TUJUAN PELAKSANAAN AUDIT ATAS LAPORAN KE
Nama : YOGI SAPUTRA
NIM : 2014017068
TUJUAN PELAKSANAAN AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN
Tujuan audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran,
dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil operasi, serta arus kas sesuai dengan
prinsip-pinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP).
Langkah-langkah untuk mengembangkan tujuan audit:
1. Memahami tujuan dan tanggung jawab audit
2. Membagi laporan keuangan menjadi berbagai siklus
3. Mengetahui asersi manajemen tentang laporan keuangan
4. Mengetahui tujuan audit umum untuk kelas transaksi, akun, dan pengungkapan
5. Mengetahui tujuan audit khusus untuk kelas transaksi, akun, dan pengungkapan
TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN
• Tanggung jawab manajemen atas kewajaran penyajian (asersi) laporan keuangan berkaitan
dengan privilege untuk menentukan penyajian dan pengungkapan apa yang dianggap perlu.
Jika manajemen bersikeras dengan pengungkapan laporan keuangan yang menurut auditor
tidak dapat diterima, auditor dapat memilih untuk menerbitkan pendapat tidak wajar atau
wajar dengan pengecualian atau mengundurkan diri dari penugasan tersebut.
TANGGUNG JAWAB AUDITOR
Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh
kepastian yang layak tentang apakah laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang
material, apakah itu disebabkan oleh kekeliruan ataupun kecurangan. Auditor tidak
bertanggung jawab untuk mendeteksi salah saji yang tidak material.
1. Salah Saji yang Material vs Tidak Material
Tingkat materialitas diukur dari kemungkinan salah saji atas laporan keuangan untuk
mempengaruhi atau bahkan mengubah keputusan pengguna laporan keuangan. Auditor
bertanggung jawab untuk memperoleh kepastian yang layak bahwa ambang batas materialitas
telah dipenuhi. Sedangkan untuk menemukan semua salah saji yang tidak material
memerlukan biaya yang sangat besar, tidak sejalan dengan prinsip cost-benefit.
2. Kepastian yang Layak
Kepastian yang layak adalah tingkat kepastian yang tinggi, tetapi tidak absolut, bahwa
laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang material. Konsep ini menunjukkan bahwa
auditor bukanlah penjamin atau pemberi garansi atas kebenaran laporan keuangan. Jadi
kemungkinan salah saji yang material tidak ditemukan dapat terjadi.
Alasan auditor bertanggung jawab atas kepastian yang layak:
o Bukti audit diperoleh dengan cara sampling
o Auditor mengandalkan bukti audit yang persuasif, tetapi tidak meyakinkan. Hal ini
disebabkan karena penyajian akuntansi mengandung estimasi yang kompleks, yang
melibatkan sejumlah ketidakpastian serta dapat dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa di masa
depan.
o Laporan keuangan yang disusun dengan penuh kecurangan seringkali tidak mungkin untuk
dideteksi oleh auditor.
Pembelaan auditor jika salah saji yang material tidak terungkap adalah melaksanakan audit
sesuai dengan standar auditing.
3. Kekeliruan (Error) vs Kecurangan (Fraud)
Kekeliruan adalah salah saji dalam laporan keuangan yang tidak disengaja, sementara
kecurangan adalah salah saji yang disengaja. Keduanya dapat bersifat material maupun tidak
material.
Kecurangan dapat dibedakan menjadi misaprosiasi aktiva (penyalahgunaan/kecurangan
karyawan) dan pelaporan keuangan yang curang (kecurangan manajemen).
Nama : YOGI SAPUTRA
NIM : 2014017068
4. Skeptisme Profesional
Agar auditing dapat memberikan kepastian yang layak untuk mendeteksi kekeliruan ataupun
kecurangan, maka auditing harus direncanakan dan dilaksanakan dengan sikap skeptisme
profesional, yaitu sikap yang penuh dengan keingintahuan serta penilaian kritis atas bukti
audit.
5. Kecurangan yang Berasal dari Pelaporan Keuangan yang Curang vs Misaprosiasi Aktiva
Pelaporan keuangan yang curang akan merugikan pemakai karena menyediakan informasi
laporan keuangan yang tidak benar untuk membuat keputusan sedangkan misaprosiasi aktiva
akan mengakibatkan pemegang saham, kreditor, serta pihak lainnya mengalami kerugian
karena aktiva tersebut tidak lagi menjadi milik
SIKLUS LAPORAN KEUANGAN
• Audit dilaksanakan dengan membagi laporan keuangan menjadi segmen-segmen yang lebih
kecil untuk mempermudah pengelolaan dan pembebanan tugas pada tim audit.
• Pendekatan siklus digunakan untuk mensegmentasi audit. Caranya dengan tetap
mempertahankan hubungan yang erat antara jenis transaksi dan saldo akun dalam segmen
yang sama. Logikanya adalah hal itu terkait dengan cara transaksi dicatat dalam jurnal dan
diikhtisarkan dalam buku besar serta laporan keuangan.
Siklus-siklus itu adalah :
• Siklus penjualan dan penagihan
• Siklus akuisisi dan pembayaran
• Siklus penggajian dan personalia
• Siklus persediaan dan pergudangan
• Siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali
Hubungan antara Berbagai Siklus
Siklus transaksi merupakan cara penting untuk menata audit. Para auditor akan
memperlakukan setiap siklus secara terpisah selama proses audit sampai ke batas praktis
dalam rangka mengelola audit yang rumit secara efektif. Kas UmumSiklus akuisisi modal
dan pembayaran kembali Siklus penjualan dan penagihan Siklus akuisisi dan pembayaran
Siklus penggajian dan personalia Siklus persediaan dan pergudangan
MENETAPKAN TUJUAN AUDIT
Para auditor melaksanakan audit atas laporan keuangan dengan menggunakan pendekatan
siklus, yaitu melakukan pengujian audit atas transaksi-transaksi yang menghasilkan saldo
akhir dan juga melakukan pengujian audit atas saldo akun serta pengungkapan yang terkait.
Secara umum auditor telah menemukan bahwa cara yang paling efisien dan efektif untuk
melakukan audit adalah dengan memperoleh beberapa kombinasi kepastian bagi setiap kelas
transaksi dan saldo akhir pada akun yang terkait.
Terdapat 3 tujuan audit:
• Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi (transaction-related audit objectives), untuk
memastikan bahwa transaksi-transaksi yang dilakukan telah dicatat dengan tepat
• Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo (balance-related audit objectives), untuk
memastikan saldo suatu akun
• Tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan (presentation and
disclosure related audit objectives), untuk penyajian dan pengungkapan informasi dalam
laporan keuangan
Nama : YOGI SAPUTRA
NIM : 2014017068
ASERSI MANAJEMEN
Asersi manajemen adalah representasi pernyataan yang tersirat atau diekspresikan oleh
manajemen tentang kelas transaksi dan akun serta pengungkapan yang terkait dengan laporan
keuangan. Asersi manajemen berkaitan langsung dengan prinsip-prinsip GAAP karena asersi
ini merupakan bagian dari kriteria yang digunakan manajemen untuk mencatat dan
mengungkapkan informasi akuntansi dalam laporan keuangan.
Terdapat 3 kategori asersi:
1. Asersi tentang kelas transaksi dan peristiwa selama periode yang diaudit
2. Asersi tentang saldo akun pada akhir periode
3. Asersi tentang penyajian dan pengungkapan
Asersi Manajemen untuk Setiap Aktegori Asersi
Asersi Tentang Kelas Transaksi Dan Peristiwa Asersi Tentang Saldo Akun Asersi Tentang
Penyajian dan Pengungkapan
Keterjadian – Transaksi dan peristiwa yang dicatat telah terjadi dan bersangkutan dengan
entitas tersebut. Eksistensi – Aktiva, kewajiban, dan ekuitas yang ada. Keterjadian dan hak
serta kewajiban – Peristiwa dan transaksi yang diungkapkan telah terjadi dan bersangkutan
dengan entitas itu.
Kelengkapan – Semua transaksi dan peristiwa yang harus dicatat telah dicatat Kelengkapan –
Semua aktiva, kewajiban, dan kepentingan ekuitas yang harus dicatat sudah dicatat.
Kelengkapan – Semua pengungkapan yang harus dimasukkan dalam laporan keuangan sudah
dicantumkan.
Keakuratan – Jumlah dan data lain yang bersangkutan dengan transaksi dan peristiwa yang
dicatat telah dicatat dengan benar. Penilaian dan alokasi – Aktiva, kewajiban, dan
kepentingan ekuitas dimasukkan dalam laporan keuangan pada jumlah yang tepat dan setiap
hasil penyesuaian penilaian dicatat dengan tepat. Keakuratan dan penilaian –Informasi
keuangan dan yang lain telah diungkapkan secara tepat dan pada jumlah yang tepat.
Klasifikasi – Transaksi dan peristiwa telah dicatat dalam akun yang tepat. Hak dan kewajiban
– Entitas itu memegang hak atau kendali atas aktiva, dan kewajiban merupakan kewajiban
entitas itu. Klasifikasi dan dapat dipahami –Informasi keuangan dan yang lain telah disajikan
dan diuraikan secara tepat serta pengungkapan telah dinyatakan dengan jelas.
Cutoff – Transaksi dan peristiwa telah dicatat dalam periode akuntansi yang benar.
TUJUAN AUDIT YANG BERKAITAN DENGAN TRANSAKSI
Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi mengikuti dan berhubungan erat dengan asersi
manajemen karena tanggung jawab auditor adalah menentukan apakah asersi manajemen
tentang laporan keuangan dapat dibenarkan.
Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi ini dimaksudkan untuk memberi kerangka kerja
guna membantu auditor untuk mengumpulkan bukti audit yang kompeten dan memutuskan
bukti audit yang tepat yang harus dikumpulkan sesuai dengan penugasan audit.
Tujuan audit umum:
• Keterjadian – Transaksi yang Dicatat Memang Ada.
• Kelengkapan – Transaksi yang Terjadi Telah Dicatat.
• Keakuratan – Transaksi yang Dicatat Dinyatakan pada Jumlah yang Benar.
• Posting dan Pengikhtisaran – Transkasi yang Dicatat Dimasukkan ke dalam File Induk dan
Diikhtisarkan dengan Benar.
• Klasifikasi – Transaksi yang Dicatat dalam Jurnal Klien Telah Diklasifikasikan Secara
Tepat.
• Penetapan Waktu – Transaksi Dicatat pada Tanggal yang Benar.
Tujuan audit khusus:
Nama : YOGI SAPUTRA
NIM : 2014017068
Sesudah tujuan audit umum ditentukan, maka tujuan audit khusus yang berkaitan dengan
transaksi untuk setiap kelas transaksi yang material dapat dikembangkan. Setidaknya 1 tujuan
audit khusus yang berkaitan dengan transaksi harus disertakan pada setiap tujuan audit umum
yang berkaitan dengan transaksi, kecuali auditor yakin bahwa tujuan audit umum yang
berkaitan dengan transaksi tidak relevan atau tidak penting dalam situasi tersebut.
Terdapat hubungan 1 untuk 1 antara Asersi Manajemen tentang Kelas Transaksi dan
Peristiwa dengan Tujuan Audit, kecuali untuk Asersi keakuratan. Asersi keakuratan
mempunyai 2 tujuan karena harus menyediakan bagi auditor pedoman untuk mengujii
keakuratan transaksi.
BAGAIMANA TUJUAN AUDIT DICAPAI
• Auditor harus memutuskan tujuan audit yang tepat dan bukti yang harus dikumpulkan untuk
memenuhi tujuan tersebut pada setiap audit.
• Hal ini dilakukan dengan cara mengikuti suatu proses auidt, yaitu metodologi yang telah
didefinisikan dengan baik untuk menata audit guna memastikan bahwa bukti yang diperoleh
sudah mencukupi serta tepat, dan bahwa semua tujuan audit yang disyaratkan sudah
ditetapkan dan dipenuhi.
• Jika klien merupakan sebuah perusahaan publik, auditor juga harus membuat rencana untuk
memenuhi tujuan-tujuan yang berkaitan dengan pelaporan tentang keefektifan pengendalian
internal atas pelaporan keuangan.
Ada 2 pertimbangan utama yang mempengaruhi pendekatan ynnag akan digunakan auditor:
• Bukti audit yang mencukupi harus dikumpulkan agar dapat memenuhi tanggung jawab
profesional auditor.
• Biaya pengumpulan bukti audi ini harus ditekan serendah mungkin.
Ada 4 Fase Audit Laporan Keuangan:
1. Merencanakan dan merancang pendekatan audit
Auditor menggunakan pemahamannya atas industri klien dan strategi bisnisnya, serta
keefektifan pengendalian internalnya, untuk menilai risiko salah saji dalam laporan keuangan.
Penilaian ini kemudian akan mempengaruhi rencana dan sifat audit, penetapan waktu, dan
rentang prosedur audit.
2. Melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substanstif atas transaksi
• Pengujian pengendalian adalah pengujian keefektifan pengendalian internal sebelum
ditetapkan untuk mengurangi risiko pengendalian yang direncanakan.
• Pengujian substantif adalah verifikasi jumlah moneter transaksi yang dicatat oleh klien.
3. Melaksanakan prosedur analitis dan pengujian rincian saldo
• Prosedur analitis menggunakan perbandingan dan hubungan untuk menilai apakah saldo
akun atau data lainnya telah masuk akal.
• Pengujian atas rincian saldo merupakan prosedur spesifik yang ditujukan untuk menguji
salah saji moneter pada saldo akun-saldo dalam laporan keuangan.
4. Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit
NIM : 2014017068
TUJUAN PELAKSANAAN AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN
Tujuan audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran,
dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil operasi, serta arus kas sesuai dengan
prinsip-pinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP).
Langkah-langkah untuk mengembangkan tujuan audit:
1. Memahami tujuan dan tanggung jawab audit
2. Membagi laporan keuangan menjadi berbagai siklus
3. Mengetahui asersi manajemen tentang laporan keuangan
4. Mengetahui tujuan audit umum untuk kelas transaksi, akun, dan pengungkapan
5. Mengetahui tujuan audit khusus untuk kelas transaksi, akun, dan pengungkapan
TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN
• Tanggung jawab manajemen atas kewajaran penyajian (asersi) laporan keuangan berkaitan
dengan privilege untuk menentukan penyajian dan pengungkapan apa yang dianggap perlu.
Jika manajemen bersikeras dengan pengungkapan laporan keuangan yang menurut auditor
tidak dapat diterima, auditor dapat memilih untuk menerbitkan pendapat tidak wajar atau
wajar dengan pengecualian atau mengundurkan diri dari penugasan tersebut.
TANGGUNG JAWAB AUDITOR
Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh
kepastian yang layak tentang apakah laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang
material, apakah itu disebabkan oleh kekeliruan ataupun kecurangan. Auditor tidak
bertanggung jawab untuk mendeteksi salah saji yang tidak material.
1. Salah Saji yang Material vs Tidak Material
Tingkat materialitas diukur dari kemungkinan salah saji atas laporan keuangan untuk
mempengaruhi atau bahkan mengubah keputusan pengguna laporan keuangan. Auditor
bertanggung jawab untuk memperoleh kepastian yang layak bahwa ambang batas materialitas
telah dipenuhi. Sedangkan untuk menemukan semua salah saji yang tidak material
memerlukan biaya yang sangat besar, tidak sejalan dengan prinsip cost-benefit.
2. Kepastian yang Layak
Kepastian yang layak adalah tingkat kepastian yang tinggi, tetapi tidak absolut, bahwa
laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang material. Konsep ini menunjukkan bahwa
auditor bukanlah penjamin atau pemberi garansi atas kebenaran laporan keuangan. Jadi
kemungkinan salah saji yang material tidak ditemukan dapat terjadi.
Alasan auditor bertanggung jawab atas kepastian yang layak:
o Bukti audit diperoleh dengan cara sampling
o Auditor mengandalkan bukti audit yang persuasif, tetapi tidak meyakinkan. Hal ini
disebabkan karena penyajian akuntansi mengandung estimasi yang kompleks, yang
melibatkan sejumlah ketidakpastian serta dapat dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa di masa
depan.
o Laporan keuangan yang disusun dengan penuh kecurangan seringkali tidak mungkin untuk
dideteksi oleh auditor.
Pembelaan auditor jika salah saji yang material tidak terungkap adalah melaksanakan audit
sesuai dengan standar auditing.
3. Kekeliruan (Error) vs Kecurangan (Fraud)
Kekeliruan adalah salah saji dalam laporan keuangan yang tidak disengaja, sementara
kecurangan adalah salah saji yang disengaja. Keduanya dapat bersifat material maupun tidak
material.
Kecurangan dapat dibedakan menjadi misaprosiasi aktiva (penyalahgunaan/kecurangan
karyawan) dan pelaporan keuangan yang curang (kecurangan manajemen).
Nama : YOGI SAPUTRA
NIM : 2014017068
4. Skeptisme Profesional
Agar auditing dapat memberikan kepastian yang layak untuk mendeteksi kekeliruan ataupun
kecurangan, maka auditing harus direncanakan dan dilaksanakan dengan sikap skeptisme
profesional, yaitu sikap yang penuh dengan keingintahuan serta penilaian kritis atas bukti
audit.
5. Kecurangan yang Berasal dari Pelaporan Keuangan yang Curang vs Misaprosiasi Aktiva
Pelaporan keuangan yang curang akan merugikan pemakai karena menyediakan informasi
laporan keuangan yang tidak benar untuk membuat keputusan sedangkan misaprosiasi aktiva
akan mengakibatkan pemegang saham, kreditor, serta pihak lainnya mengalami kerugian
karena aktiva tersebut tidak lagi menjadi milik
SIKLUS LAPORAN KEUANGAN
• Audit dilaksanakan dengan membagi laporan keuangan menjadi segmen-segmen yang lebih
kecil untuk mempermudah pengelolaan dan pembebanan tugas pada tim audit.
• Pendekatan siklus digunakan untuk mensegmentasi audit. Caranya dengan tetap
mempertahankan hubungan yang erat antara jenis transaksi dan saldo akun dalam segmen
yang sama. Logikanya adalah hal itu terkait dengan cara transaksi dicatat dalam jurnal dan
diikhtisarkan dalam buku besar serta laporan keuangan.
Siklus-siklus itu adalah :
• Siklus penjualan dan penagihan
• Siklus akuisisi dan pembayaran
• Siklus penggajian dan personalia
• Siklus persediaan dan pergudangan
• Siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali
Hubungan antara Berbagai Siklus
Siklus transaksi merupakan cara penting untuk menata audit. Para auditor akan
memperlakukan setiap siklus secara terpisah selama proses audit sampai ke batas praktis
dalam rangka mengelola audit yang rumit secara efektif. Kas UmumSiklus akuisisi modal
dan pembayaran kembali Siklus penjualan dan penagihan Siklus akuisisi dan pembayaran
Siklus penggajian dan personalia Siklus persediaan dan pergudangan
MENETAPKAN TUJUAN AUDIT
Para auditor melaksanakan audit atas laporan keuangan dengan menggunakan pendekatan
siklus, yaitu melakukan pengujian audit atas transaksi-transaksi yang menghasilkan saldo
akhir dan juga melakukan pengujian audit atas saldo akun serta pengungkapan yang terkait.
Secara umum auditor telah menemukan bahwa cara yang paling efisien dan efektif untuk
melakukan audit adalah dengan memperoleh beberapa kombinasi kepastian bagi setiap kelas
transaksi dan saldo akhir pada akun yang terkait.
Terdapat 3 tujuan audit:
• Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi (transaction-related audit objectives), untuk
memastikan bahwa transaksi-transaksi yang dilakukan telah dicatat dengan tepat
• Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo (balance-related audit objectives), untuk
memastikan saldo suatu akun
• Tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan (presentation and
disclosure related audit objectives), untuk penyajian dan pengungkapan informasi dalam
laporan keuangan
Nama : YOGI SAPUTRA
NIM : 2014017068
ASERSI MANAJEMEN
Asersi manajemen adalah representasi pernyataan yang tersirat atau diekspresikan oleh
manajemen tentang kelas transaksi dan akun serta pengungkapan yang terkait dengan laporan
keuangan. Asersi manajemen berkaitan langsung dengan prinsip-prinsip GAAP karena asersi
ini merupakan bagian dari kriteria yang digunakan manajemen untuk mencatat dan
mengungkapkan informasi akuntansi dalam laporan keuangan.
Terdapat 3 kategori asersi:
1. Asersi tentang kelas transaksi dan peristiwa selama periode yang diaudit
2. Asersi tentang saldo akun pada akhir periode
3. Asersi tentang penyajian dan pengungkapan
Asersi Manajemen untuk Setiap Aktegori Asersi
Asersi Tentang Kelas Transaksi Dan Peristiwa Asersi Tentang Saldo Akun Asersi Tentang
Penyajian dan Pengungkapan
Keterjadian – Transaksi dan peristiwa yang dicatat telah terjadi dan bersangkutan dengan
entitas tersebut. Eksistensi – Aktiva, kewajiban, dan ekuitas yang ada. Keterjadian dan hak
serta kewajiban – Peristiwa dan transaksi yang diungkapkan telah terjadi dan bersangkutan
dengan entitas itu.
Kelengkapan – Semua transaksi dan peristiwa yang harus dicatat telah dicatat Kelengkapan –
Semua aktiva, kewajiban, dan kepentingan ekuitas yang harus dicatat sudah dicatat.
Kelengkapan – Semua pengungkapan yang harus dimasukkan dalam laporan keuangan sudah
dicantumkan.
Keakuratan – Jumlah dan data lain yang bersangkutan dengan transaksi dan peristiwa yang
dicatat telah dicatat dengan benar. Penilaian dan alokasi – Aktiva, kewajiban, dan
kepentingan ekuitas dimasukkan dalam laporan keuangan pada jumlah yang tepat dan setiap
hasil penyesuaian penilaian dicatat dengan tepat. Keakuratan dan penilaian –Informasi
keuangan dan yang lain telah diungkapkan secara tepat dan pada jumlah yang tepat.
Klasifikasi – Transaksi dan peristiwa telah dicatat dalam akun yang tepat. Hak dan kewajiban
– Entitas itu memegang hak atau kendali atas aktiva, dan kewajiban merupakan kewajiban
entitas itu. Klasifikasi dan dapat dipahami –Informasi keuangan dan yang lain telah disajikan
dan diuraikan secara tepat serta pengungkapan telah dinyatakan dengan jelas.
Cutoff – Transaksi dan peristiwa telah dicatat dalam periode akuntansi yang benar.
TUJUAN AUDIT YANG BERKAITAN DENGAN TRANSAKSI
Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi mengikuti dan berhubungan erat dengan asersi
manajemen karena tanggung jawab auditor adalah menentukan apakah asersi manajemen
tentang laporan keuangan dapat dibenarkan.
Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi ini dimaksudkan untuk memberi kerangka kerja
guna membantu auditor untuk mengumpulkan bukti audit yang kompeten dan memutuskan
bukti audit yang tepat yang harus dikumpulkan sesuai dengan penugasan audit.
Tujuan audit umum:
• Keterjadian – Transaksi yang Dicatat Memang Ada.
• Kelengkapan – Transaksi yang Terjadi Telah Dicatat.
• Keakuratan – Transaksi yang Dicatat Dinyatakan pada Jumlah yang Benar.
• Posting dan Pengikhtisaran – Transkasi yang Dicatat Dimasukkan ke dalam File Induk dan
Diikhtisarkan dengan Benar.
• Klasifikasi – Transaksi yang Dicatat dalam Jurnal Klien Telah Diklasifikasikan Secara
Tepat.
• Penetapan Waktu – Transaksi Dicatat pada Tanggal yang Benar.
Tujuan audit khusus:
Nama : YOGI SAPUTRA
NIM : 2014017068
Sesudah tujuan audit umum ditentukan, maka tujuan audit khusus yang berkaitan dengan
transaksi untuk setiap kelas transaksi yang material dapat dikembangkan. Setidaknya 1 tujuan
audit khusus yang berkaitan dengan transaksi harus disertakan pada setiap tujuan audit umum
yang berkaitan dengan transaksi, kecuali auditor yakin bahwa tujuan audit umum yang
berkaitan dengan transaksi tidak relevan atau tidak penting dalam situasi tersebut.
Terdapat hubungan 1 untuk 1 antara Asersi Manajemen tentang Kelas Transaksi dan
Peristiwa dengan Tujuan Audit, kecuali untuk Asersi keakuratan. Asersi keakuratan
mempunyai 2 tujuan karena harus menyediakan bagi auditor pedoman untuk mengujii
keakuratan transaksi.
BAGAIMANA TUJUAN AUDIT DICAPAI
• Auditor harus memutuskan tujuan audit yang tepat dan bukti yang harus dikumpulkan untuk
memenuhi tujuan tersebut pada setiap audit.
• Hal ini dilakukan dengan cara mengikuti suatu proses auidt, yaitu metodologi yang telah
didefinisikan dengan baik untuk menata audit guna memastikan bahwa bukti yang diperoleh
sudah mencukupi serta tepat, dan bahwa semua tujuan audit yang disyaratkan sudah
ditetapkan dan dipenuhi.
• Jika klien merupakan sebuah perusahaan publik, auditor juga harus membuat rencana untuk
memenuhi tujuan-tujuan yang berkaitan dengan pelaporan tentang keefektifan pengendalian
internal atas pelaporan keuangan.
Ada 2 pertimbangan utama yang mempengaruhi pendekatan ynnag akan digunakan auditor:
• Bukti audit yang mencukupi harus dikumpulkan agar dapat memenuhi tanggung jawab
profesional auditor.
• Biaya pengumpulan bukti audi ini harus ditekan serendah mungkin.
Ada 4 Fase Audit Laporan Keuangan:
1. Merencanakan dan merancang pendekatan audit
Auditor menggunakan pemahamannya atas industri klien dan strategi bisnisnya, serta
keefektifan pengendalian internalnya, untuk menilai risiko salah saji dalam laporan keuangan.
Penilaian ini kemudian akan mempengaruhi rencana dan sifat audit, penetapan waktu, dan
rentang prosedur audit.
2. Melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substanstif atas transaksi
• Pengujian pengendalian adalah pengujian keefektifan pengendalian internal sebelum
ditetapkan untuk mengurangi risiko pengendalian yang direncanakan.
• Pengujian substantif adalah verifikasi jumlah moneter transaksi yang dicatat oleh klien.
3. Melaksanakan prosedur analitis dan pengujian rincian saldo
• Prosedur analitis menggunakan perbandingan dan hubungan untuk menilai apakah saldo
akun atau data lainnya telah masuk akal.
• Pengujian atas rincian saldo merupakan prosedur spesifik yang ditujukan untuk menguji
salah saji moneter pada saldo akun-saldo dalam laporan keuangan.
4. Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit