Studi Deskriptif Mengenai Derajat Technostress pada Mahasiswa Universitas "X" Bandung yang Menggunakan Smartphone.

(1)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Studi Deskriptif pada mahasiswa Universitas “X” Bandung yang menggunakan smartphone. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran mengenai derajat Technostress pada Mahasiswa Universitas “X” Bandung yang menggunakan Smartphone.

Teori yang digunakan pada penelitian ini berasal dari Teori Technostress yang diciptakan oleh Larry D. Rosen, Ph.D. dan Michelle M. Weil, Ph.D pada tahun 1997. Teori Technostress ini terdiri atas 6 tipe yaitu, Learning Technostress, Boundary Technostress, Communication Technostress, Time Technostress, Family Technostress dan Society Technostress.

Pemilihan sampel menggunakan Proportionate Stratified Random Sampling dan sampel pada penelitian ini berjumlah sebanyak 370 Mahasiswa. Alat ukur yang digunakan penelitian ini merupakan konstruksi dari Teori Technostress yang diciptakan oleh Larry D. Rosen, Ph.D. dan Michelle M. Weil, Ph.D (1997). Pengujian validitas alat ukur ini menggunakan rumus korelasi rank spearman dan Uji reliabilitas penelitian menggunakan rumus kofisien alpha cronbach. Berdasarkan uji validitas tersebut sebanyak 40 dari 48 item diterima dengan validitas keseluruhan item berkisar 0,310 – 0,794 dan reliabilitas dengan derajat sedang sebesar 0,663.

Persentase dari Technostress yang Tinggi dan Rendah tidak jauh berbeda, Technostress yang tinggi berjumlah sebanyak 49,46% dan yang rendah sebanyak 50,54%. Persentase ke enam tipe Technostress yaitu Learning Technostress, Boundary Technostress, Communication Technostress, Family Technostress, Time technostress dan Society Technostress seluruhnya berada pada kategori Rendah.

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian mengenai keterkaitan antara 6 tipe Technostress dengan beberapa aspek yang diduga memiliki hubungan satu sama lain yaitu durasi akses jejaring sosial, jumlah smartphone dengan lama menggunakan smartphone. Selain itu, peneliti menyarankan bagi Mahasiswa yang berada pada Technostress tinggi untuk diperkenalkan secara umum mengenai dampak negatif dari smartphone. Sedangkan untuk Mahasiswa yang berada pada Technostress rendah, hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk proses belajar selanjutnya agar memaksimalkan fungsi smartphone secara lebih baik dalam sisi akademis untuk membantu kegiatan belajar Mahasiswa.


(2)

ABSTRACT

Titled of this research is “descriptive study on University “X” Bandung students who used smartphone”. This research is aims to describe the degree of Technostress on college students who used smartphone at University “X” Bandung.

Theory that used in this research is Technostress which created by Larry D. Rosen, Ph.D. dan Michelle M. Weil, Ph.D on 1997. This theory consist of 6 type : Learning Technostress, Boundary Technostress, Communication Technostress, Time Technostress, Family Technostress dan Society Technostress.

A selection method for samples is Proportionate Stratified Random Sampling and total samples of this research is 370 students. The usage of measuring instrument was questionnaire which is a construction of Technostress theory from Larry D. Rosen, Ph.D. dan Michelle M. Weil, Ph.D (1997). Validity test for the measurement is Rank Spearmen and a Reliability test is Alpha Cronbach coefficient formula. Based on the validity test, from 40 of 48 items is accepted, which is the ranged of validity was 0,310 – 0,794 and based on the reliability test, reliability of the measurement is 0,063 on average category.

Percentage of Technostress degree is 49,46% on high category and 50,54% on low category. Percentage of 6 type Technostress degree which is Learning Technostress, Boundary Technostress, Communication Technostress, Family Technostress, Time technostress and Society Technostress were on Low Category.

Based on the research results, the researchers suggested for further research to conduct a research between the 6 types Technostress with some aspects. The aspects are duration of access to social networks, the number of smartphones with duration of using smartphones. In addition, the researchers suggested for students who are at high degree Technostress to be introduced about the negative impact of the smartphone. For the students who are at low degree Technostress, it can be used for further learning process to maximize the functionality of smartphones in order to help students in learning process.


(3)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN………..ii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN………….. iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN……….. iv

KATA PENGANTAR……….. v

ABSTRACT………... viii

DAFTAR ISI……….. x

DAFTAR TABEL……… xiv

DAFTAR BAGAN………. xv

DAFTAR LAMPIRAN………... xvi

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Identifikasi Masalah... 6

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian... 7

1.3.1. Maksud Penelitian... 7

1.3.2. Tujuan Penelitian... 7

1.4. Kegunaan Penelitian... 7

1.4.1. Kegunaan Teoretis... 7

1.4.2. Kegunaan Praktis... 8

1.5. Kerangka Pemikiran... 8


(4)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 20

2.1. Teori Technostress... 20

2.1.1. Definisi Technostress... 20

2.1.2. Tipe Technostress... 20

2.1.2.1. Learning Technostress... 21

2.1.2.2. Boundary Technostress... 23

2.1.2.3. Communication Technostress... 26

2.1.2.4. Time Technostress... 29

2.1.2.5. Family Technostress... 31

2.1.2.6. Society Technostress... 32

2.2. Periode Dewasa Awal... 34

2.2.1 Transisi dari Masa Sekolah Menengah atas menuju Universitas………. 34

2.2.2 Perkembangan Kognitif………... 35

2.3 Smartphone………. 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 38

3.1. Rancangan dan Prosedur Penelitian... 38

3.2. Bagan Rancangan Penelitian... 38

3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 39

3.3.1. Variabel Penelitian... 39

3.3.2. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional... 39


(5)

3.3.2.2 Definisi Operasional Technostress... 39

3.4. Alat Ukur... 41

3.4.1 Alat Ukur Technostress pada smartphone... 41

3.4.2. Sistem Penilaian alat ukur Technostress pada smartphone.... 45

3.4.3. Data Pribadi dan Data Penunjang... 46

3.4.4. Validitas Alat Ukur. Technostress pada smartphone... 46

3.4.5. Reliabilitas Alat Ukur Technostress pada smartphone... 47

3.5. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel... 48

3.5.1. Populasi Sasaran... 48

3.5.2. Karakteristik Sasaran... 49

3.5.3 Teknik penarikan sampel... 49

3.6. Teknik Analisa Data... 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……….. 52

4.1 Gambaran Subjek Penelitian………... 52

4.1.1 Gambaran Responden berdasarkan Fakultas……… 52

4.1.2 Gambaran Responden berdasarkan Jenis Kelamin…………... 54

4.1.3 Gambaran Responden berdasarkan Usia………... 54

4.2 Hasil Penelitian……….. 55

4.2.1 Gambaran Hasil Penelitian Technostress dan Tipenya………. 55

4.3 Pembahasan………...………… 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………. 74


(6)

5.2.1 Saran Teoretis……… 75

5.2.2 Saran Praktis……….. 76

DAFTAR PUSTAKA... 78

DAFTAR RUJUKAN... 79 LAMPIRAN


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1.Tabel Sebaran item Kuesioner Technostress pada Smartphone……... 41

Tabel 3.2. Tabel Bobot item... 45

Tabel 4.1 Tabel Gambaran Responden Berdasarkan Fakultas…………... 52

Tabel 4.2 Tabel Gambaran Responden berdasarkan Tingkatan Semester…... 53

Tabel 4.3 Tabel Gambaran Responden berdasarkan Jenis Kelamin……….54

Tabel 4.4 Tabel Gambaran Responden berdasarkan Usia……….……….. 54

Tabel 4.5 Tabel Gambaran Technostress secara keseluruhan pada Subjek……. 55


(8)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1. Bagan Kerangka Pemikiran... 18 Bagan 3.1. Bagan Skema Rancangan Penelitian... 38


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Technostress pada pengguna Smartphone

Lampiran 2 Kuesioner Technostress pada pengguna Smartphone Lampiran 3 Karakteristik Responden

Lampiran 4 Jumlah Mahasiswa Aktif

Lampiran 5 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Technostress pada pengguna Smartphone

Lampiran 6 Data Penunjang Lampiran 7 Tabel Hasil Crosstabs Lampiran 8 Perhitungan Sampel

Lampiran 9 Copy Lembaran Jumlah Mahasiswa Aktif dari Universitas Lampiran 10 Contoh Surat Pesetujuan Pengambilan Data


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan zaman telah memberikan dampak yang besar bagi kemajuan teknologi komunikasi. Pada beberapa tahun yang lalu, penggunaan telepon genggam hanya sebatas SMS dan telepon, namun beberapa tahun terakhir, telepon genggam telah berevolusi menjadi perangkat komunikasi yang memiliki fungsi menyerupai komputer. Perangkat ini disebut smartphone.

Smartphone adalah perangkat teknologi komunikasi yang memiliki sistem operasi berbeda dengan telepon genggam biasa (handphone). Sistem operasi pada

smartphone bermacam-macam seperti Windows Mobile, Blackberry, Android, dan iOs. Smartphone memiliki akses yang lebih cepat untuk layanan browser

selama 24 jam, push email, dan mengunduh berbagai aplikasi serta games. Desain dari smartphone identik dengan keyboard qwerty yang ditampilkan secara fisik ataupun virtual.

Smartphone memiliki berbagai keuntungan bagi penggunanya. Aplikasi

smartphone cukup lengkap dibandingkan telepon genggam biasa. Sebagai contoh, pengguna smartphone dapat mengakses file words melalui aplikasi docs to go

yang tidak dapat diakses melalui telepon genggam biasa. Pengguna smartphone


(11)

2

telah disediakan. Selain itu, kemampuan untuk menambahkan atau mengurangi aplikasi dan games juga menjadi keunggulan bagi smartphone.

Keunggulan lain pada smartphone adalah kemampuan untuk terhubung secara langsung dengan berbagai teknologi komunikasi dan jejaring sosial.

Smartphone memiliki teknologi komunikasi yang menghubungkan pengguna

smartphone satu dan lainnya. Contoh teknologi komunikasi adalah Blackberry Messenger yang menghubungkan komunikasi sesama pengguna Blackberry atau

Whatsapp yang menghubungkan komunikasi antar pengguna Blackberry, Android dan IPhone. Teknologi komunikasi ini tidak hanya memberikan peluang bagi kemudahan komunikasi sesama pengguna smartphone namun juga memungkinkan penggunanya mengirimkan video, gambar dan berbagai macam dokumen digital lainnya. Selain teknologi komunikasi, Smartphone juga memberikan kemudahan untuk mengakses secara langsung jejaring sosial seperti

facebook, twitter, instagram dan lainnya. Menurut Riset Ericsson Lab, 66%, penggunaan smartphone saat ini lebih banyak untuk kepentingan jejaring sosial dan sebanyak 34% untuk chatting (swa.co.id)..

Berbagai keunggulan tersebut menarik peminat yang tergolong banyak di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari penjualan smartphone yang terus meningkat.

Pada tahun 2009 telah terjual sebanyak 1,2 juta smartphone di Indonesia dan diprediksi pada tahun 2015 total penjualan smartphone di Indonesia akan mencapai 18,7 juta (www.teknojurnal.com). Penjualan tersebut menunjukkan bahwa konsumen smartphone di Indonesia terus bertambah setiap tahun. Pengguna smartphone juga merambah ke segala kalangan, termasuk mahasiswa.


(12)

3

Berdasarkan survei pada 50 orang mahasiswa di Universitas “X” Bandung, sebanyak 48 orang menggunakan smartphone dan sisanya menggunakan telepon genggam biasa.

Berbagai keunggulan smartphone memang banyak menarik konsumen namun keunggulan yang ditawarkan juga tidak luput dari dampak negatif pada sisi psikologis penggunanya. Pada awalnya, smartphone dirancang untuk kemudahan konsumen, akan tetapi penggunaan secara berlebihan menimbulkan berbagai dampak negatif pada sisi psikologis pengguna. Dampak negatif yang ditimbulkan antara lain menimbulkan ketagihan dan mengurangi produktivitas (kesehatan.kompas.com). Ketagihan yang ditimbulkan smartphone juga membuat pengguna smartphone memiliki kebiasaan buruk.

Kebiasaan buruk tersebut dikenal dengan "kebiasaan memeriksa". Hal ini dinyatakan oleh Antti Oulasvirta, seorang peneliti dari Helsinki Institute for Information Technology. Para pengguna smartphone biasanya memeriksa

smartphone yang mereka miliki selama 30 detik untuk mengecek e-mail atau membaca berita ketika jenuh. Akan tetapi, kebiasaan memeriksa ini berkembang seiring perkembangan informasi yang terus bertambah pada smartphone

(tekno.kompas.com). Ketagihan akan Smartphone juga dapat membuat pengguna perangkat ini menjadi tidak produktif. Hal ini disebabkan terpecahnya konsentrasi antara pekerjaan dan smartphone (kesehatan.kompas.com).

Segala jenis dampak negatif yang ditimbulkan oleh smartphone memasuki berbagai situasi di kehidupan, termasuk ke dalam situasi akademis mahasiswa.


(13)

4

Menurut survei singkat yang dilakukan kepada 24 orang mahasiswa dari 8 fakultas pada Universitas “X” di Bandung yaitu Fakultas Kedokteran, Psikologi, Teknik, Seni rupa dan Desain, Teknologi Informasi, Ekonomi, Hukum dan Sastra. Sebanyak 21 dari 24 orang terbiasa memeriksa dan memainkan smartphone

mereka di kelas. Hal ini dilakukan untuk mengatasi rasa jenuh pada perkuliahan atau mengecek notifikasi yang masuk. Penggunaan smartphone di kelas ini biasa dilakukan untuk bermain games dan mengakses jejaring sosial seperti twitter, Facebook, YM, dan BBM. Kebiasaan ini juga membuat mereka merasa kesulitan saat diharuskan untuk berkonsentrasi pada perkuliahan. Sebanyak 3 dari 24 orang tidak merasakan dampak apapun dari smartphone yang mereka miliki.

Pengaruh negatif dari smartphone yang telah disebutkan sebelumnya dapat dikategorikan ke dalam Technostress. Technostress adalah dampak negatif pada sikap, pikiran, dan tingkah laku yang disebabkan baik secara langsung maupun tidak langsung oleh teknologi (Weil & Rosen, 1997). Technostress terdiri atas 6 Tipe yaitu Learning technostress, Boundary technostress, Communication technostress, Time technostress, Family technostress dan Societal technostress.

Tipe yang pertama adalah Learning technostress, yang merupakan dampak negatif pada sikap, pikiran, dan tingkah laku yang disebabkan baik secara langsung maupun tidak langsung oleh teknologi terkait dengan kemampuannya saat mempelajari smartphone yang mereka miliki. Tipe yang kedua adalah

Boundary technostress, yang merupakan dampak negatif pada sikap, pikiran, dan tingkah laku yang disebabkan baik secara langsung mapun tidak langsung oleh teknologi dikarenakan tidak lagi memiliki batasan dengan teknologi yang mereka


(14)

5

miliki. Tipe yang ketiga adalah Communication technostress, yang merupakan dampak negatif pada sikap, pikiran, dan tingkah laku yang disebabkan baik secara langsung maupun tidak langsung oleh teknologi terkait dengan komunikasi online yang dilakukan. Time technostress merupakan dampak negatif pada sikap, pikiran, dan tingkah laku yang disebabkan baik secara langsung maupun tidak langsung oleh teknologi terkait dengan kontrol waktu yang dimiliki. Sedangkan,

Family technostress adalah dampak negatif pada sikap, pikiran, dan tingkah laku yang disebabkan baik secara langsung maupun tidak langsung oleh teknologi terkait dengan kurangnya kualitas interaksi dalam keluarga. Tipe yang terakhir adalah Society technostress, Society technostress adalah dampak negatif pada sikap, pikiran, dan tingkah laku yang disebabkan baik secara langsung maupun tidak langsung terkait dengan cepatnya peningkatan teknologi.

Berdasarkan survei yang dilakukan pada mahasiswa Universitas “X” di Bandung. Perilaku mahasiswa yang terbiasa mengecek dan memainkan

smartphone di dalam kelas mengindikasikan ciri Boundary Technostress. Ciri tersebut memperlihatkan bahwa mahasiswa telah kehilangan batas antara diri dengan smartphone. Perilaku ini dapat dilihat pada berbagai situasi termasuk situasi akademis. Situasi akademis umumnya tidak memperbolehkan mahasiswa untuk mengoperasikan telepon genggam di dalam kelas. Akan tetapi, ciri perilaku ini telah menunjukkan bahwa mahasiswa telah melanggar batas aturan tersebut.

Perilaku ini muncul karena perasaan positif mahasiswa pada saat menerima notifikasi dan saat memainkan games pada smartphone. Perasaan


(15)

6

mengecek atau memainkan smartphone mereka yang disebut dengan

technodependency. Hal ini berlaku terutama saat mereka berada dalam situasi yang tidak menyenangkan. Mahasiswa dengan sendirinya mencari kesenangan melalui smartphone yang mereka miliki. Situasi ini terbawa setiap saat bahkan pada saat memasuki kehidupan akademis yaitu di kelas. Selain itu, bentuk peringatan notifikasi pada smartphone tidak mengenal waktu. Peringatan notifikasi yang masuk saat berada di kelas seringkali dapat memecah perhatian Mahasiswa dan sehingga berakibat pada kurang optimalnya Mahasiswa saat menangkap materi perkuliahan. Ketidakmampuan Mahasiswa dalam mengontrol penggunaan smartphone ini dapat berkembang ke arah yang semakin negatif.

Berdasarkan hasil survei tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti gambaran derajat technostress yang terdapat pada diri mahasiswa Universitas “X” di Bandung yang menggunakan smartphone.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, peneliti ingin mengetahui "Bagaimana derajat technostress pada Mahasiswa Universitas “X” di Bandung yang menggunakan Smartphone "


(16)

7

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian

Berdasarkan ulasan pada latar belakang di atas, maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai technostress pada Mahasiswa Universitas “X” di Bandung yang menggunakan Smartphone.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran mengenai derajat

technostress pada Mahasiswa Universitas “X” di Bandung yang menggunakan

Smartphone.

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Teoretis

1. Dapat memberikan kontribusi ilmu terutama pada bidang Psikologi Klinis terutama mengenai Derajat Technostress pada pengguna Smartphone di kalangan mahasiswa.

2. Memberikan informasi pada peneliti lain yang tertarik untuk melakukan penelitian lanjutan ataupun mengembangkan penelitian Technostress baru


(17)

8

1.4.2. Kegunaan Praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada Universitas “X” Bandungmengenai derajat technostress pada Mahasiswa yang menggunakan Smartphone.

2. Informasi yang diperoleh mengenai derajat Technostress diharapkan dapat bermanfaat untuk mengoptimalkan aktivitas belajar di Universitas “X” Bandung.

1.5. Kerangka Pemikiran

Kemunculan Teknologi semakin berkembang seiring berkembangnya jaman. Salah satu jenis teknologi yang saat ini telah menjadi kebutuhan primer adalah Telepon genggam. Saat ini, telepon genggam telah berevolusi menjadi suatu benda yang memiliki beragam aplikasi yang menyerupai software pada komputer seperti kemampuan terhubung dengan internet selama 24 jam, browser, aplikasi yang terhubung langsung pada jejaring sosial, aplikasi chat dan juga

email. Telepon genggam yang memiliki segala fasilitas ini disebut dengan

Smartphone. Smartphone telah merambah ke segala kalangan termasuk kalangan mahasiswa.

Kehadiran smartphone memiliki berbagai keuntungan bagi mahasiswa dalam menunjang kegiatan akademis. Akan tetapi, perangkat ini tidak luput dari dampak negatif bagi mahasiswa yang menggunakannya. Dampak negatif tersebut mempengaruhi sikap, pikiran, tingkah laku dan fisiologi tubuh penggunanya.


(18)

9

Dampak negatif tersebut disebut dengan Technostress. Technostress

merupakan dampak negatif yang berdampak pada sikap, pikiran, tingkah laku atau fisiologis tubuh yang disebabkan baik secara langsung maupun tidak langsung oleh teknologi ( Weil & Rosen, 1997). Technostress terdiri dari 6 Tipe yaitu

Learning technostress, Boundary technostress, Communication technostress, Time technostress, Family technostress dan Societal technostress.

Tipe technostress yang pertama adalah Learning technostress. Learning technostress merupakan dampak negatif pada sikap, pikiran dan tingkah laku yang yang dirasakan oleh mahasiswa pengguna smartphone terkait dengan kemampuannya saat mempelajari smartphone yang mereka miliki.

Pada Mahasiswa yang berada di Learning Technostress yang Tinggi. Mereka cenderung mengalami perasaan yang negatif ketika mempelajari

smartphone. Mahasiswa pada kategori ini merasa khawatir dan takut ketika mempelajari perangkat tersebut karena adanya perasaan cemas akan merusaknya atau anggapan bahwa mempelajari smartphone merupakan hal yang sulit. Hal ini seringkali membuat mereka tidak dapat memahami perangkat tersebut sehingga ketika mereka menemukan permasalahan pada smartphone, mereka akan cenderung mencari orang yang lebih kompeten untuk memperbaikinya. Sedangkan pada Mahasiswa yang berada di kategori Learning Technostress yang Rendah, mereka cenderung memiliki perasaan yang positif pada smartphone, hal ini dapat diperlihatkan dengan antusiasme mereka saat mempelajari smartphone.


(19)

10

tersebut juga mereka gunakan untuk membantu memecahkan permasalahan yang mereka temukan pada perangkat tersebut.

Tipe technostress yang kedua adalah boundary technostress. Boundary technostress merupakan dampak negatif pada sikap, pikiran dan tingkah laku yang dialami oleh mahasiswa pengguna smartphone karena dirinya tidak lagi memiliki batasan dengan smartphone yang mereka miliki.

Smartphone memiliki segala fasilitas dunia maya yang memberikan kemudahan bagi penggunanya seperti email, chat via jejaring sosial, mengunduh aplikasi dan akses ke internet selama 24 jam. Notifikasi dari berbagai fasilitas seringkali muncul setiap saat tanpa kenal waktu seperti email dan chat yang masuk serta permintaan dari smartphone untuk mengupdate aplikasi. Pada Mahasiswa yang memiliki Boundary Technostress yang tinggi, hal ini seringkali membuat mereka selalu berkeinginan untuk memeriksa notifikasi pada

smartphone yang mereka miliki walaupun terkadang tidak muncul notifikasi apapun. Kebiasaan memeriksa notifikasi pada smartphone ini terbawa hingga mahasiswa berada di dalam lingkup pendidikan seperti di kelas. Saat materi diberikan oleh dosen pun mereka terbiasa memeriksa notifikasi pada smartphone

mereka sehingga konsentrasi pada penjelasan materi perkuliahan mudah terpecah.

Notifikasi pada smartphone juga dirasakan melalui penglihatan seperti lampu LED, pendengarangan melalui dering, dan indra perasa melalui getaran. Segala bentuk peringatan tersebut seringkali mengganggu mahasiswa tidak hanya pada situasi kelas namun juga saat mengerjakan tugas. Bentuk peringatan ini


(20)

11

seringkali memecah konsentrasi mahasiswa saat mengerjakan tugas dan pada akhirnya akan merasa tertarik untuk memeriksa smartphone mereka.

Selain hal itu, kemudahan yang smartphone berikan seperti dapat mengakses file secara instan, mengirim email dengan cepat, dan memperoleh berbagai hiburan dari perangkat tersebut seringkali membuat Mahasiswa terbuai akan kelebihan-kelebihan smartphone. Mereka mulai mengembangkan pandangan bahwa Smartphone dapat memudahkan kehidupannya sehari-hari sehingga berdampak pada ketidakmampuan diri mereka untuk beraktivitas secara mandiri tanpa bantuan smartphone bahkan berujung pada ketergantungan yang dapat dilihat dengan membawa smartphone kemanapun mereka pergi.

Sedangkan pada Mahasiswa yang berada di Boundary Technostress yang rendah, mereka memiliki kontrol yang cukup untuk membatasi dirinya dalam penggunaan smartphone. Mereka tahu akan kelebihan smartphone namun hal tersebut tidak membuat mereka terbuai untuk menggunakannya secara berlebihan. Mahasiswa pada kategori ini mampu memberikan batasan yang jelas mengenai kapan harus menggunakan smartphone dan tidak sehingga dirinya tidak tergiring pada ketergantungan perangkat ini. Mereka masih mampu beraktivitas secara mandiri tanpa adanya perangkat ini.

Tipe technostress yang ketiga adalah communication technostress.

Communication technostress adalah dampak negatif pada sikap, pikiran dan tingkah laku yang muncul pada mahasiswa pengguna smartphone karena komunikasi online yang mereka lakukan. Pada Mahasiswa yang berada di


(21)

12

kategori Communication Technostress yang tinggi, hal ini biasanya disebabkan oleh perilaku mereka yang terbiasa untuk menghubungi satu sama lain melalui komunikasi elektronik seperti BBM, YM, dan MSN yang menyebabkan mereka kehilangan kontak secara langsung.

Komunikasi elektonik memang memberikan kemudahan bagi penggunanya karena kecepatan dari penyampaian pesan. Akan tetapi, komunikasi bentuk ini tidak dapat menyampaikan pesan secara utuh seperti komunikasi secara

face to face, karena hanya menyediakan komunikasi secara tertulis. Mahasiswa yang terlalu sering menggunakan komunikasi via online akan kehilangan pesan

non verbal dari pengirim pesan seperti gesture tubuh, intonasi, dan ekspresi wajah. Hilangnya pesan non verbal pada komunikasi elektronik ini menggiring pada perbedaan persepsi atau kesalah pahaman dalam komunikasi diantara mahasiswa yang mengirim dan menerima pesan. Sebagai contoh, saat mengirimkan pesan melalui chat jejaring sosial. Mahasiswa pengirim pesan mengirimkan beberapa pertanyaan pada mahasiswa penerima pesan. Mahasiswa yang menerima pesan tidak menjawab seluruh pertanyaan dan menjawab pesan tersebut dengan beberapa kata. Hal ini seringkali menimbulkan asumsi negatif dari salah satu pihak serta menduga-duga secara subjektif mengapa pesan tidak dijawab secara keseluruhan.

Kesalahan persepsi oleh kedua belak pihak yang melakukan komunikasi biasanya juga disebabkan oleh kurang matangnya pihak pengirim pesan dalam berpikir. Hal ini dikarenakan oleh komunikasi online yang dapat mengirim pesan dengan instan dan cepat sehingga pihak penerima tertekan untuk membalas


(22)

13

dengan segera. Perasaan tertekan untuk membalas pesan dengan cepat ini terkadang membuat seseorang tidak mampu berpikir dengan matang dan seringkali pesan yang dikirim tidak sesuai dengan harapan pihak penerima sehingga kerapkali menimbulkan kesalahan persepsi.

Sedangkan pada Mahasiswa yang berada di kategori Communication technostress rendah, mereka dapat mengendalikan penggunaan komunikasi online

pada smartphone yang mereka miliki. Sehingga mereka masih mampu menyeimbangkan penggunaan komunikasi online dengan komunikasi face to face

dan terhindar dari munculnya berbagai kesalah pahaman tersebut.

Tipe technostress yang keempat adalah time technostress. Time technostress merupakan dampak negatif pada sikap, pikiran dan tingkah laku yang dialami oleh mahasiswa pengguna smartphone terkait dengan waktu yang dimiliki. Smartphone merupakan suatu bentuk teknologi yang memiliki kecepatan akses baik untuk perangkat itu sendiri maupun dalam mengakses informasi.

Sistem operasi dari smartphone didesain berbeda dengan telepon genggam sehingga kemampuan akses pada perangkat ini tergolong cepat. Pada Mahasiswa yang berada di kategori Time Technostress yang tinggi, kecepatan akses pada

smartphone seringkali berpengaruh pada pribadi diri mereka. Mereka terbiasa dan beranggapan bahwa segala sesuatunya harus dilakukan dengan cepat. Hal ini berdampak pada diri mereka yang menjadi tidak sabar pada peangkat smartphone. Selain ketidaksabaran pada perangkat itu sendiri, dampak negatif tersebut juga turut terbawa pada kehidupan mahasiswa. Mahasiswa menginginkan segala hal di


(23)

14

sekitarnya bergerak dengan cepat sehingga menjadi tidak sabar pada diri dan orang lain. Ketidaksabaran pada diri seringkali ditunjukkan dengan keinginan untuk menyelesaikan segala aktivitas dengan cepat. Sedangkan ketidaksabaran pada orang lain umumnya ditunjukkan dengan ketidaknyamanan mahasiswa ketika menunggu orang lain beraktivitas.

Ketika Mahasiswa terbiasa untuk mengakses segala sesuatu dengan cepat maka diri mereka pun turut beranggapan bahwa aktivitas yang mereka lakukan harus dilakukan dengan sesegera mungkin. Hal ini juga berdampak pada pemikiran mereka yang mudah terpecah ketika mengerjakan satu hal. Mereka ingin semua bergerak dengan cepat bahkan seringkali berdampak pada perilaku

multitasking atau mengerjakan beberapa pekerjaan dalam satu waktu.

Sedangkan pada Mahasiswa yang berada di kategori Time Technostress

rendah, mereka justru dapat memanfaatkan perangkat smartphone untuk menghemat waktu. Sebagai contoh yaitu, mengirim data perkuliahan melalui

email sehingga tidak perlu mencopy banyak kertas dalam waktu yang lama. Hal tersebut dapat menghemat banyak waktu mereka, sehingga dapat memiliki banyak waktu luang untuk fokus ke dalam pekerjaan yang lebih penting.

Tipe technostress yang kelima adalah family technostress. Family technostress adalah dampak negatif pada sikap, pikiran dan tingkah laku yang dialami oleh mahasiswa pengguna smartphone karena kurangnya kualitas interaksi dalam keluarga. Hal ini disebabkan karena kehadiran smartphone yang ada dalam lingkup keluarga akan membentuk techno cocoon, yaitu individu


(24)

15

pengguna smartphone akan menghabiskan waktunya dengan perangkat tersebut sehingga terisolasi dan tidak dapat berkomunikasi secara intens dengan orang lain.

Keunggulan smartphone yang mampu dengan instan mengakses dunia maya terkadang menjadi perangkap tersendiri bagi mahasiswa pengguna

smartphone. Pada mahasiswa yang berada di kategori Family Technostress tinggi, hal tersebut membuat mereka kurang mampu mengontrol penggunaan smartphone

di lingkup keluarga. Mahasiswa pada kategori ini dapat menggunakan smartphone

untuk mengakses dunia maya secara berlebihan atau bermain smartphone di berbagai situasi termasuk situasi keluarga.

Di saat keluarga berkumpul untuk menghabiskan waktu bersama, mahasiswa pengguna smartphone terus memandangi layar perangkatnya. Hal ini dapat membatasi komunikasi mereka dengan anggota keluarga dan menyebabkan dirinya menjadi terisolasi dari interaksi keluarga. Kualitas dari waktu bersama keluarga semakin berkurang karena kehadiran smartphone yang mengambil alih perhatian mahasiswa sehingga seringkali menghiraukan anggota keluarga saat sedang berkumpul dan berbincang satu sama lain. Sedangkan pada Mahasiswa yang berada di Family Technostress yang rendah, mereka mampu mengontrol penggunaan smartphone bahkan di dalam lingkup keluarga sehingga kehadiran

smartphone tidak memberikan dampak yang negatif pada berkurangnya interaksi keluarga.

Tipe technostress yang terakhir adalah society technostress. Society technostress adalah dampak negatif pada sikap, pikiran dan tingkah laku yang


(25)

16

dirasakan oleh mahasiswa pengguna smartphone terkait dengn cepatnya perkembangan teknologi. Smartphone memberikan kemudahan pada mahasiswa untuk mengakses informasi dari berbagai sumber. Akan tetapi pertumbuhan dari informasi di dunia maya sangat pesat dan dapat ditemukan dari berbagai sumber.

Saat mahasiswa ditugaskan untuk memilah data mengenai isu yang sedang berkembang di masyarakat saat ini, maka mahasiswa akan lebih memilih untuk memperoleh informasi melalui internet dibandingkan harus membaca buku. Hal ini dilakukan karena melalui internet dapat diperoleh berbagai sumber dengan mudah dan sesuai keinginan pengguna. Aplikasi pada smartphone pun telah banyak yang terhubung pada situs google atau berita aktual.

Pada Mahasiswa yang berada di society technostress yang tinggi, seringkali mereka merasakan information overload. Hal ini dikarenakan Informasi yang diperoleh dari dunia maya seringkali berbeda-beda satu sama lain dan tidak jelas sumbernya maupun keakuratannya karena situs informasi tersebut dapat dibuat oleh banyak orang yang belum tentu memiliki kompetensi di bidangnya. Hal ini dapat menyebabkan kebingungan pada mahasiswa karena merasa informasi yang diperoleh tidak jelas sumber dan keakuratannya.

Selain hal tersebut, interaksi yang terlalu sering dengan smartphone dapat menyebabkan Mahasiswa terisolasi dari lingkup sosialnya. Mahasiswa yang berada di kategori ini kerapkali mengakses smartphone mereka bahkan di dalam lingkungan sosialnya sehingga tanpa sadar mengabaikan sekitarnya.


(26)

17

Sedangkan pada Mahasiswa yang berada pada kategori Society Technostress yang rendah. Mereka mampu membatasi penggunaan smartphone

yang berdampak pada pembatasan akses informasi yang diterima dari internet dan juga mampu berinteraksi dengan baik di lingkup sosialnya tanpa pengaruh

smartphone.

Semakin sering mahasiswa merasakan berbagai dampak dari keenam tipe

technostress, maka derajat technostress pada mahasiswa akan semakin tinggi. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dilihat bagan kerangka pemikiran mengenai Derajat Technostress pada Mahasiswa Universitas “X” di Bandung yang menggunakan Smartphone, sebagai berikut :


(27)

18 Mahasiswa UKM yang menggunakan Smartphone Technostress Communicati on Technostress Boundary Technostress Learning Technostress Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Society Technostress Time Technostress Family Technostress Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah

Bagan 1.1. Bagan Kerangka Pemikiran

1.6. Asumsi Penelitian

1. Derajat Technostress pada Mahasiswa Universitas “X” di Bandung

yang menggunakan Smartphone ditentukan oleh tipe technostress yaitu


(28)

19

Communication Technostress, Family Technostress dan Society Technostress

2. Semakin sering Mahasiswa Universitas “X” di Bandung yang menggunakan Smartphone merasakan dampak negatif yang tergolong ke dalam keenam tipe technostress, maka semakin tinggi derajat


(29)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, akan disimpulkan mengenai hasil pengolahan dan pembahasan data berikut saran yang sejalan dengan penelitian ini.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai Derajat Technostress pada Mahasiswa Universitas ”X” di Bandung yang menggunakan Smartphone, dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu :

1. Jumlah Mahasiswa Universitas ”X” di Bandung yang menggunakan smartphone menunujukkan persentase jumlah yang lebih besar pada kategori Technostress yang rendah. Akan tetapi, persentase jumlah Mahasiswa yang berada pada kategori

Technostress tinggi juga tidak menunjukkan perbedaan persentase yang begitu jauh dari kategori Technostress yang rendah.

2. Jumlah Mahasiswa Universitas ”X” di Bandung yang menggunakan smartphone tidak menunjukkan perbedaan persentase yang begitu besar pada kedua kategori tinggi ataupun rendah di ke lima Tipe Technostress. Lima tipe tersebut adalah

Learning Technostress, Boundary Technostress, Communication Technostress, Time Technostress dan Family Technostress.


(30)

75

Sedangkan pada tipe Society Technostress, jumlah Mahasiswa menunjukkan persentase yang lebih besar pada kategori Rendah dibandingkan persentase jumlah Mahasiswa dengan kategori Tinggi.

3. Berdasarkan hasil tabulasi silang, diketahui adanya keterkaitan antara Tipe Boundary Technostress dengan Jumlah Smartphone, lama penggunaan smartphone, dan Durasi penggunaan jejaring sosial. Tipe Communication technostress dengan jumlah

smartphone, Tipe Time Technostress dengan durasi akses jejaring sosial, dan Tipe Family Technostress dengan jumlah smartphone

dan durasi akses jejaring sosial.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoritis

1. Peneliti menemukan fakta bahwa adanya keterkaitan antara Tipe

Boundary Technostress dengan Jumlah Smartphone, lama penggunaan smartphone, dan Durasi penggunaan jejaring sosial. Tipe Communication technostress dengan jumlah smartphone, Tipe Time Technostress dengan durasi akses jejaring sosial, dan Tipe Family Technostress dengan jumlah smartphone dan durasi akses jejaring sosial. Sehingga peneliti selanjutnya disarankan


(31)

76

untuk melakukan penelitian lanjutan terkait dengan temuan tersebut.

2. Pada alat ukur technostress smartphone, terdapat beberapa pernyataan pada aspek sikap yang kurang sesuai dengan opsi frekuensi yang bergradasi. Hal ini dapat dipertimbangkan untuk memodifikasi tata bahasa yang lebih sesuai agar lebih mudah dipahami oleh responden.

3. Pada bagian data penunjang, disarankan untuk memilih isian data penunjang yang terarah langsung pada tipe technostress.

4. Pada bagian survei awal, responden yang dijaring masih belum mewakili jumlah populasi. Peneliti menyarankan untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan survei awal yang lebih representatif dari jumlah populasi.

5. Pada bagian kuesioner, diharapkan dapat ditambahkan mengenai dampak fisiologis yang terkait dengan smartphone.

5.2.2 Saran Praktis

Berdasarkan hasil penelitian, jumlah dari Mahasiswa yang berada pada Technostress rendah dan Technostress Tinggi hampir seimbang. Mahasiswa yang berada pada kategori Technostress Tinggi yaitu sebanyak 49,46% dari 370 orang dapat diberikan pengetahuan awal melalui sharing ataupun seminar sehari yang terkait dengan dampak negatif dari teknologi

smartphone. Hal ini dapat dilakukan untuk menghindari penambahan derajat technostress pada Mahasiswa.


(32)

77

Mahasiswa yang berada pada Technostress rendah yaitu sebanyak 50,54% dari 370 orang dapat diarahkan untuk memanfaatkan teknologi

smartphone secara lebih baik pada proses belajar, seperti mencari ebook

melalui aplikasi smartphone, membaca power point melalui aplikasi docs to go, mengirimkan materi belajar melalui jejaring sosial serta berbagai manfaat lainnya yang dapat dimanfaatkan berdasarkan keuntungan

smartphone. Hal ini dapat dilakukan guna memaksimalkan proses belajar pada kalangan Mahasiswa.


(33)

DAFTAR PUSTAKA

Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing: Design, Analysis, and Use. United States: Alyn & Bacon.

Noor, Juliansyah. 2012. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah. Jakarta. Kencana

Santrock, John W. 2002. Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup Jilid II Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Siegel, S. 1992. Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: PT. Gramedia.

Weil, M.M and Rosen, L. D. 1997. Coping with Technology @work @home @play. Canada : John Wiley & Sons, Inc.

W.Gulo. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Grasindo


(34)

79

DAFTAR RUJUKAN

2007. Panduan Penulisan Skripsi Sarjana. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

31 Januari 2012. Apakah Smartphone itu?.

(http://www.tasikisme.com/index.php?option=com_content&view=article& id=3985:apakah-smartphone-itu&catid=43:mobile-tips&Itemid=70, diakses tanggal 20 April 2012)

Bartlet E. James, Kotrlik Joe W, dan Higgin Chadwick C. 2001. Organizational Research : Determining Appropriate Sample Size in Survey Research.

Chen Yu, Jui, Lung-Hsing Kuo, Li Min Chen, Hung Jen Yang, Hsieh Hua Yang, Wen Chen HU. Assessing and Managing Mobile Technostress . U.S.A : University of North Dakota

AN, 18 Juni 2010. Waspadai Efek Buruk Smartphone. (http://kesehatan.kompas.com/read/2010/06/18/14191253/Waspadai.Efek.B uruk.Smartphone, diakses tanggal 5 Februari 2012)

BAB IXStatistika. (http://ebookbrowse.com/bab-ix-statistika-pdf-d101269115, diakses tanggal 14 April 2012 )

Hudiburg, Richard A, PH.D. 8 Juli 1996. Assessing and Managing Technostress.

New York : Annual Meeting of the American Library Association.

Intana, Lila. 6 Juni 2012. Tahun Ini Pengguna Smartphone Naik 3 Kali Lipat. (http://swa.co.id/technology/tahun-ini-pengguna-smartphone-naik-3-kali-lipat, diakses tanggal 25 Juni 2012)

Indarjit, RE. Evolusi Perkembangan Teknologi Informasi.

(http://duarto.web.id/EVOLUSI-PERKEMBANGAN-TEKNOLOGI- INFORMASI.pdf, diakses tanggal 30 April 2013).

Maulidine, Sofi Audia. 2013. “Studi Deskriptif mengenai Psychological Well Being pada Tuna Netra Dewasa Awal di Panti Sosial Bina Netra “X” Kota Bandung. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Riasnugrahani, Missiliana. 2011. "Studi Komparatif Mengenai Technostress pada

Mahasiswa Universitas Kristen Maranatha: Penelitian pada Mahasiswa Fakultas Teknik Elektro, Teknik Informatika, dan Psikologi". Project Report. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.


(35)

80

Perceived Parental Rearing Attitudes. Jepang

Toda, Masahiro 2006. Mobile Phone Dependence and Health Related Lifestyle of University Student. Jepang

Weil, M.M and Rosen,L.D. 1998, 1999. Personal TechnoStress Inventory (PTSI) : Assessment of Reliability, Validity and Preliminary Result. In Personal TechoStress Inventory Normative data.

Weil, M.M and Rosen,L.D. 1998, 1999. Personal TechnoStress Inventory (PTSI). In Personal TechnoStress Inventory Scale and Subscale.

Wahono, Tri. 27 Juli 2011. Kecanduan Ponsel Pintar lebih parah dari perkiraan. (http://tekno.kompas.com/read/2011/07/27/2124265/Kecanduan.Ponsel.Pint ar.Lebih.Parah.dari.Perkiraan, diakses tanggal 25 Juni 2012).


(1)

75

Sedangkan pada tipe Society Technostress, jumlah Mahasiswa menunjukkan persentase yang lebih besar pada kategori Rendah dibandingkan persentase jumlah Mahasiswa dengan kategori Tinggi.

3. Berdasarkan hasil tabulasi silang, diketahui adanya keterkaitan antara Tipe Boundary Technostress dengan Jumlah Smartphone, lama penggunaan smartphone, dan Durasi penggunaan jejaring sosial. Tipe Communication technostress dengan jumlah smartphone, Tipe Time Technostress dengan durasi akses jejaring sosial, dan Tipe Family Technostress dengan jumlah smartphone dan durasi akses jejaring sosial.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoritis

1. Peneliti menemukan fakta bahwa adanya keterkaitan antara Tipe

Boundary Technostress dengan Jumlah Smartphone, lama

penggunaan smartphone, dan Durasi penggunaan jejaring sosial. Tipe Communication technostress dengan jumlah smartphone, Tipe Time Technostress dengan durasi akses jejaring sosial, dan Tipe Family Technostress dengan jumlah smartphone dan durasi akses jejaring sosial. Sehingga peneliti selanjutnya disarankan


(2)

untuk melakukan penelitian lanjutan terkait dengan temuan tersebut.

2. Pada alat ukur technostress smartphone, terdapat beberapa pernyataan pada aspek sikap yang kurang sesuai dengan opsi frekuensi yang bergradasi. Hal ini dapat dipertimbangkan untuk memodifikasi tata bahasa yang lebih sesuai agar lebih mudah dipahami oleh responden.

3. Pada bagian data penunjang, disarankan untuk memilih isian data penunjang yang terarah langsung pada tipe technostress.

4. Pada bagian survei awal, responden yang dijaring masih belum mewakili jumlah populasi. Peneliti menyarankan untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan survei awal yang lebih representatif dari jumlah populasi.

5. Pada bagian kuesioner, diharapkan dapat ditambahkan mengenai dampak fisiologis yang terkait dengan smartphone.

5.2.2 Saran Praktis

Berdasarkan hasil penelitian, jumlah dari Mahasiswa yang berada pada Technostress rendah dan Technostress Tinggi hampir seimbang. Mahasiswa yang berada pada kategori Technostress Tinggi yaitu sebanyak 49,46% dari 370 orang dapat diberikan pengetahuan awal melalui sharing ataupun seminar sehari yang terkait dengan dampak negatif dari teknologi


(3)

77

Mahasiswa yang berada pada Technostress rendah yaitu sebanyak 50,54% dari 370 orang dapat diarahkan untuk memanfaatkan teknologi smartphone secara lebih baik pada proses belajar, seperti mencari ebook melalui aplikasi smartphone, membaca power point melalui aplikasi docs to go, mengirimkan materi belajar melalui jejaring sosial serta berbagai manfaat lainnya yang dapat dimanfaatkan berdasarkan keuntungan smartphone. Hal ini dapat dilakukan guna memaksimalkan proses belajar pada kalangan Mahasiswa.


(4)

United States: Alyn & Bacon.

Noor, Juliansyah. 2012. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah. Jakarta. Kencana

Santrock, John W. 2002. Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup Jilid II Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Siegel, S. 1992. Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: PT. Gramedia.

Weil, M.M and Rosen, L. D. 1997. Coping with Technology @work @home @play. Canada : John Wiley & Sons, Inc.

W.Gulo. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Grasindo


(5)

79

DAFTAR RUJUKAN

2007. Panduan Penulisan Skripsi Sarjana. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

31 Januari 2012. Apakah Smartphone itu?.

(http://www.tasikisme.com/index.php?option=com_content&view=article& id=3985:apakah-smartphone-itu&catid=43:mobile-tips&Itemid=70, diakses tanggal 20 April 2012)

Bartlet E. James, Kotrlik Joe W, dan Higgin Chadwick C. 2001. Organizational Research : Determining Appropriate Sample Size in Survey Research. Chen Yu, Jui, Lung-Hsing Kuo, Li Min Chen, Hung Jen Yang, Hsieh Hua Yang,

Wen Chen HU. Assessing and Managing Mobile Technostress . U.S.A : University of North Dakota

AN, 18 Juni 2010. Waspadai Efek Buruk Smartphone.

(http://kesehatan.kompas.com/read/2010/06/18/14191253/Waspadai.Efek.B uruk.Smartphone, diakses tanggal 5 Februari 2012)

BAB IXStatistika. (http://ebookbrowse.com/bab-ix-statistika-pdf-d101269115, diakses tanggal 14 April 2012 )

Hudiburg, Richard A, PH.D. 8 Juli 1996. Assessing and Managing Technostress. New York : Annual Meeting of the American Library Association.

Intana, Lila. 6 Juni 2012. Tahun Ini Pengguna Smartphone Naik 3 Kali Lipat. (http://swa.co.id/technology/tahun-ini-pengguna-smartphone-naik-3-kali-lipat, diakses tanggal 25 Juni 2012)

Indarjit, RE. Evolusi Perkembangan Teknologi Informasi. (http://duarto.web.id/EVOLUSI-PERKEMBANGAN-TEKNOLOGI-

INFORMASI.pdf, diakses tanggal 30 April 2013).

Maulidine, Sofi Audia. 2013. “Studi Deskriptif mengenai Psychological Well Being pada Tuna Netra Dewasa Awal di Panti Sosial Bina Netra “X” Kota Bandung. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Riasnugrahani, Missiliana. 2011. "Studi Komparatif Mengenai Technostress pada

Mahasiswa Universitas Kristen Maranatha: Penelitian pada Mahasiswa Fakultas Teknik Elektro, Teknik Informatika, dan Psikologi". Project Report. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.


(6)

Perceived Parental Rearing Attitudes. Jepang

Toda, Masahiro 2006. Mobile Phone Dependence and Health Related Lifestyle of University Student. Jepang

Weil, M.M and Rosen,L.D. 1998, 1999. Personal TechnoStress Inventory (PTSI) : Assessment of Reliability, Validity and Preliminary Result. In Personal TechoStress Inventory Normative data.

Weil, M.M and Rosen,L.D. 1998, 1999. Personal TechnoStress Inventory (PTSI). In Personal TechnoStress Inventory Scale and Subscale.

Wahono, Tri. 27 Juli 2011. Kecanduan Ponsel Pintar lebih parah dari perkiraan. (http://tekno.kompas.com/read/2011/07/27/2124265/Kecanduan.Ponsel.Pint ar.Lebih.Parah.dari.Perkiraan, diakses tanggal 25 Juni 2012).