Pengaruh Ekstrak Etanol dan Fraksi Etil Asetat Kulit Manggis Terhadap Kadar Icam-1 Serum Pada Mencit Galur DDY Yang Diinokulasi Plasmodium berghei.

(1)

ABSTRAK

PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAN FRAKSI ETIL ASETAT KULIT MANGGIS TERHADAP KADAR ICAM-1 SERUM PADA MENCIT

GALUR DDY YANG DIINOKULASI Plasmodium berghei Nathanael Denny Sugihat 2011. Pembimbing I: Khie Khiong, dr., S.Si., M.Si.,

M.Pharm.Sc., Ph.D., PA (K) Pembimbing II: Prof. Dr. Susy Tjahjani, dr.,

M.Kes

Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia terutama di Indonesia. Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai obat antimalaria adalah kulit manggis yang mengandung antioksidan xanton. ICAM-1 merupakan mediator inflamasi yang berperan pada patogenesis malaria.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol dan fraksi etil asetat kulit manggis terhadap penurunan kadar ICAM-1 serum pada mencit yang diinokulasi Plasmodium berghei.

Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium sungguhan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan mencit jantan galur DDY yang dibagi dalam 9 kelompok (n=4) secara acak. Kelompok kontrol akuades tidak diinokulasi Plasmodium berghei dan diberi 0,1 mL akuades sedangkan 8 kelompok lain diinokulasi Plasmodium berghei kemudian diberi perlakuan 0,1 mL akuades (kontrol negatif), 0,1 mg artemisinin (kontrol positif), 2,5 mg ekstrak etanol kulit manggis (E1), 0,5 mg ekstrak etanol kulit manggis (E2) dan 0,1 mg ekstrak etanol kulit manggis (E3), 2,5 mg fraksi etil asetat kulit manggis (A1), 0,5 mg fraksi etil asetat kulit manggis (A2) dan 0,1 mg fraksi etil asetat kulit manggis (A3). Setelah diberi perlakuan selama 3 hari, pada hari ke-4 kadar ICAM-1 serum masing-masing mencit diukur menggunakan metode ELISA. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji One Way Analysis Of Variance (ANOVA) dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Tukey HSD dengan =0,05 yang mana suatu perbedaan dikatakan bermakna jika p0,05.

Hasil penelitian menunjukkan penurunan kadar ICAM-1 yang sangat bermakna pada kelompok kontrol positif, E1, E2, E3, A1 dan A2 (p=0,00) sedangkan penurunan kadar ICAM-1 serum tidak bermakna pada kelompok A3. Penurunan kadar ICAM-1 pada kelompok ekstrak etanol dan fraksi etil asetat sesuai dengan dose dependent manner. Selanjutnya penurunan kadar ICAM-1 serum pada kelompok E1 dan A1 setara dengan kelompok yang diberi artemisinin (kontrol positif).

Maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol dan fraksi etil asetat kulit manggis dapat menurunkan kadar ICAM-1 sesuai dengan dose dependent manner dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif.


(2)

ABSTRACT

THE EFFECT OF ETHANOLIC EXTRACT AND ASETIC ETHYL FRACTION OF MANGOSTEEN PERICARPS TOWARD ICAM-1SERUM

LEVEL

IN Plasmodium berghei-INOCULATED DDY MICE

Malaria is an infectious disease which remains health problems in world

including Indonesia. One of the antimalarial medicinal source is mangosteen’s pericarps which contain antioxidant of xanthone. ICAM-1 is one of inflammation mediator which plays important role in malaria pathogenesis.

The aim of this study to explore the effect of ethanolic extract and asetic ethyl fraction of mangosteen’s pericarps toward ICAM-1 serum level in Plasmodium berghei-inoculated mice.

The method of this research was true experimental study with completely randomized design using DDY mice which randomly divived into 9 groups (n=4). Aquadest control group only received 0.1 mL aquadest without P. berghei innoculation, while other 8 groups were inoculated with p. berghei. Negative control only received aquadest 0.1 mL per day (KN), positive control (KP) received 0.1 mg of artemisinine per day while E1, E2 and E3 received 2.5, 0.5 and 0.1 mg/day of ethanolic extract of mangosteen’s pericarps. Moreover, A1, A2 and A3 received 2.5, 0.5 and 0.1 mg/day of acetic ethyl fraction of mangosteen’s pericarps. After 3 days, serum were collected from each mouse and the ICAM-1 serum level were measured using ELISA. All data were analysed using One Way Analysis Of Variance (ANOVA) and continued by post hoc analysis of Tukey HSD with =0,05.

Results showed ICAM-1 serum level decreased significantly in KP, E1, E2, E3, A1 and A2 groups (p=0,00) while not significantly in A3 group. The decreasing of ICAM-1 serum level in ethanolic extract and acetid aethyl fraction groups were dose dependent manner. Moreover, E1 and A1 groups had similar effect in decreasing ICAM-1 serum level compared to artemisin group (KP).

As conclusion, ethanolic extract and asetic ethyl fraction of mangosteen’s pericarps could decreased ICAM-1 serum level in P. berghei-inoculated mice and this properties were dose dependent manner.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Maksud dan Tujuan ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 4

1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 4


(4)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Malaria ... 7

2.1.1 Epidemiologi Malaria ... 7

2.1.2 Etiologi Malaria ... 8

2.1.3 Siklus Hidup Plasmodium ... 8

2.1.4 Diagnosis Malaria ... 12

2.1.5 Tanda dan Gejala Malaria ... 12

2.1.6 Kemoprofilaksis Malaria ... 12

2.1.7 Artemisinin ... 15

2.2 Buah Manggis ... 16

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan/Subjek Penelitian ... 21

3.1.1 Alat dan Bahan ... 21

3.1.2 Subjek Penelitian ... 22

3.2 Metode Penelitian ... 22

3.2.1 Variabel Penelitian ... 23

3.2.1.1 Definisi Konsepsional Variabel ... 23

3.2.1.2 Definisi Operasional Variabel ... 23

3.2.2 Perhitungan Besar Sampel ... 24


(5)

3.2.3.1 Persiapan Bahan Uji ... 24

3.2.3.2 Thawing Kultur Plasmodium berghei ... 25

3.2.3.3 Persiapan Hewan Coba ... 25

3.2.3.4 Sterilisasi Alat ... 25

3.2.3.5 Prosedur Penelitian ... 25

3.2.3.6 Cara Pemeriksaan ... 27

3.2.4 Metode Analisis ... 28

3.2.4.1 Hipotesis Statistik ... 29

3.2.4.2 Kriteria Uji ... 29

3.2.5 Aspek Etik ... 29

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 31

4.1.1 Kadar ICAM-1 Serum ... 31

4.1.2 Analisis Statistik ... 32

4.2 Pembahasan ... 35


(6)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ... 38

5.2 Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39

LAMPIRAN ... 43


(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi Daerah Endemik Malaria ...7

Tabel 2.2 Karakteristik Malaria ...10

Tabel 2.3 Obat Profilaksis yang Digunakan pada Malaria ...13

Tabel 2.4 Rekomendasi Penatalaksanaan Gawat Darurat ...14

Tabel 2.5 Kandungan Xanton dalam Kulit Manggis ...17

Tabel 2.6 Kandungan Nutrisi Buah Manggis per 100 gram ...20

Tabel 4.1 Rata-Rata Kadar ICAM-1 setelah diberi perlakuan selama 3 hari ...31

Tabel 4.2 ANOVA Efek Ekstrak Etanol 96%, Fraksi Etil Asetat Kulit Manggis dan Artemisinin terhadap Kadar ICAM-1 ...33

Tabel 4.3 Kadar ICAM-1 Berdasarkan Hasil Uji Beda Rata-Rata Metode Tukey-HSD ...34


(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Siklus hidup Plasmodium ...9

Gambar 2.2 Morfologi Plasmodium ...11

Gambar 2.3 Buah Manggis (Garcinia mangostana Linn) ...16


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Alat dan Bahan... 43 Lampiran 2. Hasil Analisis Rerata Kadar ICAM-1 Menggunakan Uji Beda Rata-Rata Tukey HSD Hari ke-1 ... 45 Lampiran 3. Hasil Analisis Rerata Kadar ICAM-1 Menggunakan Uji Beda Rata-Rata Tukey HSD Hari ke-4 ... 54 Lampiran 4. Surat Keputusan Komite Etik Penelitian ... 64


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dari genus plasmodium yang dapat ditularkan melalui cucukan nyamuk anopheles betina. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit infeksi yang menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia. Penduduk yang berisiko terkena malaria berjumlah sekitar 2,3 miliar atau 41% dari jumlah penduduk. Setiap tahun sekitar 300-500 juta penduduk dunia menderita penyakit ini dan menimbulkan 1,5 - 1,7 juta kematian (WHO, 2011).

Di Indonesia angka kejadian malaria masih merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan. Dari data WHO tahun 2012 terdapat 42 juta penduduk Indonesia tinggal di daerah yang berisiko tinggi terinfeksi malaria (>1 kasus per 1000 populasi), 109 juta di daerah yang berisiko rendah terinfeksi malaria (0 - 1 kasus per 1000 populasi), dan 93,3 juta di daerah yang bebas dari infeksi malaria (WHO, 2013).

Terdapat 4 plasmodium yang dapat menyebabkan infeksi malaria pada manusia, yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 spesies malaria yang paling banyak dilaporkan adalah Plasmodium falciparum (86,4%) sedangkan sisanya adalah Plasmodium vivax dan campuran antara Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax (Kumar et al., 2009).

Plasmodium falciparum memiliki potensi tinggi bermultiplikasi dan memiliki kemampuan unik untuk melekat pada kapiler dan endotel vena pada 24 jam kedua siklus kehidupan yang berlangsung selama 48 jam, proses ini disebut cytoadherence. Pemecahan sel darah merah karena terinfeksi Plasmodium falciparum menyebabkan perubahan sirkulasi aliran darah, disfungsi metabolik, dan menimbulkan manifestasi malaria falciparum yang parah. Cytoadherence memberikan dua keuntungan terhadap kelangsungan hidup Plasmodium


(11)

falciparum karena lingkungan vena yang bersifat aerob lebih cocok untuk proses maturasi serta adhesi ke endotel kapiler yang memungkinkan parasit ini dapat lolos dari sistem imun.

Pada malaria terjadi peningkatan radikal bebas yang dapat menyebabkan cytoadherence bertambah banyak sehingga akan memicu makrofag untuk menghasilkan TNF-α. Peningkatan kadar TNF-α ini akan meningkatkan kadar oksidan yang beredar dalam tubuh dan meningkatkan ekspresi reseptor sel endotel otak seperti Intercellular Adhesion Molecule-1 (ICAM-1). ICAM-1 atau CD54 adalah contoh reseptor yang berperan dalam patogenesis malaria (Pino et al., 2003). Selain itu, dari isolasi parasit pada pasien penderita malaria menunjukkan kapasitas tertinggi dalam mengikat ekspresi ICAM-1 (Wiser, 2008).

Radikal bebas yang diproduksi dalam proses inflamasi merupakan senyawa yang dapat menimbulkan stres oksidatif yang akhirnya dapat memperparah reaksi inflamasi itu sendiri. Senyawa antioksidan merupakan penangkal radikal bebas yang ada dalam tubuh. Sebenarnya tubuh dapat menghasilkan antioksidan endogen secara alamiah dalam upaya menghadapi senyawa radikal bebas, akan tetapi jumlahnya terbatas. Bila radikal bebas dalam tubuh berlebihan maka dibutuhkan senyawa antioksidan eksogen (Khiong dkk., 2008; Khiong dkk., 2009).

Upaya penanggulangan malaria pada mulanya memberikan hasil yang cukup baik dengan pemberian obat antimalaria standar. Akan tetapi, menjadi kurang efektif karena terjadi resistensi Plasmodium terhadap obat antimalaria. Kasus resistensi terhadap obat antimalaria dilaporkan terjadi di berbagai tempat termasuk di Indonesia (Sungkar dan Pribadi, 1992).

Sebagai konsekuensi peningkatan kasus resistensi obat antimalaria yang sebelumnya efektif dengan satu terapi obat antimalaria seperti klorokuin (CQ) dan sulfadoksin-pirimethamin (SP), WHO menyelenggarakan suatu pertemuan pada tahun 2001 yang menyetujui tentang potensi terapi kombinasi artemisinin (ACT) untuk mengatasi masalah resistensi obat antimalaria.

Buah manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tumbuhan yang berasal dari Asia Tenggara meliputi Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Myanmar. Buah


(12)

manggis merupakan tumbuhan fungsional yang sebagian besar dari tumbuhan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai obat. Akan tetapi, banyak masyarakat yang belum mengetahui bahwa kulit manggis memiliki khasiat yang baik (Moongkarndi et al., 2004). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kulit manggis mengandung senyawa yang memiliki aktivitas farmakologi dan antioksidan. Senyawa tersebut diantaranya flavonoid, tanin, dan xanthon (Stevi, 2012).

Berdasarkan uraian masalah di atas maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui peranan ekstrak etanol dan fraksi etil asetat kulit manggis terhadap kadar ICAM-1 serum pada mencit yang diinokulasi Plasmodium berghei.

1.2Identifikasi Masalah

Apakah pemberian ekstrak etanol dan fraksi etil asetat kulit buah manggis dapat menurunkan kadar ICAM-1 serum pada mencit yang diinokulasi Plasmodium berghei.

1.3Maksud dan Tujuan

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek ekstrak etanol atau fraksi etil asetat kulit manggis dapat digunakan untuk menghambat progresivitas infeksi malaria.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol atau fraksi etil asetat kulit manggis terhadap penurunan kadar ICAM-1 serum pada mencit yang diinokulasi Plasmodium berghei.


(13)

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat praktis adalah memperluas pengetahuan pembaca mengenai ekstrak etanol dan fraksi etil asetat kulit manggis yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk mengobati malaria.

Manfaat akademis adalah memberikan informasi ilmiah mengenai efek ekstrak etanol dan fraksi etil asetat kulit manggis terhadap penurunan kadar ICAM-1 pada infeksi penyakit malaria.

1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Malaria merupakan suatu masalah kesehatan di dunia termasuk di Indonesia. Patogenesis infeksi malaria berhubungan erat dengan radikal bebas. Para peneliti menyatakan bahwa pembentukan reaktif oksigen dan nitrogen spesies (ROS dan RNS) berkaitan dengan stres oksidatif, yang memiliki peranan penting terhadap perkembangan komplikasi sistemik akibat infeksi malaria. Infeksi malaria menyebabkan generasi dari hydroxyl radicals (OH-) di hati, yang mungkin menjadi alasan utama terjadinya induksi dari stres oksidatif dan apoptosis (Guha et al., 2006). Penelitian lain juga mengungkapkan bahwa sel darah merah yang terinfeksi Plasmodium falciparum menghasilkan OH- dan H2O2 dua kali lipat

lebih banyak dibandingkan dengan sel darah merah normal (Atamna & Ginsburg,1993).

Menanggapi infeksi yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum, mekanisme pertahanan sel inang akan teraktivasi oleh keterlibatan makrofag dan neutrofil. Keadaan ini akan menghasilkan sejumlah besar ROS dan RNS yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pembentukan oksidan dan aktivitas antioksidan. Ketidakseimbangan ini merupakan pemicu terjadinya stres oksidatif, yang merupakan mekanisme utama dari sel inang manusia untuk menanggapi terjadinya suatu infeksi (Clark & Hunt, 2012).


(14)

Malaria otak merupakan komplikasi terburuk infeksi malaria falciparum yang ditandai dengan kerusakan sistem saraf dan angka kematian yang tinggi. Pemecahan parasit pada sel darah merah yang terinfeksi di pembuluh darah kecil otak menyebabkan timbulnya faktor adhesi yang dihasilkan oleh inang dan parasit. Ini merupakan faktor penting dalam perkembangan malaria otak (Ramos N. et al., 2012). ICAM-1 adalah molekul adhesi alternatif yang berperan di sel endotel akibat pemecahan sel darah merah yang terinfeksi. Malaria otak diperkirakan muncul dari proses inflamasi karena adanya sel darah merah yang terinfeksi, aktivasi leukosit, dan pemecahan platelet pada endotel sehingga terjadi peningkatan ekspresi molekul adhesi (van der Heyde et al., 2006). ICAM-1 merupakan molekul yang berfungsi untuk mengikat dan mempertahankan sel darah merah yang terinfeksi dalam sistem saraf pusat dan pembuluh darah (Yipp et al., 2007). ICAM-1 diekspresikan di sebagian besar sel yang berkontribusi pada malaria otak termasuk limfosit, platelet, sel myeloid, dan sel endotel (Tailor, 2005). Peningkatan ekspresi ICAM-1 yang mana merupakan reseptor molekul adhesi diantara pembuluh darah kecil dapat menimbulkan sumbatan karena proses inflamasi yang diinduksi oleh sitokin pro-inflamasi yang dihasilkan selama infeksi malaria (Hunt and Grau, 2003).

Kulit buah manggis mengandung beberapa senyawa dengan aktivitas farmakologi sebagai antiinflamasi dan antioksidan. Beberapa senyawa utama kandungan kulit buah manggis yang dilaporkan bertanggungjawab atas beberapa aktivitas farmakologi adalah golongan xanton. Senyawa xanton yang telah teridentifikasi adalah 1,3,6-trihidroksi-7-metoksi-2,8-bis(3-metil-2-butenil)- 9H-xanten-9-on dan 1,3,6,7-tetrahidroksi-2,8-bis(3-metil-2-butenil)- 9H-9H-xanten-9-on. Keduanya lebih dikenal dengan nama alfa mangostin dan gamma-mangostin (Jinsart, 1992). Moongkarndi et al. (2004) melaporkan bahwa ekstrak kulit buah manggis berpotensi sebagai antioksidan. Selanjutnya, Weecharangsan et al. (2006) menindak-lanjuti hasil penelitian tersebut dengan melakukan penelitian aktivitas antioksidan beberapa ekstrak kulit buah manggis yaitu ekstrak air, etanol 50% dan 95%, serta etil asetat.


(15)

Berdasarkan hal-hal di atas maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ekstrak etanol dan fraksi etil asetat kulit manggis dalam menurunkan kadar ICAM-1 serum pada mencit yang diinokulasi Plasmodium berghei.

1.5.2 Hipotesis

Ekstrak etanol atau fraksi etil asetat kulit buah manggis menurunkan kadar ICAM-1 serum pada mencit yang diinokulasi Plasmodium berghei.


(16)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Ekstrak etanol dan fraksi etil asetat kulit manggis dapat menurunkan kadar ICAM-1 serum pada mencit yang diinokulasi Plasmodium berghei sesuai dengan dose dependent manner.

5.2Saran

1. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh ekstrak etanol dan fraksi etil asetat kulit manggis terhadap kadar ICAM-1 serum pada mencit yang diinokulasi Plasmodium berghei baik dari pertimbangan dosis pemberian maupun waktu lamanya pemberian pada subjek penelitian. 2. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemberian kombinasi

artemisinin dan ekstrak etanol kulit manggis secara in vivo.

3. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemberian kombinasi artemisinin dan fraksi etil asetat kulit manggis secara in vivo.

4. Dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan pelarut selain etanol dan etil asetat.

5. Diperlukan adanya uji klinis untuk mengetahui lebih lanjut efek dari ekstrak etanol dan fraksi etil asetat kulit manggis dalam pengobatan infeksi malaria.


(17)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Nathanael Denny Sugihat

NRP : 1110116

Agama : Katholik

Tempat / Tanggal Lahir : Bogor, 18 Oktober 1993

Alamat : Jl. Raflesia II No. 58 Taman Yasmin, Bogor

Riwayat Pendidikan :

- SD Mardi Yuana II Bogor (1999-2005)

- SMP Marsudirini Bogor (2005-2008)

- SMA Budi Mulia Bogor (2008-2011)


(18)

PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAN FRAKSI ETIL ASETAT KULIT MANGGIS TERHADAP KADAR ICAM-1 SERUM PADA MENCIT GAALUR DDY YANG

DIINOKULASI Plasmodium berghei

THE EFFECT OF ETHANOLIC EXTRACT AND ASETIC ETHYL FRACTION OF MANGOSTEEN PERICARPS TOWARD ICAM-1SERUM LEVEL

IN Plasmodium berghei-INOCULATED DDY MICE Khie Khiong, dr., S.Si., M.Si.,M.Pharm.Sc., Ph.D., PA (K)1,

Prof. Dr. Susy Tjahjani, dr., M.Kes2, Nathanael Denny Sugihat3,

1Bagian Biologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, 2Bagian Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha

3Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha

Jalan Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia

ABSTRAK

Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia terutama di Indonesia. Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai obat antimalaria adalah kulit manggis yang mengandung antioksidan xanton. ICAM-1 merupakan mediator inflamasi yang berperan pada patogenesis malaria.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol dan fraksi etil asetat kulit manggis terhadap penurunan kadar ICAM-1 serum pada mencit yang diinokulasi Plasmodium berghei.

Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium sungguhan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan mencit jantan galur DDY yang dibagi dalam 9 kelompok (n=4) secara acak. Kelompok kontrol akuades tidak diinokulasi Plasmodium berghei

dan diberi 0,1 mL akuades sedangkan 8 kelompok lain diinokulasi Plasmodium berghei

kemudian diberi perlakuan 0,1 mL akuades (kontrol negatif), 0,1 mg artemisinin (kontrol positif), 2,5 mg ekstrak etanol kulit manggis (E1), 0,5 mg ekstrak etanol kulit manggis (E2) dan 0,1 mg ekstrak etanol kulit manggis (E3), 2,5 mg fraksi etil asetat kulit manggis (A1), 0,5 mg fraksi etil asetat kulit manggis (A2) dan 0,1 mg fraksi etil asetat kulit manggis (A3). Setelah diberi perlakuan selama 3 hari, pada hari ke-4 kadar ICAM-1 serum masing-masing mencit diukur menggunakan metode ELISA. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji One Way Analysis Of Variance (ANOVA) dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Tukey HSD

dengan =0,05 yang mana suatu perbedaan dikatakan bermakna jika p0,05.

Hasil penelitian menunjukkan penurunan kadar ICAM-1 yang sangat bermakna pada kelompok kontrol positif, E1, E2, E3, A1 dan A2 (p=0,00) sedangkan penurunan kadar ICAM-1 serum tidak bermakna pada kelompok A3. Penurunan kadar ICAM-ICAM-1 pada kelompok ekstrak

etanol dan fraksi etil asetat sesuai dengan dose dependent manner. Selanjutnya penurunan

kadar ICAM-1 serum pada kelompok E1 dan A1 setara dengan kelompok yang diberi artemisinin (kontrol positif).


(19)

Maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol dan fraksi etil asetat kulit manggis dapat

menurunkan kadar ICAM-1 sesuai dengan dose dependent manner dibandingkan dengan

kelompok kontrol negatif.

Kata kunci: ICAM-1, ekstrak etanol, fraksi etil asetat, xanton.

ABSTRACT

Malaria is an infectious disease which remains health problems in world including Indonesia. One of the antimalarial medicinal source is mangosteen’s pericarps which contain antioxidant of xanthone. ICAM-1 is one of inflammation mediator which plays important role in malaria pathogenesis.

The aim of this study to explore the effect of ethanolic extract and asetic ethyl fraction of mangosteen’s pericarps toward ICAM-1 serum level in Plasmodium berghei-inoculated mice. The method of this research was true experimental study with completely randomized design using DDY mice which randomly divived into 9 groups (n=4). Aquadest control group only received 0.1 mL aquadest without P. berghei innoculation, while other 8 groups were inoculated with p. berghei. Negative control only received aquadest 0.1 mL per day (KN), positive control (KP) received 0.1 mg of artemisinine per day while E1, E2 and E3 received 2.5, 0.5 and 0.1 mg/day of ethanolic extract of mangosteen’s pericarps. Moreover, A1, A2 and A3 received 2.5, 0.5 and 0.1 mg/day of acetic ethyl fraction of mangosteen’s pericarps. After 3 days, serum were collected from each mouse and the ICAM-1 serum level were measured using ELISA. All data were analysed using One Way Analysis Of Variance (ANOVA) and

continued by post hoc analysis of Tukey HSD with =0,05.

Results showed ICAM-1 serum level decreased significantly in KP, E1, E2, E3, A1 and A2 groups (p=0,00) while not significantly in A3 group. The decreasing of ICAM-1 serum level in ethanolic extract and acetid aethyl fraction groups were dose dependent manner. Moreover, E1 and A1 groups had similar effect in decreasing ICAM-1 serum level compared to artemisin group (KP).

As conclusion, ethanolic extract and asetic ethyl fraction of mangosteen’s pericarps could decreased ICAM-1 serum level in P. berghei-inoculated mice and this properties were dose dependent manner.

Key words: ICAM-1, ethanolic extract, acetic ethyl fraction, xanthone.

PENDAHULUAN

Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dari genus plasmodium yang dapat ditularkan

melalui cucukan nyamuk anopheles

betina. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit infeksi yang menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia. Penduduk yang berisiko terkena malaria berjumlah sekitar 2,3 miliar atau 41% dari jumlah

penduduk. Setiap tahun sekitar 300-500 juta penduduk dunia menderita penyakit ini dan menimbulkan 1,5 - 1,7 juta kematian1.

Di Indonesia angka kejadian malaria masih merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan. Dari data WHO tahun 2012 terdapat 42 juta penduduk Indonesia tinggal di daerah yang berisiko tinggi terinfeksi malaria (>1 kasus per 1000 populasi), 109 juta di daerah yang berisiko


(20)

rendah terinfeksi malaria (0 - 1 kasus per 1000 populasi), dan 93,3 juta di daerah

yang bebas dari infeksi malaria2.

Terdapat 4 plasmodium yang dapat

menyebabkan infeksi malaria pada

manusia, yaitu Plasmodium vivax,

Plasmodium falciparum, Plasmodium

malariae, dan Plasmodium ovale.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 spesies malaria yang paling banyak

dilaporkan adalah Plasmodium falciparum

(86,4%) sedangkan sisanya adalah

Plasmodium vivax dan campuran antara Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax3.

Plasmodium falciparum memiliki

potensi tinggi bermultiplikasi dan

memiliki kemampuan unik untuk melekat pada kapiler dan endotel vena pada 24 jam kedua siklus kehidupan yang berlangsung selama 48 jam, proses ini

disebut cytoadherence. Pemecahan sel

darah merah karena terinfeksi Plasmodium

falciparum menyebabkan perubahan

sirkulasi aliran darah, disfungsi metabolik, dan menimbulkan manifestasi malaria

falciparum yang parah. Cytoadherence

memberikan dua keuntungan terhadap

kelangsungan hidup Plasmodium

falciparum karena lingkungan vena yang bersifat aerob lebih cocok untuk proses maturasi serta adhesi ke endotel kapiler yang memungkinkan parasit ini dapat lolos dari sistem imun.

Pada malaria terjadi peningkatan

radikal bebas yang dapat menyebabkan cytoadherence bertambah banyak sehingga

akan memicu makrofag untuk

menghasilkan TNF-α. Peningkatan kadar TNF-α ini akan meningkatkan kadar oksidan yang beredar dalam tubuh dan meningkatkan ekspresi reseptor sel endotel

otak seperti Intercellular Adhesion

Molecule-1 (ICAM-1). ICAM-1 atau CD54 adalah contoh reseptor yang berperan dalam patogenesis malaria. Selain itu, dari isolasi parasit pada pasien penderita

malaria menunjukkan kapasitas tertinggi

dalam mengikat ekspresi ICAM-14.

Radikal bebas yang diproduksi dalam proses inflamasi merupakan senyawa yang dapat menimbulkan stres oksidatif yang

akhirnya dapat memperparah reaksi

inflamasi itu sendiri. Senyawa antioksidan merupakan penangkal radikal bebas yang ada dalam tubuh. Sebenarnya tubuh dapat menghasilkan antioksidan endogen secara alamiah dalam upaya menghadapi senyawa radikal bebas, akan tetapi jumlahnya terbatas. Bila radikal bebas dalam tubuh berlebihan maka dibutuhkan senyawa antioksidan eksogen5.6.

Upaya penanggulangan malaria pada mulanya memberikan hasil yang cukup baik dengan pemberian obat antimalaria standar. Akan tetapi, menjadi kurang

efektif karena terjadi resistensi

Plasmodium terhadap obat antimalaria. Kasus resistensi terhadap obat antimalaria dilaporkan terjadi di berbagai tempat

termasuk di Indonesia7. Sebagai

konsekuensi peningkatan kasus resistensi obat antimalaria yang sebelumnya efektif dengan satu terapi obat antimalaria seperti

klorokuin (CQ) dan

sulfadoksin-pirimethamin (SP), WHO

menyelenggarakan suatu pertemuan pada tahun 2001 yang menyetujui tentang potensi terapi kombinasi artemisinin (ACT) untuk mengatasi masalah resistensi obat antimalaria.

Buah manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tumbuhan yang berasal dari

Asia Tenggara meliputi Indonesia,

Malaysia, Thailand, dan Myanmar. Buah manggis merupakan tumbuhan fungsional yang sebagian besar dari tumbuhan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai obat. Akan tetapi, banyak masyarakat yang belum mengetahui bahwa kulit manggis

memiliki khasiat yang baik8. Beberapa

penelitian menunjukkan bahwa kulit manggis mengandung senyawa yang


(21)

antioksidan. Senyawa tersebut diantaranya flavonoid, tanin, dan xanthan.

Berdasarkan uraian masalah di atas maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui peranan ekstrak etanol dan fraksi etil asetat kulit manggis terhadap kadar ICAM-1 serum pada

mencit yang diinokulasi Plasmodium

berghei.

BAHAN DAN CARA

Sebanyak 36 ekor mencit DDY jantan dikelompokkan menjadi 2, yaitu yang

diinokulasi dengan Plasmodium berghei

(32 ekor) dan yang tidak diinokulasi Plasmodium berghei (4 ekor). Kemudian

kelompok yang diinokulasi Plasmodium

berghei dibagi lagi menjadi 8 kelompok sebagai masing-masing kelompok kontrol positif dan perlakuan sehingga didapatkan total 9 kelompok mencit dengan tiap kelompok terdiri dari 4 ekor mencit. Pembagian 9 kelompok mencit adalah sebagai berikut:

a. Kelompok mencit yang tidak

diinokulasi dengan Plasmodium

berghei yang selanjutnya diberikan akuades sebanyak 0,1 mL/hari sebagai perlakuan (KA)  kontrol akuades.

b. Kelompok mencit yang diinokulasi

dengan Plasmodium berghei yang

kemudian akan diberi perlakuan

akuades sebanyak 0,1 mL/hari 

kontrol negatif (KN).

c. Kelompok mencit yang diinokulasi

dengan Plasmodium berghei yang

kemudian akan diberikan perlakuan

0,1 mg artemisinin (0,1 ml/hari) 

kontrol positif (KP).

d. Kelompok mencit yang diinokulasi

dengan Plasmodium berghei yang

kemudian akan diberikan 0,1 mL ekstrak etanol 96% kulit manggis (2,5 mg/hari)  (E1).

e. Kelompok mencit yang diinokulasi

dengan Plasmodium berghei yang

kemudian akan diberikan 0,1 mL ekstrak etanol 96% kulit manggis (0,5 mg/hari)  (E2).

f. Kelompok mencit yang diinokulasi

dengan Plasmodium berghei yang

kemudian akan diberikan 0,1 mL ekstrak etanol 96% kulit manggis (0,1 mg/hari)  (E3).

g. Kelompok mencit yang diinokulasi

dengan Plasmodium berghei yang

kemudian akan diberikan 0,1 mL fraksi etil asetat kulit manggis (2,5 mg/hari)  (A1).

h. Kelompok mencit yang diinokulasi

dengan Plasmodium berghei yang

kemudian akan diberikan 0,1 mL fraksi etil asetat kulit manggis (0,5 mg/hari)  (A2).

i. Kelompok mencit yang diinokulasi

dengan Plasmodium berghei yang

kemudian akan diberikan 0,1 mL fraksi etil asetat kulit manggis (0,1 mg/hari)  (A3).

Plasmodium berghei diinokulasikan pada mencit dengan cara disuntik secara intraperitoneal sebanyak 0,1 mL. Lalu perkembangan parasitemianya diamati setiap hari hingga didapat minimal parasitemia sebanyak 5%. Apabila

parasitemia sudah memenuhi syarat

tersebut, maka pada tiap kandang

diberikan perlakuan yang sudah

ditentukan. Setelah diberikan terapi

selama 3 hari, dilakukan pengambilan darah pada semua mencit untuk disimpan serumnya dan dilakukan pemeriksaan kadar ICAM-1 dengan teknik ELISA.

ANALISIS DATA

Analisis data dilakukan dengan

menggunakan analisis varian (ANOVA)

satu arah dengan = 0,05, dilanjutkan

dengan uji beda rata-rata Tukey HSD dengan tingkat kepercayaan 95%, tingkat


(22)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemeriksaan secara serologis dengan metode ELISA pada tiap serum kelompok mencit yang telah diberi perlakuan artemisinin, ekstrak etanol dan fraksi etil asetat kulit manggis selama 3 hari menunjukkan kadar rerata ICAM-1 seperti pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Rerata Kadar ICAM-1 setelah diberi perlakuan selama 3 hari

Kelompok Kadar ICAM-1

Kontrol Akuades (KA)

3514,79 ± 176,84 Kontrol Negatif

(KN)

21551,72 ± 854,32

Kontrol Positif (KP) 6930,85 ± 421,76

Ekstrak Etanol 1 (E1)

6947,45 ± 399,13 Ekstrak Etanol 2

(E2)

14124,98 ± 524,84 Ekstrak Etanol 3

(E3)

21017,42 ± 1196,12 Fraksi Etil Asetat 1

(A1)

7040,17 ± 313,97 Fraksi Etil Asetat 2

(A2)

14124,98 ± 524,84 Fraksi Etil Asetat 3

(A3)

21320,63 ± 1052,63 Data kadar rerata ICAM-1 tiap-tiap perlakuan menunjukkan bahwa kadar ICAM-1 serum paling rendah didapat pada

kelompok kontrol akuades (KA),

sedangkan kadar paling tinggi pada kelompok kontrol negatif (KN) dan kelompok kontrol positif memiliki kadar rerata kadar ICAM-1 paling rendah.

Tabel 4.2 ANOVA Efek Ekstrak Etanol 96%, Fraksi Etil Asetat Kulit Manggis dan Artemisinin terhadap Kadar ICAM-1 Sum of

Squares df Mean

Square F Sig.

Between Groups

163275114 6

8 204093 893,3 396, 247 0,00 0 Within Groups 13906807, 25

27 515066, 935

Total 164665795

4

35

Pengujian data statistik dengan

hipotesis statistik sebagai berikut:

F hitung < F tabel dengan p ≥ α maka H0 gagal

ditolak. F hitung ≥ F tabel dengan p < α maka

H0 ditolak, terima H1. Karena

F hitung = 396,247 > F tabel 0,05 (8, 27) = 2,31

dengan p = 0,00 < α, maka H0 ditolak,

terima H1 dan hal lainnya, yang artinya

ada perbedaan kadar ICAM-1 serum di antara minimal 1 pasang kelompok perlakuan.

Selanjutnya, untuk menentukan di antara kelompok-kelompok mana yang

berbeda, dilakukan uji Post Hoc dengan

metode Tukey-HSD. Hasil analisis Tukey

HSD dapat dilihat pada tabel 4.3. Dari hasil analisis uji Tukey HSD (tabel 4.3) dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan kadar ICAM-1 yang bermakna (p<0,05) antar kelompok kontrol positif (KP), kelompok perlakuan estrak etanol kulit manggis 0,5 mg (E2) dan 0,1 mg (E3) serta kelompok perlakuan fraksi etil asetat 0,5 mg (A2) dan 0,1 mg (A3). Selanjutnya kadar ICAM-1 juga berbeda tidak bermakna pada kelompok perlakukan E1 dan A1.

Kadar ICAM-1 memiliki perbedaan yang sangat bermakna (p=0,00) pada

kelompok kontrol negatif (KN)

dibandingkan dengan kelompok KA dan 5 kelompok perlakuan lainnya dengan masing-masing nilai p<0,01.


(23)

Tabel 4.3 Kadar ICAM-1 Berdasarkan Hasil Uji Beda Rata-Rata Metode Tukey-HSD Kelo mpo k perla kuan K A K N K P E 1 E 2 E 3 A 1 A 2 A 3

KA ** ** ** *

* * *

** ** **

KN ** ** *

* * *

** ** N S

KP N

S * * * * N S ** **

E1 *

* * * N S ** **

E2 *

*

** N S

**

E3 ** ** N

S

A1 ** **

A2 **

A3

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol dan fraksi etil asetat kulit manggis dapat menurunkan kadar ekspresi ICAM-1 pada mencit yang

diinokulasi Plasmodium berghei.

Selanjutnya kelompok E1 dan A1 dengan dosis perlakuan ekstrak etanol dan etil aset

dosis paling tinggi memiliki efek

menurunkan kadar ICAM-1 serum setara dengan kelompok kontrol positif. Hal ini menunjukkan baik kelompok perlakuan ekstrak etanol dan fraksi etil asetat memiliki efek menurunkan kadar ICAM-1

serum dalam hal dose dependent manner

yang mana semakin tinggi dosis yang diberikan akan semakin menurunkan kadar ICAM-1 serum. Hal ini terjadi karena kandungan xanton yang terdapat di dalam kulit buah manggis mampu menginhibisi proses degenerasi heme menjadi hemozoin. Akumulasi heme akan

membunuh parasit sehingga kadar

ICAM-1 menurun.

Artemisinin memiliki efek antimalaria yang lebih baik dibandingkan dengan obat

antimalaria lainnya, baik dalam

membunuh parasit maupun dalam

menghambat proses metabolismenya,

seperti glikolisis, sintesis protein, dan asam nukleatnya. Kelebihan lain artemisinin ialah mampu membunuh parasit di berbagai stadium mulai dari stadium cincin sampai stadium tropozoit9.

Xanton yang terdapat dalam buah manggis (Garnicia mangostana L.) dengan kandungan utama α-mangostin selain memiliki efek sitotoksik, antibakteri dan

antioksidan, juga memiliki aktivitas

antimalarial. Pada penelitian sebelumnya didapatkan α-mangostin ini memiliki efek antimalaria yang poten dibandingkan dengan klorokuin10. Efek malaria dari

α-mangostin ini sebagai inhibitor pada proses degradasi hemoglobin yang terkait pada penghambatan pembentukan asam amino untuk pertumbuhan parasit malaria ini yang mengakibatkan kematian parasit. Dalam penelitian juga didapatkan bahwa perlakuan fraksi etil asetat 0,1 mg kulit manggis (A3) tidak menurunkan kadar dari ICAM-1 serum pada mencit yang diinokulasi Plasmodium berghei.

SIMPULAN

Ekstrak etanol dan fraksi etil asetat kulit manggis dapat menurunkan kadar

ICAM-1 serum pada mencit yang

diinokulasi Plasmodium berghei sesuai


(24)

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. Malaria. World Health

Organization; Geneva,

Switzerland, 2011.

http://www.who.int/topics/malari a/en/.

2. WHO. World Malaria Report

2013. World Health Organization; Washington DC, 2013. Website :http://www.who.int/malaria/publ ications/world_malaria_

report_2013/en/. (Accessed on December 11, 2013).

3. Kumar, Abbas, Fausto. 2009.

Pathologic Basis of Disease. China: Elsevier.

4. Wiser MF. 2008. Malaria.

http://www.tulane.edu/-wiser/protozoology/notes/malaria. html. 15 Januari 2014.

5. Khie Khiong, Hana Ratnawati,

Sylvia Soeng, Shella Hudaya, Griselda. Pengaruh Buah Merah terhadap Proliferasi Limfosit dan

Kadar IFN- pada Mencit yang

Diinokulasi dengan Listeria

monocytogenes. Simposium

Penelitian Bahan Obat Alami XIV & Muktamar XI PERHIBPA. 11-12 Agustus 2009. Jakarta.

6. Khie Khiong, Oeij Anindita

Adhika, Melisa Chakravitha.

Therapeutic Potential of Red Fruit (Pandanus conoideus Lam). By Inhibiting NF-kB Pathway in the Treatment of Inflammatory Bowel

Disease. Jurnal Kedokteran

Maranatha. 2009. In Press.

7. Sungkar S, Pribadi W. 1992.

Resistensi Plasmodium falsiparum terhadap obat malaria. Majalah

Kedokteran Indonesia. 42 :155 –

162.

8. Moongkarndi, P., Kosem, N.,

Kaslungka, S., Luanratana, O., Pongpan, N., dan Neungton, N.

2004. Antiproliferation,

antioxidation and induction of apoptosit by Garcinia mangostana (mangosteen) on SKBR3 human

breast cancer cell line. J.

Ethonopharmacol. 90(1):161-166.

9. Syarif. 2007. Farmakologi dan

Terapi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. PP 567-568.

10. Nughroho, A.E. 2011. Dari Kulit

Buah yang Terbuang Hingga Menjadi Kandidat Suatu Obat. http://mot.farmasi.ugm.ac.id/files/ 69Manggis_ Agung%20 Baru .pdf. diakses 14 Agustus 2014.


(25)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad M.F. dan Sutanto I., 2003. Peran gen pfmdr-1 pada Mekanisme Resistensi Plasmodium falciparum terhadap Klorokuin. Maj. Kedokt. Ind. 53(2): 69-75.

Andrej Trampuz, Matjaz Jereb, Igor Muzlovic, Rajesh M. Prabhu., 2003. Clinical review: Severe Malaria. Critical Care 2003. 7:315-323.

Atamna H., Ginsburg H., 1993. Origin of reaction oxygen species in erythrocytes iinfected with Plasmodium falciparum. Mol. Biochem. Parasitol. 61:231-234.

Castelli F., Capone S., Pedruzzi B., Matelli A., Antimicrobial prevention therapy

for traveler’s infection. Expert. Rev. Anti. Infec. Ther. 2007. 5:1031-1048. CDC. Health Information for International Travel. 2004. Centre for Disease

Control and Prevention: Atlanta, GA, USA. PP: 99-115.

Clark I.A., Hunt N.H., 1983. Evidence for reactive oxygen intermediates causing hemolysis and parasite death in malaria. Infect. Immun. 39:1-6.

Garcia Lynne S., Bruckner David A., 1997. Diagnostic Medical Parasitology. United State of America. PP:135-157.

Genton B., D’ Acremont. 2001. Clinical feature of malaria in returning traveler

and migrants. Travellers malaria. PP:371-392.

Guha M., Kumar., Choubey V., Maity P., Bandyopadhyay U., 2006. Apoptosis in liver during malaria: Role of oxidative stress and implication of mithocondrial pathway. FASEB J. 20:E439-E449.

Hunt N.H., Grau G.E., 2003. Cytokines: Accelerators and brakes in the pathogenesis of cerebral malaria. Trends Immunol. 24:491-499.

Jiang D. J., Dai Z., Li Y.J., 2004. Pharmacological effect of xanthones as cardiovascular protective agents. Cardiovasc. Drug. Rev. 22:91-102.

Jinsrat W., Ternai B., Buddhasukh D., Polya GM., 1992. Inhibition of wheat embryo calcium-dependet protein kinase and other kinases by mangostin and gammamangostin, Phytochemistry. 31(11):37711-3713


(26)

Jung, H.A., Su, B.N., Keller, WS.J., Mehta, R.G., Kinghorn, D., 2006. Antioxidant xanthones from pericarp of Garcinia mangostana (Mangosteen). J. Agric. Food. Chem. 54:2077-2082.

Khiong Khie, Ratnawati Hana, Soeng Sylvia, Hudaya Shella, Griselda. Pengaruh Buah Merah terhadap Proliferasi Limfosit dan Kadar IFN- pada Mencit yang Diinokulasi dengan Listeria monocytogenes. Simposium Penelitian Bahan Obat Alami XIV & Muktamar XI PERHIBPA. 11-12 Agustus 2009. Jakarta.

Khiong Khie, Adhika Oeij Anindita, Chakravitha Melisa. Therapeutic Potential of Red Fruit (Pandanus conoideus Lam). By Inhibiting NF-kB Pathway in the Treatment of Inflammatory Bowel Disease. Jurnal Kedokteran Maranatha. 2009. In Press.

Kondo M., Zhang L., Ji H., Kou Y., Ou B. 2009. Bioavailability and antioxidant effects of a xanthone-rich mangosteen (Garcinia mangostana) Product in Humans. Journal of Agricultural Food Chemical. 57:8788-8792.

Kumar, Abbas, Fausto. 2009. Pathologic Basis of Disease. China: Elsevier.

Moongkarndi, P., Kosem, N., Kaslungka, S., Luanratana, O., Pongpan, N., dan Neungton, N. 2004. Antiproliferation, antioxidation and induction of apoptosit by Garcinia mangostana (mangosteen) on SKBR3 human breast cancer cell line. J. Ethonopharmacol. 90(1):161-166.

Nughroho, A.E. 2011. Dari Kulit Buah yang Terbuang Hingga Menjadi Kandidat Suatu Obat. http://mot.farmasi.ugm.ac.id/files/69Manggis_ Agung%20 Baru .pdf. diakses 14 Agustus 2014.

Parades C.F., Jose I., Santos-Preciado J.L., 2006. Problem pathogens: Prevention of malaria in travellers. Lancet Infect. Disc. 6:139-149.

Ramos T. N., Darley M. M., Weckbach S., Stahel P.F., Tomlinson S., Barnum S. R., 2012. The C5 convertase is not required for activation of the terminal complement pathway in murine experimental cerebral malaria. J. Biol. Chem. 287:24734-24738.


(27)

Snow R. W., Gilles H.M., 2002. In Essential Malariology, 4th ed.; Warrel, D. A., Gilles H.M., Eds.; Arnold: UK. PP:85-106.

Suksamrarn S., Komutiban O., Ratananukul P., Chimnoi N., Lartpornmatulee N., Suksamrarn A., 2006. Cytotoxic prenylated xanthones from the young fruit of Garcinia mangostana. Chem. Pharm. Bull. 54:301–305.

Sungkar S, Pribadi W. 1992. Resistensi Plasmodium falsiparum terhadap obat malaria. Majalah Kedokteran Indonesia. 42 :155 – 162.

Syarif A., 2007. Farmakologi dan terapi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. PP:567-568.

Tailor A., Cooper D., Granger D. N., 2005. ) Platelet-vessel wall interactions in the microcirculation. Microcirculation. 12:275–285.

Van der Heyde H.C., Nolan J., Combes V., Gramaglia I., Grau G.E., 2006. A unified hypothesis for the genesis of cerebral malaria: Sequestration inflammation and hemostasis leading to microcirculatory dysfunction. Trend Parasitol. 22:503-508.

Weecharangsan W., Opanasopit P., Sukma M., Ngawhirunpat T., Sotanaphun U, Siripong P., 2006. Antioxidative and neuroprotective activities of extracts from the fruit hull of mangosteen (Garcinia mangostana Linn.), Med Princ Pract. 15(4):281-287.

WHO. Guidelines for the Treatment of Malaria. World Health Organization: Geneva, Switzerland, 2010.

WHO. Internasional Travel and Health. World Health Organization; Geneva, Switzerland, 2009. Website: http://www.who.int/ith/ITH2009Chapter7.pdf (Accessed on April 02, 2010).

WHO. Malaria. World Health Organization; Geneva, Switzerland, 2011. http://www.who.int/topics/malaria/en/.

WHO. World Malaria Report 2013. World Health Organization; Washington DC, 2013. Website :http://www.who.int/malaria/publications/world_malaria_ report_2013/en/. (Accessed on December 11, 2013).

Wiser MF. 2008. Malaria.


(28)

Yipp B.G., Hickey M.J., Andonegui G., Murray A.G., Looareesuwan S., Kubes P., Ho M., 2007. Differential roles of CD36, ICAM-1, and P-selectin in Plasmodium falciparum cytoadherence in vivo. Microcirculation. 14:593-602.


(1)

Tabel 4.3 Kadar ICAM-1 Berdasarkan Hasil Uji Beda Rata-Rata Metode Tukey-HSD Kelo mpo k perla kuan K A K N K P E 1 E 2 E 3 A 1 A 2 A 3

KA ** ** ** * *

* *

** ** **

KN ** ** *

* * *

** ** N S

KP N

S * * * * N S ** **

E1 *

* * * N S ** **

E2 *

*

** N S

**

E3 ** ** N

S

A1 ** **

A2 **

A3

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol dan fraksi etil asetat kulit manggis dapat menurunkan kadar ekspresi ICAM-1 pada mencit yang diinokulasi Plasmodium berghei. Selanjutnya kelompok E1 dan A1 dengan dosis perlakuan ekstrak etanol dan etil aset dosis paling tinggi memiliki efek menurunkan kadar ICAM-1 serum setara dengan kelompok kontrol positif. Hal ini menunjukkan baik kelompok perlakuan ekstrak etanol dan fraksi etil asetat memiliki efek menurunkan kadar ICAM-1 serum dalam hal dose dependent manner yang mana semakin tinggi dosis yang diberikan akan semakin menurunkan kadar ICAM-1 serum. Hal ini terjadi karena kandungan xanton yang terdapat di dalam kulit buah manggis mampu menginhibisi proses degenerasi heme menjadi hemozoin. Akumulasi heme akan

membunuh parasit sehingga kadar ICAM-1 menurun.

Artemisinin memiliki efek antimalaria yang lebih baik dibandingkan dengan obat antimalaria lainnya, baik dalam membunuh parasit maupun dalam menghambat proses metabolismenya, seperti glikolisis, sintesis protein, dan asam nukleatnya. Kelebihan lain artemisinin ialah mampu membunuh parasit di berbagai stadium mulai dari stadium cincin sampai stadium tropozoit9.

Xanton yang terdapat dalam buah manggis (Garnicia mangostana L.) dengan

kandungan utama α-mangostin selain memiliki efek sitotoksik, antibakteri dan antioksidan, juga memiliki aktivitas antimalarial. Pada penelitian sebelumnya

didapatkan α-mangostin ini memiliki efek antimalaria yang poten dibandingkan dengan klorokuin10. Efek malaria dari α -mangostin ini sebagai inhibitor pada proses degradasi hemoglobin yang terkait pada penghambatan pembentukan asam amino untuk pertumbuhan parasit malaria ini yang mengakibatkan kematian parasit. Dalam penelitian juga didapatkan bahwa perlakuan fraksi etil asetat 0,1 mg kulit manggis (A3) tidak menurunkan kadar dari ICAM-1 serum pada mencit yang diinokulasi Plasmodium berghei.

SIMPULAN

Ekstrak etanol dan fraksi etil asetat kulit manggis dapat menurunkan kadar ICAM-1 serum pada mencit yang diinokulasi Plasmodium berghei sesuai dengan dose dependent manner.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. Malaria. World Health Organization; Geneva, Switzerland, 2011. http://www.who.int/topics/malari a/en/.

2. WHO. World Malaria Report 2013. World Health Organization; Washington DC, 2013. Website :http://www.who.int/malaria/publ ications/world_malaria_

report_2013/en/. (Accessed on December 11, 2013).

3. Kumar, Abbas, Fausto. 2009. Pathologic Basis of Disease. China: Elsevier.

4. Wiser MF. 2008. Malaria.

http://www.tulane.edu/-wiser/protozoology/notes/malaria. html. 15 Januari 2014.

5. Khie Khiong, Hana Ratnawati, Sylvia Soeng, Shella Hudaya, Griselda. Pengaruh Buah Merah terhadap Proliferasi Limfosit dan Kadar IFN- pada Mencit yang Diinokulasi dengan Listeria monocytogenes. Simposium Penelitian Bahan Obat Alami XIV & Muktamar XI PERHIBPA. 11-12 Agustus 2009. Jakarta.

6. Khie Khiong, Oeij Anindita Adhika, Melisa Chakravitha. Therapeutic Potential of Red Fruit (Pandanus conoideus Lam). By Inhibiting NF-kB Pathway in the Treatment of Inflammatory Bowel Disease. Jurnal Kedokteran Maranatha. 2009. In Press. 7. Sungkar S, Pribadi W. 1992.

Resistensi Plasmodium falsiparum terhadap obat malaria. Majalah Kedokteran Indonesia. 42 :155 – 162.

8. Moongkarndi, P., Kosem, N., Kaslungka, S., Luanratana, O., Pongpan, N., dan Neungton, N. 2004. Antiproliferation,

antioxidation and induction of apoptosit by Garcinia mangostana (mangosteen) on SKBR3 human breast cancer cell line. J. Ethonopharmacol. 90(1):161-166. 9. Syarif. 2007. Farmakologi dan

Terapi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. PP 567-568.

10. Nughroho, A.E. 2011. Dari Kulit Buah yang Terbuang Hingga Menjadi Kandidat Suatu Obat. http://mot.farmasi.ugm.ac.id/files/ 69Manggis_ Agung%20 Baru .pdf. diakses 14 Agustus 2014.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad M.F. dan Sutanto I., 2003. Peran gen pfmdr-1 pada Mekanisme Resistensi

Plasmodium falciparum terhadap Klorokuin. Maj. Kedokt. Ind.

53(2): 69-75.

Andrej Trampuz, Matjaz Jereb, Igor Muzlovic, Rajesh M. Prabhu., 2003. Clinical review: Severe Malaria. Critical Care 2003. 7:315-323.

Atamna H., Ginsburg H., 1993. Origin of reaction oxygen species in erythrocytes iinfected with Plasmodium falciparum. Mol. Biochem. Parasitol. 61:231-234.

Castelli F., Capone S., Pedruzzi B., Matelli A., Antimicrobial prevention therapy

for traveler’s infection. Expert. Rev. Anti. Infec. Ther. 2007. 5:1031-1048.

CDC. Health Information for International Travel. 2004. Centre for Disease Control and Prevention: Atlanta, GA, USA. PP: 99-115.

Clark I.A., Hunt N.H., 1983. Evidence for reactive oxygen intermediates causing hemolysis and parasite death in malaria. Infect. Immun. 39:1-6.

Garcia Lynne S., Bruckner David A., 1997. Diagnostic Medical Parasitology. United State of America. PP:135-157.

Genton B., D’ Acremont. 2001. Clinical feature of malaria in returning traveler

and migrants. Travellers malaria. PP:371-392.

Guha M., Kumar., Choubey V., Maity P., Bandyopadhyay U., 2006. Apoptosis in liver during malaria: Role of oxidative stress and implication of mithocondrial pathway. FASEB J. 20:E439-E449.

Hunt N.H., Grau G.E., 2003. Cytokines: Accelerators and brakes in the pathogenesis of cerebral malaria. Trends Immunol. 24:491-499.

Jiang D. J., Dai Z., Li Y.J., 2004. Pharmacological effect of xanthones as

cardiovascular protective agents. Cardiovasc. Drug. Rev. 22:91-102.

Jinsrat W., Ternai B., Buddhasukh D., Polya GM., 1992. Inhibition of wheat embryo calcium-dependet protein kinase and other kinases by mangostin and gammamangostin, Phytochemistry. 31(11):37711-3713


(4)

Jung, H.A., Su, B.N., Keller, WS.J., Mehta, R.G., Kinghorn, D., 2006.

Antioxidant xanthones from pericarp of Garcinia mangostana

(Mangosteen). J. Agric. Food. Chem. 54:2077-2082.

Khiong Khie, Ratnawati Hana, Soeng Sylvia, Hudaya Shella, Griselda. Pengaruh Buah Merah terhadap Proliferasi Limfosit dan Kadar IFN- pada Mencit yang Diinokulasi dengan Listeria monocytogenes. Simposium Penelitian Bahan Obat Alami XIV & Muktamar XI PERHIBPA. 11-12 Agustus 2009. Jakarta.

Khiong Khie, Adhika Oeij Anindita, Chakravitha Melisa. Therapeutic Potential of Red Fruit (Pandanus conoideus Lam). By Inhibiting NF-kB Pathway in the Treatment of Inflammatory Bowel Disease. Jurnal Kedokteran Maranatha. 2009. In Press.

Kondo M., Zhang L., Ji H., Kou Y., Ou B. 2009. Bioavailability and antioxidant effects of a xanthone-rich mangosteen (Garcinia mangostana) Product in Humans. Journal of Agricultural Food Chemical. 57:8788-8792.

Kumar, Abbas, Fausto. 2009. Pathologic Basis of Disease. China: Elsevier.

Moongkarndi, P., Kosem, N., Kaslungka, S., Luanratana, O., Pongpan, N., dan Neungton, N. 2004. Antiproliferation, antioxidation and induction of apoptosit by Garcinia mangostana (mangosteen) on SKBR3 human breast cancer cell line. J. Ethonopharmacol. 90(1):161-166.

Nughroho, A.E. 2011. Dari Kulit Buah yang Terbuang Hingga Menjadi Kandidat Suatu Obat. http://mot.farmasi.ugm.ac.id/files/69Manggis_ Agung%20 Baru .pdf. diakses 14 Agustus 2014.

Parades C.F., Jose I., Santos-Preciado J.L., 2006. Problem pathogens: Prevention of malaria in travellers. Lancet Infect. Disc. 6:139-149.

Ramos T. N., Darley M. M., Weckbach S., Stahel P.F., Tomlinson S., Barnum S. R., 2012. The C5 convertase is not required for activation of the terminal complement pathway in murine experimental cerebral malaria. J. Biol. Chem. 287:24734-24738.


(5)

Snow R. W., Gilles H.M., 2002. In Essential Malariology, 4th ed.; Warrel, D. A., Gilles H.M., Eds.; Arnold: UK. PP:85-106.

Suksamrarn S., Komutiban O., Ratananukul P., Chimnoi N., Lartpornmatulee N., Suksamrarn A., 2006. Cytotoxic prenylated xanthones from the young fruit

of Garcinia mangostana. Chem. Pharm. Bull. 54:301–305.

Sungkar S, Pribadi W. 1992. Resistensi Plasmodium falsiparum terhadap obat

malaria. Majalah Kedokteran Indonesia. 42 :155 – 162.

Syarif A., 2007. Farmakologi dan terapi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. PP:567-568.

Tailor A., Cooper D., Granger D. N., 2005. ) Platelet-vessel wall interactions

in the microcirculation. Microcirculation. 12:275–285.

Van der Heyde H.C., Nolan J., Combes V., Gramaglia I., Grau G.E., 2006. A unified hypothesis for the genesis of cerebral malaria: Sequestration inflammation and hemostasis leading to microcirculatory dysfunction. Trend Parasitol. 22:503-508.

Weecharangsan W., Opanasopit P., Sukma M., Ngawhirunpat T., Sotanaphun U, Siripong P., 2006. Antioxidative and neuroprotective activities of extracts from the fruit hull of mangosteen (Garcinia mangostana Linn.), Med Princ Pract. 15(4):281-287.

WHO. Guidelines for the Treatment of Malaria. World Health Organization: Geneva, Switzerland, 2010.

WHO. Internasional Travel and Health. World Health Organization; Geneva,

Switzerland, 2009. Website: http://www.who.int/ith/ITH2009Chapter7.pdf

(Accessed on April 02, 2010).

WHO. Malaria. World Health Organization; Geneva, Switzerland, 2011.

http://www.who.int/topics/malaria/en/.

WHO. World Malaria Report 2013. World Health Organization; Washington DC, 2013. Website :http://www.who.int/malaria/publications/world_malaria_ report_2013/en/. (Accessed on December 11, 2013).

Wiser MF. 2008. Malaria.


(6)

Yipp B.G., Hickey M.J., Andonegui G., Murray A.G., Looareesuwan S., Kubes P., Ho M., 2007. Differential roles of CD36, ICAM-1, and P-selectin in Plasmodium falciparum cytoadherence in vivo. Microcirculation. 14:593-602.