PENGARUH SIKAP, NORMA SUBJEKTIF DAN KONTROL KEPERILAKUAN YANG DIPERSEPSIKAN TERHADAP NIAT BERPERILAKU PATUH PAJAK.

(1)

BERPERILAKU PATUH PAJAK

(Studi Kasus pada Pelaku Usaha DistroAnggota KICK di Kota Bandung) SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Ekonomi Pada Program Studi Manajemen Universitas Pendidikan Indonesia

Anggita Lestari 1005853

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

(STUDI KASUS PADA PELAKU USAHA DISTRO ANGGOTA KICK DI KOTA BANDUNG)

Oleh : Anggita Lestari

Skripsi yang Diajukan Untuk Memenuhi Salah SatuSyarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

©Anggita Lestari 2014 UniversitasPendidikan Indonesia

Juni 2014

HakCiptadilindungiundang – undang.


(3)

KEPERILAKUAN YANG DIPERSEPSIKAN TERHADAP NIAT BERPERILAKU PATUH PAJAK

(STUDI KASUS PADA PELAKU USAHA DISTRO ANGGOTA KICK DI KOTA BANDUNG)

ANGGITA LESTARI 1005853

Skripsi ini telah disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing

Mayasari, SE. MM NIP. 19710705 200212 2 001

Mengetahui:

Ketua Program StudiManajemen

Dr. Vanessa Gaffar, SE., AK, MBA NIP. 19740307 200212 2 001

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


(4)

Anggita Lestari, 2014

ABSTRAK

Anggita Lestari (1005853). Pengaruh Sikap, Norma Subjektif dan Kontrol

Keperilakuan yang dipersepsikan Terhadap Niat Berperilaku Patuh Pajak (Survei Pada Pelaku Usaha Distro Anggota KICK di Kota Bandung).

Dibawah bimbingan Mayasari, SE., MM

Pajak merupakan salah satu elemen vital dalam pembangunan suatu Negara dengan menjadi sumber pendapatan tertinggi dalam APBN. Oleh karena itu, pemerintah melalui Direktorat Jenderal pajak membuat target-target penerimaan pajak guna mengupayakan pengoptimalan penerimaan pajak. Namun pada kenyataannya angka realisasi penerimaan pajak di Indonesia masih belum dapat memenuhi target yang telah ditentukan sehingga menimbulkan Tax Gap yang cukup besar. Hal ini disebabkan oleh minimnya kepatuhan pajak dari wajib pajak, khususnya wajib pajak badan yang sebenarnya memiliki potensi wajib pajak yang tinggi salah satunya pada sektor Fashion atau Distro terutama di Kota Bandung yang memiliki komunitas distro terbesar yaitu KICK.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sikap, norma subjektif dan control keperilakuan yang dipersepsikan dalam mempengaruhi niat berperilaku patuh pajak dalam hal ini adalah pada pelaku usaha distro anggota KICK di Kota Bandung. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan verifikatif dengan desain kausal. Adapun sampel dalam penelitian yaitu 32 distro yang tergabung dalam Kreative Independent Clothing Kommunity (KICK) di Kota Bandung serta terdaftar pada Disperindag Jabar tahun 2013. Jumlah responden tersebut diambil dengan teknik pengambilan sampel jenuh. Kemudian dilakukan pengujian korelasi dan regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) sikap terhadap kepatuhan pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat berperilaku patuh pajak (2) norma subjektif berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat berperilaku patuh pajak (3) control keperilakuan yang dipersepsikan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap niat berperilaku patuh pajak (4) sikap, norma subjektif dan control keperilakuan yang dipersepsikan secara bersama-sama memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap niat berperilaku patuh pajak. Melalui penelitian ini diharapkan Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak senantiasa meningkatkan sosialiasi dan edukasi bagi wajib pajak mengenai hak dan kewajiban pajak agar wajib pajak dapat lebih memahami tata cara dalam memenuhi kewajiban perpajakan.


(5)

Kata Kunci: sikap terhadap kepatuhan pajak, norma subjektif, control keperilakuan yang dipersepsikan, niat berperilaku patuh pajak.


(6)

iii ABSTRACT

Anggita Lestari (1005853). The influence of attitude, subjective norm and perceived behavioral control to tax compliance intention (A case study of

Distro’s owners, members of KICK, in Bandung).Under supervision ofMayasari, SE., MM.

Tax is one of the vital elements in the development of a country which can be the highest income for the Government budget or the Annual Financial Statement of the country (APBN). Because of that, the Government through Directorate General of Taxes has some goals in optimizing tax revenue. In fact, in Indonesia, tax revenue is still not able to meet its target so that it creates a sizeable tax gap. It is because tax compliance of the taxpayers is still low, especially from the potential high taxpayers like fashion industry or Distro in Bandung.

The study aims to analyze the attitude, subjective norm, and behavioral control perceived by Distro’s owners, members of KICK, which influence their attitudes of tax compliance intention. The study uses descriptive and verifiable approach with a causal design. The sample of the study is 32 Distros that are members ofKreative Independent Clothing Kommunity (KICK) in Bandung which are registered in Department of Industry and Commerce of West Java in 2013. The respondents are taken using total population sampling technique. Therefore, the study uses correlation and regression analysis.

The results of the study indicate that: (1) attitude toward tax compliance behavior to tax compliance intention has positive and significant influence (2) subjective norm to tax compliance intention has positive and significant influence (3) perceived behavioral control does not have significant influence to tax compliance intention (4) attitude toward tax compliance behavior, subjective norm and perceived behavioral control simultaneously have positive and significant influence to tax compliance intention. Through this study, it is expected that the Government and Directorate General of Taxes constantly improve the socialization and education for the taxpayers’ rights and liabilities so that the taxpayers have better understanding of the procedures to meet tax obligations. Keywords: Attitude toward tax compliance behavior, subjective norm, perceived


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... vii DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined. BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. 1.1 Latar Belakang Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1.2 Identifikasi Masalah ... Error! Bookmark not defined.

1.3 Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.

1.4 Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1.5 Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS ... Error! Bookmark not defined. 2.1 Kajian Pustaka ... Error! Bookmark not defined.

2.1.1 Teori Perilaku Terencana/Theory Planned of Behavior (TPB)Error! Bookmark not def 2.1.2 Sikap ... Error! Bookmark not defined.

2.1.3 Norma Subyektif... Error! Bookmark not defined. 2.1.4 Kontrol Keprilakuan yang dipersepsikan Error! Bookmark not defined. 2.1.5 Niat Berperilaku ... Error! Bookmark not defined. 2.1.6 Kecenderungan Pribadi untuk BerperilakuError! Bookmark not defined. 2.1.7 Keputusan Pribadi untuk Berperilaku... Error! Bookmark not defined. 2.1.8 Pajak ... Error! Bookmark not defined. 2.1.9 Niat Berperilaku Patuh Pajak ... Error! Bookmark not defined.

2.2 Pengaruh Sikap Terhadap Niat Berperilaku Patuh PajakError! Bookmark not defined.


(8)

2.4 Pengaruh Kontrol Keperilakuan terhadap Niat Berperilaku Patuh PajakError! Bookmark not define 2.5 Penelitian Terdahulu ... Error! Bookmark not defined.

2.6 Kerangka Pemikiran ... Error! Bookmark not defined.

2.7 Paradigma Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

2.8 Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.

BAB III METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. 3.1 Objek Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.2 Metode dan Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.2.1 Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.2.2 Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.3 Operasionalisasi Variabel ... Error! Bookmark not defined.

3.4 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. 3.4.1 Sumber Data ... Error! Bookmark not defined. 3.4.2 Teknik Pengumpulan data ... Error! Bookmark not defined.

3.5 Populasi dan Sampel ... Error! Bookmark not defined. 3.5.1 Populasi ... Error! Bookmark not defined. 3.5.2 Sampel ... Error! Bookmark not defined.

3.6 Rancangan Analisis Data dan Uji Hipotesis ... Error! Bookmark not defined. 3.6.1 Rancangan Analisis data ... Error! Bookmark not defined. 3.6.2 Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... Error! Bookmark not defined. 3.6.3 Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. 3.6.4 Uji Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANError! Bookmark not defined. 4.1 Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

4.1.1 Gambaran Umum Distro di Kota BandungError! Bookmark not defined. 4.1.2 Gambaran Umum Karakteristik RespondenError! Bookmark not defined. 4.1.3 Gambaran Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 4.1.4 Hasil Pengujian Statistik ... Error! Bookmark not defined.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 4.2.1 Pembahasan Sikap Terhadap Kepatuhan Pajak Pada Pelaku Usaha

Distro Anggota KICK di Kota Bandung . Error! Bookmark not defined. 4.2.2 Pembahasan Norma Subjektif Terhadap Kepatuhan Pajak Pada


(9)

4.2.3 Pembahasan Kontrol Keperilakuan yang dipersepsikan Pada

Pelaku Usaha Distro Anggota KICK di Kota BandungError! Bookmark not defined. 4.2.4 Pembahasan Niat Berperilaku Patuh Pajak Pada Pelaku Usaha

Distro Anggota KICK di Kota Bandung . Error! Bookmark not defined. 4.2.5 Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, dan Kontrol Keperilakuan yang

dipersepsikan terhadap Niat Berperilaku Patuh Pajak Pada Pelaku

Usaha Distro Anggota KICK di Kota BandungError! Bookmark not defined. 4.2.6 Pengaruh Sikap Terhadap Niat Berperilaku Patuh Pajak Pada

Pelaku Usaha Distro di Kota Bandung.... Error! Bookmark not defined. 4.2.7 Pengaruh Norma Subjektif Terhadap Niat Berperilaku Patuh Pajak

Pada Pelaku Usaha Distro Anggota KICK di Kota BandungError! Bookmark not defin 4.2.8 Pengaruh Kontrol Keperilakuan yang dipersepsikan Terhadap Niat

Berperilaku Patuh Pajak Pada Pelaku Usaha Distro Anggota

KICK di Kota Bandung ... Error! Bookmark not defined.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined. 5.1 Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.

5.2 Saran ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

1

1.1 Latar Belakang Penelitian

Dalam mewujudkan kelangsungan dan peningkatan pembangunan nasional, masalah pembiayaan Negara menjadi hal yang sangat penting untuk dikaji. Sejauh ini Negara memiliki dua sumber pendapatan yaitu pendapatan dalam negeri dan pendapatan luar negeri. Hal ini tertulis dalam penyusunan Anggaran Pembiayaan dan Belanja Negara (APBN). Berdasarkan anggaran tersebut, pajak merupakan salah satu komponen yang memegang peranan penting dalam pembiayaan belanja Negara dengan menjadi sumber pendapatan Negara tertinggi. Menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar besarnya kemakmuran rakyat.

Berdasarkan laporan 5 tahun terakhir diperoleh data peranan pajak terhadap APBN rata-rata diatas 60% bahkan pada RAPBN Tahun 2013 sektor perpajakan direncanakan mendanai 78% belanja Negara yaitu sebesar Rp. 1.193


(11)

Triliun dengan total belanja Negara sekitar Rp. 1.589 triliun (Media Keuangan, VIII, 65, 2013). Untuk memperjelas data tersebut berikut disajikan tabel mengenai peranan pajak terhadap APBN tahun 2008-2013.

Tabel 1.1

Peranan Pajak Terhadap APBN

Tahun Anggaran

Jumlah (dalam Milyaran rupiah) Persentase (%) Pajak terhadap

APBN

APBN Perpajakan

2008 985.730,7 658.700,8 66,82%

2009 937.382,1 619.922,2 66,13%

2010 1.042.117,2 723.306,6 69,40%

2011 1.320.751,3 878.685,2 66,52%

2012 1.418.497,7 1.019.332,4 71,85%

RAPBN 2013 1.529.023,7 1.193.876,2 78,08%

Sumber:Media Keuangan VIII, 65, 2013 dan Sugiharti, 2013(diolah kembali)

Berdasarkan tabel 1.1 di atas dapat diketahui bahwa persentase pajak terhadap APBN mayoritas mengalami pergerakan yang fluktuatif setiap tahun sejalan dengan meningkatnya jumlah anggaran belanja negara. Hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi jumlah anggaran belanja negara maka sumber pembiayaan yang dibutuhkan akan semakin tinggi pula. Oleh karena itu, pemerintah melalui Direktorat Jenderal pajak mengupayakan pengoptimalan penerimaan pajak guna memenuhi anggaran belanja negara melalui target-target penerimaan pajak. Namun pada kenyataannya angka realisasi penerimaan pajak di Indonesia masih belum optimal, pada tahun 2011 hanya terealisasi sebesar 97,26% yaitu Rp.742,74 Triliun dari target penerimaan Rp. 763,67 Triliun. Realisasi target penerimaan pajak ini pun kembali mengalami penurunan pada


(12)

Tahun 2012 yaitu sebesar 94,38% (Media Keuangan, VIII, 65, 2013). Pemerintah juga memperkirakan realisasi penerimaan pajak pada tahun 2013 hanya akan mencapai 92,4% dari target sebesar Rp. 1.148,4 triliun (www.metrotvnews.com, 19 Desember 2013).

Angka realisasi penerimaan pajak tersebut diperoleh berdasarkan pemasukan pajak yang dilaporkan wajib pajak kepada pemerintah melalui kantor pelayanan pajak setiap daerah berdasarkan system pemungutan self assessment, dimana wajib pajak diberi kepercayaan dan tanggung jawab untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melaporkan sendiri pajak terutang (Widyaningsih, 2011). Sehingga wajib pajak dituntut untuk memiliki kesadaran dan tanggung jawab akan kewajiban pajaknya, kesadaran pajak yang rendah dapat mengakibatkan menurunnya angka realisasi penerimaan pajak. Masalah kesadaran pajak inilah yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia salah satunya di Kota Bandung yang mengalami penurunan pencapaian target penerimaan pajak.

Berdasarkan laporan penerimaan pajak Kota Bandung yang diperoleh dari Kanwil DJP Jawa Barat I diperoleh data penerimaan pajak Kota Bandung pada tahun 2008 dan 2009 telah melampaui target yang ditentukan atau dengan kata lain angka realisasi penerimaan pajak lebih besar dari target penerimaan pajaknya. Namun perolehan tersebut menurun pada periode pajak tiga tahun terakhir yaitu tahun 2010-2012 angka realisasi penerimaan pajak Kota Bandung tidak dapat


(13)

memenuhi target yang telah dicanangkan pemerintah seperti yang ditunjukkan pada tabel 1.2 di bawah ini:

Tabel 1.2

Penerimaan Pajak Kota Bandung

(dalam milyaran rupiah)

Tahun Target Realisasi Tax Gap

2008 2.024,5 2.342,8 318,3

2009 1.841,6 1.995,7 154,1

2010 7.011,4 6.230,5 - 780,9

2011 2.405,2 2.059,1 - 346,1

2012 8.410,6 7.322,5 - 1088,1

Sumber: Kanwil DJP Jawa Barat I (diolah kembali)

Berdasarkan tabel 1.2 di atas dapat diketahui bahwa angka penerimaan pajak Kota Bandung mengalami pergerakan yang fluktuatif dan memiliki selisih antara jumlah target dan realisasi penerimaan pajaknya. Pada tahun 2008 dan 2009 realisasi penerimaan pajak menunjukkan selisih yang positif namun pada periode pajak tiga tahun terakhir angka penerimaan pajak menunjukkan selisih yang negatif, dimana realisasi penerimaan pajak yang diperoleh tidak dapat memenuhi target pemerintah Kota Bandung. Selisih negatif antara target dan realisasi penerimaan pajak ini menimbulkan gap atau jurang pemisah yang dalam ilmu perpajakan disebut dengan Tax Gap. Nilai yang ditunjukkan oleh tax gap ini mencerminkan besarnya sejumlah penerimaan pajak yang hilang karena adanya ketidakpatuhan dari wajib pajak, yang bentuknya berupa penghasilan yang tidak


(14)

dilaporkan (underreported income) maupun pengurang penghasilan yang lebih dilaporkan (overstated deductions) (Sommerfeld, et al: 1994). Maka dapat dikatakan bahwa telah terjadi penurunan kepatuhan pajak oleh wajib pajak di Kota Bandung.

Salah satu bentuk penghasilan yang tidak dilaporkan dapat ditinjau dari tingkat pengembalian SPT tahunan yang masuk ke kantor-kantor pelayanan pajak. Mengingat pengembalian SPT merupakan tahapan terakhir dari sistem pemungutan pajak setelah wajib pajak menghitung serta memperhitungkan tarif pajak terutang kemudian melakukan pembayaran, maka saat wajib pajak tidak melakukan pelaporan SPT tahunan berarti wajib pajak belum melaksanakan kewajibannya dalam menghitung dan membayar pajak terutang (Widyaningsih, 2011). Berikut ini diperoleh data mengenai rasio penyampaian SPT tahunan di Kota Bandung:

Tabel 1.3

Rasio Kepatuhan Penyampaian SPT Tahunan Kota Bandung

Tahun

Jumlah Wajib Pajak Terdaftar

Jumlah SPT Masuk

Selisih Pertumbuhan

SPT Masuk

Rasio Kepatuhan

Total Rasio

Target

Badan Pribadi Badan Pribadi Badan Pribadi Badan Pribadi

2010 36,395 299,170 12,496 150,934 - - 34.92% 51.72% 43.32%

2011 41,495 384,980 12,968 158,169 3,8% 4,8% 32.45% 40.67% 36.56%

2012 22,377 345,467 13,980 184,083 7,8% 16,4% 64.12% 53.25% 59% 95%


(15)

Berdasarkan keterangan tabel di atas, jumlah SPT tahunan yang masuk ke Kantor Pelayanan Pajak di Kota Bandung sangat jauh dibawah jumlah wajib pajak yang terdaftar. Semakin rendah tingkat penyampaian SPT maka mengindikasikan semakin rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Maka dengan kata lain, wajib pajak badan maupun pribadi di Kota Bandung memiliki kecenderungan untuk tidak memenuhi kewajiban perpajakannya. Masyarakat cenderung hanya mendaftarkan dirinya sebagai wajib pajak namun melalaikan kewajibannya sebagai masyarakat yang taat pajak.

Rasio kepatuhan pajak merupakan jumlah perbandingan antara seluruh jumlah SPT yang masuk dengan jumlah wajib pajak terdaftar. Tabel 1.3 di atas menunjukkan rasio kepatuhan wajib pajak badan dan wajib pajak pribadi dalam menyampaikan SPT tahunannya. Dengan menjumlahkan rasio kepatuhan wajib pajak badan dan orang pribadi kemudian dirata-ratakan maka diperoleh rasio kepatuhan wajib pajak Kota Bandung sebesar 59% pada tahun 2012. Artinya, hanya 59% dari seluruh wajib pajak terdaftar di Kota Bandung yang menyampaikan SPT tahunannya pada tahun tersebut. Rasio ini memang mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya namun belum dapat memenuhi target rasio kepatuhan yang ditetapkan pemerintah untuk Kota Bandung yaitu sebesar 95%.

Keterangan pada tabel 1.3 di atas juga menunjukkan wajib pajak badan memiliki rasio kepatuhan yang lebih rendah dibandingkan dengan wajib pajak


(16)

orang pribadi pada tahun 2010 dan 2011. Pada tahun 2012 rasio kepatuhan wajib pajak badan mengalami peningkatan yang signifikan dikarenakan pengaruh menurunnya jumlah wajib pajak badan terdaftar yang mencapai 50% sedangkan wajib pajak pribadi hanya berkurang sebesar 10%. Penurunan jumlah wajib pajak ini diantaranya diakibatkan oleh wajib pajak meninggal dunia, wajib pajak wanita menikah, wajib pajak badan yang telah dibubarkan secara resmi, bentuk usaha tetap (BUT) yang karena sesuatu hal kehilangan statusnya dan wajib pajak pribadi lainnya yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai wajib pajak (Widyaningsih, 2011). Di samping itu jika dibandingkan dengan wajib pajak orang pribadi, persentase pertumbuhan penyampaian SPT wajib pajak badan juga tergolong rendah. Pada periode pajak 2011 dan 2012 persentase pertumbuhannya masing-masing sebesar 3,8% dan 7,8%, angka ini masih berada jauh di bawah persentase pertumbuhan penyampaian SPT wajib pajak orang pribadi yang mencapai 16,4%. Fenomena ini menggambarkan sikap wajib pajak badan yang kurang mendukung peraturan perpajakan dengan masih banyaknya wajib pajak badan yang tidak melaporkan penghasilan usahanya sehingga mengakibatkan pertumbuhan penyampaian SPT yang rendah.

Sikap wajib pajak badan yang kurang mendukung peraturan perpajakan di Kota Bandung ini sangat disayangkan mengingat Kota Bandung merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang memiliki tingkat pertumbuhan industri yang cukup tinggi. Industri yang tengah berkembang pesat di Kota Bandung ini diantaranya adalah industri kreatif terutama sektor fashion yaitu distro atau


(17)

distribution store yang menghasilkan nilai ekonomi tinggi (Fitriyana, 2013).

Disamping itu, distro juga memiliki tren yang membaik dibandingkan dengan potensi lainnya dilihat dari pertumbuhan jumlah distro di Bandung yang dalam empat tahun terakhir ini mencapai 100%. Menurut Ketua Kreative Independent Clothing Kommunity (KICK), Fiki Chikara Satari (2013) terdapat sekitar 160 anggota distro di Kota Bandung. KICK merupakan komunitas distro terbesar di Indonesia yang menaungi keberadaan distro clothing di Indonesia sehingga KICK sangat memegang peranan yang besar terhadap perkembangan distro khususnya di Kota Bandung, anggota KICK seringkali dijadikan acuan dan panutan oleh distro-distro baru yang bermunculan.

Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa Kota Bandung memiliki potensi wajib pajak badan yang tinggi dari sektor distro, namun potensi tersebut tidak diimbangi dengan kesadaran perpajakan yang tinggi pula karena tidak semua distro terdaftar sebagai wajib pajak badan serta masih rendahnya persentase wajib pajak distro yang memenuhi kewajibannya membayar pajak dibandingkan industri menengah lainnya. Hal ini dapat dilihat dari minimnya distro yang memiliki pencatatan dan pembukuan pajak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Hal ini mencerminkan perilaku pajak yang rendah dari para pemilik distro dengan tidak mendaftarkan dan melaporkan penghasilan usahanya dengan benar yang tentu saja akan memberi imbas negatif terhadap penerimaan pajak.


(18)

Ketidakpatuhan wajib pajak tercipta akibat tidak adanya kesadaran atau niat wajib pajak untuk berlaku patuh pada peraturan yang disebabkan oleh tidak adanya keyakinan dari wajib pajak pada undang-undang perpajakan serta adanya rasa ketidakpercayaan pada petugas pajak (Agustiantono, 2012). Allingham dan Sandmo (1972) yang dikutip oleh Manurung (2013) pada situs www.pajak.go.id menyebutkan bahwa kecenderungan masyarakat tidak mau membayar pajak atau membayar pajak lebih kecil dari seharusnya disebabkan oleh masyarakat yang merasa pengawasan pemerintah dan sanksi atau denda yang dikenakan terhadap wajib pajak yang tidak patuh masih sangat kecil. Hal ini tercermin dari masih banyaknya wajib pajak yang terlambat menyampaikan SPT, mengurangi jumlah pajak terutang yang seharusnya dibayarkan dan melakukan tindakan tidak terpuji dengan menyuap pihak fiskus guna meringankan tanggungan pajaknya (Mustikasari, 2007). Perilaku ini tentu akan berdampak negatif dan menyebabkan tidak terpenuhinya target penerimaan pajak Kota Bandung. Maka diperlukan kesadaran dari wajib pajak untuk berperilaku patuh memenuhi kewajiban pajaknya guna meningkatkan penerimaan pajak.

McMahon (2001) dalam Anggraeni (2013) mengartikan kepatuhan sebagai sebuah sikap yang rela untuk melakukan segala sesuatu, yang di dalamnya didasari kesadaran maupun adanya paksaan, yang membuat perilaku seseorang dapat sesuai dengan yang diharapkan. Mc Mahon juga mengartikan kepatuhan sebagai kegiatan individu untuk menjalankan kewajibannya sesuai dengan peraturan yang mengaturnya. Sedangkan Bobek dan Hatfield ( 2003) mengartikan


(19)

niat kepatuhan pajak sebagai kecenderungan atau keputusan Wajib Pajak untuk melakukan perilaku kepatuhan pajak.

Niat berperilaku tidak hanya datang dari dalam diri wajib pajak itu sendiri, terdapat faktor lain yang dijadikan bahan pertimbangan oleh wajib pajak dalam berperilaku patuh pajak seperti pengaruh subjektif orang-orang sekitar mengenai peraturan perpajakan, bisa saja dari pengaruh orang terdekat, pelayanan petugas pajak itu sendiri maupun atas saran konsultan pajak dan pimpinan perusahaan. Pengaruh-pengaruh semacam ini dapat diatasi jika wajib pajak memiliki kontrol personal yang baik dengan mempertimbangkan segala konsekuensi yang mungkin timbul jika wajib pajak tidak memenuhi kewajibannya, misalnya kemungkinan dilakukannya pemeriksaan oleh pihak fiskus maupun adanya orang ketiga yang melaporkan kecurangan pajak yang dilakukan (Mustikasari, 2007). Oleh karenanya perlu dilakukan pengkajian faktor-faktor yang mempengaruhi niat wajib pajak dalam hal ini wajib pajak badan untuk berperilaku patuh.

Penelitian mengenai niat kepatuhan pajak telah dilakukan oleh beberapa peneliti menggunakan kerangka model teori perilaku terencana (Theory Planned

of Behavior) untuk menjelaskan perilaku kepatuhan pajak Wajib Pajak Orang

Pribadi dan Badan (Blanthorne, 2000 dalam Bobek, 2003). Model teori perilaku terencana yang digunakan dalam penelitian memberikan penjelasan yang signifikan, bahwa niat berperilaku tidak patuh wajib pajak sangat dipengaruhi oleh variabel sikap, norma subyektif, dan kontrol keperilakuan yang dipersepsikan.


(20)

Teori perilaku terencana (Theory Planned of Behavior) merupakan pengembangan dari Theory of Reasoned Action (TRA) yang dikemukakan oleh Icek Ajzen. Teori ini menyatakan bahwa suatu perilaku yang ditampilkan seorang individu timbul akibat adanya niat untuk berperilaku. Niat berperilaku yang dikemukakan dalam Teori Perilaku Terencana ini ditentukan oleh tiga faktor kepercayaan yaitu kepercayaan perilaku yang menghasilkan sikap terhadap suatu perilaku, kepercayaan normatif yang menghasilkan norma subjektif serta kepercayaan kontrol yang menghasilkan kontrol keperilakuan. (Ajzen, 2006)

Berdasarkan uraian tersebut, penulis berniat melakukan pengujian kembali mengenai pengaruh dari variabel-variabel pembentuk niat dan perilaku dari wajib pajak badan menganut pada model Teori Perilaku terencana atau TPB (Theory

Planned Behavior), yaitu sikap (attitude), norma subyektif (subjective norm), dan

kontrol keperilakuan yang dipersepsikan yang dipersepsikan (perceived

behavioral control) guna mengetahui faktor-faktor pembentuk niat berperilaku

patuh pajak pada wajib pajak dengan studi kasus pada pelaku usaha distro Anggota KICK di Kota Bandung berdasarkan kriteria yang ditetapkan. Maka

penulis membuat penelitian dengan judul “Pengaruh Sikap, Norma Subjektif dan Kontrol keperilakuan yang dipersepsikan Terhadap Niat Berperilaku Patuh Pajak (Studi Kasus pada Pelaku Usaha Distro Anggota KICK di Kota Bandung)


(21)

1.2 Identifikasi Masalah

Pajak merupakan salah satu elemen vital dalam pembiayaan suatu negara. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir pajak telah berhasil mendanai lebih dari 70% anggaran belanja negara. Sehingga pajak menjadi fokus utama pemerintah dalam mengoptimalkan sumber pembiayaan dalam negeri. Dalam perkembangannya pemerintah menemukan beberapa kendala dalam memenuhi target penerimaan pajak yang selalu defisit, salah satunya adalah masalah kepatuhan pajak yang teridentifikasi masih tergolong rendah untuk setiap daerah di Indonesia.

Kota Bandung yang merupakan salah satu kota besar di Indonesia memiliki tingkat rasio kepatuhan pajak yang jauh di bawah batas minimal yang ditargetkan yaitu sebesar 59% dari target 95%, jumlah ini sangat dipengaruhi oleh kepatuhan wajib pajak pribadi maupun badan dalam melaporkan pajak terutangnya. Sejauh ini wajib pajak badan memiliki rasio kepatuhan yang paling fluktuatif dan persentase tingkat pertumbuhan penyampaian SPT yang rendah dibandingkan dengan wajib pajak orang pribadi. Masalah semacam ini tentunya perlu segera dikaji karena jika dibiarkan lebih lanjut akan menyebabkan penerimaan pajak yang terus menurun dan menimbulkan tax gap yang semakin besar serta akan berdampak pada hal yang lebih kompleks seperti tidak terpenuhinya pembiayaan belanja negara yang dapat mengganggu stabilitas pembangunan nasional.


(22)

Rendahnya kepatuhan wajib pajak disebabkan oleh beberapa faktor, baik itu faktor internal dari dalam diri masyarakat maupun faktor di luar masyarakat itu sendiri seperti kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap peraturan dan undang-undang perpajakan, adanya dorongan dari lingkungan sekitar untuk tidak mematuhi peraturan dan kurangnya kontrol diri dalam mempertimbangkan segala konsekuensi yang mungkin timbul dari perilaku yang dilakukannya. Faktor-faktor ini akan mempengaruhi niat berperilaku masyarakat sebagai wajib pajak dalam menjalankan kewajiban perpajakannya.

Ajzen (2006) menyatakan bahwa niat individu dalam melakukan suatu perilaku tertentu sangat dipengaruhi oleh tiga faktor kepercayaan, yaitu Behavioral Beliefs atau kepercayaan-kepercayaan perilaku yang akan menciptakan sikap (attitude) terhadap niat berperilaku, normative beliefs atau kepercayaan-kepercayaan normatif, yang akan menciptakan norma subyektif (subjective norms) terhadap niat berperilaku, serta control beliefs atau kepercayaan-kepercayaan kontrol yang akan menciptakan kontrol perilaku yang dipersepsikan (perceived behavioral control). Hal ini dibahas lebih lanjut oleh Ajzen dalam teori perilaku terencana (Theory Planned of Behavior) yang akan memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi niat individu dalam melakukan suatu perilaku terencana.

Penelitian ini akan menguji sejauh mana sikap, norma subjektif dan kontrol keperilakuan yang dipersepsikan yang dipersepsikan akan mempengaruhi


(23)

niat berperilaku patuh pada pelaku usaha distro Anggota KICK di Kota Bandung dalam mematuhi peraturan perpajakan.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dan beberapa hasil penelitian sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana gambaran sikap, norma subjektif dan kontrol keperilakuan yang dipersepsikan pada pelaku usaha distro anggota KICK di Kota Bandung?

2. Bagaimana gambaran niat berperilaku patuh pajak pada pelaku usaha distro anggota KICK di Kota Bandung?

3. Bagaimana pengaruh sikap, norma subjektif dan kontrol keperilakuan yang dipersepsikan terhadap niat berperilaku patuh pajak pada pelaku usaha distro anggota KICK di Kota Bandung?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Gambaran sikap, norma subjektif dan kontrol keperilakuan yang dipersepsikan pada pelaku usaha distro anggota KICK di Kota Bandung

2. Gambaran niat berperilaku patuh pajak pada pelaku usaha distro anggota KICK di Kota Bandung


(24)

3. Pengaruh sikap, norma subjektif dan kontrol keperilakuan yang dipersepsikan terhadap niat berperilaku patuh pajak pada pelaku usaha distro anggota KICK di Kota Bandung

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan, antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan sangat berguna terutama dalam meningkatkan khasanah dalam pengembangan ilmu manajemen perilaku keuangan khususnya tentang teori perilaku terencana dan kepatuhan pajak. 2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat memberikan tambahan masukan bagi Pemerintah dan Direktorat Jenderal Pajak tentang upaya-upaya untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak khususnya wajib pajak badan. Disamping itu, penelitian ini juga diharapkan dapat membuka wawasan penulis mengenai perilaku wajib pajak badan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya


(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel independen (variabel bebas) dan satu variabel dependen (variabel terikat) yaitu sikap (X1), norma

subjektif (X2) dan kontrol keperilakuan (X3) sebagai variabel independen serta

niat berperilaku patuh pajak sebagai variabel dependennya (Y), sedangkan subjek penelitiannya adalah pelaku usaha distro yang berada di Kota Bandung. Waktu dilaksanakannya penelitian ini adalah pada tahun 2008-2013.

3.2 Metode dan Desain Penelitian 3.2.1 Metode Penelitian

Secara umum Sugiyono (2007) mengemukakan bahwa metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian diperlukan guna mempermudah arah dari penelitian yang akan dilaksanakan.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan

verifikatif. Penelitian deskriptif menurut Sugiyono (2007 ) adalah “penelitian

yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau


(26)

Berdasarkan definisi tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk memberi gambaran mengenai sikap, norma subjektif dan kontrol keperilakuan serta niat berperilaku patuh pada wajib pajak badan dalam hal ini distro Kota Bandung.

Penelitian verifikatif pada dasarnya ingin menguji kebenaran dari suatu hipotesis yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan (Arikunto, 2010). Pada intinya penelitian verifikatif ini menguji kesesuaian teori yang digunakan dengan objek penelitian yang dilakukan, maka pada penelitian ini bertujuan guna mengetahui pengaruh sikap, norma subjektif dan kontrol keperilakuan terhadap niat berperilaku patuh pada wajib pajak badan di distro Kota Bandung.

3.2.2 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan salah satu langkah penting dalam melakukan suatu penelitian guna menuntun jalannya seluruh proses penelitian. Seperti yang diutarakan Arikunto (2010) bahwa desain penelitian merupakan rencana atau rancangan yang dibuat oleh peneliti sebagai ancar-ancar kegiatan yang akan dilaksanakan. Pemilihan desain penelitian yang tepat turut mempengaruhi tercapainya suatu tujuan penelitian.

Iqbal Hasan (2002) mengklasifikasikan desain penelitian ke dalam tiga jenis yaitu:

1. Desain Eksplanatori, desain ini berusaha mencari ide-ide atau hubungan-hubungan baru sehingga desain ini tidak bertitik tolak pada fakta melainkan pada variabel.


(27)

2. Desain Deskriptif, bertujuan untuk menguraikan sifat atau karakteristik dari suatu fenomena tertentu.

3. Desain Kausal, berguna untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana satu variabel dapat mempengaruhi variabel yang lain.

Dilihat dari tujuannya penelitian ini berusaha menjelaskan gambaran dan hubungan sebab akibat antara sikap, norma subjektif dan kontrol keperilakuan terhadap niat berperilaku patuh pada wajib pajak badan. Oleh karenanya desain penelitian ini merupakan penelitian dengan desain kausal.

3.3 Operasionalisasi Variabel

Variabel menurut Sugiyono (2007) pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel juga dapat merupakan atribut seseorang atau objek yang mempunyai sifat untuk dipelajari. Lebih lanjut Sugiyono menjelaskan, variabel independen atau sering dikatakan sebagai variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen, sedangkan variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel independen.


(28)

Variabel perilaku yang diteliti dalam penelitian ini melibatkan tiga faktor yang diidentifikasi mempengaruhi niat berperilaku patuh (Y) berdasarkan teori perilaku terencana, adapun variabel yang dimaksud menurut Ajzen (1991) yaitu:

1. sikap terhadap kepatuhan pajak (X1),

2. norma subyektif (X2) dan

3. Kontrol keprilakuan yang dipersepsikan (X3)

Operasionalisasi variabel beserta skala pengukuran yang digunakan tersebut lebih jelas akan disajikan dalam bentuk tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Dimensi Indikator Tingkat

Pengukuran Skala Pengukuran Sikap (X1) Persepsi Manfaat 1. Perasaan diuntungkan oleh sistem perpajakan 2. Kemudahan dalam memenuhi kewajiban perpajakan 3. Perasaan tenang

setelah

membayar pajak

1. Tingkat keuntungan dari sistem perpajakan 2. Tingkat kemudahan dalam memenuhi kewajiban perpajakan 3. Tingkat ketenangan setelah membayar pajak Ordinal Persepsi Tingkat Resiko

1. Resiko dikenai sanksi dari tidak

melakukan kepatuhan pajak

1. Tingkat resiko dikenai sanksi dari tidak melakukan kepatuhan pajak


(29)

Norma Subjektif (X2) Pengaruh Interpersonal 1. Kepatuhan pajak teman/relasi 2. Dukungan

keluarga untuk melakukan kepatuhan pajak 1. Tingkat kepatuhan pajak teman/relasi 2. Tingkat dukungan keluarga untuk melakukan kepatuhan pajak Ordinal Pengaruh Informasi

1. Informasi dari konsultan pajak mengenai

manfaat

membayar pajak 2. Informasi dari

pemerintah mengenai manfaat

membayar pajak 3. Informasi dari

konsultan pajak mengenai resiko tidak membayar pajak

4. Informasi dari pemerintah mengenai resiko tidak membayar pajak

1. Tingkat

infromasi dari konsultan pajak mengenai manfaat membayar pajak 2. Tingkat

informasi dari pemerintah mengenai manfaat membayar pajak 3. Tingkat

informasi dari konsultan pajak mengenai resiko tidak membayar pajak 4. Tingkat

informasi dari pemerintah mengenai resiko tidak membayar pajak


(30)

Kontrol Keperilakuan

(X3)

Keyakinan diri 1. Kemudahan pengisian SPT 2. Kepercayaan

diri untuk

melakukan kepatuhan pajak 3. Kemampuan

finansial untuk membayar pajak 1. Tingkat kemudahan pengisian SPT 2. Tingkat kepercayaan diri untuk melakukan kepatuhan pajak 3. Tingkat

kemampuan finansial untuk membayar pajak Ordinal Kemampuan mengendalikan 1. Kemampuan untuk mengambil keputusan kepatuhan pajak 1. Tingkat kemampuan untuk mengambil keputusan kepatuhan pajak Ordinal Niat berperilaku patuh pajak (Y) Kecenderungan pribadi untuk berperilaku 1. Kecenderungan pribadi untuk mematuhi peraturan perpajakan 2. Kecenderungan untuk membayar pajak sesuai dengan yang seharusnya

1. Tingkat

kecenderungan pribadi untuk mematuhi peraturan perpajakan 2. Tingkat kecenderungan untuk membayar pajak sesuai dengan yang seharusnya


(31)

Keputusan pribadi untuk

berperilaku

1. Keputusan pribadi untuk mematuhi

peraturan perpajakan 2. Keputusan

pribadi untuk membayar pajak sesuai dengan yang seharusnya

1. Tingkat keputusan pribadi untuk mematuhi peraturan perpajakan 2. Tingkat

keputusan pribadi untuk membayar pajak sesuai dengan yang seharusnya

Ordinal

3.4 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data 3.4.1 Sumber Data

Sumber data merupakan segala sesuatu yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Sumber data menurut Sugiyono (2007) terdiri dari sumber data primer dan sekunder. Sumber primer adalah sumber yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, atau dengan kata lain data primer merupakan data yang dikumpulkan langsung oleh penulis melalui objek penelitian. Disamping data primer, penulis juga memerlukan data sekunder guna menunjang, melengkapi dan menyempurnakan data primer. Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data atau data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain.

Berikut ini adalah data yang diperoleh penulis melalui berdasarkan sumber data primer dan sekunder:


(32)

Tabel 3.2

Sumber Data

No Data Jenis Data Sumber

1. Peranan pajak terhadap

APBN 2008-2012 Sekunder

Sugiharti, 2013 (diolah kembali)

2. Realisasi penerimaan pajak

nasional 2011-2012 Sekunder

Media keuangan VIII, 65, 2013

3.

Penerimaan pajak Kota Bandung (realisasi-target)

2008-2012

Sekunder Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Provinsi Jawa Barat I

4.

Rasio kepatuhan penyampaian SPT tahunan Kota Bandung

2010-2012

Sekunder Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Provinsi Jawa Barat I

5. Daftar distro di Kota Bandung Sekunder

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa

Barat

6.

Sikap, norma subjektif dan kontrol keperilakuan yang

dipersepsikan serta niat berperilaku patuh pajak pada

pelaku usaha distro anggota KICK di kota Bandung

Primer Kuesioner Penelitian

7. Kondisi wajib pajak badan di

Kota Bandung Primer

Wawancara Humas Kanwil Direktorat Jenderal Pajak

Provinsi Jawa Barat I

8. Gambaran distro di kota

Bandung Primer

Wawancara bidang Ilmatek Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat dan pelaku usaha distro

3.4.2 Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu sistematika prosedur yang dilakukan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian. Adapun prosedur pengumpulan data yang dilakukan penulis meliputi:

1. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2007). Adapun model kuesioner yang digunakan


(33)

adalah bersifat close-ended question karena tidak ada bagian yang terdiri dari identitas responden. Pengukuran kuesioner menggunakan skala likert 5 poin untuk mengukur sikap, norma subjektif, kontrol keperilakuan dan niat berperilaku patuh yang diberi nilai atau skor. Kemudian kuesioner ini dibagikan secara langsung oleh penulis kepada responden yang dalam hal ini adalah pemilik distro tersebut.

2. Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas dimana peneliti

tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap (Sugiyono, 2007). Wawancara dilakukan guna mendapatkan data mengenai fenomena yang diteliti secara lebih detail dan mendalam. Responden wawancara ini merupakan petugas Direktorat Jenderal Pajak Kanwil Bandung I dan petugas bidang Ilmatek Dinas Perindustrian, Perdagangan Provinsi Jawa Barat serta para pelaku distro.

3. Dokumentasi, adalah teknik pengumpulan data dengan cara melakukan

penelaahan dokumen, catatan, dan laporan yang berhubungan dengan objek penelitian. Maka penulis melakukan studi dokumentasi dengan melihat dan menelaah laporan penerimaan pajak serta laporan rasio kepatuhan penyampaian SPT tahunan Kota Bandung pada tahun 2008-2012.

4. Studi Kepustakaan, dilakukan dengan mempelajari berbagai literature,

jurnal, buku, karya ilmiah atau penelitian terdahulu serta web browsing pada situs-situs yang relevan dengan penelitian yang dilakukan penulis mengenai teori perilaku terencana dan perpajakan.


(34)

3.5 Populasi dan Sampel 3.5.1 Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007). Berdasarkan kualitas dan ciri-ciri tersebut, populasi dapat dipahami sebagai sekelompok unit analisis atau objek pengamatan yang minimal memiliki satu persamaan karakteristik sedangkan kerangka populasi (sampling frame) adalah daftar seluruh unit sampling dalam sebuah populasi yang akan dijadikan sampel (Sugiyono, 2007). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah pelaku usaha distro anggota KICK di Kota Bandung yaitu sebanyak 160 distro, namun mengingat penelitian ini meninjau kepatuhan pajak badan maka populasi sasaran dalam penelitian ini adalah pelaku usaha distro anggota KICK di Kota Bandung yang telah terdaftar di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat yaitu sebanyak 32 distro berdasarkan kerangka sampling sebagai berikut:

Tabel 3.3

Kerangka Sampling

NO NAMA

PERUSAHAAN ALAMAT

1 Skaters Jl. Dalam Kaum Plaza Parahyangan

2 Flashy Shop Jl. Dipatiukur No 1 Bandung

3 Dobujack Jl. Plered No 19 Bandung

4 BlackJack Jl. trunojoyo No 28 Bandung


(35)

6 Arena Experience Jl. Ir. H. Juanda No 207 Bandung

7 Screamous Jl. Rasamala No 2 Bandung

8 Auch Jl. Garuda Bandung

9 Dloops Jl. Riau 110 PAV Bandung

10 Invictus Jl. Sultan Agung No 9 Bandung

11 Mahanagari Jl. Cihampelas (Ciwalk)

12 Gee Eight Jl. Progo NO 3 Bandung

13 Thisconnect Jl. Buah Batu 205 Bandung

14 Evil Jl. Sultan Agung No 5 Bandung

15 Oink Jl. Trunojoyo No. 23 Bandung

16 Airplane System Jl. Aceh No 44 Bandung

17 Badger Inv. Jl. Mutiara IV No. 16 Bandung

18 Black ID Jl. Belitung No 3 Bandung

19 Ouval Research Jl. Buahbatu No. 64 Bandung

20 EAT 347 Jl. Trunojoyo No 4 Bandung

21 Firebolt Cihampelas Walk Bandung

22 Inksomnia Jl. Trunojoyo No 23 Bandung

23 No Label Stuff Jl. Trunojoyo No 8 Bandung

24 Wadezig! Jl. Sultan Agung No. 7 Bandung

25 Jail Body Inside Jl. Batununggal Indah Raya I No 10

26 Barbel Jl. Ir. H. Juanda No 362 Bandung

27 Blankwear Jl. A.H Nasution No 1 Bandung

28 Celtic Jl. Setiabudi N0. 56 Bandung

29 RAWKS Jl. Banda No 23 Bandung

30 Rollink Jl. Soka No 17 Bandung

31 Kuyagaya Jl. Gandapura Bandung

32 Blaze Distro Jl. Aceh No 40 Bandung

Sumber: Disperindag Jabar dan KICK, 2013 (diolah kembali)

3.5.2 Sampel

Seperti yang dikemukakan Sugiyono (2007) Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dengan kata lain sampel merupakan bagian dari populasi yang memiliki karakteristik yang relatif sama dan dianggap bisa mewakili populasi. Mengingat jumlah populasi sasaran yang terbatas maka penulis melakukan penarikan sampel jenuh dalam penelitian,


(36)

dimana teknik sampel jenuh atau sensus ini menggunakan seluruh unit populasi sasaran yang terdapat dalam kerangka sampling sebagai sampel penelitian.

Berdasarkan pertimbangan tersebut diperoleh anggota sampel sebanyak 32 distro anggota KICK di Kota Bandung yang terdaftar pada Disperindag Jabar tahun 2013 berdasarkan kerangka sampling yang telah ditentukan sebelumnya untuk melakukan penelitian mengenai niat berperilaku patuh pajak.

Setelah diperoleh sampel seperti yang ditunjukkan pada tabel 3.3, kemudian penulis menentukan responden yang akan dijadikan sasaran dalam penelitian ini yaitu para pemilik distro tersebut. Adapun yang akan diteliti adalah kepatuhan pajak dari para pelaku usaha distro ditinjau dari kepatuhan memenuhi kewajiban membayar pajak badan tahunan.

3.6 Rancangan Analisis Data dan Uji Hipotesis 3.6.1 Rancangan Analisis data

Pada dasarnya dalam setiap penelitian diperlukan suatu rancangan atau prosedur mengenai langkah-langkah yang akan dilakukan setelah semua data terkumpul. Mengingat penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk menguji teori dan hubungan antar variabel melalui penyebaran kuesioner maka rancangan pengolahan dan penafsiran data kuesioner mutlak diperlukan agar diperoleh hasil apakah terdapat pengaruh dari variabel X yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol keperilakuan terhadap variabel Y atau niat berperilaku patuh.pajak. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:


(37)

1. Editing, yaitu pemeriksaan kuesioner yang telah terkumpul kembali

setelah dibagikan kepada responden. Dalam praktiknya mungkin terdapat kesalahan dalam pengisian kuesioner oleh responden maka langkah ini meliputi mengecek kelengkapan pengisian instrument secara menyeluruh. 2. Skoring, yaitu pemberian skor atau kode untuk setiap opsi dari item

instrumen berdasarkan ketentuan yang ada. Skala pengukuran yang digunakan dalam setiap pertanyaan adalah skala likert lima poin dimana untuk jawaban positif diberi bobot 5-4-3-2-1 dan sebaliknya untuk jawaban negative diberi bobot 1-2-3-4-5.

Tabel 3.4

Kriteria Bobot Nilai Alternatif

Pilihan Jawaban Bobot Pertanyaan

Sangat setuju 5

Setuju 4

Netral 3

Tidak setuju 2

Sangat tidak setuju 1

3. Tabulating, yaitu merekap data hasil skoring ke dalam bentuk tabel

rekapitulasi secara lengkap untuk seluruh item kuesioner. Berikut tabel rekapitulasi yang dimaksud:

Tabel 3.5

Tabel Rekapitulasi Data

Resp. Skor Item Total

1 2 3 … N

1 2


(38)

N Total

4. Tahap uji coba instrument, penulis menggunakan dua tahap pengujian yaitu uji validitas dan reliabilitas guna mengetahui kelayakan kuesioner yang disebarkan kepada responden.

5. Analisis deskriptif, digunakan untuk menggambarkan skor variabel X dan Y serta kedudukannya guna menjawab tujuan penelitian yang bersifat deskriptif. Analisis ini dilakukan melalui tinjauan kontinum dan perbandingan rata-rata data sampel.

6. Analisis verifikatif, digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yang bersifat asosiatif serta menguji hipotesis melalui teknik analisis regresi berganda.

3.6.2 Pengujian Validitas dan Reliabilitas

Guna mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel diperlukan kualitas data instrumen yang valid dan reliabel pula. Hasil penelitian yang dikatakan valid apabila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Kemudian dikatakan reliabel apabila terdapat kesamaan data pada waktu yang berbeda. (Sugiyono, 2007)


(39)

Sugiyono juga menjelaskan bahwa instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen yang reliabel adalah instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Maka dalam suatu penelitian diperlukan suatu uji validitas dan reliabilitas dari instrument yang digunakan guna mendapatkan hasil penelitian yang diharapkan.

3.6.2.1 Pengujian Validitas

Uji validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau keabsahan suatu alat ukur (Arikunto, 1995; 63-69 dalam Sunjoyo, dkk, 2013: 38).Validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar (konstruk) pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel (Nugroho, 2005:67 dalam Sunjoyo, dkk, 2013:39). Tingkat validitas yang tinggi dalam suatu instrumen penelitian akan menghasilkan penjelasan masalah penelitian yang sesuai dengan keadaan sebenarnya.

Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan korelasi product

moment dengan tingkat signifikansi 5% dan derajat kebebasan df = n -2 , secara

matematis berikut formula dari korelasi product moment:

 

  } ) ( }{ ) ( { ) )( ( ) ( 2 2 2 2 Y Y N X X Y X XY N rxy


(40)

dimana:

rxy = Korelasi Product Moment

N = Jumlah populasi

∑x = Jumlah skor butir (X)

∑y = Jumlah skor variabel (Y)

∑x2

= Jumlah skor butir kuadrat (X)

∑y2

= Jumlah skor variabel kuadrat (Y)

∑xy = Jumlah perkalian butir (X) dan skor variabel (Y)

Pada penelitian ini, perhitungan nilai rxy akan diperoleh dengan bantuan

program komputer SPSS kemudian hasilnya dikonsultasikan dengan tabel nilai r menggunakan taraf kesalahan 5%. Instrument dinyatakan valid apabila:

Nilai > r tabel, maka item pertanyaan valid

Nilai < r tabel, maka item pertanyaan tidak valid

Adapun hasil pengujian validitas yang diperoleh tercantum pada tabel berikut ini:

Tabel 3.6

Hasil Pengujian Validitas X1 (Sikap)

No

Item

Keterangan

1 0,678 0,349 Valid

2 0,857 0,349 Valid

3 0,700 0,349 Valid

4 0,831 0,349 Valid


(41)

6 0,936 0,349 Valid

7 0,743 0,349 Valid

8 0,775 0,349 Valid

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 17 For Windows, 2014

Tabel 3.7

Hasil Pengujian Validitas X2 (Norma Subjektif)

No

Item Keterangan

1 0,711 0,349 Valid

2 0,766 0,349 Valid

3 0,421 0,349 Valid

4 0,378 0,349 Valid

5 0,805 0,349 Valid

6 0,828 0,349 Valid

7 0,761 0,349 Valid

8 0,786 0,349 Valid

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 17 For Windows, 2014 Tabel 3.8

Hasil Pengujian Validitas X3 (Kontrol Keperilakuan yang dipersepsikan)

No

Item

Keterangan

1 0,930 0,349 Valid

2 0,971 0,349 Valid

3 0,930 0,349 Valid

4 0,950 0,349 Valid

5 0,937 0,349 Valid

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 17 For Windows, 2014 Tabel 3.9

Hasil Pengujian Validitas Y (Niat Berperilaku Patuh)

No

Item

Keterangan

1 0,912 0,349 Valid

2 0,904 0,349 Valid

3 0,940 0,349 Valid

4 0,936 0,349 Valid


(42)

Pengujian validitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan terhadap 32 responden dengan tingkat signifikansi 5% dan derajat kebebasan df = n-2, yaitu 32 - 2 = 30. Sehingga diperoleh nilai sebesar 0,349. Maka setiap item pertanyaan dalam instrument ini dapat dikatakan valid, karena pada setiap

item menunjukkan nilai yang lebih besar daripad a ( > ). Hal ini

berarti pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dapat dijadikan alat ukur apa yang hendak diukur.

3.6.2.2 Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Sunjoyo, dkk, 2013).Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur konsistensi data dari instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur konsep. Untuk melihat tingkat reliabilitas instrument dalam penelitian ini dilakukan dengan uji statistik Cronbach Alpha (α) pada program SPSS.

Secara matematis, Arikunto (2010) menyatakan formula cronbach alpha sebagai berikut:

(Arikunto, 2010) Dimana:

= Reliabilitas instrument


(43)

= Jumlah varians butir

= Varians total Rumus variansnya adalah:

=

(Arikunto, 2010) Dimana:

= Harga varians total

= Jumlah kuadrat skor total

= Jumlah kuadrat dari jumlah skor total = Jumlah responden

Adapun keputusan dalam uji reliabilitas ini adalah sebagai berikut: Jika maka instrument dinyatakan reliabel

Jika maka instrument dinyatakan tidak reliabel

Secara teknis pengujian reliabilitas tersebut dilakukan dengan menggunakan program Komputer SPSS 17 for windows, maka diperoleh hasil seperi yang tercantuk dibawah ini:

Tabel 3.10

Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Keterangan

Sikap 0,764 0,349 Reliabel


(44)

Kontrol

Keperilakuan yang dipersepsikan

0,982 0,349 Reliabel

Niat Berperilaku

Patuh 0,979 0,349 Reliabel

Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS 17 For Windows, 2014

Berdasarkan tabel 3.10 diperoleh hasil uji reliabilitas variabel X1, X2. X3,

dan Y menunjukkan bahwa keempat variabel tersebut dinyatakan reliabel karena nilai .

3.6.3 Teknik Analisis Data 3.6.3.1 Analisis Deskriptif

Analisis dekskriptif digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi (Sugiyono, 2007). Suliyanto dalam Sunjoyo, dkk (2013) menjelaskan bahwa statistik deskriptif merupakan ilmu statistik yang mempelajari bagaimana cara menyusun dan menyajikan data dari data yang telah dikumpulkan dalam penelitian serta mempelajari bagaimana cara melakukan pengukuran nilai-nilai statistik.

Analisis deskriptif dalam penelitian ini menggunakan tinjauan kontinum untuk menggambarkan skor serta kedudukan variabel X dan variabel Y. adapun langkah-langkah dalam analisis ini adalah sebagai berikut:


(45)

Dimana:

ST = Skor Tertinggi JB = Jumlah Bulir JR = Jumlah Responden

2. Membandingkan jumlah skor hasil angket dengan jumlah skor kriterium. Jumlah skor hasil angket dapat diperoleh dengan formula:

Dimana:

Xi = Jumlah skor hasil kuesioner variabel X/Y

X1 - Xn = Jumlah skor kuesioner masing-masing responden

3. Membuat daerah kontinum guna melihat gambaran tentang variabel secara keseluruhan yang diharapkan responden. Daerah kontinum dibagi ke dalam tiga tingkatan sebagai berikut:

Tinggi = ST x JB x JR Sedang = SS x JB x JR Rendah = SR x JB x JR Dimana:

ST = Skor Tertinggi SS = Skor Sedang SR = Skor Rendah JB = Jumlah Bulir


(46)

JR = Jumlah Responden

4. Menentukan selisih skor kontinum dari setiap tingkatan, maka digunakan formula:

5. Menentukan daerah kontinum tinggi, sedang dan rendah dengan menambah selisih (R) secara bertahap dari kontinum tinggi sampai dengan kontinum rendah.

6. Menentukan garis kontinum dan daerah letak skor untuk setiap variabel, seperti gambar berikut:

Rendah Sedang Tinggi

3.6.3.2 Analisis Verifikatif

a. Method of Successive Internal (MSI)

Pengolahan data dengan menggunakan statistik parametrik mengharuskan data yang diukur dalam skala interval, mengingat data variabel sebelumnya berupa data ordinal maka terlebih dahulu dilakukan transformasi data ordinal ke data interval dengan menggunakan Method of Succesive Internal (MSI).

Adapun langkah-langkah dalam dalam metode ini adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1


(47)

1. Memperhatikan tiap butir pertanyaan

2. Menentukan berapa orang yang menjawab skor 1,2,3,4, dan 5 untuk setiap butir tersebut

3. Membagi setiap frekuensi dengan banyaknya responden , hasilnya disebut dengan proporsi (P).

4. Menentukan proporsi kumulatif (PK) dengan cara menjumlahlan proporsi yang ada dengan proporsi sebelumnya.

5. Menentukan nilai Z untuk setiap kategori proporsi kumulatif yang diperoleh dengan menggunakan tabel distribusi normal

6. Menentukan nilai densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh dengan menggunakan tabel ordinat distribusi normal.

7. Menghitung nilai skala atau Scala Value (SV) dengan menggunakan rumus:

8. Menghitung skor hasil transformasi untuk setiap pilihan jawaban dengan rumus:

dimana

Untuk memperjelas langkah-langkah dimaksud diatas, berikut disajikan dalam bentuk tabel:


(48)

Tabel 3.11

Pengubahan Data Ordinal Ke Interval

Kriteria 1 2 3 4 5

Frekuensi Proporsi

Proporsi Kumulatif Nilai

Skala Value

b. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linier berganda agar data yang dihasilkan dapat bermanfaat. Terdapat lima jenis uji asumsi klasik namun tidak semua uji asumsi klasik harus dilakukan pada analisis regresi linier. Dalam penelitian ini hanya akan digunakan tiga jenis uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas data, uji multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas.

1. Uji Normalitas Data

Model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang terdistribusi normal maka digunakan uji normalitas untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji histogram, uji normal P Plot, uji Chi Square, skewnes dan Kurtosis atau uji Kolmogorov Smirnov.


(49)

Untuk mendeteksi normalitas data kali ini penulis mencoba menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dilihat dari nilai residual. Ghozali (2008) dalam Sunjoyo (2013) menyebutkan dikatakan normal jika nilai residual yang dihasilkan di atas nilai signifikansi yang ditetapkan.

2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas adalah untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linear berganda. Jika ada korelasi yang tinggi di antara variabel-variabel bebasnya, maka hubungan antara variabel-variabel bebas terhadap variabel-variabel terikatnya menjadi terganggu.

Uji multikolinearitas dapat diketahui jika nilai koefisien korelasi antar masing-masing variabel independen kurang dari 0,70, maka model dapat dinyatakan bebas dari multikolinearitas, jika nilai korelasi lebih dari 0,70, berarti terjadi korelasi yang sangat kuat antar variabel independen sehingga terjadi multikolinearitas. Pada penelitian ini penulis melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF) menggunakan program komputer SPSS 17 For Windows, jika nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 dan nilai VIF tidak lebih dari 10, maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinearitas.


(50)

Uji heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah di mana terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut homoskedastisitas. Konsekuensi dari adanya gejala heteroskedastis adalah penaksiran yang diperoleh tidak efisien, baik dalam sampel besar maupun kecil walaupun penaksiran yang diperoleh menggambarkan populasinya atau tidak bias.

Deteksi heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan metode scatter plot dengan memplotkan nilai ZPRED (nilai prediksi) dengan SRESID (nilai residualnya) menggunakan program computer SPSS 17 For

Windows. Model yang baik didapatkan jika tidak terdapat pola tertentu

pada grafik, seperti mengumpul di tengah, menyempit kemudian melebar atau sebaliknya melebar kemudian menyempit (Sunjoyo, dkk, 2013).

c. Analisis Korelasi

Analisis korelasi menurut Lind (2008) yang dikutip Sunjoyo, dkk (2013) adalah sekumpulan teknik untuk mengukur hubungan (kekuatan hubungan) antara dua variabel atau lebih. Uji korelasi dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan dan kapasitas antara sikap, norma subjektif dan kontrol keperilakuan terhadap niat berperilaku, maka digunakan analisis korelasi product moment serta korelasi berganda untuk mengetahui seberapa kuat


(51)

hubungan antara sikap, norma subjektif, dan kontrol keperilakuan yang dipersepsikan terhadap niat berperilaku secara bersamaan.

Sugiyono (2007) menggunakan prosedur matematik untuk mengukur tingkat hubungan antar variabel tersebut dalam bentuk angka atau indeks koefisien korelasi yang bergerak antara -1 sampai +1. Sebuah nilai yang mendekati +1 menunjukkan sebuah arah atau hubungan positif antar variabel, sebaliknya jika nilai mendekati -1 menunjukkan hubunga kebalikan atau negatif antar varibel. Apabila dijabarkan lebih lanjut, maka didapat tabel interpretasi koefisien korelasi seperti berikut:

Tabel 3.12

Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,80 - 1,00 Sangat Kuat

0,60 – 0,79 Kuat

0,40 – 0,59 Cukup Kuat

0,20 – 0,39 Rendah

0,00 – 0,19 Sangat Rendah

Sumber: Sunjoyo, dkk (2013

Adapun rumus matematis untuk menghitung koefisien korelasi menurut Sugiyono (2007) adalah:


(52)

 

  } ) ( }{ ) ( { ) )( ( ) ( 2 2 2 2 Y Y N X X Y X XY N

rxy (Sugiyono, 2007)

Dimana:

rxy = koefisien korelasi

X = variabel bebas

Y = variabel terikat

N = jumlah populasi

d. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya sumbangan sebuah variabel bebas (X) atau lebih terhadap naik turunnya variabel terikat (Y). Maka untuk mengetahui besarnya persentase pengaruh sikap, norma subjektif dan kontrol keperilakuan terhadap niat berperilaku patuh dilakukan analisis dengan formula:

(Iqbal Hasan, 2002)

Dimana:

Kd = nilai koefisien determinasi


(53)

nilai koefisien determinasi ini memiliki asumsi 0 ≤ r2 ≥ 1, nilai r2

yang rendah menunjukkan kemampuan variabel-variabel independent dalam menjelaskan variasi variabel dependent yang terbatas. Semakin besar atau mendekati 1 maka mengindikasikan variabel independent semakin mampu menjelaskan variabel dependentnya.

e. Uji Regresi Linier Berganda

Lind (2008) dalam Sunjoyo, dkk (2013) mengatakan analisis regresi adalah teknik yang digunakan untuk mengembangkan persamaan regresi dan memberikan perkiraan. Pada umumnya uji regresi bertujuan untuk menguji hubungan-hubungan ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (bebas). Penelitian ini menggunakan jenis uji regresi berganda karena memiliki lebih dari satu variabel independen (sikap, norma subjektif, kontrol keperilakuan yang dipersepsikan) yang mempengaruhi variabel dependennya (niat berperilaku patuh). Persamaan regresi berganda dengan 3 variabel adalah:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3

(Sugiyono, 2007) Dimana:

Y = variabel dependent (niat berperilaku patuh) X1 = variabel independent (sikap)


(54)

X3 = variabel independent (kontrol keperilakuan yang dipersepsikan)

a = harga Y apabila X=0 (harga konstan) b1b2 = koefisien regresi

Uji regresi ini dapat dilakukan jika telah memenuhi asumsi-asumsi yang berlaku dalam regresi berganda, menurut Lind (2008, dalam Sunjoyo, dkk, 2013) asumsi tersebut antara lain:

1. Terdapat hubungan yang linier (terdapat hubungan garis lurus antara variabel terikat dan sekelompok variabel bebas)

2. Variabel-variabel independennya tidak boleh berkorelasi. Pada umumnya jumlah variabel independen berkisar antara dua sampai empat variabel. Walaupun secara teoritis bisa digunakan banyak variabel bebas, namun penggunaan lebih dari tujuh variabel bebas dianggap tidak efektif.

3. Memenuhi asumsi klasik.

Pengujian regresi ini menggunakan program SPSS yang dimaksudkan guna menguji apakah model yang dibuat mempunyai kesesuaian yang baik atau memiliki hubungan kausalitas yang dihipotesiskan.

3.6.4 Uji Hipotesis

Uji hipotesis bertujuan guna mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara variabel independent (X) dan variabel dependent (Y). Pengujian dilakukan pada hipotesis nol (Ho), yaitu pernyataan tidak adanya perbedaan parameter dengan statistik data sampel. Lawan dari hipotesis nol adalah hipotesis


(55)

alternatif (Ha), yaitu menyatakan adanya perbedaan antara parameter dan statistik data sampel. Maka hipotesis yang akan diuji dalam pengambilan keputusan penerimaan atau penolakan hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ho : Tidak terdapat pengaruh antara sikap, norma subjektif dan kontrol keperilakuan yang dipersepsikan terhadap niat berperilaku patuh

Ha : Terdapat pengaruh antara sikap, norma subjektif dan kontrol keperilakuan yang dipersepsikan terhadap niat berperilaku patuh

3.6.4.1 Uji Simultan (Uji F-Statistik)

Uji F-statistik adalah pengujian pengaruh variabel independent secara bersama-sama terhadap variabel dependent. Hasil pengujian dapat dilihat dari nilai signifikansi F hitung, bila nilainya lebih tinggi dari tingkat keyakinan maka seluruh variabel independent tidak memiliki pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel dependentnya. Sebaliknya jika nilai signifikansi lebih rendah dari dari tingkat keyakinan maka seluruh variabel independent secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependentnya.

Pengujian simultan dalam penelitian ini menggunakan bantuan program komputer SPSS guna menguji besarnya pengaruh dari sikap, norma subjektif dan kontrol keperilakuan secara bersama-sama atau simultan terhadap niat berperilaku


(56)

patuh. Tingkat signifikansi yang digunakan untuk menentukan nilai F tabel adalah sebesar 5 %.

Adapun asumsi pengambilan keputusan yang digunakan adalah:

a. Terima Ho, jika koefisien . Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari sikap, norma subjektif dan kontrol keperilakuan secara simultan terhadap niat berperilaku patuh.

b. Tolak Ho, jika koefisien . Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan dari sikap, norma subjektif dan kontrol keperilakuan secara simultan terhadap niat berperilaku patuh.

3.6.4.2 Uji Parsial (Uji T-Statistik)

Uji T-statistik digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent secara parsial atau terpisah. Adapun formula dalam pengujian parsial ini adalah:

(Sugiyono, 2007)

Dimana: r = koefisien korelasi

n = banyaknya sampel

Secara teknis alat pengujian parsial dalam penelitian ini menggunakan program SPSS dalam melakukan uji koefisien regresi secara parsial dari sikap,


(57)

norma subjektif dan kontrol keperilakuan (X) terhadap niat berperilaku patuh (Y). Tingkat signifikansi ditentukan sebesar 5% dengan rumus derajat kebebasan:

dimana: n = banyaknya sampel

k = jumlah variabel

Selanjutnnya nilai dibandingkan dengan , maka asumsi pengambilan keputusan yang digunakan adalah:

a. Terima Ho, jika koefisien . Berarti tidak terdapat pengaruh signifikan dari perilaku terencana terhadap niat berperilaku patuh.

b. Tolak Ho, jika koefisien . Berarti terdapat pengaruh signifikan dari perilaku terencana terhadap niat berperilaku patuh.


(58)

167 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada Pelaku Usaha Distro anggota Kreative Independent Clothing Kommunity (KICK) di Kota Bandung untuk mengetahui pengaruh sikap, norma subjektif dan kontrol keperilakuan yang dipersepsikan terhadap niat berperilaku patuh pajak, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1.1 Gambaran Sikap terhadap kepatuhan pajak pada Pelaku Usaha Distro Anggota KICK di Kota Bandung dikatakan cukup positif. Sikap terhadap kepatuhan pajak ini diukur dari persepsi manfaat dan persepsi tingkat resiko, adapun yang telah memiliki kinerja paling baik yaitu kemungkinan dikenai sanksi/denda jika tidak melakukan pembayaran pajak. Oleh karena itu para pelaku usaha distro di Kota bandung memiliki pandangan yang positif akan sanksi perpajakan yang mungkin timbul dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Sedangkan kinerja prosedur pelaporan pajak dinilai masih kurang optimal dan berbelit-belit sehingga dianggap kurang efektif dan efisien.

1.2 Gambaran Norma subjektif terhdap kepatuhan pajak pada pelaku usaha distro anggota KICK di Kota Bandung yang diukur melalui pengaruh


(59)

interpersonal dan pengaruh informasi dinilai cukup kuat. Adapun tingkat kepatuhan keluarga dan saran keluarga memiliki pengaruh yang paling kuat maka masukan yang diberikan oleh keluarga benar-benar dijadikan pertimbangan serta dilaksanakan oleh para pelaku usaha distro di Kota Bandung dalam pemenuhan kewajiban perpajakan. Di sisi lain, pengaruh informasi dari pemerintah mengenai manfaat membayar pajak serta resiko kelalaian dalam membayar pajak belum cukup efektif dalam membentuk norma subjektif pada pelaku usaha distro di Kota Bandung. 1.3 Gambaran Kontrol keperilakuan yang dipersepsikan pada pelaku usaha

distro anggota KICK di Kota Bandung dikatakan sudah cukup tinggi. Kontrol keperilakuan ini mengacu pada tingkat keyakinan diri dan kontrabilitas dengan kemampuan mengambil keputusan kepatuhan pajak yang sangat baik. Hal ini berarti tingkat penggunaan wewenang untuk mengambil keputusan aktivitas perpajakan pada pelaku usaha distro di Kota Bandung sudah cukup optimal. Adapun aspek yang dinilai masih kurang baik kinerjanya yaitu keyakinan diri dalam tingkat kemudahan mengisi SPT yang dilihat berdasarkan kepemilikan staf ahli di bidang perpajakan yang masih minim.

2. Niat berperilaku patuh pajak pada pelaku usaha distro anggota KICK di Kota Bandung dilihat dari tingkat kecenderungan pribadi untuk berperilaku dan keputusan pribadi untuk berperilaku adalah baik. Adapun para pelaku usaha distro di Kota Bandung memiliki kecenderungan yang


(60)

lebih tinggi dibandingkan keputusannya dalam mematuhi peraturan pajak yang dikenakan pada perusahaannya.

1.1 Secara parsial atau individual, sikap memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhdap niat berperilaku patuh pajak sehingga sikap terhadap kepatuhan pajak pada pelaku usaha distro anggota KICK di Kota Bandung yang semakin positif akan turut meningkatkan pula niat berperilaku patuh pajak. Norma subjektif memiliki pengaruh yang positif dan paling signifikan terhadap niat berperilaku patuh pajak, dimana semakin kuat pengaruh orang terdekat serta informasi yang diterima dari pihak luar akan menciptakan niat berperilaku patuh pajak yang semakin tinggi pada pelaku usaha distro di Kota Bandung. Namun niat berperilaku patuh pajak tidak terlalu dipengaruhi oleh kontrol keperilakuan yang dipersepsikan karena secara individual kontrol keperilakuan yang dipersepsikan memiliki pengaruh yang tidak signifikan. Maka untuk meningkatkan niat berperilaku patuh pajak diperlukan sikap yang positif serta norma subjektif yang kuat terhadap kepatuhan pajak.

1.2 Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sikap, norma subjektif dan kontrol keperilakuan yang dipersepsikan secara bersama-sama memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap niat berperilaku patuh pajak pada pelaku usaha distro di Kota Bandung. Selain itu, terdapat hubungan yang sangat kuat antara sikap, norma subjektif dan kontrol keperilakuan yang dipersepsikan dengan niat berperilaku patuh pajak. Hal


(61)

ini menunjukkan bahwa niat berperilaku patuh pajak ditingkatkan melalui kombinasi sikap, norma subjektif dan kontrol keperilakuan yang dipersepsikan.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang telah dikemukakan mengenai pengaruh sikap, norma subjektif dan kontrol keperilakuan yang dipersepsikan terhadap niat berperilaku patuh pajak pada Pelaku Usaha Distro anggota KICK di Kota Bandung, peneliti mengajukan beberapa saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pemecahan masalah dan dapat dijadikan masukan bagi pihak terkait dalam meningkatkan kepatuhan pajak.

1. Prosedur pelaporan pajak masih perlu ditingkatkan karena masih dianggap berbelit-belit oleh sebagian responden. Oleh karena itu, peneliti menyarankan sebaiknya Pemerintah maupun Direktorat Jenderal Pajak melakukan sosialiasi dan edukasi bagi wajib pajak mengenai prosedur pelaporan pajak agar wajib pajak dapat lebih memahami tatacara dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Sehingga masyarakat yang telah benar-benar memahami sistem perpajakan akan memiliki pandangan yang positif terhadap kepatuhan pajak yang diketahui dapat meningkatkan niat berperilaku patuh pajak serta lebih luas dapat menciptakan kepatuhan pajak dan memenuhi target penerimaan pajak.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada Pelaku Usaha Distro anggota Kreative Independent Clothing Kommunity (KICK) di Kota Bandung untuk mengetahui pengaruh sikap, norma subjektif dan kontrol keperilakuan yang dipersepsikan terhadap niat berperilaku patuh pajak, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1.1 Gambaran Sikap terhadap kepatuhan pajak pada Pelaku Usaha Distro Anggota KICK di Kota Bandung dikatakan cukup positif. Sikap terhadap kepatuhan pajak ini diukur dari persepsi manfaat dan persepsi tingkat resiko, adapun yang telah memiliki kinerja paling baik yaitu kemungkinan dikenai sanksi/denda jika tidak melakukan pembayaran pajak. Oleh karena itu para pelaku usaha distro di Kota bandung memiliki pandangan yang positif akan sanksi perpajakan yang mungkin timbul dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Sedangkan kinerja prosedur pelaporan pajak dinilai masih kurang optimal dan berbelit-belit sehingga dianggap kurang efektif dan efisien.


(2)

interpersonal dan pengaruh informasi dinilai cukup kuat. Adapun tingkat kepatuhan keluarga dan saran keluarga memiliki pengaruh yang paling kuat maka masukan yang diberikan oleh keluarga benar-benar dijadikan pertimbangan serta dilaksanakan oleh para pelaku usaha distro di Kota Bandung dalam pemenuhan kewajiban perpajakan. Di sisi lain, pengaruh informasi dari pemerintah mengenai manfaat membayar pajak serta resiko kelalaian dalam membayar pajak belum cukup efektif dalam membentuk norma subjektif pada pelaku usaha distro di Kota Bandung. 1.3 Gambaran Kontrol keperilakuan yang dipersepsikan pada pelaku usaha

distro anggota KICK di Kota Bandung dikatakan sudah cukup tinggi. Kontrol keperilakuan ini mengacu pada tingkat keyakinan diri dan kontrabilitas dengan kemampuan mengambil keputusan kepatuhan pajak yang sangat baik. Hal ini berarti tingkat penggunaan wewenang untuk mengambil keputusan aktivitas perpajakan pada pelaku usaha distro di Kota Bandung sudah cukup optimal. Adapun aspek yang dinilai masih kurang baik kinerjanya yaitu keyakinan diri dalam tingkat kemudahan mengisi SPT yang dilihat berdasarkan kepemilikan staf ahli di bidang perpajakan yang masih minim.

2. Niat berperilaku patuh pajak pada pelaku usaha distro anggota KICK di Kota Bandung dilihat dari tingkat kecenderungan pribadi untuk berperilaku dan keputusan pribadi untuk berperilaku adalah baik. Adapun para pelaku usaha distro di Kota Bandung memiliki kecenderungan yang


(3)

lebih tinggi dibandingkan keputusannya dalam mematuhi peraturan pajak yang dikenakan pada perusahaannya.

1.1 Secara parsial atau individual, sikap memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhdap niat berperilaku patuh pajak sehingga sikap terhadap kepatuhan pajak pada pelaku usaha distro anggota KICK di Kota Bandung yang semakin positif akan turut meningkatkan pula niat berperilaku patuh pajak. Norma subjektif memiliki pengaruh yang positif dan paling signifikan terhadap niat berperilaku patuh pajak, dimana semakin kuat pengaruh orang terdekat serta informasi yang diterima dari pihak luar akan menciptakan niat berperilaku patuh pajak yang semakin tinggi pada pelaku usaha distro di Kota Bandung. Namun niat berperilaku patuh pajak tidak terlalu dipengaruhi oleh kontrol keperilakuan yang dipersepsikan karena secara individual kontrol keperilakuan yang dipersepsikan memiliki pengaruh yang tidak signifikan. Maka untuk meningkatkan niat berperilaku patuh pajak diperlukan sikap yang positif serta norma subjektif yang kuat terhadap kepatuhan pajak.

1.2 Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sikap, norma subjektif dan kontrol keperilakuan yang dipersepsikan secara bersama-sama memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap niat berperilaku patuh pajak pada pelaku usaha distro di Kota Bandung. Selain itu, terdapat hubungan yang sangat kuat antara sikap, norma subjektif dan kontrol keperilakuan yang dipersepsikan dengan niat berperilaku patuh pajak. Hal


(4)

ini menunjukkan bahwa niat berperilaku patuh pajak ditingkatkan melalui kombinasi sikap, norma subjektif dan kontrol keperilakuan yang dipersepsikan.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang telah dikemukakan mengenai pengaruh sikap, norma subjektif dan kontrol keperilakuan yang dipersepsikan terhadap niat berperilaku patuh pajak pada Pelaku Usaha Distro anggota KICK di Kota Bandung, peneliti mengajukan beberapa saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pemecahan masalah dan dapat dijadikan masukan bagi pihak terkait dalam meningkatkan kepatuhan pajak.

1. Prosedur pelaporan pajak masih perlu ditingkatkan karena masih dianggap berbelit-belit oleh sebagian responden. Oleh karena itu, peneliti menyarankan sebaiknya Pemerintah maupun Direktorat Jenderal Pajak melakukan sosialiasi dan edukasi bagi wajib pajak mengenai prosedur pelaporan pajak agar wajib pajak dapat lebih memahami tatacara dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Sehingga masyarakat yang telah benar-benar memahami sistem perpajakan akan memiliki pandangan yang positif terhadap kepatuhan pajak yang diketahui dapat meningkatkan niat berperilaku patuh pajak serta lebih luas dapat menciptakan kepatuhan pajak dan memenuhi target penerimaan pajak.


(5)

2. Informasi dari pemerintah mengenai manfaat membayar pajak dan resiko kelalaian dalam membayar pajak masih perlu ditingkatkan. Oleh karena itu peneliti mengajukan saran agar pemerintah dapat lebih meningkatkan penyebaran informasi kepada masyarakat melalui berbagai media agar informasi mengenai manfaat pajak dan risiko kelalaian jika tidak membayar pajak dapat lebih merata dan sampai kepada masyarakat. Informasi yang diperoleh akan menjadi dasar pengambilan keputusan oleh masyarakat mengenai segala konsekuensi dan alternatif tindakan kepatuhan pajak.

3. Berdasarkan pengukuran kontrol keperilakuan yang dipersepsikan, masih terdapat aspek yang perlu ditingkatkan yaitu keyakinan diri dalam kemudahan mengisi SPT. Maka setiap distro hendaknya memiliki staf ahli dalam bidang perpajakan atau mengikuti pelatihan khusus di bidang perpajakan untuk menambah wawasan dan kemampuan mengenai pengelolaan pajak perusahaan. Dengan memiliki wawasan dan kemampuan, pelaku distro akan lebih termotivasi untuk mematuhi peraturan perpajakan sehingga niat untuk berperilaku patuh pajak akan terbentuk sendirinya.

4. Berdasarkan tanggapan responden mengenai niat berperilaku patuh pajak yang masih dinilai rendah pada tingkat keputusan pribadi untuk membayar pajak sesuai dengan yang seharusnya, maka peneliti menyarankan hendaknya para pelaku distro dapat lebih bijaksana dalam mengambil


(6)

keputusan serta mempelajari dengan seksama segala alternatif pilihan yang ada sebelum mengambil keputusan. Keputusan yang baik dapat membuahkan niat yang baik pula dalam berperilaku sehingga memberikan implikasi berupa tindakan yang mendukung perilaku kepatuhan pajak. 5. Peneliti juga mengajukan saran agar dapat dilakukan penelitian

selanjutnya dengan populasi yang lebih luas serta variabel independen yang berbeda, agar didapatkan hasil yang akurat mengenai pengaruh variabel lain terhadap niat berperilaku patuh pajak seperti moral, fasilitas perusahaan, iklim organisasi dan lain sebagainya karena berdasarkan temuan peneliti diketahui bahwa 19,5% niat berperilaku dapat dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini.