SHOLAT DHUHA SEBAGAI ALTERNATIF PALING EFEKTIF DAN EFISIEN UNTUK MENGURANGI KECEMASAN REMAJA MENJELANG UJIAN AKHIR NASIONAL

  

SHOLAT DHUHA SEBAGAI ALTERNATIF PALING EFEKTIF DAN

EFISIEN UNTUK MENGURANGI KECEMASAN REMAJA

MENJELANG UJIAN AKHIR NASIONAL

ETIN KUSUMA WARDANI

  11001019 Subject: Shalat Dhuha, Kecemasan, Ujian Nasional, Remaja

  

DESCRIPTION

  Kecemasan merupakan hal yang normal terjadi pada setiap individu, reaksi umum terhadap stres kadang dengan disertai kemunculan kecemasan. Masa remaja ini disebut masa “strom & stress” dimana ketegangan emosi meningkat sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Ujian Sekolah adalah kegiatan pengukuran dan penilaian kompetensi peserta didik yang dilakukan oleh sekolah untuk semua mata pelajaran pada kelompok ilmu pengetahuan dan teknologi. Ibadah shalat dhuha menurut peneliti merupakan salah satu alternatif untuk meminimalkan kecemasan.

  Metode yang di gunakan adalah studi literatur. Cara pengumpulan datanya berasal dari textbook, journal, artikel ilmiah, literature review kemudian di analisa. Upaya – upaya mengatasi kecemasan remaja khususnya menjelang ujian akhir nasional, diantaranya dengan penggunaan terapi farmakolgis golongan benzodiazepine,

  

valium dan xanax yang berdapak negatif terhadap depensi fisik serta terapi relaksasi dan

hypnoterapi yang membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang tidak murah.

  Oleh karena itu diperlukan pembaruan inovasi untuk menciptakan alternatif yang dapat di gunakan untuk mengatasi kecemasan remaja menjelang ujian nasional dengan sholat dhuha. Sholat merupakan keadaan yang tepat untuk orang menyendiri dari segala keramaian agar orang tersebut akan merasa nyaman, tenang dalam beberapa menit selama dia melakukan ibadah shalat tersebut. Sholat dhuha dilaksanakan dengan khusu. Sesuai dengan irama sirkandial, sholat dhuha dapat menghambat sekresi hormon stress di pagi hari serta secara fisiologis mengeluarkan zat-zat seperti enkephalin dan endorphin. Zat ini sejenis

  

morfin , termasuk opiate yang berguna untuk menangkal stres. Sholat dhuha dilakukan pada

  jam sekolah dan tidak membutuhkan biaya yang mahal jika dibandingkan tindakan alternatif lain dan sholat ini juga relatif lebih mudah diterapkan pada siswa sekolah.

  

ABSTRACT

  Anxiety is a normal thing that happen in each individual, common reaction to stress is sometimes accompanied by anxiety. Adolescence is called the period of strom and stress the in which emotional tension increased because of physical changes and glands. The school exams are measuring activity and competency assessment performed by the students of the school for all subjects in the group of science and technology. Sholat dhuha according to researchers is one of the alternatives to minimize anxiety.

  The method used is the literature study. The data collection come from textbooks, journals, scientific articles, literature review then discussed and analyzed. The efforts that handle anxiety of teenagers especially for facing the national final exam consist of the use of pharmacological therapy with benzodiazepine, valium and xanax has a negative impact on physical depense and also relaxation theraphy and hypnotheraphy takes a long time and the high cost.

  It is necessary to update innovation that create alternative can be used to overcome condition to isolate from noisiness for making some people comfortable and calmness in a few minutes as long as they pray. Sholat dhuha is done with solem, based on sirkandiel rhythm, it can inhibit secretion of stress hormones every morning and in physiologically come out substances like enkhephalin and endorphin. This substance is a kind of morphine, including opiates useful for overcoming stress. Sholat dhuha is done during school hours and does not require an expensive cost if it will be compare with other alternative actions and prayer also relatively easy to apply to school students. Keywords : Sholat Dhuha, Anxiety, National Exam , Teenager Pembimbing I : Eka Diah K.,SKM.,M.Kes Pembimbing II : Sunyoto,S.kep.Ns Tanggal : Type Material : Laporan Penelitian URL : Right : Open Document Summary :

LATAR BELAKANG

  Umumnya proses pematangan fisik pada remaja lebih cepat dari pematangan psikososialnya, karena itu seringkali terjadi ketidak-seimbangan yang menyebabkan remaja sangat sensitif dan rawan terhadap cemas. Kecemasan sebagai salah satu bentuk dampak perubahan psikis yang dialami hampir setiap remaja (Nur, 2010). Kecemasan khususnya kecemasan akademis muncul akibat lingkungan belajar yang kurang kondusif. Kecemasan akademis yang dialami siswa termanifestasi dalam perilaku yang kurang tepat, seperti gangguan proses belajar (Sarwono, 2005). Rasa cemas saat menjelang ujian pada remaja umumnya dialami oleh mereka yang kurang siap atau kurang percaya diri menghadapi ujian atau ulangan karena beberapa alasan misalnya belum atau tidak menguasai konsep konsep dari materi yang di berikan atau yang di dapat selama proses kegiatan belajar berlangsung, dan adanya persepsi bahwa ujian merupakan sesuatu yang diwajibkan bagi para siswa sebagai persyaratan kelulusan.

  Menurut data National Institute of Mental Health (2005) gangguan kecemasan diperkirakan terjadi pada 1 dari 10 orang. Menurut data di Amerika Serikat terdapat 40 juta orang mengalami gangguan kecemasan pada usia 18 tahun sampai pada usia lanjut. Kejadian kecemasan diperkirakan 20% dari populasi dunia dan sebanyak 47,7% remaja sering merasa cemas. Gangguan depresi merupakan kelainan psikiatrik yang paling sering dijumpai. Kira- kira 20% dari semua wanita dan 10% dari semua pria akan mengalami masa depresi berat semasa hidupnya.6 Bahkan Stula, pakar riset klinik untuk unit neuropsikiatri Roche

  

International Clinical Research Centre , Strasbourg mengemukakan bahwa gangguan depresi

  merupakan gangguan yang paling banyak dari gangguan mental dan prevalensi sepanjang hidupnya sekitar 15%. Boleh dikatakan bahwa setiap orang pada masa hidupnya pernah menderita depresi sampai pada tingkat tertentu. Penelitian sebelumnya menyimpulkan tingkat prevalensi seumur hidup untuk gangguan generalized anxiety disorder (4,1-6,6%), Obsessive Compulsive Disorder (OCD) (2,3-2,6%), Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) (1-9,3%), dan social phobia (2,6-1,3%), Rasio perempuan dibandingkan laki-laki untuk gangguan kecemasan seumur hidup adalah 3 : 2 (menurut Yates W.R, 2007 dalam Samtimadhi, 2014). Meski belum didapat hasil yang pasti, di Indonesia prevalensi gangguan kecemasan diperkirakan berkisar antara 9%-12% populasi umum (Samtimadhi, 2014). Hasil penelitian Utomo (2011) yang dilakukan di SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo pada 20 kecemasan sedang saat melakukan aktifitas belajar menjelang ujian sekolah yaitu 16 anak (80%) yang diukur dengan skala HARS.

  Gangguan kecemasan pada umumnya adalah suatu kondisi penyebab kegelisahan atau ketegangan yang berlangsung dalam jangka waktu lama dan secara berlebihan sering kali tanpa ada factor pemicunya Kecemasan juga dapat timbul dengan sendirinya atau bergabung dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi. Kecemasan suatu keadaan emosional yang ditandai oleh rangsangan fisiologis, perasaan-perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan perasaan ketakutan, persangkaan (firasat) serta perasaan ngeri terhadap masa depan (Ramaiah, 2006).

  Terapi konvesional mengatasi kecemasan diantara diberi obat anti cemas dan terapi kejiwaan religius misalnya sholat, dzikir dan membaca Al Qur’an). Ibadah sholat berimplikasi terhadap kesehatan tubuh manusia. Berbagai penelitian menjelaskan bahwa sholat berpengaruh positif terhadap penurunan stres. Ibadah shalat dhuha merupakan ibadah sholat yang dilaksanakan pada jam sekolah yang di perkirakan pada jam sekolah, yang diperkirakan dapat menurunkan tingkat stres siswa melalui peningkatan kemampuan adaptasi kecemasan. Sering di alami oleh siswa terutama ketika akan menghadapi moment khusus seperti ujian akhir nasional. kegiatan ini tidak membutuhkan biaya yang mahal, waktu pelaksanaan fleksibel sesuai dengan kondisi sekolah. Selain itu, momen sholat dhuha merupakan saat dimana kita mengisi kembali semangat hidup baru. Kita berharap semoga hari yang akan kita lalui menjadi hari yang lebih baik dari hari kemarin. Disinilah, ruang kita menanam optimisme hidup. Bahwa kita tidak sendiri menjalani hidup. Ada Sang Maha Rahman yang senantiasa akan menemani kita dalam menjalani hidup sehari-hari (Sanusi,2009). Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk mengkaji tentang pengaruh sholat dhuha terhadap kecemasan jiwa sebagai salah satu bentuk kepedulian di bidang kesehatan terhadap pendidikan.

METODOLOGI PENELITIAN

  Metodologi penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan yang berasal dari pengmpulan data seperti konsep kecemasan menjelang ujian akhir nasional pada remaja yang bersumber dari textbook, journal, artikel ilmiah, dan literature review. Kemudian dilakukan konseptualisasikan, dianalisis, dan diambil kesimpulan serta saran. Metode studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengelolah bahan penelitian.

HASIL PENELITIAN

  Sholeh (2006) meyakini, bahwa amalan shalat dhuha (termasuk shalat-shalat lain) tentu memiliki rahasia yang di berikan oleh Alloh SWT kepada setiap hambanya yang setia mengamalkannya. Hasan (2004) mengatakan salah satu hikmah shalat dhuha yaitu sebagai penenang jiwa orang resah gelisah. Selain itu shalat juga dapat menimbulkan ketenangan hati dan ketentraman batin (Basyarahil,2001). Saat Sholat dhuha yang dapat diperoleh dan dirasakan oleh orang yang mengerjakannya/ melaksanakan karena dapat melapangkan dada dalam segala hal. Sholat dhuha bila dilaksanakan dengan khusu', terjadi sholat dhuha dengan gerakan isometrik predominan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat gerakan isometrik predominan. Sesuai dengan irama sirkandial, sholat dhuha dapat menghambat sekresi hormon stress di pagi hari (Rajin, 2011). Hasil penelitian Soleh (2006) tentang hubungan shalat dhuha terhadap penurunan stress baik fisik maupun psikis membuktikkan bahwa ada hubungan antara shalat dhuha terhadap penurunan stress baik fisik namun penelitian tersebut dibutuhkan kurang lebih selama 1 tahun secara istiqomah, sehat jasmani dan rohani, tidak sedang mengikuti aktivitas meditasi dan tidak mempunyai masalah berat.

  Penelitian (Harum, 2008 ) di MTsN 1 Kota Kediri menunjukkan bahwa shalat dhuha dapat menenangkan hati sehingga siswa lebih mudah dalam menerima pelajaran. Dengan hati yang tenang maka siswa akan lebih mudah memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru. Hal ini sesuai dengan teori Alpha Learning, yaitu apabila sesaorang itu berada didalam keadaan yang amat tenang (dalam Gelombang fikiran Alpha), pemikirannya akan berpusat kepada apa yang dia dengar, di baca, berfikir atau sedang memikir didalam fikiran nya dan akan tersimpan di dalam memori di fikiran bawah sadar nya.

  Penelitin (Utomo, 2012) di SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo menunjukan bahwa hampir setengahnya responden mengalami kecemasan sedang sebelum dilakukan aktifitas sholat dhuha yaitu sebanyak 32 responden (41,6%). Berdasarkan hasil penelitian sebelum dilakukan shalat dhuha hampir setengahnya responden mengalami kecemasan sedang. Hal ini disebabkan karena siswa kurang mengerti dan bahkan kurangnya informasi yang didapat dari keluarga maupun masyarakat tentang pentingnya shalat dhuha terhadap kecemasan siswa dalam menghadapi ujian.sedangkan bahwa hampir setengahnya responden mengalami kecemasan ringan sesudah dilakukan aktifitas sholat dhuha yaitu sebanyak 37 responden (48,1%).

  Kazim (2008), serta direktur dari Trinidad Islamic Academy tentang shalat, mengatakan bahwa ada ketegangan yang lenyap karena tubuh secara fisiologis mengelurakan zat-zat seperti enkephalin dan endorphin. Zat ini sejenis morfin, termasuk opiate. Efek keduanya juga tidak berbeda dengan opiate lainnya. Bedanya, zat ini alami, diproduksi sendiri oleh tubuh, sehingga lebih bermanfaat dan terkontrol. Terlebih lagi shalat Dhuha tidak hanya berguna untuk mempersiapkan diri menghadapi hari dengan rangkaian gerakan teraturnya, tapi juga menangkal stress yang mungkin timbul dalam kegiatan sehari-hari, sesuai dengan keterangan Ebrahim Kazim tentang shalat: “Simultaneously, tension is

  

relieved in the mind due to the spiritual component, assisted by the secretion of enkephalins,

endorphins, dynorphins, and others.”

  Mahfani (2008: 221) menjelaskan, bahwa dalam shalat Dhuha juga memiliki beberapa hikmah yang terkandung di dalamnya, pertama orang yang melakukan shalat dhuha, maka hati menjadi tenang. Akhirnya, pikiran menjadi kalut, hati tidak tenang, dan emosi tidak stabil. Meskipun dilaksanakan lima atau sepuluh menit, shalat dhuha mampu menyegarkan pikiran, menenangkan hati, dan mengontrol emosi. Kedua pikiran menjadi lebih berkosentrasi. Otak yang mengalami keletihan karena berkurangnya asupan oksigen ke otak. Shalat dhuha yang dilakukan pada waktu istirahat (dari belajar atau bekerja) akan mengisi kembali asupan oksigen yang ada di dalam otak. Otak membutuhkan asupan darah dan oksigen yang berguna untuk memacu kerja sel-selnya.

  Terapi farmakologis dan non farmakologis dapat menurunkan kecemasan remaja khususnya menjelang ujian akhir nasional tetapi terapi- terapi tersebut memiliki kekurangan tersendiri, misalnya dengan penggunaan terapi farmakologis seperti golongan

  

benzodiazepine, valium dan xanax mengakibatkan depensi fisik, penurunan koordinasi

  motorik dan gangguan fungsi kognitif, rasa kantuk berlebih dan pusing serta efek ketergantungan. Sedangkan terapi sholat sholat dapat menjaga fisik dan rohani kita agar tetap segar dan kuat. Maksudnya, gerakan-gerakan shalat dapat juga berperan layaknya olahraga pagi hari, hanya saja ini dilakukan disatu tempat dan tidak bergerak kedepan, kebelakang, atau kesamping. Tapi, secara fisik, gerakan-gerakan shalat bisa menyegarkan tubuh kita, plus dapat pahala. Shalat dhuha juga berfungsi untuk olahraga batin. Semakin dekat hati dan pikiran dengan sang Pencipta maka akan semakin tentram pula hidup kita Terapi non farmakologi seperti terapi relaksasi memiliki kekurangan yaitu pelaksanaan teknik relaksasi memerlukan waktu yang relative lama (karena dilakukan berulang-ulang atau tidak hanya minimum 300 jam pelatihan. Jika di bandingkan dengan terapi sholat dhuha, sholat dhuha sangat efektif karena waktu pelaksanaan sholat sesuai dengan jam sekolah, tidak membutuh waktu yang lama, dapat menenangkan jiwa serta dapat mendekatkan diri kita kepada yang Maha Kuasa.

  Sholat dhuha tidak hanya efektif tetapi juga efisien. Jika di bandingkan dengan terapi farmakologis yang harganya lebih mahal dan berefek samping tinggi sedangkan terapi relaksasi dan hypnotheraphy harus memiliki keahlian terlebih dahulu serta tidak dapat dilakukan secara mandiri oleh remaja . Sholat dhuha dapat dilakukan secara langsung oleh remaja karena waktu pelaksanaan sholat dhuha tepat pada waktu jam sekolah, dapat dilakukan secara mandiri tanpa latihan khusus terlebih dahulu serta tidak membutuhkan biaya yang mahal. Oleh karena itu, sholat dhuha sangat cocok di implementasikan untuk mengurangi kecemasan rememaja menjelang ujian akhir nasional.

  SIMPULAN

  Sholat dhuha paling efektif dan efisien karena dapat di lakukan secara mandiri oleh remaja dan waktunya sesuai dengan jam sekolah serta tidak membutuhkan biaya yang mahal. Bila di bandingkan dengan terapi- terapi yang sudah ada sebelumnya, sholat dhuha paling cocok untuk mengurangi kecemasan remaja menjelang ujian akhir nasional serta dapat menenangkan jiwa dan dapat mendekatkan diri kita kepada yang Maha Kuasa.

  SARAN

  1. Adanya riset berkelanjutan mengenai Sholat Dhuha sebagai alternatif paling efektif dan efisien untuk mengurangi kecemasan remaja menjelang ujian akhir nasional.

  2. Pihak pemerintah membuat kebijakan tentang Sholat Dhuha sebagai alternatif paling efektif dan efisien untuk mengurangi kecemasan remaja menjelang ujian

  3. Ikut sertanya pihak-pihak lain yang terkait seperti sekolah- sekolah dalam pelaksanaan Sholat dhuha untuk mengurangi kecemasan remaja menjelang ujian nasional.

  Alamat correspondensi : Perumahan Gempol Citra Asri Blok P-17, Gempol-Pasuruan Email : capten_ajjah99@yahoo.co.id No.Hp : 085748108883