Pengaruh Pemberian Suplemen Vitamin B Kompleks terhadap Waktu Reaksi Sederhana pada Laki-Laki Dewasa.

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMEN VITAMIN B KOMPLEKS TERHADAP WAKTU REAKSI SEDERHANA PADA LAKI- LAKI

DEWASA

Ruben Aprianto, 2015. Pembimbing I : Decky Gunawan, dr., M.Kes., AIFO Pembimbing II : Sijani Prahastuti, dr., M.Kes.

Waktu reaksi adalah interval waktu yang dihitung mulai awal pemberian rangsang hingga muncul suatu respon disadari dan terkendali sebagai jawaban dari rangsangan yang diberikan. Waktu reaksi sangat diperlukan dalam aktivitas sehari hari, misalnya mengemudi, dan dipengaruhi salah satunya oleh vitamin neurotropik. Vitamin neurotropik yang sering digunakan adalah vitamin B1, B2, B6, B12 berkhasiat meningkatkan metabolisme energi, neurotransmiter, dan membantu pembentukkan struktur sel saraf.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek pemberian suplemen vitamin B kompleks terhadap waktu reaksi sederhana pada laki- laki dewasa.

Penelitian ini bersifat eksperimental semu dengan rancangan pre test dan post test. Subjek penelitian terdiri dari dua puluh laki- laki berusia 17 – 24 tahun, diberikan suplementasi vitamin B dengan dosis; vitamin B1 9mg, vitamin B2 3mg, vitamin B6 3mg, dan vitamin B12 3mcg, dan minum setelahnya. Data yang diukur dari penelitian adalah waktu reaksi sederhana dengan rangsangan cahaya dan suara frekuensi tinggi dan rendah, menggunakan kronoskop sebelum dan 30 menit sesudah perlakuan. Data selanjutnya diuji menggunakan uji t berpasangan dengan α = 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan adanya percepatan waktu reaksi sederhana setelah pemberian suplemen vitamin B kompleks terhadap rangsang cahaya merah dari 0,17993 detik menjadi 0,08561 detik, warna biru dari 0,21144 detik menjadi 0,09231 detik, warna kuning dari 0,21247 detik menjadi 0,08123 detik, warna hijau dari 0,18244 detik menjadi 0,07886 detik, suara berfrekuensi tinggi dari 0,19871 detik menjadi 0,06389 detik, frekuensi rendah dari 0,25151 detik menjadi 0,06771 detik (p = 0,000).

Simpulan dari penelitian ini adalah suplemen vitamin B kompleks mempercepat waktu reaksi sederhana laki- laki dewasa.


(2)

ABSTRACT

THE EFFECT OF VITAMIN B COMPLEX SUPPLEMENTATION TOWARDS SIMPLE REACTION TIME IN ADULT MALES

Ruben Aprianto, 2015. Supervisor I : Decky Gunawan, dr., M.Kes., AIFO Supervisor II : Sijani Prahastuti, dr., M.Kes.

Reaction time is the time interval calculated from the initial stimuli to a conscious and controlled response. The reaction time is needed in daily activities, such as driving, and can be influenced by nutrition, such as neurotrophic vitamin. Neurotrophic vitamin, which widely used, are vitamins B1, B2, B6, B12 that improve energy metabolism, the supply of neurotransmitters, and contributes in the formation of nerve cell structure.

The objective of this experiment was to determine the effects of Vitamin B complex supplement towards simple reaction time in adult men.

This study was pre-test and post-test quasi experimental design. Subjects consisted of twenty male aged 17-24 years, given neurotrophic supplement, consist of vitamin B1 9mg, vitamin B2 3mg, vitamin B6 3mg, and vitamin B12 3mcg, and drink afterwards. The measured data from the study are simple reaction time to light stimuli and sounds in high and low frequencies, using Chronoscope before and 30 minutes after treatment. Collected data were analyzed using a paired t-test with α = 0.05.

The results showed that vitamin B complex shortened the simple reaction time for red light stimuli from 0.17993 second to 0.08561 second, the blue color from 0.21144 second to 0.09231 second, the yellow color from 0.21247 second to 0.08123 second, the green color from 0.18244 second to 0.07886 second, high-frequency sound from 0.06389 second to 0.19871 second, lower high-frequency from 0.25151 second to 0.06771 second (p = 0.000).

The conclusion was Vitamin B complex supplement shortened the simple reaction time in men.


(3)

DAFTAR ISI

JUDUL ……….………..…… i

LEMBAR PERSETUJUAN ……….……..……. ii

SURAT PERNYATAAN ……….….…….. iii

ABSTRAK ………...… iv

ABSTRACT ………... v

KATA PENGANTAR ………. vi

DAFTAR ISI ………. viii

DAFTAR TABEL ……….. xi

DAFTAR GAMBAR ………. xii

DAFTAR LAMPIRAN ………..xiii

BAB I PENDAHULUAN ……….……… 1

1.1 Latar Belakang ………. 1

1.2 Identifikasi Masalah ………. 2

1.3 Maksud dan Tujuan ……….. 2

1.4 Manfaat Penelitian ………... 3

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ……….. 3

1.5.1 Kerangka Pemikiran ……….. 3

1.5.2 Hipotesis ……… 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………. 5

2.1 Waktu Reaksi ………... 5

2.1.1 Definisi Waktu Reaksi ………... 5

2.1.2 Klasifikasi Waktu Reaksi ……….. 6

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Waktu Reaksi ………... 7


(4)

2.2.1 Proses Perubahan Stimulus Cahaya menjadi Impuls dalam Susunan

Saraf Pusat ………... 12

2.2.2 Proses Perubahan Stimulus Suara menjadi Impuls dalam Susunan Saraf Pusat ………..………. 14

2.2.3 Proses Perubahan Impuls dalam Susunan Saraf Pusat menjadi Respon Motorik ………..………. 15

2.3 Formatio Reticularis ……….. 17

2.4 Metabolisme Energi Otak ……….. 17

2.4.1 Transportasi Zat ……….. 17

2.4.2 Mikronutrien terhadap Fungsi Kognitif ……….. 18

2.5 Suplemen Vitamin B Kompleks ………. 20

2.5.1 Farmakokinetik ……… 20

2.5.1.1 Absorbsi dan Transportasi ……….. 20

2.5.1.2 Metabolisme ………... 23

2.5.1.3 Ekskresi ……….. 25

2.5.2 Farmakodinamik ……….. 26

2.5.3 Kebutuhan Asupan Vitamin B ………. 27

2.6 Efek Pemberian Vitamin B Kompleks terhadap Waktu Reaksi ………. 28

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN ……….. 29

3.1 Bahan/ Subjek Penelitian ………... 29

3.1.1 Bahan Penelitian ……….. 29

3.1.2 Subjek Penelitian ………. 29

3.1.3 Ukuran Sampel ……… 30

3.2 Metode Penelitian ………... 30

3.2.1 Desain Penelitian ..………... 30

3.2.2 Data yang Diukur ………. 31

3.2.3 Analisis Data ……….... 31

3.2.4 Hipotesis Statistik ……… 31

3.2.5 Kriteria Uji ………...……… 31


(5)

3.3.1 Variabel Perlakuan dan Variabel Respon ……… 32

3.3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian ……….32

3.4 Persiapan dan Prosedur Penelitian ………. 32

3.4.1 Persiapan Penelitian ………. 32

3.4.2 Prosedur Penelitian ……….. 33

3.5 Tempat dan Waktu Penelitian ……… 33

3.6 Aspek Etik Penelitian ………. 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………..… 35

4.1 Hasil Penelitian ………. 35

4.2 Pembahasan ………... 37

4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian ……….. 38

4.3.1 Hipotesis Penelitian ……….……. 38

4.3.2 Hipotesis Statistik ……….……… 38

4.4 Uji Hipotesis ……….. 38

4.4.1 Hal- Hal yang Mendukung ………...………. 38

4.4.2 Hal- Hal yang Tidak Mendukung ………. 39

4.4.3 Simpulan Uji Statistik ………... 39

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ……….. 40

5.1 Simpulan ……… 40

5.2 Saran ……….. 40

DAFTAR PUSTAKA ………. 41

LAMPIRAN ……… 44


(6)

DAFTAR TABEL


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Mata ……….. 12

Gambar 2.2 Proses Pembiasan oleh Lensa Mata ………. 13

Gambar 2.3 Jaras Penglihatan ……….. 13

Gambar 2.4 Anatomi Telinga ………... 14

Gambar 2.5 Gambaran Telinga Dalam ……….... 15

Gambar 2.6 Jaras Pendengaran ……… 16

Gambar 2.7 Struktur Thiamin ……….. 21

Gambar 2.8 Struktur Riboflavin ………... 22

Gambar 2.9 Struktur Vitamin B6 ……….. 22

Gambar 2.10 Struktur dari cobalamin dengan corrin ring ……….. 23

Gambar 2.11 Absorbsi dan cellular uptakes cobalamin ……….. 25

Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Rerata Waktu Reaksi Sederhana Seluruh Jenis Rangsang Sebelum dan Sesudah Pemberian Suplemen Vitamin B Kompleks ……….. 36


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 INFORMED CONSENT ……… 43

Lampiran 2 LEMBAR KERJA ………. 44

Lampiran 3 DATA HASIL PERCOBAAN ……….. 45

Lampiran 4 DOKUMENTASI ……….. 50


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Waktu reaksi sederhana adalah waktu yang dibutuhkan untuk memberikan reaksi secara sadar sebagai jawaban terhadap suatu rangsang. Waktu reaksi seseorang berkaitan erat dengan kehidupan sehari hari, misalnya saat mengendarai (Ganong, 2005).

Waktu reaksi juga berhubungan dengan angka kejadian kecelakaan yang disebakan oleh faktor manusia. Banyak pengendara yang mengesampingkan asupan nutrisi sebelum berkendara, padahal nutrisi sangat diperlukan dalam aktivitas penjalaran impuls untuk raksi terhadap rangsang di jalan raya.

Angka kejadian kecelakaan kendaraan bermotor akhir- akhir ini meningkat tajam. Bahkan Badan Intelijen Negara (BIN) menyebutkan pada laman resminya kecelakaan menjadi pembunuh terbesar ke tiga dibawah penyakit jantung koroner dan tuberkulosis. Kecelakan kendaraan bermotor ini didominasi oleh kendaraan pribadi dengan penyebab human error baik tunggal maupun melibatkan kendaraan lain.

Data dari WHO pada tahun 2011 dapat disimpulkan, sebanyak 67% dari korban kecelakaan bermotor berusia produktif, yakni 22–50 tahun. Jumlah kematian mencapai 400.000 jiwa untuk kecelakaan yang melibatkan anak berusia dibawah 25 tahun, dengan rerata angka kematian 1.000 anak-anak dan remaja setiap hari. Kecelakaan lalu lintas juga menjadi penyebab kematian yang paling utama pada anak berusia 10–24 tahun. (WHO, 2011)

Selain mengurangi jumlah populasi produktif di Indonesia, data dari BIN menunjukan, bahwa “jumlah kendaraan bermotor yang meningkat setiap tahunnya dan kelalaian manusia, menjadi faktor utama terjadinya peningkatan kecelakaan lalu lintas”. POLRI menyebutkan, sepanjang tahun 2012 terjadi 109.038 kasus kecelakaan dengan kematian mencapai 27.441 orang. Tingginya angka kecelakaan


(10)

di Indonesia ini, menyebabkan kerugian materi, hal ini terlihat dari kerugian ekonomi dengan taksiran Rp203- 217 triliun per tahun. (www.bin.go.id)

Penyebab kecelakaan sangat beragam, dan kelalaian manusia menempati urutan pertama. Salah satu kelalaian manusia ini disebabkan oleh kurangnya kewaspadaan dan lambatnya waktu reaksi sederhana saat mengemudi terlebih pada waktu reaksi sederhana cahaya. Kekurangan nutrisi dalam hal ini vitamin B menjadi penyebab tersering lambatnya waktu reaksi sederhana saat mengemudi, juga mengurangi stamina pengendara.

Beberapa produk minuman berenergi diunggulkan sebagai jalan keluar permasalahan kecelakaan lalu lintas. Tanpa disadari, zat- zat yang digunakan memiliki efek samping yang berdampak pada kesehatan organ- organ pemakai, seperti kerusakan ginjal maupun hati (hepar).

Suplemen vitamin B kompleks sediaan sirup yang beredar di pasaran memiliki kandungan vitamin B1 (Thiamin), B2 (Riboflavin), B6 (Pyridoxine), dan B12 (Cobalamin). Kandungan turunan vitamin B ini memiliki efek terhadap hantaran impuls listrik pada jalur motorik sistem saraf pusat dan juga sistem saraf tepi, sehingga dapat memperbaiki waktu reaksi seseorang yang mengkonsumsi dalam dosis tepat. Belum ada uji klinis mengenai efek vitamin B kompleks terhadap waktu reaksi. Oleh karena itu dibutuhkan pengujian terhadap efek vitamin B kompleks terhadap waktu reaksi. (Tamm et al., 2012; Time & Sternberg, 2004)

1.2 Identifikasi Masalah

Apakah pemberian suplemen vitamin B kompleks dapat mempercepat waktu reaksi sederhana laki- laki dewasa.

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui efek vitamin B kompleks terhadap waktu reaksi sederhana sehingga dapat digunakan sebagai suplemen dalam meningkatkan waktu reaksi saat mengemudi.


(11)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek percepatan waktu reaksi pada laki- laki dewasa setelah pemberian suplemen vitamin B kompleks yang berisi vitamin B1, B2, B6, dan B12.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat akademik: memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai manfaat vitamin B kompleks terhadap waktu reaksi sederhana.

Manfaat praktis: agar masyarakat dapat mengetahui khasiat suplemen vitamin B kompleks dalam menjaga kewaspadaan dan mempercepat waktu reaksi sederhana saat mengemudi.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Waktu reaksi sederhana dapat dipengaruhi oleh status nutrisi, keadaan lingkar refleks, dan status neurologis seseorang. Salah satu penyebab kecelakaan adalah buruknya status nutrisi yang mempengaruhi metabolisme jalur motorik maupun sensorik seseorang yang berperan dalam waktu reaksi. Peningkatan waktu reaksi sederhana yang disebabkan oleh konsumsi minuman berenergi di pasaran dapat menyebabkan efek samping jangka panjang pada organ- organ tertentu. (Rath, 2012)

Lingkar reflex pada waktu reaksi sederhana memerlukan ATP (adenosine triphosphat) dan memerlukan jalur konduksi impuls yang baik. ATP diperlukan untuk membuka kanal ion dan untuk kontraksi aktin-miosin otot efektor. Konduksi saraf sendiri ditentukan oleh adanya isolator sel saraf yang terbuat dari lemak. Metabolisme lemak untuk selubung myelin sendiri memerlukan peranan vitamin B12 sebagai koenzim Methylmalonyl CoA. (Murray, Granner, Mayes, & Rodwell, 2006)


(12)

Peran vitamin B1 dalam bentuk thiamin trifosfat memiliki peranan dalam proses konduksi, dalam proses fosforilasi sehingga mengaktivasi kanal klorida membran sel saraf. Selain itu, bentuk thiamin difosfat juga memiliki peranan dalam dehidrogenasi piruvat, sehingga kekurangan thiamin ini dapat mengurangi konversi piruvat dari asetil-koA. Sehingga mengurangi pembentukan ATP untuk membuka ion channel pada sel neuron. (Shils, Maurice E.,2006)(Murray, Granner, Mayes, & Rodwell, 2006)

Vitamin B2 menyediakan gugus reaktif dari koenzim flavin mononucleotide (FMN) dan flavin adenine dinucleotide (FAD) yang berperan penting dalam sintesis ATP sel. FMN ini dihasilkan dari proses fosforilasi riboflavin, sedangkan FAD disintesis dari ATP, dimana gugus AMP ditransfer ke FMN. (Murray, Granner, Mayes, & Rodwell, 2006)

Vitamin B6 di tubuh terdapat dalam bentuk pyridoxal phosphate yang terdapat dalam otot. Vitamin ini diperlukan dalam proses glukoneogenesis pada otot dalam keadaan hipoglikemia atau ‘kelaparan sel’. Biasanya vitamin ini berikatan pada enzim glycogen phosphorylase, yang berperan pada glukoneogenesis dari asam amino. (Shils, Maurice E.,2006)(Murray, Granner, Mayes, & Rodwell, 2006)

Vitamin B12 memiliki peranan dalam metabolisme lemak dan juga dalam proses sintesis asam amino. Lemak dibutuhkan dalam system saraf sebagai bahan dasar selubung myelin yang berfungsi sebagai isolator dan juga susunannya membentuk nodus Ranvier yang dapat mempercepat hantaran impuls saraf. Asam amino, yang dibentuk dengan bantuan vitamin B12, berperan dalam pembentukan neurotransmiter pada celah sinaptik, sehingga berperan penting dalam penghantaran impuls pesan dalam mekanisme reaksi. (Shils, Maurice E.,2006)(Murray, Granner, Mayes, & Rodwell, 2006)

1.5.2 Hipotesis

Suplemen vitamin B kompleks mempercepat waktu reaksi sederhana pada laki- laki dewasa.


(13)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Suplemen vitamin B kompleks mempercepat waktu reaksi sederhana laki- laki dewasa.

5.2 Saran

 Dapat diteliti lebih jauh dengan pemberian suplemen vitamin B kompleks selama jangka waktu beberapa hari secara rutin.

 Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai efek suplemen vitamin B kompleks terhadap waktu reaksi sederhana dengan sediaan berbeda.

 Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai efek suplemen vitamin B kompleks terhadap waktu reaksi sederhana dengan dosis berbeda.

 Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai efek suplemen vitamin B kompleks terhadap waktu reaksi sederhana dengan subjek penelitian wanita.


(14)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Intelijen Negara Republik Indonesia, 2013. Dibuka: Februari 2015, dari http://www.bin.go.id/awas/detil/197/4/21/03/2013/kecelakaan-lalu-lintas-menjadi-pembunuh-terbesar-ketiga#sthash.4TaL0YNN. dpuf

Black, M. M., 2003. Micronutrient deficiencies and cognitive functioning. J Nutr, 133, 3927S–3931S. http://doi.org/10.1016/j.bbi.2008.05.010

Dash, P., 2013. Chapter 11: Blood Brain Barier and Cerebral Metabolism. (Online Neuroscience The University of Texas) Retrieved February 16, 2015, from http://neuroscience.uth.tmc.edu/s4/chapter11.html

Despopoulos, A., & Silbernagi, S., 2003. Colour Atlas of Physiology (5 ed.). New York: Stuttgart.

Drake, V., 2011. Micronutrient and Cognitive Function. (L. P. Institute, Producer, & Oregon State University) Retrieved October 16, 2014, from http://lpi.oregonstate.edu/ss11/cognitive.html

Endy, P. P., 2010. Respiration in Humans. Retrieved October 16, 2014, from http://simplemore.wordpress.com/2010/12/14/respiration-in-humans/ Froeliger, B., Gilbert, D.G. & McClernon, F.J., 2009. Effects of nicotine on novelty

detection and memory recognition performance: Double-blind, placebo-controlled studies of smokers and nonsmokers. Psychopharmacology, 205(4), pp.625–633.

Ganong, W. F., 2005. Review of Medical Physiology (22 ed.). San Fransisco: McGraw-Hill Companies, Inc.

Guyton, A.C., & Hall, J.E., 2006. Textbook of Medical Physiology (11 ed.). Philadelphia, Pennsylvania: Elsevier Saunders.

Guyton, A.C., & Hall, J.E., 2010. Textbook of Medical Physiology (12 ed.). New York: Elsevier.

Housay, B., 1955. Human Physiology (2 ed.). New York: McGraw-Hill Company Kosinski, R. J., 2009. A Literature Review on Reaction TIme.

Kosinski, R. J., 2012. Retrieved February 20, 2015, from http://biae.clemson.edu/bpc/bp/lab/110/reaction.htm


(15)

Lameshow,Hosmer, Klar, L., 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan, Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21960193.

Lubis, Z., Syarief, H., & Jalal, F., 2003. Pengaruh Pemberian Suplemen Vitamin B12 Terhadap Serum Vitamin B12 Dan Hemoglobin, 172–180.

Luce, R.,1986. Response Times: Their Role in Inferring Elementary Mental Organization3,

Macrae, D.J., 2007. The Council for International Organizations and Medical Sciences (CIOMS) guidelines on ethics of clinical trials. Proceedings of the American Thoracic Society, 4(2), pp.176–178, discussion 178–179.

Magistretti, P. J., & Martin J. L., 2000. Brain Energy Metabolism: An Integrated Cellular Perspective. Neuropsychopharmacology.

Manore, M. M., 2000. Effect of physical activity on thiamine , riboflavin , and vitamin B-6, 72, 598–606.

Purves, D., Augustine, G. J., Fitzpatrick, D.., Katz, L. C., LaMantia, A. -S., McNamara, J. o., et al., 2001. Neuroscience (2 ed.). Sunderland: Sinauer Associates.

Rath, M., 2012. Energy drinks: What is all the hype? The dangers of energy drink consumption. Journal of the American Academy of Nurse Practitioners, 24(2), 70–76. http://doi.org/10.1111/j.1745-7599.2011.00689.x

Robert K. Murray, Daryl K. Granner, Victor W. Rodwell., 2006. Harper's Illustrated Biochemistry. 27th ed. US: McGraw-Hill Companies, Inc. Chapter 44.

Stargove, M. B., & Stargove, L. B., 2008. Herb, Nutrient, and Drug Interactions: Clinical Implication and Therapeutic Strategies. (J. Treasure, & D. L. McKee, Eds.) St. Louis, Missouri: Elsevier Health Sciences.

Ulina, N., 2014. Efek Pemberian Madu (Mell depuratum) Terhadap Waktu Reaksi Sederhana Pada Pria Dewasa. Karya Tulis Ilmiah, 27-34.


(16)

Wardlaw, G., & Smith, A., 2012. Contemporary Nutrition (9, illustrated, revised ed.). Ohio: McGraw- Hill Education.

Welford, A.T., 1980. Choice reaction time. In A.T. Welford (Ed.), Reaction Times. London: Academic Press .

WHO., 2011. World Health Statistics 2011. WHO Library Cataloguing-in-Publication Data (Vol. 1).

Wibowo, D., 2008. Neuroanatomi untuk Mahasiswa Kedokteran. Malang: Bayumedia publishing.

Woodworth, R. S., & Schlosberg, H., 1938. Experimental Physiology Revised. New York: Henry Holt and Company.

Woodworth, R. S., & Schlosberg, H., 1971. Reaction Time in Experimental Physiology Revised Edition. New York: Oxford and IBH Publishing CO.


(1)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek percepatan waktu reaksi pada laki- laki dewasa setelah pemberian suplemen vitamin B kompleks yang berisi vitamin B1, B2, B6, dan B12.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat akademik: memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai manfaat vitamin B kompleks terhadap waktu reaksi sederhana.

Manfaat praktis: agar masyarakat dapat mengetahui khasiat suplemen vitamin B kompleks dalam menjaga kewaspadaan dan mempercepat waktu reaksi sederhana saat mengemudi.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Waktu reaksi sederhana dapat dipengaruhi oleh status nutrisi, keadaan lingkar refleks, dan status neurologis seseorang. Salah satu penyebab kecelakaan adalah buruknya status nutrisi yang mempengaruhi metabolisme jalur motorik maupun sensorik seseorang yang berperan dalam waktu reaksi. Peningkatan waktu reaksi sederhana yang disebabkan oleh konsumsi minuman berenergi di pasaran dapat menyebabkan efek samping jangka panjang pada organ- organ tertentu. (Rath, 2012)

Lingkar reflex pada waktu reaksi sederhana memerlukan ATP (adenosine triphosphat) dan memerlukan jalur konduksi impuls yang baik. ATP diperlukan untuk membuka kanal ion dan untuk kontraksi aktin-miosin otot efektor. Konduksi saraf sendiri ditentukan oleh adanya isolator sel saraf yang terbuat dari lemak. Metabolisme lemak untuk selubung myelin sendiri memerlukan peranan vitamin B12 sebagai koenzim Methylmalonyl CoA. (Murray, Granner, Mayes, & Rodwell, 2006)


(2)

Peran vitamin B1 dalam bentuk thiamin trifosfat memiliki peranan dalam proses konduksi, dalam proses fosforilasi sehingga mengaktivasi kanal klorida membran sel saraf. Selain itu, bentuk thiamin difosfat juga memiliki peranan dalam dehidrogenasi piruvat, sehingga kekurangan thiamin ini dapat mengurangi konversi piruvat dari asetil-koA. Sehingga mengurangi pembentukan ATP untuk membuka ion channel pada sel neuron. (Shils, Maurice E.,2006)(Murray, Granner, Mayes, & Rodwell, 2006)

Vitamin B2 menyediakan gugus reaktif dari koenzim flavin mononucleotide (FMN) dan flavin adenine dinucleotide (FAD) yang berperan penting dalam sintesis ATP sel. FMN ini dihasilkan dari proses fosforilasi riboflavin, sedangkan FAD disintesis dari ATP, dimana gugus AMP ditransfer ke FMN. (Murray, Granner, Mayes, & Rodwell, 2006)

Vitamin B6 di tubuh terdapat dalam bentuk pyridoxal phosphate yang terdapat dalam otot. Vitamin ini diperlukan dalam proses glukoneogenesis pada otot dalam keadaan hipoglikemia atau ‘kelaparan sel’. Biasanya vitamin ini berikatan pada enzim glycogen phosphorylase, yang berperan pada glukoneogenesis dari asam amino. (Shils, Maurice E.,2006)(Murray, Granner, Mayes, & Rodwell, 2006)

Vitamin B12 memiliki peranan dalam metabolisme lemak dan juga dalam proses sintesis asam amino. Lemak dibutuhkan dalam system saraf sebagai bahan dasar selubung myelin yang berfungsi sebagai isolator dan juga susunannya membentuk nodus Ranvier yang dapat mempercepat hantaran impuls saraf. Asam amino, yang dibentuk dengan bantuan vitamin B12, berperan dalam pembentukan neurotransmiter pada celah sinaptik, sehingga berperan penting dalam penghantaran impuls pesan dalam mekanisme reaksi. (Shils, Maurice E.,2006)(Murray, Granner, Mayes, & Rodwell, 2006)

1.5.2 Hipotesis

Suplemen vitamin B kompleks mempercepat waktu reaksi sederhana pada laki- laki dewasa.


(3)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Suplemen vitamin B kompleks mempercepat waktu reaksi sederhana laki- laki dewasa.

5.2 Saran

 Dapat diteliti lebih jauh dengan pemberian suplemen vitamin B kompleks selama jangka waktu beberapa hari secara rutin.

 Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai efek suplemen vitamin B kompleks terhadap waktu reaksi sederhana dengan sediaan berbeda.

 Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai efek suplemen vitamin B kompleks terhadap waktu reaksi sederhana dengan dosis berbeda.

 Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai efek suplemen vitamin B kompleks terhadap waktu reaksi sederhana dengan subjek penelitian wanita.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Intelijen Negara Republik Indonesia, 2013. Dibuka: Februari 2015, dari http://www.bin.go.id/awas/detil/197/4/21/03/2013/kecelakaan-lalu-lintas-menjadi-pembunuh-terbesar-ketiga#sthash.4TaL0YNN. dpuf

Black, M. M., 2003. Micronutrient deficiencies and cognitive functioning. J Nutr, 133, 3927S–3931S. http://doi.org/10.1016/j.bbi.2008.05.010

Dash, P., 2013. Chapter 11: Blood Brain Barier and Cerebral Metabolism. (Online Neuroscience The University of Texas) Retrieved February 16, 2015, from http://neuroscience.uth.tmc.edu/s4/chapter11.html

Despopoulos, A., & Silbernagi, S., 2003. Colour Atlas of Physiology (5 ed.). New York: Stuttgart.

Drake, V., 2011. Micronutrient and Cognitive Function. (L. P. Institute, Producer, & Oregon State University) Retrieved October 16, 2014, from http://lpi.oregonstate.edu/ss11/cognitive.html

Endy, P. P., 2010. Respiration in Humans. Retrieved October 16, 2014, from http://simplemore.wordpress.com/2010/12/14/respiration-in-humans/ Froeliger, B., Gilbert, D.G. & McClernon, F.J., 2009. Effects of nicotine on novelty

detection and memory recognition performance: Double-blind, placebo-controlled studies of smokers and nonsmokers. Psychopharmacology, 205(4), pp.625–633.

Ganong, W. F., 2005. Review of Medical Physiology (22 ed.). San Fransisco: McGraw-Hill Companies, Inc.

Guyton, A.C., & Hall, J.E., 2006. Textbook of Medical Physiology (11 ed.). Philadelphia, Pennsylvania: Elsevier Saunders.

Guyton, A.C., & Hall, J.E., 2010. Textbook of Medical Physiology (12 ed.). New York: Elsevier.

Housay, B., 1955. Human Physiology (2 ed.). New York: McGraw-Hill Company Kosinski, R. J., 2009. A Literature Review on Reaction TIme.

Kosinski, R. J., 2012. Retrieved February 20, 2015, from http://biae.clemson.edu/bpc/bp/lab/110/reaction.htm


(5)

Lameshow,Hosmer, Klar, L., 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan, Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21960193.

Lubis, Z., Syarief, H., & Jalal, F., 2003. Pengaruh Pemberian Suplemen Vitamin B12 Terhadap Serum Vitamin B12 Dan Hemoglobin, 172–180.

Luce, R.,1986. Response Times: Their Role in Inferring Elementary Mental Organization3,

Macrae, D.J., 2007. The Council for International Organizations and Medical Sciences (CIOMS) guidelines on ethics of clinical trials. Proceedings of the American Thoracic Society, 4(2), pp.176–178, discussion 178–179.

Magistretti, P. J., & Martin J. L., 2000. Brain Energy Metabolism: An Integrated Cellular Perspective. Neuropsychopharmacology.

Manore, M. M., 2000. Effect of physical activity on thiamine , riboflavin , and vitamin B-6, 72, 598–606.

Purves, D., Augustine, G. J., Fitzpatrick, D.., Katz, L. C., LaMantia, A. -S., McNamara, J. o., et al., 2001. Neuroscience (2 ed.). Sunderland: Sinauer Associates.

Rath, M., 2012. Energy drinks: What is all the hype? The dangers of energy drink consumption. Journal of the American Academy of Nurse Practitioners, 24(2), 70–76. http://doi.org/10.1111/j.1745-7599.2011.00689.x

Robert K. Murray, Daryl K. Granner, Victor W. Rodwell., 2006. Harper's Illustrated Biochemistry. 27th ed. US: McGraw-Hill Companies, Inc. Chapter 44.

Stargove, M. B., & Stargove, L. B., 2008. Herb, Nutrient, and Drug Interactions: Clinical Implication and Therapeutic Strategies. (J. Treasure, & D. L. McKee, Eds.) St. Louis, Missouri: Elsevier Health Sciences.

Ulina, N., 2014. Efek Pemberian Madu (Mell depuratum) Terhadap Waktu Reaksi Sederhana Pada Pria Dewasa. Karya Tulis Ilmiah, 27-34.


(6)

Wardlaw, G., & Smith, A., 2012. Contemporary Nutrition (9, illustrated, revised ed.). Ohio: McGraw- Hill Education.

Welford, A.T., 1980. Choice reaction time. In A.T. Welford (Ed.), Reaction Times. London: Academic Press .

WHO., 2011. World Health Statistics 2011. WHO Library Cataloguing-in-Publication Data (Vol. 1).

Wibowo, D., 2008. Neuroanatomi untuk Mahasiswa Kedokteran. Malang: Bayumedia publishing.

Woodworth, R. S., & Schlosberg, H., 1938. Experimental Physiology Revised. New York: Henry Holt and Company.

Woodworth, R. S., & Schlosberg, H., 1971. Reaction Time in Experimental Physiology Revised Edition. New York: Oxford and IBH Publishing CO.