KEGIATAN Training Of Trainer ANTI KORUPSI

Suap Sengketa Pilkada Terbongkar, Bupati
Lebak Puji KPK
Oleh Edward Panggabean
Posted: 19/02/2014 16:51

TOPIK #Suap Pilkada Lebak #Iti Octavia Jayabaya #KPK #Kasus Suap MK

Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya (Antara/Andika Wahyu)

Liputan6.com, Jakarta : Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjadwalkan
memeriksa Bupati Lebak, Iti Octavia Jayabaya. Iti diperiksa terkait kasus dugaan suap
pengurusan sengketa Pilkada di Mahkamah Konstitusi (MK) dengan tersangka yang
juga Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah.
Mengenakan busana putih dibalut kerudung dan kacamata hitam, Iti Octavia yang
didampingi ajudannya ini tampak santai saat tiba. "Terkait tersangka Bu Atut. Terkait
sengketa Pilkada Lebak," ujar Iti Octavia di gedung KPK, Jakarta, Rabu (19/2/2014).
Iti yang baru saja dilantik tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada KPK, yang telah
mengungkap kasus yang juga telah menjerat mantan Ketua MK Akil Mochtar.
"Saya berterima kasih kepada KPK bahwa saya hari ini sudah dilantik menjadi Bupati.
Ini karena pengungkapan kasus suap di MK," kata Iti yang juga politisi Demokrat.
Selain Iti, KPK juga menjadwalkan memerika 2 saksi lainnya yakni, mantan Anggota

DPRD Kabupaten Lebak dari Partai Golkar, Pepep Faisaludin serta Ketua DPC PDI
Perjuangan Lebak, Ade Sumardi. "Yang bersangkutan akan diperiksa sebagai saksi
untuk tersangka RAC (Ratu Atut Chosiyah)," ujar Kepala Bagian Pemberitaan dan
Informasi KPK, Priharsa Nugraha.
Ratu Atut dijerat Pasal 6 ayat 1 (a) UU Tipikor jo Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP. Dia
dianggap bersama-sama adik kandungnya, Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan.
Ratu Atut diduga turut serta melakukan suap terhadap Akil Mochtar. Dalam kasus ini,
Wawan diduga memberikan suap Rp 1 miliar untuk Akil Mochtar terkait sengketa
Pilkada Lebak, Banten, di MK. Uang itu diberikan melalui pengacara Susi Tur Andayani,
juga sudah menjadi tersangka suap MK. (Gen/Ism)

Tri Yulianto Bantah Terima Suap, KPK
Bakal Putar Rekaman
Oleh Edward Panggabean
Posted: 19/02/2014 14:41

TOPIK #Kepala SKK Migas #Kasus SKK Migas #Tri Yulianto #KPK

Anggota Komisi VII DPR Tri Yulianto (Antara/Wahyu Putro A)
Liputan6.com, Jakarta : Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengancam akan

mengenakan Pasal 22 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
(Tipikor) yang mengatur tentang hukuman bagi saksi yang memberikan keterangan
tidak benar kepada salah satu politisi Partai Demokrat Tri Yulianto.
Anggota Komisi VII DPR tersebut dianggap memberikan keterangan palsu saat
dihadirkan oleh Jaksa KPK pada sidang lanjutan perkara dugaan suap mantan Kepala
SKK Migas Rudi Rubiandini di Pengadilan Tipikor Jakarta, Selasa 18 Februari kemarin.
Namun menurut Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto, penerapan pasal tersebut
masih harus menunggu proses persidangan yang sekarang masih berlangsung. Dan
pada proses ini, hakim sebagai pemegang kuasa penuh.
"Kan ada 2 yang bisa dilakukan, pertama hakim boleh menyatakan ia melakukan
sumpah palsu dan ia (hakim) bisa melakukan pemeriksaan hal itu (sumpah) dengan
menggunakan KUHP," ujar Bambang menanggapi kesaksian yang diberikan Tri di
Jakarta, Rabu (19/2/2014).
Meski dalam kesaksiannya Tri Yulianto membantah pernah menerima uang sebesar
US$ 200 ribu dari Rudi Rubiandini, namun kata Bambang, hal itu tidak lantas
menghentikan penyelidikan KPK pada perkara tersebut.
"Hakim juga bisa mengonfirmasi keterangan itu dari saksi-saksi lainnya. Jadi
keterangan penolakan Tri Yulianto menduga tidak menyebabkan bahwa pembuktian
tindak pidana RR (Rudi Rubiandini) tidak terbukti. Bahkan keterangan RR itu bisa
membuka informasi baru dan mudah-mudah bisa dipadukan dengan alat bukti lainnya

yang akan membuka terang," kata Bambang.

Bahkan lanjut Bambang, pihaknya sudah memiliki bukti terkait keterlibatan Tri Yulianto
pada perkara yang diduga juga melibatkan sejumlah politisi Partai Demokrat lainnya,
yakni rekaman sadapan.
"Jika (Tri Yulianto) tetap membantah keterangan (Rudi Rubiandini), KPK bakal memutar
rekaman itu di dalam persidangan," ucap Bambang.
Sebelumnya, dalam persidangan perkara suap di lingkungan SKK Migas, Tri Yulianto
yang dihadirkan sebagai saksi untuk terdakwa Rudi Rubiandini membantah meminta
dan menerima uang tunjangan hari raya (THR) dari Rudi di toko buah di bilangan
Jakarta Selatan. Tri bahkan menantang hakim untuk membuka rekaman CCTV soal
pertemuan dengan Rudi yang dianggap Tri hanya kebetulan.
Sementara itu, Rudi sendiri mengaku ingat betul telah memberikan uang US$ 200 ribu
kepada Tri untuk diteruskan ke Sutan Bhatoegana, selaku Ketua Komisi energi di DPR.
(Gen/Sss)

4 Rekomendasi KPK Soal
Pembahasan RUU KUHP/KUHAP
Oleh Edward Panggabean
Posted: 19/02/2014 21:29


TOPIK #KPK #4 rekomendasi #Pembahasan RUU KUHP/KUHAP

Liputan6.com, Jakarta : Rencana pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU)
Hukum Acara Pidana (KUHAP) dan Rancangan Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) oleh pemerintah dan DPR RI dalam waktu dekat ini menuai pro dan kontra.
KPK menilai apabila RUU yang saat ini masih dalam pembahasan, disahkan, maka
terindikasi akan memangkas berbagai kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) dalam upaya menghapus korupsi di Indonesia.
Untuk itu, Ketua KPK Abraham Samad, mengusulkan 4 rekomendasi agar keluar dari
polemik tersebut. Pertama, menunda pembahasan kedua RUU tersebut.
"Kedua, agar delik korupsi dan delik luar biasa lainnya tetap diatur dengan UU tersendiri
agar lex specialis-nya kelihatan," ujarnya di kantornya, Jalan HR. Rausan Said, Jakarta
Selatan, Rabu (19/2/2014).
Ketiga, RUU KUHAP sebagai hukum pidana formil, menurut Abraham, sebaiknya
dibahas setelah dilakukan pembahsan setelah dibahas RUU KUHP sebagai hukum
materil.
"Keempat, pemberlakukan 2 RUU tersebut menurut KPK sebaiknya diberikan masa
transisi 3 tahun sebagai masa transisi RUU Tindak Pidana Korupsi dan UU lainnya
yang terkait," tandas Abraham. (Tya/Riz)


DAFTAR PEJABAT KORUPSI

NO

NAMA PELAKU
KORUPSI

1.

Lalu Sudirham,
AMA

2.

Widjanarko
Puspoyo, MA

3.


Drs. Riswandi

4.

H. Abdul Latief,
S.T., M.H.

5.

Drs. Muhammad
Bachrum, M.M.

6.

7.

Ir. Jamerdin Purba

Ir. Yulianus
Telaumbanua


JENIS KORUPSI YANG
DILAKUKAN

LAMANYA HUKUMAN YANG
DITETAPKAN PENGADILAN

Korupsi setoran pajak
penerangan jalan untuk bulan
November 2005 dari kasir
PLN Ranting Selong, Cabang
Mataram, NTB

3 (tiga) tahun

Korupsi PT. Bulog

4 (empat) tahun

Korupsi bantuan dana untuk

proyek pengembangan air
bersih dari Asian
Development Bank (ADB)
tahun 1999

4 (empat) tahun 6 (enam)
bulan

Korupsi dana pembangunan
Unit Sekolah Baru (USB)
Sekolah Menengah Atas
Negeri I Labuan Amas Utara

1 (satu) tahun 6 (enam) bulan

Korupsi Pengadaan Buku
Teks Wajib SD/MI, SMP/MTs
dan SMA/MA Kab. Sleman
(tahun 2004-2005)


5 (lima) tahun

Korupsi Pengadaan Ternak
Kerbau Lokal pada Balai
Pembibitan Ternak Unggul
(BPTU) Babi dan Kerbau
Siborongborong tahun 2005

1 (satu) tahun

Korupsi Pengadaan Ternak
Kerbau Lokal pada Balai
Pembibitan Ternak Unggul
(BPTU) Babi dan Kerbau
Siborongborong tahun 2005

1 (satu) tahun