PERLATIHAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU AKSARA MELALUI STRATEGI PERMAINAN BAHASA PADA PENYANDANG TUNAAKSARA TINGKAT DASAR.

(1)

PADA PENYANDANG TUNAAKSARA TINGKAT DASAR

(Penelitian Eksperimen Subjek Tunggal Terhadap Warga Belajar Tunaaksara

Tingkat Dasar di PKBM Kinanti)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

oleh A RIZWAN

1000965

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

(Penelitian Eksperimen Subjek Tunggal Terhadap Warga Belajar Tunaaksara Tingkat Dasar di PKBM Kinanti)

oleh A . Rizwan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© A . Rizwan 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

MELALUI STRATEGI PERMAINAN BAHASA PADA PENYANDANG TUNAAKSARA TINGKAT DASAR

(Penelitian Eksperimen Subjek Tunggal Terhadap Warga Belajar Tunaaksara Tingkat Dasar di PKBM Kinanti)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Drs. Encep Kusumah, M.Pd. NIP 196502101991121001

Pembimbing II,

Rosita Rahma, M.Pd. NIP 198503022012122001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni


(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

1. Manfaat Teoretis ... 7

2. Manfaat Praktis ... 8

BAB II LANDASAN TEORETIS A. Membaca Permulaan ... 9

1. Hakikat Membaca Permulaan ... 9

2. Pengertian Membaca Permulaan ... 10

3. Tujuan Membaca Permulaan... 10

4. Langkah-Langkah Membaca Permulaan... 11

5. Pembelajaran Membaca Permulaan ... 11

B. Strategi Permainan Bahasa ... 12

1. Pengertian Strategi Permainan Bahasa... 12

2. Prinsip-Prinsip Strategi Permainan Bahasa ... 13

3. Macam-Macam Strategi Permainan Bahasa ... 14

4. Kelebihan dan Kekuranga Strategi Permainan Bahasa ... 16

C. Konsep Media Pembelajaran... 17

1. Pengertian Media Pembelajaran ... 17

2. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran ... 20

3. Klasifikasi Media Pembelajaran ... 20

4. Kartu Aksara Sebagai Media Ajar Bagi Penyandang Tunaaksara ... 22

D. Pendidikan Keaksaraan Fungsional ... 25

1. Prinsip Dasar Pendidikan Keaksaraan Fungsional ... 25


(5)

4. Pendidikan Andragogi ... 30

F. Penelitian yang Relevan ... 31

1. Penelitian yang Menggunakan Media Kartu Bergambar ... 32

2. Penelitian Tentang Membaca Permulaan ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian... 34

B. Desain Penelitian... 35

C. Subjek Penelitian dan Data Penelitian... 36

D. Definisi Oprasional... 36

E. Teknik Pengumpulan Data... 37

F. Teknik Pengelolaan Data dan Teknik Analisis Data... 38

G. Instrumen Penelitian ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Pembahasan Baseline-1(A1) ... 59

1. Hasil Penelitian Baseline 1... 59

2. Pembahasan Baseline 1 ... 69

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan Treatment (B) ... 80

1. Hasil Penelitian tindakan... 80

2. Orientasi Strategi Permainan Bahasa melalui Media Kartu Aksara 82 3. Pembahasan Hasil Treatment (B) ... 84

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan Baseline-2 (A2)... 85

1. Hasil Penelitian Baseline 2... 85

2. Pembahasan Baseline 2 ... 95

D. Pembahasan rata-rata Hasil Penelitian ... 103

1. Pembahasan Hasil Penelitian ... 104

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 109

B. Saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(6)

Perlatihan Membaca Permulaan dengan Menggunakan Kartu Aksara melalui Strategi Permainan Bahasa

pada Penyandang Tunaaksara Tingkat Dasar

(Penelitian Eksperimen Subjek Tunggal

terhadap Warga Belajar Tunaaksara Tingkat Dasar di PKBM Kinanti) Abstrak

Penelitian ini berdasar dari tiga permasalahan yang terdapat pada pembelajaran membaca permulaan untuk andragogi, yakni tutor atau pengajar kesulitan menemukan ide kreatif mengajarkan membaca permulaan sehingga waktu pembelajaran tidak efektif, penggunaan metode pembelajaran yang kurang menekankan interaksi antara sesama warga belajar, dan penggunaan media pembelajaran yang kurang kreatif. Penelitian ini berupaya untuk meningkatkan keterampilan warga belajar dalam membaca permulaan dengan media kartu aksara melalui strategi permainan bahasa. Metode yang digunakan adalah penelitian eksperimen subjek tunggal. Penelitian dilakukan di PKBM Kinanti, Jayagiri. Subjek dalam penelitian ini adalah warga belajar tunaaksara tingkat dasar yang berjumlah tiga orang. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan keterampilan warga belajar tunaaksara tingkat dasar dalam kemampuan membaca.

Kemampuan membaca permulaan warga belajar tunaaksara tingkat dasar di PKBM Kinanti pada kondisi awal atau baseline-1, skor yang diproleh dengan rata-rata 94,33 dari total skor keseluruhan 220. Pada kondisi akhir atau baseline-2 skor kemampuan membaca permulaan warga belajar tunaaksara tingkat dasar di PKBM Kinanti diproleh skor rata-rata 163,33 dari total skor keseluruhan 220. Jika dipersentasekan hasil rata-rata skor kemampuan membaca permulaan warga belajar tunaaksara tingkat dasar di PKBM Kinanti, memperoleh 42,87% pada kondisi awal atau baseline-1 dan 74,24% pada kondisi akhir atau baseline-2 setelah mendapat

treatment (B). Rata-rata persentase skor A-1 dan A-2 memperlihatkan peningkatan kemampuan membaca permulaan warga belajar tunaaksara tingkat dasar di PKBM


(7)

Kinanti selisih 31,37%. Ini membuktikan media kartu aksara melalui strategi permainan bahasa memberi dampak positif .

Training of previous reading with the Literacy Card through Strategy Language Games

on Disability illiterate Basic Level

(Single Subject Research Experiment

against Tunaaksara Basic Level citizens to learn in PKBM Kinanti)

abstract

This research based on three problems contained in the learning reading beginning to Andragogy, that tutor or teacher difficulty finding creative ideas to teach reading the beginning so that instructional time is not effective, the use of teaching methods that do not emphasize the interaction between fellow citizens to learn, and using of learning media who less creative. The research seeks to increasing reading skills of the learners in the beginning of with the script through the media card game strategy language. The method used is a single subject experimental research. The study was conducted at PKBM Kinanti, Jayagiri. Subjects in this study were residents learn illiterate basic level, amounting to three people. The results showed an increase in the skills people learn illiterate basic level in reading skills.

Capabilities to read the beginning of illiterate people learn the basic level in the circumstances of the PKBM Kinanti initial or baseline-1, the score obtained with an average overall score of 94.33 out of a total of 220. At the end of the condition or baseline-2 balanced literacy learners beginning illiterate basic level in PKBM Kinanti have been average score of 163.33 out of a total score of 220. If results overall average score of the ability to read the beginning of the learners in the elementary level illiterate PKBM Kinanti, gained 42.87% in the initial or baseline condition-1 and 74.24% at the end or baseline condition-2 after receiving treatment (B). The average percentage score of A-1 and A-2 showed an increase in the ability to read the beginning of the learning community illiterate base rate at 31.37% PKBM Kinanti difference. This proves the card media literacy through language games strategy have a positive impact.


(8)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Selama bertahun-tahun, gagasan keaksaraan terus berkembang. Konsep konvensional terbatas oleh kemampuan membaca, menulis dan berhitung yang masih digunakan secara luas, serta gagasan keaksaraan fungsional yang menghubungkan keaksaraan dengan pembangunan sosial-ekonomi. Tetapi untuk memahami "melek" atau "kemahiran" literasi telah muncul untuk mengatasi kebutuhan belajar beragam individu dalam masyarakat pengetahuan berorientasi dan global.

Hari Aksara Internasional tahun 2013 didedikasikan untuk ‘kemahiran untuk abad ke-21’ untuk menyoroti kebutuhan untuk mewujudkan "keterampilan keaksaraan dasar untuk semua" serta melengkapi semua orang dengan lebih keterampilan literasilanjutan sebagai bagian dari belajar sepanjang hayat.

Irina Bokova, Direktur Jenderal UNESCO mengemukakan bahwa literasi

jauh lebih dari prioritas pendidikan - itu adalah investasi utama di masa depan dan langkah pertama menuju semua bentuk-bentuk baru melek diperlukan dalam abad kedua puluh satu. Dalam hal ini, UNESCO ingin melihat satu abad dimana setiap anak dapat membaca dan menggunakan keterampilan ini untuk mendapatkan otonomi (UNESCO, 2013)

Hampir selama lebih dari 40 tahun sekarang, UNESCO telah merayakan Hari Aksara Internasional di setiap tanggal 8 September untuk mengingatkan masyarakat internasional bahwa keaksaraan merupakan hak asasi manusia dan dasar dari semua pembelajaran. Literasi itu penting, ini dikarenakan literasi


(9)

pembangunan sosial dan manusia. Kesempatan pendidikan tergantung pada keaksaraan.

Literasi adalah jantung pendidikan dasar, dan penting untuk memberantas kemiskinan, mengurangi angka kematian anak, membatasi pertumbuhan penduduk, pencapaian kesetaraan gender dan memastikan pembangunan berkelanjutan, perdamaian dan demokrasi. Ada alasan bagus mengapa keaksaraan merupakan inti dari Pendidikan untuk Semua (UNESCO, 2013).

Sebuah pendidikan dasar yang berkualitas baik melengkapi pembelajar dengan keterampilan keaksaraan untuk hidup dan belajar lebih lanjut; orang tua melek huruf lebih mungkin untuk mengirim anak-anak mereka ke sekolah; orang terpelajar lebih mampu mengakses melanjutkan kesempatan pendidikan; dan masyarakat melek huruf lebih baik diarahkan untuk memenuhi menekan pembangunan.Senada dengan pernyataan Sekjen UNESCO mengenai literasi,

Harras (2012) mengakui bahwa minat baca bagi sebagian besar bangsa Indonesia masih merupakan sebuah persoalan. Aktivitas membaca buku serta berbagai jenis bacaan lainnya masih belum menjadi bagian dari budaya masyarakat negeri ini. Indikator yang biasanya dijadikan tolak ukurnya antara lain rendahnya jumlah penerbitan buku yang dihasilkan oleh para penerbit serta sepinya masyarakat kita mengunjungi perpustakaan. Ada sejumlah hipotesis yang kerap dimunculkan para pendidik serta pengamat ihwal rendahnya minat baca bangsa ini. Salah satunya misalnya menyatakan penyebab rendahnya minat baca bangsa ini karena tradisi kelisasnan (orality) masih merupakan bottle neck dalam kantong memori linguistik mereka. Seperti kita ketahui secara historis-kultural masyarakat kita mengantongi warisan budaya lisan yang hampir memfosil. Hampir berabad-abad lamanya prilaku komunikasi masyarakat kita lebih banyak berlangsung dalam tataran lisan yang serba melisan (omong-dengar) ketimbang tradisi baca-tulis.


(10)

Membaca di Indonesia, merupakan persoalan yang krusial. Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2006 mengenai sumber untuk mendapat informasi dari membaca koran dan majalah hanya 23,5%. Artinya membaca untuk mendapatkan akses informasi hanya 23,5% penduduk Indonesia. Dilihat dari hal tersebut, betapa kurangnya keterbutuhan masyarakat Indonesia terhadap membaca (BPS, 2007)

Ahmad Heriyawan, Gubernur Jawa Barat mengumukakan bahwa yang menjadi fokus survei IPM (Indeks Pembangunan Manusia), melalui jenjang pendidikan SMP-IPM dan SMK-IPM secara menyeluruh di Jabar, selanjutnya AMH (angka melek huruf) penduduk jawa Barat usia 15 tahun ke atas pada 2013 sebesar 96,49 persen dan dibandingkan tahun baseline 2007, AMH 2013 mengalami peningkatan sebesar 1,17 persen (inilahkoran, 2013). Pernyataan Gubernur Jabar pun, sedikit menjadi angin segar dalam kemajauan pendidikan keaksaraan yang meningkat dalam presentase AMH. Tetapi meskipun begitu masih ada sekitar tiga persen lebih masyarakat Jabar yang belum melek huruf. Artinya bila dikalikan jumlah penduduk Jabar 46.497.175 juta jiwa kurang lebih 1.632.050 juta jiwa yang masih digolongkan tunaaksara (inilahkoran, 2013).

Tingkat membaca masyarakat Indonesia yang minim memang terbentuk oleh budaya lisan yang kuat sehingga muncul benih-benih tunaaksara yang berkembang akibat sifat aliterat-nya setiap individu dengan tidak mengasah kemampuan membacanya. Ini membuat asumsi peneliti bahwa adanya masyarakat Indonesia yang tunaaksara, perlu perhatian lebih dari Pemerintah secara lebih. Walau pun telah diupayakan oleh Pemerintah dengan dicanangkan Gerakan Nasional Percepatan Pemberantasan Buta Aksara (GNP-PBA) melalui Instruksi Presiden nomor 5 tahun 2006. Gerakan ini memberikan landasan dan jaminan agar semua unsur dan komponen yang terkait lansung maupun tidak


(11)

langsung dengan pemberantasan tunaaksara untuk mendayagunakan seluruh potensi dalam menuntaskan tunaaksara.

Adapun fakta lain yang bertolak belakang dengan GNP-PBA tak sejalan yaitu mengenai terbatasnya jumlah modul sebagai bahan ajar serta kesempatan mengikuti pelatihan menyebabkan para tutor mengalami kesulitan memulai dan mengelola proses pembelajaran. Masyarakat yang ada, sudah menginjak usia lanjut terkadang tidak mengerti jika tutornya mengunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam proses pembelajaran. Hal ini menjadi alasan utama mengapa sangat perlunya pembinaan keaksaraan pada warga belajar di daerah tertinggal. Tidak hanya sebuah pembinaan bahasanya tetapi pada fungsi bahasa tersebut sebagai alat komunikasi antar individu.

Selain itu, banyaknya masyarakat tunaaksara di Indonesia disebabkan adanya pertambahan penduduk tunaaksara baru yang belum dicacah sebelumnya, adanya penduduk yang putus belajar sekolah dasar menjadi tunaaksara kembali karena ketidakadaan bahan bacaan yang memadai dalam arti yang mampu membangkitkan minat baca masyarakat, luas wilayah pelayanan dan sulitnya transportasi mengakibatkan banyak warga masyarakat yang belum terlayani (Sihombing, 2001). Banyaknya tunaaksara pun disebabkan antara lain karena warga belajar masih malu dan belum tahu manfaat nyata mengikuti pembelajaran. Mereka pada umumnya sibuk bekerja mencari nafkah sehingga tidak memiliki waktu untuk belajar (Muhsin, 2006).

Metode pendekatan belajar keaksaraan, dikembangkan atas dasar pemikiran bahwa karakter atau orientasi belajar orang dewasa lebih bersifat praktis dan fungsional serta sesuai dengan potensi dan kebutuhan belajar mereka (Muhsin, 2006). Penyandang tunaaksara belajar melalui pendekatan andragogi harus dibuat senyaman mungkin, tidak selalu diformalkan seperti sekolah umumnya namun lebih dititik beratkan pada fungsi dan kedekatan warga belajar


(12)

terhadap pembelajaran maupun media pembelajaran serta strateginya. Salah satu strategi pembelajarannya melalui permaianan bahasa yang dapat menjadi kekuatan yang memberikan konteks pembelajaran dan perkembangan masa awal. Untuk itu perlu, diperhatikan struktur dan isi kurikulum sehingga tutor dapat membangun kerangka pembelajaran andragogi dengan permainan bahasa. Dalam praktiknya dapat dikembangkan dengan media kartu aksara.

Pembelajaran Bahasa Indonesia ditingkat dasar bertujuan meningkatkan kemampuan berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tertulis, baik dalam situasi resmi atau non-resmi, kepada siapa, kapan, di mana, untuk tujuan apa. Bertumpu pada kemampuan dasar membaca dan menulis juga perlu diarahkan pada tercapainya kemahirwacanaan. Tujuan membaca permulaan adalah agar pembelajar dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat (Depdikbud, 1994/1995: 4).

Membaca permulaan sebagai tahapan proses belajar membaca bagi warga belajar (WB) pada tingkat dasar. Warga belajar (WB), belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu tutor perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasan membaca sebagai satu yang menyenangkan (Muchlisoh, 1992: 119).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Adanya masyarakat yang putus sekolah dari jenjang dasar, berakibat menjadi penyandang tunaaksara karena tuntutan pekerjaan untuk memenuhi ekonomi lebih penting dibandingkan melanjutkan untuk bersekolah.


(13)

2. Belum adanya media ajar yang efektif untuk membaca permulaan warga belajar tunaaksara yang tergolong tingkat dasar terutama pada penyandang yang berumur dewasa.

3. Belum adanya strategi pembelajaran membuat pembiasaan dalam kenyamanan belajar membaca warga belajar tunaaksara.

C. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu kemampuan warga belajar tunaaksara dalam membaca permulaan suatu kesatuan bahasa dimulai huruf, silaba, kata, hingga kata berimbuhan terkecuali kalimat sederhana yang dipandang kurang relevan dengan media kartu aksara yang terfokus pada perlatihan membaca permulaan pada kata.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana kemampuan awal warga belajar tunaaksara dalam membaca suatu kesatuan bahasa dimulai huruf, kata dan silaba?

2. Bagaimanakah kemampuan membaca warga belajar saat tutor menerapkan media kartu akasara dengan strategi permainan bahasa?

3. Bagaimana kemampuan akhir warga belajar dalam membaca suatu kesatuan bahasa dimulai huruf, kata dan silaba setelah tutor menerapkan media kartu akasara dengan strategi permainan bahasa?

4. Bagaimanakah hasil rata-rata serta selisih kemampuan tiap subjek, pada keseluruhan rangkaian penelitian subjek tunggal modelA1 - B - A2 ?

E. Tujuan Penelitian


(14)

1. untuk mengetahui kemampuan awal warga belajar tunaaksara dalam membaca suatu kesatuan bahasa dimulai huruf, silaba, kata, kalimat sederhana.

2. untuk mengetahui kemampuan membaca warga belajar saat tutor menerapkan media kartu akasara dengan strategi permainan bahasa.

3. untuk mengetahui kemampuan akhir warga belajar dalam membaca suatu kesatuan bahasa dimulai huruf, silaba, kata, kalimat sederhana setelah tutor menerapkan media kartu akasara dengan strategi permainan bahasa.

4. mengetahui hasil rata-rata serta selisih kemampuan tiap subjek, pada keseluruhan rangkaian penelitian subjek tunggal modelA1 - B - A2.

F. Manfaat Penelitian

Jika tujuan penelitian tercapai, maka secara umum diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk membuka kesadaran bahwa media pembelajaran itu penting, terutama media pembelajaran yang secara khusus dirancang fleksibel dengan keadaan warga belajar tunaaksara. Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan dua manfaat, yakni manfaat secara teoretis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoretis

Secara teoritis manfaat penelitian ini adalah:

a. memberi sumbangan secara ilmia dengan menambah, memperluas cakrawala pengetahuan bidang-bidang metode khususnya metode pembelajaran membaca permulaan.

b. mendukung teori-teori yang telah ada sebagai salah satu sumber acuan bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian lebih lanjut tentang media kartu akasara dengan strategi permainan bahasa.

c. secara khusus penelitian ini memberi kontribusi pada strategi pembelajaran berupa pergeseran dari paradigma mengajar menuju ke paradigma belajar yang mementingkan pada proses sesuai kenyamanan,


(15)

d. memberi referensi media ajar yang mengadaptasi dari kedekatan dengan keseharian masyarakan secara sosiologi.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Warga Belajar

1) Media kartu aksara akan memper mudah warga belajar (WB) dalam mengembangkan kemampuan membaca mereka.

2) Membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan dengan perpaduan kartu aksara melalui strategi permainan bahasa.

3) Membantu masyarakat yang tadinya sedikit tahu menjadi tahu bahkan membuka jendela untuk memberikan kesempatan pada mereka mengintip luasnya pengetahuan dunia.

b. Bagi Tutor

1) Tutor dipermudah dengan pemakaian media yang sederhana, mudah dibuat namun cukup efisien sebagai media pembelajaran.

2) Tutor bisa berbaur dengan mudah, karena pendekatan yang digunakan akan berkorelasi dengan lingkungan pembelajar.

3) Media kartu akasara yang dikembangkan melalui permainan bahasa akan membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan.

c. Bagi Peneliti

1) Peneliti menambah tata wawasan dalam dirinya bahwa adanya media kartu aksara melalui strategi permainan bahasa bisa digunakan sebagai media yang fleksibel dan dekat dengan kehidupan warga penyandang tunaaksara andragogi.


(16)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen subjek tunggal (single

subject experiment). Metode eksperimen subjek tunggal berbeda dengan metode

eksperimen lain. Dalam metode ini tidak ada pengelompokan antar kelompok eksperimen dengan kelompok control karena jumlah subjeknya yang terbatas. Hasil eksperimen ini disajikan dan dianalisis secara individual (Sukmadinata, 2005: 209).

Metode eksperimen subjek tunggal dipilih karena terbatasnya jumlah responden yang diteliti, yakni satu sampai tiga orang dan tidak memungkinkan untuk adanya pembagian kelompok antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Metode penelitian ini sesuai dengan hakikat penelitian yang akan dilakukan, yakni untuk melihat perbedaan secara individu dari subjek yang diteliti. Selain itu, metode ini merupakan desain eksperimen sederhana yang menggambarkan dan mendeskripsikan perbedaan individu disertai dengan data kuantitatif yang disajikan secara sederhana dan terperinci (Herlina, 2009: 11).

Penggunaan metode eksperimen subjek tunggal ini bertujuan untuk menguji langsung pengaruh penggunaan kartu aksara mealui strategi permainan bahasa dalam perlatihan membaca permulaan pada penyandang tunaaksara tingkat dasar di PKBM Kinanti. Eksperimen subjek unggal dipilih dalam penelitian ini karena sesuai dengan hakikat penelitian yang akan dilakukan, yaitu untuk dilihat perubahan prilaku dan perbedaan secara individu dari subjek yang diteliti. Perubahan prilaku yang dimaksud peningkatan kemampun membaca


(17)

warga belajar tunaaksara tingkat dasar dengan penggunaan media kartu aksara melalui strategi permainan bahasa.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain eksperimen subjek tunggal A-B-A. Sukmadinata (2005: 211) mengemukakan bahwa eksperimen subjek tunggal A-B-A merupakan model desain yang sering digunakan dalam desain eksperimen subjek tunggal. A adalah lambang dari data garis dasar (baseline data), B merupakan data perlakuan (treatment data), dan A ke dua ditujukan untuk mengetahui apakah tanpa perlakuan kegiatan akan kembali pada keadaan awal, ataukah masih terus seperti dalam keadaan perlakuan.

Adapun secara visual desain A-B-A Sukmadinata (2005: 211) digambarkan sebagi berikut:

Tabel 3.1

Desain Eksperimen Subjek Tunggal Model A-B-A

A1

(Baseline 1)

B

(Treatment)

A2

(Baseline 2)

Keterangan:

A1/(Baseline 1), adalah kondisi awal dimana subjek belum mendapatkan perlakuan atau intervensi apapun. Pengukuran fase ini dilakukan sebanyak satu sesi, dengan durasi waktu yang disesuaikan dengan kebutuhan.

B/(Treatment), adalah kemampuan subjek dalam mengenal kata tanya selama intervensi. Dalam fase perlakuan ini, dengan memberikan media kartu aksara


(18)

melalui strategi permainan bahasa yang diadaptasi dari permainan domino. Intervensi dilakukan selama satu sesi.

A2/(Baseline 2), adalah pengulangan kondisi baseline 1 sebagi evaluasi sampai sejauh mana intervensi yang dilakukan berpengaruh pada subjek.

C. Subjek dan Data Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah warga belajar tunaaksara tingkat dasar berjumlah tiga orang.

Table 3.2

Data Subjek Yang Diteliti

No Nama Umur Pekerjaan

1 Subjek-I 53 Petani

2 Subjek-II 69 Petani

3 Subjek-III 45 Petani

Ketiga warga belajar ini dipilih menjadi subjek penelitian karena selaras dengan apa yang diinginkan oleh peneliti, yakni mereka yang masih ada di tingkat dasar keaksaraan fungsional.

PKBM Kinanti dipilih sebagai tempat penelitian karena merupakan salah satu intitusi yang mewadahi penyandang tunaaksara di Desa Jayagiri, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Alasan lain, yakni akses bilitas lokasi yang dekat dan mudah dalam melakukan perizinannya.

2. Data Peneliti

Data primer adalah data yang ada dalam penelitian ini hasil dari penerapan strategi permainan bahasa dengan kartu aksara yang disusun dalam perlatihan


(19)

kemampuan membaca warga belajar. Sementara itu, yang ada dalam penelitian adalah hasil observasi yang dilakukan selama perlatihan.

D. Definisi Oprasional

1. Membaca permulaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah membaca yang diperuntukan pada penyandang tunaaksara tingkat dasar di PKBM Kinanti.

2. Permainan bahasa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu strategi perlatihan untuk penyandang tunaaksara dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan.

3. Kartu aksara yang dimaksud dalam penelitian ini adalah media pembelajaran berbentuk kartu bergambar, bisa diadaptasi dari permainan kartu domino.

E. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti melakukan pengumpulan data di PKBM Kinanti Jayagiri, Lembang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tes observasi dalam pembelajaran. Warga belajar menggunakan kartu aksara dalam subuah perlatihan yakni dengan mengyusun kartu aksara berdasarkan gambar yang dilihat dikartu sebelumnya.

1. Tes Dalam Pembelajaran

Tes ini digunakan untuk mengumpilkan kondisi pada data (A1) baseline-1

dan kondisi pada data kondisi (A2) baseline-2. Tes ini berupa tes dalam pembelajaran yang di dalamnya dimasukan pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan intrumen yang disiapkan peneliti untuk mengukur kemampuan membaca permulaan warga belajar. Langkah-langkah pengumpulan data seperti berikut:


(20)

b. Materi tes yang disisipkan dalam pembelajaran, guna warga belajar tidak tertekan akan penamaan tes.

c. Menyiapkan format penilaian sebagai pedoman untuk melakukan penilaian berupa skor kemampuan warga belajar.

d. Data yang diambil diproleh dari hasil tes menggunakan tanda jawab saat pembelajaran. Nilai 1 digunakan jika subjek dengan tepat menjawab pertanyaan dengan tepat dan nilai 0 jika subjek salah dalam menjawab pertanyaan.

e. Menyiapkan materi berupa kartu aksara untuk perlakuan atau intervensi yang akan diberikan kepada subjek.

2. Observasi

Peneliti mengadakan pengamatan terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung. Kegiatan tersebut berkenaan bagaimana cara tutor mengajar dan WB belajar. Selain itu, observasi memungkinkan peneliti menarik kesimpulan ihwal makna dan sudut pandang responden, kejadian, pristiwa, atau proses yang diamati. Observasi ini dilakukan untuk melihat sejauh mana proses belajar mengajar yang sedang berlangsung serta mengetahui materi apa yang tepat dijadikan bahan penelitian.

Observasi yang dilakukan adalah observasi non pantisipan, dimana observer tidak ikut serta secara langsung dan terpisah kedudukannya hanya sebagai pengamat.

F. Teknik Pengelolaan Data dan Teknik Analisis Data

1. Teknik Pengelolaan Data

Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan teknik pengelolaan data primer dan data sekunder. Adapun data primer dalam penelitian ini berupa hasil belajar siswa yang diproleh melalui tes kemampuan saat prates, intervensi dan


(21)

pascates yang dilakukan terhadap tiga orang tunaaksara tingkat dasar. Sedangkan data sekunder berupa hasil observasi yang akan dijelaskan pada BAB IV.

Teknik pengelolaan data dalam penelitian ini mengunakan pengukuran persentase yang merupakan pengukuran variable terikat yang digunakan oleh peneliti dan tutor untuk mengukur prilaki dalam bidang akademik maupun sosial (Jubaedah, 2008: 47). Persentase (%) dihitung dengan cara jumlah soal yang benar dibagi jumlah soal keseluruhan dikali seratus persen.

Tabel 3.3

Arti Tingkat Penguasaan yang Warga Belajar Capai

(sumber: Mulyati, (2012).Modul MMP) Keterangan:

Apabila tingkat penguasaan warga belajar mencapai 80% ke atas, baik. Tetapi bila tingkat penguasaan warga belajar masih di bawah 60%, berarti warga belajar harus mengulangi kegiatan belajar, terutama bagian yang belum warga belajar kuasai.

90% - 100% Baik Sekali

76% - 89% Baik

60% - 75% Cukup


(22)

2. Teknik Analisis Data

Analisi data merupakan tahapan terakhir menarik sebuah simpulan. Menurut Sunarto pada penelitian subjek tunggal biasanya dilakukan stasistik deskriptif yang sederhana.

Setelah data terkumpul maka selanjutnya akan dianalisis dengan perhitungan tertentuyang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Adapun langkah yang dilakukan dalam analisi data tersebut adalah:

a. Menskor pada hasil penilaian kondisi baseline-1.

b. Menskor pada hasil penilaian kondisi intervensi. c. Menskor pada hasil penilaian kondisi baseline-2.

d. Membuat tabel penilaian untuk skor yang telah diproleh pada kondis

baseline-1, intervensi dan baseline-2.

e. Membandingkan hasil skor dari yang telah diproleh pada kondis

baselin-1, intervensi dan baseline-2.

f. Membuat analisis dalam bentuk grafik sehingga bisa dilihat secara langsun perubahan yang terjadi.

g. Membuat analisi kondisi dan antar kondisi.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat atau fasilitas yang digunakan untuk peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya mudah dan hasilnya lebih baik, dalan arti lebih cermat, lengkap dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah. Intrumen yang dipergunakan sebagai berikut.

1. Tes

Tes yang dipergunakan merupakan tes lisan yang tersisip dalam pembelajaran. Tes dalam penelitian ini terdiri atas prates dan pascates, serta penugasan dalam perlatihan dengan media kartu aksara melalui permainan bahasa


(23)

yang dimunculkan dalam perlatihan tersebut sebagai intervensi. Prates diberikan pada kondisi baseline-1, yaitu pada saat warga belajar belum mendapatkan intervensi dengan menggunakan media kartu aksara melalui strategi permainan bahasa. Tes ini dilakukan dengan tujuan untuk memastikan sejauh mana kemampuan awal warga belajar dalam kemampuan membaca permulaan. Selanjutnya pada tahap intervensi warga belajar diberikan perlatihan membaca permulaan menggunakan media kartu aksara melalui strategi permainan bahasa yang mengadaptasi permainan kartu domino bergambar yang disusun sesuai kata yang dimunculkan. Pascates diberikan pada kondisi baseline-2 untuk mengevaluasi sejauh mana perkembangan kemampuan warga belajar setelah mendapatkan intervensi.

Adapun instrumen yang digunakan dalam prates dan pascates merupakan tes kemampuan membaca permulaan warga belajar yang dikhususkan pada keterampilan membaca warga belajar. Instrumen diadaptasi dari langkah-langkah membaca permulaan oleh Ritawati (1996: 51). Langkah-langkah membaca permulaan tersebut diuraikan terlebih dahulu menjadi kisi-kisi instrumen membaca permulaan dalam tabel berikut.

Tabel 3.4

Kisi-Kisi Instrumen Membaca Permulaan


(24)

Membaca Permulaan 1. Memahami/ memiliki kemampuan membaca simbol bahasa (huruf) vokal cetak dari yang kecil, kapital dan vokal rangkap. Juga membedakan vokal cetak mulai dari yang kecil dan kapital.

1.1. Pemahaman simbol bahasa (huruf) vokal.

1.1.1. Identifikasi simbol bahasa (huruf) vokal cetak.

a) Vokal cetak kecil. b) Vokal cetak kapital. c) Vokal cetak

rangkap.

d) Membedakan vokal cetak kecil dan vokal cetak kapital.

2. Memahami/ memiliki kemampuan membaca simbol bahasa (huruf) konsonan cetak mulai dari yang kecil, capital dan konsonan rangkap. Juga membedak an konsonan cetak mulai dari yang kecil dan kapital.

2.1. Pemahaman simbol bahasa (huruf)

konsonan.

2.1.1. Identifikasi simbol bahasa (huruf) konsonan cetak. a) Konsonan cetak

kecil.

b) Konsonan cetak kapital.

c) Konsonan cetak rangkap. d) Membedakan

konsonan cetak kecil dan konsonan cetak capital. 3. Memahami/ memiliki kemampuan membaca suku kata berpola “KV” (konsonan-vokal), “VK” 3.1. Membaca suku kata berpola.

3.1.1. Membaca suku kata

berpola “KV”

(konsonan-vokal). 3.1.2. Membaca suku kata

berpola “VK”

(vokal-konsonan). 3.1.3. Membaca suku kata


(25)

konsonan),

“KVK”

(konsonan- vokal-konsonan),

”KV-KV” (konsonan-vokal -

konsonan-vokal), “KV – KVK” (konsonan-vokal - konsonan- vokal-konsonan), “KVK – KVK” (konsonan- vokal-konsonan - konsonan- vokal-konsonan),

“KV– KV -

KV”

(konsonan-vokal – konsonan-vokal -

konsonan-vokal), “KVK

- KV” (konsonan- vokal-konsonan -

konsonan-vokal), “KV -

KVKK”

(konsonan-konsonan).

3.1.4. Membaca suku kata

berpola”KV-KV” (konsonan-vokal - konsonan-vokal) 3.1.5. Membaca suku kata

berpola “KV – KVK” (konsonan -vokal - konsonan-vokal-konsonan) 3.1.6. Membaca suku kata

berpola “KVK – KVK” (konsonan -vokal-konsonan - konsonan-vokal-konsonan)

3.1.7. Membaca suku kata

berpola “KV– KV -

KV” (konsonan -vokal – vokal - konsonan-vokal)

3.1.8. Membaca suku kata

berpola “KVK -

KV” (konsonan -vokal-konsonan - konsonan-vokal) 3.1.9. Membaca suku kata

berpola “KV -

KVKK” (konsonan -vokal – konsonan-vokal-konsonan- konsonan)


(26)

vokal – konsonan- vokal-konsonan- konsonan). 4. Memahami/

memiliki kemampuan membaca kata dasar, kata benda, kata sifat, kata kerja, dan kata

berimbuhan.

4.1 Membaca kata.

4.1.1 Membaca kata benda.

4.1.2 Membaca kata sifat. 4.1.3 Membaca kata kerja. 4.1.4 Membaca kata

berimbuhan.

Setelah diuraikan menjadi sebuah kisi-kisi, barulah dibuat intrumen assesmen membaca permulaan. Kisi-kisi membaca permulaan yang mengacu pada adaptasi dari langkah-langkah membaca permulaan oleh Ritawati, (1996: 51) tesebut dijadikan dasar sebagai pembuatan instrumen asesmen membaca permulaan telampirkan pada tabel 3.5.

Selain itu perlu diperhatikan agar perlatihan ini berjalan sesuai dengan jalurnya, peneliti membuat RPP dalam perlatihan ini. RPP merupakan salah satu intrumen proses yangmenjadi acuan. Ada dua RPP yang dibuat oleh peneliti pertama RPP pra tes dan pasca tes serta yang kedua RPP saat dilakukannya

treatment. Kedua RPP terlampir pada table 3.7 dan 3.8 pada lampiran.

2. Observasi

Observasi dilakukan pada saat kegiatan perlatihan berlangsung. Observasi ini berisi gambaran mengenai proses perlatihan yang diamati. Dari hasil obsevasi diharapkan memberi gambaran proses perlatihan warga belajar menggunakan kartu aksara melalui strategi permaina


(27)

bahasa, pemahaman warga belajar, kendala saat berlangsungnya perlatihan, dan kejadian penting yang perlu dicatat.

Ada pun yang menjadi observer dalam penelitian ini adalah Ibu Rika selaku tutor tetap di PKBM Kinanti, Luckyega selaku Guru PPL dari Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Lisiya Dewi Yuniar selaku Guru PPL dari Fakultas Ilmu Pendidikan.

Tabel 3.9

Pedoman Observasi Warga Belajar

No Keterangan Ya Tidak

1 WB antusias belajar dengan media kartu aksara

2 WB termotivasi belajar dengan materi dan media kartu aksara

3 WB bersikap responsif terhadap perlatihan

4 WB terlihat kesulitan memahami isi media pembelajaran yang diberikan

5 WB dapat menggunakan media dengan baik


(28)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan kartu aksara melalui strategi permainan bahasa berdampak positif terhadap kemampuan membaca permulaan bagi warga belajar tunaaksara tingkat dasar yang berkesulitan membaca permulaan di PKBM Kinanti, Jayagiri.

Pengamatan dan pencatatan data dalam penelitian ini berbentuk persentase, dalam tiga tahapan (baseline-1, treatment dan baseline-2).

1. Pada baseline-1 menunjukan kemampuan awal warga belajar yang agak minim. Banyak huruf yang tertukar dan ada pula kesalahan penyebutan huruf. Meski begitu, warga belajar merasa nyaman dengan perlakuan tes yang difungsikan dalam pembelajaran.

2. Pada treatment warga belajar antusias dalam mengikuti pembelajaran. Warga belajar diperkenalkan terlebih dahulu terhadap permainan bahasa yang peneliti sampaikan yaitu permainan domino yang telah diadaptasikan dan disesuaikan.

3. Pada baseline-2 warga belajar sedikitnya mengangalami peningkatan kemampuan belajar. Walau hanya sampai dalam tataran kata berimbuhan namun ada peningkatan 30% dari kemampuan awal membaca permulaan warga belajar tersebut.

4. Perbedaan kemampuan A1 dan A2 pada warga belajar terlihat signifikan terutama pada subjek 1 dan subjek 3. Salah satu faktor peningkatan pesat tersebut terlihat karena kenyamanan dalam mengikuti perlatihan membaca permulaan setiap subjek dengan media yang interaktif dan tidak


(29)

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas, peneliti mengajukan saran sebagai berikut. 1. Tutor dapat menerapkan media kartu aksara melalui strategi permainan

bahasa sebagai upaya alternatif untuk meningkatkan keterampilan membaca permulaan warga belajar penyandang tunaaksara tingkat dasar. 2. Tutor dapat berinovasi dalam penentuan kartu aksara yang akan dijadikan

media pembelajaran. Penentuan tersebut harus disesuaikan dengan kondisi warga belajar penyandang tunaaksara tingkat dasar dan kondisi lingkungannya.

3. Penelitian yang berhubungan dengan penerapan media dan metode pembelajaran membaca permulaan bagi penyandang tunaaksara andragogi tingkat dasar diharapkan dapat dikembangkan lebih lanjut.


(30)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Abu dan Rohani, Akhmad. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka cipta. Ahmuddiputra, Enuh dan Suyatna Atmaja, Basar. 1986. Pendidikan Orang

Dewasa. Jakarta: Karunika.

Akahdiah, Sabarti. 1991/1992. Studi kearah Peningkatan Kemampuan 3 M/3 R (The Reading ability of Primary School Children in Jakarta. Dalam Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Perguruan Tinggi. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti.

Akhadiah, Sabarti, Arsjad, Maidar g, Ridwin. Sakura H, Zulfahnur Z.F., dan Mukti U.S. 1992/1993. Bahasa Indonesia 3. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Ardiyani, Dewi Rahmah (2013). Mengeinai Keterampilan Membaca Aksara Jawa Melalui Model Quantum Learning Dengan Media Kartu Kata Siswa Kelas

III-A SDN Petompon 02 Semarang. Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan,

Universitas Negeri Semarang.

Arief, Zaenudin. 2003. Suatu Petenjuk untuk Pelatih dalam Pendekatan Andragogi, “Konsep, Pengalaman dan Aplikasi”. PBPK Jayagiri: Unit Sumberdaya dan Inovasi.

Arsyad, A.2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Depdikbud.(1992), Pelaksanaan Pengajaran Membaca dan Menulis Permulaan. Jakarta: Depdikbud.

Depdikbud. 1994/1995. Kurikulum Pendidikan Dasar. Garis-Garis Besar


(31)

Depdikbud. 2007. Panduan Pengembangan Pendidikan Keaksaraan Bagi

Masyarakat Penutur Bahasa Ibu. Lembang: BP-PLSP Regional II

Jayagiri.

Hadfield.1986. Pembelajaran Role Playing. [Online]. Tersedia di: http//pembelajaranclub.[Diakses: 16 juli 2014]

Hamalik, Oemar. 2002. Pendidikan Guru. Jakarta: Bumi Aksara.

Harras, H.(2012) Buta Aksara Versus Budaya Membaca. [Online]. Tersedia di: http://file.upi.edu/browse.php?dir=Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._ DAN_SASTRA_INDONESIA/196401221989031KHOLID_ABDULLA H_HARRAS/B han2_Kuliah/Makalah/Buta Aksara Versus Budaya Membaca.pdf. [Diakses 22 juni 2014].

Heinich, R. 2002. Instructional media and technologi learning, 7th edition. New Jersey: Prentice hall. [Online]. Tersedia di: http://books.google.com. [Diakses:16 juli 2014]

Herlina. 2006. Studi Tentang Proses Pembelajaran Program Keaksaraan Fungsional Di Kelurahan Margasari Kecamatan Margacinta Kota

Bandung. Bandung: Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu

Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia.

Istihani.(2008).Gebrakan Baru Perguruan Tinggi Berantas Buta Aksara.

Yogyakarta: Aksara.

Juliantara, Ketut.2009. Media Pembelajaran: Arti, Posisi, Fungsi, Klasifikasi, dan

Karakteristiknya. [Online]. Tersedia di:

http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/18/media-pembelajaran-arti-posisi-fungsi-klasifikasi-dan-karakteristiknya/ tanggal 29 september 2010 pukul 19.12 Wib. [Diakses 17 februari 2014].


(32)

Kusnadi. 2005. Pendidikan Keaksaraan: Filosofi, Strategi dan Implementasi.

Jakarta: Direktorat Pendidikab Masyarakat.

Marzuki, Saleh.2001. Pendidikan Nonformal. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Muhsin, Mokhamat.2006. “Pembelajaran Keaksaraan Fungsional dan

Kecakapan Hidup Wrga Belajar”. Jurnal Ilmiah Visi PTK-PNF, 1,1, hal 37-41.

Mulyadi (2009). Mengeinai Peningkatan Membaca Melalui Pembelajaran Koopratif Pada Siswa Kelas 1 SD Negeri Permulaan Senden Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Mulyati, Y.2012. Modul membaca dan menulis permulaan. [Online]. Tersedia di:

http://file.upi.edu/browse.php?dir=Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._ DAN_SASTRA_INDONESIA/YetiMulyati/Bahan2_Kuliah/Makalah/ Modul_MPP.pdf. [Diakses 22 juni 2014].

Nugraha, Dani. (2014) IPM Jabar terus Meningkat. [Online]. Tersedia di: http://inilahkoran.com/Heryawan%20%20IPM%20Jabar%20Terus%20Me ningkat%20%20www.inilahkoran.com%20%20Dari%20Bandung%20Unt uk%20Indonesia.htm. [Diakses 21 juni 2014].

Rahadi, Aristanto. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional.

Ritawati Wahyudin, (1996). Bahan Ajar Pendidikan Bahasa Indonesia di

Kelas-kelas Rendah SD. Padang. IKIP

Sadiman, Rahardjo, Haryono Anung dan Raharjito . 2003. Media Pendidikan:

Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo


(33)

Sahari.1994. Bahasa dan Sastra Indonesia. Balai Pustaka: Jakarta.

Schramm, W. 1977. Big Media Little Media. California: Sage Publication Beverly Hill

Sihombing, Umberto.2001. Masalah, Tantangan dan Peluang. Jakarta: CV Wirakarsa.

Soepamo. 1998. Metode Permainan Pembelajaran Bahasa Indonesia.[Online]. Tersedia di: http://agil-asshofie.blogspot.com/2011/12/metode-permainan-pembelajaran-bahasa.html. [Diakses 17 februari 2014].

Sudjana, N. & Riva’i ,I. 2007. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru

Algresindo.

Sukmadinata, Nana Syaodih (2007). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.

Supriyadi. 1993. Berbagai Pendekatan Dalam Mengajar Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Suyatna B. Atmaja. 1997. Metode Penelitian Sosial. PLS FIP IKIP Bandung. UNESCO. 2013. 40th universery literacy day. [Online]. Tersedia di:

http://en.unesco.org/themes/literacy-all#. [diakses 17 februari 2014] Wibawa, B & Mukti, Farida. 1992. Media Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.


(1)

A.Rizwan, 2014

Perlatihan membaca permulaan Dengan menggunakan kartu aksara Melalui strategi permainan bahasa Pada penyandang tunaaksara tingkat dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan kartu aksara melalui strategi permainan bahasa berdampak positif terhadap kemampuan membaca permulaan bagi warga belajar tunaaksara tingkat dasar yang berkesulitan membaca permulaan di PKBM Kinanti, Jayagiri.

Pengamatan dan pencatatan data dalam penelitian ini berbentuk persentase, dalam tiga tahapan (baseline-1, treatment dan baseline-2).

1. Pada baseline-1 menunjukan kemampuan awal warga belajar yang agak minim. Banyak huruf yang tertukar dan ada pula kesalahan penyebutan huruf. Meski begitu, warga belajar merasa nyaman dengan perlakuan tes yang difungsikan dalam pembelajaran.

2. Pada treatment warga belajar antusias dalam mengikuti pembelajaran. Warga belajar diperkenalkan terlebih dahulu terhadap permainan bahasa yang peneliti sampaikan yaitu permainan domino yang telah diadaptasikan dan disesuaikan.

3. Pada baseline-2 warga belajar sedikitnya mengangalami peningkatan kemampuan belajar. Walau hanya sampai dalam tataran kata berimbuhan namun ada peningkatan 30% dari kemampuan awal membaca permulaan warga belajar tersebut.

4. Perbedaan kemampuan A1 dan A2 pada warga belajar terlihat signifikan terutama pada subjek 1 dan subjek 3. Salah satu faktor peningkatan pesat tersebut terlihat karena kenyamanan dalam mengikuti perlatihan membaca permulaan setiap subjek dengan media yang interaktif dan tidak membebani psikologis waraga belajar dalam perlatihan .


(2)

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas, peneliti mengajukan saran sebagai berikut. 1. Tutor dapat menerapkan media kartu aksara melalui strategi permainan

bahasa sebagai upaya alternatif untuk meningkatkan keterampilan membaca permulaan warga belajar penyandang tunaaksara tingkat dasar. 2. Tutor dapat berinovasi dalam penentuan kartu aksara yang akan dijadikan

media pembelajaran. Penentuan tersebut harus disesuaikan dengan kondisi warga belajar penyandang tunaaksara tingkat dasar dan kondisi lingkungannya.

3. Penelitian yang berhubungan dengan penerapan media dan metode pembelajaran membaca permulaan bagi penyandang tunaaksara andragogi tingkat dasar diharapkan dapat dikembangkan lebih lanjut.


(3)

A.Rizwan, 2014

Perlatihan membaca permulaan Dengan menggunakan kartu aksara Melalui strategi permainan bahasa Pada penyandang tunaaksara tingkat dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ahmad, Abu dan Rohani, Akhmad. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka cipta. Ahmuddiputra, Enuh dan Suyatna Atmaja, Basar. 1986. Pendidikan Orang

Dewasa. Jakarta: Karunika.

Akahdiah, Sabarti. 1991/1992. Studi kearah Peningkatan Kemampuan 3 M/3 R (The Reading ability of Primary School Children in Jakarta. Dalam Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Perguruan Tinggi. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti.

Akhadiah, Sabarti, Arsjad, Maidar g, Ridwin. Sakura H, Zulfahnur Z.F., dan Mukti U.S. 1992/1993. Bahasa Indonesia 3. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Ardiyani, Dewi Rahmah (2013). Mengeinai Keterampilan Membaca Aksara Jawa Melalui Model Quantum Learning Dengan Media Kartu Kata Siswa Kelas III-A SDN Petompon 02 Semarang. Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang.

Arief, Zaenudin. 2003. Suatu Petenjuk untuk Pelatih dalam Pendekatan

Andragogi, “Konsep, Pengalaman dan Aplikasi”. PBPK Jayagiri: Unit

Sumberdaya dan Inovasi.

Arsyad, A.2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Depdikbud.(1992), Pelaksanaan Pengajaran Membaca dan Menulis Permulaan. Jakarta: Depdikbud.

Depdikbud. 1994/1995. Kurikulum Pendidikan Dasar. Garis-Garis Besar Program Pengajaran. Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi; BPPPGSD.


(4)

Depdikbud. 2007. Panduan Pengembangan Pendidikan Keaksaraan Bagi Masyarakat Penutur Bahasa Ibu. Lembang: BP-PLSP Regional II Jayagiri.

Hadfield.1986. Pembelajaran Role Playing. [Online]. Tersedia di: http//pembelajaranclub.[Diakses: 16 juli 2014]

Hamalik, Oemar. 2002. Pendidikan Guru. Jakarta: Bumi Aksara.

Harras, H.(2012) Buta Aksara Versus Budaya Membaca. [Online]. Tersedia di: http://file.upi.edu/browse.php?dir=Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._ DAN_SASTRA_INDONESIA/196401221989031KHOLID_ABDULLA H_HARRAS/B han2_Kuliah/Makalah/Buta Aksara Versus Budaya Membaca.pdf. [Diakses 22 juni 2014].

Heinich, R. 2002. Instructional media and technologi learning, 7th edition. New Jersey: Prentice hall. [Online]. Tersedia di: http://books.google.com. [Diakses:16 juli 2014]

Herlina. 2006. Studi Tentang Proses Pembelajaran Program Keaksaraan Fungsional Di Kelurahan Margasari Kecamatan Margacinta Kota Bandung. Bandung: Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia.

Istihani.(2008).Gebrakan Baru Perguruan Tinggi Berantas Buta Aksara. Yogyakarta: Aksara.

Juliantara, Ketut.2009. Media Pembelajaran: Arti, Posisi, Fungsi, Klasifikasi, dan

Karakteristiknya. [Online]. Tersedia di:

http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/18/media-pembelajaran-arti-posisi-fungsi-klasifikasi-dan-karakteristiknya/ tanggal 29 september 2010 pukul 19.12 Wib. [Diakses 17 februari 2014].


(5)

A.Rizwan, 2014

Perlatihan membaca permulaan Dengan menggunakan kartu aksara Melalui strategi permainan bahasa Pada penyandang tunaaksara tingkat dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Jakarta: Direktorat Pendidikab Masyarakat.

Marzuki, Saleh.2001. Pendidikan Nonformal. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Muhsin, Mokhamat.2006. “Pembelajaran Keaksaraan Fungsional dan

Kecakapan Hidup Wrga Belajar”. Jurnal Ilmiah Visi PTK-PNF, 1,1, hal

37-41.

Mulyadi (2009). Mengeinai Peningkatan Membaca Melalui Pembelajaran Koopratif Pada Siswa Kelas 1 SD Negeri Permulaan Senden Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Mulyati, Y.2012. Modul membaca dan menulis permulaan. [Online]. Tersedia di:

http://file.upi.edu/browse.php?dir=Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._ DAN_SASTRA_INDONESIA/YetiMulyati/Bahan2_Kuliah/Makalah/ Modul_MPP.pdf. [Diakses 22 juni 2014].

Nugraha, Dani. (2014) IPM Jabar terus Meningkat. [Online]. Tersedia di: http://inilahkoran.com/Heryawan%20%20IPM%20Jabar%20Terus%20Me ningkat%20%20www.inilahkoran.com%20%20Dari%20Bandung%20Unt uk%20Indonesia.htm. [Diakses 21 juni 2014].

Rahadi, Aristanto. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional.

Ritawati Wahyudin, (1996). Bahan Ajar Pendidikan Bahasa Indonesia di Kelas-kelas Rendah SD. Padang. IKIP

Sadiman, Rahardjo, Haryono Anung dan Raharjito . 2003. Media Pendidikan: Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.


(6)

Sahari.1994. Bahasa dan Sastra Indonesia. Balai Pustaka: Jakarta.

Schramm, W. 1977. Big Media Little Media. California: Sage Publication Beverly Hill

Sihombing, Umberto.2001. Masalah, Tantangan dan Peluang. Jakarta: CV Wirakarsa.

Soepamo. 1998. Metode Permainan Pembelajaran Bahasa Indonesia.[Online]. Tersedia di: http://agil-asshofie.blogspot.com/2011/12/metode-permainan-pembelajaran-bahasa.html. [Diakses 17 februari 2014].

Sudjana, N. & Riva’i ,I. 2007. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algresindo.

Sukmadinata, Nana Syaodih (2007). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.

Supriyadi. 1993. Berbagai Pendekatan Dalam Mengajar Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Suyatna B. Atmaja. 1997. Metode Penelitian Sosial. PLS FIP IKIP Bandung. UNESCO. 2013. 40th universery literacy day. [Online]. Tersedia di:

http://en.unesco.org/themes/literacy-all#. [diakses 17 februari 2014] Wibawa, B & Mukti, Farida. 1992. Media Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.


Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PERMAINAN KARTU BERGAMBAR PADA ANAK Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Permainan Kartu Bergambar Pada Anak Kelompok B TK Pertiwi I Karangjati Kecamatan Blora Kabupaten Blora Tahun

0 2 16

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PERMAINAN MENJEPIT KARTU KATA PADA ANAK Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Permainan Menjepit Kartu Kata Pada Anak Kelompok B TK Aisyiyah X Boyolali Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 2 16

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PERMAINAN MENJEPTI' KARTU KATA PADA ANAK Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Permainan Menjepit Kartu Kata Pada Anak Kelompok B TK Aisyiyah X Boyolali Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 10 11

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR PADA KELOMPOK B Pengembangan kemampuan membaca permulaan melalui permainan kartu gambar pada kelompok b tk pertiwi 03 jaten sawahan karanganyar tahun ajaran 2013/2014.

0 1 11

PENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PERMAINAN KARTU KATA BERGAMBAR PADA Peningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Permainan Kartu Kata Bergambar Pada Anak Kelompok B RA Ath-Thohiriyyah Jaten Tahun Ajaran 2011.

0 1 13

PENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PERMAINAN KARTU KATA BERGAMBAR PADA Peningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Permainan Kartu Kata Bergambar Pada Anak Kelompok B RA Ath-Thohiriyyah Jaten Tahun Ajaran 2011.

0 0 18

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA DAN MENULIS AKSARA JAWA MELALUI PERMAINAN KARTU HURUF.

0 0 5

PERLATIHAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU AKSARA MELALUI STRATEGI PERMAINAN BAHASA PADA PENYANDANG TUNAAKSARA TINGKAT DASAR - repository UPI S IND 1000965 Title

0 0 3

PEMEROLEHAN BAHASA MELALUI MEMBACA PERMULAAN PADA TINGKAT SEMANTIC MEMORY ANAK SEKOLAH DASAR

0 0 12

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU DI SEKOLAH DASAR

0 0 12