Perancangan Ulang Museum Balanga Palangkaraya dengan Tema Natural dan Etnik Dayak.
vi ABSTRAK
Museum Balanga adalah satu-satunya museum yang berada di Kalimantan Tengah dan berlokasi di Kota Palangkaraya yang merupakan Ibu Kota Provinsi Kalimantan Tengah. Museum Balanga memiliki berbagai jenis koleksi hasil kebudayaan material (benda budaya) dan benda alam. Museum ini sangat besar pengaruhnya terhadap pelestarian budaya Kalimantan Tengah sehingga diperlukan desan yang baik dan atraktif untuk memaksimalkan fungsi museum.
Perancangan ulang Museum Balanga menggunakan konsep Bumi Tambun Bungai (sebutan untuk Kalimantan Tengah) dan tema Alam dan Etnik Dayak dengan mengaplikasikan suasana alam dan prinsip tradisi dayak Kalimantan Tengah dalam perancangan interiornya. Pengunjung akan merasakan suasana hutan pada perpustakaan museum, suasana rumah Betang (rumah traditional Kalimantan Tengah) pada lobby museum, dan mendapatkan pengalaman dari sudut pandang masyarakat dayak pada area pameran koleksi perang dan koleksi kematian yang ditata dengan storyline dan suasana ruang yang sesuai dengan jenis barang koleksinya. Desain yang mencerminkan budaya dan alam dayak dapat menunjang tercapainya pesan dan kesan yang terkandung dalam koleksi museum.
(2)
vii ABSTRACT
Balanga Museum is the only museum in Central Kalimantan. It is located in Palangkaraya city, the capital city of the Central Kalimantan province. Balanga Museum has many collections of cultural and natural materials. The museum plays an important role in the preservation of the Central Kalimantan cultures, thus it requires a good and attractive design to maximize its function.
The redesign of Balanga Museum uses the concept of Bumi Tambun Bungai (local term which means Central Kalimantan), and the natural and Dayak ethnic theme for its interior design by applying a natural atmosphere and traditional principles of the Central Kalimantan Dayak. Visitors will feel forest-like atmosphere inside the museum library, Betang house atmosphere (Central Kalimantan traditional house) in the museum lobby, and visitors will experience the war and death exhibit from the point of view of Dayak people. The exhibit area is arranged with storyline, and a fitting atmosphere is created to support the nature of the collections. The design that reflects the culture and nature of Dayak will deliver the message of the museum through its collections.
(3)
viii DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN ORISINALITAS
PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN KATA PENGANTAR
ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR BAGAN
BAB I – PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Identifikasi Masalah 1.3 Ide/Gagasan Perancangan 1.4 Rumusan Masalah
1.5 Tujuan Perancangan 1.6 Manfaat Perancangan
1.7 Ruang Lingkup Perancangan 1.8 Sistematika Penulisan
i ii iii iv v vi vii viii xii xiii xiv
1 2 3 3 4 4
(4)
ix BAB II – STUDI LITERATUR MUSEUM BALANGA
2.1 Museum
2.1.1 Pengertian Museum
2.1.2 Sejarah Museum
2.1.3 Fungsi, Tugas, dan Peranan Museum 2.1.4 Klasifikasi Museum
2.1.5 Jenis Koleksi Museum 2.1.6 Lingkup Pengunjung 2.1.7 Standar Interior Museum
2.2 Tinjauan Terhadap Budaya dan Kekayaan Alam Dayak Kalimantan Tengah
2.2.1 Kekayaan Alam Kalimantan Tengah
2.2.2 Tradisi dan Kebudayaan Dayak Kalimantan Tengah
2.2.3 Warna dan Ornamen Dayak
2.2.4 Perbedaan motif dan ornament dayak Kalimantan Tengah,Timur dan Barat dan Selatan.
2.2.5 Konsep Tempat dalam Suku Dayak Ngaju 2.2.6 Rumah Betang
4 5
6 7 9 11 13 13 14
33 33
34 51
(5)
x 2.3 Rumah Tradisional Dayak
2.3.1 Jenis Rumah Tradisional Dayak 2.3.2 Ciri Khas Rumah Tradisional Dayak 2.3.3 Orientasi Bangunan
2.3.4 Ornamen 2.4 Tinjauan Proyek
2.4.1 Sejarah Museum Balanga 2.4.2 Pengelola Museum Balanga
2.4.3 Fasilitas dan Koleksi Museum Balanga 2.5 Studi Banding
2.5.1 Studi Banding 1 2.5.2 Studi Banding 2
BAB III – MUSEUM BALANGA DENGAN TEMA NATURAL DAN ETNIK
3.1 Deskripsi Objek Studi
3.1.1 Deskripsi Fungsi Objek Studi 3.1.2 Analisa Site
3.1.3 Analisa Bangunan 3.1.4 Permasalah Interior
56 58 60 61 62 63 64 65 65 65 67 69
71 76
(6)
xi 3.2 Flow activity
3.2.1 Flow Activity Pengunjung 3.2.2 Flow Activity Pengelola 3.2.3 Flow Sirkulasi Barang
3.3 Implementasi Konsep dan Tema 3.3.1 Natural
3.3.2 Etnik
3.3.3 Tambun Bungai
3.3.4 Konsep Pola Bentuk dan Ornamen 3.3.5 Prinsip Tata Pamer yang digunakan 3.3.6 Konsep Warna
3.3.7 Konsep Tekstur 3.3.8 Konsep Material 3.3.9 Konsep Pencahayaan 3.3.10 Konsep Penghawaan 3.4 Hubungan Kedekatan Ruang
3.4.1 Bubble Diagram 3.4.2 Zoning Blocking 3.5 Studi Image
83 83 85 86 88 88 89 89 89 90 91 92 93 95 96 96 97 98 98 98
(7)
xii BAB IV – PERANCANGAN ULANG DESAIN INTERIOR
MUSEUM BALANGA PALANGKARAYA 4.1 Perancangan General
4.2 Perancangan Gedung Pameran Tetap 4.2.1 Konsep Sirkulasi
4.2.2 Konsep Warna 4.2.3 Penghawaan General 4.2.4 Perancangan Lobby
4.2.5 Perancangan Ruang Pameran Perang 4.2.6 Perancanga Ruang Pameran Peralatan
Kematian
4.3 Perancangan Ruang Perpustakaan
BAB V – SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
99 100
103 105 106 106 107 108 112 115
(8)
xiii DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tata Ruang Tabel 2.2 Tata Peletakan Tabel 2.3 Jenis-jenis Sirkulasi
Tabel 2.4 Table tinggi pandangan manusia
Tabel 2.5 -Perbedaan Ciri Khas Dayak Tabel 2.6 Jenis Rumah Tradisional Dayak Tabel 2.7 Ciri Khas Rumah Tradisional Dayak Tabel 2.7 – Koleksi Museum Balanga
Tabel 3.1 Analisa Site Bangunan Tabel 3.2 Analisa Bangunan Tabel 3.3 Permasalahan Eksisting.
16 18 21 25 58 63 64 70 85 86 87
(9)
xiv DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Jarak Pandangan Orang Dewasa dan anak - anak Gambar 2.2 Posisi Display
Gambar 2.3 Rentang Pergerakan Kepala
Gambar 2.4 Pengamatan Koleksi Pada Posisi Berdiri
Gambar 2.5 Pengamatan Karya Pria dan Wanita Pada Posisi Duduk Gambar 2.6 Tinggi dan cakupan arah pandang
Gambar 2.7 Tinggi display dan cakupan arah pandang Gambar 2.8 Pencahayaan Alami
Gambar 2.9 Pencahayaan Merata Buatan Dalam Ruang Gambar 2.10 Pencahayaan Terfokus Buatan Dalam Ruang Gambar 2.11 Pohon Kehidupan
Gambar 2.12 Warna Tradisional Dayak Gambar 2.13 – Batang Garing
Gambar 2.14 Lamantek bermakan Negatif Gambar 2.15 Lamantek bermakan positif Gambar 2.16 Tanaman Pakis
Gambar 2.17 Karekot bajei
Gambar 2. 18 Ornamen Baru
25 25 26 26 27 27 28 30 31 31 39 52 54 54 54 55 55 55
(10)
xv Gambar 2.19 Ornamen Jata Bundaran Kecil Palangkaraya
Gambar 2.20 Ornamen Balanga Pada Tralis Gambar 2.21 Ornamen Balanga Pada Tralis
Gambar 2.22 Ilustrasi Orientasi Bangunan Suku Dayak Ngaju
Gambar 2.23 Penempatan Dalam Tradisi Dayak Gambar 2.24 Fasade Museum Balanga
Gambar 2.25 Fasade Museum Sri Baduga Gambar 2.26 Area Museum Sri Baduga
Gambar 2.27 Ruang Pameran Peralatan Hidup Gambar 2.28 Ruang Pameran
Gambar 2.29 Display pada Ruang Kesenian Gambar 2.30 Ruang Pameran Fauna
Gambar 2.31 Pencahayaan Alami dan Buatan Gambar 2.32 Pembagian Ruang
Gambar 2.33 Sirkulasi Terbuka Pada Ruang Pameran Gambar 2.34 Fasade Museum Sonobudoyo
Gambar 2.35 Display Ruang Pengenalan Gambar 2.36 Ruang Prasejarah
Gambar 2.37 Ruang Batik Gambar 2.38 Ruang Wayang
55 56 56 59 60 65 71 72 73 73 73 74 74 74 75 76 78 78 78 79
(11)
xvi Gambar 2.39 Ruang Topeng
Gambar 2.40 Ruang Bali Gambar 2.41 Ruang Senjata
Gambar 3.1 Bangunan Museum Balanga
Gambar 3.2 Rumah Betang
Gambar 3.3 Bentuk Dasar yang digunakan Gambar 3.4 Tata Ruang Linear
Gambar 3.5 Tata Peletakan Linear Gambar 3.6 Pola Sirkulasi Linear
Gambar 3.7 Warna Tradisinal Dayak Kal-Teng
Gambar 3.8 Talawang
Gambar 3.9 Indirect Lighting
Gambar 3.10 Indirect Lighting yang membentuk pola bayangan Gambar 3.11 Bubble Kedekatan Ruang
Gambar 3.12 Zoning Blocking Lantai 1 Gambar 3.13 Zoning Blocking Lantai 2 Gambar 3.14 Interior Museum Vasamuseet Gambar 3.15 Pencahayaan Indirect
Gambar 3.16 Ruang Koleksi Alam
Gambar 3.17 Lorong dengan suasana hutan
79 79 80 83 92 93 93 94 94 95 96 97 97 98 99 99 100 101 101 102
(12)
xvii
Gambar 4.1 Site Plan
Gambar 4.2 Denah General lantai 1 Gambar 4.3 Denah General lantai 2
Gambar 4.4 AC Window dan Ventilasi pada ruang pameran Gambar 4.5 Eksisting Lobby
Gambar 4.5 Denah Lobby Gambar 4.6 Perspektif Lobby
Gambar 4.7 Isometri Meja Resepsionis Gambar 4.8 Denah Ruang Koleksi Perang
Gambar 4.9 Perspektif Ruang Koleksi Peralatan Perang Gambar 4.10 Tampak 1 Ruang Koleksi Perang
Gambar 4.11 Tampak 2 Ruang Koleksi Perang Gambar 4.12 Display Peralatan Sakral
Gambar 4.13 Display Senjata Ukuran Besar
Gambar 4.14 Denah Ruang Koleksi Kematian Gambar 4.15 Perspektif Ruang Koleksi Kematian Gambar 4.16 Meja Display Peralatan Kematian Gambar 4.18 Denah Perpustakaan
Gambar 4.19 Perspektif Perpustakaan Gambar 4.20 Tampak Perpustakaan
104 105 106 107 108 109 110 111 113 113 114 114 114 114 115 116 117 118 119 120
(13)
xviii Gambar 4.21 Meja Baca Modular bentuk 1
Gambar 4.22 Meja Baca Modular bentuk 2 Gambar 4.23 Kursi Panjang Armless
121 121 121
(14)
xix DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Sirkulasi Pengunjung Bagan 2.2 Sirkulasi Barang Display
Bagan 2.3 Struktur Organisasi Mueseum Balanga
Bagan 3.1 Flow Activity Pengunjung Bagan 3.2 Flow Activity Pengelola Bagan 3.3 Flow Sirkulasi Barang
14 15 67 88 88 89
(15)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangManusia adalah mahluk yang tidak lepas dari masa lampau dalam menjalani masa kini dan masa yang akan datang dan tidak mungkin lepas dari budayanya sendiri. Sebagai generasi muda yang menjadi pewaris budaya harus mengetahui sejarah masa lampau untuk dapat menjaga, memelihara, dan melestarikan budaya yang ada. Tanpa mengenal budayanya sendiri, maka seseorang itu akan kehilangan identitas diri dan jati dirinya sebagai manusia.
Kekayaan suku bangsa di Indonesia khususnya di Kalimantan Tengah adalah sebuah harta warisan yang sangat berharga yang patut dibanggakan oleh kita sebagai generasi muda. Kebudayaan dan adat peninggalan zaman dahulu harus dilestarikan oleh generasi muda Suku Dayak dan patut diperkenalkan pada masyarakat Indonesia agar tidak pudar oleh waktu.
(16)
2 Manfaat Museum bagi perkembangan bangsa Indonesia dan dalam era ekonomi daerah sekarang, terutama dalam pembinaan kebudayaan nasional besar sekali peranannya. Karena museum merupakan tempat penyelamatan, pemeliharaan, pelestarian dan penyajian sejarah alam, sejarah ilmu pengetahuan dan sejarah Kebudayaan yang diperuntukkan bagi kepentingan masyarakat, baik untuk studi pendidikan maupun rekreasi.
Untuk menjaga warisan budaya leluhur agar generasi muda tetap mengenal budaya dan kekayaan alam dayak Kalimantan Tengah, pada tahun 1973 Pemerintah Daerah Kalimantan Tengah mendirikan Museum Balanga yang berlokasi di Ibukota Provinsi Kalimantan Tengah, Palangkaraya. Museum Balanga memiliki berbagai jenis koleksi hasil kebudayaan material (benda budaya) yang dikelompokan menjadi koleksi ethnografi, historika, arkeologi, keramologika, numismatika, dan heraldika. Sementara benda alam (kekayaan alam Kalimantan Tengah) dikelompokan menjadi koleksi biologika dan geologika.
Museum Balanga memiliki peran yang sangat penting dalam memperkenalkan tradisi, budaya, dan kekayaan alam Kalimantan Tengah. Sementara keadaan Museum Balanga saat ini masih sebatas tempat memamerkan, menyimpan, dan memelihara saja tanpa memperhatikan suasana dan estetika sehingga kurang menarik dan komunikatif bagi pengunjung baik dari masyarakat Kalimantan Tengah sendiri maupun pengunjung dari luar daerah dan luar negeri. Dari hal tersebut diatas perancang merasa perlu merancang ulang Museum Balanga.
1.2 Identifikasi Masalah
Dayak adalah salah satu suku yang terkenal dengan adat dan budayanya yang masih kental. Kekayaan alam dan budaya Dayak Kalimantan Tengah akan pudar dan menghilang karena terkalahkan oleh budaya luar jika tidak dijaga dan diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia terlebih generasi muda Dayak sendiri. Masyarakat lebih tertarik kepada hal-hal baru yang modern dibandingkan kebudayaan sendiri padahal jika di tampilkan, kekayaan alam dan budaya
(17)
3 Kalimantan Tengah sangat menarik, unik, dan kaya bahkan mampu menarik wisatawan asing untuk lebih mengenal Dayak Kalimantan Tengah.
Sementara itu kebanyakan museum sekarang ini termasuk Museum Balanga, kurang diperhatikan desainnya sehingga lebih berkesan kuno, kaku, dan menakutkan dan tidak memiliki pesan yang mendalam.
1.3 Ide/Gagasan Perancangan
Merancang ulang Museum Balanga yang sudah ada sehingga diharapkan secara visual mampu membuat pengunjung merasakan suasana etnik yang kental namun tetap modern mengikuti perkembangan zaman. Dari Desain museum diharapkan menimbulkan kesan yang menarik yaitu berkarakter Dayak dan mengandung filosofi Kalimantan Tengah. Dalam perancangannya desain akan memfokuskan pada suasana etnik yang kental pada setiap aplikasi desain dan menggunakan hal-hal yang berbau kedaerahan seperti penataan ruang, ornamen dan material yang digunakan.
Agar dapat membuat pengunjung dapat merasakan kesan yang berbeda dan mendalam, maka museum didesain untuk dapat membuat pengunjung tidak hanya dapat melihat namun juga merasakan dan mengalami sendiri cerita yang terkandung dalam setiap barang koleksi.
1.4 Rumusan Masalah
Interior sebuah museum bukan dirancang hanya untuk meletakan barang koleksi dan memamerkannya. Lebih dari itu interior museum yang mampu bercerita tentang filosofi dan suasana tema museum mampu memberikan informasi yang lebih kaya dan kesan yang berbeda kepada pengunjung.
Maka dalam rancangan museum ini dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana merancang desain interior museum yang mampu bercerita dan memberi suasana yang mendalam tentang etnik dan kebudayaan Dayak Kalimantan Tengah melalui tema natural dan etnik serta konsep Tambun Bungai?
(18)
4 2. Bagaimana mendesain museum budaya yang modern, unik dan mengikuti
perkembangan jaman?
1.5 Tujuan Perancangan
Tujuan dari perancangan ini adalah :
1. Menghasilkan desain interior museum yang mampu bercerita dan memberi suasana yang mendalam tentang etnik dan kebudayaan Dayak Kalteng.
2. Menghasilkan desain interior museum budaya yang menarik untuk masyarakat segala usia dan wisatawan dalam maupun luar negeri melalui desain yang modern dan mengikuti perkembangan jaman.
1.6 Manfaat Perancangan
Dengan perancangan ulang Museum Balanga ini diharapkan mampu meningkatkan rasa cinta masyarakat Dayak terhadap alam dan budayanya yang kaya serta mampu mengenalkan kekayaan alam dan budaya Kalimantan Tengah kepada masyarakat Indonesia dan wisatawan asing.
1.7 Ruang Lingkup Perancangan
Pengunjung museum ini adalah dari segala usia dan ruang lingkup perancangan proyek ini yaitu :
Area Lobby
Area lobby yang menyatu dengan area resepsionis didesain dengan nuansa rumah betang namun dengan kesan yang modern.
Area Pameran Tetap
Area pameran tetap dibagi menjadi beberapa area sesuai dengan penggolongan jenis-jenis barang koleksi, yaitu :
1. Area kekayaan alam
2. Area kelahiran dan pernikahan 3. Area kehidupan
(19)
5 4. Area peralihan ruang
5. Area karya seni
6. Area pra-pasca kemerdekaan RI 7. Area kematian
1.8Sistematika Penulisan
Penyusunan laporan tugas akhir dibagi menjadi beberapa bab, yaitu : Bab I - PENDAHULUAN
Berisikan latarbelakang masalah, identifikasi masalah, ide perancangan, rumusan masalah, tujuan, manfaat, dan ruang lingkup perancangan, dan sistematika penulisan.
Bab II - STUDI LITERATUR
Berisikan studi literatur mengenai sejarah museum, jenis museum, ergonomi, tinjauan terhadap budaya dan kekayaan alam Kalimantan Tengah, tinjauan proyek, dan studi banding terhadap museum sejenis.
Bab III - DESKRIPSI PERANCANGAN MUSEUM BALANGA
Berisikan deskripsi objek studi yang mencakup deskripsi proyek, site, analisis fungsi dan site, flow activity, kebutuhan dan kriteria ruang, zoning blocking, dan implementasi konsep dan tema pada desain
Bab IV - PERANCANGAN MUSEUM BALANGA
Pembahasan mengenai ide perancangan yang sudah dituangkan dalam bentuk lembar kerja disertai pembahasan secara singkat.
BAB V - SIMPULAN DAN SARAN
Merupakan hasil simpulan dari perancangan yang sudah dilakukan serta saran, terutama bagi pihak-pihak yang akan melakukan perancangan dengan topik yang sama.
(20)
122 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan
Museum Balanga perlu dirancang ulang karena adanya permasalahan dalam eksisting yang membuat museum menjadi kurang menarik. Museum Balanga, kurang diperhatikan desainnya sehingga lebih berkesan kuno, kaku, dan menakutkan. Filosofi serta pesan yang terkandung dalam koleksi museum tak tersampaikan melalui suasana interior karena interior museum ini hanya berfungsi sebagai tempat menyimpan dan memamerkan.
Melalui penerapan konsep “Bumi Tambun Bungai” dengan tema Natural
dan Etnik, museum ini menjadi lebih berkesan dan menarik dengan suguhan budaya dan etnik dayak yang diterapkan pada suasana dan pengaturan ruang interiornya. Konsep dan tema diterapkan pada interior yaitu dengan menciptakan suasana yang hangat dan kekeluargaan seperti sistem sosial masyarakat dayak, suasana yang hangat itu ditunjang dengan suasana rumah betang dan alam yang menyatu. Interior ruang pameran didesain menyesuaikan jenis koleksi yang dipamerkan. Jenis koleksi mempunyai cerita sehingga cerita tersebut didukung dengan suasana ruang yang sesuai agar pengunjung tidak hanya melihat koleksi dan mendengar cerita namun juga dapat merasakan sensasi ruangnya.
5.2. Saran
Indonesia kaya akan budaya dan sumber daya alam. Setiap daerah memiliki ciri khasnya masing-masing yang memiliki andil dalam menyumbangkan kekayaan Indonesia, karena itu sangat diharapkan kepedulian desainer muda untuk memperbaharui museum-museum yang bersifat kedaerahan agar tidak kalah menarik dengan museum yang ada di luar Indonesia.
Sejauh ini museum di Indonesia hanya memenuhi fungsi dasarnya yaitu sebagai tempat menyimpan dan memamerkan koleksi. Hal tersebutlah yang membuat museum di Indonesia sepi pengunjung. Museum yang menarik adalah museum yang dapat bercerita melalui setiap elemen yang ada pada ruang.
(21)
82 DAFTAR PUSTAKA
De Chiara, Joseph and Callender, John Hancock, 2001.Time Saver Standarts for Building Types 2nd edition,Mc Graw Hill Book Company, New York. D.K.Ching, Francis. 1999. Arsitektur: Bentuk, Ruang dan Susunannya. Cetakan
ke-7. Jakarta: Erlangga.
ICOM. 2004. Running a Museum : A Parctical Handbook, International Council of Museum,UNESCO, France.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat, 2008. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kecil TapiIndah, Pedom an Pendir ian Museum, 1999/2000.
Depart em en P endidi kan Nasional Direktorat Jenderal Kebudayaan: Jakarta.
Kusni, Sulang.2013, Senjata Tradisional dan Pakaian Adat Kal-Teng, Badan Perpustakaan Daerah Kalimantan Tengah.
Neufert, Ernst dan Sjamsu Amril, 1995, Data Arsitek, Jilid 2 Edisi Kedua, Penerbit Erlangga:Jakarta.
Panero, Julius, dan Martin Zelnik,2003. Human Dimensions and Interior Spaces. Penerbit Erlangga : Jakarta
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.19, 1995, Pemeliharaan dan Pemanfaatan benda Cagar Budaya di Museum, Direktorat Jendral Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
Riwut, Nila, 2003, Maneser Panatau Tatu Hiang, Pusaka Lima.
Riwut, Nila, 2007, Kalimantan Membangun Alam dan Kebudayaan, Yogyakarta: NR Publishing.
Saililah, Demang J.1984. Aneka Ragam Ukiran dan Lukisan Dayak Ngaju Kalimantan Tengah. Lembaga bahasa & Seni Budaya Universitas Negeri Palangkaraya
(22)
83 website :
http://www.indonesiawonder.com/id/tour/wisata-sejarah/museum-balanga (diunduh pada 7 Januari 2014)
Etnik dan Etnisitas, oleh Achmanto Mendatu,
http://smartpsikologi.blogspot.com/2007/08/etnik-dan-etnisitas.html (diunduh pada 18 Agustus 2014)
http://www.sonobudoyo.com/id/web/tentang/sejarah (diunduh pada 15 April 2014)
http://www.sribadugamuseum.com/a-profil.php?idp=1#Sejarah / Latar Belakang (diunduh pada 7 April 2014)
(1)
3 Kalimantan Tengah sangat menarik, unik, dan kaya bahkan mampu menarik wisatawan asing untuk lebih mengenal Dayak Kalimantan Tengah.
Sementara itu kebanyakan museum sekarang ini termasuk Museum Balanga, kurang diperhatikan desainnya sehingga lebih berkesan kuno, kaku, dan menakutkan dan tidak memiliki pesan yang mendalam.
1.3 Ide/Gagasan Perancangan
Merancang ulang Museum Balanga yang sudah ada sehingga diharapkan secara visual mampu membuat pengunjung merasakan suasana etnik yang kental namun tetap modern mengikuti perkembangan zaman. Dari Desain museum diharapkan menimbulkan kesan yang menarik yaitu berkarakter Dayak dan mengandung filosofi Kalimantan Tengah. Dalam perancangannya desain akan memfokuskan pada suasana etnik yang kental pada setiap aplikasi desain dan menggunakan hal-hal yang berbau kedaerahan seperti penataan ruang, ornamen dan material yang digunakan.
Agar dapat membuat pengunjung dapat merasakan kesan yang berbeda dan mendalam, maka museum didesain untuk dapat membuat pengunjung tidak hanya dapat melihat namun juga merasakan dan mengalami sendiri cerita yang terkandung dalam setiap barang koleksi.
1.4 Rumusan Masalah
Interior sebuah museum bukan dirancang hanya untuk meletakan barang koleksi dan memamerkannya. Lebih dari itu interior museum yang mampu bercerita tentang filosofi dan suasana tema museum mampu memberikan informasi yang lebih kaya dan kesan yang berbeda kepada pengunjung.
Maka dalam rancangan museum ini dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana merancang desain interior museum yang mampu bercerita dan memberi suasana yang mendalam tentang etnik dan kebudayaan Dayak Kalimantan Tengah melalui tema natural dan etnik serta konsep Tambun Bungai?
(2)
4 2. Bagaimana mendesain museum budaya yang modern, unik dan mengikuti
perkembangan jaman?
1.5 Tujuan Perancangan
Tujuan dari perancangan ini adalah :
1. Menghasilkan desain interior museum yang mampu bercerita dan memberi suasana yang mendalam tentang etnik dan kebudayaan Dayak Kalteng.
2. Menghasilkan desain interior museum budaya yang menarik untuk masyarakat segala usia dan wisatawan dalam maupun luar negeri melalui desain yang modern dan mengikuti perkembangan jaman.
1.6 Manfaat Perancangan
Dengan perancangan ulang Museum Balanga ini diharapkan mampu meningkatkan rasa cinta masyarakat Dayak terhadap alam dan budayanya yang kaya serta mampu mengenalkan kekayaan alam dan budaya Kalimantan Tengah kepada masyarakat Indonesia dan wisatawan asing.
1.7 Ruang Lingkup Perancangan
Pengunjung museum ini adalah dari segala usia dan ruang lingkup perancangan proyek ini yaitu :
Area Lobby
Area lobby yang menyatu dengan area resepsionis didesain dengan nuansa rumah betang namun dengan kesan yang modern.
Area Pameran Tetap
Area pameran tetap dibagi menjadi beberapa area sesuai dengan penggolongan jenis-jenis barang koleksi, yaitu :
1. Area kekayaan alam
2. Area kelahiran dan pernikahan 3. Area kehidupan
(3)
5 4. Area peralihan ruang
5. Area karya seni
6. Area pra-pasca kemerdekaan RI 7. Area kematian
1.8Sistematika Penulisan
Penyusunan laporan tugas akhir dibagi menjadi beberapa bab, yaitu :
Bab I - PENDAHULUAN
Berisikan latarbelakang masalah, identifikasi masalah, ide perancangan, rumusan masalah, tujuan, manfaat, dan ruang lingkup perancangan, dan sistematika penulisan.
Bab II - STUDI LITERATUR
Berisikan studi literatur mengenai sejarah museum, jenis museum, ergonomi, tinjauan terhadap budaya dan kekayaan alam Kalimantan Tengah, tinjauan proyek, dan studi banding terhadap museum sejenis.
Bab III - DESKRIPSI PERANCANGAN MUSEUM BALANGA
Berisikan deskripsi objek studi yang mencakup deskripsi proyek, site, analisis fungsi dan site, flow activity, kebutuhan dan kriteria ruang, zoning blocking, dan implementasi konsep dan tema pada desain
Bab IV - PERANCANGAN MUSEUM BALANGA
Pembahasan mengenai ide perancangan yang sudah dituangkan dalam bentuk lembar kerja disertai pembahasan secara singkat.
BAB V - SIMPULAN DAN SARAN
Merupakan hasil simpulan dari perancangan yang sudah dilakukan serta saran, terutama bagi pihak-pihak yang akan melakukan perancangan dengan topik yang sama.
(4)
122 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan
Museum Balanga perlu dirancang ulang karena adanya permasalahan dalam eksisting yang membuat museum menjadi kurang menarik. Museum Balanga, kurang diperhatikan desainnya sehingga lebih berkesan kuno, kaku, dan menakutkan. Filosofi serta pesan yang terkandung dalam koleksi museum tak tersampaikan melalui suasana interior karena interior museum ini hanya berfungsi sebagai tempat menyimpan dan memamerkan.
Melalui penerapan konsep “Bumi Tambun Bungai” dengan tema Natural dan Etnik, museum ini menjadi lebih berkesan dan menarik dengan suguhan budaya dan etnik dayak yang diterapkan pada suasana dan pengaturan ruang interiornya. Konsep dan tema diterapkan pada interior yaitu dengan menciptakan suasana yang hangat dan kekeluargaan seperti sistem sosial masyarakat dayak, suasana yang hangat itu ditunjang dengan suasana rumah betang dan alam yang menyatu. Interior ruang pameran didesain menyesuaikan jenis koleksi yang dipamerkan. Jenis koleksi mempunyai cerita sehingga cerita tersebut didukung dengan suasana ruang yang sesuai agar pengunjung tidak hanya melihat koleksi dan mendengar cerita namun juga dapat merasakan sensasi ruangnya.
5.2. Saran
Indonesia kaya akan budaya dan sumber daya alam. Setiap daerah memiliki ciri khasnya masing-masing yang memiliki andil dalam menyumbangkan kekayaan Indonesia, karena itu sangat diharapkan kepedulian desainer muda untuk memperbaharui museum-museum yang bersifat kedaerahan agar tidak kalah menarik dengan museum yang ada di luar Indonesia.
Sejauh ini museum di Indonesia hanya memenuhi fungsi dasarnya yaitu sebagai tempat menyimpan dan memamerkan koleksi. Hal tersebutlah yang membuat museum di Indonesia sepi pengunjung. Museum yang menarik adalah museum yang dapat bercerita melalui setiap elemen yang ada pada ruang.
(5)
82 DAFTAR PUSTAKA
De Chiara, Joseph and Callender, John Hancock, 2001.Time Saver Standarts for Building Types 2nd edition,Mc Graw Hill Book Company, New York. D.K.Ching, Francis. 1999. Arsitektur: Bentuk, Ruang dan Susunannya. Cetakan
ke-7. Jakarta: Erlangga.
ICOM. 2004. Running a Museum : A Parctical Handbook, International Council of Museum,UNESCO, France.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat, 2008. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kecil TapiIndah, Pedom an Pendir ian Museum, 1999/2000.
Depart em en P endidi kan Nasional Direktorat Jenderal Kebudayaan: Jakarta.
Kusni, Sulang.2013, Senjata Tradisional dan Pakaian Adat Kal-Teng, Badan Perpustakaan Daerah Kalimantan Tengah.
Neufert, Ernst dan Sjamsu Amril, 1995, Data Arsitek, Jilid 2 Edisi Kedua,
Penerbit Erlangga:Jakarta.
Panero, Julius, dan Martin Zelnik,2003. Human Dimensions and Interior Spaces. Penerbit Erlangga : Jakarta
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.19, 1995, Pemeliharaan dan
Pemanfaatan benda Cagar Budaya di Museum, Direktorat Jendral
Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. Riwut, Nila, 2003, Maneser Panatau Tatu Hiang, Pusaka Lima.
Riwut, Nila, 2007, Kalimantan Membangun Alam dan Kebudayaan, Yogyakarta:
NR Publishing.
Saililah, Demang J.1984. Aneka Ragam Ukiran dan Lukisan Dayak Ngaju Kalimantan Tengah. Lembaga bahasa & Seni Budaya Universitas Negeri Palangkaraya
(6)
83 website :
http://www.indonesiawonder.com/id/tour/wisata-sejarah/museum-balanga (diunduh pada 7 Januari 2014)
Etnik dan Etnisitas, oleh Achmanto Mendatu,
http://smartpsikologi.blogspot.com/2007/08/etnik-dan-etnisitas.html (diunduh pada 18 Agustus 2014)
http://www.sonobudoyo.com/id/web/tentang/sejarah (diunduh pada 15 April 2014)
http://www.sribadugamuseum.com/a-profil.php?idp=1#Sejarah / Latar Belakang (diunduh pada 7 April 2014)