STATUS KESEHATAN MENTAL REMAJA NIKAH MUDA DI DESA TAMBAK AGUNG PURI MOJOKERTO 2014 HANDRI ERMAWAN 11001023

  

STATUS KESEHATAN MENTAL REMAJA NIKAH MUDA

DI DESA TAMBAK AGUNG PURI MOJOKERTO

2014

HANDRI ERMAWAN

  

11001023

Subject : status kesehatan mental, remaja, nikah muda.

  

DESCRIPTION

  Pernikahan dini mempunyai banyak sekali dampak yang ditimbulkan baik sosial, psikologi dan kesehatan. Perkawinan usia muda berdampak pada rendahnya kualitas keluarga baik ditinjau dari ketidaksiapan psikis dalam menghadapi persoalan sosial maupun ekonomi rumah tangga, resiko tidak siap mental untuk membina perkawinan. Kesiapan mental untuk menikah mengandung pengertian kondisi psikologis emosional untuk siap menanggung resiko yang timbul selama pernikahan. Pernikahan usia muda berdampak pada kesehatan mental, termasuk depresi dan kecemasan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui ”status kesehatan mental remaja nikah muda di Desa Tambak Agung Puri Mojokerto”.

  Desain penelitian ini adalah deskriptif, variabel penelitian adalah kesehatan mental remaja yang menikah muda. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 56 orang dari 28 pasangan nikah muda di Desa Tambak Agung Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto. Sampel pada penelitian ini adalah 56 orang dengan total sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner SRQ (Self Reporting Questionnaire).

  Hasil yang didapatkan dalam penelitian yang dilakukan di Desa Tambak Agung Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto menunjukkan bahwa dari 56 responden yang mengalami gangguan kesehatan mental berjumlah 34 responden (60,7%). Kesehatan mental dipengaruhi oleh biologis, psikologis, organis dan lingkungan.

  Dari hal ini responden diketahui bahwa tidak dapat mengendadlikan emosinya, tidak dapat mengelola stres kehidupan secara wajar dan tidak dapat menghadapi tantangan hidup. Oleh sebab itu perlu diadakan penyuluhan tentang dampak pernikahan usia muda. Peran dari petugas kesehatan untuk melakukan promosi kesehatan dan pendidikan yang tinggi akan menunda terjadinya pernikahan usia muda.

  ABSTRACT Early marriage has a lot of impact like social, psychological and health.

  Early marriage adversely affects the quality of a family in terms of psychological unpreparedness in the facing of social and economic problems of households and the risk of not ready mentally to foster marriage. Mental readiness to marry implies emotional psychological condition to be ready to bear the risks incurred during the marriage. Marriage young age have an impact on mental health, including depression and anxiety. The purpose of this research is to know of

  “mental health of young married adolescents in Tambak Agung Village Puri Mojokerto”.

  The design of this research is descriptive, the research variable was mental health of young married adolescents. The population in this research was 56 of 28 young married couples in the Tambak Agung Village Puri Mojokerto. Samples in this research were 56 individuals with a total sampling. Data were collected using questionnaires SRQ (Self Reporting questionnaires).

  The results obtained in studies conducted in the Tambak Agung Village Puri Mojokerto shows that of the 56 respondents who experience mental health problems amounted to 34 respondents (60.7%). Mental health is influenced by biology, psychology, organic and area.

  From this is known that the respondent can not control his emotions, can not manage stress life to be fair and not be able to face the challenges of life. Therefore there should be education about the impact of young marriage. The role of health workers to conduct health promotion and higher education will delay the wedding a young age.

  Contributor : 1. Nurul Hidayah, S.Kep.Ns,M.Kep

2. Yudha Laga HK,S.Psi Date : 31 Mei 2014 Type Material : Laporan Penelitian Identifier : - Right : open document Summary : LATAR BELAKANG

  Pernikahan dini bukanlah hal yang tabu dalam masyarakat tidak hanya pada masyarakat di desa di perkotaan pun juga demikian. Hal yang sangat penting untuk dipikirkan adalah bagaimana keuntungan atau sebaliknya yang didapatkan. Dalam pernikahan dini banyak sekali dampak yang ditimbulkan baik secara sosial psikologi dan kesehatan. Perkawinan usia remaja berdampak pada rendahnya kualitas keluarga baik ditinjau dari segi ketidaksiapan secara psikis dalam menghadapi persoalan sosial maupun ekonomi rumah tangga,resiko tidak siap mental untuk membina sebuah pernikahan (Purba,2012).

  Menurut Duvall dan Miller dalam Yuli Astuti (2010), menikah merupakan hubungan yang bersifat suci/sakral antara pasangan dari seorang pria dan seorang wanita yang telah menginjak atau dianggap telah memiliki umur cukup dewasa dan hubungan tersebut telah diakui secara sah dalam hukum dan secara agama. Menurutnya,kesiapan mental untuk menikah mengandung pengertian kondisi psikologis emosional untuk siap menanggung berbagai resiko yang timbul selama hidup dalam pernikahan, misalnya pembiayaan ekonomi keluarga, memelihara dan mendidik anak-anak, dan membiayai kesehatan keluarga.

  Beberapa daerah di Indonesia berdasarkan laporan pencapaian Millennium

  

Development Goal’s (MDG’s) Indonesia 2007 yang diterbitkan oleh Bappenas

  (Badan Pengawasan Nasional) menyebutkan, bahwa Penelitian Monitoring Pendidikan oleh Education Network for Justice pada enam desa/kelurahan di Kabupaten Serdang Badagai (Sumatera Utara), Kota Bogor (Jawa Barat), dan usia di bawah 18 tahun. Mayoritas dari mereka adalah perempuan yakni sebanyak 76,03 %, dan terkonsentrasi di dua desa penelitian di Jawa Timur (58,31 %). Angka tersebut sesuai dengan data dari BKKBN yang menunjukkan tingginya pernikahan di bawah usia 16 tahun di Indonesia, yaitu mencapai 25 % dari jumlah pernikahan yang ada. Bahkan di beberapa daerah persentasenya lebih besar, seperti Jawa Timur (39,43 %), Kalimantan Selatan (35,48%), Jambi (30,63 %), Jawa Barat (36 %), dan Jawa Tengah (27,84 %). Demikian juga temuan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) di Kawasan Pantura, perkawinan anak mencapai 35 %, 20 % di antaranya dilakukan pada usia 9-11 tahun (BAPENAS,2007).

  Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003 median usia kawin pertama adalah 19,2 tahun dan median usia kawin pertama di pedesaan lebih rendah yaitu 17,9 tahun. Terlalu muda usia untuk hamil atau kurang dari 20 tahun sekitar 10,3% menyebabkan kematian pada ibu secara tidak langsung. Persentase perempuan umur 15-19 yang sedang hamil anak pertama adalah 2%. Perempuan kelompok umur 15-19 tahun didapatkan 14% berstatus menikah dan tahun didapatkan 57% berstatus menikah dan 24,2% telah menikah pada usia 18 tahun. Jumlah pernikahan usia muda di pedesaan lebih besar dibandingkan dengan di daerah perkotaan.( Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002- 2003). Berdasar studi pendahuluan yang telah dilakukan pada tanggal 11 maret 2014 peneliti mendapatkan data remaja nikah muda di Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto sebesar 33,42%. Jumlah ini didapatkan dari 769 pernikahan semua usia mulai Januari 2013-Maret 2014.

  Centre for Addiction and Mental Health Toronto University (2013) menjelaskan bahwa pernikahan dini mempengaruhi kesehatan mental pada wanita. Pernikahan dini berdampak negatif pada kesehatan mental wanita di masa depan. Artikel jurnal pediatric menyebutkan bahwa wanita yang menikah di usia 18 tahun mungkin mengalami masalah kesehatan mental,termasuk depresi,kecemasan dan bipolar. Dengan keadaan seperti itu mereka lebih cenderung mengalami ketergantungan alkohol, obat-obatan, serta nikotin. Selain itu pernikahan dini juga lebih rapuh usia perkawinan karena secara psikologis mental remaja belum siap untuk mengahadapi masalah dalam pernikahan. Akibatnya banyak perceraian di usia muda dan kekerasan dalam rumah tangga. Selain itu cukup sulit untuk meberikan pemahaman kepada masyarakat tentang resiko kesehatan yang dihadapi oleh perempuan yang menikah dini.

  Fungsi dan peran keluarga juga disadari dapat memberikan kontribusi positif dalam mengurangi angka perkawinan usia muda dan dampak negatif dari perkawinan usia muda itu sendiri,melalui pola asuh proteksi anak, bentuk proteksi yang dimaksudkan dalam hal ini adalah pola asuh orangtua dalam mendidik dan memberikan pengetahuan umum dan agama kepada anak, pengalaman- pengalaman hidup, pemberian bekal baik bekal kedewasaan fisik, mental maupun sosial ekonomi sebagai persiapan untuk menuju kehidupan di masa yang akan mendatang khususnya dalam kehidupan berumah tangga. Promosi kesehatan pun harus selalu di galangkan serta campur tangan pemerintah untuk menanggulangi agar tidak terjadi pernikahan usia muda lagi. Dari uraian diatas maka peneliti tertarik

  

untuk melakukan penelitian dengan judul “Status Kesehatan Mental Remaja Nikah Muda

di Desa Tambak Agung Puri Mojokerto”.

METODELOGI PENELITIAN

  Desain penelitian ini adalah deskriptif, variabel penelitian adalah kesehatan mental remaja yang menikah muda. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 56 orang dari 28 pasangan nikah muda di Desa Tambak Agung Kecamatan Puri Kabupaten Mojokerto. Sampel pada penelitian ini adalah 56 orang dengan total sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner SRQ (Self Reporting Questionnaire).

  HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

  Hasil yang diperoleh dari penelitian tentang gambaran status kesehatan mental remaja nikah muda di Desa Tambak Agung Puri Mojokerto didapatkan sebagian besar responden (60,7%) mengalami gangguan kesehatan mental, Kesehatan mental itu sendiri adalah adalah kondisi yang memungkinkan kesehatan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seorang dan perkembangan berjalan selaras dengan keadaan orang lain. Kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh semua orang, mempunyai perasaan sehat dan bahagia serta mampu menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Sumiati dkk, 2009). Sebaliknya orang yang dikatakan tidak sehat mental adalah seorang yang emosinya tidak terkendali, kepribadian yang tidak matang seusianya, tidak mampu menghadapi tekanan hidup, agresif dan lain-lain (Semiun, 2006).

  Responden yang mengalami gangguan kesehatan mental ini lebih mengarah pada gangguan penurunan energi, cemas, dan gangguan somatik. Jika dilihat dari sudut pandang responden mengalami gangguan penurunan energi ini dapat dilihat pada pertumbuhan dan perkembangan remaja. Pada masa ini remaja masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan, jelas saja remaja sering mengalami kelelahan ini dikarenakan masih dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan. Ketika remaja sudah menikah tentu tugas mereka menjadi bertambah yang awalnya hanya belajar untuk sekolah kemudian disaat menikah mereka harus bekerja lebih, misalnya sang suami harus bekerja mencari nafkah sedang sang istri harus memasak dirumah dan mengurus rumah tangga. Hal ini sangat berbeda ketika seorang remaja masih duduk di bangku sekolah, remaja hanya bertugas untuk belajar bahkan dapat bermain bebas dengan temannya. Hal inilah yang tidak dapat ditemui ketika disaat remaja sudah menikah, remaja terbebani dengan pekerjaan baru yang semestinya belum waktunya mereka rasakan.

  Remaja mengalami gangguan cemas, kemungkinan hal ini dipengaruhi oleh remaja yang belum mampu beradaptasi dengan hal baru, lingkungan baru bahkan orang-orang baru di sekitarnya. Ketika seseorang belum mampu beradaptasi dengan lingkungannya maka seseorang akan mengalami cemas, gugup dan sebagainya. Di dalam stabilitas mental seseorang memerlukan kematangan pemikiran, emosionalitas, perilaku, dan adaptasi. Seseorang yang dikatakan sehat psikis adalah seorang yang jauh lebih sering mengalami kepuasan hidup. Jika seseorang tidak dapat merasakan kepuasan hidup seseorang bisa menjadi lebih mudah marah. Disaat marah inilah mereka tidak dapat berpikir positif dalam mengambil keputusan. Keputusan yang salah dapat membuat seseorang merasa cemas. Kelemahan fisik mampu melemahkan kondisi mental sehingga memudahkan timbulnya kecemasan. Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi seperti misalnya kehamilan, semasa remaja dan sewaktu pulih dari suatu penyakit. Selama ditimpa kondisi-kondisi ini, perubahan-perubahan perasaan akan muncul, dan ini dapat menyebabkan timbulnya kecemasan.

  Gangguan somatik, pada umumnya gangguan ini melibatkan sistem organ yang multiple (sebagai contoh, gastrointestinal dan neurologis). Tentang penyebab gangguan ini melibatkan interpretasi gejala sebagai satu tipe komunikasi sosial, hasilnya adalah mengerjakan pekerjaan yang tidak disukai. Dengan kata lain seseorang akan melakukan pekerjaan dengan terpaksa yang menyebabkan meraka tidak enak hati bahkan marah. Ketika seseorang marah mereka menjadi lupa akan kesehatannya dengan contoh mereka tidak mau makan, dengan demikian kesehatannya akan terganggu.

  SIMPULAN

  Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 56 responden dapat disimpulkan bahwa responden yang mengalami gangguan status kesehatan mental berjumlah 34 responden (60,7%), sedangkan 22 responden (39,3%) tidak mengalami gangguan kesehatan mental.

  REKOMENDASI

  a. Bagi responden

  Diharapkan menjadi sumber informasi bagi keluarga tentang pernikahan usia muda serta dampak terhadap kesehatan mental.

  b. Bagi institusi Diharapkan menjadi masukan untuk menunjang mutu pendidikan.

  c. Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan menjadi referensi,usul/ide judul untuk pembuatan karya tulis ilmiah selanjutnya.

  d. Diharapkan sebagai informasi kepada tenaga kesehatan mengenai nikah muda sehingga dapat membuat keputusan yang tepat dalam memberikan pelayanan kesehatan.

  ALAMAT KORESPONDENSI Email : handry_timuty@yahoo.com No.Telp : 085745604565 Alamat : Ds.Kutoporong Rt 07/01 Bangsal - Mojokerto