktu satu hari, panjang siklus satu hari dan kala satu bulan. Demikian pada
siklus tujuh hari, definisi dan selang waktu yang lebih panjang seperti satu abad, serta
lain sebagainya.
6. jiwa manusia cenderung merasa diri besar, kuat, kaya, pandai, atau terhormat karena
membandingkannya dengan yang kecil, lemah, miskin, bodoh atau terhina bila kita
menyadari ada yang lebih besar, lebih kuat, lebih kaya, lebih pandai, dan lebih terpuji.
Itulah ‘psiko-astronomis’ fenomena matahari.
7. Proses Terbentuknya Alam Semesta. Kajian (studi) tentang sifat, evolusi dan asal alam
semesta (universe) disebut kosmologi. Teori yang kini banyak pendukungnya
menyatakan bahwa alam semesta bermula dari ledakan besar (Big Bang) sekitar 10-20
milyar tahun yang lalu. Dengan menggunakan keadaan tak terbatas (No-boundary
conditions) ini, Hawking menyatakan bahwa alam semesta mulai hanya dengan keacakan
minimum yang memenuhi prinsip ketidakpastian.

DAFTAR PUSTAKA
Arief Furqan, MA., Ph.D. dkk, 2002, Islam untuk disiplin Ilmu Astronomi, departemen
Agama RI.
Instagram @nasa
Super intensif ips GO 2016
https://falakiyah.wordpress.com/2008/09/04/theori-egocentris-geocentris-heliocentris-dankepler/
https://id.wikipedia.org/wiki/Rotasi_Bumi
https://persembahanku.wordpress.com/2006/09/14/gerhana-satelit/
Buku Penjelasan Mengenal Astronomi