Studi Deskriptif Mengenai Derajat Academic Buoyancy pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2014 Universitas "x" Bandung yang Menjalani KKNI.

(1)

vii Universitas Kristen Maranatha Abstrak

Penelitian dilakukan untuk mengetahui derajat academic buoyancy yang pada mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2014 di Universitas “X” Bandung yang menjalani KKNI, dengan jumlah populasi sebanyak 177 orang.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang berdasarkan pada teori Academic buoyancy terdiri dari lima prediktor, yaitu self-efficacy, planning, persistence, anxiety dan control (Martin dan Marsh, 2006). Kuesioner ini terdiri dari 56 item, yang memiliki validitas antara 0,30 sampai 0,718 dan reliabilitas 0,876.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah persentase mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2014 di Universitas “X” Bandung yang menjalani KKNI mayoritas (97,7%) memiliki derajat academic buoyancy yang tergolong tinggi. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh juga bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi academic buoyancy adalah jenis kelamin dan IPK.

Saran bagi para dosen yang mengajar mahasiswa fakultas Psikologi angkatan 2014 di Universitas “X” Bandung yang menjalani KKNI untuk merancang kegiatan perkuliahan agar kecemasan mahasiswa berkurang. Untuk para dosen wali diharapkan dapat memberikan motivasi kepada mahasiswa yang memiliki derajat academic buoyancy yang tergolong rendah, serta memberikan masukan agar mahasiswa tidak terlalu cemas dalam menghadapi perkuliahan. Para mahasiswa disarankan untuk lebih relax dalam menghadapi perkulihan, agar memperoleh prestasi yang lebih baik.


(2)

viii Universitas Kristen Maranatha Abstract

The purpose of the study is to determine the degree of academic buoyancy from college students of Psychology Mayor 2014 at “X” University in Bandung with KKNI. The amount of populations are 177 persons.

The research used descriptive method. Measuring instruments using a questionnaire which constructed by the researchers based on five predictors of academic buoyancy: self-efficacy, planning, persistence, anxiety and control (Martin and Marsh, 2006). The questionnaire consist of 56 items, with range of validity between 0,303 until 0,718 and reliability 0,876.

The results of the study shows that majority (97,7%) of college students have high degree of academic buoyancy. The secondary data showed that gender and GPA could affected to academic buoyancy.

Suggestion for the lecturers is to plan academic activity in order to decrease the anxiety levelof the college students. The academic advisor must motivated the college students especially who have the low degree of academic buoyancy, and give some advice so they can decrese the anxiety. For the students college suggested to be more relax when study, for get the more achievement.


(3)

ix Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

LEMBAR ORISINALITAS ... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 8

1.3.1 Maksud Penelitian ... 8

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian ... 8

1.4.1 Kegunaan Teoretis ... 8

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 9

1.5 Kerangka Pemikiran ... 9


(4)

x

Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 15

2.1 Academic Buoyancy ... 15

2.1.1 Latar Belakang Academic Buoyancy ... 15

2.1.2 Definisi Academic Buoyancy ... 15

2.1.3 Perbedaan Academic Buoyancy dengan Resilience ... 16

2.1.4 Academic buoyancy, Everyday hassles and Coping ... 17

2.1.5 Academic Buoyancy, Motivation and 5C’s ... 18

2.1.6 Faktor yang mempengaruhi Academic Buoyancy ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 23

3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 23

3.2 Bagan Rancangan Penelitian ... 23

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 24

3.3.1 Variabel Penelitian ... 24

3.3.2 Definisi Konseptual ... 24

3.3.3 Definisi Operasional ... 25

3.4 Alat Ukur ... 26

3.4.1 Alat Ukur Academic Buoyancy ... 26

3.4.2 Sistem Penilaian ... 27

3.4.3 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 29

3.4.4 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 29

3.4.4.1 Uji Validitas ... 29

3.4.4.2 Uji Reliabilitas ... 29

3.5 Populasi ... 30


(5)

xi

Universitas Kristen Maranatha

3.5.2 Karakteristik Populasi... 31

3.6 Teknik Analisis Data ... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 32

4.1.1 Data Demografik Responden ... 32

4.2 Hasil Penelitian ... 33

4.2.1 Hasil Pengukuran Variabel Utama ... 33

4.3 Pembahasan ... 37

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 42

5.1 Simpulan ... 42

5.2 Saran ... 43

5.2.1 Saran Teoretis ... 43

5.2.2 Saran Praktis ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 45

DAFTAR RUJUKAN ... 47


(6)

xii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran Academic Bouyancy ... 13 Bagan 3.1 Bagan Prosedur Penelitian ... 23


(7)

xiii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Kisi-kisi Alat Ukur Academic Bouyancy ... 26

Tabel 3.2 Bobot Penilaian ... 27

Tabel 4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 32

Tabel 4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 33

Tabel 4.2.1.1 Gambaran derajat Academic Buoyancy Responden ... 33

Tabel 4.2.1.2 Gambaran derajat Academic Buoyancy pada prediktor Self-Efficacy .. 34

Tabel 4.2.1.3 Gambaran derajat Academic Buoyancy pada prediktor Planning ... 34

Tabel 4.2.1.4 Gambaran derajat Academic Buoyancy pada prediktor Persistence .... 35

Tabel 4.2.1.5 Gambaran derajat Academic Buoyancy pada prediktor Anxiety ... 36


(8)

xiv Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A: KISI-KISI ALAT UKUR ACADEMIC BOUYANCY

LAMPIRAN B: PERNYATAAN PERSETUJUAN

LAMPIRAN C: KUESIONER

LAMPIRAN D: ITEM VALID DAN UJI RELIABILITAS ALAT UKUR


(9)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Fakultas Psikologi di Universitas “X” Bandung merupakan fakultas Psikologi pertama di Bandung yang menerapkan sistem pembelajaran KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) yang kini lebih dikenal sebagai KKNI (Kurikulum Berbasis Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia). KKNI merupakan kurikulum yang lebih berfokus pada kompetensi mahasiswa baik secara individu maupun secara klasikal/kelompok. Program ini berorientasi pada beberapa hal yaitu: hasil belajar (Learning Outcome), proses belajar mengajar yang menggunakan metode yang bervariasi, dan materi yang tidak hanya di dapatkan dari dosen namun dari sumber lain yang berupa textbook. Tujuan dari pembelajaran ini adalah untuk mencapai kompetensi-kompetensi secara kognitif, psikomotor dan afektif. Ketiga aspek kompetensi ini merupakan komponen yang dinilai oleh para dosen. Penilaian lebih ditekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian (Depdiknas, 2002).

Fakultas psikologi universitas “X” Bandung membuka program studi Sarjana Psikologi (S.Psi). Beban studi untuk tingkatan S1 jurusan Psikologi adalah 144 SKS. Masa studi mahasiswa di jadwalkan selama delapan semester dan apabila dalam kurun waktu 14 semester para mahasiswa belum dapat menyelesaikan studinya, maka mahasiswa tersebut wajib mengundurkan diri/drop out (DO). Jenis mata kuliah dibagi menjadi dua yaitu: Mata kuliah Psikologi yang berjumlah 124 SKS dan Non-Psikologi yang berjumlah 20 SKS. Pada mata kuliah psikologi mahasiswa diwajibkan hadir 100% sedangkan pada mata kuliah non-psikologi mahasiwa memiliki toleransi ketidakhadiran 25%.


(10)

2

Universitas Kristen Maranatha Dalam KKNI pengontrakan mata kuliah per-semester terdapat ketentuan sebagai berikut: mahasiswa mengontrak mata kuliah per paket sampai dengan semester enam dan tidak bergantung pada IP/IPK. Pada semester tujuh, mahasiswa yang akan mengontrak skripsi I harus telah lulus mata kuliah proposal penelitian dan telah lulus 90% dari jumlah seluruh modul dari semester satu sampai dengan semester enam. Mahasiswa yang mengontrak skripsi II harus telah lulus mata kuliah skripsi I dan telah lulus 90% dari jumlah seluruh modul dari semester satu sampai dengan semester tujuh. Untuk melakukan sidang mahasiswa harus telah memenuhi syarat-syarat berikut: telah mengontrak mata kuliah minimal 140 SKS dan telah lulus keseluruhan modul dengan IPK minimal 2.80.

Dalam pelaksanaan KKNI sistem pembelajaran yang berlaku adalah team teaching. Team teaching merupakan cara pembelajaran tim pengajar atau dosen yang terlibat lebih dari satu orang. Tiap dosen memiliki latar belakang keilmuan atau kemampuan yang berbeda-beda, hal ini tergantung pada mata kuliah yang bersangkutan. Dalam proses belajar mengajar, para dosen diharapkan untuk menjelaskan materi secara holistik dan terintegrasi agar mahasiswa dapat berpikir, bertindak dan bersikap secara holistik.

Waktu perkuliahan selama satu semester di bagi menjadi ±17 minggu dan tidak dilaksanakan Ujian tengah semester (UTS) maupun ujian akhir semester (UAS). Jadwal perkuliahan yang padat yaitu dari pukul 9.00-16.00 WIB dan istirahat yang berkisar satu jam dari pukul 12.00-13.00 WIB, dan masa perkuliahan selama lima hari yaitu dari hari senin-jumat. Dalam rancangan perkuliahan setiap mata kuliah disusun dalam modul-modul, jumlah modul dalam setiap mata kuliah ditentukan oleh pengelompokan materi ajar dan kemudahan mahasiswa untuk mempelajari materi ajar mata kuliah tersebut agar diperoleh kompetensi yang telah ditentukan.

Tiap mata kuliah terdapat pula evaluasi pembelajaran yang dibagi menjadi tiga yaitu: evaluasi pembelajaran untuk mata kuliah psikologi, mata kuliah pilihan dan mata kuliah


(11)

3

Universitas Kristen Maranatha sertifikasi, mata kuliah penunjang psikologi dan biopsikologi. Evaluasi pembelajaran untuk mata kuliah psikologi meliputi: proses pembelajaran mahasiswa di kelas (sesuai dengan rubrik), tugas, presentasi, kuis/summary. Setiap rubrik terbagi menjadi lebih kurang empat modul, dan setiap modul terdapat nilai akhir.

Form penilaian ini berisi penilaian dari para dosen ataupun asisten dosen kenapa tiap mahasiswa. Form ini dibagi di setiap modulnya yaitu: form penilain modul (nilai keaktifan), nilai quiz, nilai tugas/laporan, nilai akhir tiap materi, nilai remedial, nilai akhir modul, nilai akhir dari matakuliah/rubrik tersebut. Form penilaian modul ini khusus dalam menilai keaktifan mahasiswa yang dibagi menjadi beberapa aspek, tergantung dengan rubrik/modulnya.

Mahasiswa tersebut dinyatakan lulus pada modul tersebut apabila mahasiswa

mendapat nilai minimal ‘B’ untuk setiap modul. Apabila ada salah satu modul yang

mendapatkan nilai dibawah ‘B’ maka mahasiswa tersebut wajib mengikuti remedial pada modul tersebut. Remedial ini merupakan ujian yang langsung di berikan pada setiap akhir modul, tanpa adanya penjelasan materi terlebih dahulu, serta waktu pelaksanaannya yang di luar jam perkuliahan. Remedial ini pun memiliki dua tahap, apabila mahasiswa tersebut belum lulus pada saat remedial tahap pertama, maka mahasiswa tersebut dapat mengikuti remedial tahap kedua. Soal yang dibuat untuk remedial biasanya lebih sulit dibandingkan soal kuis pada setiap modulnya. Selain itu nilai tertinggi yang dapat diperoleh mahasiswa dari remedial hanya nilai ‘B’, sedangkan pada saat kuis, para mahasiswa dapat memperoleh nilai

tertinggi yaitu ‘A’. Remedial tahap kedua ini akan dilakukan setelah modul untuk mata kuliah

tersebut selesai. Selain itu ada pula konsekuensi bagi para mahasiswa yang mengikuti remedial kedua yaitu, para mahasiswa wajib membayar denda. Hal ini dilakukan agar para mahasiswa tidak menganggap remeh proses remedial.


(12)

4

Universitas Kristen Maranatha Berdasarkan hasil survey dengan 22 orang mahasiswa fakultas Psikologi angkatan 2014 yang menjalani KKNI di Universitas “X” kota Bandung didapatkan bahwa para mahasiswa merasa lelah dengan jam perkuliahan yang padat. Sebanyak 15 orang (68.18%) mahasiswa merasa bahwa jadwal yang ditetapkan ini sangat padat, sehingga mahasiswa memiliki waktu yang terbatas untuk bersosialisasi dan melakukan aktivitas lain. Akibatnya, tidak jarang mahasiswa yang merasa jenuh akan rutinitas monoton yang mereka jalani. Sisanya tujuh orang (31.82%) mahasiswa yang merasa bahwa jadwal perkuliahan yang padat ini bukanlah suatu permasalahan, sehingga tidak mempengaruhi aktivitas lain.

Sistem KKNI ini menekankan mahasiswa untuk aktif di dalam kelas, komponen afektifnya pun lebih besar di bandingkan komponen penilaian lainnya yaitu 60%. Sebanyak 13 orang (59.09%) mahasiswa merasa tidak kesulitan untuk aktif di dalam kelas ataupun dalam diskusi. Sebanyak sembilan orang (40.91%) mahasiswa merasa sulit untuk aktif di dalam kelas maupun berdiskusi.

Karena sebagian besar kegiatan didalam kelas adalah berdiskusi dan presentasi, hal ini lebih banyak kegiatan yang dilakukan secara berkelompok, namun tidak jarang beberapa mahasiswa merasa sulit untuk bekerja dalam suatu kelompok, mereka merasa lebih mudah untuk bekerja secara individual. Sebanyak 12 orang (54.55%) mahasiswa merasa bahwa kerja kelompok bukan hal yang sulit karena mereka dapat bekerja sama dengan anggota kelompok lainnya, menambah relasi dan memperingan tugas yang ada. Sebanyak 10 orang (45.45%) mahasiswa merasa hal ini malah mempersulit karena teman satu kelompok sulit di ajak bekerjasama, sehingga tidak jarang beberapa mahasiswa menyelesaikan tugas kelompok secara individual.

Di dalam jadwal perkuliahan yang padat ini, setiap mata kuliah dibagi menjadi beberapa modul, jumlah setiap modul di setiap mata kuliah itu akan berbeda, hal ini berdasarkan pengelompokan materi yang akan diberikan. Modul ini dirancang agar memberi


(13)

5

Universitas Kristen Maranatha kemudahan bagi mahasiswa untuk mempelajari materi ajar mata kuliah tesebut agar diperoleh kompetensi-kompetensi yang telah ditentukan secara maksimal. Akan tetapi faktanya banyak mahasiswa merasa bahwa dengan adanya modul ini merupakan suatu hal yang kurang efektif. Hal ini dikarenakan sebanyak 17 orang (77.27%) mahasiswa merasa bahwa waktu penjelasan untuk setiap modul itu terlalu singkat dan terkesan terburu, sehingga pemahaman pada teori yang diberikan kurang mendalam, dan mereka seringkali lupa akan teori yang di telah dipelajari sebelumnya. Sebanyak lima orang (22.73%) mahasiswa berpendapat bahwa pemahaman terhadap materi itu tegantung dari dosen yang mengajar di kelas, ada yang cara mengajarnya menyenangkan dan ada yang membosankan.

Pada setiap mata kuliah memiliki tantangannya tersendiri, terutama di mata kuliah praktikum. Pada mata kuliah praktikum di setiap modul mereka langsung mendapatkan materi mengenai test yang berbeda-beda dan hanya melakukan pengambilan data satu kali. Mereka hanya memiliki waktu yang sangat singkat untuk memahami materi mengenai test tersebut, sehingga mereka kurang mendalam dalam memahami test yang sedang dipelajari. Mereka kerap kali juga mengalami kesulitan pada saat proses pengambilan data, sehingga tidak jarang sebagian besar dari mereka melakukan kesalahan-kesalahan yang bisa dikatakan cukup fatal. Saat diberikan feedback oleh asisten dosen, mereka merasa bahwa asisten dosen itu terlalu ‘galak’ kepada mereka. Sebanyak 17 orang (77.27%) mahasiswa merasa bahwa penilaian yang diberikan oleh dosen kurang transparan, karena mereka tidak mengetahui darimana nilai yang dapatkan, selain itu para mahasiswa merasa bahwa dosen lebih subjektif dalam memberi nilai. Sebagiannya lima orang(22.73%) mahasiswa merasa bahwa dosen telah memberikan nilai sesuai dengan sistem penilaian yang ada.

Untuk mata kuliah psikodiagnostika tersebut mereka harus mencari subjek penelitian, setiap mata kuliah psikodiagnostika mereka mempelajari berbagai macam test dan setiap test memiliki kriteria subjek yang berbeda-beda. Dengan jadwal perkuliahan yang padat sebagian


(14)

6

Universitas Kristen Maranatha sebanyak 15orang (68.18%) mahasiswa merasa kesulitan untuk mencari subjek penelitian tersebut, tidak jarang mereka membawa subjek penelitian yang tidak sesuai dengan kriteria. Sebanyak tujuh orang (31.82%) mahasiswa merasa mudah untuk mencari subjek penelitian sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

Sebanyak 12 orang (54.55%) mahasiswa tidak menargetkan nilai, mereka merasa soal kuis yang diberikan cukup sulit, jadi mereka hanya berharap bahwa mereka lulus di modul tersebut, agar mereka tidak terbebani saat memiliki target nilai. Sebanyak 10 orang (45.45%) mahasiswa membuat target nilai kuis yang ingin di raih agar tidak mengikuti remedial dan lebih termotivasi untuk mencapai IPK yang telah mereka targetkan.

Sebanyak 18 orang (81.82%) mahasiswa menargetkan IPK yang ingin di raih agar dapat termotivasi untuk lulus dengan IPK yang baik dan memuaskan maupun untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi. Sebanyak empat orang (18.18%) mahasiswa tidak menargetkan IPK karena tidak ingin memaksakan diri mereka.

Sebanyak 15 orang (68.18%) mahasiswa mencari cara ataupun solusi untuk mengatasi permasalah ataupun kesulitan yang mereka hadapi selama menjalani perkuliahan, baik dalam hal tugas yang sulit, ataupun materi yang kurang dipahami. Sebanyak tujuh orang (31,82%) mahasiswa lebih memilih untuk pasrah dan tidak mencari solusi dari permasalahan yang mereka alami selama perkuliahan.

Sebanyak 20 orang (90.91%) mahasiswa merasa cemas selama menjalani perkuliahan baik saat melakukan presentasi di kelas, saat remedial ataupun saat mendapatkan materi perkuliahan yang di anggap sulit. Sebanyak dua orang (9.09%) mahasiswa tidak merasa cemas dalam menjalani perkuliahan seperti dalam melakukan presentasi atau menghadapi kuis.

Setiap akhir modul akan diadakan kuis, sebanyak 15 orang (68.18%) mahasiswa merasa bahwa penyebab kegagalan mereka dalam kuis karena mereka kurang mempersiapkan


(15)

7

Universitas Kristen Maranatha diri ataupun karena rasa malas sehingga mereka mendapatkan hasil yang kurang memuaskan. Sebanyak 18.18% (empat orang) mahasiswa merasa bahwa mereka mengalami kegagalan dalam kuis karena dosen pelit dalam memberi nilai ataupun soal kuis yang tergolong sulit. Sebanyak tiga orang (13.64%) merasa bahwa mereka kurang mengetahui penyebab kegagalan yang mereka alami.

Untuk berhasil menghadapi segala hambatan, tantangan serta rintangan yang khas pada dunia akademismahasiswa membutuhkan academic buoyancy. Berdasarkan hasil survey tersebut pula terlihat bahwa masih cukup banyak mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam menjalani perkuliahan dengan KKNI ini. Hal ini sebagian besar diakibatkan karena sebagian besar mahasiswa merasa cemas dalam menjalani perkuliahan. Setiap mahasiswa memiliki permasalahan serta penghayatan terhadap masalah tersebut pun berbeda-beda. Setiap penghayatan dari mahasiswa ini pun mempengaruhi bagaimana cara mahasiswa itu

menyik’api atau bertindak saat menghadapi situasi-situasi sulit dalam menjalani rutinitas

perkuliahan mereka. Agar dapat mengahadapi kesulitan tersebut mahasiswa diharapkan memiliki keyakinan agar dapat lulus dengan baik, memiliki perencanaan dalam menghadapi suatu hal, daya juang yang tinggi agar tidak mudah menyerah saat menghadapi situasi sulit, tidak terlalu cemas dalam menghadapi suatu permasalahan agar permasalahan tersebut dapat selesai, serta mampu mengendalikan diri agar dapat berhasil dalam menghadapi rintangan yang dilalui saat menjalani perkuliahan.

Berdasarkan hasil survey awal dengan menggunakan kuesioner peneliti tertarik untuk

mengetahui lebih lanjut “Bagaimana gambaran kapasitas Academic Buoyancy pada


(16)

8

Universitas Kristen Maranatha 1.2Identifikasi Masalah

Ingin mengetahui derajat Academic Buoyancy pada mahasiswa fakultas Psikologi

angkatan 2014 Universitas “X” Bandung yang menjalani KKNI.

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran mengenai Academic Buoyancy pada mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2014 Universitas “X” Bandung yang

menjalani KKNI.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran mengenai derajat Academic Buoyancy pada mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2014 Universitas “X” Bandung yang

menjalani KKNI yang terukur oleh lima aspek yaitu, self-efficacy, planning, persistence, low anxiety, dan low uncertain control.

1.4Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis

a. Memberikan sumbangan ilmu bagi Psikologi Pendidikan untuk memperdalam pemahaman dan memperkaya pengetahuan mengenai derajat Academic Buoyancy pada mahasiswa fakultas Psikologi Angkatan 2014 Universitas “X” yang menjalani KKNI.

b. Memberi masukan bagi peneliti selanjutnya, yang hendak melakukan penelitian mengenai Academic Buoyancy pada mahasiswa fakultas Psikologi Angkatan 2014 Universitas “X” yang menjalani KKNI.


(17)

9

Universitas Kristen Maranatha 1.4.2 Kegunaan Praktis

a. Memberikan informasi kepada para dosen serta dosen wali Fakultas Psikologi yang mengajar mahasiswa angkatan2014 Universitas “X” Bandung, mengenai tinggi rendahnya kapasitas Academic Buoyancy pada mahasiswa yang mengikuti KKNI, agar dapat berperan dalam membantu dan memotivasi para mahasiswanya mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.

b. Memberi masukan bagi para mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2014

Universitas “X” Bandung yang mengikuti KKNI mengenai manfaat Academic

Buoyancy, sehingga dapat mengoptimalkan potensi diri mereka dan mampu menghadapi berbagai tantangan selama perkuliahan.

1.5Kerangka Pemikiran

Mahasiswa biasanya berada pada rentang usia 18-21 tahun yang memasuki tahap perkembangan remaja akhir. Pada tahap perkembangan tersebut terdapat beberapa tugas perkembangan yang harus dilalui oleh mereka, salah satunya adalah mempersiapkan karir dan ekonomi. Dalam hal ini pendidikan merupakan salah satu tolak ukur dari kesuksesan seseorang dalam berkarir. Pada saat menjalani pendidikan tentu saja banyak tantangan yang dialami, namun penghayatan seseorang terhadap tantangan dari perkuliahan itu berbeda-beda.

Setiap mahasiswa mengalami tantangan dalam menjalani perkuliahan, salah satunya dalam menghadapi kuis, tugas perkuliahan, manajemen waktu, serta ada kewajiban lainnya salah satunya adalah mengikuti kegiatan organisasi. Banyaknya tantangan yang dihadapi, mahasiswa dituntut untuk dapat berhasil menghadapi penurunan akademis dan tantangan sehari-hari dalam kehidupan akademis seperti nilai yang buruk, mengejar deadline, tekanan ketika menghadapi ujian dan tugas-tugas kuliah-kuliah yang sulit. Setiap mahasiswa pun


(18)

10

Universitas Kristen Maranatha memiliki pemahaman dan pemaknaan yang berbeda terhadap tantangan yang mereka alami. Kapasitas mahasiswa dalam menghadapi permasalahan disebut sebagai academic buoyancy.

Dalam hal ini terdapat beberapa aspek dari academic buoyancy yaitu: 1.)self-efficacy, 2.)planning, 3.)persistence, 4.)anxiety dan 5.)control. Self-efficacy merupakan keyakinan dan kepercayaan diri mahasiswa bahwa ia memiliki kapasitas untuk memahami atau mengerjakan tugas perkuliahan dengan baik, menghadapi tantangan dan melakukan yang terbaik berdasarkan kemampuan yang mereka miliki (Andrew J Martin, 2003). Mahasiswa dikatakan memiliki derajat self-efficacy yang tergolong tinggi apabila mahasiswa merasa yakin bahwa dirinya akan mampu untuk mengerjakan tugas-tugas dan kuis yang diberikan serta memahami materi perkuliahan dengan baik. Mahasiswa tersebut dikatakan memiliki derajat self-efficacy

yang tergolong rendah apabila mahasiswa merasa kurang yakin bahwa dirinya mampu mengerjakan dttugas dan kuis dengan baik serta kurang mampu memahami materi perkuliahan dengan baik. Self-efficacy ini secara tidak langsung mempengaruhi prestasi akademis seseorang, prestasi akademis ini sendiri dapat dilihat atau diukur dari IPK yang di raih oleh mahasiswa tesebut.

Planning merupakan kapasitas mahasiswa dalam menentukan tujuan yang akan dicapai dan membuat langkah-langkah untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Zimmerman, 2001). Planning terdiri dari dua komponen utama yaitu goal setting dan strategic planning. Goal setting adalah kapasitas mahasiswa untuk menentukan tujuan pendidikan, seperti berapa target nilai yang akan diraih pada saat mengikuti kuis. Strategic planning mengacu pada kapasitas mahasiswa untuk menguraikan tujuan dalam langkah-langkah perencanaan yang akurat sehingga dapat menjadi pedoman berperilaku yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menyicil saat mengerjakan tugas dan membuat jadwal belajar. Mahasiswa dikatakan memiliki derajat


(19)

11

Universitas Kristen Maranatha agar dapat menyelesaikan tugas-tugas dengan tepat waktu, menentukan target nilai yang ingin dicapai dan merencanakan serta melaksanakan jadwal belajar untuk menghadapi kuis, sesuai dengan yang telah mereka tetapkan. Mahasiswa dikatakan memiliki derajat planning yang tergolong rendah apabila mahasiswa tersebut kurang mampu membuat perencanaan dalam mengerjakan tugas dan kuis, serta tidak menaati jadwal yang telah dibuat.

Persistence merupakan kapasitas mahasiswa untuk dapat tetap berusaha mencari solusi dan memahami masalah walaupun masalah tersebut dirasakan sulit (Glasser, 1998). Mahasiswa dikatakan memiliki derajat persistence yang tergolong tinggi apabila mahasiswa tersebut memiliki kesungguhan untuk tetap berusaha dalam mengerjakan berbagai tugas yang diberikan, serta belajar untuk menghadapi kuis walaupun ada materi yang sulit dimengerti. Mahasiswa dikatakan memiliki derajat persistence yang tergolong rendah apabila mahasiswa tersebut kurang memiliki kesungguhan dan cenderung menyerah saat menghadapi tugas maupun kuis yang dirasa sulit.

Anxiety merupakan perasaan seseorang saat mengalami suatu situasi yang dianggap sebagai ancaman. Dalam konteks akademis, kecemasan dialami dalam kondisi evaluasi dari

performance yang dianggap mengancam, seperti menghadapi ujian yang menimbulkan perasaan takut gagal (Covington, 1992; Sarason & Sarason, 1990; Spielberger, 1985; Tobias, 1985; Zohar, 1998).

Mahasiswa dikatakan memiliki derajat anxiety yang tergolong tinggi apabila mahasiswa tersebut mampu mengatasi kecemasan ketika menghadapi kesulitan dan tantangan dalam mengerjakan tugas maupun ujian. Mahasiswa dikatakan memiliki derajat anxiety yang tergolong rendah apabila mahasiswa mudah merasa cemas ketika dihadapkan pada tugas dan kuis yang sulit.

Control merupakan kapasitas mahasiswa untuk mengendalikan hal-hal apa saja yang menyebabkan dia berhasil atau gagal dalam melakukan tugas (Connell, 1985). Connell (1985)


(20)

12

Universitas Kristen Maranatha mengemukakan tiga aspek dari control belief, yaitu internal source, external source atau

powerful others dan unknown source. Mahasiswa yang memiliki internal source menganggap keberhasilan dan kegagalannya dalam suatu tugas disebabkan oleh hal-hal yang berada di dalam dirinya sendiri. Mahasiswa yang memiliki external source menganggap keberhasilan dan kegagalannya dalam suatu tugas karena hal-hal yang berada diluar dirinya, seperti adanya pengaruh dari orang lain (powerful others) dan hal –hal yang tidak diketahui penyebabnya (unknown source). Uncertain Control merupakan kondisi seorang merasa tidak pasti bagaimana untuk dapat melakukan hal yang baik atau menghindari hal yang tidak baik. Mahasiswa dikatakan memiliki derajat control yang tergolong tinggi apabila mahasiwa tersebut menganggap bahwa penyebab dari keberhasilan maupun kegagalan yang dialami olehnya baik dalam mengerjakan tugas ataupun kuis berasal dari dirinya sendiri. Mahasiswa dikatakan memiliki derajat control yang tergolong rendah apabila mahasiswa tersebut menganggap bahwa penyebab dari keberhasilan maupun kegagalan yang dialami olehnya baik dalam mengerjakan tugas ataupun kuis disebabkan oleh pengaruh orang/pihak lain atau hal-hal yang tidak diketahui penyebabnya.

Selain beberapa hal diatas terdapat pula faktor-faktor penunjang lainnya yang mempengaruhi kapasitas academic buoyancy seseorang yaitu sebagai berikut yaitu: jenis kelamin dan usia. Berdasarkan hasil penelitan yang dilakukan oleh Martin (2004), perempuan memiliki daya juang yang lebih tinggi di bandingkan dengan laki-laki, namun memiliki kecemasan yang bersifat umum. Di sisi lain, ada penelitian yang mengungkapkan bahwa perempuan memiliki derajat yang lebih tinggi dalam academic hassles (mengacu pada stress dan ketegangan sehari-hari yang dialami mahasiswa) dan emotion-focus coping (mengarcu pada usaha individu yang diarahkan pada emosi ketika menghadapi situasi yang menekan) (Nyland, Ybarra, Sammut, Rienecker, & Kameda, 2000). Mengenai usia, Martin (2003, 2006, in press) menemukan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin rendah daya juang


(21)

13

Universitas Kristen Maranatha yang dimiliki. Selain itu mahasiswa yang usianya lebih tua mengalami derajat anxiety yang lebih daripada mahasiswa yang usianya jauh lebih muda.

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran Academic Buoyancy 1.6Asumsi

1. Mahasiswa fakultas Psikologi angkatan 2014 Universitas “X” yang menjalani KKNI

memiliki derajat Academic Buoyancy yang berbeda-beda, yang dapat diukur melalui lima aspek yaitu, self-efficacy, planning, persistence, anxiety, dan control.

2. Faktor yang mempengaruhi academic buoyancy pada mahasiswa fakultas Psikologi angkatan 2014 Universitas “X” Bandung yang menjalani KKNI adalah usia, jenis kelamin dan IPK.

3. Daya juang Mahasiswa perempuan fakultas Psikologi angkatan 2014 Universitas “X”

Bandung yang menjalani KKNI lebih tinggi dibandingkan dengan daya juang mahasiswa laki-lakinya. Mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2014 yang Menjalani KKNI Academic Buoyancy Faktor penunjang:  Usia

 Jenis Kelamin  IPK Tinggi Rendah  self-efficacy planning persistence anxiety control


(22)

14

Universitas Kristen Maranatha 4. Mahasiswa yang usianya lebih tua, mengalami derajat anxiety dibandingkan dengan

mahasiswa yang usianya jauh lebih muda.

5. Mahasiswa yang memiliki IPK ≥rata-rata memiliki derajat academic buoyancy yang


(23)

42 Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan hasil, dapat ditarik beberapa simpulan mengenai derajat Academic Buoyancy pada Mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2014 Universitas “X” Bandung yang menjalani KKNI.

1) Sebagian besar mahasiswa fakultas Psikologi angkatan 2014 Universitas “X” Bandung

yang menjalani KKNI memiliki derajat academic buoyancy yang tergolong tinggi, sehingga mayoritas mahasiswa mampu menghadapi tantangan dalam menjalani perkuliahan.

2) Mahasiswa yang memiliki derajat academic buoyancy yang tergolong tinggi memiliki derajat yang tergolong tinggi pula pada kelima aspeknya yaitu: self-efficacy, planning, persistence, anxiety dan control.

3) Terdapat kecenderungan keterkaitan antara jenis kelamin terhadap persistence. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki derajat persistence yang tergolong tinggi dibandingkan dengan mahasiswa laki-laki.

4) Terdapat kecenderungan keterkaitan antara derajat academic buoyancy terhadap IPK. Hal ini menunjukkan bahwa, mahasiswa yang memiliki academic buoyancy yang tinggi cenderung memiliki IPK yang tergolong ≥rata-rata, begitu pula sebaliknya mahasiswa yang memiliki derajat academic buoyancy yang tergolong rendah memiliki IPK yang tergolong <rata-rata.


(24)

43

Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoretis

Bagi peneliti yang ingin meneliti academic buyancy pada sample yang memiliki karakteristik yang serupa disarankan untuk:

1) Meneliti hubungan antara faktor penunjang yaitu Jenis Kelamin dengan aspek

persistence, namun dengan syarat jumlah sampel yang seimbang antara laki-laki dan perempuan agar dapat lebih representatif.

2) Meneliti hubungan antara academic buoyancy dengan IPK, namun perlu dipertimbangkan perbandingan jumlah sampel dengan IPK yang tinggi maupun rendah harus seimbang agar dapat lebih representatif.

3) Meneliti lebih lanjut mengenai anxiety pada mahasiswa yang menjalani KKNI.

4) Membahas bagian control secara detail yaitu: external, internal dan unknownsource.

5.2.2. Saran Praktis

1) Para dosen diharapkan mampu merancang kegiatan perkuliahan agar kecemasan mahasiswa pun berkurang. Hal ini dikarenakan mayoritas mahasiswa baik yang memiliki derajat academic buoyancy yang tergolong tinggi maupun rendah, memiliki derajat anxiety yang tergolong tinggi

2) Memberikan informasi kepada dosen wali agar dapat memberikan motivasi kepada mahasiswanya yang memiliki derajat academic buoyancy yang tergolong rendah. Selain itu dosen wali juga dapat memberikan masukan agar mahasiswa tidak terlalu cemas dalam menjalani perkuliahan.


(25)

44

Universitas Kristen Maranatha 3) Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa mayoritas mahasiswa memiliki

tingkat kecemasan yang tergolong tinggi. Para mahasiswa disarankan untuk lebih


(26)

45 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Covington. (1992). Making The Grade: A Self-Worth Perspective On Motivation And School Reform. Cambridge University Press.

Ellis. (1994). Reason And Emotion In Pschotherapy (Re.ed). Secaucus. NJ: Birdh Lane. Friedenberg, Lisa. (1995). Psychological Testing : Desigh, Analysis and Use. Massachusetts. Allyn & Bacon A. Simon & Schuster Company.

Lazarus, R.S. & Folkman, S. (1984). Stress, Appraisal and Coping. New York: Springer Martin. (2003). The Students Motivation Scale : Further Testing Of An Instrument That Measures School Students Motivation. Australian Journal Of Education.

Martin. (2005). Exploring. The Effects Of A Youth Enrichment Program In Academic Motivation And Engagement. Social Psychology Of Education

Martin, Andrew & Marsh, Herbert. (2006). Academic Bouyancy: Towards An Understanding

of Students’ Everyday Academic Resilience. Journal of School Psychology Volume 46, Number 1.Elsevier.

Martin, Andrew & Marsh, Herbert. (2006). Academic Resilience And Its Psychological And Educational Correlates: A Construct Validity Approach. Psychology In The School. Volume 43(3). Wiley Interscience.

Martin, Andrew & Marsh, Herbert. (2008). Workplace and Academic Bouyancy: Psychometric Assesment and Construct Validity Amongst School Personnel and Students.

Journal of Psychoeducational Assesment.Volume 26, Number 2. Sage Publication

Martin, Andrew & Marsh, Herbert. (2009). Academic Resilience And Academic Bouyancy: Multidimensional And Hierarchial Conceptual Framing of Causes, Correlates and Cognate Construct.Oxford Review of Education. Volume 3, No.3. London: Publisher Routledge.

Martin, Andrew et all. (2010). Longitudinal Modelling of Academic Bouyancy and

Motivation: Do The ‘5C’s’ Hold Up Over Time. British Journal of Educational Psychology.

The British Psychological Society.

Sarason & Sarason. (1990). Test Anxiety. In H. Liedenberg (ed). Handbook Of Social And Evaluation Anxiety. New York : Plenum Press.

Spielberger. (1985). Assessment Of State And Trait Anxiety : Conceptual And Methodological Issues. Southern Psychologist.

Tobias. (1985). Test Anxiety : Interference, Detective Skills, and Cognitive Capacity.


(27)

46

Universitas Kristen Maranatha W. Gulo. (2010). Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo

Zimmerman. 2001. Theories Of Self-Regulated Learning And Academic Achievement: An Overview and Analysis. In Zimmerman & Schunk (Eds), Self-Regulated Learning And Academic Achievement : Theoretical Perspectives. Mahwah, NJ : Erlbaum

Zohar. (1998). An Additive Model Of Test Anxiety : Role Of Exam. Specific Expectations.


(28)

47 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Analya, Priska. (2007). Uji coba modul pelatihan dalam menangani masalah academic bouyancy pada siswa kelas XII di SMA “X” Bandung. Tesis. Bandung: Universitas Kristen Maranatha

Analya, Priska & Ka Yan. (2015). Academic Buoyancy, Protective Factors dan kecenderungan stres pada mahasiswa psikologi yang menggunakaan kurikulum KKNI di

Universitas “X” Bandung. Jurnal. Bandung: Universitas Kristen Maranatha

Nyland, et all. (2000). Interaction Of Psychological Type And Anxiety Sensitivity On Academic Achievement. Perceptual And Motor Skills.

Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana. (2015). Edisi Revisi. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.


(1)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan hasil, dapat ditarik beberapa simpulan mengenai derajat Academic Buoyancy pada Mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2014 Universitas “X” Bandung yang menjalani KKNI.

1) Sebagian besar mahasiswa fakultas Psikologi angkatan 2014 Universitas “X” Bandung yang menjalani KKNI memiliki derajat academic buoyancy yang tergolong tinggi, sehingga mayoritas mahasiswa mampu menghadapi tantangan dalam menjalani perkuliahan.

2) Mahasiswa yang memiliki derajat academic buoyancy yang tergolong tinggi memiliki derajat yang tergolong tinggi pula pada kelima aspeknya yaitu: self-efficacy, planning, persistence, anxiety dan control.

3) Terdapat kecenderungan keterkaitan antara jenis kelamin terhadap persistence. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki derajat persistence yang tergolong tinggi dibandingkan dengan mahasiswa laki-laki.

4) Terdapat kecenderungan keterkaitan antara derajat academic buoyancy terhadap IPK. Hal ini menunjukkan bahwa, mahasiswa yang memiliki academic buoyancy yang tinggi cenderung memiliki IPK yang tergolong ≥rata-rata, begitu pula sebaliknya mahasiswa yang memiliki derajat academic buoyancy yang tergolong rendah memiliki IPK yang tergolong <rata-rata.


(2)

Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoretis

Bagi peneliti yang ingin meneliti academic buyancy pada sample yang memiliki karakteristik yang serupa disarankan untuk:

1) Meneliti hubungan antara faktor penunjang yaitu Jenis Kelamin dengan aspek persistence, namun dengan syarat jumlah sampel yang seimbang antara laki-laki dan perempuan agar dapat lebih representatif.

2) Meneliti hubungan antara academic buoyancy dengan IPK, namun perlu dipertimbangkan perbandingan jumlah sampel dengan IPK yang tinggi maupun rendah harus seimbang agar dapat lebih representatif.

3) Meneliti lebih lanjut mengenai anxiety pada mahasiswa yang menjalani KKNI. 4) Membahas bagian control secara detail yaitu: external, internal dan unknown source.

5.2.2. Saran Praktis

1) Para dosen diharapkan mampu merancang kegiatan perkuliahan agar kecemasan mahasiswa pun berkurang. Hal ini dikarenakan mayoritas mahasiswa baik yang memiliki derajat academic buoyancy yang tergolong tinggi maupun rendah, memiliki derajat anxiety yang tergolong tinggi

2) Memberikan informasi kepada dosen wali agar dapat memberikan motivasi kepada mahasiswanya yang memiliki derajat academic buoyancy yang tergolong rendah. Selain itu dosen wali juga dapat memberikan masukan agar mahasiswa tidak terlalu cemas dalam menjalani perkuliahan.


(3)

44

3) Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa mayoritas mahasiswa memiliki tingkat kecemasan yang tergolong tinggi. Para mahasiswa disarankan untuk lebih relax dalam menghadapi perkulihan, agar memperoleh prestasi yang lebih baik.


(4)

45 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Covington. (1992). Making The Grade: A Self-Worth Perspective On Motivation And School Reform. Cambridge University Press.

Ellis. (1994). Reason And Emotion In Pschotherapy (Re.ed). Secaucus. NJ: Birdh Lane. Friedenberg, Lisa. (1995). Psychological Testing : Desigh, Analysis and Use. Massachusetts. Allyn & Bacon A. Simon & Schuster Company.

Lazarus, R.S. & Folkman, S. (1984). Stress, Appraisal and Coping. New York: Springer Martin. (2003). The Students Motivation Scale : Further Testing Of An Instrument That Measures School Students Motivation. Australian Journal Of Education.

Martin. (2005). Exploring. The Effects Of A Youth Enrichment Program In Academic Motivation And Engagement. Social Psychology Of Education

Martin, Andrew & Marsh, Herbert. (2006). Academic Bouyancy: Towards An Understanding of Students’ Everyday Academic Resilience. Journal of School Psychology Volume 46, Number 1.Elsevier.

Martin, Andrew & Marsh, Herbert. (2006). Academic Resilience And Its Psychological And Educational Correlates: A Construct Validity Approach. Psychology In The School. Volume 43(3). Wiley Interscience.

Martin, Andrew & Marsh, Herbert. (2008). Workplace and Academic Bouyancy: Psychometric Assesment and Construct Validity Amongst School Personnel and Students. Journal of Psychoeducational Assesment.Volume 26, Number 2. Sage Publication

Martin, Andrew & Marsh, Herbert. (2009). Academic Resilience And Academic Bouyancy: Multidimensional And Hierarchial Conceptual Framing of Causes, Correlates and Cognate Construct.Oxford Review of Education. Volume 3, No.3. London: Publisher Routledge.

Martin, Andrew et all. (2010). Longitudinal Modelling of Academic Bouyancy and

Motivation: Do The ‘5C’s’ Hold Up Over Time. British Journal of Educational Psychology.

The British Psychological Society.

Sarason & Sarason. (1990). Test Anxiety. In H. Liedenberg (ed). Handbook Of Social And Evaluation Anxiety. New York : Plenum Press.

Spielberger. (1985). Assessment Of State And Trait Anxiety : Conceptual And Methodological Issues. Southern Psychologist.

Tobias. (1985). Test Anxiety : Interference, Detective Skills, and Cognitive Capacity. Educational Psychologist.


(5)

46

W. Gulo. (2010). Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo

Zimmerman. 2001. Theories Of Self-Regulated Learning And Academic Achievement: An Overview and Analysis. In Zimmerman & Schunk (Eds), Self-Regulated Learning And Academic Achievement : Theoretical Perspectives. Mahwah, NJ : Erlbaum

Zohar. (1998). An Additive Model Of Test Anxiety : Role Of Exam. Specific Expectations. Journal Of Educational Psychology.


(6)

47 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Analya, Priska. (2007). Uji coba modul pelatihan dalam menangani masalah academic bouyancy pada siswa kelas XII di SMA “X” Bandung. Tesis. Bandung: Universitas Kristen Maranatha

Analya, Priska & Ka Yan. (2015). Academic Buoyancy, Protective Factors dan kecenderungan stres pada mahasiswa psikologi yang menggunakaan kurikulum KKNI di

Universitas “X” Bandung. Jurnal. Bandung: Universitas Kristen Maranatha

Nyland, et all. (2000). Interaction Of Psychological Type And Anxiety Sensitivity On Academic Achievement. Perceptual And Motor Skills.

Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana. (2015). Edisi Revisi. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.