BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN - Analisis Finansial Dan Pemasaran Stroberi Di Desa Tongkoh, Kecamatan Dolat Rayat, Kabupaten Karo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tinjauan Agronomi

  Stroberi merupakan tanaman buah berupa herbal yang ditemukan pertama kali di daerah pegunungan Chili, Amerika Serikat. Salah satu spesies tanaman stroberi yaitu Fragaria chiloensis L menyebar ke berbagai negara Amerika, Eropa, dan Asia. Selanjutnya spesies lain, yaitu Fragaria vesca L. Lebih menyebar luas diandingkan spesies lainnya. Jenis stroberi Fragaria vesca L. ini pula yang pertama kali masuk ke Indonesia (Gunawan, 2003). Stroberi (Fragaria vesca) adalah tanaman yang tergolong family Rosaceae. Tanaman stroberi berasal dari Brittany, Perancis, dan kemudian dikembangkan di daerah timur Amerika Utara yang berjenis Fragaria virginia dan juga di daerah Cile serta Argentina, yang mengembangkan stroberi Fragaria chiloensis. Spesies tanaman stroberi ini yaitu Fragaria chiloensis L menyebar ke berbagai negara Amerika, Eropa dan Asia. Selanjutnya spesies lain, yaitu F. vesca L. lebih menyebar luas dibandingkan spesies lainnya. Jenis stroberi ini pula yang pertama kali masuk ke Indonesia.

  Stroberi kaya dengan air dan energi yang rendah (hanya 35 kkal dalam 100g), sedang konten seratnya cukup tinggi. Tanaman stroberi dalam taksonomi tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut (Rukmana, 1998) : Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup) Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua) Ordo : Rosales Famili : Rosaceae Genus : Fragaria Spesies : Fragaria >< ananassa Duchesne,disebut stroberi modern Stroberi yang kita temukan di pasar swalayan adalah hibrida yang dihasilkan dari persilangan F. virginia L. var Duchesne asal Amerika Utara, dengan F. chiloensis L. var Duchesneasal Cile. Persilangan tersebut menghasilkan hybrid yang merupakan stroberi modern atau stroberi yang komersil saat ini, Fragaria x annanassa var Duchesne. Di Indonesia, stroberi berasal dari Belanda dan Jepang. Aneka varietas unggul stroberi introduksi yang sudah beradaptasi di Indonesia antara lain adalah varietas Ostara, Tenira, Robunda, Bogota, Elvira, Grella, dan Red Gantlet ( Rukmana,1998 ).

  Secara tradisional buah stroberi digunakan untuk pengobatan diare, gonorrhea, gout, sakit perut dan batu ginjal. Buah stroberi memiliki kandungan vitamin C dan flavonoid. Flavonoid yang terkandung dalam buah stroberi merupakan sekelompok besar antioksidan bernama polifenol yang terdiri atas antosianin, asam ellagic, katekin, flavanon, flavon, dan flavanol (Erycesar, 2007). Hasil skreening fitokimia juga menunjukkan bahwa buah stoberi memiliki kandungan flavanoid, saponin, tanin, dan terpenoid. fitokimia yang terkandung dalam tanaman stroberi di antaranya hydrolyzable tanins (ellagitanins, gallotanins, dan asam ellagic), antosianin (pelargonidin dan cyanidin), flavonol (quercetin- rutinoside), dan flavanol (katekin) (Seeram et al, 2006). Buah stroberi dimanfaatkan sebagai makanan dalam keadaan segar atau olahannya. Produk makanan yang terbuat dari stroberi telah banyak dikenal misalnya sirup, jam, ataupun stup (compote) stroberi. Budidaya stroberi belum banyak dikenal dan diminati. Karena memerlukan temperatur rendah, budidaya di Indonesia harus dilakukan di dataran tinggi. Tanaman stroberi (Fragaria vesca), hanya dapat diusahakan di daerah–daerah pegunungan di atas 1000 meter dari permukaan laut. Untuk dapat berbunga tanaman ini memerlukan musim kering yang panjang dan buahnya tidak boleh kena hujan (Tohir, 1984).

  Tanaman stroberi membutuhkan lingkungan tumbuh bersuhu dingin (sejuk) dan lembab. Meskipun demikian, tanaman stroberi mempunyai kemampuan beradaptasi yang cukup luas, yakni dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada daerah-daerah yang mempunyai kondisi iklim sebagai berikut (Rukmana,

  1998). Suhu udara optimum antara 170 C – 200 C dan suhu udara minimum antara 40 C – 50 C, kelembapan udara (rH) 80 % – 90 %, penyinaran matahari 8 – 10 jam per hari, curah hujan berkisar antara 600 mm – 700 mm per tahun. Tanaman stroberi menyebar luas ke seluruh daratan tropis dan sub tropis, terutama di daerah pegunungan tropik. Tanaman ini dapat tumbuh pada beberapa jenis tanah, mulai dari tanah berpasir hingga tanah berliat dengan PH 5,5 – 6,5. Tanaman stroberi menghendaki suhu sejuk dan dingin sehingga di Indonesia banyak ditanam pada lahan dataran tinggi (Fachrudin, 1998).

2.1.2 Tinjauan Ekonomi Beberapa tahun belakangan, pasar stroberi di Indonesia berkembang cukup baik.

  Hal ini ditandai dengan tingkat permintaan yang cenderung meningkat. Permintaan strawberi tahun 2008 sebesar 22.900 ton/tahun meningkat menjadi sebesar 27.000 ton/tahun pada tahun 2009 ( Direktorat Tanaman Buah, 2010 ).

  Permintaan stroberi tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi segar, namun juga untuk produk olahan. Buah stroberi memiliki rasa yang khas, yaitu manis asam dan mentyegarkan yang sangat disukai oleh konsumen. Buah stroberi juga diketahui memiliki khasiat bagi kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selain rendah lemak dan kalori, strawberry secara alami mengandung serat, vitamin C, asam folat, kalium, dan antioksidan dalam jumlah tinggi (Kurnia, 2005)

2.1.3 Penelitian Sebelumnya

  Berdasarkan skripsi dari Dina A.S.L Tobing tentang Analisis Kelayakan Usahatani Wortel di Desa Sukadame Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo menjelaskan hasil dari penelitiannya adalah untuk perhitungan BEP volume Produksi wortel selama 1 musim tanam adalah sebesar Rp. 2.365kg, sedangkan produksi wortel selama 1 musim di daerah penelitian telah melalui titik impas yaitu sebesar 5.507kg. dan untuk BEP volume produksi selama 1 musim tanam per hektar diperoleh bahwa titik impas sebesar 6.263 kg. sedangkan produksi stroberi selama 1 musim tanam per hektar di daerah penelitian telah melalui titik impas yaitu sebesar 14.326 kg.

  Untuk perhitungan BEP harga stroberi selama 1 musim tanam dan per hektar adalah sebesar Rp 445/kg sedangkan harga stroberi selama 1 musim tanam di daerah penelitian sebesar Rp 1000/kg. dari keterangan menunjukan bahwa pada harga penjualan petani telah melalui titik impas (BEP), harga wortel, maka usahatani tesebut sudah menguntungkan.Untuk R/C ratio diketahui sebesar 2,28 artinya setiap biaya Rp 1,- yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 2,28 atau dengan kata lain, hasil penjualan wortel mencapai 208%, dari biaya yang dikeluarkan. Hal ini disebabkan karena penerimaannya tinggi (harga jual yang tinggi dan jumlah yang dijual pun lebih banyak) dibandingkan dengan biaa yang dikeluarkan kecil, berdasarkan criteria investasi yang menyatakan usaha dapat dikatakan layak untuk diusahakan apabila memiliki nilai R/C >1, maka usahatani wortel didaerah penelitian layak untuk diusahakan.

  Dengan demikian hipotesis 3, yang menyatakan usahatani wortel di daerah penelitian layak untuk dikembangkan dapat diterima.

  Dan berdasarkan penelitian dari Maria Nanda Sinaga dengan judul pemasaran kelapa mengatakan bahwa Fungsi pemasaran merupakan hal yang sangat penting dalam proses pemasaran stroberi. Perlakuan fungsi inilah yang menimbulkan biaya dalam pemasaran. Setiap lembaga pemasaran melakukan fungsi pemasaran sesuai dengan kebutuhan lembaga pemasaran itu. Untuk menganalisa efisiensi pemasaran kelapa perlu dihitung biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran yang berperan dalam proses pemasaran. Dalam proses pemasaran kelapa, petani tidak menangung biaya pemasaran, karena pada umumnya para pedagang yaitu agen langsung mendatangi petani untuk membeli langsung stroberi dan menangung semua biaya seperti pengangkutan, timbangan dan

  

marketing lost . Biaya pemasaran tertinggi terdapat pada tingkat Pedagang

  Pengumpul Desa yaitu sebesar Rp 324 / gandeng dan biaya pemasaran terendah terdapat pada tingkat agen sebesar Rp 50 / gandeng. Tingginya biaya pemasaran pada tingkat Pedagang Pengumpul Desa disebabkan karena Pedagang Pengumpul Desa menjual stroberi ke Medan dimana biaya pemasaran terbesar di biaya transportasi. Biaya pemasaran di tingkat agen terendah karena agen di desa hanya mengumpulkan kelapa dari petani-petani di desa yang hanya di kenakan biaya transportasi saja.

  

Profit margin tertinggi terdapat di tingkat pengecer sebesar Rp 1215/gandeng dan

profit margin terendah di tingkat agen sebesar Rp 200/gandeng. Marjin pemasaran

  yang tinggi terdapat pada tingkat pengecer sebesar Rp 1500/gandeng dan marjin pemasaran terendah pada tingkat agen sebesar Rp 250/gandeng. Marketing lost yang merupakan penurunan nilai kuantitatif atau nilai kualitatif barang dalam perhitungan biaya pemasaran kelapa ini diambil marketing lost sebesar tiga persen yang diperoleh dengan perkalian harga beli stroberi, Profit margin tertinggi terdapat di tingkat pedagang pengecer sebesar Rp 1182/gandeng dan profit margin terendah di tingkat agen sebesar Rp 200/gandeng. Marjin pemasaran yang tinggi terdapat pada tingkat pengecer sebesar Rp 1500/gandeng dan marjin pemasaran terendah pada tingkat agen sebesar Rp 250/gandeng yang mana tidak terlalu jauh berbeda dengan saluran pemasaran pertama. Semakin tinggi biaya pemasaran semakin tinggi marjin pemasaran atau selisih harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga jual petani semakin tinggi juga.

2.2 Landasan Teori

  Ilmu usaha tani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu dan efektif bila petani atau produsen dapat mengaokasikan sumber daya yang mereka miliki sebaik–baiknya dan dikatakan efisien bila pemanfaatan tersebut menghasilkan pengeluaran yang melebihi masukan ( Soekartawi,1995 ).

  Yang termasuk faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Di berbagai leteratur, faktor produksi ini dikenal pula dengan istilah sarana produksi, input,

  production factor, Dan korbanan produksi. Faktor produksi sangat mempengaruhi

  besar kecilnya produksi yang diperoleh. Dalam berbagai pengalaman menunjukan bahwa faktor produksi lahan, benih, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja, dan aspek manajemen adalah factor produksi yang terpenting (soekartawi, 1994).

  Fungsi produksi yang sering digunakan dalam bidang pertanian adalah fungsi produksi cobb- douglas. Fungsi produksi cob-douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variable, dimana variable yang satu disebut variable independen, yang dijelaskan (Y), dan variable lain disebut variable independen, (X). penyelesaian hubungan antara Y dan X adalah biasanya dengan cara regresi dimana variasi yang akan dipengaruhi oleh variasi X (soekartawi, 1994). Efisiensi adalah rasio yang mengukur keluaran atau produksi sistem atau proses untuk setiap sarana masukan. Pendapatan perusahaan merupakan penerimaan yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan, sedangkan biaya operasinya merupakan pengeluaran yang juga karena perusahaan biaya operasi ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu ;

  a) Biaya tetap, merupakan biaya yang jumlahnya tetap, tidak tergantung pada perubahan tingkat produksi dalam menghasilkan keluaran/produk di dalam interval tertentu.

  b) Biaya variabel, merupakan biaya yang berubah-ubah sesuai dengan perubahan tingkat produksi c)

  Biaya semi variabel, merupakan biaya yang didalamnya terkandung biaya tetap dan biaya variabel sekaligus. (umar, 2005) Ada beberapa jenis pendapatan berdasarkan sumbernya, yaitu ; 1.

  Gross dan nett income a.

  Gross income adalahh pendapatan yang belum dikurangi biaya. b. net income adalah pendapatan setelah dikurangi biaya.

  2. Pendapatan tenaga kerja petani adalah pendapatan pengelola ditambah upah tenaga kerja petani.

  3. Pendapatan tenaga kerja keluarga petani adalah pendapatan pengelola ditambah upah tenaga kerja petani dan anggota keluarga yang dihitung.

  4. Pendapatan petani adalah pendapatan tenaga kerja petani ditambah bunga modal milik sendiri

  5. Pendapatan keluarga petani adalah pendapatan tenaga kerja keluarga petani ditambah bunga modal milik sendiri (Prawirokusumo, 1999).

  Bermacam-macam peluang dan kesempatan yang ada dalam kegiatan usaha, telah menentut perlu adanya penilaian sejauh mana kegiatan atau kesempatan tersebut dapat memberikan manfaat (benefit) bila diusahakan. Kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha disebut dengan studi kelayakan. (Ibrahim, 1998). Aspek-aspek finansial dari persiapan dan analisis proyek menerangkan pengaruh- pengaruh finansial dari suatu proyek yang diusulkan terhadap pihak- pihak yang terlibat di dalamnya. Tujuan utama analisis finansial adalah untuk menentukan proyeksi mengenai anggaran yang akan digunakan secara efisien dengan cara mengestimasi penerimaan dan pengeluaran pada saat pelaksanaan proyek serta pada masa-masa yang akan datang setiap tahunnya (Gittinger,1986).

  Rencana anggaran dari suatu proyeksi analisis finansial dilakukan untuk mengetahui berapa besar investasi yang dibutuhkan dan sumber dana yang digunakan untuk membiayai pelaksanaan proyek. Analisis finansial dapat juga digunakan sebagai pertimbangan dalam permohonan kredit investasi dan kredit modal kerja serta penjadwalan pelunasan kredit yang digunakan untuk membiayai pembangunan proyek. Dalam analisis ini kriteria-kriteria yang digunakan adalah

  R/C ratio, Net benefit cost ratio, payback period , profitability index serta rasio- rasio keuangan.

  Tataniaga adalah kegiatan yang bertalian dengan penambahan kegunaan. Kegunaan yang diciptakan oleh kegiatan tataniaga adalah : 1.

  Kegunaan tempat, bahwa barang-barang itu mempunyai faedah atau kegunaan yang lebih besar karena perubahan tempat.

  2. Kegunaan waktu, bahwa barang-barang itu mempunyai faedah (yang lebih besar) setelah terjadi perubahan waktu.

  3. Kegunaan pemilikan, bahwa barang-barang itu mempunyai kegunaan (yang lebih besar) karena beralihnya hak milik atas barang (Hanafiah dan Saefuddin, 1986).

  Ada tiga cara pendekatan (penelaahan) dasar yang umum dipergunakan untuk mempelajari sistem tataniaga yaitu :

  1. Pendekatan serba barang yaitu membahas proses dan masalah-masalah tataniaga dari sudut jenis dan golongan barang-barang yang disalurkan dari sumbernya (produsen) hingga ke tangan konsumen.

  2. Pendekatan serba lembaga yaitu semua badan usaha, perorangan atau badan-badan dalam bentuk khusus, industri pemerintah dan swasta lainnya yang bergerak dalam semua kegiatan dan proses pemindahan barang- barang dan jasa-jasa dari sektor produsen ke sektor konsumen.

  3. Pendekatan serba fungsi yaitu pembahasan tiap-tiap fungsi yang diperankan oleh masing-masing lembaga tataniaga yang berperan di dalam proses penyampaian barang-barang dan atau jasa-jasa dari sektor produsen ke sektor konsumen (Hanafiah dan Saefuddin, 1986).

  Pendekatan serba lembaga adalah badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan tataniaga, meyalurkan barang dari produsen ke konsumen. Lembaga-lembaga ini mempunyai hubungan organisasi satu sama lain. Tugas lembaga tataniaga adalah melaksanakan fungsi-fungsi tataniaga dan memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin dan pihak konsumen akan memberikan jasa kepada lembaga tataniaga (Sihombing, 2011) Menurut Stanton (1993) dan Sudiyono (2004), saluran pemasaran merupakan suatu jalur dari lembaga-lembaga penyalur yang mempunyai kegiatan menyalurkan barang dari produsen ke konsumen. Penyalur ini secara aktif akan mengusahakan perpindahan bukan hanya secara fisik tapi dalam arti agar barang- barang tersebut dapat dibeli konsumen. Sedangkan lembaga tataniaga adalah badan atau usaha atau individu yang menyelenggarakan tataniaga, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir, serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran produk-produk pertanian sangat beragam sekali tergantung dari jenis komoditi yang dipasarkan. Lembaga- lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

  1. Tengkulak, lembaga pemasaran yang secara langsung berhubungan dengan petani.

  2. Pedagang pengumpul, lembaga yang membeli komoditi dari tengkulak.

  3. Pedagang besar, lembaga yang melakukan proses konsentrasi (pengumpulan) komoditi dari pedagang-pedagang pengumpul, melakukan distribusi ke agen penjualan atau pengecer.

  4. Agen penjualan, lembaga yang membeli komoditi yang dimiliki pedagang dalam jumlah banyak dengan harga yang relatif murah dibanding pengecer.

  5. Pengecer, lembaga yang berhadapan langsung dengan konsumen.

  Tugas lembaga pemasaran ini adalah menjalankan fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin. Konsumen memberikan balas jasa kepada pemasaran ini berupa margin pemasaran. Di dalam sistem pemasaran perlu diperhatian beberapa komponen penting yang mempengaruhi pemasaran, antara lain adalah :

  1. Organisasi pemasaran 2.

  Produk, jasa yang dipasarkan 3. Pasar 4. Saluran distribusi (Channel Distribution)

  5. Lingkungan, yang terdiri dari : faktor sosial budaya, penduduk, teknologi, keadaan perekonomian (Koeswara, 1995).

  Panjang pendeknya saluran pemasaran yang dilalui oleh suatu hasil komoditas pertanian tergantung pada beberapa faktor, yaitu :

  1. Jarak antara produsen dan konsumen Semakin jauh jarak antara produsen dan konsumen, semakin panjang saluran yang ditempuh produk.

  2. Cepat tidaknya produk rusak Produk yang cepat atau mudah rusak harus segera diterima konsumen dan dengan demikian menghendaki saluran pemasaran yang pendek dan cepat

  3. Skala produksi Bila produksi berlangsung dengan ukuran-ukuran kecil, maka jumlah yag dihasilkan berukuran kecil pula, hal ini tidak akan menguntungkan bila produksi langsung menjual ke pasar.

  4. Posisi keuangan pengusaha Produsen yang mempunyai modal yang banyak cenderung untuk memperpendek saluran pemasaran (Rahim , 2007).

  Pemasaran sebagai kegiatan produksi mampu meningkatkan guna tempat, guna bentuk dan guna waktu. Dalam menciptakan guna tempat, guna bentuk dan guna waktu ini diperlukan biaya pemasaran. Biaya pemasaran ini diperlukan untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran oleh lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran dari produsen sampai kepada konsumen akhir. Pengukuran kinerja pemasaran ini memerlukan ukuran efisiensi pemasaran (Sudiyono, 2004).

  Biaya pemasaran adalah biaya yang terdiri dari semua jenis pengeluaran yang dikorbankan oleh setiap middleman (perantara) dan lembaga-lembaga pemasaran yang berperan secara langsung dan tidak langsung dalam proses perpindahan barang, dan keuntungan (profit margin) yang diambil oleh middleman / lembaga tataniaga atas jasa modalnya dan jasa tenaganya dan menjalankan aktifitas pemasaran tersebut. Biaya pemasaran terjadi sebagai konsekuensi logis dari fungsi-fungsi pemasaran. Biaya pemasaran ini menjadi bagian tambahan harga pada barang-barang yang harus ditanggung oleh konsumen. Oleh sebab itu biaya pemasaran yang tinggi akan membawa efek kepada harga beli konsumen. Disamping itu, biaya tataniaga yang tinggi juga akan membuat sistem pemasaran kurang/tidak efisien (Gultom, 1996).

  Semakin banyak lembaga tataniaga yang terlibat, semakin panjang rantai tata niaga dan semakin besar biaya pemasaran komoditi tersebut. Secara teknis dapat dikatakan bahwa semakin pendek rantai tata niaga suatu barang hasil pertanian, maka: a. biaya tata niaga semakin rendah, b. margin tata niaga juga semakin rendah, c. harga yang harus dibayarkan konsumen semakin rendah, d. harga yang diterima produsen semakin tinggi (Daniel, 2002)

  Di sepanjang perjalanan barang dari sektor produsen ke konsumen terbentuk lembaga-lembaga tataniaga yang terdiri dari pedagang, pengangkutan, agen dan lain-lain. Lembaga pemasaran ádalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Pedagang/agen dikenal sebagai middleman (perantara) dan jalan yang ditempuh barang-barang dari produsen hingga sampai ke konsumen dikenal sebagai channel of marketing atau mata rantai saluran tataniaga. Pengertian jarak dalam perjalanan barang itu dinyatakan dengan banyaknya middleman yang terdapat di sepanjang mata rantai saluran tataniaga. Semakin panjang rantai saluran pemasaran maka semakin besar biaya pemasaran sehingga marjin pemasaran pun semakin tinggi yang mengakibatkan harga yang diterima petani

  (farmer’s share) semakin kecil.

  Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen. Perhitungan marjin pemasaran digunakan untuk melihat setiap saluran pemasaran aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh lembaga pemasaran dalam menjalankan fungsi-fungsi pemasaran yang mengakibatkan adanya perbedaan harga ditingkat produsen dan di tingkat konsumen. Komponen marjin pemasaran terdiri dari biaya-biaya yang diperlukan lembaga-lembaga pemasaran untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang disebut dengan biaya pemasaran atau biaya fungsional dan keuntungan lembaga pemasaran (Sudiyono, 2004). Tujuan analisis marjin pemasaran untuk melihat efisiensi pemasaran yang diindikasikan oleh besarnya keuntungan yang diterima oleh masing-masing pelaku pemasaran. Semakin tinggi harga yang diterima produsen, semakin efisien sistem pemasaran tersebut. Besarnya keuntungan yang diterima oleh masing- masing pelaku pemasaran relatif terhadap harga yang dibayar konsumen dan atau relatif terhadap biaya pemasaran terkait dengan peran yang dilakukan oleh masing-masing pelaku. Marjin pemasaran yang dikelompokan menurut jenis biaya yang sama disebut juga price spread atau absolut margin. Jika angka-angka price spread dipersenkan terhadap harga beli konsumen, maka diperoleh share margin (Gultom, 1996). Menurut Downey dan Steven (1992) efisiensi pemasaran merupakan tolak ukur atas produktivitas proses pemasaran dengan membandingkan sumberdaya yang digunakan terhadap keluaran yang dihasilkan selama berlangsungnya proses pemasaran.

  Suatu perubahan yang dapat memperkecil biaya pemasaran tanpa mengurangi kepuasan konsumen, menunjukan adanya perbaikan dalam efisiensi pemasaran.

  Semakin tinggi marjin pemasaran suatu komoditi semakin rendah tingkat efisiensi sistem pemasaran. Pada umumnya suatu sistem pemasaran untuk sebagian produk hasil pertanian dapat dikatakan sudah efisien bila share margin petani berada di atas 50 % (Gultom, 1996).

  Bermacam–macam peluang dan kesempatan yang ada dalam kegiatan usaha, telah menuntut perlu adanya penilaian sejauh mana kegiatan atau kesempatan tersebut dapat memberikan manfaat (benefit) bila diusahakan. Kelayakan usaha dapat melihat kelayakan dari suatu gagasan yang berasal dari pengusaha secara individu.

  Kegiatan usaha terutama usahatani pada umumnya mengutamakan financial

  

benefit daripada social benefit. Kelayakan usaha dapat diketahui dengan

  menggunakan beberapa kriteria investasi yang umum dikenal, antara lain sebagai berikut ; BEP dan R/C (Kasmir dan Jakfar, 2003)

2.3 Skema kerangka pemikiran

  Stroberi Pemasaran Finansial Penjualan Stroberi Tenaga Kerja

  Saluran Pemasaran input Modal Benih Output

  Pendapatan Gambar 1. Skema kerangka pemikiran

  Keterangan : Adanya Hubungan

2.4 Hipotesis Penelitian

  Adapun hipotesis penelitian ini berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran adalah sebagai berikut :

  1. usaha budidaya stroberi didaerah penelitian layak secara finansial untuk diusahakan.

  2. saluran tata niaga didaerah penelitian tergolong panjang dan tingkat efisiensi pemasaran stroberi didaerah penelitian tergolong rendah.

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN - Hubungan Antara Karakteristik Petani Peternak Sapi Dengan Kinerja Penyuluh (Kasus: Desa Ara Condong, Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat)

0 3 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN - Perbandingan Peran Penyuluh Pertanian Lapangan (Ppl) Di Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai Dengan Desa Karang Anyar Kecamatan Beringin, K

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Pertanian Organik - Analisis Finansial Usahatani Padi Organik (Studi Kasus: Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

0 2 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka - Kelayakan dan Analisis Usahatani Jeruk Siam (Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk)(Studi Kasus : Desa Kubu Simbelang, Kecamatan Tigapanah, Kabupa

0 1 30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN - Dampak Penggunaan Pupuk Kompos Terhadap Pendapatan Usahatani Jagung Di Kabupaten Simalungun (Kasus: Desa Bangun Panei Kecamatan Dolok Pardamean)

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN - Analisis Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Pendapatan Petani Kubis Di Kecamatan Simpang Empat(Studi Kasus: Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)

0 1 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN - Peranan Istri Nelayan Terhadap Pendapatan Keluarga (Kasus : Desa Bagan Serdang, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang)

0 2 14

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Kacang Kedelai

0 1 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN - Analisis Pola Konsumsi Pangan Non Beras Sumber Karbohidrat Di Kecamatan Medan Tuntungan

0 0 12

Analisis Finansial Dan Pemasaran Stroberi Di Desa Tongkoh, Kecamatan Dolat Rayat, Kabupaten Karo

0 0 23