BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Degradasi Lingkungan 2.1.1. Pengertian Degradasi Lingkungan - Analisis Dampak Keberadaan PT.Agincourt Resources Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Degradasi Lingkungan

2.1.1. Pengertian Degradasi Lingkungan

  Degradasi lingkungan dapat diartikan sebagai penurunan kualitas lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan pembangunan yang dicirikan oleh tidak berfungsinya secara baik komponen-komponen lingkungan sebagaimana mestinya. Degradasi lingkungan pada dasarnya disebabkan oleh adanya intervensi atau campur tangan manusia yang berlebihan terhadap keberadaan lingkungan secara alamiah. Degradasi lingkungan yang dibahas dalam modul ini lebih difokuskan pada degradasi fungsi lahan dan tanah secara umum sebagai akibat intervensi manusia dalam proses pembangunan. Degradasi lingkungan dapat terjadi akibat pemanfaatan lahan dan masuknya bahan-bahan pencemar berbentuk padat dan cair ke lingkungan yang mana bahan-bahan ini bukan merupakan bagian dari komponen lingkungan asli. Degradasi lingkungan dapat pula terjadi akibat proses eksploitasi terhadap lahan dan tanah, seperti yang terjadi pada proses penambangan timah, emas, batu bara, dan lain sebagainya. Secara alami tanah hanya akan mengalami pencemaran apabila terjadi erosi, namun pencemaran alami ini selalu diimbangi oleh proses pelapukan produk alami dan pembentukan tanah yang baru. Sebagaimana halnya air yang memiliki kualitas air maka tanah pun demikian, kualitas tanah di satu tempat dengan tanah di tempat lain belum tentu sama.

  Perbedaan kualitas tanah pada umumnya dinilai dari kondisi lapisan humus hasil pelapukan dan pembusukan sisa-sisa tanaman di bagian permukaan tanah.

  Semakin beragam organisme hidup yang terdapat di permukaan tanah, semakin berkualitas tanah tersebut. Degradasi lingkungan yang sering dijumpai antara lain:

  1. Degradasi lingkungan akibat pertambangan

  2. Degradasi lingkungan akibat industri

  3. Degradasi lingkungan akibat pertanian

2.2Pertanian

  Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi khususnya negara-negara dunia ke tiga termasuk Indonesia, sebab sebagian penduduknya hidup dari sektor pertanian. Sektor pertanian yang relatif lebih ‘labour

  

intensive’ memungkinkan menjadi pemasok tenaga kerja ke sektor modern. Di

  samping itu sektor pertanian bisa menjadi sumber modal bagi sektor modern (Sukanto: 1998; 65).

2.2.1. Klasifikasi Sektor Pertanian

  Adapun pembagian bidang-bidang pertanian adalah sebagai berikut : 1. Pertanian rakyat atau disebut pertanian dalam arti sempit.

  2. Perkebunan (termasuk di dalamnya perkebunan rakyat dan perkebunan besar)

  3. Kehutanan

  4. Peternakan

  5. Perikanan (dalam perikanan dikenal lebih lanjut yaitu perikanan darat dan perikanan laut) (Mubyarto: 1989; 15).

  Namun disini penulis hanya membahas atau menitikberatkan pada pertanian dan perkebunan saja. Dalam arti sempit pertanian diartikan sebagai pertanian rakyat yaitu usaha pertanian dimana diproduksi bahan makanan seperti : padi dan palawija, terdiri dari jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang kedelai dan kacang hijau, dan tanaman holtikultura sepeti : sayur-sayuran dan buah- daun, kentang, kubis, sawi, wortel, lobak, kacang merah, kacang panjang, tomat, cabe, ketimun, labu siam, kangkung, kol bunga, bayam, terung. Kelompok buah- buahan terdir dari alpukat, mangga, jeruk, rambutan, durian, salak, pisang, nenas, manggis, nangka, sirsak, dan belimbing.

2.2.2. Syarat-Syarat Pembangunan Pertanian

  Menurut Musher (Mubayarto: 1989; 195), pembangunan pertanian memiliki syarat mutlak dan syarat pelancar dalam kegiatannya. Syarat mutlak pembangunan pertanian adalah : 1. adanya pasar untukk hasil-hasil usaha tani 2. teknologi yang semakin berkembang 3. tersedianya bahan-bahan dan alat produksi secara lokal 4. adanya perangsang produksi bagi petani, dan 5. tersedianya pengangkutan yang lancar dan berkelanjutan.

  Dan syarat-syarat pelancarnya adalah : 1. pendidikan pembangunan 2. kredit produksi 3. kegiatan gotong royong petani 4. perbaikan dan perluasan lahan pertanian 5. perencanaan nasional pembangunan pertanian.

2.2.3. Hubungan Pertanian Dengan Pertumbuhan Ekonomi Dan Lingkungan

  Berbicara masalah pembanguna ekonomi, khususnya di dunia ke tiga orang tidak akan lepas dari masalah pertanian. Sedangkan berbicara masalah pertanian kita tidak bisa lepas dari lahan sebab pertanian ada dan tumbuh karena tersedianya lahan meskipun saat ini telah dirintis pertanian tanpa lahan denga teknologi dan sejenisnya, namun paling tidak sampai beberapa dekade lahan untuk pertanian masih dibutuhkan mengingat mahalnya teknologi tersebut.

  Pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia, terkhusus di Sumatera Utara. Apabila pembangunan pertanian berhasil, maka pertumbuhan ekonomi juga akan merasakan imbasnya. Pembangunan pertanian pada hakikatnya adalah pendayagunaan sumber daya pertanian secara optimal dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan, yaitu membangun sumber daya manusia aparatur profesional, petani mandiri dan kelembagaan pertanian yang kokoh, meningkatkan sumber daya pertanian secara berkelanjutan, memantapkan ketahanan dan keamanan pangan, meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk pertanian, menumbuhkembangkan usaha pertanian yang akan memacu aktivitas ekonomi pedesaan, serta membangun sistem manajemen pembangunan pertanian yang berpihak kepada petani (Sukanto: 1998; 65)

  Dalam hubungannya dengan lingkungan, jumlah penduduk yang semakin banyak menilmbulkan tuntutan kebutuhan manusia yang semakin bertambah. Untuk menjaga keberlangsungan hidupnya manusia butuh pangan. Untuk memenuhi kebutuhan pangan perlu dicetak perladangan dan persawahan baru dengan jalan

  Sementara dalam menjalankan aktivitas pertanian, limbah dapat saja muncul. Untuk memperoleh hasil atau produksi biasanya sebelum ditanami tanah dilolah terlebih dahulu seperti dibajak atau dicangkul. Praktik pengolahan tanah seperti ini biasanya menghasilkan limbah berupa partikel-partikel sedimen yang ketika sawah atau lahan pertanian tersebut diairi, ikut terbawa ke perairan umum. Demikian pula untuk mempercepat pertumbuhan tanaman dan mencegah serangan hama, tanaman tersebut diberi pupuk dan penyemprotan dengan pestisida. Sementara, penggunaan pupuk dan pestisida tidak akan terpakai secara keseluruha. Sisanya akan terbuang ke lingkungan bersama-sama dengan partikel melalui saluran irigasi, mencapai sungai dan selanjutnya ke laut. Zat-zat sisa ini yang cenderung menjadi racun bagi biota lain dan merusak keseimbangan lingkungan (Supriharyono: 2007; 146).

2.3 Keramba Jaring Apung

  wadah budidaya ikan yang sangat potensial dikembangkan di Indonesia adalah karamba jaring Apung. Budidaya ikan dalam Keramba Jaring Apung (KJA) merupakan salah satu teknologi budidaya yang handal dalam rangka optimasi pemanfaatan perairan danau dan waduk. Agar dapat melakukan budidaya ikan dijaring terapung yang menguntungkan maka konstruksi wadah tersebut harus sesuai dengan persyaratan teknis. Konstruksi wadah jaring terapung pada dasarnya terdiri

  Kerangka berfungsi sebagai tempat pemasangan kantong jaring dan tempat berjalan orang pada waktu memberi pakan dan saat panen. Kantong jaring merupakan tempat pemeliharaan ikan yang akan dibudidayakan. Dengan memperhitungkan konstruksi wadah secara baik dan benar akan diperoleh suatu wadah budidaya ikan yang mempunyai masa pakai yang lama.Dalam mendesain konstruksi wadah budidaya ikan disesuaikan dengan lokasi yang dipilih untuk membuat budidaya ikan dijaring terapung.

  Budidaya ikan dijaring terapung dapat dilakukan untuk komoditas ikan air tawar dan ikan air laut. Sebelum membuat konstruksi wadah karamba jaring terapung pemilihan lokasi yang tepat dari aspek sosial ekonomis dan teknis benar. Sama seperti wadah budidaya ikan kolam dan akuarium persyaratan secara teknis dan sosial ekonomis dalam memilih lahan yang akan digunakan untuk melakukan budidaya ikan harus diperhatikan.

  Aspek sosial ekonomis yang sangat umum yang harus dipertimbangkan adalah lokasi tersebut dekat dengan pusat kegiatan yang mendukung operasionalisasi suatu usaha seperti tempat penjualan pakan, pembeli ikan dan lokasi yang dipilih merupakan daerah pengembangan budidaya ikan sehingga mempunyai prasarana jalan yang baik serta keamanan terjamin. Persyaratan teknis yang harus diperhatikan dalam memilih lokasi usaha budidaya ikan di karamba jaring terapung antara lain adalah:

  Arus air pada lokasi yang dipilih diusahakan tidak terlalu kuat namun tetap ada arusnya agar tetap terjadi pergantian air dengan baik dan kandungan oksigen terlarut dalam wadah budidaya ikan tercukupi, selain itu dengan adanya arus maka dapat menghanyutkan sisa-sisa pakan dan kotoran ikan yang terjatuh di dasar perairan.

  Dengan tidak terlalu kuatnya arus juga berpengaruh terhadap keamanan jaring dari kerusakan sehingga masa pakai jaring lebih lama. Bila pada perairan yang akan dipilih ternyata tidak ada arusnya (kondisi air tidak mengalir), disarankan agar unit budidaya atau jaring dapat diusahakan di perairan tersebut, tetapi jumlahnya tidak boleh lebih dari 1% dari luas perairan. Pada kondisi perairan yang tidak mengalir, unit budidaya sebaiknya diletakkan ditengah perairan sejajar dengan garis pantai.

  b. Kedalaman perairan keramba jaring apung

  Kedalaman perairan sangat berpengaruh terhadap kualitas air pada lokasi tersebut. Lokasi yang dangkal akan lebih mudah terjadinya pengadukan dasar akibat dari pengaruh gelombang yang pada akhirnya menimbulkan kekeruhan. Sebagai dasar patokan pada saat surut terendah sebaiknya kedalaman perairan lebih dari 3m dari dasar waring/jaring.

  c. Tingkat kesuburan air keramba jaring apung.

  dikelompokkan menjadi perairan dengan tingkat kesuburan rendah (oligotropik), sedang (mesotropik) dan tinggi (eutropik). Jenis perairan yang sangat baik untuk digunakan dalam budidaya ikan di jaring terapung dengan sistem intensif adalah perairan dengan tingkat kesuburan rendah hingga sedang.Jika perairan dengan tingkat kesuburan tinggi digunakan dalam budidaya ikan di jaring terapung maka hal ini sangat beresiko tinggi karena pada perairan eutropik kandungan oksigen terlarut pada malam hari sangat rendah dan berpengaruh buruk terhadap ikan yang dipelihara dengan kepadatan tinggi.

  d. keramba jaring apung Bebas dari pencemaran.

  Dalam dunia perikanan, yang dimaksud dengan pencemaran perairan adalah penambahan sesuatu berupa bahan atau energi ke dalam perairan yang menyebabkan perubahan kualitas air sehingga mengurangi atau merusak nilai guna air dan sumber air perairan tersebut.

  Bahan pencemar yang biasa masuk kedalam suatu badan perairan pada prinsipnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pencemar yang sulit terurai dan bahan pencemar yang mudah terurai. Contoh bahan pencemar yang sulit terurai berupa persenyawaan logam berat, sianida, DDT atau bahan organik sintetis. Contoh bahan pencemar yang mudah terurai berupa limbah rumah tangga, bakteri, limbah panas atau limbah organik. Kedua jenis bahan pencemar tersebut umumnya disebabkan oleh kegiatan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung.

  Jika lokasi budidaya mengandung bahan pencemar maka akan berpengaruh terhadap kehidupan ikan yang dipelihara didalam wadah budidaya ikan tersebut.

e. Kualitas air keramba jaring apung.

  Dalam budidaya ikan, secara umum kualitas air dapat diartikan sebagai setiap perubahan (variabel) yang mempengaruhi pengelolaan, kelangsungan hidup dan produktivitas ikan yang dibudidayakan. Jadi perairan yang dipilih harus berkualitas air yang memenuhi persyaratan bagi kehidupan dan pertumbuhan ikan yang akan dibudidayakan.Kualitas air meliputi sifat fisika, kimia dan biologi. Secara detail tentang kualitas air ini akan dibahas pada posting labih lanjut.

  f. lokasi keramba jaring apung bukan daerah up-welling

  Lokasi ini terhindar dari proses perputaran air dasar kepermukaan (up- welling). Pada daerah yang sering terjadi up-welling sangat membahayakan kehidupan organisme yang dipelihara, dimana air bawah dengan kandungan oksigen yang sangat rendah serta gas-gas beracun akan kepermukaan yang dapat menimbulkan kematian secara massal. Lokasi seperti ini sebaiknya dihindari. kecuali sistem keramba dipasok oksigennya dengan suatu mekanisme tertentu.

  Setelah mendapatkan lokasi yang memenuhi persyaratan teknis maupun sosial ekonomis maka harus dilakukan perencanaan selanjutnya. Perencanaan disesuaikan dengan data yang diperoleh pada waktu melakukan survey lokasi. Perencanaan tersebut dapat dibuat dengan membuat gambar dari konstruksi wadah budidaya yang akan dibuat.

2.4.1 Pengertian Hotel

  Hotel adalah suatu perusahaan yang dikelola oleh pemiliknya dengan menyediakan pelayanan makanan, minuman dan fasilitas kamar untuk tidur kepada orang-orang yang sedang melakukan perjalanan dan mampu membayar dengan jumlah yang wajar sesuai dengan pelayanan yang diterima tanpa adanya perjanjian khusus. Sedangkan pengertian yang dimuat oleh Grolier Electronic Publishing Inc.(1995) yang menyebutkan bahwa : Hotel adalah usaha komersial yang menyediakan tempat menginap, makanan, dan pelayanan-pelayanan lain untuk umum. Selanjutnya dijelaskan oleh United State Lodging Industri bahwa, yang utama hotel terbagi menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu :

  1. Transient Hotel, adalah hotel yang letak / lokasinya ditengah kota dengan jenis tamu yang menginap sebagian besar adalah untuk urusan bisnis dan turis.

  2. Residential Hotel, adalah hotel yang pada dasarnya merupakan rumah- rumah berbentuk apartemen dengan kamar-kamarnya dan disewakan secara bulanan atau tahunan. Residential Hotel juga menyediakan kemudahan- kemudahan, seperti : layaknya hotel, seperti : restoran, pelayanan makanan yang diantar ke kamar, dan pelayanan kebersihan kamar.

  3. Resort Hotel, adalah hotel yang pada umumnya berlokasi dan juga ruang serta fasilitas konfrensi untuk tamu-tamunya.

  Dengan mengacu pada pengertian-pengertian tersebut di atas, dan untuk penggolongan hotel di Indonesia, pemerintah menurunkan peraturan yang dituangkan dalam surat keputusan Menparpostel, bahwa hotel adalah suatu jenis akomodasi

  yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan, penginapan, makan dan minuman serta jasa penunjang lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial.

  Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa, hotel seharusnya adalah :

  1. Suatu jenis akomodasi 2. Menggunakan sebagian atau seluruh bangunan yang ada.

  3. Menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman serta jasa penunjang lainnya

  4. Disediakan bagi umum

  5. Dikelolah secara komersial, yang dimaksud dengan dikelola secara komersial adalah : dikelolah dengan memperhitungkan untung atau ruginya, serta yang utama adalah bertujuan untuk mendapatkan keuntungan berupa uang sebagai tolak ukurnya.

2.4.3 Dampak wisata terhadap lingkungan.

  Para perencana pembangunan sering mengemukakan argumentasi bahwa untuk meningkatkan taraf perekonomian masyarakat sekitar hutan, dimana sebagian besara adalah kawasan lindung atau kawasan dengan tingkat keanekaragaman tinggi, pembangunan menjadi mutlak dan harus dilakukan. Sebaliknya, para pemerhati lingkungan,konservasionis,dan pihak-pihak pelestari lingkungan hidup melihat bahwa pembangunan yang akan dilakukan merupakan ancaman nyata terhadap keanekaragaman hayati yang ada di dalam atau disekitar kawasan yang akan dikembangkan. Hal itu layak dijadikan kekhawatiran,karena banyaknya contoh menunjukkan bahwa pembangunan sering menyebabkan hilangnya bentuk-bentuk keanekaragaman hayati disekitarnya.

  Dampak wisata terhadap lingkungan yang dapat diamati dan dirasakan yakni masalah limbah. Limbah yang dihasilkan pengunjung menjadi masalah lingkungan yang dapat mempengaruhi kualitas daerah tujuan wisata. Hal itu mudah terjadi, dimana ukuran daerah tujuan wisata mempunyai ukuran yang kecil, seperti Taman Nasional Manuel Antonio di Costa Rika dengan kepadatan pengunjung yang tinggi. Dampak nyata dan beban lingkungan yang harus ditanggung TN. Manuel Antonio, yakni kawasannya menjadi kotor oleh aktivitas wisatawan.

  Limbah cair biasanya datang dari hotel, guethouse , restaurant, dan lodge-

  lodge yang tersebar pada destinasi wisata. Tidak dapat dihindari bahwa tempat-

  tempat tersebut merupakan bagian dari akomodasiekoturisme. Namun perhatian dan penanganan limbah cair yang dihasilkannua sering kali sangat kurang. Untuk mengatasi polusi air yang terjadi, dua strategi yang umumnya ditempuh yaitu mereduksi sumber-sumber pencemaran dan melakukan perlakuan terhadap limbah cair agar tidak membahayakan lingkungan. Limbah cair merupakan ancaman nyata plastic,gelas, dan botol aluminium yang bersifat visible, limbah cair biasanya bersifat invisible, tidak dapat terlihat dan larut dalam air. Perpindahan komponen beracun limbah kedalam tubuh manusia dan makhluk hidup liannya, dapat terjadi karena air yang diminum oleh manusai dan hewan, serta diserap oleh akar tumbuhan. Selain itu, patogen-patogen yang meracuni air sering menyebabkan masalah kesehatan manusia.

  Penyelenggaran wisata yang tidak mengindahkan daya dukung lingkungan, juga menjadi faktor penyebab rusaknya terumbu karang dibanyak kawasan. Selain tidak adanya manajemen yang jelas. Lemahnya pengawasan hokum terhadap perilaku wisatawan merupakan faktor penyebab degradasi kawasan pesisir. Wisatawan seringkali memasuki dan berjalan jalan di kawasan kerumbu karang saat air laut surut. Dampak yakni terjadinya kerusakan ekosistem terumbu karang dalam waktu yang cepat.

  Dampak lingkungan dan ekologis yang saat ini terindefikasi di kepulauan pasifik karena aktivitas wisata yakni :

  1. Degradasi dan populasi lingkungan. Degradasi lahan biasanya berkaitan dengan pembukaan lahan sebagai padang golf sedangkan polpulasi tanah karena penumpukan sampah.

  2. Kerusakan Habitat. Sebab-sebab yang mendasari kerusakan habitat karena aktivitas wisata, yakni lemahnya manajemen wisata, interaksi manusia dan alam yang tidak teregulasi/diatur, ekploitasi sumber daya alam secara berlebihan, dan sebagainya.

  3. Hilangnya sumber daya pesisir dan laut. Habitat yang sering terkonvenrsi adalah lahan basah pesisir, mangrove, hutan pantai , dan sebagainya, karena pembangunan sarana dan prasarana wisata. Selain itu, aktivitas wisatawan juga sangat mempengaruhi penurunan biota yang ada.

  4. Polusi pesisir. Polusi pesisir dapat terjadi karena system pembuangan limbah cair dan padat yang tidak berjalan dengan baik, serta penumpukan sampah dan bahan-bahan yang tidak terdegradasi.

  5. Pengalihan tata guna air pemukiman dan air tanah . Pengalihan ini dapat terjadi karena pembelokan aliran air dan untuk kepentingan masyarakat local menuju pemenuhan sumber daya air, seperti hotel, restoran, dan kepentingan wisata lainnya.

2.5 Pendapatan

  Pendapatan adalah penambahan jumlah aktiva sebagai hasil operasi perusahaan secara bruto, pendapatan diperoleh karena adanya penyerahan/penjualan barang/jasa atau aktiva lainnya dalam satu periode. Pendapatan dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu sebagai berikut :

  1 Pendapatan Operasional

  Pendapatan operasional adalah pendapatan yang diperoleh perusahaan dalam rangka kegiatan utama, misalnya pendapatan servis bagi perusahaan jasa dan penjualan bagi perusahaan dagang

  2 Pendapatan Nonoperasional

  Pendapatan nonoperasional adalah pendapatan yang diperoleh di luar usaha pokok, yang sifatnya tidak tetap, misalnya pendapatan bunga bagi perusahaan nonbank dan pendapatan komisi bagi perusahaan dagang.

2.6PenelitianTerdahulu

  Nico (2010) melakukan penelitian dengan judul: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Degradasi Lingkungan (Melalui Degradasi Hutan) di Sumatera Utara.

  Metode yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah metode analisis data panel yang dipadukan dengan analisis jalur (Path Analysis). Ruang lingkup penelitian ini membahas tentang degradasi lingkungan di Sumatera Utara, yang diukur melalui degradasi hutan, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Di mana difokuskan pada 18 Kabupaten di Sumatera Utara, dalam kurun waktu 2001-2008 (8 tahun). Hasil penelitian ini adalah jumlah penduduk, jumlah industri dan luas lahan perkebunan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Besarnya pengaruh langsung (direct effect) variabel jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, dan luas lahan perkebunan terhadap pertumbuhan ekonomi 18 kabupaten di Sumatera Utara sebesar 61.52 %. Besarnya pengaruh langsung (direct effect) variabel jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, luas lahan perkebunan, dan 16.64 %. Besarnya pengaruh tidak langsung (indirect effect) variabel jumlah penduduk, jumlah industri, luas lahan pertanian, dan luas lahan perkebunan terhadap degradasi hutan 18 kabupaten di Sumatera Utara melalui pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 18.95 %.

  Rita (2010) melakukan penelitian dengan judul: Kualitas Air Dan Keluhan Kesehatan Pemakai Air Danau Toba Di Sekitar Keramba Jaring Apung di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2010. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif, dilakukan untuk mengetahui kualitas air dan keluhan kesehatan pemakai air Danau Toba di sekitar keramba jaring apung di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. Metode pengumpulan data dengan menggunakan metode primer dan sekunder. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap 6 sampel bahwa kualitas fisik air Danau Toba disekitar keramba jaring apung masih memenuhi syarat yang diperbolehkan. Namun kualitas kimia air Danau Toba disekitar keramba jaring apung tidak memenuhi syarat yang diperbolehkan karna memiliki coliform yang jauh diatas syarat yang diperbolehkan. Jumlah responden yang mengalami keluhan kesehatan sebanyak 67 orang (83,8%). Keluhan kesehatan yang dirasakan responden adalah gatal dan merah-merah pada kulit dan mata merah dan gatal.

  Sundawatil dan Sanudin (2009) melakukan penelitian dengan judul: “Analisis Pemangku Kepentingan dalam Upaya Pemulihan Ekosistem Daerah Tangkapan Air Danau Toba (Stakeholder Analysis on Ecosystem Restoration of Lake Toba

  

Catchment Area)”. Penelitian dilakukan di 3 kabupaten yang menjadi lokasi kegiatan

  proyek ITTO, yaitu Kabupaten Samosir, Kabupaten Simalungun, dan Kabupaten Karo. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metodesnowballing. Data dan informasi dikumpulkan dengan metode wawancara yang kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemangku kepentingan dalam pengelolaan dan pemulihan ekosistem kawasan DTA Danau Toba dapat digolongkan sebagai pemangku kepentingan kunci, utama, dan pendukung. Pemangku kepentingan kunci merupakan lembaga pemerintah kabupaten yang tupoksinya berkaitan langsung dengan pemulihan ekosistem DTA Toba sepertiDinas Kehutanan dan Badan Lingkungan Hidup yang memiliki peranan yang paling tinggi dalam upaya pemulihan ekosistem DTA Toba. Hal tersebut terkait dengan system pemerintahan otonomi daerah (Pemda memiliki kewenangan yang cukup besar dalam menentukan berbagai kebijakan di wilayahnya). Meski tidak terjadi konflik kepentingan antar pemangku kepentingan yang mengemuka, namun terdapatpotensi konflik di antara beberapa pemangku kepentingan. Selain itu ditemukan pula potensi kolaborasi antara beberapa pemangku kepentingan.

2.7. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian

2.7.1. Kerangka Konseptual

  Ada banyak variabel yang mempengaruhi degradasi danau toba dan pengaruh nya terhadap yang terkena dampak, namun dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah luas lahan pertanian, perkembangan kerambah apung, Perkembangan hotel, perkembangan kapal boat,tingkat pendapatan dan jumlah wisatawan, sedangkan variabel lainnya dianggap konstan.

  Perkembangan Kerambah

  (X

  1 )

  Perkembangan Kapal boat

  Kerusakan Pendapatan )

  (X

  2 Lingkungan

  Masyarakat (Y

  1 )

  ) (Y

  2 Perkembangan penggarapan lahan (

  X )

  3 Perkembangan Hotel (

  X )

  4

2.7.2. Hipotesis Penelitian

  Hipotesis adalah jawaban sementara atas permasalahan yang sebenarnya yang kebenarannya harus diuji. Berdasarkan penjelasan kerangka konseptual penelitian maka sebagai jawaban sementara penulis membuat hipotesis penelitian sebagai berikut :

  1. Perkembangan Kerambah, Perkembangan hotel, perkembangan kapal boat, penggarapan lahan secara langsung berpengaruh terhadap kerusakan lingkungan. masyarakat.

Dokumen yang terkait

Kebijakan Pemerintah Terhadap Pelaksanaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Kesehatan Di Rumah Sakit Jiwa (Rsj) Provinsi Sumatera Utara

0 0 25

Tinjauan Yuridis Terhadap Kepastian Hukum Pelaksanaan Pengadaan Tanah : Studi Kasus Pelaksanaan Pembebasan Tanah Jalan Arteri Bandara Kualanamu

0 0 28

Tinjauan Yuridis Terhadap Kepastian Hukum Pelaksanaan Pengadaan Tanah : Studi Kasus Pelaksanaan Pembebasan Tanah Jalan Arteri Bandara Kualanamu

0 0 20

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM ASURANSI DI INDONESIA A. Sejarah Asuransi di Indonesia - Aspek Hukum Penggunaan Jasa Asuransi Oleh Bank Sebagai Pengalihan Resiko Dalam Pemberian Kredit(Studi Pada Pt. Bank Sumut Cabang Lima Puluh)

0 1 36

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Aspek Hukum Penggunaan Jasa Asuransi Oleh Bank Sebagai Pengalihan Resiko Dalam Pemberian Kredit(Studi Pada Pt. Bank Sumut Cabang Lima Puluh)

0 0 17

Analisis Pengaruh Pendapatan Konsumen, Harga, Brand smartphone, Dan Kualitas Smartphone Terhadap Keputusan Masyarakat Kota Medan Dalam Memilih Smartphon

0 0 35

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Smartphone - Analisis Pengaruh Pendapatan Konsumen, Harga, Brand smartphone, Dan Kualitas Smartphone Terhadap Keputusan Masyarakat Kota Medan Dalam Memilih Smartphon

0 0 20

KATA PENGANTAR - Analisis Pengaruh Pendapatan Konsumen, Harga, Brand smartphone, Dan Kualitas Smartphone Terhadap Keputusan Masyarakat Kota Medan Dalam Memilih Smartphon

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan dan Fungsi Utama Lahan - Pengaruh Konversi Lahan Pertanian Terhadap Tingkat Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat Kecamatan Batunadua Kota Padangsidimpuan

0 7 21

Pengaruh Konversi Lahan Pertanian Terhadap Tingkat Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat Kecamatan Batunadua Kota Padangsidimpuan

0 0 13