HASIL DAN PEMBAHASAN Bentuk Bangunan

  

PERENCANAAN INFRASTRUKTUR PASAR TERINTEGRASI BUDIDAYA PANGAN

(Studi Kasus : Kawasan Setraria Bandung, Jawa Barat)

1

2 Agung Wahyudi , C. Widi Pratiwi

  1 Jurusan Teknik Arsitektur, Universitas Gunadarma, Depok, 16423

  2 Jurusan Akuntansi, Universitas Gunadarma, Depok, 16423

agung_wyd@staff.gunadarma.ac.id

  

ABSTRACT

The manufacture of integrated market typology of food cultivation is due to the rapidly

increasing population and the increasingly lack of productivity of Indonesian food suppliers due to

several factors namely, environmental conditions (Climate, Hama), the decreasing of agricultural land,

and the lack of competitiveness in terms of agricultural innovation to increase production. The goal of

new typology technological innovations in the field of market integration is: (1) the market to produce

itself what is to be sold, or the cultivation of vegetables, fruits and livestock are integrated in the same

place. Thus, it reduces the energy savings of fuel combustion vehicles for transportation from food

shipment from outside the region, (2) another goal is to become an Eco-Tourism area or course on

cultivating, maintaining, processing food and studying its developmental innovations. The method used to

design an integrated market infrastructure is to use qualitative descriptive analysis. The result of design

of integration market infrastructure is obtained that is combining the result of vegetable cultivation, duck

livestock, laying hens, broiler, freshwater fish and research center and employee mess become one with

market. This is a step to establish foodstuffs in a residential area, maintain the balance of food supplies

and as a first step to stay away from the issue of the food crisis of Indonesia 2030 Keywords: Infrastructure, integration, cultivation, food

  

ABSTRAK

Pembuatan tipologi pasar terintegrasi budidaya pangan ini dikarenakan semakin cepatnya

pertambahan penduduk dan semakin kurangnya produktifitas pemasok bahan pangan warga Indonesia

yang dikarenakan oleh beberapa faktor yaitu, keadaan lingkungan (Iklim, Hama), semakin berkurangnya

lahan pertanian, dan kurangnya daya saing dari segi inovasi pertanian untuk meningkatkan hasil produksi

Tujuan inovasi teknologi tipologi baru dibidang pembuatan integrasi pasar, adalah : (1) pasar

memproduksi sendiri apa yang akan dijual, atau budidaya pangan sayur, buah, dan binatang ternak

diintegrasikan dalam satu tempat yang sama. Sehingga mengurangi pengehematan energi pembakaran

bahan bakar kendaraan untuk transportasi dari pengiriman bahan pangan dari luar daerah, (2) tujuan lain

adalah menjadi area Eco-Wisata atau kursus tentang pembudidayaan, perawatan, pemeliharaan,

pengolahan bahan pangan dan mempelajari inovasi-inovasi perkembangannya. Metode yang dipakai

untuk merancangan infrastruktur pasar terintegrasi adalah menggunakan analisis diskriptif secara

kualitatif. Hasil dari perancangan infrastruktur pasar integrasi diperoleh yaitu memadukan hasil budidaya

sayuran, ternak bebek, ternak ayam petelur, ternak ayam pedaging , ikan air tawar serta pusat penelitian

dan mess karyawan menjadi satu dengan pasar . Hal tersebut sebagai langkah memandirikan bahan

pangan pada suatu kawasan permukiman, menjaga keseimbangan pasokan bahan pangan serta sebagai

langkah awal untuk menjauhi isu krisis bahan pangan Indonesia 2030 Kata kunci: Infrastruktur, integrasi, budidaya, pangan PENDAHULUAN

  Indonesia diprediksikan akan mengalami krisis pangan pada tahun 2030 jika tidak ada teknologi inovasi dibidang pertanian yang mampu menaikkan kualitas dan kuantitas pasokan bahan pangan, seperti yang disampaikan oleh Ketua Umum Kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir bahwa “Pada 2030 nanti (Cahyo, 2015). Indonesia bisa mengalami minus produksi pangan sebanyak 12 juta ton, kalau kita hanya memakai sistem pertanian yang lama, makanya kita butuh penerapan bioteknologi”. Dengan penambahan populasi manusia sebesar 1,4% per tahun sedangkan pertumbuhan produksi pangan hanya sebesar 0,3%, maka Indonesia harus bersikap waspada sejak saat ini. 1,1% pertambahan penduduk tiap tahunnya tidak mempunyai jaminan ketahanan pangan sendiri, ini akan menjadi proyek besar impor bahan pangan, bangsa ini tidak bisa selalu mensejahterakan petani luar negeri, akan tetapi bangsa Indonesia harus mampu mendahulukan kesejahteraan petani dalam negeri, diperlukannya sistem baru untuk menjaga keseimbangan pasokan pangan di Indonesia agar tetap stabil (Perpres, 2013)

  Perencanaan infrastruktur Integrasi Pasar, adalah inovasi teknologi tipologi baru dibidang pasar, dimana pasar memproduksi sendiri apa yang akan dijual, atau bisa dibilang budidaya pangan sayur, buah, dan binatang ternak diintegrasikan dalam satu tempat yang sama (Heru, 2014). Menurut Rachmawati (2003) pembuatan tipologi pasar ini adalah karena semakin cepatnya pertambahan penduduk dan semakin kurangnya produktifitas pemasok bahan pangan warga Indonesia yang dikarenakan oleh beberapa faktor yaitu, keadaan lingkungan (Iklim, Hama), semakin berkurangnya lahan pertanian, dan kurangnya daya saing dari segi inovasi pertanian untuk meningkatkan hasil produksi (sehingga akan kalah saing dengan produk impor dari Tiongkok, Vietnam, Thailand dan Pilipina).

  Inovasi ini adalah mengurangi dampak energi dari transportasi yaitu membawa hasil budidaya dari daerah menuju ke pasar (Arie, 2005) . Selama ini pasar-pasar tradisional maupun modern melakukan hal ini yang sama Selain itu pasar terintegrasi mempunyai keunggulan dalam menghemat lahan-lahan pertanian. Pertanian tradisional menggunakan lahan yang tidak bertingkat, kalau dalam pasar terintegrasi menggunakan lahan bertingkat, sehingga lebih hemat dalam penggunaan lahannya (Bambang, 2013). Dengan adanya pasar terintegrasi lahan pertanian ataupun lahan budidaya ternak jadi satu dengan pasarnya (Cahyo, 2015).

  Hasil dari pengembangan pasar integrasi diperoleh yaitu sebagai langkah memandirikan bahan pangan pada suatu kawasan permukiman, menjaga keseimbangan pasokan bahan pangan / sebagai langkah awal untuk menjauhi isu krisis bahan pangan Indonesia 2030, sebagai pusat penelitian pengembangan teknologi yang berhubungan dengan bahan pangan untuk meningkatkan produktifitas pemasok pangan negara, dapat mengurangi pengehematan energi pembakaran bahan bakar kendaraan untuk transportasi dari pengiriman bahan pangan dari luar daerah, dapat menjadi area Eco- Wisata atau kursus tentang pembudidayaan, perawatan, pemeliharaan, pengolahan bahan pangan dan mempelajari inovasi-inovasi perkembangannya (Perpres, 2013).

  Untuk memperoleh dan mendapatkan informasi yang mendukung serta relevan untuk penyusunan perencanaan dan perancangan pasar terintegrasi di Bandung ini, maka metode yang digunakan adalah dengan menggunakan metode analisis secara kualitatif deskriptif yaitu, dengan menjabarkan suatu obyek dengan menggambarkan dan menginterprestasikan sesuai obyek yang ada, tanpa melakukan manipulasi variabel, tetapi mengutamakan fakta di lapangan, yang kemudian dianalisis sesuai landasan teori terkait dengan fokus amatan. Terkait dengan kasus dalam penelitian ini maka hal yang dilakukan adalah mencari data di lapangan tentang ide-ide serta gagasan pembuatan

  

pasar terintegrasi di kawasan Sentraria, khususnya dari aspek “bentuk-bentuk

arsitektural” dan bentuk-bentuk penghematan energi.

  HASIL DAN PEMBAHASAN Bentuk Bangunan

  Bentuk Bangunan diambil berdasarkan analisa-analisa zoning kegiatan bangunan, dalam proyek pasar ini, terdapat 4 kegiatan Budidaya yaitu Budidaya Sayuran, Budidaya Ikan Air Tawar, Peternakan Ayam dan Peternakan Bebek (Arie 2005; Arie 2013; Bambang 2013; Heru, 2014; Kholis, 2013). Kemudian terdapat Kegiatan Pasar untuk jual beli, lalu ada kegiatan Pengolahan Bahan Pangan, kegiatan Loading Dock untuk penyimpanan, kegiatan Kantor Pengelola dan kegiatan Service & Utilitas (Gambar 1).

  

Gambar 1. Luasan Kebutuhan Ruang

Gambar 2. Fungsi Konteks Sekitar Lokasi Site

  Setelah mengetahui tentang kegiatan apa saja yang akan ada disana lalu pada tahap selanjutnya adalah tahap untuk meletakkan zoning bangunan, zoning bangunan dilakukan berdasarkan keadaan fungsi konteks sekitar bangunan, bisa dilihat pada Gambar 2 bangunan yang berwarna hijau adalah Bangunan Masjid, Bangunan Masjid menjadi penentu awal peletakkan bangunan karna masjid harus penuh ketenangan dan kebersihan demi lancarnya peribadatan. Menurut Santoso (2009), budidaya Ternak Ayam dan Ternak Bebek ditekankan untuk tidak boleh berapa pada area dekat masjid, maka dari itu dua kegiatan tersebut diletakkan pada sisi terjauh dari keberadaan masjid

  

Gambar 3. Pertimbangan Bentuk Site Respon Lingkungan

  Setelah tumpukan kegiatan dimasukan kedalam site (Gambar 3) lalu tahap selanjutnya perlu disesuaikan lagi dengan analisis dan zona kegiatannya, pertimbangan keluar masuknya udara melewati celah-celah bangunan (Gambar 3) membuat ruang masih terjangkau udara natural, cahaya matahari juga dibiarkan masuk kedalam angunan melewati celah gedung agar tanaman-tanaman terkena paparan sinar matahari untuk berfotosintesis

  

Gambar 4. Perletakkan Besaran Ruang Kedalam Site

  Gambar 5. Bentuk Akhir Bangunan Penataan Bangunan

  Seusai penjelasan mengenai zonasi ruang pada lantai siteplan dan basement pada Sub Bab sebelumnya, pada penataan ruang ini adalah memfokuskan pada bagian lantai dalam bangunan, Lantai 2 terdapat pembagian 6 zona, zona pertama adalah zona Budidaya Ikan Air Tawar, zona tersebut adalah lanjutan dari zona dilantai 1 sehingga, kedua adalah zona void pasar, pada desain pasar menggunakan konsep Double Volume dimana menggunakan 2 level lantai untuk meninggikan plafon agar pasar tidak panas, pengudaraan udara dan cahaya berjalan dengan sangat baik. Ketiga adalah zona pengolahan bahan pangan mentah dari area budidaya, diolah sesuai kebutuhan bahan pangan agar siap untuk di packing dan didistribusikan ke pasar dilantai 1.

  Gambar 6. Penataan Lantai 2 & Lantai 3 Keempat adalah zona mess pengelola budidaya dimana pengelola disediakan penginapan agar mendukung kegiatan pengelolaan bahan pangan dengan baik. Zona kelima dan enam adalah zona peternakan ayam dan bebek (Gambar 6).

  

Gambar 7. Penataan Lantai 6 & Lantai 7

  Pada lantai 5 tetap melanjutkan Zona Budidaya Sayuran dan Zona Budidaya Ikan Air Tawar, namun ada satu penambahan zona yaitu Zona Laboratorium untuk meneliti perkembangan-perkembangan pertumbuhan unsur budidaya, maupun untuk menciptakan suatu inovasi dibidang pertanian untuk mencapai proses efisiensi yang tinggi (Gambar 6). Pada lantai 6 dan 7 terdapat zona penambahan Budidaya Sayuran dengan sistem Green House (Gambar 7)

  Ekspresi Bangunan

Gambar 8. Birdeye View

  Ekspresi bangunan yang diciptakan pada proyek Pasar Integrasi ini adalah mencoba untuk menyatukan karakter material Green House yang transparan menggunakan bahan fiberglass dengan bangunan dengan fungsi lainnya yang berkarakter solid, penambahan karaktek material kayu dan atap tritisan mencoba untuk menggambarkan gambaran pasar yang ada di Indonesia (Gambar 8).

  Karakter pasar Indonesia ingin ditampilkan pada pandangan view mata manusia, karakter kayu, atap tritisan dengan gaya yang lebih modern diharapkan mampu menciptakan karakter pasar masa kini yang lebih bersih, ramah biaya dan sangat ramah lingkungan (Gambar 9).

  

Gambar 9. Perspektif Mata Manusia

Gambar 10. Perspektif Mata Manusia Pada view trotoar jalan dapat terlihan lahan budidaya yang akan memperkuat karakter pasar budidaya, penggabungan unsur karakter material kayu dan fiberglass yang transparan akan sangat terlihat dari bawah akan menimbulkan efek Juxtaposition antar unsur kedua material yang menarik (Gambar 10).

  Ekspresi Interior

  Ekspresi interior pasar sebisa mungkin tidak menghilangkan karakter pasar tradisional dengan karakter-karakter kayu dan tumpukan sayur-sayuran agar kesan pasar tidak terlalu mewah namun tetap menjaga kebersihan pasarnya (Gambar 11).

  Gambar 11. Perspektif Mata Manusia Pasar

Gambar 12. Perspektif Interior Pasar

  Sumber: Analisis Peneliti, 2017

  

Gambar 12. Perspektif Interior Pasar Pada tatanan ruang dalam interior pasar los daging, dibuat zoning tersendiri , bersih dan tidak banyak bau, sehingga pengunjung akan nyaman di dalam pasar terintegrasi ini. Ekspresi bagian dalam terlihat dalam gambar 12 diatas

  Ekspresi interior Budidaya Sayuran menggunakan material ringan dan transparan seperti metal steel bar pada plat lantai agar cahaya matahari menembus pada tiap masing-masing lantai, dan material baja yang ringan agar memudahkan mobilisasi unit modul media tanam (Gambar 13).

  

Gambar 13. Perspektif Interior Budidaya Sayuran

Sistem Utilitas

  Menurut Perda Nomor 2 tahun 2002, sistem utilitas penggunaan air bersih untuk kebutuhan budidaya, maupun kebutuhan sehari-hari kegiatan pasar, sistem penggunaan air bersihnya mempunyai 2 sumber yaitu dari PDAM dan pemanfaatan air hujan, pada sumber pemanfaatan air hujan, pada atap dua gedung disebelah timur site terdapat semacam corong atau rain water catcher, lalu air tersebut dialirkan menuju kearah

  

water tank yang berada di lantai basement menggunakan pipa-pipa, setelah air masuk

  kedalam Water Tank lalu air akan dimasukkan lagi ke alat filterisasi air, setelah air sudah layak untuk dipakai barulah air tersebut dimasukkan kedalam tanking air siap pakai yang pada akhirnya akan didistribusikan ke pada bagian-bagian bangunan yang membutuhkan penggunaan air bersih (Gambar 14).

  

Gambar 14. Sistem Air Bersih Pemanfaatan Air Hujan

SIMPULAN

  Hasil dari perancangan infrastrukur pasar integrasi diperoleh yaitu sebagai langkah memandirikan bahan pangan pada suatu kawasan permukiman, menjaga keseimbangan pasokan bahan pangan / sebagai langkah awal untuk menjauhi isu krisis bahan pangan Indonesia 2030, sebagai pusat penelitian pengembangan teknologi yang berhubungan dengan bahan pangan untuk meningkatkan produktifitas pemasok pangan negara, dapat mengurangi pengehematan energi pembakaran bahan bakar kendaraan untuk transportasi dari pengiriman bahan pangan dari luar daerah, dapat menjadi area Eco- Wisata atau kursus tentang pembudidayaan, perawatan, pemeliharaan, pengolahan bahan pangan dan meninggalkan pola pasar tradional yang lama, dimana pasokan bududaya hanya mengandalkan produksi dari daerah lain.

  Arie, Usni. (2005). Budidaya Bawal Air Tawar Untuk Konsumsi dan Hias. Jakarta : Penebar Swadaya, 17 – 23

  Arie, Usni dan Deni Dejee. (2013). Paduan Lengkap Benih Ikan Konsumsi. Jakarta : Penebar Swadaya, 25 - 61

  Bambang Prasetya. (2013). Farm Big Book Budidaya Sayuran Organik di Pot. Jakarta: Lily Publisher, 24 - 47

  Cahyo Saparinto. (2015). Bisnis Peternakan. Jakarta: Data Media, 34-45 Heru Susanto.(2014). Budidaya 25 Ikan di Pekarangan. Jakarta : Penebar Swadaya. Kholis, S dan B. Sarwono. 2013. Ayam Elba, Kampung Petelur Super. Jakarta: Penebar

  Swadaya, 25 - 30 Peratuan Daerah Nomor 2, Tahun 2002 Tentang Perpasaran Swasta. Peraturan Presiden Republik Indonesia No 48, Tahun 2013 Tentang Budi Daya Hewan Peliharaan. Rachmawati, Evy. (2003). Lirik Udang Galah, Cangkul Ditinggalkan. Kompas, 11 Juni 2003. Santoso, Hari dan Titik Sudaryani. (2009). Pembesaran Ayam Pedaging Hari Perhari

  di Kandang Panggung Terbuka. Jakarta : Penebar Swadaya, 13 - 45

  Undang-Undang Republik Indonesia No 31, Tentang Perikanan Tahun (2004)