Pengaruh Pemberian Panax Ginseng terhadap Waktu Reaksi Sederhana pada Laki-Laki Dewasa.

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN PANAX GINSENG TERHADAP WAKTU REAKSI SEDERHANA PADA LAKI - LAKI DEWASA

Ryan Avila Johannes, 2015

Pembimbing I : Decky Gunawan, dr., M.Kes., AIFO Pembimbing II : Hartini Tiono, dr., M.Kes

Kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, namun juga memiliki tingkat kebugaran jasmani yang optimal. Komponen kebugaran jasmani yang harus terpenuhi salah satunya adalah waktu reaksi. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan waktu reaksi, misalnya mengkonsumsi bahan alami seperti tanaman Panax ginseng.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian Panax ginseng terhadap waktu reaksi sederhana pada laki-laki dewasa.

Penelitian ini merupakan eksperimental kuasi dengan rancangan pre-test dan post-test. Subjek penelitian terdiri atas tiga puluh orang laki-laki berusia 17-21 tahun. Data penelitian adalah waktu reaksi sebelum dan setelah pemberian Panax ginseng. Analisis data menggunakan uji “t” berpasangan dengan α = 0,005.

Hasil penelitian ini menunjukan rerata waktu reaksi sederhana pada rangsang cahaya merah setelah perlakuan lebih cepat daripada sebelum perlakuan (0,15955 vs 0,07399 detik). Hasil tersebut juga didapatkan pada semua rangsang lain, yaitu rangsang cahaya biru (0,16441 vs 0,07071 detik), cahaya kuning (0,15886 vs 0,06947 detik), cahaya hijau (0,15334 vs 0,06918 detik), rangsang suara frekuensi tinggi (0,15453 vs 0,05061 detik), dan rangsangan suara frekuensi rendah (0,17809 vs 0,05071 detik). Analisis uji “t” berpasangan menunjukan perbedaan yang sangat signifikan dengan p = 0,000.

Simpulan penelitian ini Panax ginseng mempercepat waktu reaksi sederhana pada laki-laki dewasa.


(2)

ABSTRACT

THE EFFECT OF PANAX GINSENG ON ADULT MALE MEMBER

Ryan Avila Johannes, 2015

1st Advisor : Decky Gunawan, dr., M.Kes, AIFO 2nd Advisor : Hartini Tiono, dr., M.Kes

Health is a state of complete physical, mental and social well-being and not merely the absence of disease or infirmity, but also has the optimum level of physical fitness. One of physical fitness components that has to be fulfilled is reaction time. There are lots of ways that can be done to increase reaction time,

for example, consuming natural substance such as Panax ginseng plant. The purpose of this research was to find out the effect of Panax ginseng

administration towards simple reaction time in the adult male.

This research was a quasi experimental research with pre-test and post-test design. The subjects of this research were thirty male members aged between seventeen and twenty years old. Research data was reaction time before and after administration of Panax ginseng. Data analysis used paired “t” test with

α=0.005.

The results showed the average of simple reaction time for red light stimulation after administration was faster compared to before administration of Panax ginseng (0,15955 vs 0,07399 s). The same result occured in the other stimulations, which are blue light stimulation (0,16441 vs 0,07071 s), yellow light (0,15886 vs 0,06947 s), green light (0,15334 vs 0,06918 s), high frequency-sound stimulation (0,15453 vs 0,05061 s), and low frequency-sound stimulation (0,17809 vs 0,05071 s). Paired “t” test showed a highly significant difference with p=0.000.

The conclusion for this research was Panax ginseng fastens simple reaction time in the adult team.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR DIAGRAM ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Kerangka Pemikiran ... 3

1.6 Hipotesis Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Waktu Reaksi ... 5

2.1.1 Definisi Waktu Reaksi ... 5

2.1.2 Sejarah Waktu Reaksi ... 5

2.1.3 Jenis - Jenis Waktu Reaksi ... 6

2.1.4 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Waktu Reaksi ... 7

2.2 Sistem Saraf ... 9

2.2.1 Neuron Sistem Saraf ... 9

2.2.2 Bagian Sensorik Sistem Saraf – Reseptor Sensorik ... 10

2.2.3 Bagian Motorik Sistem Saraf – Efektor ... 13

2.2.4 Tingkatan Fungsi Sistem Saraf ... 14

2.3 Sinaps ... 16

2.3.1 Peran Sinaps ... 16

2.3.2 Sinaps Sistem Saraf Pusat ... 16


(4)

2.4 Proses Pengolahan Stimulus Suara Menjadi Respon

dalam Susunan Sistem Saraf Pusat Manusia ... 25

2.4.1 Fisiologi Pendengaran ... 25

2.4.2 Jaras Pendengaran ... 27

2.5 Proses Pengolahan Stimulus Cahaya Menjadi Respon dalam Susunan Sistem Saraf Pusat Manusia ... 29

2.5.1 Fisiologi Penglihatan ... 29

2.5.2 Jaras Penglihatan ... 30

2.5.3 Sifat Warna... 31

2.6 Formatio Reticularis ... 32

2.7 Panax Ginseng ... 33

2.7.1 Taksonomi Ginseng ... 34

2.7.2 Kandungan Aktif Ginseng ... 34

2.7.3 Kegunaan Ginseng ... 35

2.7.4 Ginsenoside ... 35

2.7.5 Efek Samping dan Kontraindikasi Panax Ginseng ... 36

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 37

3.1 Bahan dan Subjek Penelitian ... 37

3.1.1 Alat dan Bahan Penelitian ... 37

3.1.2 Subjek Penelitian ... 37

3.1.3 Ukuran Sampel ... 37

3.2 Metode Penelitian... 38

3.2.1 Desain Penelitian ... 38

3.2.2 Data yang Diukur ... 38

3.2.3 Analisis Data ... 38

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 38

3.3.1 Variabel Perlakuan dan Variabel Respon ... 38

3.3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 39

3.4 Persiapan dan Prosedur Penelitian ... 39

3.4.1 Persiapan Penelitian ... 39

3.4.2 Prosedur Penelitian... 40

3.5 Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

3.6 Aspek Etik Penelitian ... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

4.1 Hasil ... 42

4.2 Pembahasan ... 44

4.3 Hipotesis Penelitian ... 46

4.4 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 46

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 50

5.1 Simpulan ... 50


(5)

DAFTAR PUSTAKA ... 48 LAMPIRAN ... 54 RIWAYAT HIDUP ... 61


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman Tabel 2.1 Neurotransmiter Molekul Kecil yang Berkerja Cepat ... 23 Tabel 4.1 Hasil Analisis Rerata Waktu Reaksi Sederhana Penelitian ... 42


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Struktur Neuron ... 10

Gambar 2.2 Sumbu Sensorik Somatik dari Sistem Saraf ... 11

Gambar 2.3 Sumbu Motorik Sistem Saraf ... 14

Gambar 2.4 Neuron Motorik ... 18

Gambar 2.5 Anatomi dan Fisiologi sebuah Sinaps ... 19

Gambar 2.6 Anatomi Telinga ... 26

Gambar 2.7 Proses Pengolahan Suara ... 26

Gambar 2.8 Jaras Pendengaran ... 28

Gambar 2.9 Korteks Auditorik ... 29

Gambar 2.10 Jaras Penglihatan, Pemotongan Jaras, dan Gangguan Lantang Pandang ... 31

Gambar 2.11 Panjang Gelombang Warna ... 32

Gambar 2.12 Area Eksitatori dan Area Inhibitori yang Mengatur Tingkat Aktivitas Otak ... 33

Gambar 2.13 Panax Ginseng ... 34

Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Rerata Waktu Reaksi Sederhana Seluruh Jenis Rangsang Sebelum dan Sesudah Pemberian Panax Ginseng ... 43


(8)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Halaman Diagram 1.1 Hubungan Panax Ginseng dengan Waktu Reaksi ... 4


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman Lampiran 1 Surat Pernyataan Persetujuan Untuk Ikut Serta

Dalam Penelitian (Informed Consent) ... 54

Lampiran 2 Data Hasil Penelitian ... 55

Lampiran 3 Hasil Uji Normalitas ... 57

Lampiran 4 Hasil Uji “t” Berpasangan ... 58

Lampiran 5 Dokumentasi ... 59


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, namun juga memiliki tingkat kebugaran jasmani yang optimal (WHO, 1946; Sudarsono, 2005). Kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas sehari-hari tanpa merasa lelah dan masih mempunyai cukup tenaga untuk melakukan aktivitas yang lain (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997). Banyak cara yang dapat kita lakukan untuk menjaga kebugaran jasmani, salah satu nya adalah dengan olahraga. Olahraga sendiri terdiri dari beberapa komponen, yaitu kecekatan ‘agility’, keseimbangan ‘balance’, daya koordinasi, daya ledak otot ‘power’, kecepatan ‘speed’, dan khusus nya waktu reaksi (Sajoto, 1995).

Waktu reaksi adalah waktu yang diperlukan untuk memulai sebuah respon sejak pemberian rangsang, waktu reaksi adalah interval waktu antara stimulus dan respons (Woodworth & Schlosberg, 1938). Manusia untuk dapat menyelesaikan kegiatan ataupun pekerjaan dengan produktivitas tinggi, maka dibutuhkan pula reaksi yang maksimal. Bermacam-macam faktor yang berpengaruh pada waktu reaksi antara lain jenis rangsang, intensitas rangsang, jenis kelamin, lingkungan, obat-obatan, usia, kesegaran jasmani, konsentrasi, latihan, dan status mental (Woodworth & Schlosberg, 1938).

Kemajuan teknologi pada masa kini yang memudahkan masyarakat dalam beraktivitas, mengakibatkan penurunan komponen kebugaran yang ada di dalam tubuh sehingga terjadi penurunan tingkat kebugaran. Hal ini memaksa masyarakat mengkonsumsi suplemen. Suplemen sendiri merupakan makanan pemenuh gizi yang ringan untuk dicerna tubuh (Anton, 2006). Berbagai jenis suplemen telah beredar di pasaran, penjual memasarkan bermacam-macam jenis suplemen tanpa mengetahui kegunaan dan dosis anjuran yang tepat untuk setiap jenis suplemen.


(11)

Akibatnya, masyarakat mengkonsumsi suplemen tanpa mempertimbangkan risiko dan keuntungan dari konsumsi suplemen tersebut. Tanpa disadari, zat-zat yang digunakan sebagai suplemen saat ini memiliki efek samping yang berdampak pada kesehatan pemakai. Padahal banyak bahan alami yang dapat digunakan sebagai suplemen, salah satu nya adalah tanaman obat.

Tanaman obat adalah salah satu obat tradisional yang paling banyak digunakan secara empiris oleh masyarakat dalam rangka menanggulangi masalah kesehatan yang dihadapinya, baik dengan maksud pemeliharaan, pengobatan, maupun pemulihan kesehatan (Hembing, 2003). Daya tarik tanaman obat terutama berasal dari sifatnya yang alamiah sehingga dinilai lebih aman, dan ditoleransi lebih baik dibandingkan dengan obat-obatan modern. Bahkan pada daerah tertentu merupakan pilihan utama dan hanya satu-satunya pengobatan yang tersedia (Juckett, 2004).

Tanaman obat yang sudah dipercaya bermanfaat terhadap tubuh sejak ribuan tahun lalu adalah ginseng. Sebuah studi yang dilakukan di Korea dan Austria yang meneliti efek penggunaan ginseng pada fungsi kognitif dan fungsi motorik menyimpulkan, bahwa ginseng mampu mempercepat waktu reaksi pada 20 laki-laki sehat dengan umur 19-25 tahun. Oleh sebab itu, konsumsi Panax ginseng kemungkinan dapat mempercepat waktu reaksi sederhana pada laki-laki dewasa.

1.2 Identifikasi Masalah

Apakah Panax ginseng mempercepat waktu reaksi sederhana.


(12)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat akademik : menambah wawasan ilmu pengetahuan kedokteran mengenai efek Panax ginseng terhadap waktu reaksi sederhana.

Manfaat praktis : masyarakat dapat menggunakan Panax ginseng sebagai suplemen untuk meningkatkan kebugaran jasmani.

1.5 Kerangka Pemikiran

Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa ginseng mengandung

ginsenosides yang mampu meningkatkan pelepasan neurotransmitter di otak. Akar

ginseng memiliki beberapa kandungan ginsenosides yang paling poten, yaitu Rb1, Rg1 dan Rg3, yang mampu meningkatkan pelepasan asetilkolin, kolin asetiltransferase dan re-uptake kolin di hipokampus. Kandungan ini dianggap mampu meningkatkan kemampuan hantar neurotransmiter sistem saraf pusat dan menghambat proses defisit memori pada otak manusia. Kandungan ini juga memiliki efek eksitasi akibat aktivasi reseptor glutamat non-N-metil-D-aspartat (NMDA), serta inhibisi pada reseptor GABAA di neuron substansia gelatinosa dan mempengaruhi kinerja nya melalui subnukleus kaudalis trigeminalis. GABA sebagai neurotransmiter inhibisi utama pada sistem saraf pusat, memiliki tiga jenis reseptor; GABAA, GABAB and GABAC. Aktivasi reseptor ionotropik GABAA akan menyebabkan pembukaan dari saluran kanal ion selektif klorida dan menyebabkan stabilisasi atau hiperpolarisasi pada resting membrane potential, yang akan mempersulit neurotransmiter eksitatori untuk mendepolarisasi neuron yang menyebabkan suatu aksi potensial. Ginseng juga mampu meningkatkan pelepasan dopamin dan norepinefrin pada korteks serebral yang mampu meningkatkan kewaspadaan, fungsi kognitif, fungsi motor-sensori, dan waktu reaksi. Hal ini terjadi akibat aktivitas dopaminergik pada reseptor presinaps dan postsinaps (Radad, et al., 2006; Lee, et al., 2011; Yin, et al., 2011).


(13)

Diagram 1.1 Hubungan Panax ginseng dengan Waktu Reaksi

1.6 Hipotesis Penelitian


(14)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Panax ginseng mempercepat waktu reaksi sederhana.

5.2 Saran

• Dapat diteliti lebih jauh dengan pemberian Panax ginseng selama jangka waktu beberapa hari secara rutin (jangka panjang).

• Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai efek pemberian Panax ginseng terhadap waktu reaksi sederhana dengan sediaan berbeda (tablet).

• Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai efek pemberian Panax ginseng terhadap waktu reaksi sederhana dengan dosis berbeda.

• Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai efek pemberian Panax ginseng terhadap waktu reaksi sederhana dengan subjek penelitian wanita.

• Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai efek pemberian Panax ginseng terhadap waktu reaksi sederhana dengan subjek penelitian atlit.


(15)

DAFTAR PUSTAKA

World Health Organization, 1946. International Health Conference, New York, 19-22 June, 1946; signed on 22 July 1946 by the representatives of 61 States (Official Records of the World Health Organization, no. 2, p. 100) and entered into force on 7 April 1948: http://www.who.int/about/definition/en/print.html Disadur pada tahun 2015.

Sudarsono, N.C., 2005. Kuliah Pengantar pada Kelas Foundation - Fitness and Art - Tingkat Persiapan STEKPI 8 Maret 2008. , pp. 1–10.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2014. Kesegaran Jasmani. Igarss 2014 : http://eprints.uny.ac.id/7916/3/BAB%202%20-%2005601241041.pdf. Disadur pada tahun 2015.

Sajoto, M. 1995. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Jakarta: Dahara Prize.

Woodworth, R. S., & Schlosberg, H. (1961). Experimental Psychology. 2015 Anton. 2006. Informasi Obat dan Suplemen. 2006: www.dechacare.com/artikel-145-Health. Disadur pada tahun 2015.

Hembing, W., 2001, Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia Jilid IV, Jakarta. Juckett, G. 2004. Herbal Medicine in Modern Pharmacology with Clinical Use. Radad, K. et al., 2006. Use of Ginseng in Medicine with Emphasis on

Neurodegenerative Disorders. Journal of Pharmacological Sciences, 100(3), pp. 175–186.

Lee, S.-H., Park, W.-S. & Lim, M.-H., 2011. Clinical Effects of Korean Red Ginseng on Attention Deficit Hyperactivity Disorder in Children: An Observational Study. Journal of Ginseng Research, 35(2), pp. 226–234: http://koreascience.or.kr/journal/view.jsp?kj=GROSBR&py=2011&vnc=v35n 2&sp=226. Disadur pada tahun 2015.

Yin, H., Park, S.-A., Park, S.-J., & Han, S.-K. (2011). Korean Red Ginseng Extract Activates Non-NMDA Glutamate and GABA A Receptors on the


(16)

Hall, J.E., 2006. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology.

Ganong, W. F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ganong. Edisi 22. DKI Jakarta: EGC

Sherwood, L., 2010. Human Physiology: From Cells to Systems. Human Physiology, 7th edition.

Drake, R.L., 2015. Gray’s Anatomy for Students, 3rd Editions.

Marieb, Elaine N., Exercise 22 Human Reflex Physiology, Activity 9: Testing Reaction Time for Basic and Acquired Reflexes, Human Anatomy and Physiology Laboratory Manual, 2003,7th Ed. Update, Benjamin Cummings, San Francisco, California.

Attele, A.S., Wu, J.A. & Yuan, C.-S., 1999. Ginseng pharmacology. Biochemical Pharmacology, 58(99), pp. 1685–1693.

Painter F.M. 2009. Panax ginseng. Alternative Medicine Review, 14: pp. 172-176. Nocerino, E., Amato, M. & Izzo, A. a., 2000. The Aphrodisiac and Adaptogenic

Properties of Ginseng. Fitoterapia, 71(SUPPL. 1), pp. 1–5. Court, W.E., 2000. Ginseng : The Genus Panax, pp. 150—151.

Leung KW, Pon YL, Wong RN, Wong AS (2006) Ginsenoside-Rg1 Induces Vascular Endothelial Growth Factor Expression through the Glucocorticoid Receptorrelated Phosphatidylinositol 3-kinase/Akt and Beta-Catenin/T-cell Factordependent Pathway in Human Endothelial Cells. J Biol Chem 281: pp. 36280–36288.

Leung KW, Cheung LW, Pon YL et al (2007a) Ginsenoside Rb1 inhibits tube-like structure formation of endothelial cells by regulating pigment epithelium-derived factor through the oestrogen beta receptor. Br J Pharmacol 152: pp. 207–215.

Leung KW, Leung FP, Huang Y, Mak NK, Wong RN (2007b) Non-genomic effects of ginsenoside-Re in endothelial cells via glucocorticoid receptor. FEBS Lett 581: pp. 2423–2428.

Mey C.A. 2012. Taxonomy and Nomenclature :

http://www.itis.gov/servlet/singleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_va lue=505938. Disadur pada tahun 2015.

Kiefer D., Pantuso T. 2003. Panax Ginseng : http://www.aafp.org/afp/2003/1015/p1539.pdf. Disadur pada tahun 2015.

Ahn, H.Y. et al., 2013. Panax ginseng extract rich in ginsenoside protopanaxatriol offers combinatorial effects in nitric oxide production via multiple signaling


(17)

pathways. SpringerPlus, 2(1), p.96 : http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=3625418&tool=pm

centrez&rendertype=abstract. Disadur pada tahun 2015.

Ong, W.Y., 2015. Protective Effects of Ginseng on Neurological Disorders.

Frontiers in Aging Neuroscience, 7(July), pp. 1–13 :

http://journal.frontiersin.org/Article/10.3389/fnagi.2015.00129/abstract. Disadur pada tahun 2015.


(1)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat akademik : menambah wawasan ilmu pengetahuan kedokteran mengenai efek Panax ginseng terhadap waktu reaksi sederhana.

Manfaat praktis : masyarakat dapat menggunakan Panax ginseng sebagai suplemen untuk meningkatkan kebugaran jasmani.

1.5 Kerangka Pemikiran

Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa ginseng mengandung ginsenosides yang mampu meningkatkan pelepasan neurotransmitter di otak. Akar ginseng memiliki beberapa kandungan ginsenosides yang paling poten, yaitu Rb1, Rg1 dan Rg3, yang mampu meningkatkan pelepasan asetilkolin, kolin asetiltransferase dan re-uptake kolin di hipokampus. Kandungan ini dianggap mampu meningkatkan kemampuan hantar neurotransmiter sistem saraf pusat dan menghambat proses defisit memori pada otak manusia. Kandungan ini juga memiliki efek eksitasi akibat aktivasi reseptor glutamat non-N-metil-D-aspartat (NMDA), serta inhibisi pada reseptor GABAA di neuron substansia gelatinosa dan

mempengaruhi kinerja nya melalui subnukleus kaudalis trigeminalis. GABA sebagai neurotransmiter inhibisi utama pada sistem saraf pusat, memiliki tiga jenis reseptor; GABAA, GABAB and GABAC. Aktivasi reseptor ionotropik GABAA

akan menyebabkan pembukaan dari saluran kanal ion selektif klorida dan menyebabkan stabilisasi atau hiperpolarisasi pada resting membrane potential, yang akan mempersulit neurotransmiter eksitatori untuk mendepolarisasi neuron yang menyebabkan suatu aksi potensial. Ginseng juga mampu meningkatkan pelepasan dopamin dan norepinefrin pada korteks serebral yang mampu meningkatkan kewaspadaan, fungsi kognitif, fungsi motor-sensori, dan waktu reaksi. Hal ini terjadi akibat aktivitas dopaminergik pada reseptor presinaps dan postsinaps (Radad, et al., 2006; Lee, et al., 2011; Yin, et al., 2011).


(2)

Universitas Kristen Maranatha

4

Diagram 1.1 Hubungan Panax ginseng dengan Waktu Reaksi

1.6 Hipotesis Penelitian


(3)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Panax ginseng mempercepat waktu reaksi sederhana.

5.2 Saran

• Dapat diteliti lebih jauh dengan pemberian Panax ginseng selama jangka waktu beberapa hari secara rutin (jangka panjang).

• Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai efek pemberian Panax ginseng terhadap waktu reaksi sederhana dengan sediaan berbeda (tablet).

• Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai efek pemberian Panax ginseng terhadap waktu reaksi sederhana dengan dosis berbeda.

• Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai efek pemberian Panax ginseng terhadap waktu reaksi sederhana dengan subjek penelitian wanita.

• Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai efek pemberian Panax ginseng terhadap waktu reaksi sederhana dengan subjek penelitian atlit.


(4)

Universitas Kristen Maranatha

51

DAFTAR PUSTAKA

World Health Organization, 1946. International Health Conference, New York, 19-22 June, 1946; signed on 22 July 1946 by the representatives of 61 States (Official Records of the World Health Organization, no. 2, p. 100) and entered into force on 7 April 1948: http://www.who.int/about/definition/en/print.html Disadur pada tahun 2015.

Sudarsono, N.C., 2005. Kuliah Pengantar pada Kelas Foundation - Fitness and Art - Tingkat Persiapan STEKPI 8 Maret 2008. , pp. 1–10.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2014. Kesegaran Jasmani. Igarss 2014 : http://eprints.uny.ac.id/7916/3/BAB%202%20-%2005601241041.pdf. Disadur pada tahun 2015.

Sajoto, M. 1995. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Jakarta: Dahara Prize.

Woodworth, R. S., & Schlosberg, H. (1961). Experimental Psychology. 2015

Anton. 2006. Informasi Obat dan Suplemen. 2006: www.dechacare.com/artikel-145-Health. Disadur pada tahun 2015.

Hembing, W., 2001, Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia Jilid IV, Jakarta. Juckett, G. 2004. Herbal Medicine in Modern Pharmacology with Clinical Use.

Radad, K. et al., 2006. Use of Ginseng in Medicine with Emphasis on Neurodegenerative Disorders. Journal of Pharmacological Sciences, 100(3), pp. 175–186.

Lee, S.-H., Park, W.-S. & Lim, M.-H., 2011. Clinical Effects of Korean Red Ginseng on Attention Deficit Hyperactivity Disorder in Children: An Observational Study. Journal of Ginseng Research, 35(2), pp. 226–234: http://koreascience.or.kr/journal/view.jsp?kj=GROSBR&py=2011&vnc=v35n 2&sp=226. Disadur pada tahun 2015.

Yin, H., Park, S.-A., Park, S.-J., & Han, S.-K. (2011). Korean Red Ginseng Extract Activates Non-NMDA Glutamate and GABA A Receptors on the

Substantia Gelatinosa Neurons of the Trigeminal Subnucleus Caudalis in Mice. Journal of Ginseng Research, 35(2), 219–225. doi:10.5142/jgr.2011.35.2.219 Kosinski, R.J., 2010. A Literature Review on Reaction Time. Retrieved

httpbiaeclemsonedubpcbpLab110reactionhtm 06042010, 10(August), p. 2006: http://biology.clemson.edu/bpc/bp/Lab/110/reaction.htm. Disadur pada tahun 2015.


(5)

Hall, J.E., 2006. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology.

Ganong, W. F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ganong. Edisi 22. DKI Jakarta: EGC

Sherwood, L., 2010. Human Physiology: From Cells to Systems. Human Physiology, 7th edition.

Drake, R.L., 2015. Gray’s Anatomy for Students, 3rd Editions.

Marieb, Elaine N., Exercise 22 Human Reflex Physiology, Activity 9: Testing Reaction Time for Basic and Acquired Reflexes, Human Anatomy and Physiology Laboratory Manual, 2003,7th Ed. Update, Benjamin Cummings, San Francisco, California.

Attele, A.S., Wu, J.A. & Yuan, C.-S., 1999. Ginseng pharmacology. Biochemical Pharmacology, 58(99), pp. 1685–1693.

Painter F.M. 2009. Panax ginseng. Alternative Medicine Review, 14: pp. 172-176. Nocerino, E., Amato, M. & Izzo, A. a., 2000. The Aphrodisiac and Adaptogenic

Properties of Ginseng. Fitoterapia, 71(SUPPL. 1), pp. 1–5.

Court, W.E., 2000. Ginseng : The Genus Panax, pp. 150—151.

Leung KW, Pon YL, Wong RN, Wong AS (2006) Ginsenoside-Rg1 Induces Vascular Endothelial Growth Factor Expression through the Glucocorticoid Receptorrelated Phosphatidylinositol 3-kinase/Akt and Beta-Catenin/T-cell Factordependent Pathway in Human Endothelial Cells. J Biol Chem 281: pp. 36280–36288.

Leung KW, Cheung LW, Pon YL et al (2007a) Ginsenoside Rb1 inhibits tube-like structure formation of endothelial cells by regulating pigment epithelium-derived factor through the oestrogen beta receptor. Br J Pharmacol 152: pp. 207–215.

Leung KW, Leung FP, Huang Y, Mak NK, Wong RN (2007b) Non-genomic effects of ginsenoside-Re in endothelial cells via glucocorticoid receptor. FEBS Lett 581: pp. 2423–2428.

Mey C.A. 2012. Taxonomy and Nomenclature :

http://www.itis.gov/servlet/singleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_va lue=505938. Disadur pada tahun 2015.

Kiefer D., Pantuso T. 2003. Panax Ginseng : http://www.aafp.org/afp/2003/1015/p1539.pdf. Disadur pada tahun 2015.


(6)

Universitas Kristen Maranatha

53

pathways. SpringerPlus, 2(1), p.96 : http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=3625418&tool=pm

centrez&rendertype=abstract. Disadur pada tahun 2015.

Ong, W.Y., 2015. Protective Effects of Ginseng on Neurological Disorders. Frontiers in Aging Neuroscience, 7(July), pp. 1–13 : http://journal.frontiersin.org/Article/10.3389/fnagi.2015.00129/abstract.