BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pertambangan - Analisis Dampak Sosial dan Kawasan Ekonomi Khusus Penggalian Tambang Emas di Kec. Batang Toru Kab. Tapanuli Selatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pertambangan

  Menurut UU Minerba No.4 Tahun 2009, pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang. Kegiatan penyelidikan umum sampai dengan pascatambang ini disebut sebagai usaha pertambangan.

  Sedangkan pengertian pertambangan menurut Noor(2006), pertambangan adalah suatu industri dimana bahan galian mineral diproses dan dipisahkan dari material pengikut yang tidak diperlukan. Dalam industri mineral, proses untuk mendapatkan mineral-mineral yang ekonomis biasanya menggunakan metode ekstraksi, yaitu proses pemisahan mineral-mineral dari batuan terhadap mineral pengikut yang tidak diperlukan. Mineral-mineral yang tidak diperlukan akan menjadi limbah industri pertambangan dan mempunyai kontribusi yang cukup signifikan pada pencemaran dan degradasi lingkungan. Industri pertambangan sebagai industri hulu industri hilir yang diperlukan oleh umat manusia diseluruh dunia (Sulto, 2011).

  Dalam penggolongan hasil tambang, Ngadiran dalam Sulto (2011) menjelaskan bahwa izin usaha pertambangan meliputi izin untuk memanfaatkan bahan galian tambang yang bersifat ekstraktif seperti bahan galian tambang golongan A, golongan B, maupun golongan C. Izin usaha pertambangan merupakan izin untuk melakukan usaha pertambangan.

  Ada banyak jenis sumberdaya alam bahan tambang yang terdapat di bumi Indonesia. Dari sekian jenis bahan tambang yang ada itu di bagi menjadi tiga golongan, yaitu: 1) bahan galian strategis golongan A, terdiri atas: minyak bumi, aspal, antrasit, batu bara, batu bara muda, batu bara tua, bitumen, bitumen cair, bitumen padat, gas alam, lilin bumi, radium, thorium, uranium, dan bahan-bahan galian radio aktif lainnya (antara lain kobalt, nikel dan timah);

  2) bahan galian vital golongan B, terdiri atas: air raksa, antimon, aklor, arsin, bauksit, besi, bismut, cerium, emas, intan, khrom, mangan, perak, plastik, rhutenium, seng, tembaga, timbal, titan/titanium, vanadium, wolfram, dan bahan- bahan logam langka lainnya (antara lain barit, belerang, berrilium, fluorspar, brom, koundum, kriolit, kreolin, kristal, kwarsa, yodium, dan zirkom); dan

  3) bahan galian golongan C, terdiri atas; pasir, tanah uruk, dan batu kerikil. Bahan ini merupakan bahan tambang yang tersebar di berbagai daerah yang ada di Indonesia. kelompok stok, dimana sumberdaya alam ini dianggap memiliki cadangan yang terbatas sehingga eksploitasi terhadap sumberdaya alam tersebut akan menghabiskan cadangan sumberdaya alam yang ada. Pemanfaatan sumberdaya yang tidak efisien akan mengurangi persediaan di masa datang. Sumberdaya ini disebut dengan sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui (non renewable) atau terhabiskan (exhaustible) (Fauzi, 2004).

  Emas merupakan salah satu sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui. Emas digunakan sebagaienggunaan emas dalam bidang moneter dan keuangan berdasarkan nilai moneter absolut dari emas itu sendiri terhadap berbagai mata uang di seluruh dunia, meskipun secara resmi didunia, harga emas dicantumkan dalam mata uang dolar Amerika.

  Dewasa ini perusahaan-perusahaan emas menyerbu pelosok bumi dituntun oleh pemandu yang kuat yaituank Dunia, lembaga utama yang bergiat menuntaskan kemiskinan dunia, beranggapan bahwa perusahaan-perusahaan tambang multinasional akan membawa investasi, mendorong pembangunan jalan, sekolah dan pekerjaan, ke negara-negara yang tidak memiliki banyak modal selain sumber daya alam mereka.

  Namun, paradigma baru tentang indutri pertambangan harus sesuai dengan konsep pertambangan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Dengan konsep ini, pertambangan sumber daya alam terutama yang tidak dapat diperbaharui

2.2 Peran Pertambangan

  Pertambangan merupakan salah satu jenis kegiatan yang melakukan ekstraksi mineral dan bahan tambang lainnya dari dalam bumi. Sektor pertambangan berperan dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan dan juga dalam pembangunan sosial.

2.2.1 Peran Pertambangan dalam Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan

  Pengertian pembangunan ekonomi yang dijadikan pedoman dalam penelitian ini didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno, 1996). Dari pengertian tersebut, diharapkan bahwa sebuah kegiatan yang berlangsung dapat meningkatkan pendapatan riil masyarakat dalam jangka panjang.

  Konsep pembangunan berkelanjutan pertama kali dipopulerkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pad tahun 1987 yang diadopsi sebagai tujuan resmi PBB. Mereka mendefinisikan istilah pengembangan ialah memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan kemampuan masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Sejak tahun 1987, banyak upaya telah dilakukan untuk lebih jelas mendefinisikan pembangunan berkelanjutan, sehingga perdebatan tumbuh atas bagaimana menerjemahkan konsep ini.

  Secara umum, para ekonom telah mendekati pembangunan berkelanjutan dengan mengartikan keberlanjutan terkait erat dengan konsep ekonomi pendapatan.

  Perhatian khusus telah dibayarkan kepada pendekatan ini karena menawarkan wawasan praktis bagaimana mengukur kemajuan menuju tujuan. Pendekatan ini 1946 sebagai jumlah maksimum individu dapat mengkonsumsi selama periode dan tetap serta off pada akhir jangka waktu sebagaimana di awal. Dengan kata lain, menurut Hicks pendapatan adalah jumlah yang dapat dikonsumsi (menghabiskan) tanpa menghabiskan terkait modal dasar yang ada (dari mana pendapatan tersebut dihasilkan). Oleh karena itu pemeliharaan modal adalah kunci untuk keberlanjutan. Konsep pendapatan dan modal telah demikian menjadi dasar dari yang definisi yang lebih rinci tentang keberlanjutan telah muncul. Menurut definisi ini, pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang menjamin tidak menurunkan kekayaan nasional per kapita dengan mengganti atau melestarikan sumber-sumber kekayaan itu yaitu; saham, manusia, modal sosial dan alami.

  Dalam rangka mendukung pembangunan nasional yang berkesinambungan, fungsi pengelolaan mineral dan batubara berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara adalah:

  a) Menjamin efektifitas pelaksanaan dan pengendalian kegiatan usaha pertambangan secara berdaya guna, berhasil guna, dan berdaya saing.

  b) Menjamin manfaat pertambangan mineral dan batubara secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan hidup.

  c) Menjamin tersedianya mineral dan batubara sebagai bahan baku dan/atau sebagai sumber energi untuk kebutuhan dalam negeri.

  d) Mendukung dan menumbuhkembangkan kemampuan nasional agar lebih mampu bersaing di tingkat.

  Meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, daerah, dan negara, serta menciptakan lapangan kerja untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat.

  f) Menjamin kepastian hukum dalam penyelenggaraan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara.

2.2.2 Peran Pertambangan dalam Pembangunan Sosial

  Proses pembangunan tidak hanya terjadi di bidang ekonomi saja tetapi juga di bidang sosial. Edi Suharto (2010) mengartikan pembangunan sosial sebagai pendekatan pembangunan yang bertujuan meningkatkan kualitas kehidupan manusia secara paripurna, yakni memenuhi kebutuhan manusia yang terentang mulai dari kebutuhan fisik sampai sosial.

  Menurut Midgley, pembangunan sosial memiliki tiga strategi besar yaitu: 1. Pembangunan sosial oleh individu, dikenal juga sebagaiatau individualis, di mana ideologi tersebut menekankan pada pentingnya kebebasan individu dalam memilih. Pendekatan individualis atau perusahaan memang saat ini tidak populer dalam pembangunan sosial. Pendekatan ini dipromosikan melalui peningkatan fungsi sosial individu dan hubungan antarpribadi. Dalam strategi ini, individu- individu dalam masyarakat secaraguna memberdayakan masyarakat.

  2. Pembangunan sosial oleh Strategi ini percaya bahwa antara masyarakat dan komunitas memiliki terpenuhi, masalah sosial mereka teratasi, dan kesempatan untuk maju tersedia.

  Untuk mencapai hal tersebut, masyarakat dan komunitas perlu saling bekerja sama melalui pengembangan komunitas lokalnya.

3. Pembangunan sosial oleh pemerintah dikenal pula sebagai pendekatan statis.

  Pendekatan statis didasari olehdi mana ia menekankan pada pentingnya kolektivitas. Kumpulan ini dibangun dari asosiasi masyarakat yang memiliki sumber daya secara kolektif dan membagi wewenang untuk membuat keputusan. Melalui strategi tersebut, pembangunan sosial dilakukan olehjuga memiliki tanggung jawab untuk memastikan apakahpembangunan sosial diimplementasikan dan apakah kebijakan sosial dan ekonomi diselaraskan.

  Didalam suatu kehidupan bermasyarakat terdapat berbagai macam aspek yang dapat mempengaruhi pola kehidupan sehingga membentuk kondisi sosial yang berbeda antara daerah yang satu dengan yang lainnya. Untuk memahami mengenai kondisi sosial, terlebih dahulu kita harus tahu apa pengertian sosial itu sendiri, dimulai dari pengertian sosial dalam ilmu sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat.

  Menurut Soekanto (2002), interaksi sosial dikategorikan ke dalam dua bentuk yaitu asosiatif dan disosiatif. Interaksi asosiatif akan diuraikan sebagai berikut: Interaksi sosial yang bersifat asosiatif, merupakan bentuk interaksi sosial yang menguatkan ikatan sosial, jadi bersifat mendekatkan atau positif yang mengarah kepada bentuk-bentuk asosiasi (hubungan atau gabungan) seperti : a.

  Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. b.

  Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antara pribadi dan kelompok-kelompok manusia untuk meredakan pertentangan.

  c.

  Asimilasi adalah proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara intensif dalam jangka waktu lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran.

  d.

  Akulturasi adalah proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok masyarakat manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur- unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur- unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian dari kebudayaan itu sendiri.

  2. Interaksi sosial yang bersifat disosiatif, merupakan bentuk interaksi yang merusak ikatan sosial, bersifat menjauhkan atau negatif dan yang mengarah kepada bentuk

  • bentuk pertentangan atau konflik, seperti : a.

  Persaingan adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik di pihak lawannya.

  b.

  Kontravensi adalah bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan atau konflik. Wujud kontravensi antara lain sikap tidak senang, baik secara tersembunyi maupun secara terang-terangan yang ditujukan terhadap perorangan atau kelompok atau terhadap unsur - unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap tersebut dapat berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau konflik.

  c.

  Konflik adalah proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan adanya semacam gap atau jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial di antara mereka yang bertikai tersebut.

  Kegiatan usaha pertambangan adalah suatu kegiatan besar yang berada ditengah masyarakat, dimana tentunya kegiatan ini akan berinteraksi dengan masyarakat setempat dimana lokasi pertambangan itu berada. Keterlibatan masyarakat sangat penting oleh karena banyak aspek yang perlu dipertimbangkan dalam kegiatan pertambangan, mulai dari pemerataan ekonomi hingga mempertimbangan kelestarian lingkungan serta dampak yang mungkin akan dirasakan oleh masyarakat.

  Adanya pertambangan diharapkan dapat menciptakan manfaat bagi masyarakat terutama dalam peningkatan kesejahteraan melalui penciptaan lapangan kerja ataupun pemberian berbagai jenis bantuan oleh perusahaan pertambangan itu.

  Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur masyarakat. Pada dasarnya lingkungan hidup bila dipandang sebagai suatu sistem dapat terdiri dari lingkungan alam (ekosistem), lingkungan hidup sosial ekonomi

  (sosio sistem), dan lingkungan hidup binaan (tekno sistem) (Fandeli, 1992). Kebijakan atau intervensi proyek menyebabkan proses perubahan sosial. Dalam keputusan pemerintah No.14 Menteri Lingkungan Hidup 1994 tentang ”penetapan dampak penting” terhadap aspek sosial ekonomi yaitu: 1.

  f.

  Pola pemanfaatan sumber daya alam. Dalam setiap pembangunan yang dilakukan akan terjadi perubahan-perubahan sosial dan ekonomi. Perubahan sosial merupakanperubahan yang terjadi padalembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi

  e.

  Tingkat pendapatan. Sarana dan prasarana infrastruktur.

  c.

  Kesempatan bekerja dan berusaha b. Pola perubahan dan penguasaan lahan dari sumber daya alam.

  Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana usaha dan pekerjaan.

  g.

  Perubahan sosial yang berlangsung di kalangan masyarakat.

  Pelapisan sosial di kalangan masyarakat.

  Aspek sosial a.

  e.

  Kelompok-kelompok dan organisai sosial.

  d.

  Akulturasi, asimilasai dan integrasi dari berbagai kelompok masyarakat.

  c.

  Proses sosial/kerjasama, akumulasi konflik di kalangan masyarakat.

  b.

  Pranata sosial/lembaga-lembaga yang tumbuh dikalangan masyarakat, adatistiadat dan kebiasaan yang berlaku.

2. Aspek ekonomi a.

  sistem sosialnya, termasuk nilai, sikap-sikap sosial, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Menurut Gillin dalam Hooguelt (1995), perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi sebagai suatu variasi dari cara hidup yang telah diterima karena adanya perubahan kondisi komposisiatau penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.

2.4 Kawasan Ekonomi Khusus

  Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus menjelaskan bahwa Kawasan Ekonomi Khusus yang selanjutnya disebut KEK, adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. Pembentukan KEK diusulkan kepada Dewan Nasional oleh badan usaha, pemerintah kabupaten/kota atau pemerintah provinsi.

  Pembentukan KEK diharapkan akan mampu meningkatkan investasi atau usaha yang mendorong pertumbuhan ekonomi, yang berdampak pada peningkatan lapangan pekerjaan dan penurunan tingkat kemiskinan. Secara nasional, tujuan yang dan daya saing produk nasional. Sesuai dengan konsep pembentukan kawasan ekonomi khusus, dibutuhkan persiapan yang menyeluruh serta komitmen dari seluruh yang berkepentingan dalam mendukung pelaksanaan kegiatan di dalam kawasan tersebut. Persiapan yang meliputi kebijakan dan kelembagaan, insentif dan pembiayaan serta dukungan infrastruktur yang sesuai dengan tata ruang wilayah. KEK dengan demikian menjadi sangat penting dalam peningkatan investasi asing di Indonesia. Masalah tersebut merupakan hal penting dalam artikel ini, yang bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan pada kawasan ekonomi yang ada dan melakukan analisis dampak pembentukan KEK terhadap pertumbuhan investasi, perdagangan dan tenaga kerja (Muna, 2013).

  Program KEK dapat membawa dampak positif dalam berbagai hal antara lain:

  a) Dengan adanya KEK diharapkan dapat membuka lapangan pekerjaan baru dalam jumlah besar, sehingga dapat menyerap tenaga kerja dan mengurangi jumlah pengangguran.

  b) Dengan terserapnya angkatan kerja di masyarakat, akan meningkatkan income perkapita masyarakat, hal ini akan meningkatkan daya beli masyarakat.

  c) Dengan meningkatnya daya beli masyarakat maka kegiatan sektor ekonomi riel lainnya berupa perdagangan barang dan jasa mengalami kemajuan.

  d) Selain itu dengan adanya KEK yang akan menjadi tempat beroperasinya berbagai industri dan perdagangan, maka diharapkan akan dapat menampung hasil produksi pertanian, perkebunan, perikanan, kerajinan masyarakat sekitar

  e) Dengan adanya pasar penampungan hasil-hasil pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan masyarakat akan meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan masyarakat. f) Dengan berkembangnya kegiatan KEK, diharapkan akan mendorong perkembangan industri jasa pendukung lainnya yang menjadi usaha masyarakat sekitar, misalnya jasa angkutan, jasa pelayanan penginapan, jasa hiburan, perhotelan dan lain-lain.

  Beberapa multiflier effect positif tersebut di atas diharapkan menjadi paket substansi dari visi dan missi pelaksana program KEK di Indonesia, sehingga KEK benar-benar dapat menjadi salah satu solusi alternatif pengentasan perekonomian Indonesia yang masih tetap terpuruk sejak dilanda krisis moneter tahun 1997 (Purba, 2010). Tentunya program KEK juga mengandung berbagai kelemahan yang dapat menjadi ancaman bagi negara penerima KEK termasuk seperti Indonesia. Berbagai aspek yang rentan berbenturan dengan program KEK perlu mendapat perhatian serius, seperti aspek hukum, aspek sosial budaya, aspek politik termasuk aspek pertahanan dan keamanan, jadi dengan demikian masalah KEK tidak tepat apabila kita hanya tinjau dari perspektif keuntungan ekonomi belaka, tapi berbagai aspek tersebut di atas juga harus mendapat telaahan secara proporsional.

  a.

  Aspek Hukum, dari aspek hukum, program KEK mutlak harus mendapat kajian, karena bagaimanapun program KEK tidak terlepas dari landasan hukum yang akan menjadi dasar aturan main (rule of game) seluruh aktivitas KEK sebagai kegiatan ekonomi khusus tidak mungkin terlepas dari hukum.

  b.

  Aspek Sosial Budaya, Negeri-negeri yang sekarang ini disebut negara-negara maju telah menempuh pembangunannya melalui tiga tingkat: unifikasi, industrialisasi, dan negara kesejateraan. Pada tingkat pertama yang menjadi masalah berat adalah bagaimana mencapai integrasi politik untuk menciptakan persatuan dan kesatuan nasinonal. Tingkat kedua, perjuangan untuk pembangunan ekonomi dan modernisasi politik, akhirnya dalam tingkat ketiga, tugas negara yang utama adalah melindungi rakyat dari sisi negatif industrialisasi, membetulkan kesalahan pada tahap sebelumnya, dengan menekankan kesejahteraan masyarakat.

  c.

  Aspek Politik dan Keamanan, Pengaruh (influence) program KEK juga tidak tertutup akan berimbas pada aspek politik dan keamanan. Dengan adanya perubahan dan perbauran budaya lokal dan budaya asing, apabila tidak dicermati secara benar dan bijaksana, dapat menimbulkan konflik horizontal yang mengganggu stabilitas politik dan keamanan. Perubahan nilai dan perilaku sebagian warga masyarakat kearah materialistis dan sekuleristik (biasanya terimplikasi dalam bentuk kehidupan pergaulan bebas, hura-hura, minuman keras, narkoba dan lain-lain) tentunya akan mendapat perlawanan atau penolakan (resistensi) dari kelompok masyarakat yang tetap komit dan berpegang teguh pada ajaran agama, adat istiadat sebagai pedoman hidupnya.

2.5 Penelitian Terdahulu

  Rahmawaty (2013) melakukan penelitian tentang Dampak Pertambangan Emas Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Tulabolo Timur Kecamatan Suwawa Timur, Kabupaten Bone Bolango. Hasil penelitian ini menunjukkan perubahan sosial masyarakat dari sebelum adanya pertambangan sampai sudah adanya pertambangan sangat terlihat jelas dari aspek ekonominya yang sudah meningkat, yang dulunya masyarakat hanya bermata pencaharian sebagai petani maka sekarang mereka sudah mempunyai profesi lain sebagai penambang, hasil dari pertambangan ini sangat memuaskan karena dari harga jual emas yang terbilang sangat tinggi, sehingga sebagian masyarakat sudah bisa membuat rumah- rumah permanen. Pola hidup masyarakat yang juga sudah agak berubah karena faktor budaya dari luar yang masuk disebabkan banyak masyarakat dari daerah lain yang juga mencari nafkah di pertambangan ini.

  Jurnal penelitian yang ditulis oleh Yenli Musfita Nike (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Aktivitas Tambang Emas bagi Kesejahteraan Masyarakat di Jorong Subarang Ombak Kanagarian Muaro Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan lapangan pekerjaan secara Subarang Ombak Kanagarian Muaro Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung.

  Penelitian selanjutnya ditulis oleh Siregar (2007) yang berjudul Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas di Hutan Batang Toru (Studi Kasus di Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan). Penelitian dilaksanakan dengan metode deskriptif, pada tingkat persepsi menggunakan skala Likert dan untuk melihat hubungan sosio-ekonomi terhadap persepsi masyarakat setempat tentang pembukaan pertambangan emas di Kawasan Hutan Batang Toru dengan menggunakan korelasi Spearman Rank. Jumlah sampel sebanyak 80 KK. Pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner, wawancara, observasi dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Desa Aek Pining dan Desa Napa belum memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang pertambangan dan hutan. Masyarakat juga memandang positif keberadaan pertambangan di Kecamatan Batang Toru karena mampu meningkatkan pendapatan masyarakat, mengurangi pengangguran meskipun hal tersebut baru dirasakan sebagian masyarakat.

2.6 Kerangka Konseptual

  Dari landasan teori yang telah disusun diatas maka, langkah selanjutnya adalah menyusun kerangka konseptual.

  Potensi tambang emas di Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan sangat potensial. Tambang emas ini dikelola oleh perusahaan Hong Kong (G-

  

Resources Group Limited) yang bekerjasama dengan kontraktor asal Australia yaitu

Leighton. Dalam perkembangannya, sejak izin diberikan kepada tambang emas

  Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, cukup luas. Tambang emas ini memiliki luas 163.900 hektar, namun 30 persen hutan di kawasan tambang sudah hancur.

  Sehingga hal ini sangat mengancam lingkungan sosial masyarakat sekitar. Hutan sebagai paru-paru dunia menjadikan tempat manusia bergantung kehidupannya kini telah menjadi lahan penambangan. Seharusnya adanya tambang emas ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat bukan menjadi ketakutan bagi masyarakat.

  Konsep pemikiran yang dijadikan dasar dalam penelitian ini dijelaskan pada gambar berikut : Faktor Sosio-Ekonomi

  • Tingkat Pendidikan • Pendapatan Persepsi Masyarakat Dampak Sosial

Dokumen yang terkait

Analisis Dampak Sosial dan Kawasan Ekonomi Khusus Penggalian Tambang Emas di Kec. Batang Toru Kab. Tapanuli Selatan

9 67 87

Analisis Dampak Pertambangan Emas Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan

40 204 117

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekosistem Sungai Batang Toru - Keanekaragaman Ikan di Perairan Sungai Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara

0 0 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Sosial Ekonomi 2.1.1 Pengertian Sosial Ekonomi - Sosial Ekonomi Keluarga dan Hubungannya dengan Prestasi Belajar Anak di SMK Telkom Sandhy Putra Medan

0 0 46

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Nepenthes spp. - Studi Kantung Semar (Nepenthes Spp.) Kawasan Hutan Batang Toru Blok Barat Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara

0 0 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Determinan Pemanfaatan Pelayanan Rawat Jalan Di Puskesmas Batang Toru Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2015

0 0 19

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Degradasi Lingkungan 2.1.1. Pengertian Degradasi Lingkungan - Analisis Dampak Keberadaan PT.Agincourt Resources Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dan Definisi Daya Saing Global - Analisis Daya Saing Ekonomi Di Kabupaten Labuhanbatu Selatan

0 1 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Dampak Sosial dan ekonomi Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Industri Kelapa Sawit Sei Mangkei di Kecamatan Bandar

0 0 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pelabuhan - Analisis Dampak Keberadaan Pelabuhan Belawan Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Medan Belawan

0 0 13