Perancangan Interior Museum Wine Dengan tema "Luxurious Europe".

(1)

iii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Seiring dengan perkembangan negara Indonesia, banyak wisatawan asing datang berkunjung ataupun kemudian tinggal menetap. Salah satu wisatawan asing yang datang kemudian menetap adalah para wisatawan dari negara-negara Eropa. Secara otomatis mereka membawa budaya mereka masuk ke Indonesia. Salah satunya adalah budaya wine sebagai bagian kehidupan sehari-hari masyarakat Eropa yang sudah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.

Namun bagi masyarakat Indonesia, wine lebih merujuk pada arti negatif yang berhubungan dengan kebiasaan bermabuk-mabukan. Paradigma ini lebih dipicu karena sedikitnya pengetahuan tentang wine. Senyawa alkohol yang terdapat di dalam wine menjadi pemicu mengapa wine disamaratakan dengan minuman beralkohol lainnya. Padahal wine memiliki manfaat lain selain hanya dijadikan sebagai minuman pendamping makanan.

Pendapat yang salah tentang budaya wine sudah sepatutnya harus diluruskan. Sebaiknya ada sarana yang dapat memfasilitasi masyarakat Indonesia untuk mempelajari esensi dari wine yang sesungguhnya. Dalam hal ini, perancangan sebuah museum wine merupakan sarana pembantu untuk mensosialisasikan budaya wine. Sebuah museum wine dapat memberikan pengetahuan secara mendalam tentang seluruh wine mulai dari proses pembuatan sampai manfaatnya bagi manusia.


(2)

iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

Along with the development of Indonesian nationals, many foreign tourists come to visit or settle down later. One of the foreign tourists who come and stay are the tourists from European countries. They automatically bring their culture into Indonesia. One is the culture of wine as part of everyday life of European society had been going on since hundreds of years ago.

But for the Indonesian people, wine is more referring to the negative meanings associated with drinking habits. This paradigm is more triggered due to a lack of knowledge about wine. Alcohol compounds found in the wine triggers why wine generalized to other alcoholic beverages. Though wine has other benefits besides just as a beverage made of food.

The wrong opinion about the wine culture has deservedly should be straightened. Should have the means to facilitate the people of Indonesia to study the essence of real wine. In this case, the design of a museum of wine is a helper tool for disseminating the culture of wine. A wine museum can provide in-depth knowledge about the entire wine making process starting from to the benefits to humans.


(3)

v Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Perancangan ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Batasan Masalah ... 3

1.4 Tujuan Perancangan ... 4

1.5 Manfaat Perancangan ... 4

1.6 Metode Penelitian ... 5

1.7 Sistematika Penulisan ... 6

BAB II. LANDASAN TEORITIS ... 7

2.1 Museum ... 7

2.1.1 Pengertian Museum ... 7

2.1.2 Sejarah Museum ... 8

2.1.2.1 Sejarah Museum Dunia ... 8


(4)

vi Universitas Kristen Maranatha

2.1.3 Klasifikasi Museum ... 13

2.1.4 Elemen Desain Interior Museum ... 16

2.1.5 Akses Publik Museum ... 22

2.2 Wine ... 25

2.2.1 Pengertian Wine ... 25

2.2.2 Sejarah Wine ... 31

2.2.3 Jenis-jenis ... 33

2.2.4 Penggunaan Wine ... 43

2.2.5 Sistem Penyimpanan Wine ... 48

2.2.6 Produksi Wine ... 49

BAB III. DESKRIPSI OBJEK STUDI ... 51

3.1 Deskripsi Objek Studi ... 51

3.2 Ide Implementasi Konsep ... 54

3.3 Analisa Fisik ... 62

3.4 Analisa Fungsional ... 71

3.4.1 Tabel Kebutuhan Ruang ... 71

BAB IV. APLIKASI KONSEP “LUXURIOUS EUROPE” PADA INTERIOR MUSEUM ... 79

4.1 Dasar Pemikiran ... 79

4.2 Dasar Perancangan ... 81

4.3 Dasar Perancangan ... 84


(5)

vii Universitas Kristen Maranatha

4.3.2 Pemilihan Warna dan Material ... 87

4.3.3 Perancangan Dinding ... 89

4.3.4 Perancangan Lantai ... 92

4.3.5 Perancangan Plafon ... 94

4.3.6 Perancangan Furniture ... 96

4.3.7 Perancangan Elemen Interior ... 98

BAB V. KESIMPULAN ... 100 DAFTAR PUSTAKA


(6)

viii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

TABEL 1. Tabel 2.1.* Kadar nutrisi pada red wine ... 47

TABEL 2. Tabel 2.2.* Data produksi wine dunia tahun 2006 ... 49

TABEL 3. Tabel 2.3.* Data penggunaan wine dunia tahun 2006 ... 49

TABEL 4. Tabel 2.4.* Data market share wine dunia tahun 2006 ... 50

TABEL 5. Tabel 3.3.1.* Analisa Tapak ... 62

TABEL 6. Tabel 3.4.1.* Tabel Kebutuhan Ruang ... 71

TABEL 7. Tabel 3.4.2.1* Bubble Diagram Lantai 1 ... 76

TABEL 8. Tabel 3.4.2.2* Bubble Diagram Lantai 2 ... 77

TABEL 9. Tabel 3.4.2.3* Bubble Diagram Lantai Basement ... 78

TABEL 10. Tabel 4.2.1* Bubble Diagram Lantai 1 ... 81

TABEL 11. Tabel 4.2.2* Bubble Diagram Lantai 2 ... 82


(7)

ix Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1. Gambar 2.1.* Contoh perancangan toko suvenir museum ... 17

GAMBAR 2. Gambar 2.2.* Sudut ideal antara pencahayaan ... 20

objek display dan mata manusia GAMBAR 3. Gambar 2.3.* Pemasangan penerangan yang alami ... 20

GAMBAR 4. Gambar 2.4.* Karakter museum historis ... 21

GAMBAR 5. Gambar 2.5.* Pencahayaan pada ruangan ... 21

GAMBAR 6. Gambar 2.6.* Perbandingan antara sudut pandang ... 22

dengan jarak pandang GAMBAR 7. Gambar 2.7.* Pantulan cahaya pada ruang pameran ... 22

GAMBAR 8. Gambar 2.8.* Tanaman anggur ... 28

GAMBAR 9. Gambar 2.9.* Ladang anggur ... 28

GAMBAR 10. Gambar 2.10.* Bukti sejarah ... 33

GAMBAR 11. Gambar 2.10.* Sherry, jenis fortified wine ... 36

GAMBAR 12. Gambar 2. 11.* Barrel penyimpanan sherry ... 36

GAMBAR 13. Gambar 2. 12.* Anggur untuk ice wine ... 37

GAMBAR 14. Gambar 2. 13.* Ice wine pertama yang dihasilkan di dunia ... 38

GAMBAR 15. Gambar 2. 14.* Sparkling wine ... 39

GAMBAR 16. Gambar 2. 15.* Buih yang dihasilkan sparkling wine ... 40

GAMBAR 17. Gambar 2. 16.* Pengeringan buah anggur ... 41

GAMBAR 18. Gambar 2. 17.* Peta penyebaran penggunaan wine dunia ... 44

GAMBAR 19. Gambar 2. 18.* Barrel aging wine ... 48

GAMBAR 20. Gambar 3.1.* Denah Lantai 1 ... 52


(8)

x Universitas Kristen Maranatha

GAMBAR 22. Gambar 3.3.* Tampak Depan Bangunan ... 53

GAMBAR 23. Gambar 3.4.* View pada site ... 54

GAMBAR 24. Gambar 3.5.* Studi image material ... 55

GAMBAR 25. Gambar 3.6.* Studi image material ... 56

GAMBAR 26. Gambar 3.7.* Studi image warna dan pencahayaan ... 57

GAMBAR 27. Gambar 3.8.* Studi image warna dan pencahayaan ... 57

GAMBAR 28. Gambar 3.9.* Studi image warna dan pencahayaan ... 58

GAMBAR 29. Gambar 3.9.* Studi image warna dan pencahayaan ... 59

GAMBAR 30. Gambar 4.2.1* Flow Activity Pengunjung ... 84

GAMBAR 31. Gambar 4.3.1.1* Zoning Lantai 1 ... 84

GAMBAR 32. Gambar 4.3.1.2* Zoning Lantai 2 ... 85

GAMBAR 33. Gambar 4.3.1.3* Zoning Lantai Basement ... 85

GAMBAR 34. Gambar 4.3.1.4* Grouping Lantai 1 ... 86

GAMBAR 35. Gambar 4.3.1.4* Grouping Lantai 2 ... 87

GAMBAR 36. Gambar 4.3.2.1* Warna dan material lantai ... 88

GAMBAR 37. Gambar 4.3.2.2* Warna dan material lantai ... 88

GAMBAR 38. Gambar 4.3.2.3* Warna dan material lantai ... 89

GAMBAR 39. Gambar 4.3.3.1* Potongan Khusus ... 89

GAMBAR 40. Gambar 4.3.3.2* Potongan Khusus ... 91

GAMBAR 41. Gambar 4.3.3.3* Potongan Khusus ... 91

GAMBAR 42. Gambar 4.3.4.1* Pola Lantai ... 92

GAMBAR 43. Gambar 4.3.4.2* Pola Lantai ... 93

GAMBAR 44. Gambar 4.3.4.3* Pola Lantai ... 93

GAMBAR 45. Gambar 4.3.5.1* Pola plafon ... 94


(9)

xi Universitas Kristen Maranatha

GAMBAR 47. Gambar 4.3.5.3* Pola plafon ... 95

GAMBAR 48. Gambar 4.3.6.1* Furniture meja resepsionis ... 96

GAMBAR 49. Gambar 4.3.6.2* Furniture mini diorama ... 97

GAMBAR 50. Gambar 4.3.6.3* Furniture display wine ... 98

GAMBAR 51. Gambar 4.3.7.1* Detail dinding resepsionis ... 98

GAMBAR 52. Gambar 4.3.7.2* Detail dinding resepsionis ... 99


(10)

1

Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Perancangan

Belakangan ini Indonesia menjadi salah satu negara yang banyak dikunjungi oleh wisatawan asing juga para warga negara asing yang kemudian tinggal menetap di negara ini. Dengan masuknya para warga negara asing tersebut, secara otomatis, mereka membawa budaya dan kebiasaan mereka masuk ke Indonesia. Salah satu kebiasaan yang ikut masuk bersama warga asing adalah kebiasaan menggunakan wine dalam kehidupan sehari-hari. Wine seringkali dijadikan sebagai bumbu tambahan dalam masakan Eropa selain menjadi teman minum ketika makan, suatu hal yang kemudian menjadi gaya hidup.

Wine biasa digunakan dalam acara keagamaan sejak berabad-abad yang


(11)

2

Universitas Kristen Maranatha perlengkapan yang sakral. Wine juga merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hukum dan tradisi Yahudi. Upacara keagamaan Kiddush adalah upacara pemberkatan wine untuk menyucikan hari Shabbat atau hari libur orang Yahudi. Setiap tiba waktu Pesach, setiap pria dan wanita diwajibkan meminum empat gelas wine.

Bagi masyarakat Indonesia sendiri, wine memiliki arti yang berbeda. Paradigma yang beredar pada masyarakat setempat adalah bahwa wine hanya digunakan oleh mereka yang suka bermabuk-mabukkan mengingat wine adalah minuman beralkohol. Padahal sebenarnya wine dapat berguna untuk kesehatan mereka yang meminumnya. Banyak fakta tentang wine yang tidak terlalu dikenal oleh masyarakat luas. Salah satunya adalah manfaat wine sebagai minuman kesehatan dan dapat juga digunakan dalam kosmetik.

Tidak banyak dari fakta tentang wine yang diketahui oleh masyarakat Indonesia sehingga sebagian besar dari mereka masih menolak masuknya budaya

wine dalam kehidupan budaya Indonesia. Padahal fakta terakhir menunjukkan

bahwa Indonesia adalah negara pengguna wine terbesar di kawasan Asia Tenggara dengan penggunaan mencapai 220 juta liter per tahunnya. Fakta ini dikemukakan oleh tim survey Wine For Asia (WFA) pada tanggal 22-23 Oktober 2009 pada sebuah acara Wine Exhibition di negara Singapura. Karena sebab yang telah dikemukakan tersebut, maka diperlukan sebuah fasilitas yang dapat membantu penyebaran pengetahuan tentang wine di masyarakat Indonesia, dalam hal ini adalah pengadaan fasilitas museum wine.


(12)

3

Universitas Kristen Maranatha 1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi dari perancangan museum wine ini adalah:

1. Bagaimana menerapkan konsep Luxurious Europe pada desain interior museum wine?

2. Bagaimana membuat sebuah desain museum wine yang dapat memfasilitasi setiap kebutuhan pengunjungnya, bahkan bagi mereka yang memiliki keterbatasan fisik?

3. Bagaimana mendesain sebuah museum wine yang memiliki kontrol fisik baik, di antaranya adalah: kebutuhan ruang dengan spesifikasi kelembapan udara, intensitas cahaya matahari dan suhu udara tertentu pada gedung yang memiliki banyak bukaan di sekelilingnya?

4. Bagaimana mendesain interior sebuah museum wine yang dapat mewadahi pengunjung dengan tingkat privasi yang berbeda-beda?

1.3 Batasan Masalah

Pada laporan ini terdapat pembatasan masalah yang hanya membahas masalah teknis perancangan disiplin desain interior. Hal lain di luar permasalahan desain, yang menyangkut bidang manajemen non teknis lainnya hanya dibahas secara general saja.

Hal-hal lain yang mempengaruhi faktor-faktor perencanaan desain juga memiliki pembatasan yang harus dipertimbangkan dan diasumsikan. Salah satu faktor adalah adanya kepentingan dari Organisasi Bandung Heritage yang memiliki tugas untuk menjaga dan melestarikan bangunan tua di kota Bandung yang memiliki nilai sejarah arsitektural. Pada program perencanaan desain


(13)

4

Universitas Kristen Maranatha museum, akan dibahas mengenai interior museum wine yang dipadukan dengan lokasi eksisting bangunan. Perencanaan desain ini tidak termasuk pengerjaan desain grafis museum.

1.4 Tujuan Perancangan

1. Merancang interior museum wine dengan konsep Luxurious Europe pada setiap sisi ruang museum

2. Membuat sebuah desain museum wine yang dapat memfasilitasi setiap kebutuhan pengunjungnya, bahkan bagi mereka yang memiliki keterbatasan fisik

3. Mendesain sebuah museum wine yang memiliki kontrol fisik baik, di antaranya adalah: kebutuhan ruang dengan spesifikasi kelembapan udara, intensitas cahaya matahari dan suhu udara tertentu pada gedung yang memiliki banyak bukaan di sekelilingnya

4. Merancang interior sebuah museum wine yang memiliki pengunjung dengan tingkat privasi yang berbeda-beda pada setiap ruangannya

1.5 Manfaat Perancangan

Penulisan laporan perancangan tugas akhir ini diharapkan membawa manfaat bagi:

1. Fakultas Desain

Laporan ini dapat dijadikan sebagai masukan pengetahuan perkembangan dan kemajuan desain, terutama pada jurusan desain interior.


(14)

5

Universitas Kristen Maranatha 2. Pembaca

Laporan ini diharapkan dapat menjadi acuan pengaplikasian teori perancangan museum yang didapat dengan keadaan nyata rancangan museum di lapangan.

3. Penulis

Laporan ini dapat menjadi acuan penulis dalam proses perancangan desain. Pembuatan laporan ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan pemahaman penulis tentang dunia desain interior, dalam hal ini adalah pemahaman tentang rancangan sebuah museum.

1.6 Metode Penelitian

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan laporan tugas akhir ini adalah:

1) Studi pustaka, penulis melakukan studi literatur untuk mendapatkan data sebagai landasan teori dengan membaca literatur buku yang berhubungan dengan museum wine dan permasalahan desainnya.

2) Studi Internet, penulis melakukan studi image yang berasal dari internet 3) Studi lapangan, yaitu penulis melakukan survei di Museum Wine di Macau

dan McGuigan wineries, Australia beserta survei lokasi site perancangan dengan tujuan mendapatkan data lapangan melalui pengamatan.

a. Observasi → penulis melakukan pengamatan langsung terhadap ruangan yang terdapat di dalam museum wine untuk memperhatikan keadaan dan permasalahan umum dalam Museum Wine di Macau dan Museum Wine


(15)

6

Universitas Kristen Maranatha di Adelaide. Sebagai contohnya adalah mengamati pola sirkulasi dan kegiatan pengunjung ketika melakukan kunjungan di dalam museum. b. Survei → penulis melakukan peninjauan langsung ke lokasi Museum

Wine di Macau dan McGuigan wineries, Australia, serta melakukan

pengamatan dalam besaran ruangan museum. Selain melakukan survei museum wine, penulis juga melakukan melakukan tinjauan lokasi perancangan yang mengambil tempat di Museum Geologi, jalan Diponegoro nomor 57, Bandung. Penulis melakukan analisis kondisi eksisting site dan membandingkannya dengan keperluan ruang yang harus dimiliki oleh museum wine.

1.7 Sistematika Penulisan

BAB I. PENDAHULUAN: berisi tentang latar belakang masalah, tujuan penelitian, batasan pembahasan, dan sistematika penulisan.

BAB II. LANDASAN TEORI: berisi tentang studi literatur tentang sejarah museum, sejarah wine

BAB III. DESKRIPSI OBJEK STUDI: berisi tentang deskripsi objek studi, ide implementasi konsep pada objek studi, analisa fisik dan analisa fungsional

BAB IV. APLIKASI KONSEP “LUXURIOUS EUROPE” PADA INTERIOR MUSEUM: berisi tentang penerapan konsep yang dipilih pada setiap bagian interior bangunan museum.


(16)

100

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN

Dari penjabaran yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, berhasil dikumpulkan beberapa kesimpulan utama tentang Perancangan Desain Interior Museum Wine yang mengangkat konsep Luxurious Europe.

1. Rancangan Museum Wine diwujudkan pada lokasi eksisting gedung Museum Geologi Bandung yang memiliki nuansa Eropa klasik agar dapat mendukung visualisasi tema yang digunakan

2. Perwujudan konsep Luxurious Europe pada Museum Wine terlihat dari penggunaan jenis material, warna, dan visualisasi furniture serta interior ruangan. Jenis material yang digunakan adalah material yang biasa digunakan dalam interior bangunan klasik Eropa seperti limestone, kayu, granit, marmer, karpet, dan beberapa jenis material lainnya. Sedangkan warna yang


(17)

101

Universitas Kristen Maranatha digunakan lebih didominasi oleh warna-warna hangat seperti kuning, merah, orange. Selain warna hangat, interior Eropa klasik menggunakan warna-warna hijau, hitam, biru, violet sebagai warna-warna aksen. Pada visualisasi furniture dan interior ruangan, digunakan bentukan-bentukan yang mencerminkan tema klasik Eropa abad pertengahan, dalam hal ini secara spesifik mengambil tema klasik Eropa yang berada pada rentang waktu abad ke-13 sampai pada akhir abad ke-18.

3. Museum Wine dibagi menjadi beberapa area dengan tingkat privasi yang berbeda sehingga dapat mewadahi keinginan pengunjung yang berbeda-beda. Hal ini difokuskan pada area selain area utama museum yang tetap ditujukan bagi pengunjung publik. Sedangkan pembagian privasi diletakkan pada area bar dan cafe, perpustakaan dan ruang audiovisual. Pada area bar dan café, setiap area makan diberi sekat antar furniture yang dapat menciptakan ruang terpisah dari pengunjung lainnya. Pada area perpustakaan dan audiovisual, terdapat jarak yang cukup jauh antar satu area duduk menuju area lainnya. Pembagian area dengan tingkat privasi berbeda ini dilakukan karena sebagian besar pengunjung museum adalah kaum jetset yang memiliki tingkat privasi cukup tinggi. Namun tidak menutup pula kemungkinan adanya pengunjung lainnya selain kaum jetset.

4. Sirkulasi bukaan pada lokasi eksisting sebagian besar mengalami perubahan dengan ditutup oleh furniture dari bagian dalam ruangan sehingga sinar matahari atau udara luar tidak dapat sembarang keluar masuk dan merusak koleksi wine museum.


(18)

102

Universitas Kristen Maranatha 5. Pada museum wine disediakan area dan bantuan khusus bagi para pengunjung yang memiliki keterbatasan fisik. Pada bagian sirkulasi display-display museum, area sirkulasi manusia dibuat lebih luas untuk mengantisipasi pengunjung berkursi roda dan di setiap level tangga, diberikan area ramp untuk mempermudah jalur kursi roda. Selain itu, tersedia pula lift khusus yang dapat memfasilitasi pengunjung berkursi roda dan toilet khusus.


(19)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Christine M. Piotrowski, ASID, IIDA; Elizabeth A. Rogers, IIDA. Designing

Commercial Interiors (second edition). John Wiley & Sons, Inc. United States,

America.

Christian Datz; Christof Kullman. Wine & Dine. Teneues Verlag GmbH + Co. KG, Kempen. Italia

Drs. Moh Amir Sutaarga. Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum. Proyek Peningkatan dan Pengembangan Permuseuman Jakarta. Jakarta

Gail Dexter Lord; Barry Lord. The Manual of Museum Planning. Museum Enterprises Ltd. London, Inggris.

http://en.wikipedia.org/wiki/History_of_wine http://www.winepros.org/wine101/history.htm

http://www.museum.upenn.edu/new/exhibits/online_exhibits/wine/wineintro.html http://www.nicks.com.au/Index.aspx?link_id=76.770

Neufert, Ernst. 1990. Data Arsitek Edisi Kedua Jilid 1, Jakarta: Penerbit Erlangga. Neufert, Ernst. 1990. Data Arsitek Edisi Kedua Jilid 2, Jakarta: Penerbit Erlangga. Patrick E McGovern, Stuart J Fleming, Solomon H Katz. The Origins and Ancient

History of Wine Food and Nutrition in History and Antropology. Routledge.


(1)

Universitas Kristen Maranatha 2. Pembaca

Laporan ini diharapkan dapat menjadi acuan pengaplikasian teori perancangan museum yang didapat dengan keadaan nyata rancangan museum di lapangan.

3. Penulis

Laporan ini dapat menjadi acuan penulis dalam proses perancangan desain. Pembuatan laporan ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan pemahaman penulis tentang dunia desain interior, dalam hal ini adalah pemahaman tentang rancangan sebuah museum.

1.6Metode Penelitian

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan laporan tugas akhir ini adalah:

1) Studi pustaka, penulis melakukan studi literatur untuk mendapatkan data sebagai landasan teori dengan membaca literatur buku yang berhubungan dengan museum wine dan permasalahan desainnya.

2) Studi Internet, penulis melakukan studi image yang berasal dari internet 3) Studi lapangan, yaitu penulis melakukan survei di Museum Wine di Macau

dan McGuigan wineries, Australia beserta survei lokasi site perancangan dengan tujuan mendapatkan data lapangan melalui pengamatan.

a. Observasi → penulis melakukan pengamatan langsung terhadap ruangan yang terdapat di dalam museum wine untuk memperhatikan keadaan dan permasalahan umum dalam Museum Wine di Macau dan Museum Wine


(2)

Universitas Kristen Maranatha b. Survei → penulis melakukan peninjauan langsung ke lokasi Museum Wine di Macau dan McGuigan wineries, Australia, serta melakukan pengamatan dalam besaran ruangan museum. Selain melakukan survei museum wine, penulis juga melakukan melakukan tinjauan lokasi perancangan yang mengambil tempat di Museum Geologi, jalan Diponegoro nomor 57, Bandung. Penulis melakukan analisis kondisi eksisting site dan membandingkannya dengan keperluan ruang yang harus dimiliki oleh museum wine.

1.7Sistematika Penulisan

BAB I. PENDAHULUAN: berisi tentang latar belakang masalah, tujuan penelitian, batasan pembahasan, dan sistematika penulisan.

BAB II. LANDASAN TEORI: berisi tentang studi literatur tentang sejarah museum, sejarah wine

BAB III. DESKRIPSI OBJEK STUDI: berisi tentang deskripsi objek studi, ide implementasi konsep pada objek studi, analisa fisik dan analisa fungsional

BAB IV. APLIKASI KONSEP “LUXURIOUS EUROPE” PADA INTERIOR MUSEUM: berisi tentang penerapan konsep yang dipilih pada setiap bagian interior bangunan museum.


(3)

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN

Dari penjabaran yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, berhasil dikumpulkan beberapa kesimpulan utama tentang Perancangan Desain Interior Museum Wine yang mengangkat konsep Luxurious Europe.

1. Rancangan Museum Wine diwujudkan pada lokasi eksisting gedung Museum Geologi Bandung yang memiliki nuansa Eropa klasik agar dapat mendukung visualisasi tema yang digunakan

2. Perwujudan konsep Luxurious Europe pada Museum Wine terlihat dari penggunaan jenis material, warna, dan visualisasi furniture serta interior ruangan. Jenis material yang digunakan adalah material yang biasa digunakan dalam interior bangunan klasik Eropa seperti limestone, kayu, granit, marmer, karpet, dan beberapa jenis material lainnya. Sedangkan warna yang


(4)

Universitas Kristen Maranatha orange. Selain warna hangat, interior Eropa klasik menggunakan warna-warna hijau, hitam, biru, violet sebagai warna-warna aksen. Pada visualisasi furniture dan interior ruangan, digunakan bentukan-bentukan yang mencerminkan tema klasik Eropa abad pertengahan, dalam hal ini secara spesifik mengambil tema klasik Eropa yang berada pada rentang waktu abad ke-13 sampai pada akhir abad ke-18.

3. Museum Wine dibagi menjadi beberapa area dengan tingkat privasi yang berbeda sehingga dapat mewadahi keinginan pengunjung yang berbeda-beda. Hal ini difokuskan pada area selain area utama museum yang tetap ditujukan bagi pengunjung publik. Sedangkan pembagian privasi diletakkan pada area bar dan cafe, perpustakaan dan ruang audiovisual. Pada area bar dan café, setiap area makan diberi sekat antar furniture yang dapat menciptakan ruang terpisah dari pengunjung lainnya. Pada area perpustakaan dan audiovisual, terdapat jarak yang cukup jauh antar satu area duduk menuju area lainnya. Pembagian area dengan tingkat privasi berbeda ini dilakukan karena sebagian besar pengunjung museum adalah kaum jetset yang memiliki tingkat privasi cukup tinggi. Namun tidak menutup pula kemungkinan adanya pengunjung lainnya selain kaum jetset.

4. Sirkulasi bukaan pada lokasi eksisting sebagian besar mengalami perubahan dengan ditutup oleh furniture dari bagian dalam ruangan sehingga sinar matahari atau udara luar tidak dapat sembarang keluar masuk dan merusak koleksi wine museum.


(5)

Universitas Kristen Maranatha 5. Pada museum wine disediakan area dan bantuan khusus bagi para pengunjung yang memiliki keterbatasan fisik. Pada bagian sirkulasi display-display museum, area sirkulasi manusia dibuat lebih luas untuk mengantisipasi pengunjung berkursi roda dan di setiap level tangga, diberikan area ramp untuk mempermudah jalur kursi roda. Selain itu, tersedia pula lift khusus yang dapat memfasilitasi pengunjung berkursi roda dan toilet khusus.


(6)

Universitas Kristen Maranatha Commercial Interiors (second edition). John Wiley & Sons, Inc. United States, America.

Christian Datz; Christof Kullman. Wine & Dine. Teneues Verlag GmbH + Co. KG, Kempen. Italia

Drs. Moh Amir Sutaarga. Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum. Proyek Peningkatan dan Pengembangan Permuseuman Jakarta. Jakarta

Gail Dexter Lord; Barry Lord. The Manual of Museum Planning. Museum Enterprises Ltd. London, Inggris.

http://en.wikipedia.org/wiki/History_of_wine http://www.winepros.org/wine101/history.htm

http://www.museum.upenn.edu/new/exhibits/online_exhibits/wine/wineintro.html http://www.nicks.com.au/Index.aspx?link_id=76.770

Neufert, Ernst. 1990. Data Arsitek Edisi Kedua Jilid 1, Jakarta: Penerbit Erlangga. Neufert, Ernst. 1990. Data Arsitek Edisi Kedua Jilid 2, Jakarta: Penerbit Erlangga. Patrick E McGovern, Stuart J Fleming, Solomon H Katz. The Origins and Ancient History of Wine Food and Nutrition in History and Antropology. Routledge. 29/01/1997