PERSONAL SOSIAL ANAK YANG MENGIKUTI DAN YANG TIDAK MENGIKUTI PLAY GROUP PADA USIA 3-4 TAHUN DI BIRATENGAH SOKOBANAH SAMPANG

  

PERSONAL SOSIAL ANAK YANG MENGIKUTI DAN YANG

TIDAK MENGIKUTI PLAY GROUP PADA USIA 3-4 TAHUN

DI BIRATENGAH SOKOBANAH

SAMPANG

  

Oleh :

Imam Syafi’i

11001024

Subject : Anak Usia 3-4 tahun Perkembangan, Personal sosial

  

Description

  Banyak permasalahan yang terjadi pada proses perkembangan anak pada umur pra sekolah. Dalam hal ini anak pada umur tersebut belum mampu bersosialisasi dengan baik dalam berinteraksi dengan teman sebayanya misalnya jarang bermain dengan teman atau minder dan menyendiri. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tentang perbedaan Personal sosial anak play group dan anak yang tidak mengikuti play group pada usia 3-4 tahun.

  Jenis penelitian analitik dengan rancang bangun comparative study. Variabel penelitian ini perkembangan personal sosial anak yang mengikuti play group dengan anak yang tidak mengikuti play group. Populasi penelitian yaitu seluruh anak usia 3-4 tahun di Desa Biratengah Kecamatan Sokobanah Kabupaten Sampang sebanyak 32 anak. Sampel diambil dengan teknik total sampling sampling sebanyak 32 responden. Data dikumpulkan pediatric symptom checklist, kemudian diolah secara editing, coding, scoring dan tabulating dan disajikan bentuk tabel distribusi frekuensi.

  Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar anak tidak mengikuti pendidikan di PAUD perkembangan personal sosialnya memerlukan rujukan sebanyak 11 responden (69%). Dan sebagian besar anak mengikuti pendidikan di PAUD sebagian besar perkembangan personal sosialnya tidak memerlukan rujukan sebanyak 9 responden (56%)

  Hasil analisis berupa gambaran perkembangan personal sosial anak suai 3- 4 tahun dengan menggunakan pediatric symptom checklist yang diubah menjadi skor < 28 tidak perlu dirujuk dan skor > 28 perlu dirujuk.

  Hasil penelitian menunjukkan perkembangan sosial anak tidak terjadi dengan sendirinya, banyak faktor yang mempengaruhi proses perkembangan, baik faktor yang bersifat langsung, dan mendasar. Oleh karena itu banyak responden yang mengalami perkembangan normal. Orang tua harus selalu melakukan pemantauan perkembangan anak dan memberikan stimulasi perkembangan sesuai dengan usianya.

  

ABSTRACT

  Many problems occurred to the children development process at pre- school aged. In this case children age the hasn't been able to well socialize and to interact with their friend. They rarely play with their friend unconfidence and alone. The purpose of this research is to determine the personal social child play group and children who do not follow the play group at the age of 3-4 years.

  Research type was analytic with comperative study design. The variable was social personal development that join the play group and don’t join. The population was children 3-4 years old in Biratengah Sampang Sokobanah as many as 32 children. Samples taken with the total sampling technique as many as 32 respondents. Data collected through pediatric symptom checklist, then processed in coding, editing, scoring, and tabulating and presented frequency distribution table.

  The research results showed that the majority of children not enrolled in PAUD their personal social developments require refferal as many as 11 respondents (69 percent). And most of the children enrolled in PAUD, their personal development largely does not need refferal as many as 9 respondents (56 percent)

  The results of analysis is the overview of personal social development 3-4 years old by using pediatric symptom checklist that is converted into score < 28 doesn't need to be referenced and score > 28 need to be consulted.

  The results showed the child social development does not happen by itself, many factors affect the development process, both factors that are directly, and fundamental. Therefore many respondents who experienced a normal development. Parents should always perform monitoring of child development and provide stimulation of development in accordance with age.

  Keywords: Development, personal social Contributor : Tri Peni, S.ST., M.Kes Widy Setyowati, S.Kep.Ns Date : 09 Juni 2014 Type Material : Laporan Penelitian Summary : LATAR BELAKANG

  Banyak permasalahan yang terjadi pada proses perkembangan anak pada umur pra sekolah. Masalah tersebut diantaranya kemampuan dalam proses sosialisasi dengan lingkungannya. Dalam hal ini anak pada umur tersebut belum mampu bersosialisasi dengan baik dalam berinteraksi dengan teman-teman sebayanya misalnya jarang bermain dengan teman atau minder dan menyendiri. Sehingga anak dalam prosesnya mengalami kendala kesiapan dalam memasuki umur sekolah utamanya dalam berinteraksi di lingkungan sekolahnya. Gambaran jumlah umur anak di berbagai negara sedang berkembang menunjukkan angka yang cukup besar dibanding dengan umur yang lebih tinggi (Sunarsih,2010).

  Di Indonesia, jumlah balita 10 % dari jumlah penduduk, di mana prevalensi (rata-rata) gangguan perkembangan bervariasi 12.8% s/d 16% sehingga dianjurkan melakukan observasi/skrining tumbuh kembang pada setiap anak.

  (Bensa, 2011). Berdasarkan data Dinas Kesehatan tingkat I Propinsi Jawa Timur 2013 untuk deteksi tumbuh kembang balita di Jawa Timur di tetapkan 85% tetapi cakupan diperiksa 50-65% dan mengalami perkembangan tidak optimal sebanyak 0,18% (Dinkes Propinsi, 2013). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan tanggal

  05 Maret 2014 di Desa Biratengah Kecamatan Sokobanah Kabupaten Sampang terhadap 8 anak menunjukkan bahwa 5 anak jarang untuk berkumpul atau bermain dengan teman-temannya, dan terkadang mereka tampak malu kalu bermain dengan teman-teman, sedangkan 3 anak selalu bermain bersama dan berusaha untuk mengajak teman yang lain untuk bermain bersama.

  Banyak faktor dan sangat komplek yang dapat mempengaruhi proses perkembangan anak pada umumnya, baik faktor yang bersifat langsung, tidak langsung, dan mendasar. Secara umum dijelaskan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak diantaranya pengalaman sosial awal anak. Pengalaman sosial awal dapat berupa hubungan dengan anggota keluarga atau orang-orang di luar lingkungan rumah. Hubungan dengan para anggota keluarga tidak semata-mata berupa hubungan dengan orang tua, tetapi juga dengan saudara, nenek dan kakek, akan mempengaruhi sikap anak terhadap orang di luar lingkungan rumah (Hidayat, 2011). Orang tua memiliki peranan penting dalam optimalisasi perkembangan seorang anak. Orang tua harus selalu memberi rangsang atau stimulasi kepada anak dalam semua aspek perkembangan baik motorik kasar maupun halus, bahasa dan personal sosial. Stimulasi harus diberikan secara rutin dan berkesinambungan dengan kasih sayang, metode bermain, dan lain- lain. Sehingga perkembangan anak akan berjalan optimal, kurangnya stimulasi dari orang tua dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan anak (Dinkes, 2011).

  Menurut Hurlock (2004) mengatakan, anak-anak yang mengikuti pendidikan prasekolah misalnya pendidikan untuk anak sebelum taman kanak- kanak (Nursery school), pusat pengasuhan anak pada siang hari (day care center), atau taman kanak-kanak (kindergarten) biasanya mempunyai sejumlah besar hubungan sosial yang telah ditentukan dengan anak-anak yang umurnya sebaya. Anak yang mengikuti pendidikan prasekolah melakukan penyesuaian yang lebih baik dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mengikuti pendidikan prasekolah. Alasannya adalah mereka berpartisipasi secara lebih baik untuk melakukan partisipasi yang aktif dalam kelompok dibandingkan dengan anak-anak yang aktivitas sosialnya terbatas dengan anggota keluarga dan anak-anak dari lingkungan tetangga terdekat. Menurut Dirjen PLSP Depdiknas RI Fasli Jalal, anak yang tidak mendapatkan stimulasi psikososial seperti jarang disentuh atau jarang diajak bermain akan mengalami berbagai penyimpangan perilaku. Perilaku tersebut dalam bentuk hilangnya citra diri yang berakibat pada rendah diri sangat penakut dan tidak mandiri atau sebaliknya menjadi anak yang tidak memiliki rasa malu dan agresif. Bentuk penyimpangan lainnya adalah “dysplasia” sulit berkonsentrasi, menderita autis, sulit memahami perintah, depresi, mental retardasi, sulit bersosialisasi dan sulit mengontrol perilaku. Kebiasaan berfikir dan bertindak sebagai refleksi dari dimilikinya sejumlah kemampuan berupa pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar perlu dilakukan sejak tahun-tahun pertama kehidupan anak.

  Proses perubahan itu mirip kurva berbentuk lonceng, pada awalnya naik dengan tiba-tiba, mendatar selama umur pertengahan dan turun secara perlahan atau mendadak pada umur lanjut. Oleh karena itu diperlukan intervensi dari lingkungan sehingga tugas-tugas perkembangan setiap tahap atau fase perkembangan itu dapat diselesaikan dengan baik (Hidayat, 2009). Selain itu perlunya keluarga yang mempunyai anak berusia bawah lima tahun diberi pengetahuan mengenai tumbuh kembang anak, cara mendeteksinya dan bagaimana caranya agar tumbuh kembang anak normal.

  Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi perbedaan Personal sosial anak yang mengikuti play group dan anak yang tidak mengikuti play group pada usia 3-4 tahun di Desa Biratengah Kecamatan Sokobanah Kabupaten Sampang.

METODE PENELITIAN

  Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif komparatif yaitu perbedaan Personal sosial anak yang mengikuti play group dan anak yang tidak mengikuti play group pada usia 3-4 th. Populasi penelitian ini yaitu seluruh anak usia 3-4 tahun di Desa Biratengah Kecamatan Sokobanah Kabupaten Sampang sebanyak 32 anak. sampel diambil dengan menggunakan teknik total sampling sebanyak 32 responden.

  Variabel penelitian ini yaitu perkembangan personal sosial anak yang mengikuti play group dan anak yang tidak mengikuti play group pada usia 3-4 th data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen Pediatric Symptom Checklist sebanyak 35 item pertanyaan sesuai dengan perkembangan personal sosial anak.

  Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bira tengah Kecamatan Sokobanah Kabupaten Sampang dengan waktu penelitian pada tanggal 16-23 Mei 2014. Hasil analisis berupa gambaran mengenai perkembangan personal sosial anak yang mengikuti play group dan anak yang tidak mengikuti play group pada usia 3-4 yang diteliti dan dipaparkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Dimana perubahan data kuantitatif menjadi persentase dilakukan dengan membagi frekuensi dengan jumlah seluruh observasi dan dilakukan 100 (%).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan umur didapatkan data bahwa sebagian besar anak berumur 4 tahun yaitu sebanyak 18 responden (56,3%). Berdasarkan ikut tidaknya PAUD didapatkan data bahwa setengahnya responden mengikuti PAUD dan setengahnya lagi tidak mengikuti PAUD. Berdasarkan perkembangan personal sosial anak yang tidak mengikuti pendidikan PAUD menunjukkan bahwa sebagian besar anak yang tidak mengikuti pendidikan di PAUD perkembangan personal sosialnya memerlukan rujukan sebanyak 11 responden (69%). Berdasarkan perkembangan persolan anak yang mengikuti PAUD menunjukkan bahwa sebagian besar anak yang mengikuti pendidikan di PAUD sebagian besar perkembangan personal sosialnya tidak memerlukan rujukan sebanyak 9 responden (56%).

  PEMBAHASAN

  

1. Personal sosial anak yang tidak mengikuti PAUD di Desa Biratengah

Kecamatan Sokobanah Kabupaten Sampang

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar anak yang tidak mengikuti pendidikan di PAUD perkembangan personal sosialnya memerlukan rujukan sebanyak 11 responden (69%) dan sebagian kecil mengalami perkembangan yang perlu dirujuk sebanyak 5 responden (31%)

  Hasil penelitian memang menunjukkan anak yang tidak mengikuti PAUD dan mempunyai perkembangan normal lebih dominan, namun hal tersebut bukan yang tidak mengikut PAUD tidak sampai setengah yang mengalami perkembangan normal dari seluruh anak yang tidak mengikut PAUD dan juga masih banyak yang tergolong suspek dan tidak dapat diuji. Anak yang tidak mengikut PAUD yang mengalami perkembangan suspek dan tidak dapat diuji sesuai dengan teori yang ada dimana anak tersebut kurang mendapatkan stimulasi psikososial, sehingga anak dalam prosesnya mengalami kendala kesiapan dalam memasuki umur sekolah utamanya dalam berinteraksi di lingkungan sekolahnya. Bentuk kendala tersebut seperti belum mampu bersosialisasi dengan baik dalam berinteraksi secara baik dengan teman-teman sebayanya.

  Menurut Dirjen PLSP Depdiknas RI Fasli Jalal, anak yang tidak mendapatkan lingkungan yang merangsang pertumbuhan otak atau tidak mendapatkan stimulasi psikososial seperti jarang disentuh atau jarang diajak bermain akan mengalami berbagai penyimpangan perilaku. Perilaku tersebut dalam bentuk hilangnya citra diri yang berakibat pada rendah diri sangat penakut dan tidak mandiri atau sebaliknya menjadi anak yang tidak memiliki rasa malu dan agresif. Bentuk penyimpangan lainnya adalah “dysplasia” sulit berkonsentrasi, menderita autis, sulit memahami perintah, depresi, mental retardasi, sulit bersosialisasi dan sulit mengontrol perilaku. Kebiasaan berfikir dan bertindak sebagai refleksi dari dimilikinya sejumlah kemampuan berupa pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar perlu dilakukan sejak tahun-tahun pertama kehidupan anak.

  Perkembangan sosial anak tidak terjadi dengan sendirinya, banyak faktor dan sangat komplek yang dapat mempengaruhi proses perkembangan anak pada umumnya, baik faktor yang bersifat langsung, tidak langsung, dan mendasar. Oleh karena itu masih banyak responden yang mengalami perkembangan normal.

  

2. Personal sosial anak yang mengikuti PAUD di Desa Biratengah

Kecamatan Sokobanah Kabupaten Sampang

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar anak yang mengikuti pendidikan di PAUD sebagian besar perkembangan personal sosialnya tidak memerlukan rujukan sebanyak 9 responden (56%) dan sebagian kecil mengalami perkembangan yang memerlukan rujukan sebanyak 7 responden (44%).

  Menurut Hurlock (2002) mengatakan, anak-anak yang mengikuti pendidikan prasekolah misalnya pendidikan untuk anak sebelum taman kanak- kanak (Nursery school), pusat pengasuhan anak pada siang hari (day care center), atau taman kanak-kanak (kindergarten) biasanya mempunyai sejumlah besar hubungan sosial yang telah ditentukan dengan anak-anak yang umurnya sebaya. Anak yang mengikuti pendidikan prasekolah melakukan penyesuaian yang lebih baik dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mengikuti pendidikan prasekolah. Alasannya adalah mereka berpartisipasi secara lebih baik untuk melakukan partisipasi yang aktif dalam kelompok dibandingkan dengan anak- anak yang aktivitas sosialnya terbatas dengan anggota keluarga dan anak-anak dari lingkungan tetangga terdekat.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengikuti pendidikan PAUD lebih dominan mengalami perkembangan normal hal tersebut sesuai dengan teori yang telah dikemukakan. Yang terjadi ditempat penelitian anak yang mengikut PAUD mendapat binaan yang sangat baik dilingkungan perkembangan personal sosialnya melalui kegiatan-kegiatan bermain dan belajar seperti dibimbing mengucapkan nama teman, makai baju sendiri, dilatih berpakaian tanpa bantuan, bermain ular tangga, berlatih menggosok gigi. Selain itu anak juga dibiasakan untuk belajar membaca menulis huruf latin dan huruf arab.

  Masih adanya anak yang dalam kategori suspek dan tidak dapat diuji dikarenakan faktor lain selain pendidikan PAUD. Pendidikan PAUD tidak akan optimal tanpa adanya dukungan pendidikan yang diberikan orang tua di rumah. Anak yang mengalami suspek dan tidak dapat diuji sebagaimana yang terlihat oleh peneliti cenderung terlalu dibiarkan oleh orang tuanya dalam artian semua keinginan anak selalu dipenuhi tanpa melihat hal tersebut baik atau tidak. Seperti jika anak menginginkan mainan yang tidak sesuai orang tua tetap memberikannya atau anak meminta makanan atau jajanan yang kurang baik orang tua terpaksa memberikannya karena anaknya terus menangis dan merengek. Namun hal tersebut tidak terjadi pada semua anak hanya pada beberapa anak yang ditemui oleh peneliti.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan anak usia dini memegang perasaan penting dan menentukan sejarah perkembangan selanjutnya, sebab pendidikan anak usia dini merupakan pondasi bagi dasar kepribadian anak. Anak yang mendapat pembinaan sejak usia dini akan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan fisik dan mental, yang akan berdampak pada peningktan prestasi belajar, etos kerja, dan produktivitas. Pada akhirnya anak akan lebih mampu untuk mandiri dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki.

  Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 16 anak yang mengikut PAUD didapatkan sebagian besar mengalami perkembangan personal sosial dalam kategori tidak memerlukan rujukan yaitu sebanyak 9 anak (56%). Sedangkan dari 16 anak yang tidak mengikuti PAUD didapatkan sebagian besar (43,3%). Hasil tabulasi silang didapatkan simpulan bahwa anak yang mengikuti PAUD mempunyai persentasi lebih besar dari pada anak yang tidak mengikut PAUD dalam perkembangan personal sosial dalam kategori normal.

  Hasil penelitian mempunyai kesesuaian dengan teori menurut Hurlock (2002) mengatakan, anak-anak yang mengikuti pendidikan prasekolah misalnya pendidikan untuk anak sebelum taman kanak-kanak (Nursery school), pusat pengasuhan anak pada siang hari (day care center), atau taman kanak-kanak (kindergarten) biasanya mempunyai sejumlah besar hubungan sosial yang telah ditentukan dengan anak-anak yang umurnya sebaya. Anak yang mengikuti pendidikan prasekolah melakukan penyesuaian yang lebih baik dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mengikuti pendidikan prasekolah. Alasannya adalah mereka berpartisipasi secara lebih baik untuk melakukan partisipasi yang aktif dalam kelompok dibandingkan dengan anak-anak yang aktivitas sosialnya terbatas dengan anggota keluarga dan anak-anak dari lingkungan tetangga terdekat.

  Hasil penelitian masih menunjukkan adanya data yang kurang sesuai dimana masih terdapat anak yang ikut PAUD dengan kategori perkembangan perlu dirujuk dan anak yang tidak ikut PAUD perkembangannya tidak memerlukan rujukan. Berdasarkan hal tersebut peneliti menyimpulkan bahwa pendidikan PAUD sangat dibutuhkan oleh anak karena disana diberikan stimulasi perkembangan yang baik. Namun pendidikan dilingkungan keluarga juga tidak kalah penting karena anak lebih banyak menghabiskan waktu di lingkungan rumah dengan berinteraksi dengan kedua orang tua dan anggota keluarga dirumah

  KESIMPULAN

  1. Anak usia 3-4 tahun yang tidak mengikuti pendidikan PAUD di Desa Biratengah Kecamatan Sokobanah Kabupaten Sampang perkembangan personal sosialnya sebagian besar memerlukan rujukan sebanyak 11 responden (69%)

  2. Anak usia 3-4 tahun yang tidak mengikuti pendidikan PAUD di Desa Biratengah Kecamatan Sokobanah Kabupaten Sampang perkembangan personal sosialnya Sebagian besar memerlukan rujukan sebanyak 9 responden (56%)

  REKOMENDASI

  1. Bagi masyarakat khususnya orang tua dengan anak usia toddler diharuskan selalu memberikan pendidikan dan pengasuhan yang baik dalam berinteraksi dengan anak dan juga mengusahakan anak untuk mengikuti PAUD supaya mendapatkan stimulasi perkembangan lebih baik.

  2. Tenaga kesehatan setempat harus berfungsi sebagai peneliti dengan mendeteksi perkembangan anak dengan berkala dan juga berfungsi sebagai edukator dengan memberikan informasi pada orang tua cara mendidik anak yang baik. Selain itu melakukan peran kolaborasi dengan institusi pendidikan PAUD untuk melakukan screening tumbuh kembang anak.

  3. Bagi institusi pendidikan PAUD harus selalu melakukan pemantauan perkembangan anak dan juga memberikan stimulasi perkembangan secara bertahap sesuai dengan usianya. Selain itu harus selalu memberikan bimbingan pada orang tua cara mendidik anak sesuai dengan usianya.

  Alamat korespondensi :

  Imamsyafii@gmail.com

  087850706999 Desa Biratengah Kecamatan Sokobanah Sampang