Makalah Manajemen Pemasaran Nirlaba Dan
TUGAS
MANAJEMEN PEMASARAN
NIRLABA
“Organisasi Non Profit Di Indonesia”
OLEH :
WAHYU ALFAJRI
C2B013036
MAGISTER MANAJEMEN
ANGKATAN XXV
UNIVERSITAS BENGKULU
2014
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi
sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru
sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada
terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ” Organisasi
Non Profit Di Indonesia”. Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak
bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada seluruh yang telah membantu dalam penulisan makalah
ini.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Bengkulu, Mei 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................3
1.3 Tujuan .................................................................................................................3
BAB II ISI
2.1 Pengertian Oragnisasi Nirlaba.............................................................................4
2.2 Karakteristik Organisasi Nirlaba...........................................................................4
2.3 Keadaan Organisasi Nirlaba di Indonesia ............................................................7
BAB III PENUTUP
3.1.Kesimpulan dan Saran.........................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Organisasi adalah sekelompok orang yang bekerjasama dalam struktur dan
koordinasi tertentu dalam mencapai serangkaian tujuan tertentu. Organisasi
memiliki tiga unsur dasar, yaitu orang-orang atau sekumpulan orang, kerjasama
dan tujuan yang ingin dicapai. Dengan demikian organisasi merupakan sarana
untuk melakukan kerjasama antara orang-orang dalam rangka mencapai tujuan
bersama, dengan mendayagunakan sumber-sumber yang dimiliki (Griffin, 2002).
Organisasi didirikan manusia disebabkan karena kesamaan kepentingan,
baik dalam rangka mewujudkan hakekat kemanusiaannya maupun secara
berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan kata lain di dalam
organisasi, para anggotanya bermaksud mencapai tujuan yang sama, sebagai
tujuan bersama, termasuk juga bidang bisnis.
Pada dasarnya organisasi itu sangat penting bagi kehidupan manusia untuk
bermasyarakat ataupun bersosialisasi apalagi untuk mencapai tujuan bersama .
Organisasi merupakan suatu tempat atau wadah berkumpulnya beberapa orang
atau manusia yang saling bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu
secara efektif dan efisien serta memiliki kepentingan yang sama untuk
mewujudkan tujuan bersama. Organisasi didirikan manusia disebabkan karena
kesamaan kepentingan, baik dalam rangka mewujudkan hakekat kemanusiaannya
maupun secara berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan kata lain di
dalam organisasi, para anggotanya bermaksud mencapai tujuan yang sama,
sebagai tujuan bersama, termasuk juga bidang bisnis.
Adapun ciri-ciri berorganisasi antara lain :
1. Adanya komponen
2. Adanya kerja sama (cooperative yang berstruktur dari sekelompok orang)
3. Adanya tujuan
4. Adanya sasaran
5. Adanya keterikatan format serta tata tertib yang harus ditaati
6. Adanya pendelegasian wewenang dan koordinasi tugas-tugas.
Berdasarkan tujuannya organisasi dapat dibedakan menjadi 2 organisasi
yang tujuannya mencari keuntungan atau berorientasi pada profit dan organisasi
sosial atau organisasi nonprofit (Richard, 1986).
Manusia
adalah
makhluk
social
yang
cenderung
untuk
hidup
bermasyarakat serta mengatur dan mengorganisasi kegiatannya dalam mencapai
tujuan tetapi karena keterbatasan kemampuan menyebabkan mereka tidak mampu
mewujudkan tujuan tanpa adanya kerjasama. Hal tersebut yang mendasari
manusia untuk hidup dalam berorganisasi. Babyak bentuk organisasi dalam
kalangan masyarakat, Salah satunya adalah organisasi nirlaba (non profit).
Organisasi nirlaba adalah organisasi bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu
atau perihal di dalam menarik public untuk suatu tujuan yang tidak komersial,
tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter).
Organisasi nirlaba meliputi keagamaan, sekolah negeri, dema public,
rumah sakit dan klinik public, organisasi politis, bantuan masyarakat dalam hal
perundang-undangan, organisasi sukarelawan, serikat buruh. Menurut PSAK
No.45 bahwa organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dari sumbangan para
anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari
organisasi tersebut. (IAI,2004:45.1)
Organisasi nirlaba merupakan suatu lembaga atau kumpulan dari beberapa
individu yang memiliki tujuan tertentu dan bekerja sama untuk mencapai tujuan
tadi, dalam pelaksanaannya kegiatan yang mereka lakukan tidak berorientasi pada
pemupukan laba atau kekayaan semata (Pahala Nainggolan, 2005 : 01).
Organisasi non profit merupakan salah satu komponen dalam masyarakat yang
perannya terasa menjadi penting sejak era reformasi, tanpa disadari dalam
kehidupan sehari-hari kini semakin banyak keterlibatan lembaga nirlaba.
1.1 Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dari makalah ini
adalah:
1. Bagaimana sebenarnya organisasi nirlaba ?
2. Bagaimana karakteristik organisasi nirlaba di Indonesia ?
3. Bagaimana Keadaan organisasi nirlaba di Indonesia ?
1.2 Tujuan Makalah
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan meningkatkan pemahaman tentang organisasi
nirlaba.
2. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik organisasi nirlaba.
3. Untuk melihat bagaimana keadaan organisasi nirlaba di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Oragnisasi Nirlaba
Menurut Kurniasari (2011) menyatakan bahwa organisasi nirlaba
atau organisasi non profit adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok
untuk mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik perhatian publik
untuk suatu tujuan yang tidak komersil, tanpa ada perhatian terhadap halhal yang bersifat mencari laba (moneter).
Organisasi nirlaba meliputi gereja, sekolah negeri, derma publik,
rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis, bantuan masyarakat
dalam hal perundang-undangan, organisasi jasa sukarelawan, serikat
buruh, asosiasi profesional, institut riset, museum, dan beberapa para
petugas pemerintah.
Menurut Setiawati (2011) menyatakan bahwa organisasi nirlaba
merupakan satu organisasi sosial yang didirikan oleh perorangan atau
sekelompok orang yang secara sukarela memberikan pelayanan kepada
masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari
kegiatannya.Fokus dari visi dan misi organisasi nirlaba adalah pelayanan
kepada masyarakat, seperti yayasan pendidikan, LSM, organisasi
keagaaman, panti asuhan, panti wredha dan sebagainya.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang
Yayasan, yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang
dipisahkan dan diperuntukan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang
sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota.
2.2
Karakteristik Organisasi Nirlaba
Berdasarkan PSAK 45 (revisi 2010) halaman 2 paragraf 01,
dimana suatu organisasi dapat dikelompokan sebagai organisasi nirlaba
bila memenuhi, kriteria sebagai berikut:
1. Sumber daya entitas nirlaba berasal dari para penyumbang
yang tidak mengharapkan pembayaran kembali atau
manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber
daya yang diberikan.
2. Menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuan
memupuk laba, dan jika entitas nirlaba menghasilkan laba,
maka jumlahnya tidak dibagikan kepada para pendiri atau
pemilik entitas nirlaba tersebut.
3. Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada entitas bisnis,
dalam arti bahwa kepemilikan dalam entitas nirlaba tidak
dapat dijual, dialihkan, atau ditebus kembali, atau
kepemilikan
tersebut
tidak
mencerminkan
proporsi
pembagian sumber daya entitas nirlaba pada saat likuidasi
atau pembubaran entitas nirlaba.
Berdasarkan karakteristik tersebut maka dapat ditarik suatu
kesimpulan mengenai perbedaan antara organisasi nirlaba dengan
organisasi laba, sehingga dapat lebih memperjelas tentang batasan
pemisahan antara organisasi nirlaba dengan organisasi laba, dimana dalam
kepemilikan organisasi laba, pemilik jelas memperoleh untung dari hasil
usaha
organisasinya.
Dalam
hal
donatur,
organisasi
nirlaba
membutuhkannya sebagai sumber pendanaan. Berbeda dengan organisasi
laba yang telah memiliki sumber pendanaan yang jelas, yakni dari
keuntungan usahanya. Adapun dana yang diperoleh digunakan antara lain
untuk mewujudkan visi dan misi yang dimiliki oleh organisasi nirlaba
tersebut. Dalam hal penyebaran tanggung jawab, pada organisasi laba telah
jelas siapa yang menjadi Dewan Pengawas, yang kemudian memilih
seorang Direktur Pelaksana. Sedangkan pada organisasi nirlaba, hal ini
tidak mudah dilakukan. Anggota Dewan Komisaris bukanlah ’pemilik’
organisasi. Namun, dalam akuntabilitas dan responsibilitas secara spesifik
yakni laporan keuangan organisasi baik nirlaba maupun laba pada
dasarnya adalah sama. Setiap donatur eksplisit atau tidak, berharap
organisasi yang mereka percaya adalah organisasi yang bertanggung
jawab.
Tindakan donatur untuk memastikan akuntabilitas organisasi
nirlaba penerima dana antara lain:
1. Memantau aktivitas organisasi nirlaba.
2. Kunjungan donatur ke lokasi kegiatan.
3. Meminta organisasi penerima dana untuk membuat laporan
keuangan maupun laporan kegiatan.
4. Membandingkan anggaran dengan realisasi anggaran untuk
mengevaluasi penggunaan dana.
5. Mewajibkan penerima dana untuk menyerahkan laporan
keuangan yang diaudit oleh akuntan publik.
6. Mengirim auditor untuk mengaudit laporan keuangan
penerima dana.
Akuntabilitas yang dapat diberikan oleh organisasi penerima dana, antara
lain:
1. Membuat dokumentasi kegiatan, misalnya berupa foto
kegiatan, pembuatan daftar hadir dalam pelaksanaan
kegiatan,
maupun pembuatan
video untuk merekam
aktivitas.
2. Membuat catatan keuangan yang rapi, yang didukung
dengan pengarsipan bukti transaksi keuangan yang rapi.
3. Meyerahkan laporan ke donatur tepat waktu (sesuai dengan
yang dijanjikan).
Akuntabilitas dan responsibilitas (tanggung jawab) ini sangatlah
penting karena kecenderungan yang menjadi isu utama dalam organisasi
nirlaba saat ini secara praktek sudah tidak memenuhi kaidah-kaidah
organisasi nirlaba lebih cenderung mengarah kepada organisasi profit.
Salah satu yang penyimpangan yang berupa penghindaran atas pajak serta
earnings management dapat dilakukan melalui organisasi nirlaba.
2.3
Keadaan Organisasi Nirlaba di Indonesia
Menurut Wikipedia Indonesia, organisasi nirlaba adalah suatu organisasi
yang bersasaran pokok untuk mendukung satu isu atau perihal didalam menarik
perhatian public untuk suatu tujuan yang tidak komersial, tanpa ada perhatian
terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba. Karakter dan tujuan dari organisasi
non profit menjadi jelas terlihat ketika dibandingkan dengan organisasi profit.
Organisasi non profit berdiri untuk mewujudkan perubahan pada individu atas
komunitas, sedangkan organisasi profit sesuai dengan namanya bertujuan untuk
mencari keuntungan. Organisasi non profit menjadikan sumber daya manusia
sebagai asset yang paling berharga, karena semua aktivitas organisasi ini pada
dasarnya
adalah
Organisasi
profit
dari,
oleh,
memiliki
dan
kepentingan
untuk
yang
besar
manusia.
terhadap
berkembangnya organisasi nirlaba. Dari organisasi inilah sumber daya manusia
yang handal terlahir. Memiliki daya saing yang tinggi, aspek kepemimpinan serta
sigap menanggapi perubahan. Hampir diseluruh dunia ini organisasi nirlaba
merupakan agen perubahan terhadap tatanan hidup suatu komunitas yang lebih
baik. Daya jelajah mereka menyentuh pelosok dunia yang bahkan tidak bias
terlayani oleh organisasi pemerintah. Kita telah saksikan sendiri, bagaimana
efektifnya daya jelajah organisasi nirlaba ketika terjadi bencana alam tsunami di
Aceh, ratusan organisasi nirlaba dari seluruh dunia seakan berlomba membuat
prestasi terhadap proyek kemanusiaan bagi masyarakat Aceh. Organisasi profit
juga mendapatkan keuntungan langsung dengan majunya komunitas, mereka
mendapatkan market yang terus bertumbuh karena daya beli komunitas yang kian
hari
kian
berkembang
atas
pembinaan
organisasi
nirlaba.
Di Indonesia, sebagian besar organisasi non profit dalam keadaan lesu
darah. Mereka sesuai dengan namanya kebanyakan miskin dana. Perbedaan
mencolok terlihat dengan organisasi non profityang memiliki induk di luar negeri.
Kondisi ini sudah pasti berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas dari gerak
roda organisasi. Seharusnya organisasi non profit tidak jauh beda dengan
organisasi profit, harus memiliki mission statement yang jelas, focus dan aplikatif.
Pernyataan misi organisasi sebaiknya sederhana dan mudah dipahami oleh stake
holder organisasi. Kelemahan dari organisasi nirlaba Indonesia adalah tidak
fokusnya misi. Sering misi dibuat dengan pilihan kata, maka kata yang paling
mengambang dan dapat multitafsir. Kalau kita sortir berdasarkan kata, maka kata
yang
paling
banyak
muncul
barangkali
kata
sejahtera,
adil,
merata,
berkesinambungan. Misi ini selanjutnyan diterjemahkan kedalam sasaran-sasaran
yang biasanya akan menjadi makin meluas dan tidak focus. Kondisi ini juga
berimbas pada rancangan struktur organisasi nirlaba Indonesia. Struktur
organisasinya memasukkan semua bidang. rata-tara memiliki > 200 bidang.
Banyak yang masih mengadaptasi organisasi politik mereka dijaman orde baru
hamper semua organisasi nonprofityang berdiri menjadi underblow partai golkar.
Masyarakat sekarang ini sudah dengan mudah mengakses informasi dari
seluruh penjuru dunia. Mereka juga dengan mudah menjalin komunikasi yang
tumbuh dan berkembang di dunia maya sendiri. Telah menarik populasi yang
sangat besar. Makin hari organisasi konvensional makin ditinggalkan.
Aktivitasnya dengan teknologi informasi. Kepemimpinan di seluruh organisasi
memegang peranan yang paling vital. Demikian pula dalam organisasi nirlaba.
Criteria pemimpin organisasi nirlaba yang paling utama adalah memiliki
kemauan. Dalam konteks ini, pemimpin harus memiliki niat dan bukan dipaksa
oleh orang lain. Dengan memiliki kemauan, otomatis akan memiliki pandangan
terhadap apa saja yang harus dikerjakan sebagai dikemudian hari, serta
mengetahui konsekwensi atas pengorbanan yang harus dijalani sebagai pemimpin
organisasi nirlaba. Criteria kedua adalah memiliki kapasitas untuk mendengar dan
menyelesaikan permasalahan. Mendengar merupakan criteria yang penting bagi
pemimpin dalam organisasi nirlaba, karena pemimpin akan selalu berinteraksi
dengan banyak orang, mulai dari para relawan sampai dengan orang-orang yang
menjadi objek dari organisasi. Criteria ketiga adalah memiliki kemampuan
mengkader. Dengan mengkader maka keberlangsungan organisasi akan dapat
terjamin.
Pemimpin yang sukses adalah yang bukan menghambat kemunculan
kader-kader yang lebih muda, tetapi justru member inspirasi dan motivasi bagi
mereka untuk tumbuh dan berkembang. Sesungguhnya pemimpin yang berhasil
mengkader adalah pemimpin yang berhasil membesarkan namanya sendiri secara
tidak langsung. Criteria keempat adalah memiliki kemampuan dalam hal
mengumpulkan dana. Hal ini sangat terkait dengan kemampuan determinasi serta
kecerdasan pemimpin dalam merajut relasi antar donator. Volunteer dan
masyarakat. Organisasi nirlaba telah banyak yang mengaplikasikan criteriacriteria tersebut untuk memilih pemimpinnya. Tapi sayang karena belum memiliki
manajemen pengumpulan dana yang baik, criteria kemampuan financial dari calon
pemimpin sering dikedepankan. Hitler dalam perang dunia pertama menyatakan
bahwa yang paling penting dalam perangadalah uang. Yang kedua adalah uang
dan yang ketiga adalah uang. Memang uang penting bagi organisasi nonprofit,
tapi pengelola organisasi non profit, dibutuhkan manajemen pengumpulan dana
yang bersifat jangka panjang. Istilah fund rising di organisasi nirlaba sebenarnya
lebih tepat kalau disebut sebagai fund development. Istilah ini signifikan karena
bukan hanya dana yang menjadi perhatian tetapi juga orang-orang yang terlibat
sebagai donator dan volunteer juga menjadi perhatian utama untuk membangun
dukungan yang bersifat jangka panjang.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1.
Kesimpulan dan Saran
Banyak hal yang membedakan antara organisasi nirlaba dengan organisasi
lainnya (laba). Dalam hal kepemilikan, tidak jelas siapa sesungguhnya ’pemilik’
organisasi nirlaba, apakah anggota, klien, atau donatur. Pada organisasi laba,
pemilik jelas memperoleh untung dari hasil usaha organisasinya.
Dalam hal donatur, organisasi nirlaba membutuhkannya sebagai sumber
pendanaan. Berbeda dengan organisasi laba yang telah memiliki sumber
pendanaan yang jelas, yakni dari keuntungan usahanya. Dalam hal penyebaran
tanggung jawab, pada organisasi laba telah jelas siapa yang menjadi Dewan
Komisaris, yang kemudian memilih seorang Direktur Pelaksana. Sedangkan pada
organisasi nirlaba, hal ini tidak mudah dilakukan. Anggota Dewan Komisaris
bukanlah ’pemilik’ organisasi.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa organisasi nirlaba
adalah salah satu lembaga yang tidak mengutamakan laba dalam menjalankan
usaha atau kegiatannya. Dalam organisasi nirlaba pada umumnya sumber daya
atau dana yang digunakan dalam menjalankan segala kegiatan yang dilakukan
berasal dari donator atau sumbangan dari orang-orang yang ingin membantu
sesamanya.
MANAJEMEN PEMASARAN
NIRLABA
“Organisasi Non Profit Di Indonesia”
OLEH :
WAHYU ALFAJRI
C2B013036
MAGISTER MANAJEMEN
ANGKATAN XXV
UNIVERSITAS BENGKULU
2014
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi
sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru
sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada
terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ” Organisasi
Non Profit Di Indonesia”. Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak
bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada seluruh yang telah membantu dalam penulisan makalah
ini.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Bengkulu, Mei 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................3
1.3 Tujuan .................................................................................................................3
BAB II ISI
2.1 Pengertian Oragnisasi Nirlaba.............................................................................4
2.2 Karakteristik Organisasi Nirlaba...........................................................................4
2.3 Keadaan Organisasi Nirlaba di Indonesia ............................................................7
BAB III PENUTUP
3.1.Kesimpulan dan Saran.........................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Organisasi adalah sekelompok orang yang bekerjasama dalam struktur dan
koordinasi tertentu dalam mencapai serangkaian tujuan tertentu. Organisasi
memiliki tiga unsur dasar, yaitu orang-orang atau sekumpulan orang, kerjasama
dan tujuan yang ingin dicapai. Dengan demikian organisasi merupakan sarana
untuk melakukan kerjasama antara orang-orang dalam rangka mencapai tujuan
bersama, dengan mendayagunakan sumber-sumber yang dimiliki (Griffin, 2002).
Organisasi didirikan manusia disebabkan karena kesamaan kepentingan,
baik dalam rangka mewujudkan hakekat kemanusiaannya maupun secara
berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan kata lain di dalam
organisasi, para anggotanya bermaksud mencapai tujuan yang sama, sebagai
tujuan bersama, termasuk juga bidang bisnis.
Pada dasarnya organisasi itu sangat penting bagi kehidupan manusia untuk
bermasyarakat ataupun bersosialisasi apalagi untuk mencapai tujuan bersama .
Organisasi merupakan suatu tempat atau wadah berkumpulnya beberapa orang
atau manusia yang saling bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu
secara efektif dan efisien serta memiliki kepentingan yang sama untuk
mewujudkan tujuan bersama. Organisasi didirikan manusia disebabkan karena
kesamaan kepentingan, baik dalam rangka mewujudkan hakekat kemanusiaannya
maupun secara berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan kata lain di
dalam organisasi, para anggotanya bermaksud mencapai tujuan yang sama,
sebagai tujuan bersama, termasuk juga bidang bisnis.
Adapun ciri-ciri berorganisasi antara lain :
1. Adanya komponen
2. Adanya kerja sama (cooperative yang berstruktur dari sekelompok orang)
3. Adanya tujuan
4. Adanya sasaran
5. Adanya keterikatan format serta tata tertib yang harus ditaati
6. Adanya pendelegasian wewenang dan koordinasi tugas-tugas.
Berdasarkan tujuannya organisasi dapat dibedakan menjadi 2 organisasi
yang tujuannya mencari keuntungan atau berorientasi pada profit dan organisasi
sosial atau organisasi nonprofit (Richard, 1986).
Manusia
adalah
makhluk
social
yang
cenderung
untuk
hidup
bermasyarakat serta mengatur dan mengorganisasi kegiatannya dalam mencapai
tujuan tetapi karena keterbatasan kemampuan menyebabkan mereka tidak mampu
mewujudkan tujuan tanpa adanya kerjasama. Hal tersebut yang mendasari
manusia untuk hidup dalam berorganisasi. Babyak bentuk organisasi dalam
kalangan masyarakat, Salah satunya adalah organisasi nirlaba (non profit).
Organisasi nirlaba adalah organisasi bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu
atau perihal di dalam menarik public untuk suatu tujuan yang tidak komersial,
tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter).
Organisasi nirlaba meliputi keagamaan, sekolah negeri, dema public,
rumah sakit dan klinik public, organisasi politis, bantuan masyarakat dalam hal
perundang-undangan, organisasi sukarelawan, serikat buruh. Menurut PSAK
No.45 bahwa organisasi nirlaba memperoleh sumber daya dari sumbangan para
anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari
organisasi tersebut. (IAI,2004:45.1)
Organisasi nirlaba merupakan suatu lembaga atau kumpulan dari beberapa
individu yang memiliki tujuan tertentu dan bekerja sama untuk mencapai tujuan
tadi, dalam pelaksanaannya kegiatan yang mereka lakukan tidak berorientasi pada
pemupukan laba atau kekayaan semata (Pahala Nainggolan, 2005 : 01).
Organisasi non profit merupakan salah satu komponen dalam masyarakat yang
perannya terasa menjadi penting sejak era reformasi, tanpa disadari dalam
kehidupan sehari-hari kini semakin banyak keterlibatan lembaga nirlaba.
1.1 Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dari makalah ini
adalah:
1. Bagaimana sebenarnya organisasi nirlaba ?
2. Bagaimana karakteristik organisasi nirlaba di Indonesia ?
3. Bagaimana Keadaan organisasi nirlaba di Indonesia ?
1.2 Tujuan Makalah
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan meningkatkan pemahaman tentang organisasi
nirlaba.
2. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik organisasi nirlaba.
3. Untuk melihat bagaimana keadaan organisasi nirlaba di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Oragnisasi Nirlaba
Menurut Kurniasari (2011) menyatakan bahwa organisasi nirlaba
atau organisasi non profit adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok
untuk mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik perhatian publik
untuk suatu tujuan yang tidak komersil, tanpa ada perhatian terhadap halhal yang bersifat mencari laba (moneter).
Organisasi nirlaba meliputi gereja, sekolah negeri, derma publik,
rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis, bantuan masyarakat
dalam hal perundang-undangan, organisasi jasa sukarelawan, serikat
buruh, asosiasi profesional, institut riset, museum, dan beberapa para
petugas pemerintah.
Menurut Setiawati (2011) menyatakan bahwa organisasi nirlaba
merupakan satu organisasi sosial yang didirikan oleh perorangan atau
sekelompok orang yang secara sukarela memberikan pelayanan kepada
masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari
kegiatannya.Fokus dari visi dan misi organisasi nirlaba adalah pelayanan
kepada masyarakat, seperti yayasan pendidikan, LSM, organisasi
keagaaman, panti asuhan, panti wredha dan sebagainya.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang
Yayasan, yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang
dipisahkan dan diperuntukan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang
sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota.
2.2
Karakteristik Organisasi Nirlaba
Berdasarkan PSAK 45 (revisi 2010) halaman 2 paragraf 01,
dimana suatu organisasi dapat dikelompokan sebagai organisasi nirlaba
bila memenuhi, kriteria sebagai berikut:
1. Sumber daya entitas nirlaba berasal dari para penyumbang
yang tidak mengharapkan pembayaran kembali atau
manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber
daya yang diberikan.
2. Menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuan
memupuk laba, dan jika entitas nirlaba menghasilkan laba,
maka jumlahnya tidak dibagikan kepada para pendiri atau
pemilik entitas nirlaba tersebut.
3. Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada entitas bisnis,
dalam arti bahwa kepemilikan dalam entitas nirlaba tidak
dapat dijual, dialihkan, atau ditebus kembali, atau
kepemilikan
tersebut
tidak
mencerminkan
proporsi
pembagian sumber daya entitas nirlaba pada saat likuidasi
atau pembubaran entitas nirlaba.
Berdasarkan karakteristik tersebut maka dapat ditarik suatu
kesimpulan mengenai perbedaan antara organisasi nirlaba dengan
organisasi laba, sehingga dapat lebih memperjelas tentang batasan
pemisahan antara organisasi nirlaba dengan organisasi laba, dimana dalam
kepemilikan organisasi laba, pemilik jelas memperoleh untung dari hasil
usaha
organisasinya.
Dalam
hal
donatur,
organisasi
nirlaba
membutuhkannya sebagai sumber pendanaan. Berbeda dengan organisasi
laba yang telah memiliki sumber pendanaan yang jelas, yakni dari
keuntungan usahanya. Adapun dana yang diperoleh digunakan antara lain
untuk mewujudkan visi dan misi yang dimiliki oleh organisasi nirlaba
tersebut. Dalam hal penyebaran tanggung jawab, pada organisasi laba telah
jelas siapa yang menjadi Dewan Pengawas, yang kemudian memilih
seorang Direktur Pelaksana. Sedangkan pada organisasi nirlaba, hal ini
tidak mudah dilakukan. Anggota Dewan Komisaris bukanlah ’pemilik’
organisasi. Namun, dalam akuntabilitas dan responsibilitas secara spesifik
yakni laporan keuangan organisasi baik nirlaba maupun laba pada
dasarnya adalah sama. Setiap donatur eksplisit atau tidak, berharap
organisasi yang mereka percaya adalah organisasi yang bertanggung
jawab.
Tindakan donatur untuk memastikan akuntabilitas organisasi
nirlaba penerima dana antara lain:
1. Memantau aktivitas organisasi nirlaba.
2. Kunjungan donatur ke lokasi kegiatan.
3. Meminta organisasi penerima dana untuk membuat laporan
keuangan maupun laporan kegiatan.
4. Membandingkan anggaran dengan realisasi anggaran untuk
mengevaluasi penggunaan dana.
5. Mewajibkan penerima dana untuk menyerahkan laporan
keuangan yang diaudit oleh akuntan publik.
6. Mengirim auditor untuk mengaudit laporan keuangan
penerima dana.
Akuntabilitas yang dapat diberikan oleh organisasi penerima dana, antara
lain:
1. Membuat dokumentasi kegiatan, misalnya berupa foto
kegiatan, pembuatan daftar hadir dalam pelaksanaan
kegiatan,
maupun pembuatan
video untuk merekam
aktivitas.
2. Membuat catatan keuangan yang rapi, yang didukung
dengan pengarsipan bukti transaksi keuangan yang rapi.
3. Meyerahkan laporan ke donatur tepat waktu (sesuai dengan
yang dijanjikan).
Akuntabilitas dan responsibilitas (tanggung jawab) ini sangatlah
penting karena kecenderungan yang menjadi isu utama dalam organisasi
nirlaba saat ini secara praktek sudah tidak memenuhi kaidah-kaidah
organisasi nirlaba lebih cenderung mengarah kepada organisasi profit.
Salah satu yang penyimpangan yang berupa penghindaran atas pajak serta
earnings management dapat dilakukan melalui organisasi nirlaba.
2.3
Keadaan Organisasi Nirlaba di Indonesia
Menurut Wikipedia Indonesia, organisasi nirlaba adalah suatu organisasi
yang bersasaran pokok untuk mendukung satu isu atau perihal didalam menarik
perhatian public untuk suatu tujuan yang tidak komersial, tanpa ada perhatian
terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba. Karakter dan tujuan dari organisasi
non profit menjadi jelas terlihat ketika dibandingkan dengan organisasi profit.
Organisasi non profit berdiri untuk mewujudkan perubahan pada individu atas
komunitas, sedangkan organisasi profit sesuai dengan namanya bertujuan untuk
mencari keuntungan. Organisasi non profit menjadikan sumber daya manusia
sebagai asset yang paling berharga, karena semua aktivitas organisasi ini pada
dasarnya
adalah
Organisasi
profit
dari,
oleh,
memiliki
dan
kepentingan
untuk
yang
besar
manusia.
terhadap
berkembangnya organisasi nirlaba. Dari organisasi inilah sumber daya manusia
yang handal terlahir. Memiliki daya saing yang tinggi, aspek kepemimpinan serta
sigap menanggapi perubahan. Hampir diseluruh dunia ini organisasi nirlaba
merupakan agen perubahan terhadap tatanan hidup suatu komunitas yang lebih
baik. Daya jelajah mereka menyentuh pelosok dunia yang bahkan tidak bias
terlayani oleh organisasi pemerintah. Kita telah saksikan sendiri, bagaimana
efektifnya daya jelajah organisasi nirlaba ketika terjadi bencana alam tsunami di
Aceh, ratusan organisasi nirlaba dari seluruh dunia seakan berlomba membuat
prestasi terhadap proyek kemanusiaan bagi masyarakat Aceh. Organisasi profit
juga mendapatkan keuntungan langsung dengan majunya komunitas, mereka
mendapatkan market yang terus bertumbuh karena daya beli komunitas yang kian
hari
kian
berkembang
atas
pembinaan
organisasi
nirlaba.
Di Indonesia, sebagian besar organisasi non profit dalam keadaan lesu
darah. Mereka sesuai dengan namanya kebanyakan miskin dana. Perbedaan
mencolok terlihat dengan organisasi non profityang memiliki induk di luar negeri.
Kondisi ini sudah pasti berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas dari gerak
roda organisasi. Seharusnya organisasi non profit tidak jauh beda dengan
organisasi profit, harus memiliki mission statement yang jelas, focus dan aplikatif.
Pernyataan misi organisasi sebaiknya sederhana dan mudah dipahami oleh stake
holder organisasi. Kelemahan dari organisasi nirlaba Indonesia adalah tidak
fokusnya misi. Sering misi dibuat dengan pilihan kata, maka kata yang paling
mengambang dan dapat multitafsir. Kalau kita sortir berdasarkan kata, maka kata
yang
paling
banyak
muncul
barangkali
kata
sejahtera,
adil,
merata,
berkesinambungan. Misi ini selanjutnyan diterjemahkan kedalam sasaran-sasaran
yang biasanya akan menjadi makin meluas dan tidak focus. Kondisi ini juga
berimbas pada rancangan struktur organisasi nirlaba Indonesia. Struktur
organisasinya memasukkan semua bidang. rata-tara memiliki > 200 bidang.
Banyak yang masih mengadaptasi organisasi politik mereka dijaman orde baru
hamper semua organisasi nonprofityang berdiri menjadi underblow partai golkar.
Masyarakat sekarang ini sudah dengan mudah mengakses informasi dari
seluruh penjuru dunia. Mereka juga dengan mudah menjalin komunikasi yang
tumbuh dan berkembang di dunia maya sendiri. Telah menarik populasi yang
sangat besar. Makin hari organisasi konvensional makin ditinggalkan.
Aktivitasnya dengan teknologi informasi. Kepemimpinan di seluruh organisasi
memegang peranan yang paling vital. Demikian pula dalam organisasi nirlaba.
Criteria pemimpin organisasi nirlaba yang paling utama adalah memiliki
kemauan. Dalam konteks ini, pemimpin harus memiliki niat dan bukan dipaksa
oleh orang lain. Dengan memiliki kemauan, otomatis akan memiliki pandangan
terhadap apa saja yang harus dikerjakan sebagai dikemudian hari, serta
mengetahui konsekwensi atas pengorbanan yang harus dijalani sebagai pemimpin
organisasi nirlaba. Criteria kedua adalah memiliki kapasitas untuk mendengar dan
menyelesaikan permasalahan. Mendengar merupakan criteria yang penting bagi
pemimpin dalam organisasi nirlaba, karena pemimpin akan selalu berinteraksi
dengan banyak orang, mulai dari para relawan sampai dengan orang-orang yang
menjadi objek dari organisasi. Criteria ketiga adalah memiliki kemampuan
mengkader. Dengan mengkader maka keberlangsungan organisasi akan dapat
terjamin.
Pemimpin yang sukses adalah yang bukan menghambat kemunculan
kader-kader yang lebih muda, tetapi justru member inspirasi dan motivasi bagi
mereka untuk tumbuh dan berkembang. Sesungguhnya pemimpin yang berhasil
mengkader adalah pemimpin yang berhasil membesarkan namanya sendiri secara
tidak langsung. Criteria keempat adalah memiliki kemampuan dalam hal
mengumpulkan dana. Hal ini sangat terkait dengan kemampuan determinasi serta
kecerdasan pemimpin dalam merajut relasi antar donator. Volunteer dan
masyarakat. Organisasi nirlaba telah banyak yang mengaplikasikan criteriacriteria tersebut untuk memilih pemimpinnya. Tapi sayang karena belum memiliki
manajemen pengumpulan dana yang baik, criteria kemampuan financial dari calon
pemimpin sering dikedepankan. Hitler dalam perang dunia pertama menyatakan
bahwa yang paling penting dalam perangadalah uang. Yang kedua adalah uang
dan yang ketiga adalah uang. Memang uang penting bagi organisasi nonprofit,
tapi pengelola organisasi non profit, dibutuhkan manajemen pengumpulan dana
yang bersifat jangka panjang. Istilah fund rising di organisasi nirlaba sebenarnya
lebih tepat kalau disebut sebagai fund development. Istilah ini signifikan karena
bukan hanya dana yang menjadi perhatian tetapi juga orang-orang yang terlibat
sebagai donator dan volunteer juga menjadi perhatian utama untuk membangun
dukungan yang bersifat jangka panjang.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1.
Kesimpulan dan Saran
Banyak hal yang membedakan antara organisasi nirlaba dengan organisasi
lainnya (laba). Dalam hal kepemilikan, tidak jelas siapa sesungguhnya ’pemilik’
organisasi nirlaba, apakah anggota, klien, atau donatur. Pada organisasi laba,
pemilik jelas memperoleh untung dari hasil usaha organisasinya.
Dalam hal donatur, organisasi nirlaba membutuhkannya sebagai sumber
pendanaan. Berbeda dengan organisasi laba yang telah memiliki sumber
pendanaan yang jelas, yakni dari keuntungan usahanya. Dalam hal penyebaran
tanggung jawab, pada organisasi laba telah jelas siapa yang menjadi Dewan
Komisaris, yang kemudian memilih seorang Direktur Pelaksana. Sedangkan pada
organisasi nirlaba, hal ini tidak mudah dilakukan. Anggota Dewan Komisaris
bukanlah ’pemilik’ organisasi.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa organisasi nirlaba
adalah salah satu lembaga yang tidak mengutamakan laba dalam menjalankan
usaha atau kegiatannya. Dalam organisasi nirlaba pada umumnya sumber daya
atau dana yang digunakan dalam menjalankan segala kegiatan yang dilakukan
berasal dari donator atau sumbangan dari orang-orang yang ingin membantu
sesamanya.