Studi Deskriptif Mengenai Derajat Self-Efficacy Pada Mahasiswa Dual Degree di Universitas "X" Kota Bandung.

(1)

Mahasiswa Dual Degree di Universitas “X” kota Bandung. Penelitian tersebut dilaksanakan untuk mengetahui gambaran derajat Self-Efficacy pada mahasiswa/I Dual Degree di Universitas “X” kota Bandung. Self-efficacy adalah keyakinan (belief) seseorang terhadap kemampuannya dalam mengorganisir dan melaksanakan arah-arah tindakan yang dibutuhkan untuk mengatur situasi-situasi yang prospektif (Bandura, 1997). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 38 orang. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian deskriptif dengan teknik survey.

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner Self-Efficacy yang terdiri dari 45 item. Alat ukur ini merupakan alat ukur yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori Self-Efficacy dari Bandura (1997). Berdasarkan uji validitas diperoleh hasil berkisar antara 0,405 – 0,811. Sedangkan reliabilitas diperoleh 0,852.

Berdasarkan pengolahan data, maka didapat hasil 50% mahasiswa memiliki derajat efficacy yang tinggi. Sedangkan 50% mahasiswa memiliki derajat Self-efficacy redah. Kesimpulan yang diperoleh adalah persentase mahasiswa Dual Degree di Universitas “X” kota Bandung yang merasa yakin akan kemampuannya mencapai prestasi yang optimal sama besar dengan persentase mahasiswa Dual Degree yang merasa tidak yakin akan kemempuannya mencapai prestasi yang optimal.

Peneliti mengajukan saran agar dilakukan penelitian mengenai studi kontribusi antara sumber-sumber self-efficacy dengan self-efficacy pada mahasiswa Dual Degree di Universitas “X” kota Bandung.


(2)

vi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

Lembar Judul

Lembar Pengesahan………... i

Abstrak... ii

Kata Pengantar………... iii

Daftar Isi ………... vi

Daftar Tabel dan Bagan... ix

Daftar Lampiran... x

Bab I. PENDAHULUAN……….………… 1

1.1 Latar Belakang Masalah……….………. 1

1.2 Identifikasi Masalah……….…... 9

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian……… 9

1.3.1 Maksud Penelitian... 9

1.3.2 Tujuan Penelitian... 1

1.4 Kegunaan Penelitian……… 10

1.4.1 Kegunaan teoretis... 10

1.4.2 Kegunaan praktis... 10

1.5 Kerangka Pemikiran……… 11


(3)

2.1.2 Sumber-Sumber Self-Efficacy……… 23

2.1.3 Pemrosesan Secara Kognitif………... 28

2.1.4 Proses Untuk mengaktifkan Self-Efficacy….…… 29

2.1.5 Manfaat Adaptif dari Self-efficacy yang Optimistik 40

2.1.6 Self-Efficacy Setting Pendidikan……… 44

2.2 Masa Remaja……….…….. 48

2.2.1 Pengertian Masa Remaja... 48

2.2.2 Proses Perkembangan Kognitif Remaja... 49

2.2.3 Proses Perkembangan Fisik Remaja ... 50

Bab III METODOLOGI PENELITIAN……… 54

3.1 Rancangan Penelitian……….……. 54

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional………. 55

3.2.1 Variabel Penelitian……….. 55

3.2.2 Definisi Konseptual……… 55

3.2.3 Definisi Operasional... 55

3.3 Alat Ukur………..…... 56

3.3.1 Alat Ukur Derajat Self-Efficacy……….…. 56


(4)

viii Universitas Kristen Maranatha

3.3.3 Sistem Penilaian………..……… 58

3.3.4 Kriteria Penilaian Self-Efficacy………... 59

3.3.5 Kuesioner Data Pribadi dan Data Penunjang…….. 60

3.3.6 Uji Coba Alat Ukur ……… 60

3.3.6.1 Validitas Alat Ukur……… 60

3.3.6.2 Reliabilitas Alat Ukur………. 61

3.4 Populasi Sasaran dan Teknik Penarikan Sampel…………. 62

3.4.1 Populasi Sasaran………..……… 62

3.4.2 Karakteristik Populasi………...………… 62

3.5 Teknik Analisis Data………..……….... 62

BAB IV HASIL DAN PENELITIAN... 63

4.1 Gambaran responden... 63

4.2 Hasil penelitian... 64

4.3 Pembahasan... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 74

5.1 Kesimpulan... 74

5.2 Saran... 75

5.2.1 Penelitian Lanjutan... 75

5.2.2 Guna Laksana... 75 DAFTAR PUSTAKA


(5)

(6)

x Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL DAN BAGAN

Bagan 1.1 Skema kerangka pikir ... 20

Bagan 3.1 Skema rancangan penelitian... 51

Tabel 3.1 Aspek, indikator, item... 53

Tabel 3.4 Skor Jawaban... 56

Tabel 4.1 Gambaran responden berdasarkan usia... 60

Tabel 4.2 Gambaran responden berdasarkan angkatan... 61

Tabel 4.3 Derajat Self-efficacy... 61

Tabel 4.4 Derajat Self-efficacy berdasarkan angkatan……… 62


(7)

Lampiran 2 Alat ukur lengkap

Lampiran 3 Skor untuk kuesioner Self-efficacy Lampiran 4 Tabulasi silang


(8)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap individu pada umumnya mempunyai keinginan untuk mendapatkan masa depan yang cerah, mempunyai pekerjaan yang layak, dan menjalani suatu kehidupan yang cukup. Dengan didorong oleh keinginan tersebut, maka setiap individu berlomba-lomba untuk mencapai taraf kehidupan di atas rata-rata. Salah satu cara yang banyak dilakukan oleh masyarakat untuk meningkatkan taraf kehidupannya adalah mengenyam pendidikan setinggi mungkin hingga ke perguruan tinggi, sebab di perguruan tinggi individu dapat mencari jurusan yang sesuai dengan minatnya dan dapat menentukan pekerjaan yang diinginkannya. Menuntut ilmu di suatu perguruan tinggi yang bermutu, terkenal, dan dapat mencetak lulusan yang berkualitas dapat dijadikan sebuah bekal dan acuan untuk dapat masuk ke dalam dunia kerja dengan penghasilan yang menjanjikan.

Setiap perguruan tinggi, menawarkan berbagai hal yang dapat menjadi bahan pertimbangan bagi calon mahasiswa/i untuk pada akhirnya menjatuhkan pilihan pada salah satu perguruan tinggi yang dianggap cukup kompeten dan berkualitas. Hal-hal yang ditawarkan oleh setiap perguruan tinggi tersebut dapat berupa kualitas dan kompetensi dosen sebagai pengajar, kesistematisan silabus, kemudahan dalam memperoleh informasi akademis, metode pengajaran, adanya kemitraan dengan


(9)

perusahaan-perusahaan terkemuka, unit-unit kegiatan, fasilitas-fasilitas penunjang seperti ruang laboratorium yang lengkap, perpustakaan, kecanggihan teknologi yang digunakan, akses internet, maupun ruangan kelas yang kondusif.

Universitas ”X” merupakan salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Bandung

yang sedang berkembang saat ini. Universitas yang berdiri sejak tahun 1965 ini, memiliki tujuh fakultas, enam belas jurusan dan dua program studi jenjang magister. Universitas ”X” memiliki banyak peminat, yang berasal dari daerah Jawa Barat

maupun dari luar daerah. Perkembangan Universitas ”X” juga ditandai dengan

tercatatnya beberapa fakultas yang mengalami peningkatan akreditasi, seperti Fakultas Psikologi, Fakultas Ekonomi dan Fakultas Kedokteran dan adanya pembangunan gedung baru untuk meningkatkan fasilitas pembelajaran.

Salah satu program yang mulai dikembangkan saat ini adalah program Dual Degree. Program Dual Degree adalah suatu program yang mahasiswa/inya dapat mengambil dua program studi sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Perkembangan dunia industri yang sangat pesat yang berkonsekuensi pada persaingan industri yang semakin ketat telah menuntut perusahaan-perusahaan untuk terus mempertajam keunggulan bersaing mereka. Salah satunya adalah dengan merekrut sumber daya manusia yang memiliki kemampuan lebih, akibatnya sumber daya manusia yang hanya memiliki keahlian di satu bidang tidaklah mencukupi.

Kecenderungan tersebut membuat Universitas “X” membuka program Dual Degree antara Teknik Sipil dan Sistem Informasi yang merupakan pilihan bagi masyarakat yang ingin memilih pendidikan multidisipliner. Ilmu yang dipelajari


(10)

3

Universitas Kristen Maranatha dalam program Dual Degree tersebut merupakan kombinasi dari dua bidang yaitu Teknik Sipil dan Sistem Informasi. Keunggulan dari Dual Degree ini adalah lulusan dari program Dual Degree akan memperoleh dua gelar yaitu Sarjana Komputer ( S.Kom ) dan Sarjana Teknik ( S.T ) dengan investasi yang terjangkau dan bernilai tambah. Selain itu pilihan karir yang lebih luas, dimana para mahasiswa lulusan Dual Degree dapat bekerja sebagai Konsultan Civil Engineering, Software Development, Kontraktor, System Analyst, Business Analyst, Database Designer, Database Administrator, dan SAP Consultant. Bagi seseorang yang bergerak di bidang Teknik Sipil sangatlah lazim bila memerlukan keahlian dan pemahaman di bidang Sistem Informasi, yang memungkinkannya mengelola proyek-proyek sipil secara lebih baik dengan mendayagunakan teknologi informasi ( IT ). Sebaliknya, bagi seseorang di bidang sistem Informasi, tambahan pengetahuan di bidang Teknik Sipil akan memberikan nilai tambah, mahasiswa tersebut akan memperoleh pengetahuan yang lebih banyak sehingga dapat meningkatkan persaingan di dunia industri dibandingkan dengan lulusan lainnya.

Program Dual Degree di Universitas “X” berdiri sejak tahun 2006 dengan menggabungkan jurusan sistem informasi dan jurusan teknik sipil. Angkatan pertama terjaring 14 orang mahasiswa, kemudian pada tahun berikutnya peminat program Dual Degree tersebut bertambah menjadi 25 mahasiswa, pada tahun 2008 terdapat 24 mahasiswa, sedangkan pada tahun 2009 terdapat 6 mahasiswa yang mendaftar di program Dual Degree. Kurikulum yang diberlakukan pada program Dual Degree ini menggunakan sistem caturwulan. Mahasiswa Dual Degree Universitas “ X “ harus


(11)

menempuh 199 SKC ( satuan kredit caturwulan ) dan membuat Tugas Akhir sebagai prasyarat kelulusannya. Beban studi yang ditempuh dalam program dual degree lebih banyak dari pada jurusan yang biasa, karena mereka harus belajar mata kuliah dari 2 jurusan yang berbeda yaitu sitem informasi dan teknik sipil. Kemudian mereka juga harus membuat satu Tugas Akhir dengan topik yang berhubungan dengan sistem informasi dan teknik sipil. Berdasarkan hasil wawancara kepada sepuluh mahasiswa diperoleh alasan mereka memilih program Dual Degree tersebut yaitu terdapat 80% (8 orang) mahasiswa mengatakan bahwa mereka ingin memperoleh dua gelar sekaligus, 20 % (2 orang) mahasiswa mengatakan dirinya memilih program dual degree tersebut karena ingin mencoba-coba.

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada sepuluh mahasiswa-mahasiswi Dual Degree diperoleh pula informasi mengenai kesulitan dan hambatan dalam perkuliahan Dual Degree, yaitu seluruhnya mengatakan banyaknya tugas yang diberikan oleh masing-masing jurusan, jadwal kuliah yang padat, karena hampir setiap hari ada kuliah dan perkuliahan tersebut dilaksanakan sampai sore sehingga mahasiswa merasa kelelahan, selain itu mata kuliah praktikum teknik sipil yang sulit seperti praktikum mekanika tanah, mahasiswa diharuskan mengukur dengan teliti kedalaman tanah yang keras dengan uji pengeboran. Sedangkan 20% dari sepuluh mahasiswa/i mengatakan bahwa waktu libur dirasakan kurang ( satu caturwulan hanya libur 1 minggu ), merasa kesulitan membagi perhatian untuk menekuni dua bidang ilmu yang berbeda, sedangkan 10% (1 orang) mahasiswa lainnya mengatakan dosen memberikan nilai yang cenderung ketat sehingga untuk


(12)

5

Universitas Kristen Maranatha mendapat nilai yang tinggi cukup sulit, kurikulum masih kacau atau sering berubah-ubah, jika ada salah satu mata kuliah yang tidak lulus maka harus diulang ke caturwulan berikutnya, hampir tiap minggu diadakan kuis dari masing-masing jurusan dan mereka harus mampu mengatur waktu untuk mempelajari seluruh materi dengan baik, dan ada beberapa mahasiswa/i yang memperoleh ipk yang kurang memuaskan. Data lain yang diperoleh yaitu terdapat 15,9% (11 orang) mahasiswa yang mengundurkan diri dari program Dual Degree. Berdasarkan paparan diatas, tampak bahwa tuntutan perkuliahan di fakultas Dual Degree dihayati oleh mahasiswa/i cukup berat.

Banyaknya tantangan dan hambatan yang harus dihadapi membuat mahasiswa harus mampu mengatasi hambatan dan mampu mencapai prestasi yang optimal. Salah satu faktor yang dibutuhkan untuk menghadapi keadaan seperti ini yaitu self-efficacy. Self-efficacy adalah keyakinan (belief) seseorang terhadap kemampuannya dalam mengorganisir dan melaksanakan arah-arah tindakan yang dibutuhkan untuk mengatur situasi-situasi yang prospektif (Bandura, 1997). Self-efficacy dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menetapkan pilihan, kemampuan mengerahkan usaha untuk mencapai goal, kemampuan bertahan dalam menghadapi hambatan dan kegagalan, dan penghayatan perasaan (Bandura, 1997).

Mahasiswa/i dengan self-efficacy yang tinggi memandang tugas yang sulit sebagai tantangan yang harus dikuasai dan bukan sebagai ancaman atau sesuatu yang harus dihindari. Mereka memilih untuk menetapkan target yang tinggi dalam mengerjakan tugas dan berkomitmen dalam mencapainya. Usaha yang penuh


(13)

keyakinan akan memunculkan minat yang berasal dari dalam diri dan usaha itu menyerap perhatian yang mendalam terhadap aktifitas perkuliahan. Mahasiswa/i akan mempertahankan dan meningkatkan usaha mereka pada waktu menghadapi kegagalan, memandang kegagalan sebagai kurangnya usaha yang dilakukan atau kurangnya pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari. Usaha yang penuh keyakinan itu memungkinkan mahasiswa untuk meraih prestasi yang optimal, juga dapat mengendalikan stress dan depresi ketika menghadapi hambatan atau kegagalan.

Sebaliknya mahasiswa/i yang memiliki self-efficacy yang rendah menghindari tugas-tugas yang sulit yang dipandang sebagai ancaman terhadap diri mereka. Ketika berhadapan dengan tugas yang sulit, mereka terpaku pada kelemahan-kelemahan mereka. Mahasiswa/i menurunkan usahanya dan cepat menyerah dalam menghadapi kesulitan. Mereka lambat bangkit dari kegagalan karena mereka melihat performa yang kurang sebagai kemampuan yang tidak mencukupi, hanya dengan sedikit kegagalan saja mereka bisa kehilangan keyakinan mengenai kemampuannya, dan juga kurang dapat mengandalikan stres dan depresi ketika menghadapi kesulitan atau kegagalan sehingga performance mereka dalam prestasi akademik tidak optimal.

Berdasarkan hasil survey awal terhadap sepuluh mahasiswa-mahasiswi Dual Degree, diperoleh 70 % (tujuh orang) mahasiswa yang meyakini kemampuannya untuk dapat mengatasi hambatan-hambatan agar dapat memperoleh prestasi akademik yang optimal sedangkan 30 % (tiga mahasiswa) lainnya merasa tidak yakin pada kemampuannya untuk memperoleh prestasi akademik yang optimal.


(14)

7

Universitas Kristen Maranatha Dari 70% mahasiswa/i yang yakin dengan kemampuannya untuk mencapai prestasi akademis yang optimal, yaitu dalam hal menentukan pilihan maka mahasiswa/i memilih goal yang menantang dengan menetapkan target nilai mata kuliah A, sebagian besar mereka memiliki ipk yang sangat memuaskan yaitu diatas 2,75. Selain itu usaha yang mereka keluarkan dalam mencapai prestasi akademis yang memuaskan, mahasiswa banyak berlatih soal-soal jauh sebelum ujian, belajar sedikit-demi sedikit agar dapat lebih memahami materi, berusaha mencari bahan selengkap mungkin untuk menghadapi ujian atau saat mengerjakan tugas. Mereka juga berusaha sendiri terlebih dahulu dalam mengerjakan tugas-tugas dari dosen, tetapi jika tidak berhasil mereka akan mencari bantuan teman-temannya yang lebih pintar atau bertanya kepada dosen. Mengenai daya tahan dalam menghadapi rintangan mahasiswa/i mengatasi hambatan secara langsung dengan belajar bersama teman-temannya dan mengatur waktu belajar dari masing-masing mata kuliah dengan baik. Mereka lebih memilih untuk mengikuti perkuliahan meskipun mata kuliah tersebut membosankan. Mahasiswa tersebut juga mampu untuk memperbaiki nilai-nilai yang kurang baik. Ketika mahasiswa dihadapkan pada tugas atau kuis mereka mampu belajar dengan baik, mampu mengerjakan setiap tugas yang diberikan oleh dosen dengan baik dan dikumpulkan tepat waktu. Dalam hal penghayatan perasaan mahasiswa/i mampu mengontrol suasana hatinya sehingga tidak mempengaruhi perkuliahannya dan dapat mengendalikan kecemasan yang berlebihan jika mangalami kegagalan.


(15)

Sedangkan 30% dari sepuluh mahasiswa/i merasa kurang yakin akan kemampuannya untuk mencapai prestasi akademis yang memuaskan. Mengenai pilihan untuk menentukan goal mahasiswa/i memilih goal yang kurang menantang dengan menentukan target nilai mata kuliah minimal C, dan mereka memiliki ipk yg kurang memuaskan yaitu dibawah 2,75. Mereka lebih memilih untuk membolos daripada untuk mengikuti perkuliahan yang tidak mereka sukai. Mengenai usaha yang mereka keluarkan untuk mencapai prestasi maka mahasiswa/i hanya belajar sehari sebelum ujian dan kurang berusaha untuk memahami teori sehingga banyak mata kuliah yang mendapat nilai kurang memuaskan dan harus diperbaiki. Mengenai daya tahan dalam menghadapi rintangan mahasiswa/i cenderung untuk menghindari hambatan dan lebih memilih hiburan, jika mendapat tugas yang banyak dari masing-masing fakultas mereka merasa kesulitan dalam mengerjakannya. Terkadang mereka berusaha untuk belajar lebih rajin, tetapi jika hambatan yang ada dialami terus-menerus maka mereka cenderung mengurangi usahanya. Mengenai penghayatan perasaan maka mahasiswa/i kurang dapat mengendalikan kecemasannya atau frustrasi yang berlebihan jika mengalami kegagalan.

Berdasarkan data dan survei awal di atas, maka untuk mencapai prestasi akademis yang optimal diperlukan self-efficacy yang tinggi dalam diri setiap mahasiswa/i. Dengan memiliki self-efficacy yang tinggi maka mahasiswa/i akan memiliki pola kegiatan belajar yang lebih teratur sehingga dapat menghasilkan prestasi yang optimal, berusaha mengatasi hambatan-hambatan saat menyelesaikan berbagai tugas atau praktikum dengan lebih tenang sehingga ketika mereka


(16)

9

Universitas Kristen Maranatha mengalami kegagalan maka mereka akan mampu mengendalikan kecemasan yang berlebihan, selain itu mahasiswa/i tersebut dapat mengatur waktu dengan baik. Sedangkan mahasiswa/i yang memiliki self-efficacy yang rendah cenderung untuk menghindari hambatan-hambatan dan mencari bantuan temannya untuk menyelesaikan tugas-tugasnya, kurang mampu mengendalikan kecemasan ketika memperoleh hasil yang tidak memuaskan. Selain itu mahasiswa tersebut akan menurunkan usahanya, tidak belajar dengan giat lagi dan mereka akan lebih memilih membolos dari pada mengikuti perkuliahan sehingga prestasi yang diperoleh pun tidak optimal. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai self-efficacy pada mahasiwa/i fakultas Dual Degree di Universitas “X” Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latarbelakang tersebut peneliti ingin meneliti seberapa besar derajat Self-Efficacy pada Mahasiswa/i yang mengikuti program Dual Degree

Universitas “X” di Kota Bandung.

1.3

Maksud dan Tujuan

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai Self-Efficacy pada Mahasiswa/i yang mengikuti program Dual Degree Universitas “X” di Kota Bandung.


(17)

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui derajat Sef-Efficacy mahasiswa/I Dual Degree di Universitas “X” berdasarkan aspek-aspek self-efficacy, yaitu aspek menentukan pilihan, seberapa besar usaha dikerahkan untuk mencapai goal, lamanya daya tahan ketika menghadapi hambatan dan kegagalan, dan penghayatan perasaan pada Mahasiswa/i yang mengikuti program Dual Degree

Universitas “X” di Kota Bandung.

1.4

Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan teoretis

 Sebagai masukan bagi ilmu Psikologi, khususnya Psikologi Pendidikan dalam hal self-efficacy belief pada mahasiswa/I Dual Degree.

 Sebagai masukan bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian mengenai self-efficacy belief pada mahasiswa/I Dual Degree..

1.4.2 Kegunaan praktis

Sebagai masukan bagi mahasiswa/i Dual Degree di Universitas ”X”.mengenai derajat self-efficacy mereka, sehingga dapat menjadi bahan untuk pengenalan diri, dan bagi mahasiswa/i yang memiliki self-efficacy yang rendah agar dapat meningkatkan self-efficacy-nya.


(18)

11

Universitas Kristen Maranatha  Sebagai masukan bagi dosen pembimbing, dekan dan staf pengajar Fakultas

Dual Degree di Universitas ”X” mengenai derajat self-efficacy mahasiswa/i serta faktor-faktor yang menunjang peningkatan self-efficacy sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam merencanakan program-program di fakultas Dual Degree dengan harapan dapat meningkatkan derajat self-efficacy para mahasiswanya.

1.5Kerangka pemikiran

Mahasiswa/i Dual Degree di Universitas ”X” termasuk individu yang berada pada tahap perkembangan remaja akhir. Periode dari masa remaja akhir berkisar antara usia 18 - 22 (Santrock, 2003). Mahasiswa/i dalam tahap ini sedang menjalani transisi dari masa remaja ke masa dewasa dan juga dari kehidupan mempersiapkan perkuliahan ke kehidupan karir, mereka harus menghadapi dunia yang kompleks dan penuh dengan tantangan dari berbagai macam peran dan tugas yang harus dijalankan. Mahasiswa/i harus mempersiapkan diri mereka dengan memperoleh pendidikan di Perguruan Tinggi sebelum menjalani peran baru di masyarakat agar tidak kesulitan dalam menjalankan peran dan tugas tersebut. Dalam perkuliahan Dual Degree ini mahasiswa/i akan menghadapi berbagai kesulitan dan hambatan, seperti memperoleh tugas yang banyak dari masing-masing fakultas, jadwal kuliah yang padat, kesulitan dalam membagi konsentrasi antara dua bidang ilmu yang berbeda, penilaian dari dosen yang cukup ketat, kesulitan mengatur waktu mengerjakan tugas. Salah satu


(19)

faktor yang mempengaruhi keberhasilan mahasiswa dalam mengatasi hambatan dan kesulitan dalam menjalani perkuliahan Dual Degree tersebut adalah self-efficacy.

Menurut Bandura (1997), self-efficacy dapat mempengaruhi academic performance seseorang. Keyakinan seseorang mengenai kemampuannya dalam menguasai aktivitas akademis akan mempengaruhi aspirasi mereka, tingkat ketertarikan terhadap bidang akademis dan performace akademis seseorang. Self-efficacy yang dihayati seseorang tidak berkaitan dengan seberapa banyak keterampilan yang dimiliki untuk menyelesaikan, namun berkaitan dengan keyakinan mahasiswa bahwa dengan keterampilan yang mereka miliki, mereka mampu berhasil mencapai prestasi akademis yang optimal. Self-efficacy merupakan keyakinan seseorang terhadap kemampuan untuk mengintegrasi dan melaksanakan arah-arah tindakannya yang dibutuhkan untuk mengatur situasi-situasi yang prospektif (Bandura, 1997). Self-efficacy mahasiswa dibentuk melalui empat sumber informasi yang relevan dalam menilai kemampuan mahasiswa/i (personal capability). Sumber informasi ini diproses melalui proses kognitif, yaitu dengan memilih, mempertimbangkan dan mengintegrasikan sumber-sumber informasi ke dalam penilaian self-efficacy. Empat sumber informasi tersebut adalah mastery experiences, vicarious experience, verbal persuasion, dan physiological and affective states (Bandura, 1997).

Mastery experiences merupakan pembentukan self-efficacy melalui pengalaman masa lalu, di mana seseorang mampu atau berhasil mencapai prestasi yang optimal. Penghayatan efficacy yang dapat bertahan membutuhkan pengalaman


(20)

13

Universitas Kristen Maranatha dalam mengatasi rintangan-rintangan melalui usaha yang ulet atau terus-menerus. Misalnya mahasiswa/i yang mengalami banyak keberhasilan dalam melakukan pekerjaan atau tugas dengan usaha yang terus-menerus di bidang akademik, seperti berhasil mendapat nilai yang tinggi dalam ujian, berhasil menyelesaikan tugas dari dosen tepat waktu. Mereka akan menentukan pilihan yang menantang, mereka juga akan mampu bertahan dalam menghadapi rintangan-rintangan saat menjalani perkuliahan, mahasiswa tersebut juga mampu mengendalikan stresnya ketika mengalami hambatan. Sedangkan mahasiswa/I yang hanya mengalami keberhasilan yang mudah dicapai, mereka akan mengharapkan hasil yang cepat dan mudah menyerah jika menghadapi kegagalan, hal tersebut akan membuat mahasiswa mudah mengalami stress ketika mengalami kegagalan, mudah menyerah jika mengalami kesulitan, kemudian mahasiswa tersebut akan memilih goal yang kurang menantang.

Kemudian mahasiswa yang sering mengalami kegagalan, seperti gagal dalam mata kuliah dan mengulang beberapa kali mata kuliah yang sama, juga akan menurunkan derajat self-efficacy mahasiswa tersebut, terutama jika kegagalan terjadi sebelum mahasiswa/i membentuk self-efficacy-nya dengan mantap sehingga mereka akan menetukan goal yang tidak menantang, mereka juga tidak berusaha untuk mencapai prestasi yang optimal, dan mahasiswa tersebut tidak dapat bertahan lama saat menghadapi kesulitan. Seorang mahasiswa merasa yakin bahwa ia memiliki keterampilan untuk mencapai keberhasilan maka ia akan mampu bertahan dalam menghadapi rintangan dan cepat pulih ketika mengalami kegagalan.


(21)

Vicarious experience merupakan pembentukan self-efficacy melalui pengamatan seseorang terhadap pengalaman model. Jika mahasiswa/i menemukan beberapa persamaan dengan model yang diamati, maka mahasiswa/i tersebut cenderung menirunya. Pengaruh dari modelling terhadap perceived self-efficacy sangat dipengaruhi oleh persamaan diri dengan model yang diamati. Makin besar kesamaan yang dipersepsi, maka semakin besar pengaruh keberhasilan dan kegagalan model. Bila mahasiswa/i memandang model-model sebagai sesuatu yang sangat berbeda dari dirinya, maka perceived self-efficacy pada mereka tidak terlalu banyak dipengaruhi oleh tingkah laku dan pencapaian model-model tersebut. Misalnya mahasiswa/i yang mengamati teman dengan latar belakang kemampuan yang kurang lebih serupa dengannya berhasil mendapatkan nilai yang tinggi dengan usaha yang terus-menerus, maka mahasiswa/i cenderung berpikir mereka akan juga mampu berhasil dengan melakukan usaha-usaha yang serupa, dan mahasiswa tersebut akan memilih goal yang menantang. Sedangkan, mengamati teman yang memiliki kompetensi yang sama, mengalami kegagalan walaupun telah mengeluarkan usaha yang besar, akan memperlemah penilaian mahasiswa/i terhadap kemampuan dan usaha-usahanya, sehingga mereka akan mudah menyerah saat menghadapi kesulitan dan tidak dapat mengendalikan stres saat mengalami kegagalan.

Verbal persuasion merupakan usaha memperkuat self-efficacy melalui ungkapan verbal yang berupa keyakinan seseorang yang signifikan terhadap kemampuan mahasiswa/i. Misalnya ketika dosen memuji dan mendukung karya yang dibuat mahasiswa/i, maka mahasiswa tersebut akan merasa puas dan derajat self


(22)

15

Universitas Kristen Maranatha efficacynya akan meningkat sehingga mahasiswa tersebut akan memilih goal yang menantang, berusaha mencapai prestasi yang optimal, dapat mengendalikan stres saat mengalami kegagalan dan menumbuhkan keyakinan akan kemampuan mereka yang akan membawa keberhasilan. Sebaliknya, jika persuasi yang diberikan adalah berupa kritikan, maka akan menurunkan self-efficacy mahasiswa sehingga mereka akan cenderung untuk menghindari aktivitas-aktivitas yang menantang yang tidak dapat mengembangkan potensi dan menyerah bila menghadapi kesulitan.

Physiological and affective states merupakan usaha memperkuat self-efficacy seseorang dengan meningkatkan status fisik, mengurangi reaksi stress dan kecenderungan reaksi emosional yang negatif dan menghindari misinterpretasi mengenai keadaan fisik seseorang. Mahasiswa/i yang menghayati diri mereka mampu secara fisik dan mental untuk menyelesaikan tugas-tugasnya tepat waktu, akan memperkuat self-efficacy-nya, misalnya mahasiswa/i yang menilai dirinya dalam stamina dan suasana hati yang baik akan meningkatkan usaha dan self-efficacy-nya. Sebaliknya mahasiswa/i yang menghayati diri mereka terbatas dalam fisik dan mental untuk menyelesaikan suatu tugas, akan cenderung menghindari atau menunda pengerjaan tugas tersebut. Misalnya mahasiswa/i yang menghayati diri mereka mudah lelah atau sedang tidak mood akan menghindari aktivitas tertentu, sehingga memperlemah self-efficacy mereka.

Keempat sumber self-efficacy ini akan mempengaruhi derajat self-efficacy yang bervariasi di antara mahasiswa/i. Derajat self-efficacy ini dapat ditunjukkan melalui keyakinan mahasiswa/i terhadap kemampuan menentukan goal, kemampuan


(23)

mengeluarkan usaha mencapai goal, kemampuan bertahan ketika menghadapi hambatan dan kegagalan, dan kemampuan dalam mengatasi rasa stres dan depresi dalam menghadapi kesulitan. Aspek yang pertama yaitu menentukan pilihan, mahasiswa/i Dual Degree yang menunjukkan self-efficacy yang tinggi akan menentukan pilihan yang menantang dan berkomitmen terhadap pilihannya tersebut. Mahasiswa akan memilih untuk segera mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen, ketika menghadapi ujian mereka akan memilih mengerjakan soal-soal tersebut sendiri dengan baik dari pada menyontek jawaban temannya atau memilih untuk hadir saat perkuliahan meskipun mata pelajaran tersebut tidak mereka sukai daripada mengikuti temannya untuk membolos. Sebaliknya mahasiswa yang memiliki derajat self-efficacy yang rendah akan menentukan pilihan yang kurang menantang dan komitmen yang lemah terhadap pilihan yang telah mereka tetapkan. Mahasiswa memilih pergi bermain bersama teman ketika mendapat banyak tugas dari dosen dan tidak mengerjakan tugas tersebut, memilih untuk membolos ketika dihadapkan pada mata kuliah yang membosankan, dan saat menghadapi ujian mereka lebih memilih untuk mencontek jawaban temannya dari pada mengerjakan sendiri.

Aspek yang kedua yaitu usaha yang dikerahkan untuk mencapai target, mahasiswa/i Dual Degree yang menunjukan self-efficacy yang tinggi akan meningkatkan dan mempertahankan usaha mereka pada waktu mengalami kegagalan. Mereka dengan cepat mengembalikan penghayatan terhadap efficacy setelah mereka mengalami kegagalan. Mahasiswa/i berusaha bertanya kepada teman atau dosen saat mendapat tugas praktikum yang sulit, berusaha mencari buku selengkap-lengkapnya


(24)

17

Universitas Kristen Maranatha untuk membuat tugas yang diberikan oleh dosen, berusaha mendengarkan penjelasan dosen saat perkuliahan meskipun pelajarannya membosankan, atau berusaha hadir perkuliahan tepat waktu. Sedangkan mahasiwa yang memiliki self-efficacy yang rendah akan menghindari tugas-tugas yang sulit yang dipandang sebagai ancaman terhadap diri mereka. Ketika berhadapan dengan tugas yang sulit, mereka terpaku pada kelemahan-kelemahan mereka. Mereka menurunkan usahanya dan cepat menyerah dalam menghadapi kesulitan. Mereka lambat bangkit dari kegagalan karena melihat performa yang kurang sebagai kemampuan yang tidak mencukupi, hanya dengan sedikit kegagalan saja mereka bisa kehilangan keyakinan mengenai kemampuannya. Ketika seorang mahasiswa menemukan soal ujian atau tugas yang sulit untuk dikerjakan maka mahasiswa tersebut akan mencontek jawaban dari temannya, mereka tidak berusaha untuk berkonsentrasi pada pelajaran, dan tidak berusaha belajar dengan baik saat menghadapi ujian.

Aspek yang ketiga yaitu daya tahan saat menghadapi hambatan, mahasiswa yang memiliki self-efficacy yang tinggi akan bertahan menghadapi dan menyelesaikan masalah hingga selesai, dan menganggap kesulitan yang dihadapi sebagai motivator untuk mempelajari bagaimana mengubah suatu kegagalan menjadi keberhasilan. Ketika mereka mendapat tugas pribadi yang sulit atau soal ujian yang sulit maka mahasiswa tersebut akan berusaha bertahan menyelesaikan dan menghadapi kesulitan tersebut, mereka akan tetap berkonsentrasi pada perkuliahan meskipun mata kuliah tersebut membosankan. Sedangkan mahasiswa yang memiliki self-efficacy yang rendah menjadikan kesulitan sebagai hambatan yang melemahkan,


(25)

dan tidak dapat bertahan lama saat menghadapi kesulitan. Ketika seorang mahasiswa mendapat tugas membuat laporan maka mahasiswa tersebut akan cenderung mudah menyerah saat menghadapi kesulitan atau bahkan membiarkan tugas tersebut tidak selesai, mereka akan mudah bosan saat menghadiri mata kuliah yang tidak mereka sukai sehingga mereka tidak dapat berkonsentrasi dengan baik.

Kemudian ketika dihadapkan pada kegagalan atau kesulitan, mahasiswa akan mengalami berbagai penghayatan seperti rasa kecewa, cemas, stres, dan depresi. Untuk mengatasi hal tersebut, mahasiswa diharapkan menyadari bahwa itu reaksi yang normal dan berusaha untuk menurunkan derajat penghayatannya. Oleh karena itu mahasiswa Dual Degree yang memiliki self-efficacy yang tinggi tidak akan mudah stres dan depresi saat menghadapi kesulitan. Mahasiswa dapat mengendalikan stres saat tidak lulus pada salah satu mata kuliah, dapat mengendalikan stres ketika mendapatkan kesulitan mengerjakan tugas dari dosen. Sebaliknya mahasiswa yang memiliki self-efficacy yang rendah akan mudah merasa stres dan depresi saat menghadapi kesulitan, karena mereka berpikir bahwa dirinya tidak mampu mengatasi kesulitan tersebut. Mahasiswa kurang dapat mengendalikan stresnya ketika harus menjalani banyak mata kuliah dan praktikum, mereka akan merasa stress bila tidak dapat menyelesaikan soal ujian atau tugas kuliah dengan baik.

Keempat aspek self-efficacy ini akan membentuk derajat self-efficacy yang bervariasi di antara mahasiswa/i. Untuk lebih jelasnya mengenai bagaimana self-efficacy pada mahasiswa/i Dual Degree di Universitas ”X” kota Bandung, dapat digambarkan pada skema kerangka pemikiran sebagai berikut:


(26)

19

Universitas Kristen Maranatha

Sumber-sumber self-efficacy: 1 Mastery experiences 2. Vicarious experience 3. Verbal persuasion 4. Physiological &

affective states

Mahasiswa/i Dual Degree

di Universitas

”X” di kota

Bandung.

Proses kognitif Self-efficacy belief

Aspek self-efficacy: 1. Pilihan yang dibuat

2. Mengeluarkan usaha mencapai goal

3. Daya tahan dalam menghadapi hambatan dan kegagalan

4. Penghayatan perasaan

Self-efficacy tinggi

Self-efficacy rendah


(27)

1.6Asumsi

1. Mahasiswa Dual Degree tergolong memiliki self-efficacy tinggi jika mahasiswa yakin terhadap kemampuan menentukan pilihan yang menantang, yakin dapat mengerahkankan usaha yang optimal, yakin dapat bertahan ketika menghadapi hambatan, kegagalan dan yakin dapat mengatasi stres serta kecemasan selama menempuh perkuliahan.

2. Mahasiswa Dual Degree tergolong memiliki self-efficacy rendah jika mahasiswa tidak yakin terhadap kemampuan menentukan pilihan yang menantang, tidak yakin dapat mengerahkan usaha yang optimal, tidak yakin dapat bertahan ketika menghadapi hambatan, kegagalan dan tidak yakin dapat mengatasi stres serta kecemasan selama menempuh perkuliahan.

3. Derajat Self Efficacy yang dihayati setiap mahasiswa/I Dual Degree dibentuk oleh 4 aspek, yaitu pilihan yang dibuat, besarnya usaha yang dikeluarkan, berapa lama dapat bertahan saat dihadapkan pada rintangan dan kegagalan serta penghayatan perasaannya.

4. Mastery experiences, vicarious experience, verbal persuasion, dan physiological and affective states merupakan sumber-sumber informasi yang membentuk self-efficacy pada mahasiswa Dual Degree.


(28)

70 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Sebesar 50% Mahasiswa Dual Degree di Universitas ”X” kota Bandung

mempunyai Self-efficacy pada derajat tinggi dan 50% mahasiswa Dual Degree memiliki self-efficacy rendah.

2. Sebagian besar mahasiswa dengan derajat Self-efficacy tinggi memiliki kayakinan yang tinggi dalam menentukan pilihan, usaha untuk mencapai goal, daya tahan dalam menghadapi rintangan dan kemampuan mengendalikan stres dan depresi. 3. Sebagian besar mahasiswa dengan derajat Self-efficacy rendah memiliki

keyakinan yang rendah dalam menetukan pilihan, usaha, daya tahan saat menghadapi rintangan dan keyakinan yang rendah dalam penghayatan.

4. Sumber-sumber efficacy yang menunjukan adanya kesesuaian dengan self-efficacy yaitu :

- Mastery experience ( keberhasilan dan kegagalan, penghayatan kegagalan bagi mahasiswa).

- Vicarious experience (kegagalan panutan bagi mahasiswa)

- Verbal persuation (kritikan yang diperoleh mahasiswa, pujian yang diperoleh mahasiswa)


(29)

- physiological and affective states (menilai kondisi fisik, fisik yang mendukung dan suasana hati yang mendukung).

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diajukan beberapa saran yang sekiranya dapat memberi manfaat bagi pihak yang membaca penelitian ini:

Penelitian Lanjutan

1. Berdasarkan hasil penelitian derajat self-efficacy pada mahasiswa Dual Degree, peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian mengenai studi kontribusi antara sumber-sumber self-efficacy dan self-efficacy belief pada mahasiswa Dual Degree dengan mempertimbangkan penghayatan responden terhadap sumber-sumber self-efficacy.

2. Berdasarkan hasil penelitian derajat self-efficacy pada mahasiswa Dual Degree, penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian yang lebih spesifik yaitu meneliti derajat self-efficacy belief berdasarkan angkatan.

Guna Laksana

1. Bagi para dosen Dual Degree disarankan dapat memberi feedback, pujian saat mahasiswa dapat berhasil mencapai prestasi yang optimal, dan kritik agar mahasiswa dapat lebih yakin pada kemampuannya.


(30)

72

Universitas Kristen Maranatha 2. Bagi Dosen wali disarankan dapat memberikan bimbingan kepada

mahasiswa agar mampu menghayati kegagalan sebagai tantangan sehingga dapat meningkatkan derajat self-efficacy.


(31)

DAFTAR PUSTAKA

Bandura, Albert. 1997. Self-efficacy - The Exercise of Control, New York: W.H. Freeman and Company.

Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing: Design Analisis, and use. USA: Allyn & Bacon.

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Grasindo.

Santrock, John W.2003. Adolescence : Perkembangan Remaja, edisi keenam, Jakarta : Erlangga.

Santrock, John W. 2002. Life Span Development Perkembangan Masa Hidup Jilid 2, terjemahan Juda Damanik, Ahmad Chusairi, Jakarta : Erlangga.

Siegel, Sidney. 1997. Statistik Nonparametrik untuk ilmu-ilmu sosial, Jakarta : PT. Gramedia Utama.

Steinberg, Laurence. 2002. Adolescence Psychology, edisi keenam. The Mc. Graw-Hill Companies, inc All rights reserved, inc 1221.


(32)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Aryamanda, Anindita. 2001 : Studi Deskriptif Mengenai Derajat Self-Efficacy Pada Mahasiswa/I Psikologi yang sedang Menyusun Skripsi Pada Universitas “X” di Bandung.

Badudu, J.S, Prof. Dr dan Zain Sultan Mohamad, Prof, 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Pajares, Frank. 1996. Review of Educational Research, vol.66, No.4 (Winter)543-578.

Pedoman Penulisan Skripsi. 2002. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.


(1)

20

Universitas Kristen Maranatha 1.6Asumsi

1. Mahasiswa Dual Degree tergolong memiliki self-efficacy tinggi jika mahasiswa yakin terhadap kemampuan menentukan pilihan yang menantang, yakin dapat mengerahkankan usaha yang optimal, yakin dapat bertahan ketika menghadapi hambatan, kegagalan dan yakin dapat mengatasi stres serta kecemasan selama menempuh perkuliahan.

2. Mahasiswa Dual Degree tergolong memiliki self-efficacy rendah jika mahasiswa tidak yakin terhadap kemampuan menentukan pilihan yang menantang, tidak yakin dapat mengerahkan usaha yang optimal, tidak yakin dapat bertahan ketika menghadapi hambatan, kegagalan dan tidak yakin dapat mengatasi stres serta kecemasan selama menempuh perkuliahan.

3. Derajat Self Efficacy yang dihayati setiap mahasiswa/I Dual Degree dibentuk oleh 4 aspek, yaitu pilihan yang dibuat, besarnya usaha yang dikeluarkan, berapa lama dapat bertahan saat dihadapkan pada rintangan dan kegagalan serta penghayatan perasaannya.

4. Mastery experiences, vicarious experience, verbal persuasion, dan physiological and affective states merupakan sumber-sumber informasi yang membentuk self-efficacy pada mahasiswa Dual Degree.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Sebesar 50% Mahasiswa Dual Degree di Universitas ”X” kota Bandung

mempunyai Self-efficacy pada derajat tinggi dan 50% mahasiswa Dual Degree memiliki self-efficacy rendah.

2. Sebagian besar mahasiswa dengan derajat Self-efficacy tinggi memiliki kayakinan yang tinggi dalam menentukan pilihan, usaha untuk mencapai goal, daya tahan dalam menghadapi rintangan dan kemampuan mengendalikan stres dan depresi. 3. Sebagian besar mahasiswa dengan derajat Self-efficacy rendah memiliki

keyakinan yang rendah dalam menetukan pilihan, usaha, daya tahan saat menghadapi rintangan dan keyakinan yang rendah dalam penghayatan.

4. Sumber-sumber efficacy yang menunjukan adanya kesesuaian dengan self-efficacy yaitu :

- Mastery experience ( keberhasilan dan kegagalan, penghayatan kegagalan bagi mahasiswa).

- Vicarious experience (kegagalan panutan bagi mahasiswa)

- Verbal persuation (kritikan yang diperoleh mahasiswa, pujian yang diperoleh mahasiswa)


(3)

71

Universitas Kristen Maranatha - physiological and affective states (menilai kondisi fisik, fisik yang

mendukung dan suasana hati yang mendukung).

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diajukan beberapa saran yang sekiranya dapat memberi manfaat bagi pihak yang membaca penelitian ini:

Penelitian Lanjutan

1. Berdasarkan hasil penelitian derajat self-efficacy pada mahasiswa Dual Degree, peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian mengenai studi kontribusi antara sumber-sumber self-efficacy dan self-efficacy belief pada mahasiswa Dual Degree dengan mempertimbangkan penghayatan responden terhadap sumber-sumber self-efficacy.

2. Berdasarkan hasil penelitian derajat self-efficacy pada mahasiswa Dual Degree, penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian yang lebih spesifik yaitu meneliti derajat self-efficacy belief berdasarkan angkatan.

Guna Laksana

1. Bagi para dosen Dual Degree disarankan dapat memberi feedback, pujian saat mahasiswa dapat berhasil mencapai prestasi yang optimal, dan kritik agar mahasiswa dapat lebih yakin pada kemampuannya.


(4)

72

2. Bagi Dosen wali disarankan dapat memberikan bimbingan kepada mahasiswa agar mampu menghayati kegagalan sebagai tantangan sehingga dapat meningkatkan derajat self-efficacy.


(5)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Bandura, Albert. 1997. Self-efficacy - The Exercise of Control, New York: W.H. Freeman and Company.

Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing: Design Analisis, and use. USA: Allyn & Bacon.

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Grasindo.

Santrock, John W.2003. Adolescence : Perkembangan Remaja, edisi keenam, Jakarta : Erlangga.

Santrock, John W. 2002. Life Span Development Perkembangan Masa Hidup Jilid 2, terjemahan Juda Damanik, Ahmad Chusairi, Jakarta : Erlangga.

Siegel, Sidney. 1997. Statistik Nonparametrik untuk ilmu-ilmu sosial, Jakarta : PT. Gramedia Utama.

Steinberg, Laurence. 2002. Adolescence Psychology, edisi keenam. The Mc. Graw-Hill Companies, inc All rights reserved, inc 1221.


(6)

DAFTAR RUJUKAN

Aryamanda, Anindita. 2001 : Studi Deskriptif Mengenai Derajat Self-Efficacy Pada Mahasiswa/I Psikologi yang sedang Menyusun Skripsi Pada Universitas “X” di Bandung.

Badudu, J.S, Prof. Dr dan Zain Sultan Mohamad, Prof, 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Pajares, Frank. 1996. Review of Educational Research, vol.66, No.4 (Winter)543-578.

Pedoman Penulisan Skripsi. 2002. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.