BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ibu Hamil - Pengaruh Karakteristik Ibu Hamil dan Kinerja Bidan terhadap Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ibu Hamil
Ibu hamil merupakan salah satu kelompok didalam masyarakat yang paling mudah menderita gangguan kesehatan atau rawan kekurangan gizi, sehingga pada masa kehamilan ibu hamil memerlukan unsur–unsur gizi lebih banyak di bandingkan dengan keadaan biasanya (Hall, 2000). Selama kehamilan ibu hamil akan mengalami proses fisiologis yaitu keadaan kesehatan fisik dan mental sebelum dan selama hamil berpengaruh terhadap keadaan janin dan waktu persalinan.
Kehamilan adalah jika ada pertemuan dan persenyawaan antara sel telur (ovum) dan sel mani atau spermatozoa (Hajjah, 2008).
2.1.1. Proses Permulaan Kehamilan
Dimulainya proses kehamilan dari Pembuahan (Konsepsi) adalah suatu peristiwa penyatuan antara sel mani dengan sel telur di tubafallopi. Pembuahan merupakan awal kehamilan dan pembuahan bisa terjadi apabila melakukan senggama (koitus) yang dilakukan pada saat ovulasi (keluarnya sel telur dari indung telur).
Biasanya ovulasi telur terjadi kira-kira 14 hari sebelum haid yang akan datang, kemudian dalam beberapa jam setelah pembuahan mulailah pembagian zigot (sel telur yang sudah dibuahi) selama 3 hari sampai stadium morulla. Hasil konsepsi ini tetap digerakkan kearah rongga rahim oleh arus dan getaran rambut getar (silia) serta kontraksi tuba yang kemudian hasil konsepsi tiba di kavum uteri pada tingkat
12 blastula, kemudian hasil konsepsi/ embrio menempel pada dinding rahim yang disebut nidasi. Dimana setelah pertemuan spermatozoa dan ovum maka terbentuklah zigot kemudian menjadi janin yan siap untuk dilahirkan. Tahap embrio berlangsung dari hari ke 15 sampai hari sekitar 8 minggu setelah konsepsi atau sampai ukuran embrio sekitar 3 cm, dari puncak kepala sampai bokong (Bobak, 2004).
2.1.2. Menentukan Periode Kehamilan
Kehamilan dibagi menjadi tiga trimester masing-masing trimester berlangsung kira-kira tiga bulan. Trimester pertama sebagai periode pembentuk karena spermatozoa menembus dinding corona adiate dengan enzim hyaluronidase. Persenyawaan ini terjadi di daerah ampulla tubae. Dengan adanya estrogen dan progesteron yang meningkat akan menyebabkan timbulnya rasa mual-mual pada pagi hari, lemah, lelah, dan membesarnya payudara. Ibu merasa tidak sehat dan sering kali membenci kehamilannya, merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan dan kesedihan. Dia selalu mencari tanda-tanda untuk meyakinkan bahwa dirinya hamil atau tidak, setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya akan selalu diperhatikan dengan seksama. Pada trimester pertama banyak wanita berpikir bahwa janinnya tidak nyata selama awal periode masa hamil.
Pada trimester kedua biasanya ibu merasa sehat dimana tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormon yang lebih tinggi dan rasa tidak nyaman karena hamil pun sudah berkurang. Perut ibu pun belum terlalu besar sehingga belum dirasakan sebagai beban dan pada trimester dua ini ibu sudah menerima kehamilannya dan dapat menggunakan energi dan pikirannya secara lebih konstruktif. Pada trimester ini banyak ibu yang merasa terlepas dari rasa kecemasan dan rasa tidak nyaman seperti yang dirasakan pada trimester pertama dan merasakan meningkatnya libido. Pada trimester ini ibu sudah merasakan gerakan bayinya, dan ibu mulai merasakan kehadiran bayinya sebagai seseorang diluar dari dirinya sendiri.
Pada kehamilan trimester ketiga sudah mencapai bulan ke 7. Pada trimester ini sering kali disebut periode menunggu dan waspada, sebab pada saat ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Pada trimester ini rasa tidak nyaman akibat kehamilan akan timbul kembali ini ditandai dengan kadang-kadang ibu merasa khawatir anaknya akan lahir sewaktu-waktu. Ini menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaannya terhadap timbulnya tanda dan gejala terjadi persalinan pada ibu akan meningkat, seringkali ibu merasa khawatir atau takut kalau-kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak normal. Kebanyakan ibu akan bersikap melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau benda apa saja yang dianggapnya membahayakan bayinya. Pada trimester ini seorang ibu akan mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu persalinan atau melahirkan (Rukiyah, 2009).
2.1.3. Adaptasi Fisik dan Adaptasi Psikologis pada Kehamilan
1. Adaptasi Fisik Proses kehamilan membawa perubahan fisik diantaranya pada trimester pertama akan terjadi tidak adanya mensturasi, sembelit, nyeri pada panggul, mual dan muntah (mual pada pagi hari), lelah dan mengantuk, sering berkemih, tidak menyukai bau atau makanan tertentu, cairan vagina meningkat penurunan berat badan atau kenaikan sampai 2,5 kg, dan perubahan pada payudara : penuh, nyeri tekan, gatal didaerah putting, aerola menjadi gelap. Pada trimester kedua perubahan fisik yang terjadi adalah sudah merasa enak secara fisik, merasakan gerakan janin, nafsu makan meningkat, mual menghilang, sembelit, nyeri di lipat paha akibat kontraksi ligament rotundum, kenaikan berat badan rata-rata 0,4-0,5 kg per minggu, kejang kaki. Pada trimester ketiga perubahan fisik yang terjadi adalah kontraksi Braxton-Hicks yang lebih nyata, produksi kolostrom meningkat, nyeri pinggang, pergelangan kaki bengkak, insomnia, anemia, dan kenaikan berat badan sampai 12,5-17,5 kg (Simkin, 2007).
2. Adaptasi Psikologis Status emosional dan psikologis ibu turut menentukan keadaan yang timbul sebagai akibat atau diperburuk oleh kehamilan, sehingga dapat terjadi pergeseran dimana kehamilan sebagai peristiwa fisiologis menjadi kehamilan patologis. Ada dua macam stressor, yaitu: a. Stressor internal, meliputi kecemasan, ketegangan, ketakutan, penyakit, cacat, tidak percaya diri, perubahan penampilan, perubahan sebagai orang tua, sikap ibu terhadap kehamilan, takut terhadap persalinan, kehilangan pekerjaan.
b. Stressor eksternal, meliputi maladaptasi, relation ship, kasih sayang, support mental, broken home.
Pada peristiwa kehamilan merupakan suatu rentang waktu, dimana tidak hanya terjadi perubahan fisiologis, tetapi juga terjadi perubahan psikologis yang merupakan penyesuaian emosi, pola berpikir, dan perilaku yang berkelanjutan hingga bayi lahir. Latar belakang munculnya gangguan psikologis dan emosional dalam rangka kesanggupan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan situasi tertentu termasuk kehamilan. Pengaruh faktor psikologis terhadap kehamilan adalah terhadap ketidakmampuan pengasuhan kehamilan dan mempunyai potensi melakukan tindakan yang membahayakan terhadap kehamilan (Pantikawati, 2010).
2.2. Kinerja Bidan
Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan Bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktek kebidanan (IBI, 2006). Menurut Manuaba (2002) bidan adalah seorang tenaga kesehatan yang mempunyai tugas penting dalam memberikan bimbingan, asuhan dan penyuluhan kepada ibu hamil, persalinan, nifas dan menolong persalinan dengan tanggung jawabnya sendiri serta memberikan asuhan kepada bayi baru lahir.
Sedangkan menurut Niken (2009), bidan adalah sesorang yang telah menyelesaikan program pendidikan bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktik kebidanan dinegeri itu. Dia harus mampu memberikan supervisi, asuhan dan memberikan nasehat yang dibutuhkan kepada wanita selama hamil, persalinan dan masa pasca persalinan (post partum period), memimpin persalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak. Menurut Gibson dan Donnelly (1996) kinerja adalah penampilan karya personal baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personal. Menurut Mangkunegara (2007), kinerja adalah kegiatan atau program yang diprakarsai dan dilaksanakan oleh pimpinan organisasi untuk merencanakan, mengarahkan dan mengendalikan prestasi karyawan. Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan, program, kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi.
2.2.1. Tugas Pokok dan Fungsi Bidan
a. Tugas Pokok Bidan
Kinerja bidan sesuai dalam buku panduan bidan menurut Depkes (1997) dapat diukur melalui keberhasilan bidan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi bidan yaitu:
a. Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan, perawatan nifas, kesehatan bayi dan anak balita serta pelayanan dan konseling pemakaian kontrasepsi serta keluarga berencana melalui upaya strategis antara lain : Posyandu dan Polindes.
b. Menjaring seluruh kasus risiko tinggi ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir untuk mendapatkan penanganan memadai sesuai kasus dan rujukannya.
c. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembinaan kesehatan ibu dan anak di wilayah kerjanya. d. Meningkatkan perilaku sehat pada ibu, keluarga dan masyarakat yang mendukung upaya penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
Untuk mendukung keberhasilan kinerja bidan maka bidan diwajibkan tinggal serta bertugas melayani masyarakat di wilayah kerjanya yang meliputi 1 atau 2 desa serta melakukan pelayanan secara aktif, artinya tidak selalu menetap atau menunggu pasien di tempat pelayanan atau polindes, namun juga melakukan kegiatan pelayanan keliling dan kunjungan rumah sesuai dengan kebutuhan.
Batasan tugas pokok dan fungsi bidan seperti yang telah diuraikan di atas dapat dijabarkan lebih rinci sebagai berikut:
1. Pelayanan antenatal : dilaksanakan sesuai standar 7T yaitu ; timbang berat badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus teri, pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT) lengkap, pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan, tes terhadap penyakit menular seksual, temu wicara dalam rangka persiapan rujukan 2. Penjaringan (deteksi) : penemuan ibu berisiko hamil.
3. Kunjungan ibu hamil : kunjungan tidak mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke sarana kesehatan tetapi setiap kontak dengan tenaga kesehatan.
4. Kunjungan baru ibu hamil (K-I) : kunjungan ibu hamil yang pertama kali.
5. Kunjungan ulang adalah : kontak ibu hamil yang kedua dan seterusnya dengan tenaga kesehatan.
6. Kunjungan K-4 : adalah kunjungan yang keempat (atau lebih) untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan, dengan syarat minimal satu kali kontak pada triwulan I, minimal satu kali kontak pada triwulan II dan minimal dua kali kontak pada triwulan III.
7. Cakupan K-I (akses) adalah persentase ibu hamil di suatu wilayah, waktu tertentu yang pernah mendapat pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit satu kali selama kehamilan.
8. Cakupan ibu hamil cakupan K-4 : persentase ibu hamil di suatu wilayah waktu tertentu, yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai stándar paling sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali padatriwulan I, satu kali pada triwulan II dan dua kali pada triwulan III.
9. Sasaran ibu hamil : semua ibu hamil di suatu wilayah dalam kurun waktu satu tahun.
10. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan : persentase ibu bersalin di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu.
11. Cakupan penjaringan : deteksi dini ibu yang berisiko yang ditemukan oleh tenaga kesehatan dan dirujuk ke sarana yang lebih tinggi.
12. Cakupan kunjungan neonatal adalah persentase bayi neonatal (kurang dari satu bulan) yang memperoleh pelayanan kesehatan minimal dua kali dari tenaga kesehatan, satu kali pada hari pertama sampai dengan hari ketujuh dan satu kali pada hari kedelapan sampai pada hari kedua puluh delapan.
b. Fungsi Bidan
Adapun fungsi bidan menurut Niken (2009) adalah sebagai berikut :
1. Memberikan pelayanan kesehatan kepada (asuhan kehamilan, persalinan, nifas, bayi, balita, KB, serta pengayoman medis kontrasepsi).
2. Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat.
3. Membina dan memberikan bimbingan tehnis kepada kader dan dukun bayi 4. Membina kelompok dasa wisma dibidang kesehatan.
5. Membina kerja sama lintas program dan lintas sektoral serta lembaga swadaya masyarakat (LSM).
6. Melakukan rujukan medis.
7. Mendeteksi secara dini adanya efek samping kontrasepsi serta adanya penyakit–penyakit lainnya.
2.2.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja
Untuk mengetahui faktor yang memengaruhi kinerja personel, dilakukanlah pengkajian terhadap beberapa teori kinerja. Menurut Gibson dan Donnelly (1996), secara teoritis ada tiga kelompok variabel yang memengaruhi perilaku kerja dan kinerja yaitu : Variabel individu, variabel organisasi dan variabel psikologis.
Ketiga kelompok variabel tersebut memengaruhi kelompok kerja yang pada akhirnya memengaruhi kinerja personel. Perilaku yang berhubungan dengan kinerja adalah yang berkaitan dengan tugas-tugas pekerjaan yang harus diselesaikan untuk mencapai sasaran tugas. Diagram skematis teori perilaku dan kinerja digambarkan sebagai berikut :
Perilaku Individu Variabel Individu Psikologis: (Apa yang Dikerjakan)
- Kemampuan dan
- Persepsi
Kinerja
Keterampilan :
- Sikap
(Hasil yang Diharapkan)
- Mental
- Kepribadian - Fisik
- Bel>• Latar Belakang
- Motivasi - Keluarga - Tingkat Sosial - Pengalaman
Variabel Organisasi
- Sumber
- • Demografis :
- Umur • Kepemimpinan • Imbalan - Etnis • Struktur - Jenis Kelamin • Desain pekerjaan
Variabel individu dikelompokkan pada sub-variabel kemampuan dan keterampilan, latar belakang dan demografis. Sub-variabel kemampuan dan keterampilan merupakan faktor utama yang memengaruhi perilaku dan kinerja individu. Variabel demografis, mempunyai efek tidak langsung pada perilaku dan kinerja individu.
Variabel psikologik terdiri dari sub-variabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi. Variabel ini banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial dan pengalaman kerja sebelumnya dan variabel demografis. Variabel psikologis seperti persepsi, sikap, kepribadian dan belajar merupakan hal yang komplek dan sulit untuk diukur, selain itu sukar mencapai kesepakatan tentang pengertian dari kerja pada usia, etnis, latar belakang budaya dan keterampilan berbeda satu dengan yang lainnya (Gibson dan Donnelly, 1996).
Mangkunegara (2007) mengemukakan bahwa faktor yang memengaruhi kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation).
a. Faktor Kemampuan (Ability) Karyawan yang memiliki pengetahuan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaannya sehari hari, maka ia lebih mudah untuk mencapai kinerja yang diharapkan.
b. Faktor Motivasi (Motivation) Motivasi terbentuk dari sikap karyawan dalam menghadapi situasi kerja.Motivasi merupakan kondisi yang terarah untuk mencapai tujuan kerja atau organisasi.
2.2.3 Faktor yang Berperan terhadap Kinerja Bidan
Adapun faktor yang berperan dalam kinerja bidan adalah sebagai berikut :
1. Customer
Sebagai pemberi pelayanan, bidan membantu klien mendapatkan kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan. Bidan memfokuskan asuhan pada kebutuhan kesehatan klien secara holistik, meliputi upaya mengembalikan kesehatan emosi, spiritual dan sosial. Pemberi asuhan memberikan bantuan kepada klien dan keluarga dalam menetapkan tujuan dan mencapai tujuan tersebut dengan menggunakan energi dan waktu yang minimal (Potter dan Perry, 2007).
Sebagai customer, bidan harus melakukan pemeriksaan status anemia pada kunjungan pertama ibu hamil, melakukan anamnesis riwayat kesehatan dan mengisi KMS ibu hamil atau buku KIA atau kartu ibu secara lengkap, memeriksa kadar Hb. Pemeriksaan Hb dapat dilakukan jika ada tanda-tanda anemia (IBI, 2006). Pada anemia ibu hamil data yang perlu dikaji adalah riwayat kesehatan (seperti riwayat penyakit diabetes, ginjal, jantung, darah) dan penyakit pencernaan, pola kebiasaan (seperti pola makan, sumber makanan dan jenis makanan, kebiasaan minum teh, kopi, alkohol, merokok), sosial ekonomi keluarga, jumlah keluarga, jarak kelahiran, pemeriksaan kesehatan selama hamil dan riwayat persalinan (Tarwoto dan Wasnidar, 2007).
2. Komunikator
Komunikator adalah orang ataupun kelompok yang menyampaikan pesan ataupun stimulus kepada orang atau pihak lain dan diharapkan pihak lain yang menerima pesan tersebut memberikan respon (Mundakir, 2006).
Menurut Mundakir (2006), bidan secara fisik dan psikologis harus hadir secara utuh pada waktu berkomunikasi dengan klien. Bidan tidak cukup hanya mengetahui tehnik komunikasi dan isi komunikasi tetapi yang sangat penting adalah sikap dan penampilan dalam berkomunikasi. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar menjadi komunikator yang baik yaitu :
1. Penampilan yang baik, sopan dan menarik sangat berpengaruh dalam proses komunikasi. Seorang yang menerima pesan adakalanya yang pertama diperhatikan adalah penampilan komunikator. Sebagai seorang bidan, penampilan yang bersih, sopan dan menarik sangat perlu dalam menjalankan perannya memberikan asuhan pelayanan kepada klien.
2. Penguasaan masalah. Sebelum melakukan komunikasi seorang komunikator hendaknya faham dan yakin betul bahwa apa yang akan disampaikan merupakan permasalahan yang penting. Penguasaan masalah juga dapat meningkatkan kepercayaan komunikasi terhadap komunikator.
3. Penguasaan bahasa. Proses komunikasi akan berjalan lambat apabila bahasa yang digunakan kurang sesuai dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh penerima pesan. Penguasaan bahasa yang kurang baik dapat menyebabkan salah penafsiran. Peran sebagai komunikator merupakan pusat dari seluruh peran yang lain.
Pelayanan mencakup komunikasi dengan klien dan keluarga, komunikasi antar profesi kesehatan lainnya. Memberi perawatan yang efektif, pembuatan keputusan dengan klien dan keluarga atau mengajarkan sesuatu kepada klien, tidak mungkin dilakukan tanpa komunikasi yang jelas. Kualitas komunikasi merupakan faktor yang menentukan dalam memenuhi kebutuhan klien (Potter dan Perry, 2007).
3. Motivator
Motivasi berasal dari kata motif (motive) yang artinya adalah rangsangan, dorongan ataupun pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang hingga orang tersebut memperlihatkan perilaku tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan motivasi adalah upaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan ataupun pembangkit tenaga pada seseorang maupun sekelompok masyarakat tersebut sehingga mau berbuat dan bekerja sama secara optimal, melaksanakan sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Azwar,1996).
Motivasi juga didefinisikan sebagai kekuatan dari dalam individu yang mempengaruhi kekuatan atau petunjuk perilaku, motivasi itu mempunyai arti mendorong/menggerakkan seseorang untuk berperilaku, beraktivitas dalam mencapai tujuan (Widayatun, 1999).
Bidan harus menanyakan apakah ibu hamil minum tablet Fe sesuai dengan ketentuan dan apakah persediaannya cukup. Tablet zat besi harus diminum 1 tablet sehari selama 90 hari. Dengarkan keluhan yang disampaikan ibu dengan penuh minat dan yang perlu diingat adalah semua ibu memerlukan dukungan moril selama kehamilannya (IBI, 2005).
4.Fasilitator
Fasilitator adalah orang atau badan yang memberikan kemudahan atau menyediakan fasilitas. Bidan harus dapat berperan sebagai fasilitator bagi klien untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Sebagai fasilitator bidan dilengkapi dengan Buku Pedoman Pemberian Tablet Fe dengan tujuan agar petugas mampu melaksanakan pemberian tablet Fe pada kelompok sasaran dalam upaya menurunkan prevelensi anemia. Adapun tujuan khususnya adalah agar bidan mampu menentukan kelompok sasaran dengan anemia, mampu mengelola pengadaan tablet Fe, mampu melakukan pemberian tablet Fe dan melakukan pemantauan dan evaluasi pemberian tablet Fe (Depkes RI, 1999).
Ibu hamil harus lebih sering dikunjungi jika terdapat masalah dan ia hendaknya disarankan untuk menemui petugas kesehatan bilamana ia merasakan tanda-tanda bahaya atau jika ia merasa khawatir (Saifuddin, 2004). Menurut IBI
(2005) bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Bidan juga harus merencanakan kunjungan secara teratur ke posyandu, kelompok ibu, insitusi pendidikan dan tempat kegiatan masyarakat untuk memberikan penyuluhan tentang kesehatan atau kebersihan secara umum, kesiapan menghadapi kehamilan, makanan bergizi, pencegahan anemia, kematangan seksual, kehidupan seksual yang bertanggung jawab dan bahaya kehamilan pada usia muda.
5. Konselor
Konselor adalah orang yang memberikan bantuan kepada orang lain dalam membuat keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui pemahaman terhadap fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan-perasaan klien (Depkes RI, 2002).
Tujuan umum pelaksanaan konseling adalah membantu ibu hamil mencapai perkembangan yang optimal dalam batas-batas potensi yang dimiliki dan secara khusus bertujuan untuk mengarahkan perilaku yang tidak sehat menjadi perilaku sehat, membimbing ibu belajar membuat keputusan dan membimbing ibu mencegah timbulnya masalah (Mandriwati, 2008).
Pada umumnya jasa konseling diperlukan apabila ada pihak yang mempunyai kesulitan tentang sesuatu dan berharap dengan konsultasi kesulitan tersebut dapat teratasi. Konseling adalah bagian dari peran dan tanggung jawab bidan kepada klien dalam memberikan pelayanan yang optimal (Mundakir, 2006).
Konseling berbeda dengan komunikasi infomasi edukasi karena konseling merupakan upaya untuk menciptakan perubahan perilaku yang dilaksanakan secara individu atau kelompok dengan menggunakan komunikasi efektif, untuk mengutarakan permasalahan sesuai dengan kondisi sasaran sampai sasaran merasakan permasalahannya dan membimbing dalam pelaksanaannya (Mandriwati, 2008).
2.3. Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe
Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh yang berarti taat, suka menurut perintah. Kepatuhan adalah tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan dokter atau oleh orang lain (Santoso, 2005). Menurut Arisman (2004) mengartikan kepatuhan adalah sebagai tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh bidannya atau oleh orang lain.
Kepatuhan dalam penelitian ini menunjuk pada kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi zat besi (Fe).
Sedangkan menurut Kelman adalah perubahan sikap dan perilaku individu dimulai dengan tahap kepatuhan, identifikasi, kemudian baru internalisasi. Kepatuhan individu yang berdasarkan rasa terpaksa atau ketidakpahaman tentang pentingnya perilaku yang baru itu, dapat disusul dengan kepatuhan yang berbeda jenisnya yaitu kepatuhan demi menjaga hubungan baik dengan petugas kesehatan atau tokoh yang menganjurkan perubahan tersebut (Sarwono, 2007).
Kepatuhan mengkonsumsi tablet zat besi di ukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi tablet zat besi, frekuensi konsumsi perhari. Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah menanggulangi anemia, khususnya anemia kekurangan besi. Suplementasi besi merupakan cara efektif karena kandungan besinya yang dilengkapi asam folat yang dapat mencegah anemia karena kekurangan asam folat.
Menurut WHO (1996) manfaat dan kepatuhan ibu hamil meminum tablet zat besi yaitu : a. Bisa mencegah anemia defesiensi besi (Fe)
Karena pada wanita hamil cenderung mengalami defesiensi baik zat besi maupun folat. Oleh karena itu penting sekali bagi ibu hamil untuk meminum tablet zat besi setiap hari.
b. Bahaya selama kehamilan, persalinan dan nifas dapat dihindari.
Menurut Smet (1994) beberapa sebab rendahnya kepatuhan ibu hamil meminum tablet zat besi (Fe) antara lain karena faktor program dan faktor individu yang meliputi :
1. Individu tidak merasa dirinya sakit
2. Ketidaktahuan akan gejala atau tanda-tanda dan dampak yangditimbulkan
3. Kelainan ibu hamil atau rendahnya motivasi ibu hamil dalam tablet zat besi setiap hari sampai waktu yang cukup lama
4. Adanya efek samping gastrointestinal seperti mual, rasa nyeri lambung
5. Kurang diterimanya warna, rasa dan beberapa karateristik lain dari suplemen besi (Fe).
6. Rasa takut terhadap suplemen besi (Fe) dapat memperbesar janin dan akan menyulitkan dalam persalinan
2.3.1. Perilaku
Perilaku adalah segala sesuatu yang dapat dikerjakan oleh seseorang baik secara langsung ataupun tidak langsung. Pengertian perilaku secara umum adalah perbuatan atau tindakan yang dilakukan mahluk hidup, sedangkan menurut Ensiklopedia Amerika perilaku adalah suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya (Notoatmodjo, 2010).
Skinner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap rangsangan dari luar (stimulus).
Proses perubahan perilaku merupakan hasil dari suatu yang kompleks, memerlukan waktu yang cukup lama (Notoatmodjo, 2010). Proses tersebut terdiri dari 4 tahap, yaitu:
1. Pengetahuan (knowledge) yaitu subyek yang mulai mengenal ide baru dan baru dapat memahaminya.
2. Persuasi yaitu individu yang membentuk sikap positif atau negatif dari ide baru tersebut.
3. Mengambil keputusan yaitu individu dapat aktif dalam menentukan keputusan untuk menerima atau menolak ide tersebut.
4. Konfirmasi yaitu individu mulai mencari dukungan dari orang-orang disekitar terhadap keputusan yang dibuatnya.
Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan hasil dari resultasi dari berbagai faktor baik eksternal maupun internal (lingkungan). Pada garis besarnya perilaku manusia dapat terlihat dari 3 aspek yaitu aspek fisik, psikis dan sosial. Akan tetapi dari aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang tegas untuk mempengaruhi perilaku manusia. Secara lebih terperinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi dan sikap.
Perilaku seseorang atau subyek dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar subyek. Dalam perilaku kesehatan menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003) terbagi tiga teori penyebab masalah kesehatan yaitu :
1. Faktor-faktor Predisposisi (Predisposing faktors) yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seesorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi.
2. Faktor pemungkin (Enabling factors) adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau menfasilitasi perilaku atau tindakan. Artinya factor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, serta jaraksarana pelayanan kesehatan.
3. Faktor-faktor penguat (Reinforcing factors) adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku.
Dari uraian dapat disimpulkan bahwa perilaku berawal dari adanya pengalaman seseorang serta didukung oleh faktor luar (lingkungan) baik fisik maupun non fisik, kemudian dipersepsikan, diyakini sehingga menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak, yang pada akhirnya terjadilah perwujudan niat yang berupa melakukan perilaku.
2.3.2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan dapat membentuk suatu sikap ibu hamil dan menimbulkan suatu prilaku pada ibu hamil dalam mematuhi dalam mengkonsumsi tablet zat besi (Fe) setiap harinya. Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang zat besi (Fe) yang tinggi dapat membentuk sikap positif terhadap kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe. Tanpa adanya pengetahuan tentang zat besi (Fe) maka ibu sulit menanamkan kebiasaan dalam menggunakan bahan makanan sumber zat besi (Fe) yang penting bagi kesehatan (Soekirman, 1990).
Pengetahuan tentang zat besi (Fe) akan berdampak pada sikap terhadap pangan yang akan terlihat dari praktek dalam penyediaan makanan sumber zat besi (Fe) yaitu kemampuan untuk menerapkan informasi yang dimiliki dalamkehidupan sehari- harinya. Pengetahuan ibu hamil tentang zat besi (Fe) yang baik diharapkan dapat menerapkan khususnya dalam pemilihan bahan makanan sumber zat besi (Fe) (Soekirman, 1990).
Kurangnya pengetahuan sering dijumpai sebagai faktor yang penting dalam masalah defesiensi zat besi (Fe). Hal ini dapat terjadi karena masyarakat kurang mampu dalam menerapkan informai tentang zat besi (Fe) dalam kehidupan sehari- hari (Khumaidi,1994). Semakin tinggi pengetahuan ibu hamil tentang zat besi (Fe) maka akan semakin patuh dalam mengkonsumsi zat besi (Fe). Ibu hamil dengan pengetahuan tentang zat besi (Fe) yang rendah akan berperilaku kurang patuh dalam mengkonsumsi tablet besi (Fe) serta dalam pemilihan makanan sumber zat besi (Fe) juga rendah. Sebaliknya ibu hamil yang memiliki pengetahuan tentang zat besi (Fe) yang baik, maka cenderung lebih banyak menggunakan pertimbangan rasional dan semakin patuh dalam mengkonsumsi tablet zat besi (Fe) (Sediaoetama, 1999).
2.3.3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kepatuhan Ibu Hamil Mengkonsumsi Tablet Fe
a. Umur Ibu Salah satu keadaan kehamilan yang dapat beresiko tinggi adalah umur ibu hamil yaitu <20 tahun dan >35 tahun. Pada usia<20 tahun kebutuhan zat besi meningkat ditunjang dengan keadaan hamil yang lebih membutuhkan zat gizi terutama zat besi maka kemungkinan untuk menderita anemia pada kehamilan cukup tinggi. Demikian pula pada usia>35 tahun kondisi fisiknya sudah menurun, daya tahan tubuh terhadap berbagai serangan penyakit tidak lagi optimal dan rentan terhadap komplikasi penyakit (Depkes, 2001).
b. Pendidikan Ibu Hamil Pendidikan adalah hal yang sangat penting, karena pendidikan mempengaruhi pola pikir seseorang tentang sesuatu hal yang nantinya akan berpengaruh dalam pengambilan suatu keputusan tertentu. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin besar pengetahuan dan semakin mudah mengembangkan pengetahuan dan tehnologi yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan seseorang. pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan dan pendidikan dipengaruhi oleh banyak hal. Salah satunya adalah sumber informasi dan media informasi, baik media cetak maupun elektronik (Notoatmodjo,2003) Pada ibu hamil menderita anemia faktor ini sangat berpengaruh dimana ibu hamil yang mempunyai tingkat pendidikan dan pengetahuan kurang, akan menyebabkan ibu hamil selalu menderita anemia dan tidak merasakan bahwa anemia kehamilan butuh perhatian khusus. Salah satu yang dapat memberikan pengetahuan pada ibu hamil tentang anemia adalah bidan sebagai tenaga kesehatan yang bersentuhan langsung dengan ibu hamil.
c. Frekuensi Kunjungan Ibu Hamil Dokter atau bidan akan sulit mengevaluasi keadaan anemia apabila ibu hamil tidak pernah memeriksa diri atau tidak teratur memeriksakan kehamilannya karena setiap saat kehamilan dapat berkembang menjadi masalah. Berdasarkan kebijakan program pemerintah antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu 1 kali pada trimester I, satu kali pada trimester II dan 2 kali pada trimester III (Depkes,2001).
Kunjungan ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya sangat berpengaruh terhadap kejadian anemia sebagaimana tujuan adalah :
- Memantau kemajuan kehamilan dan memastikan kesehatan ibu dan bayi
- Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi
- Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembenahan.
- Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
- Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan dengan normal dan pemberian ASI Eksklusif.
- Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh dan berkembang secara normal (Depkes RI, 2001).
d. Ekonomi Penyebab tidak langsung kejadian anemia adalah sosial ekonomi keluarga yang rendah, sehingga mengakibatkan ketersediaan pangan ditingkat keluarga tidak mencukupi, yang juga mempengaruhi pola konsumsi keluarga yang kurang baik (Royston dan Amstrong,1994)
e. Paritas Kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi (Fe) dan menjadi makin anemis. Jika persediaan cadangan zat besi (Fe) minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan zat besi (Fe) dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya (Manuaba, 2002). Kehamilan yang berulang dalam waktu yang singkat menyebabkan cadangan besi ibu belum pulih dan terkuras untuk keperluan janin yang dikandung berikutnya (Depkes, 2001).
f. Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe Dalam bidang pengobatan seseorang dikatakan tidakpatuh apabila seseorang tersebut melalaikan kewajiban untuk berobat, sehingga dapat mengkibatkan terhalangnya kesembuhan. Kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi zat besi (Fe) dengan cara yang benar, akan memenuhi kebutuhan zat besi (Fe) dalam tubuh yang bisa meningkatkan kualitas kehamilan. Banyak hal yang membuat ibu hamil tidak patuh mengkonsumsi zat besi (Fe) yang terdapat dalam tablet tambah darah yang diprogramkan pemerintah. Salah satunya adalah gangguan saluran pencernaan dapat berupa mual Sehingga hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus terutama dari pemberian pelayanan kesehatan misalnya bidan dan dokter (Depkes, 2001).
2.4. Tablet Fe (Zat Besi)
Tablet Fe atau disebut tablet besi adalah sebuah nutrien esensial yang diperlukan oleh setiap sel manusia. Besi dalam tubuh manusia berfungsi sebagai pembawa oksigen dan elektron, serta sebagai katalisator untuk oksigenisasi, hidroksilasi dan proses metabolik lain melalui kemampuannya berubah bentuk (Ani, 2002).
Menurut Almatsier (2003) Tablet Fe adalah mineral mikron yang paling banyak terdapat dalam tubuh manusia. Zat besi (Fe) merupakan komponen dari hemoglobin, mioglobin, sitokran enzim katalase, serta peroksidase. Besi merupakan mineral mikron yang paling banyak terdapat dalam tubuh manusia yaitu sebanyak 3-5 gram dalam tubuh manusia dewasa.
2.4.1. Manfaat Tablet Fe Bagi Ibu Hamil
Menurut Almatsier (2003) manfaat tablet Fe bagi ibu hamil adalah :
1. Metabolisme Energi Di dalam tiap sel, besi bekerja sama dengan rantai protein pengangkut elektron yang berperan dalam langkah-langkah akhir metabolisme energi. Protein inimemindahkan hidrogen dan elektron yang berasal dari zat gizi penghasil energi ke oksigen sehingga membentuk air. Dalam proses tersebut dihasilkan molekul protein yang mengandung besi dari sel darah merah dan mioglobin di dalam otot.
2. System Kekebalan Besi memegang peranan penting dalam sistem kekebalan tubuh, respon kekebalan oleh limfosit-T terganggu karena berkurangnya pembentukan sel-sel tersebut, yang kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya sintesis DNA, disamping itu sel darah putih yang menghancurkan bakteri tidak dapat bekerja secara aktif dalam keadaan tubuh kekurangan besi.
3. Pelarut Obat-obat Obat-obatan yang tidak larut oleh enzim yang mengandung besi dapat dilarutkan sehingga dapat dikeluarkan dari tubuh.
2.4.2. Sumber Makanan yang Mengandung Zat Besi
Keanekaragaman konsumsi makanan berperan penting dalam membantu meningkatkan penyerapan Fe didalam tubuh. Kehadiran protein hewani, vitamin C, vitamin A, asam folat, zat gizi mikro lain dapat meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh. Manfaat lain dari mengkonsumsi makanan sumber zat besi adalah terpenuhinya kecukupan vitamin A, karena makanan sumber zat besi biasanya juga merupakan sumber vitamin A. Zat besi yang berasal dari hewani yaitu : daging, ayam, ikan, telur dan zat besi yang berasal dari nabati yaitu : kacang-kacangan, sayuran hijau, dan pisang ambon.(Almatsier, 2003)
2.4.3. Kebutuhan Tablet Fe Bagi Ibu Hamil
Kebutuhan akan zat besi selama kehamilan meningkat, peningkatan ini ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan janin untuk bertumbuh (pertumbuhan janin) memerlukan banyak darah zat besi, pertumbuhan plasenta dan peningkatan volume darah ibu, jumlah enzim 1000mg selama hamil (Arisman, 2004).
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu 300mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit (Manuaba, 2001).
Ibu hamil dengan anemia zat besi tidak mampu memenuhi kebutuhan zat besi pada janinnya secara optimal sehingga janin sangat resiko terjadinya gangguan kematangan atau kematuran organ tubuh janin dan risiko terjadinya prematur. Perdarahan saat melahirkan pada keadaan anemia sangat berisiko mengalami perdarahan hipovelemik dan kematian akan lebih besar (Tarwoto dan Wasnidar, 2007).
Pada saat hamil trimester I kebutuhan zat besi sedikit karena tidak terjadinya menstruasi dan pertumbuhan janin lambat. Menginjak kehamilan trimester II sampai trimester III terjadi pertambahan sel darah merah sampai 35% yang ekuivalen dengan 450mg besi. Pertambahan ini disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan oksigen oleh janin yang harus diangkut oleh sel darah merah.
Kebutuhan zat besi menurut trimester adalah sebagai berikut :
a. Pada trimester I : zat besi yang dibutuhkan adalah lebih kurang 1mg/ hari, kebutuhan basal 0,8mg/hari ditambah dengan kebutuhan janin dari sel darah merah 30-40mg.
b. Pada trimester II : zat besi yang dibutuhkan adalah lebih kurang 5mg/hari kebutuhan basal 0,8mg/hari ditambah kebutuhan sel darah merah 300mg dan janin 110mg.
c. Pada trimester III : zat besi yang dibutuhkan adalah lebih kurang 5mg/hari, kebutuhan basal 0,8mg/hari ditambah dengan kebutuhan sel darah merah 150mg dan janin 230mg.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka kebutuhan zat besi yang pada trimester
II dan III akan jauh lebih besar dan jumlah zat besi yang didapat dan makanan walaupun makan mengandung zat besi yang tinggi biovaibilitasnya, kecuali jika wanita itu pada sebelum hamil telah mempunyai simpanan zat besi yang tinggi yaitu 500mg didalam tubuhnya. Apabila wanita hamil tidak mempunyai reserve (simpanan) zat besi yang cukup banyak dan tidak mendapat suplemen preparat besi, sedangkan janin bertambah terus dengan normal kecuali pada keadaan yang sangat berat misalnya kadar Hb sangat rendah maka zat besi yang kurang akan berpengaruh pula pada janin.
2.4.4. Efek Samping Pemberian Zat Besi pada Ibu Hamil
Peningkatan absorpsi zat besi dapat menambah intensitas efek samping yang dialami pasien (Sue jardon, 2003). Suplemen oral zat besi dapat menyebabkan mual, muntah, kram lambung, nyeri ulu hati, dan konstipasi (kadang-kadang diare). Namun derajat mual yang ditimbulkan oleh setiap preparat tergantung pada jumlah element zat besi yang diserap. Takaran zat besi diatas 60mg dapat menimbulkan efek samping yang tidak dapat diterima pada ibu hamil sehingga terjadi ketidakpatuhan dalam pemakaian obat jadi tablet zat besi dengan dosis rendah lebih cenderung ditoleransi (diminum) dari pada dosis tinggi. Bagi banyak wanita dosis rendah sudah memadai (Sue jardon, 2003).
2.4.5 Akibat Kekurangan Zat Besi
Defisiensi besi berpengaruh luas terhadap kualitas sumber daya manusia, yaitu terhadap kemampuan dan produktifitas kerja. Kekurangan besi dapat terjadi karena konsumsi makanan yang kurang seimbang atau gangguan absorpsi besi.
Kekurangan besi pada umumnya menyebabkan pucat, rasa lemah, letih, pusing, kurang nafsu makan, menurunnya kebugaran tubuh, menurunnya kekebalan tubuh dan gangguan penyembuhan luka. Disamping itu kemampuan mengatur suhu tubuh menurun. (Almatsier, 2003).
2.4.6 Dosis Tablet Zat Besi pada Ibu Hamil
Pemberian tablet zat besi selama kehamilan merupakan salah satu cara yang paling cocok bagi ibu hamil untuk meningkatkan kadar Hb sampai tahap yang diinginkan, karena sangat efektif dimana satu tablet mengandung 60mg Fe. Setiap tablet setara dengan 200mg ferrosulfat.
Selama kehamilan minimal diberikan 90 tablet sampai 42 minggu setelah melahirkan diberikan sejak pemeriksaan ibu hamil pertama.Menurut Sue Jordan (2003), hal–hal yang perlu diperhatikan dalam mengkonsumsi tablet tambah darah disamping patuh dan sesuai anjuran yaitu :
1. Pemberian tablet zat besi lebih bisa ditoleransi jika dilakukan pada saat sebelum tidur malam.
2. Pemberian zat besi harus dibagi serta dilakukan dengan interval sedikitnya 6-8 jam, dan kemudian interval ini ditingkatkan hingga 12 atau 24 jam jika timbul efek samping.
3. Muntah dan kram perut merupakan efek samping dan sekaligus tanda dini toksitasi zat besi, keduanya ini menunjukan perlu mengubah (menurunkan) dosis zat besi dengan segera.
4. Minum tablet zat besi pada saat makan atau segera sesudah makan selain dapat mengurangi gejala mual yang menyertainya tetapi juga akan menurunkan jumlah zat besi yang diabsorpsi.
Sedangkan menurut Depkes (1999), ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengkonsumsi tablet tambah darah yaitu :
1. Minum tablet tambah darah dengan air putih, jangan minum dengan teh, susu atau kopi karena dapatmenurunkan penyerapan zat besi dalam tubuh sehingga manfaatnya berkurang .
2. Kadang-kadang terjadi gejala ringan yang tidak membahayakan seperti perut terasa enak, mual-mual, susah buang air besar dan tinja berwarna hitam.
3. Untuk mengurangi gejala sampingan minumlah tablet tambah darah setelah makan malam, menjelang tidur. Akan lebih baik jika setelah minum tablet tambah darah disertai makan buah-buahan seperti pisang, pepaya, jeruk, dll
4. Simpanlah tablet tambah darah ditempat yang kering terhindar dari sinar matahari langsung, jauhkan dari jangkauan anak-anak dan setelah dibukaharus ditutup kembali dengan rapat, tablet tambah darah yang sudah berubah warna sebaiknya tidak diminum (warna asli : merah darah).
5. Tablet tambah darah tidak menyebabkan tekanan darah tinggi atau kelebihan darah.
2.5. Landasan Teori
Terjadinya anemia defesiensi zat besi (Fe) pada ibu hamil disebabkan karena kenaikan kebutuhan zat besi pada saat hamil yang tinggi, Hal ini dapat menyebabkan anemia zat besi yang bersumber pada pola konsumsi makanan berupa energi, zat besi, dan vitamin C yang rendah. Pola menu dengan zat besi yang rendah sebagai penyebab utama dalam bahan makanan yang prevalensinya masih tinggi yang diperberat dengan keadaan defesiensi zat besi. Hal ini juga dipengaruhi oleh karakteristik ibu hamil yang dapat mempengaruhi kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe, dimana kurangnya daya beli makanan sumber zat besi yang rendah, kesibukan karena pekerjaan ibu hamil serta kurangnya pengetahuan tentang zat besi (Fe) dari ibu hamil yang masih rendah yang menyebabkan kesadaran untuk mengkonsumsi tablet Fe menjadi kurang.
Kepatuhan akan memengaruhi hasil pengobatan. Seseorang dikatakan patuh berobat bila mau datang ke petugas kesehatan yang telah ditentukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan serta mau melaksanakan apa yang dianjurkan oleh bidan, memastikan bahwa distribusi suplemen zat besi dalam jumlah yang adekuat dan kepatuhan ibu hamil terhadap program pengobatan merupakan faktor yang memengaruhi keberhasilan program tersebut.
Menurut Medicastore (2007) Ada beberapa faktor yang mendukung kepatuhan pasien dalam pengobatan yaitu: (1) pengetahuan yang diperoleh pasien, misalkan membaca buku-buku, mendengarkan kaset tentang kesehatan; (2) memahami kepribadian pasien, sehingga menimbulkan empati perasaan pasien; (3) adanya dukungan sosial dari keluarga atau teman-teman; (4) perawatan dibuat sederhana; dan (5) meningkatkan interaksi profesional antara pasien dengan petugas kesehatan.
Kepatuhan mengkonsumsi tablet zat besi diukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi tablet zat besi, frekuensi konsumsi perhari. Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan menanggulagi anemia, khususnya anemia kekurangan besi. Suplementasi besi merupakan cara efektif karena kandungan besinya yang dilengkapi asam folat yang sekaligus dapat mencegah anemia karena kekurangan asam folat (Afnita, 2004).