BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN - Perbandingan Peran Penyuluh Pertanian Lapangan (Ppl) Di Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai Dengan Desa Karang Anyar Kecamatan Beringin, K

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

  2.1.1 Penyuluh Pertanian

  Penyuluh pertanian merupakan agen bagi perubahan perilaku petani, yaitu dengan mendorong masyarakat petani untuk mengubah perilakunya menjadi petani dengan kemampuan yang lebih baik dan mampu mengambil keputusan sendiri, yang selanjutnya akan memperoleh kehidupan yang lebih baik (Kartasapoetra, 1994). Melalui peran penyuluh, petani diharapkan menyadari akan kekurangannya atau kebutuhannya, melakukan peningkatan kemampuan diri dan dapat berperan dimasyarakat dengan lebih baik.

  2.1.2 Penyuluhan Pertanian

  Penyuluhan Pertanian adalah hubungan kemitraan antara pemeritah, tuan tanah, dan masyarakat, yang menyediakan pelayanan dan pendidikan terencana untuk menemukan kebutuhan masyarakat. Tujuan utamanya adalah kemajuan masyarakat (Kelsey and Cannon, 1955).

  Penyuluhan Pertanian didefinisikan sebagai pendidikan nonformal yang ditujukan kepada petani dan keluarganya dengan tujuan jangka pendek untuk mengubah perilaku termasuk sikap, tindakan dan pengetahuan kearah yang lebih baik, serta tujuan jangka panjang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat indonesia.

  Kegiatan penyuluhan pertanian melibatkan dua kelompok yang aktif. Di satu pihak adalah kelompok penyuluh dan yang kedua adalah kelompok yang disuluh.

  Penyuluh adalah kelompok yang diharapkan mampu membawa sasaran

  7

  penyuluhan pertanian kepada cita-cita yang telah digariskan, sedangkan yang disuluh adalah kelompok yang diharapkan mampu menerima paket penyuluhan pertanian (Sastraatmadja, 1993). Menurut Mardikanto (2009) kegiatan penyuluhan diartikan dengan berbagai pemahaman, yaitu seperti: penyebarluasan informasi, penerangan atau penjelasan, pendidikan nonformal (luar sekolah), perubahan perilaku, rekayasa sosial, pemasaran inovasi (teknis dan sosial), perubahan sosial (perilaku individu, nilai-nilai, hubungan antar individu, kelembagaan), pemberdayaan masyarakat (community empowerment ), serta penguatan komunitas (community strengthening ).

  Penyuluhan menurut Van Den Ban (1999), diartikan sebagai keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar. Pendidikan penyuluhan adalah ilmu yang berorientasi keputusan tetapi juga berlaku pada ilmu sosial berorientasi pada kesimpulan. Ilmu ini mendukung keputusan strategi yang harus diambil dalam organisasi penyuluhan.

  Penyuluhan juga dapat menjadi sarana kebijaksanaan yang efektif untuk mendorong pembangunan pertanian dalam situasi petani tidak mampu mencapai tujuannya karena keterbatasan pengetahuan dan wawasan. Sebagai sarana kebijakan, hanya jika sejalan dengan kepentingan pemerintah atau organisasi yang mendanai jasa penyuluhan guna mencapai tujuan petani. Menurut Suhardiyono (1992), penyuluhan merupakan pendidikan nonformal bagi petani beserta keluarganya dimana kegiatan dalam ahli pengetahuan dan

  8

  ketrampilan dari penyuluh lapangan kepada petani dan keluarganya berlangsung melalui proses belajar mengajar. Beberapa ahli penyuluhan menyatakan bahwa sasaran penyuluhan yang utama adalah penyebaran informasi yang bermanfaat dan praktis bagi masyarakat petani di pedesaaan dan kehidupan pertaniannya, melalui pelaksanaan penelitian ilmiah dan percobaan di lapang yang diperlukan untuk menyempurnakan pelaksanaan suatu jenis kegiatan serta pertukaran informasi dan pengalaman diantara petani untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.

  Dalam kegiatan penyuluh pertanian, peran penyuluh pertanian sebagai petugas yang mempersiapkan para petani dan pelaku usaha pertanian lain sudah mulai tumbuh yang antara lain dicirikan dari kemampuannya dalam mencari, lembaga-lembaga pendidikan keterampilan yang dikelola oleh petani sendiri.

  Sejalan dengan berubahnya paradigma pembangunan pertanian, maka penyelenggaraan penyuluh pertanian dilakukan melalui pendekatan partisipatif untuk lebih meningkatkan peran serta aktif petani dan pelaku usaha pertanian lainnya (Deptan, 2008).

2.1.3 Padi Organik

  Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan- bahan alami tanpa bahan-bahan kimia sintesis. Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk pertanian bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumen serta tidak merusak lingkungan. Pertanian organik sebagai bagian dari pertanian yang akrab lingkungan perlu segera dimasyarakatkan sejalan makin banyaknya dampak negatif terhadap lingkungan

  9

  yang terjadi akibat dari penerapan teknologi intensifikasi yang mengandalkan bahan kimia pertanian. Disamping itu, makin meningkatnya jumlah konsumen produksi bersih dan meningkatnya serta meluasnya gerakan “green consumer” merupakan pendorong segera disosialisasikan gerakan pertanian organik (Sutanto, 2002). Beras organik adalah beras yang dihasilkan melalui proses produksi secara organik berdasarkan standar tertentu dan telah disertifikasi oleh suatu badan independen. Secara umum definisi 0rganik” yaitu tidak menggunakan bahan kimia sintetis berupa pestisida kimia maupun pupuk kimia, merawat kesuburan tanah secara alami, menanam tanaman penutup tanah atau cover crop maupun penggunaan limbah tanaman, menggunakan sistem tanam rotasi, mengendalikan hama dengan predatornya dan menutup rumput liat dengan jerami/mulsa (IRRI, 2004).

  Beras Organik merupakan salah satu produk dari pertanian organik. Menurut Andoko (2002), beras organik adalah beras yang berasal dari padi yang dibudidayakan secara organik atau tanpa penggunaan pupuk dan pestisida kimia.

  Sehingga dapat dikatakan beras organik terbebas residu pupuk dan pestisida kimia yang sangat berbahaya bagi kesehatan masyarakat.

  Ada dua jenis beras organik (padi organik) yang dibudidayakan di Indonesia yaitu jenis citanur dan ciherang. Beras citanur adalah beras varietas lokal yang dikembangkan lewat perkawinan silang secara alami dengan melibatkan benih varietas lokal. Persilangan tersebut yaitu antara varietas pandan wangi dan lusi.

  Pandan wangi dengan aroma yang sangat khas dan lusi dengan sifat pulennya

  10

  yang kentara. Sedangkan beras jenis ciherang adalah beras organik yang berbeda dengan varietas lain. Karakter khusus dari beras ciherang yaitu butirnya berbentuk panjang. Untuk aromanya, beras organik ciherang tidak wangi, berbeda dengan beras organik pandan wangi. Dalam budidayanya, beras organik ciherang dikenal karena mempunyai daya tahan yang kuat terhadap hama daripada beras organik varietas lain. Dalam produksinya pun, beras organik ciherang lebih produktif dari beras organik varietas lain (Mulyawan, 2011). Manfaat beras organik yaitu mengurangi masukan bahan kimia beracun ke dalam tubuh, meningkatkan masukan nutrisi bermanfaat seperti vitamin, mineral, asam lemak esensial dan antioksidan, menurunkan risiko kanker, penyakit jantung, alergi serta hiperaktivitas pada anak-anak. Warna beras organik yang lebih putih dibandingkan dengan beras non organik serta nasi dari beras organik lebih bertahan lama (Isdiayanti, 2007).

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Peran Penyuluh Pertanian

  Menurut Suhardiyono (1992), seorang penyuluh membantu para petani didalam usaha mereka meningkatkan produksi dan mutu produksinya guna meningkatkan kesejahteraan mereka. Oleh karena itu para penyuluh memiliki peran antara lain sebagai pembimbing, organisator dan dinamisator, pelatih teknisi, dan jembatan petani dengan lembaga penelitian dibidang pertanian sebagai berikut:

  a. Penyuluh Sebagai Pembimbing Petani Seorang penyuluh adalah pembimbing dan guru bagi petani dalam pendidikan non formal, penyuluh memiliki gagasan yang tinggi untuk mengatasi hambatan dalam pembangunan pertanian yang berasal dari petani maupun keluarganya. Seorang

  11

  penyuluh harus mengenal baik sistem usahatani, bersimpati terhadap kehidupan petani serta pengambilan keputusan yang dilakukan petani baik secara teori maupun praktek. Penyuluh harus mampu memberikan praktek demontrasi tentang suatu cara atau metode budidaya suatu tanaman, membantupetani menempatkan atau menggunakan sarana produksi pertanian dan peralatan yang sesuai. Penyuluh harus mampu memberikan bimbingan kepada petani tentang sumber dana kredit yang dapat digunakan untuk mengembangkan usaha tani mereka dan mengikuti perkembangan terhadap kebutuhan-kebutuhan petani yang berasal dari instansi- instansi terkait.

  b. Penyuluh Sebagai Organisator dan Dinamisator Dalam penyelenggaraan kegiatan penyuluhan para penyuluh lapangan tidak petani harus diajak untuk membentuk suatu kelompok-kelompok tani dan mengembangkan menjadi suatulembaga ekonomi dan sosial yang memiliki peran dalam mengembangkan masyarakat sekitarnya. Dalam pembentukan dan pengembangan kelompok tani, penyuluh sebagai dinamisator dan organisator petani.

  c. Penyuluh Sebagai Teknisi Seorang penyuluh harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan teknis yang baik karena pada suatu saat akan diminta petani memberikan saran maupun demonstrasi kegiatan usahatani yang bersifat teknis. Tanpa adanya pengetahuan dan ketrampilan teknis yang baik maka akan sulit untuk memberikan pelayanan jasa konsultan yang diminta petani.

  12

  d. Penyuluh Sebagai Media Penghubung Antara Lembaga Penelitian dengan Petani Penyuluh bertugas menyampaikan hasil temuan lembaga penelitian kepada petani.

  Sebaliknya, petani berkewajiban melaporkan pelaksanaan penerapan hasil temuan lembaga penelitian yang dianjurkan tersebut sebagai penghubung, selanjutnya penyuluh menyampaikan hasil penerapan teknologi yang dilakukan oleh petani kepada lembaga penelitian yang terkait sebagai bahan referensi lebih lanjut.

  Menurut Kartasapoetra (1994), pada setiap Wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian (WKPP) ditetapkan seorang petugas PPL (penyuluh pertanian lapang) yang akan mengemban tugas pokok sebagai berikut : 1) Menyebarkan informasi pertanian yang bermanfaat.

  3) Memberikan saran-saran atau rekomendasi bagi usahatani yang lebih menguntungkan.

  4) Membantu mengikhtiarkan sarana produksi, fasilitas kerja serta bahan informasi pertanian yang diperlukan para petani.

  5) Mengembangkan swakarya dan swasembada para petani agar taraf kehidupannya dapat lebih meningkat.

2.2.2 Dampak Peran Penyuluh Pertanian Lapangan terhadap Pengembangan Usahatani Padi Organik

  Menurut Stufleabem (1987), dampak peran penyuluh pertanian lapangan terhadap pengembangan usahatani padi organik melalui metode (CIPP) dapat dikelompokkan sebagai berikut :

  13

  1. Peningkatan produktifitas Produktivitas mengandung arti sebagai perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input). Dengan kata lain bahwa produktivitas memiliki dua dimensi. Dimensi pertama adalah efektivitas yang mengarah kepada pencapaian target berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Yang kedua yaitu efisiensi yang berkaitan dengan upaya membandingkan input dengan realisasi penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan.

  2. Peningkatan sarana dan prasarana Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan. Sedangkan terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek). Untuk lebih memudahkan membedakan keduanya. Sarana lebih ditujukan untuk benda-benda yang bergerak seperti komputer dan mesin-mesin, sedangkan prasarana lebih ditujukan untuk benda-benda yang tidak bergerak seperti gedung.

  3. Sertifikasi Lembaga sertifikasi adalah lembaga yang mempunyai tanggung jawab untuk memferivikasi bahwa produk yang di jual dan di label merupakan padi organik yang diproduksi, diolah dan dipersiapkan. Tahapan – tahapan untuk mengajukan sertifikasi padi organik:

  1. petani atau kelompok tani datang mengajukan permohonan sertifikat organik pada lembaga sertifikat organik (LSO) yang ada.

  2. Pengisian formulir permohonan sertifikat organik dan kelengkapan dokumen- dokumen pendukung, seperti status legalitas gabungan kelompok tani, sejarah penggunaan lahan 3 sampai 5 tahun terakhir, peta lahan, peta wilayah sekitar, teknik produksi, pemeliharaan dan pasca panen yang diminta oleh pihak LSO kepada petani.

  3. Dokumen lengkap, pihak LSO akan mengirim petugas LSO ke lahan petani untuk mengecek kebenaran dan kesesuaian isi dokumen dan fakta dilapangan.

  4. Dokumen yang memenuhi syarat dan sesuai dengan keadaan di lapangan maka sertifikat lolos dan akan memperoleh sertifikat organik. Bila belum lengkap tidak diberi sertifikat dan untuk melengkapi kekurangan dari dokumen yang kurang diberi waktu tiga minggu.

  (Sriyanto, S. 2010) 4. Penambahan luas lahan

  Dengan lahan yang sempit produksi pertanian akan tidak mampu untuk mencukupi biaya hidup keluarga tani. Tanah yang sempit menyebabkan biaya produksi terlalu tinggi (high cost) dibandingkan dengan tanah yang luas, baik dari segi tenaga kerja, penggunaan bibit, pemupukan, dan biaya-biaya alsintan lainnya.

  Untuk meningkatkan tingkat penjualan dapat diawali dengan peningkatan, kualitas, peningkatan mutu dan kuantitasnya ketiga ini saling berhubungan. Jika hanya salah satu dari ketiga itu yang diperhatikan maka penjualan tidak akan berjalan dengan lancar.

  14

5. Peningkatan pemasaran

2.3 Penelitian Terdahulu

  15 Pada penelitian yang dilakukan Aginia Revikasari tahun 2010 dengan judul “

  Peranan Penyuluh Pertanian dalam pengembangan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di Desa Tempuran, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi” diperoleh kesimpulan bahwa Gapoktan Tani Maju mengalami peningkatan perkembangan dengan adanya

  keterlibatan Penyuluh pertanian dari awal pembentukan hingga tahap berkembang pada saat ini, Penyuluh Pertanian aktif melakukan pendampingan dan pembinaan rutin dari segi manajemen, administrasi, perkembangan usaha serta kemitraan Gapoktan.

  Penelitian yang dilakukan oleh Hermayunita 2011 dengan judul “

  Peran Penyuluh Pertanian lapangan (PPL) dalam Penerapan Pertanian Organik di Kenagarian Koto Tinggi, KecamatanBaso, Kabupaten Agam” di simpulkan bahwa Penyuluh dalam penerapan pertanian organik sudah berperan. Hal ini dapat dilihat dari penyuluh melakukan tugasnya sebagai motivator, edukator, penghubung, organisator, komunikator dan penasehat.

2.4 Kerangka Pemikiran

  Penyuluh pertanian merupakan agen bagi perubahan perilaku petani, yaitu dengan mendorong masyarakat petani untuk mengubah perilakunya menjadi petani dengan kemampuan yang lebih baik dan mampu mengambil keputusan sendiri, yang selanjutnya akan memperoleh kehidupan yang lebih baik (Kartasapoetra, 1994). Dalam perannya penyuluh memiliki perannya yaitu apakah penyuluh melakukan tindakan ataupun tidak melakukan tindakan.Tindakan inilah yang menjadi pedoman dan disusun secara sistematis dan memiliki tujuan, baik tujuan jangka

  pendek maupun tujuan jangka panjang yang akan dicapai disetiap pelaksanaan tugasnya. Peran penyuluh pertanian dibuat dan disusun berdasarkan kepentingan

  16

petani, karena petani memiliki gambaran mengenai program yang mereka

inginkan dan dikondisikan sesuai dengan usahatani mereka. Peran penyuluhan

pertanian dibuat dengan peran aktif penyuluh pertanian lapangan, dengan tujuan

disampaikan kepada petani. Didalam penyampaian perannya pastilah memiliki

dampak dalam program penyuluhan tersebut. Baik itu berdampak maupun tidak

berdampak dengan adanya peranan penyuluh pertanian (PPL) diharapkan

kelompok tani di daerah penelitian dapat berkembang dengan baik sesuai dengan

yang diharapkan.

  Berdasarkan uraian sebelumnya maka secara sistematis dapat digambarkan skema kerangka pemikiran sebagai berikut :

  17

KERANGKA PEMIKIRAN

  Bertindak Tidak Bertindak Peran PPL :

  Peran PPL :

  

Usahatani Padi Usahatani Padi

Organik L. Bayas Organik Karang

anyar

  Penyuluh Sebagai Penyuluh Sebagai Pembimbing Petani Pembimbing Petani Penyuluh Sebagai Organisator Penyuluh Sebagai dan Dinamisator

  Organisator dan Dinamisator Penyuluh Sebagai Teknisi

  Penyuluh Sebagai Teknisi Penyuluh Sebagai Media Penyuluh Sebagai Media Penghubung Petani Penghubung Petani

  Dampak Dampak

  1. Peningkatan produktifitas 1. Peningkatan Produktifitas 2.

  Peningkatan sarana dan 2. Peningkatan sarana dan prasarana prasarana 3.

  Sertifikasi 3. Sertifikasi 4.

  Penambahan Luas Lahan 4. Penambahan Luas Lahan 5.

  Peningkatan Pemasaran 5. Peningkatan Pemasaran tidak Berdampak

  Berdampak

  Keterangan : = Menyatakan Pengaruh

  18

2.4 Hipotesis Penelitian

  1. Terdapat perbedaan yang nyata antara peran penyuluh pertanian lapangan (PPL) di Desa Lubuk Bayas dengan Desa Karang Anyar terhadap pengembangan usahatani padi organik.

  2. Terdapat perbedaan yang nyata dampak peran Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) terhadap pengembangan usahatani padi organik di Desa Lubuk Bayas dan Desa Karang Anyar.

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Investasi - Pengaruh Firm Size, Earning Per Share Dan Book To Market Ratio Terhadap Return Saham Dengan Kebijakan Deviden Sebagai Moderating Variabel Pada Perusahaan Pertambangan Batubara Yang Terdaftar

0 0 22

KATA PENGANTAR - Pengaruh Firm Size, Earning Per Share Dan Book To Market Ratio Terhadap Return Saham Dengan Kebijakan Deviden Sebagai Moderating Variabel Pada Perusahaan Pertambangan Batubara Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 23

BAB II TINJAUAN UMUM PERJANJIAN DAN MODAL VENTURA A. Tinjauan Umum Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian - Pertanggungjawaban Perusahaan Pasangan Usaha Dalam Perjanjian Pembiayaan Pola Bagi Hasil Pada Perusahaan Modal Ventura (Studi Pada Pt. Sarana Sumut Ve

0 1 42

KATA PENGANTAR - Pertanggungjawaban Perusahaan Pasangan Usaha Dalam Perjanjian Pembiayaan Pola Bagi Hasil Pada Perusahaan Modal Ventura (Studi Pada Pt. Sarana Sumut Ventura)

0 0 23

BAB II PERANAN DAN PENGATURAN HUKUM TERHADAP NOTARIS - Pertanggungjawaban Pidana Notaris Dalam Hal Tindak Pidana Pemalsuan Surat Akta Authentik (Studi Putusan Nomor: 40/Pid.B/2013/Pn.Lsm)

0 0 36

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pertanggungjawaban Pidana Notaris Dalam Hal Tindak Pidana Pemalsuan Surat Akta Authentik (Studi Putusan Nomor: 40/Pid.B/2013/Pn.Lsm)

0 0 12

BAB II PERAN NEGARA SEBAGAI PEMEGANG SAHAM PADA BUMN YANG SUDAH GO PUBLIC A. Dasar Hukum BUMN Melakukan Go Public - Konflik Kepentingan Negara Sebagai Pemegang Saham Pada Penjualan Saham Bumn Dalam Kejahatan Perdagangan Orang Dalam

0 0 39

BAB II PENGATURAN ANAK SEBAGAI PEKERJA BERDASARKAN HUKUM INTERNASIONAL A. Pekerja Anak Berdasarkan Hukum Internasional - Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Anak Berdasarkan Hukum Internasional

0 0 20

BAB II KAJIAN TENTANG WARISAN MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM ADAT A. Pengertian Warisan Menurut Hukum Islam dan Hukum Adat 1. Menurut Hukum Islam - Kajian Yuridis Pelaksanaan Warisan Pada Masyarakat Adat Batak Mandailing Di Padang Lawas

0 0 31

DAFTAR ISI - Kajian Yuridis Pelaksanaan Warisan Pada Masyarakat Adat Batak Mandailing Di Padang Lawas

0 0 18