BAB. I PENDAHULUAN - SUPERVI KLINIS DALAM SUPERVISI PENDIDIKAN

  

BAB. I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

  Dewasa ini permasalahan mutu pendidikan sering dipersoalkan berkaitan dengan tuntutan peningkatan mutu sumber daya manusia untuk pembangunan bangsa ini. Banyak orang berpendapat bahwa mutu pendidikan masih sangat jauh dari yang diharapkan. Sehingga peningkatan mutu harus segera diupayakan mengingat pentingnya pengaruhnya tehadap keberhasilan pembangunan bangsa khususnya di era kompetisi global. Banyak tulisan yang memberi problem solving berkaitan dengan ini. Baik dilakukan oleh individu sebagai praktisi dan ahli pendidikan maupun oleh institusi sebagai lembaga yang menangani kegiatan kependidikan. Diantaranya perlu upaya pengembangan kurikulum sebagai keseluruhan program pengalaman belajar, pengadaan buku-buku pelajaran beserta buku pegangan guru, penambahan dan penataran guru, dan pembinaan perpustakaan sekolah sebagai pusat atau sumber belajar.

  Sampai sekarang sebagian besar dan mungkin semua problem solving di atas telah dilakukan. Namun perbaikan mutu pendidikan belum juga dapat dirasakan hasilnya bahkan untuk mengatakan tampak menuju ke perbaikan saja masih sulit untuk mengungkapkan indikator-indikatornya, kecuali indikator biaya untuk pengadaan buku, penataran guru dan lain-lain yang jelas jumlah nominalnya yang telah dikeluarkan. Peningkatan mutu pendidikan, sebagaimana dikemukakan banyak ahli pendidikan secara teoritis tidak mungkin tercapai tanpa ikut pula diperhatikan masalah performansi guru. Para guru merupakan sumber daya manusia yang sangat menentukan keberhasilan program pendidikan karena kedekatan hubungannya dengan anak didik dalam pelaksanaan pendidikan. Setiap hari di sekolah guru berhubungan dengan anak didik untuk kegiatan belajar mengajar sehingga sangat menentukan keberhasilan anak didik dalam belajar yang akhirnya juga menentukan pencapaian tujuan pendidikan.

  Berdasarkan hal itu maka upaya peningkatan mutu pendidikan harus memperhatikan peningkatan performansi guru berkaitan dengan pembelajarannya yang dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan. Salah satunya adalah melalui kegiatan supervisi pengajaran. Supervisi pengajaran dilakukan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran secara umum baik di kelas maupun di luar kelas. Terdapat beberapa pendekatan dalam kegiatan supervisi pengajaran ini misalnya pendekatan saintifik, pendekatan neo-saintifik, pendekatan artistik dan pendekatan klinikal. Masing-masing pendekatan memiliki penekanan yang berbeda-beda terhadap salah satu aspek dalam kegiatan supervisi pengajaran. Pendekatan klinikal sebagai satu pendekatan yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah pendekatan yang memfokuskan kegiatan supervisi pengajaran pada pengembangan kemampuan mengajar guru di kelas. Atau dengan kata lain supervisi dengan pendekatan klinikal adalah kegiatan supervisi yang membantu guru mengembangkan penampilannya di kelas. Bagaimana konsep dan pendekatan ini dilakukan dalam supervisi akan menjadi

B. Rumusan Masalah

  Untuk meningkatkan mutu pendidikan dilakukan kegiatan supervisi kepada guru yang dianggap paling menentukan atau menjadi ujung tombak keberhasilan pendidikan. Tetapi dalam kenyataan seperti dinyatakan oleh Tim Khusus (2005) bahwa selama ini sistem supervisi yang berlaku masih kurang mendukung usaha pembaharuan dan peningkatan mutu pendidikan yang disebabkan banyaknya permasalahan. Salah satu bentuk supervisi pendidikan adalah supervisi pengajaran yang dapat dilakukan dengan pendekatan klinikal untuk meningkatkan mutu/profesionalitas guru. Ada berbagai faktor atau permasalahan yang mendorong dikembangkannya supervisi klinik bagi para guru, antara lain sebagai berikut:

  1 Dalam kenyataan supervisi ialah mengadakan evaluasi guru-guru semata di akhir semester dengan guru mengisi skala penilaian yang diisi anak didik mengenai cara mengajar guru. Tidak dianalisis mengapa guru mencapai tingkat penampilan tertentu.

  2 Pusat pelaksanaan supervisi adalah supervisor, bukan pada apa yang dibutuhkan guru seperti keprofesionalan, sehingga guru merasa tidak memperoleh apa-apa dari supervisi.

  3 Penggunaan merit rating (alat penilaian kemampuan guru) hanya mengukur tingkah laku guru yang bersifat terlalu umum, aspek-aspek tingkah laku yang mendasar seperti perasaan mereka (guru) tidak terdeskripsikan karena diagnosisnya tidak mendalam.

  4 Umpan balik yang diperoleh dari hasil pendekatan yang ada, misalnya saintifik sifatnya memberi arahan, petunjuk, instruksi, tidak menyentuh masalah manusia yang terdalam yang dirasakan guru-guru, sehingga hanya bersifat di permukaan.

  5 Tidak diciptakan hubungan identifikasi dan analisis diri, sehingga guru melihat konsep dirinya.

  6 Praktek-praktek supervisi yang tidak manusiawi di atas itu, menyebabkan kegagalan dalam pemberian supervisi kepada guru-guru, dan karena itulah perlu supervisi klinik.

BAB II SUPER VISI KLINIS DALAM SUPERVISI PENDIDIKAN A. Pengertian Supervisi Klinis Supervisi klinis berasal dari kata supervisi dan klinis. Supervisi diartikan sebagai suatu bimbingan dan tuntunan kearah perbaikan dan penyempurnaan proses pembelajaran. Sedangkan klinis dalam hal ini diartikan:

  1. Sebagai hubungan tatap muka antara supervisor dengan guru yang berfokus pada tingkah laku yang sebenarnya dari guru yang mengajar di kelas, maksudnya adalah tingkah laku yang sewajarnya, tidak dibuat buat.

  2. Sebagai kegiatan observasi dari dekat dan dilakukan secara cermat.

  3. Mendiskripsikan hasil/ data observasi secara detail.

  4. Sebagai hubungan yang kooperatif antara supervisor dan guru untuk bersama-sama mencermati penampilan guru dalam mengajar.

  5. Mendorong guru melihat kekuranganya dalam mengajar dan menemukan cara unutk

  

  Secara umum supervisi klinis diartikan sebagai bentuk bimbingan profesional yang diberikan kepada guru berdasarkan kebutuhannnya melalui siklus yang sistematis. Siklus sistematis ini meliputi: perencanaan, observasi yang cermat atas pelaksanaan dan pengkajian hasil observasi dengan segera dan obyektif tentang penampilan mengajarnya yang nyata. Jika dikaji berdasarkan istilah dalam “klinis”, mengandung makna:

  a. Pengobatan (klinis) dan b. Siklus, yaitu serangkaian kegiatan yang merupakan daur ulang.

  Oleh karena itu makna yang terkandung dalam istilah klinis merujuk pada unsur-unsur khusus, sebagai berikut:  Adanya hubungan tatap muka antara pengawas dan guru didalam proses supervisi.  Terfokus pada tingkah laku yang sebenarnya didalam kelas.

   Adanya observasi secara cermat.  Deskripsi pada observasi secara rinci.  Pengawas dan guru bersama-sama menilai penampilan guru.

  

  Nana Sudjana (2008:5) mendiskripsikan bahwa supervisi klinis sebagai bantuan profesional yang diberikan kepada guru yang mengalami masalah dalam melaksanakan pembelajaran agar guru tersebut dapat mengatasi masalah yang dialaminya berkaitan dengan

  

  proses pembelajaraSedangkan menurut Cogan (1973), kegiatan pembinaan performansi

  

  guru dalam mengelola proses belajar mengajaMenurut Sergiovanni (1987) ada dua tujuan supervisi klinis: pengembangan profesional dan motivasi kerja guru dan memperbaiki proses

  

  pembelajaran yang kurang efektiMenurut Keith Acheson dan Meredith Gall dalam bukunya jurang antara tingkah laku mengajar nyata dengan tingkah laku mengajar ideal.

  Dengan demikian penulis dapat mendeskripsikan makna supervisi klinis adalah bantuan profesional yang diberikan kepada guru yang mengalami masalah dalam pembelajaran agar guru yang bersangkutan dapat mengatasi masalahnya dengan menempuh langkah yang sistematis

B. Sasaran supervisi klinis

  Sasaran supervisi klinis adalah perbaikan pembelajaran dan bukan perbaikan kepribadian guru. Untuk ini supervisor diharapkan untuk mengajarkan berbagai ketrampilan kepada guru yang meliputi antara lain :

  a. Ketrampilan mengamati memahami (mempersepsi) proses pembelajaran secara analitik b. Ketrampilan menganalisis proses pembelajaran secara rasional berdasarkan bukti- bukti pengamatan yang jelas dan tepat c. Ketrampilan dalam pembaharuan kurikulum, pelaksanaan serta pencobaannya

  

  d. Ketrampilan dalam mengajar Seperti telah disebutkan sasaran supervisi klinis adalah perbaikan cara mengajar dan bukan pengubahan kepribadian guru. Biasanya sasaran ini dioperasionalkan dalam sasaran- sasaran yang lebih kecil yaitu bagian ketrampilan mengajar yang bersifat spesifik yang 2 mempunyai arti sangat penting dalam proses mengajar. Analisis konstruktif dilakukan untuk 3 Depdiknas Pedoman Supervisi Pengajaran. (Jakarta : Ditjendiknas . 2003), h. 122 Nana Sujana, Supervisi Akademik (membina profesionalisme guru melalui supervisi 4 klinis) . (Jakarta : LPP Bina Mitr . 2008), h. 120 5 Morris Cogan. Clinical supervision. (Boston: Holt, Reinhart and Winston 1973). h.114

Thomas SergiovanniProfessional supervision for professional teachers. (Washington: dapat secara tepat member penguatan (reinforcement) kepada pola tingkah laku yang berhasil dan mengarahkan serta tidak mencela atau menghukum pola-pola tingkah laku yang belum sukses. Dalam supervisi klinis supervisor dan guru merupakan teman sejawat dalam memecahkan masalah-masalah pembelajaran di kelas. Sasaran supervisi klinis sering kali dipusatka kepada :

  a. kesadaran dan kepercayaan pribadi dalam melaksanakan tugas mengajar ,

  b. ketrampilan – ketrampilan dasar yang diperlukan dalam mengajar (generic skills), yang meliputi : (1) ketrampilan dalam menggunakan variasi dalam mengajar dan menggunakan stimulasi (2) ketrampilan melibatkan siswa dalam proses belajar, (3) ketrampilan dalam mengelola kelas dan disiplin kelas.

   C. Karakteristik Supervisi Klinis

  Merujuk pada pengertian yang telah dipaparkan, terdapat beberapa karakteristik supervisi klinis, yaitu: a. Perbaikan dalam mengajar mengharuskan guru mempelajari keterampilan intelektual dan bertingkah laku berdasarkan keterampilan tersebut.

  b. Fungsi utama supervisor adalah mengajar keterampilan-keterampilan kepada guru.

  c. Fokus supervisi klinis adalah:  Perbaikan cara mengajar dan bukan mengubah kepribadian guru.

   Dalam perencanaan pengajaran dan analisisnya merupakan pegangan supervisor dalam memperkirakan perilaku mengajar guru.  Pada sejumlah keterampilan mengajar yang mempunyai arti penting bagi pendidikan dan berada dalam jangkauan guru.  Pada analisis yang konstruktif dan memberi penguatan (reinforcement) pada pola- pola atau tingkah laku yang berhasil daripada “mencela” dan “menghukum” pola- pola tingkah laku yang belum sukses.

  d. Didasarkan pada bukti pengamatan dan bukan atas keputusan penilaian yang tidak didukung oleh bukti nyata. e. Siklus dalam merencanakan, mengajar dan menganalisis merupakn suatu komunitas dan dibangun atas dasar pengalaman masa lampau.

  f. Supervisi klinis merupakan suatu proses memberi dan menerima informasi yang dinamis dimana supervisor dan guru merupakan teman sejawat didalam mencari pengertian bersama mengenai proses pendidikan.

  g. Proses supervisi klinis terutama berpusat pada interaksi verbal mengenai analisis jalannya pelajaran.

  h. Setiap guru mempunyai kebebasan maupun tanggung jawab untuk mengemukakan pokok-pokok persoalan, menganalisis cara mengajarnya sendiri dan mengembangkan gaya mengajarnya. i. Supervisor mempunyai kebebasan dan tanggung jawab untuk menganalisis dan mengevaluasi cara supervisi yang dilakukannya dengan cara yang sama seperti ketika ia menganalisis dan mengevaluasi cara mengajar guru. Secara skematik, perbedaan antara supervisi kelas dengan supervisi klinis sebagai berikut (La Sulo, 1988 : 9):

  No. Aspek Supervisi Kelas Supervisi Klinis

  1. Prakarsa dan Tanggung Jawab Terutama oleh supervisor Diutamakan oleh guru

  2. Hubungan Supervisor-Guru Realisasi guru-siswa/atasan-bawahan Realisasi kolegial yang sederajat dan interaktif

  3. Sifat Supervisi Cenderung direktif atau otokratif Bantuan yang demokratis

  4. Sasaran Supervisi Samar-samar atau sesuai keinginan supervisor Diajukan oleh guru sesuai kebutuhannya, dikaji bersama menjadi kontrak

  5. Ruang Lingkup Umum dan luas Terbatas sesuai kontrak

  6. Tujuan Supervisi Cenderung evaluatif Bimbingan yang analitik dan deskriptif

  7. Peran Supervisor dalam Pertemuan Banyak memberi tahu dan mengarahkan Bertanya untuk analisis diri

  8. Balikan Samar-samar atau atas kesimpulan supervisor Dengan analisis dan

  

  interpretasi bersama atas data observasi sesuai kontra

D. Tujuan Supervisi Klinis

a. Tujuan umum

  Secara umum supervisi klinis bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan mengajar guru di kelas. Hubungan ini supervisi klinis merupakan kunci untuk meningkatkan kemampuan professional guru agar guru memiliki kemampuan untuk memperbaiki dirinya dalam melaksanakan proses pembelajaran. Selain itu terdapat tujuan umum lainnya, seperti :

  Menciptakan kesadaran guru tentang tanggung jawabnya terhadap pelaksanaan o 8 kualitas proses pembelajaran.

  Membantu guru untuk senantiasa memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses o pembelajaran.

  Membantu guru untuk mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang muncul o dalam proses pembelajaran Membantu guru untuk dapat menemukan cara pemecahan maslah yang o ditemukan dalam proses pembelajaran Membantu guru untuk mengembangkan sikap positif dalam mengembangkan diri o

  

b. Tujuan khusus

  Secara khusus Supervisi klinis bertujuan untuk: Menyediakan suatu balikan yang objektif dalam kegiatan mengajar yang o dilakuakan guru dengan berfokus terhadap:Kesadaran dan kepercayaan diri dalam mengajar. Keterampilan-keterampilan dasar mengajar yang diperlukan.

  Mendiagnosis dan membantu memecahkan masalah-masalah pembelajaran. o

  Membantu guru mengembangkan keterampilan dalam menggunakan strategi- o strategi pembelajaran.

  Membantu guru mengembangkan diri secara terus menerus dalam karir dan o

  

E. Ciri Khas Supervisi Klinis

  Supervisi klinis memiliki ciri khas tersendiri yang membedakannya dengan teknik supervisi yang lain. Menurut Pidarta, ciri-ciri supervisi klinis adalah sebagai berikut: a. Ada kesepakatan antara supervisor dengan guru yang akan disupervisi tentang aspek perilaku yang akan diperbaiki.

  b. Yang disupervisi atau diperbaiki adalah aspek-aspek perilaku guru dalam proses belajar mengajar yang spesifik, misalnya cara menertibkan kelas, teknik bertanya, teknik mengendalikan kelas dalam metode keterampilan proses, teknik menangani anak yang nakal dan sebagainya.

  c. Memperbaiki aspek perilaku diawali dengan pembuatan hipotesis bersama tentang bentuk perbaikan perilaku atau cara mengajar yang baik. Hipotesis ini bisa diambil dari teori-teori dalam proses belajar mengajar.

  9 d. Hipotesis di atas diuji dengan data hasil pengamatan supervisor tentang aspek perilaku guru yang akan diperbaiki ketika sedang mengajar. Hipotesis ini mungkin diterima, ditolak atau direvisi.

  e. Ada unsur pemberian penguatan terhadap perilaku guru terutama yang sudah berhasil diperbaiki. Agar muncul kesadaran betapa pentingnya bekerja dengan baik serta dilakukan secara berkelanjutan.

  f. Ada prinsip kerja sama antara supervisor dengan guru melalui dasar saling mempercayai dan sama-sama bertanggung jawab.

  g. Supervisi dilakukan secara kontinyu, artinya aspek-aspek perilaku itu satu persatu diperbaiki sampai guru itu bisa bekerja dengan baik, atau kebaikan bekerja guru itu

  

F. Prinsip-prinsip Supervisi Klinis

  Dalam supervisi klinis terdapat sejumlah prinsip umum yang menjadi landasan praktik, antara lain: a. Hubungan antara supervisor dengan guru adalah hubungan kolegial yang sederajat dan bersifat interaktif. Hubungan semacam ini lebih dikenal sebagai hubungan antara tenaga professional berpengalaman dengan yang kurang berpengalaman, sehingga terjalin dialog professional yang interaktif dalam suasana yang intim dan terbuka. Isi dialog bukan pengarahan atau instruksi dari supervisor/pengawas melainkan pemecahan masalah pembelajaran.

  b. Diskusi antara supervisor dan guru bersifat demokratis, baik pada perencanaan pengajaran maupun pada pengkajian balikan dan tindak lanjut. Suasana demokratis itu dapat terwujud jika kedua pihak dengan bebas mengemukakan pendapat dan tidak mendominasi pembicaraan serta memiliki sifat keterbukaan untuk mengkaji semua pendapat yang dikemukakan didalam pertemuan tersebut dan pada akhirnya keputusan ditetapkan atas persetujuan bersama.

  c. Sasaran supervisi terpusat pada kebutuhan dan aspirasi guru serta tetap berada didalam kawasan (ruang lingkup) tingkah laku gurudalam mengajar secara aktual.

  Dengan prinsip ini guru didorong untuk menganalisis kebutuhan dan aspirasinya didalam usaha mengembangkan dirinya.

  d. Pengkajian balikan dilakukan berdasarkan data observasi yang cermat yang didasarkan atas kontrak serta dilaksanakan dengan seardan tindak lanjut. Dengan mengalihkan sedini mungkin prakarsa dan tanggung jawab itu ke tangan guru diharapkan pada gilirannya kelak guru akan tetap mengambil prakarsa untuk

   11 mengembangkan dirinya

  

Sahertian Pidarta.A. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Prinsip-prinsip supervisi klinis diatas membawa implikasi bagi kedua belah pihak (supervisor dan guru).

  a. Implikasi bagi supervisor antara lain: o Memiliki keyakinan akan kemampuan guru untuk mengembangkan dirinya serta memecahkan masalah yang dihadapinya. o Memiliki sikap terbuka dan tanggap terhadap setiap pendapat guru. o Mau dan mampu memperlakukan guru sebagai kolega yang memerlukan bantuannya. o Implikasi bagi guru antara lain: o Perubahan sikap dari guru sebagai seseorang yang mampu mengambil prakarsa untuk menganalisis dan mengembangkan dirinya. o Bersikap terbuka dan obyektif dalam menganalisis dirinya.

G. Prosedur Supervisi Klinis

  Konsep supervisi klinis sebagai satu teknik pendekatan dalam mengembangkan pembelajaran guru merupakan suatu pola yang didasarkan pada asumsi dasar bahwa proses belajar guru untuk berkembang dalam jabatannya tidak dapat dipisahkan dari proses belajar yang dilakukan guru tersebut. Belajar bersifat individual, oleh karena itu, proses sosialisasi harus dilakukan dengan membantu guru secara tatap muka dan individual. Supervisi klinis sebagai suatu teknik memiliki langkah-langkah tertentu yang perlu mendapat perhatian untuk mengembangkan profesionalitas guru. Menurut Cogan, ada delapan kegiatan dalam supervisi klinis yang dinamainya dengan siklus atau proses supervisi klinis. Delapan tahap tersebut mencakup tahap membangun dan memantapkan hubungan guru dengan supervisor, o tahap perencanaan bersama guru, o tahap perencanaan strategi observasi, o tahap observasi pengajaran, o tahap analisis proses belajar mengajar, o tahap perencanaan strategi pertemuan, o tahap pertemuan, dan o

  

  o

  Menurut Mosher dan Purpel, ada tiga aktivitas dalam proses supervisi klinis, yaitu

  

  tahap perencanaan, tahap observasi, dan tahap evaluasi dan analisisSedangkan menurut Oliva, ada tiga aktivitas esensial dalam proses supervisi klinis, yaitu kontak dan komunikasi dengan guru untuk merencanakan observasi kelas, o observasi kelas, dan o tindak lanjut observasi kelas. o

  Dengan demikian, walaupun deskripsi pandangan para ahli di atas tentang langkah- langkah proses supervisi klinis berbeda, namun sebenarnya langkah-langkah itu bisa disarikan pada tiga tahap esensial yang berbentuk proses, yaitu : 1 proses pertemuan awal atau perencanaan,

  2 proses pelaksanakan pengamatan/observasi pembelajaran secara cermat, serta 3 proses menganalisis hasil pengamatan dan memberikan umpan balik.

  Dua dari tiga tahap tersebut memerlukan pertemuan antara guru dan supervisor, yaitu pertemuan pendahuluan dan pertemuan lanjutan.

a. Tahap Pertemuan Pendahuluan

  Dalam tahap ini supervisor dan guru bersama-sama membicarakan rencana tentang materi observasi yang akan dilaksanakan. Tahap ini memberikan kesempatan kepada guru dan supervisor untuk mengidentifikasi perhatian utama guru, kemudian menterjemahkannya kedalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati. Pada tahap ini dibicarakan dan ditentukan pula jenis data mengajar yang akan diobservasi dan dicatat selama pelajaran berlangsung. Suatu komunikasi yang efektif dan terbuka diperlukan dalam tahap ini guna mengikat supervisor dan guru sebagai mitra didalam suasana kerja sama yang harmonis.

  Pertemuan awal dimaksudkan untuk mengembangkan bersama antara supervisor dengan guru tentang kerangka kerja pengamatan kelas yang akan dilakukan. Hasil akhir pertemuan ini adalah kesepakatan (contract) kerja antara supervisor dengan guru. Tujuan ini bisa dicapai apabila dalam pertemuan awal ini tercipta kerja sama, hubungan kemanusiaan dan komunikasi yang baik antara supervisor dengan guru. Selanjutnya kualitas hubungan yang baik antara supervisor dengan guru memiliki pengaruh signifikan terhadap kesuksesan proses berikutnya dalam kegiatan model supervisi klinis.

  Oleh sebab itu, para ahli banyak menyarankan agar pertemuan awal ini dilaksanakan secara rileks dan terbuka. Perlu sekali diciptakan kepercayaan guru terhadap supervisor, sebab kepercayaan guru akan mempengaruhi keefektifan pelaksanaan pertemuan awal ini. Kepercayaan berkenaan dengan keyakinan guru bahwa supervisor memperhatikan potensi, keinginan, kebutuhan, dan kemauan guru. Pertemuan awal tidak membutuhkan waktu yang lama, supervisor bisa menggunakan waktu 20 sampai 30 menit, kecuali jika guru mempunyai permasalahan khusus yang membutuhkan diskusi panjang. Pertemuan ini sebaiknya dilaksanakan di satu ruang yang netral, misalnya kafetaria, atau bisa juga di kelas. Pertemuan di ruang supervisor atau kepala sekolah kemungkinan akan membuat guru menjadi tidak bebas.

  Secara teknis, ada beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan dalam pertemuan awal ini, yaitu; menciptakan suasana yang akrab dan terbuka, mengidentifikasi aspek- aspek yang akan dikembangkan guru dalam kegiatan pembelajaran, menerjemahkan perhatian guru ke dalam tingkah laku yang bisa diamati, mengidentifikasi prosedur untuk memperbaiki pembelajaran guru, membantu guru memperbaiki tujuannya sendiri, menetapkan waktu pengamatan pembelajaran di kelas, menyeleksi instrument pengamatan pembelajaran di kelas, dan memperjelas konteks pembelajaran dengan

  

  Secara teknis diperlukan lima langkah utama bagi terlaksananya pertemuan pendahuluan dengan baik, yaitu:

  1 Menciptakan suasana intim antara supervisor dengan guru sebelum langkah-langkah selanjutnya dibicarakan.

  2 Mengkaji ulang rencana pelajaran serta tujuan pelajaran.

  3 Mengkaji ulang komponen keterampilan yang akan dilatihkan dan diamati.

  4 Memilih atau mengembangkan suatu instrumen observasi yang akan dipakai untuk merekam tingkah laku guru yang akan menjadi perhatian utamanya.

  5 Instrumen observasi yang dipilih atau yang dikembangkan dibicarakan bersama

  

b. Tahap Pengamatan/Observasi Mengajar

  Menurut Pidarta, proses melaksanakan pengamatan ada dua kegiatan yaitu guru mengajar dengan tekanan khusus pada aspek perilaku yang diperbaiki, dan supervisor mengobservasi. Proses melaksanakan pengamatan secara cermat, sistematis, dan obyektif merupakan proses kedua dalam proses supervisi klinis. Perhatian observasi ini ditujukan pada guru dalam bertindak dan kegiatan-kegiatan kelas sebagai hasil tindakan guru. Waktu dan tempat pengamatan pembelajaran ini sesuai dengan kesepakatan bersama

  

  Melaksanakan pengamatan pembelajaran secara cermat, mungkin akan terasa sangat kompleks dan sulit, dan tidak jarang adanya supervisor yang mengalami kesulitan. Dengan demikian, menuntut supervisor untuk menggunakan berbagai macam keterampilan. Ada dua aspek yang harus diputuskan dan dilaksanakan oleh supervisor 15 sebelum dan sesudah melaksanakan pengamatan pembelajaran, yaitu menentukan aspek 16 Depdiknas. Pedoman Supervisi Pengajaran. (Jakarta : Ditjendiknas 2003). h. 110

  yang akan diamati dan cara mengamatinya. Mengenai aspek yang akan diamati harus sesuai dengan hasil diskusi bersama antara supervisor dengan guru pada waktu pertemuan awal.

  Adapun mengenai bagaimana mengamati juga perlu mendapatkan perhatian. Maksud baik supervisor akan tidak berarti, apabila usaha-usaha kegiatan pengamatan tidak memperoleh data yang seharusnya diperoleh. Tujuan utama pengumpulan data adalah untuk memperoleh informasi yang sebenarnya, yang akan digunakan untuk bertukar pikiran dengan guru setelah kegiatan pengamatan berakhir, sehingga guru bisa menganalisis secara cermat aktivitas-aktivitas yang telah dilakukannya di kelas. Di sinilah letak pentingnya teknik dan instrumen pengamatan yang bisa digunakan untuk mengamati guru mengelola proses pembelajaran. Berkaitan dengan teknik dan instrumen pengamatan ini, sebenarnya para peneliti telah banyak mengembangkan bermacam- macam teknik yang bisa digunakan dalam mengamati kegiatan pembelajaran. Acheson dan Gall, mereview beberapa teknik dan menganjurkan supervisor untuk menggunakannya dalam proses supervisi klinis sebagai berikut: 1. Selective Verbatim.

  Pada teknik ini, supervisor membuat semacam rekaman tertulis. Tentunya tidak semua kejadian verbal harus direkam, tetapi sesuai dengan kesepakatan bersama antara supervisor dengan guru pada pertemuan awal. Hanya kejadian tertentu yang harus direkam secara selektif. Transkip ini bisa ditulis langsung berdasarkan pengamatan dan bisa juga menyalin dari apa yang direkam terlebih dahulu melalui tape recorder.

  2. Rekaman observasional berupa a seating chart.

  Supervisor mendokumentasikan perilaku murid, bagaimana ia berinteraksi dengan seorang guru selama pembelajaran berlangsung. Seluruh kompleksitas perilaku dan interaksi dideskripsikan secara bergambar. Melalui penggunaan a seating chart ini, supervisor bisa mendokumentasikan secara grafis interaksi guru dengan murid, murid dengan murid, sehingga dengan mudah diketahui apakah guru hanya berinteraksi dengan semua murid atau hanya dengan sebagian murid yang terlibat dalam proses

  

c. Wide-lens techniques.

  Supervisor membuat catatan yang lengkap mengenai kejadian-kejadian di kelas dan cerita yang panjang lebar. Teknik ini bisa juga disebut dengan anecdotal record.

  d. Checklists and time line coding.

  Supervisor mengamati dan mengumpulkan data perilaku pembelajaran yang sebelumnya telah diklasifikasi atau dikatagorisasikan. Contoh yang paling baik dalam kegiatan pengamatan dengan model supervisi klinis adalah skala analisis interaksi. Flanders berpendapat bahwa dalam analisis ini, aktivitas kelas diklasifikasikan menjadi tiga kategori besar, yaitu; pembicaraan guru, pembicaraan murid, dan tidak ada pembicaraan (silence).

  Pada tahap ini guru melatih tingkah laku mengajar berdasarkan komponen keterampilan yang telah disepakati dalam pertemuan pendahuluan. Di pihak lain supervisor mengamati dan mencatat atau merekam tingkah laku guru ketika mengajar berdasarkan komponen keterampilan yang diminta oleh guru untuk direkam. Supervisor dapat juga mengadakan observasi dan mencatat tingkah laku siswa di kelas serta interaksi antara guru dan siswa. Kunjungan dan observasi yang dilaksanakan supervisor bermanfaat untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran sebenarnya. Manfaat observasi tersebut antara lain dapat: o Menemukan kelebihan atau kekurangan guru dalam melaksanakan pembelajaran guna pengembangan dan pembinaan lebih lanjut; o Mengidentifikasi kendala yang dihadapi dalam melaksanakan suatu gagasan pembaharuan pengajaran; o Secara langsung mengetahui keperluan dan kebutuhan masing-masing guru dalam melaksanakan proses belajar-mengajar; o Memperoleh data atau informasi yang dapat digunakan dalam penyusunan program pembinaan profesinal secara terinci; o Menumbuhkan kepercayaan diri pada guru untuk berbuat lebih baik; serta o Mengetahui secara lengkap dan komprehensif tentang hal-hal pendukung kelancaran proses belajar-mengaja

   Dalam proses pelaksanaannya, supervisor seharusnya memperhatikan hal-hal sebagai

  berikut: o Menciptakan situasi yang wajar, mengambil tempat didalam kelas yang tidak menjadi pusat perhatian anak-anak, tidak mencampuri guru yang sedang mengajar, sikap waktu mencatat tidak akan menimbulkan prasangka dari pihak guru. o Harus dapat membedakan mana yang penting untuk dicatat dan mana yang kurang penting. o Bukan melihat kelemahan, melainkan melihat bagaimana memperbaikinya. o Harus diperhatikan kegiatan atau reaksi murid-murid tentang proses belajar.

  19

c. Tahap Pertemuan Lanjutan

  Sebelum pertemuan lanjutan dilaksanakan, supervisor mengadakan analisis pendahuluan tentang rekaman observasi yang dibuat sebagai bahan dalam pembicaraan tahap ini. Dalam hal ini supervisor harus mengusahakan data yang obyektif, menganalisis dan menginterpretsikan secara koperatif dengan guru tentang apa yang telah berlangsung dalam mengajar.

  Setelah melakukan kunjuangan dan observasi kelas, maka supervisor seharusnya dapat menganalisis data-data yang diperolehnya tersebut untuk diolah dan dikaji yang dapat dijadikan pedoman dan rujukan pembinaan dan peningkatan guru- guru selanjutnya. Masalah-masalah professional yang berhasil diidentifikasi selanjutnya perlu dikaji lebih lanjut dengan maksud untuk memahami esensi masalah yang sesungguhnya dan faktor-faktor penyebabnya, selanjutnya masalah-masalah tersebut diklasifikasi dengan maksud untuk menemukan masalah yang mana yang dihadapi oleh kebanyakan guru di sekolah atau di wilayah itu. Ketepatan dan kehati- hatian supervisor dalam menimbang suatu masalah akan berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembinaan professional guru yang bersangkutan selanjutnya.

  Dalam proses pengkajian terhadap berbagai cara pemecahan yang mungkin dilakukan, setiap alternatif pemecahan masalah dipelajari kemungkinan keterlaksanaannya dengan cara mempertimbangkan factor-faktor peluang yang dimiliki, seperti fasilitas dan kendala-kendala yang mungkin dihadapi. Alternatif pemecahan masalah yang terbaik adalah alternatif yang paling mungkin dilakukan, dalam arti lebih banyak faktor-faktor pendukungnya dibandingkan dengan kendala yang dihadapi. Disamping itu, alternatif pemecahan yang terbaik memiliki nilai tambah yang paling besar bagi peningkatan mutu proses dan hasil belajar siswa. Langkah-langkah utama pada tahap pertemuan lanjutan adalah:

  A. Menanyakan perasaan guru secara umum atau kesan umum guru ketika ia mengajar serta memberi penguatan.

  B. Mengkaji ulang tujuan pelajaran.

  C. Mengkaji ulang target keterampilan serta perhatian utama guru.

  D. Menanyakan perasaan guru tentang jalannya pelajaran berdasarkan target dan perhatian utamanya.

  E. Menunjukan serta mengkaji bersama guru hasil observasi (Rekaman data).

  F. Menanyakan perasaan guru setelah melihat rekaman data tersebut.

  G. Menyimpulkan hasil dengan melihat apa yang sebenarnya merupakan keinginan

  

  Menentukan bersama-sama dan mendorong guru untuk merencanakan hal-hal yang perlu dilatih atau diperhatikan pada kesempatan berikutnya. Pertemuan balikan ini dilakukan segera setelah melaksanakan pengamatan pembelajaran, dengan terlebih dahulu dilakukan analisis terhadap hasil pengamatan. Tujuan utama menganalisis hasil pengamatan dan memberikan umpan balik adalah menindaklanjuti apa yang dilihat oleh supervisor sebagai pengamat terhadap proses pembelajaran. Pembicaraan dalam menganalisis hasil pengamatan dan memberikan umpan balik ini adalah ditekankan pada identifikasi serta analisis persamaan dan perbedaan antara perilaku guru dan peserta didik yang direncanakan dengan perilaku aktual guru dan peserta didik, serta membuat keputusan tentang apa dan bagaimana yang seharusnya dilakukan berhubungan dengan perbedaan yang ada. Proses ini merupakan proses yang penting untuk mengembangkan perilaku guru dengan cara memberikan balikan tertentu. Balikan ini harus deskriptif, spesifik, konkrit, bersifat memotivasi, aktual, dan akurat, sehingga benar-benar bermanfaat bagi guru. Paling tidak ada lima manfaat pertemuan balikan bagi guru, yaitu: 1) Guru bisa diberi penguatan dan kepuasan sehingga bisa termotivasi dalam kerjanya, 2) isu-isu dalam pengajaran bias didefinisikan bersama supervisor dan guru dengan tepat, 3) supervisor bila mungkin dan perlu bisa berupaya mengintervensi secara langsung guru untuk memberikan bantuan didaktis dan bimbingan, 4) Guru bisa dilatih dengan teknik ini untuk melakukan supervisi terhadap dirinya sendiri, dan 5) Guru bisa diberi pengetahuan tambahan untuk meningkatkan tingkat analisis

  

  Sebelum mengadakan pertemuan balikan ini, supervisor terlebih dahulu diharuskan menganalisis hasil pengamatan dan merencanakan apa yang akan dibicarakan dengan guru. Begitu pula guru diharapkan menilai dirinya sendiri. Dalam pertemuan balikan ini sangat diperlukan adanya keterbukaan antara supervisor dengan guru.

  Maka dari itu, supervisor sebaiknya menanamkan kepercayaan pada diri guru bahwa pertemuan balikan ini bukan untuk menyalahkan guru, melainkan untuk memberikan masukan balikan. Pertama kali yang harus dilakukan oleh supervisor dalam setiap pertemuan balikan adalah memberikan penguatan (reinforcment) terhadap guru. Kemudian dilanjutkan dengan analisis bersama terhadap setiap aspek pembelajaran yang menjadi perhatian dalam kegiatan supervisi klinis. Ada beberapa langkah penting yang harus dilakukan selama pertemuan balikan ini, yaitu: o Menanyakan perasaan guru secara umum atau kesannya terhadap pengajaran yang dilakukan, kemudian supervisor berusaha memberikan penguatan (reinforcement). o Menganalisis pencapaian tujuan pengajaran. Supervisor bersama guru mengidentifikasi perbedaan antara tujuan pengajaran yang direncanakan dengan tujuan pengajaran yang dicapai. o Menganalisis target keterampilan dan perhatian utama guru. Supervisor bersama guru mengidentifikasi target keterampilan dan perhatian utama yang telah dicapai dan yang belum dicapai. o Supervisor menanyakan perasaannya setelah menganalisis target keterampilan dan perhatian utamanya. o Menyimpulkan hasil dari apa yang telah diperolehnya selama proses supervisi klinis. Supervisor memberikan kesempatan kepada guru untuk menyimpulkan target keterampilan dan perhatian utamanya yang telah dicapai selama proses supervise klinis. o Mendorong guru untuk merencanakan latihan-latihan sekaligus menetapkan rencana berikutnya

  Dalam pelaksanaan supervisi klinis sangat diperlukan iklim kerja yang baik dalam pertemuan awal atau perencanaan, melaksanakan pengamatan pembelajaran secara cermat, maupun dalam menganalisis hasil pengamatan dan memberikan umpan balik. Faktor yang sangat menentukan keberhasilan supervisi klinis adalah kepercayaan pada guru bahwa tugas supervisor semata-mata untuk membantu mengembangkan pembelajaran guru. Upaya memperoleh kepercayaan guru ini memerlukan satu iklim kerja yang kolegial. Keseluruhan tahap didalam proses supervisi klinis dapat digambarkan dalam bagan siklus supervisi sebagai berikut:

  TAHAP AWAL PERTEMUAN PENDAHULUAN Pembentukan kerangka kerja:

  Suasana intim o Kaji ulang o Instrumen observasi (kontrak) o

  Perencanaan/Persiapanguru TAHAP OBSERVASI MENGAJAR Pelaksanaan Mengajar: o Pencatatan tingkah laku guru oelh supervisor TAHAP PERTEMUAN AKHIR Diskusi Balikan: o Interpretasi bersama o Analisis data o Refleksi Analisis Pendahuluan teknis rekaman observasi Revisi oleh guru(bila perlu)

  Tahun 1969 Robert Goldhammer mengusulkan pelaksanaan supervisi klinis dalam lima tahap, yaitu: a. Pertemuan pra-observasi antara pendidik dan pengawas untuk menyepakati komponen-komponen kegiatan yang akan menjadi materi analisis; b. observasi kelas;

  c. catatan analisis supervisor untuk bahan kajian dari hasil observasi;

  d. pertemuan pendidik dengan supervisor pasca observasi; dan

  e. pertemuan para pengawas untuk membahas hasil pertemuan akhir dengan para

  

  

H. 5 Langkah Dalam Melaksanakan Supervise Klinis Menurut Buku “ PROFESI

KEPENDIDIKAN “

  Terdapat lima langkah dalam melaksanakan supervisi klinis, yaitu :

  a) pembicaraan pra-observasi,

  b) melaksanakan observasi

  c) melakukan analisis dan menentuka strategi

  d) melakukan pembicaraan tentang hasil supervisi, serta e) melakukan analisis setelah pembicaraan.

  (a) Tahap Pembicaraan Pra-observasi

  Tahap ini disebut pula dengan pembicaraan pendahuluan. Dalam tahap ini supervisor dan guru bersama-sama membicarakan rencana ketrampilan yang akan diobservasi atau dicatat. Tahap ini memberikan kesempatan kepada guru dan supervisor untuk mengidentifikasi ketrampilan mana yang memerlukan perbaikan. Ketrampilan yang dipilih kemudian dioperasionalkan dalam bentuk rumusan tingkah laku yang dapat diamati. Dalam pertemuan ini pula dibicarakan dan ditentukan jenis data yang akan dicatat selama perjalanan berlangsung. Pelaksanaan tahap ini memerlukan komunikasi terbuka, sehingga tercipta ikatan kolegial antara supervisor dan guru dalam suasana kerja sama yang harmonis. Secara teknis diperlukan lima langkah dalam pelaksanaan pertemuan pendahuluan. Lima langkah itu adalah :

  1) Menciptakan suasana akrab antara supervisor dengan guru 2) Melakukan titik ulang rencana pelajaran serta tujuan pelajaran 3) Melakukan titik ulang komponen ketrampilan yang akan dilatihkan dan amati 4) Memilih atau mengembangkan instrument observasi 5) Membicarakan bersama untuk mendapatkan kesepakatan tentang instrument observasi yang dipilih atau yamg akan dikembagkan.

  (b) Tahap Observasi

  Pada tahap ini guru melakukan latihan dalam tingkah laku mengajar yang dipilih dan disepakati dalam pertemuan pendahuluan. Sementara guru berlatih, supervisor mengamati dan mencatat atau merekamnya. Supervisor dapat pula mengadakan observasi dan mencatat tingkah laku siswa di kelas serta interaksi antara guru dan siswa.

  (c) Tahap Analisis dan Penetapan Strategi

  Supervisor mengadakan analisis tentang hasil rekaman observasi. Tujuan tahap ini adalah mengartikan data yang diperoleh dan merencanakan manajemen pertemuan yang akan diadakan dengan guru. Strategi manajemen itu meliputi isu apa yang akan mendapatkan perhatian, data mana yang dipakai dalam pembicaraan, apa tujuan pembicaraan, dari mana mulainya, dan siapa yang harus melakukannya. Dalam melakukan analisis, supervisor harus menggunakan kategorisasi perilaku mengajar, dan melihat data yang dikumpulkan itu atas kategori yang ditetapkan itu.

  (d) Pembicaraan Tentang Hasil

  Tujuan pertemuan atau pembicaran ini adalah untuk memberikan balikan kepada guru dalam memperbaiki perilaku mengajarnya, memberikan imbalan dan perasaan puas, mendefinisikan isu dalam mengajar dan teknik mengembangkan diri sendiri. Langkah utama dalam tahap ini adalah (Bolla, 1985) : 1) Menanyakan perasaan guru secara umum atau kesan guru ketika ia mengajar serta member penguatan 2) Melakukan titik ulang tujuan pelajaran 3) Melakukan titik ulang target ketrampilan serta perhatian utama guru 4) Menanyakan perasan guru tentang jalannya pembelajaran berdasarkan target

  5) Menunjukkan data hasil rekaman dan member kesempatan kepada guru menafsirkan data tersebut 6) Menginterprestasikan data rekaman secara bersama 7) Menanyakan persaan guru setelah melihat apa rekaman data tersebut 8) Menyimpulkan hasil dengan melihat apa yang sebenarnya merupakan keinginan atau target guru dan apa yang sebenarnya telah terjadi atau tercapai. 9) Menentukan bersama-sama dan mendorong guru untuk merencanakan hal-hal yang perlu dilatih atau diperhatikan pada kesempatan berikutnya.

  (e) Analisis Sesudah Pembicaran (Post-Conference)

  Supervisi merupakan pekerjaan profesioanl. Oleh karena itu pengalaman supervisor di dalam melaksanakan supervisi harus dimanfaatkan untuk pertumbuhan jabatannya sendiri. Dalam analisis sesudah pembicaraan ini, supervisor harus menilik ulang tentang apa yang telah dilakukan dalam menetapkan kriteria perilaku mengajar yang ditetapkan dalam era-observasi dan kriteria yang dipakai supervisor dalam melakukan observasi. Di samping itu perlu dibicarakan hasil evaluasi diri sendiri tentang keberhasilan supervisor dalam membantu guru. Kegiatan ini akan mudah dilakukan apabila supervisor mempunyai catatan lengkap tentang proses kegiatan yang dilakukan, kalau

  

I. Pendekatan Supervisi Klinis

  Pendekatan supervise klinis terdiri dari : o Direktif: Tanggung jawab lebih banyak pada supervisor o Kolaboratif: Tanggung Jawab terbagi relatif sama antara supervisor dan guru o Non-direktif: Tanggung jawab lebih banyak pada guru

  J. Orientasi Perilaku Supervsisi Klinis Dalam proses supervisi klinis, perilaku supervisor menentukan keberhasilannya dalam membantu mengembangkan guru. Menurut Glickman, perilaku supervisor dalam supervisi klinis meliputi: mendengarkan, mengklarifikasi, mendorong, mempresentasikan, memecahkan masalah, bernegosiasi, mendemonstrasikan, 23 memastikan, standardisasi, dan menguatkan. Sedangkan orientasi perilaku supervisi klinis terdiri atas:

  a. Orientasi Langsung

  Supervisi klinis berorientasi langsung akan mencakup perilaku-perilaku pokok, berupa klarifikasi, presentasi, demonstrasi, penegasan, standardisasi, dan penguatan. Hasil akhir dari perilaku supervisi ini adalah tugas bagi guru yang harus dikerjakan dalam satu periode waktu tertentu. Asumsi yang mendasari orientasi ini sama halnya dengan asumsi dasar psikologi perilaku, bahwa mengajar itu pada dasarnya merupakan penkondisian individu melalui lingkungannya. Apabila supervisor akan menggunakan orientasi ini, maka bentuk aplikasinya dalam proses supervisi klinis adalah:

   pertama, pada saat pertemuan awal, supervisor mengklarifikasi masalah- masalah yang dihadapi oleh guru dan barangkali sambil bertanya kepada guru yang bersangkutan untuk melakukan konfirmasi dan revisi seperlunya. Pada saat itu pula supervisor mempresentasikan ide-idenya mengenai informasi atau data apa saja yang dikumpulkan.

   Kedua, melaksanakan pengamatan kelas secara cermat. Peran supervisor adalah sebagai pengamat untuk mengetahui kondisi sebenarnya dan bagaimana seharusnya dipecahkan.

   Ketiga, pada pertemuan balikan, setelah data dikumpulkan dan dianalisis, supervisor menegaskan dan mendemonstrasikan tindakan-tindakan pembelajaran yang mungkin bisa dilakukan oleh guru. Pada saat itu pula, supervisor menetapkan standard pencapaian serta penguatan baik dalam bentuk

  

  b. Orientasi Kolaboratif

  Supervisi klinis yang berorientasi kolaboratif akan mencakup perilaku pokok, berupa mendengarkan, mempresentasikan, pemecahan masalah, dan negosiasi. Hasil akhir dari perilaku supervisi ini adalah kontrak kerja antara supervisor dengan guru. Asumsi yang mendasari orientasi supervisi ini adalah sama halnya dengan asumsi yang mendasari psikologi kognitif, bahwa belajar itu merupakan hasil perpaduan antara perilaku individu dengan lingkungan luarnya. Apabila supervisor akan menggunakan orientasi kolaboratif ini, maka bentuk aplikasinya dalam proses supervisi klinis meliputi kegiatan: 1) Pertemuan awal atau perencanaan Pada pertemuan ini, supervisor mendengarkan apa yang dikeluhkan oleh guru, sehingga ia benar-benar memahami masalah-masalah yang dihadapi guru. Setelah itu, supervisor bersama guru mengadakan negosiasi untuk menetapkan kapan supervisor 24 melakukan observasi kelas.

  Program Pengalaman Lapangan (PPL). Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti PPGSM.

  2) Melaksanakan pengamatanSetelah pertemuan awal, dilanjutkan dengan observasi kelas. Pada waktu observasi ini, supervisor dengan menggunakan instrumen tertentu mengamati pembelajaran guru dan aktivitas peserta didik. Kemudian hasil pengamatan tersebut dianalisis, dengan menyiapkan beberapa pertanyaaan untuk mengarahkan pemahaman guru terhadap masalah yang dihadapinya. 3) Menganalisis hasil pengamatan dan memberikan umpan balik