Pengaruh Fraksi Air Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) dan Kombinasinya Dengan Artemisinin Terhadap Kadar Icam-1 Serum Pada Mencit Yang Diinokulasi Plasmodium berghei.
ABSTRAK
PENGARUH FRAKSI AIR KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DAN KOMBINASI DENGAN ARTEMISININ TERHADAP KADAR
ICAM-1 SERUM PADA MENCIT YANG DIINOKULASI
Plasmodium berghei
Les Ley Diana, 2012. Pembimbing I: Khie Khiong, S.Si., M.Si., M.Pharm., Sc., Ph.D., PA(K)., dr.
Pembimbing II: Prof. Dr. Susy Tjahjani, dr., M.Kes.
Malaria adalah penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan di dunia yang menjangkiti baik negara berkembang maupun negara maju. ICAM-1 (Intercellular Adhesion Molecule-1) merupakan salah satu contoh reseptor yang berperan dalam patogenesis malaria terutama pada malaria serebral. Sejalan dengan perkembangannya, parasit penyebab penyakit malaria, Plasmodium, makin resisten terhadap obat-obatan antimalaria. Dan kini obat lini pertama yang digunakan dalam pengobatannya adalah Artemisinin dan derivat-derivatnya. Akan tetapi, artemisinin dapat menghasilkan radikal bebas yang merugikan inangnya. Oleh karena itu, diberikan antioksidan kuat, misalnya kulit manggis. Kulit manggis memiliki kandungan antioksidan yang tinggi antara lain xanthone, garcinone, dan lain-lain. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas kulit manggis tersebut serta kombinasi artemisinin+kulit manggis dalam menekan ekspresi ICAM-1 sebagai parameter infeksi dari Plasmodium.
Penelitian ini bersifat prospektif eksperimental sungguhan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan menggunakan mencit jantan galur Swiss-Webster yang dibagi dalam 5 kelompok (n=6). Kelompok kontrol negatif merupakan kelompok yang tidak diinokulasi dengan Plasmodium, sedangkan kelompok kontrol positif, kelompok artemisinin, kelompok kulit manggis, dan kelompok kombinasi artemisinin+kulit manggis diinokulasi dengan parasit Plasmodium berghei. Dari tiap kelompok diberikan 0,1 mg artemisinin, 0,5 mg fraksi air kulit manggis, dan kombinasi keduanya tiap ekor per hari sesuai kelompok perlakuan. Seluruh mencit dikorbankan pada akhir penelitian (hari ke-4), kemudian diukur kadar ICAM-1 serum menggunakan metode ELISA.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata kadar ICAM-1 serum pada kelompok perlakuan kulit manggis lebih rendah daripada kelompok kontrol positif, tetapi pada kelompok kombinasi artemisinin+kulit manggis berbeda tidak signifikan dengan kelompok artemisinin dan kelompok kulit manggis.
Dapat disimpulkan bahwa fraksi air kulit manggis berpengaruh pada penurunan kadar ICAM-1 serum, tetapi pada pemberian kombinasi artemsinin+kulit manggis tidak efektif dibanding pemberian terapi tunggal.
(2)
ABSTRACT
THE EFFECT OF MANGOSTEEN PERICARP (Garcinia mangostana L.) WATER FRACTION AND ITS COMBINATION WITH ARTEMISININ TOWARDS ICAM-1 SERUM LEVEL IN MICE INOCULATED WITH
Plasmodium berghei
Les Ley Diana, 2012. 1st supervisor : Khie Khiong, S.Si., M.Si., M.Pham., Sc., Ph.D., PA(K)., dr.
2nd supervisor : Prof. Dr. Susy Tjahjani, dr., M.Kes.
Malaria is still becomes one of many health problems in the world which is infecting both in developing country and also in industrial country. ICAM-1 (intercellular adhesion molecule-1) is one example of a receptor that plays a role in the pathogenesis of malaria, especially cerebral malaria. On its progress, the parasite that causes malaria, Plasmodium, has many anti-malarial drug resistances. Nowadays, Artemisinin and its derivatives are used as the first line drug on malarial treatment. However, artemisinin produce free radical substance that is harmful for the host in its mechanism of action. For this mechanism, antioxidants are needed into this teraphy, such as mangosteen pericarp that contains xanthone, garcinone, and much more. This experiment was for testing the effectiveness of mangosteen pericarp as an antioxidant and its combination with artemisinin towards ICAM-1 level as a parameter on Plasmodium infection.
This research used real laboratory prospective experimental methode with Completely Radomized Design. The experimental models of this research were male-Swiss-Webster-mice were randomly divided into 5 groups (n=6). The negative control was not inoculated with Plasmodium berghei, whereas positive control group, artemisinin group, mangosteen pericarp group, and combination group were inoculated. Each group was given 0.1 mg artemisinin, 0.5 mg mangosteen pericarp water fraction, and combination of both per mice per day according to the treatment group. At the end of the experiment (day-4), all mice were humanly sacrificed, then its ICAM-1 serum level were analyzed using ELISA methode.
The result showed that the ICAM-1 serum level of mangosteen pericarp group was significantly decreased compared to the positive control groups, although the combination group showed didn’t significantly different compared to the single therapy groups.
As conclusion, mangosteen pericarp water fraction decrease ICAM-1 level, but the effectiveness of its combination with artemisinin similar to single therapy. Keywords : malaria, ICAM-1, artemisinin, mangosteen pericarp water fraction
(3)
DAFTAR ISI
Judul Dalam ... (i)
Lembar Persetujuan ... (ii)
Surat Pernyataan ... (iii)
Abstrak ... (iv)
Abstract ...(v)
Kata Pengantar ... (vi)
Daftar Isi ... (viii)
Daftar Tabel ... (xi)
Daftar Gambar ... (xii)
Daftar Lampiran ... (xiii)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 3
1.3 Maksud dan Tujuan ... 3
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 4
1.4.1 Manfaat Praktis ... 4
1.4.2 Manfaat Akademis ... 4
1.5 Kerangka Pemikiran ... 4
1.6 Hipotesis ... 5
1.7 Metodologi Penelitian ... 5
1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Malaria ... 6
2.1.1 Epidemiologi Malaria ... 6
2.1.2 Etiologi ... 7
2.1.3 Siklus Hidup Plasmodium ... 8
(4)
2.1.3.2 Siklus Seksual ... 10
2.1.4 Proses biokimiawi Plasmodium dalam eritrosit ... 11
2.1.5 Patogenesis Malaria ... 12
2.1.6 Gejala Klinis Malaria ... 13
2.1.7 Pencegahan Malaria ... 14
2.1.8 Penatalaksanaan ... 15
2.1.8.1 Penatalaksanaan Malaria secara Umum ... 15
2.1.8.2 Pengobatan Malaria falciparum ... 17
2.1.8.3 Kemoprofilaksis ... 20
2.2 ICAM-1 (Intercelluler cell adhesion molecule-1) ... 20
2.3 Kulit Buah Manggis ... 21
2.4 Artemisinin ... 30
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan/Subjek Penelitian ... 33
3.1.1 Alat penelitian ... 33
3.1.2 Bahan penelitian ... 33
3.1.3 Subjek penelitian ... 33
3.2 Metode Penelitian ... 34
3.2.1 Desain penelitian ... 34
3.2.2 Variabel Penelitian ... 34
3.2.2.1 Definisi Konsepsional Variabel ... 34
3.2.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 34
3.2.3 Besar Sampel penelitian ... 34
3.3 Prosedur penelitian ... 35
3.3.1 Persiapan Bahan Uji ... 35
3.3.2 Thawing Kultur Plasmodium berghei Beku ... 35
3.3.3 Persiapan Hewan Coba ... 35
3.3.4 Sterilisasi Alat ... 36
3.3.5 Prosedur Kerja Penelitian ... 36
3.3.6 Cara Pemeriksaan ... 37
(5)
3.4.1 Hipotesis Statistik... 37
3.4.1.1 Hipotesis I ... 37
3.4.1.2 Hipotesis II ... 38
3.4.2 Kriteria Uji ... 38
3.5 Aspek Etik Penelitian ... 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 39
4.1.1 Ekspresi kadar ICAM-1 ... 39
4.1.2 Analisis Statistik ... 39
4.1.2.1 Hipotesis I ... 39
4.1.2.2 Hipotesis II ... 42
4.2 Pembahasan ... 43
4.3 Uji Hipotesis ... 45
4.3.1 Uji Hipotesis I ... 45
4.3.2 Uji Hipotesis II ... 46
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 47
5.2 Saran ... 47
DAFTAR PUSTAKA ... 48
LAMPIRAN ... 52
RIWAYAT HIDUP ... 61
(6)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Karakteristik Spesies Plasmodium ... 9 Tabel 2.2 Pengobatan lini pertama malaria falciparum menurut kelompok umur
dengan Artesunat – Amodiaquin ... 18 Tabel 2.3 Pengobatan lini pertama malaria falciparum menurut kelompok umur
dengan Dihydroartemisinin + Piperaquin (DHP) ... 18 Tabel 2.4 Data Pengobatan Tradisional dengan Garcinia mangostana ... 22 Tabel 2.5 Kandungan Gizi per 100 gram Buah Manggis (USDA National Nutrient
data base) ... 24 Tabel 2.6 Kandungan Gizi Kulit Manggis ... 25 Tabel 2.7 Kandungan Xanthones dalam kulit buah manggis (G. mangostana) ... 26 Tabel 4.1 Rata-Rata Kadar ICAM-1 hari ke-4 ... 37 Tabel 4.2 ANOVA Efek Fraksi Air Kulit Manggis dan Artemisinin terhadap
Kadar ICAM-1... 38 Tabel 4.3 Kadar ICAM-1 Berdasarkan Hasil Uji Beda Rata-Rata Metode Tukey -
HSD ... 39 Tabel 4.4 ANOVA Perlakuan Kombinasi Artemisinin+Kulit Manggis dengan
Perlakuan Lain terhadap Kadar ICAM-1... 41
(7)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Siklus Hidup Plasmodium ... 9 Gambar 2.2 Buah Manggis (Garcinia mangostana Linn) ... 21 Gambar 2.3 Artemisia annua ... 30 Gambar 2.4 Mekanisme Artemisinin dan Turunannya yang Melalui
Penghambatan Polimerisasi Hem menjadi Hemozoin ... 31 Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Rata-rata Kadar ICAM-1 pada Hari ke-4 ... 40
(8)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Alat dan Subjek Penelitian ... 52
Lampiran 2. Data Hasil Statistik Hari Ke-4 ... 55
Lampiran 3. Cara Buat Fraksi Air Kulit Manggis ... 59
Lampiran 4. Surat Keputusan Persetujuan Komisi Etik Penelitian ... 60
(9)
Lampiran 1. Alat dan Subjek Penelitian
(10)
(11)
(12)
Lampiran 2. Data Hasil Statistik Hari ke-4 Means
Report
Hasil
Perlakuan Mean N Std. Deviation
Std. Error of Mean
Kontrol Negatif 19.97217 6 10.082735 4.116259
KOntrol Positif 165.93183 6 77.697815 31.720000
Artemisinin 39.19183 6 17.037130 6.955379
Ekstrak Kulit Manggis 47.56167 6 24.737283 10.098953
Artemisin + Ekstrak Kulit Manggis
20.64817 6 7.558710 3.085830
Total 58.66113 30 65.704714 11.995985
Report
Hasil
Perlakuan Minimum Maximum
Kontrol Negatif 5.029 32.003
KOntrol Positif 66.735 255.150
Artemisinin 20.165 61.439
Ekstrak Kulit Manggis 18.781 84.683 Artemisin + Ekstrak Kulit
Manggis
8.794 29.206
Total 5.029 255.150
ANOVA
Hasil
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 89706.460 4 22426.615 15.798 .000
Within Groups 35489.715 25 1419.589
(13)
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons Hasil
Tukey HSD
(I) Perlakuan (J) Perlakuan Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.
KOntrol Positif -145.959667* 21.753073 .000
Artemisinin -19.219667 21.753073 .900
Ekstrak Kulit Manggis -27.589500 21.753073 .712 Kontrol Negatif
Artemisin + Ekstrak Kulit Manggis
-.676000 21.753073 1.000
Kontrol Negatif 145.959667* 21.753073 .000
Artemisinin 126.740000* 21.753073 .000
Ekstrak Kulit Manggis 118.370167* 21.753073 .000 KOntrol Positif
Artemisin + Ekstrak Kulit Manggis
145.283667* 21.753073 .000
Kontrol Negatif 19.219667 21.753073 .900
KOntrol Positif -126.740000* 21.753073 .000
Ekstrak Kulit Manggis -8.369833 21.753073 .995 Artemisinin
Artemisin + Ekstrak Kulit Manggis
18.543667 21.753073 .911
Kontrol Negatif 27.589500 21.753073 .712
KOntrol Positif -118.370167* 21.753073 .000
Artemisinin 8.369833 21.753073 .995
Ekstrak Kulit Manggis
Artemisin + Ekstrak Kulit Manggis
26.913500 21.753073 .730
Kontrol Negatif .676000 21.753073 1.000
KOntrol Positif -145.283667* 21.753073 .000
Artemisinin -18.543667 21.753073 .911
Artemisin + Ekstrak Kulit Manggis
Ekstrak Kulit Manggis -26.913500 21.753073 .730 *. The mean difference is significant at the 0.05 level.
(14)
Hasil Tukey HSD
95% Confidence Interval
(I) Perlakuan (J) Perlakuan Lower Bound Upper Bound
KOntrol Positif -209.84565 -82.07369
Artemisinin -83.10565 44.66631
Ekstrak Kulit Manggis -91.47548 36.29648 Kontrol Negatif
Artemisin + Ekstrak Kulit Manggis
-64.56198 63.20998
Kontrol Negatif 82.07369 209.84565
Artemisinin 62.85402 190.62598
Ekstrak Kulit Manggis 54.48419 182.25615 KOntrol Positif
Artemisin + Ekstrak Kulit Manggis
81.39769 209.16965
Kontrol Negatif -44.66631 83.10565
KOntrol Positif -190.62598 -62.85402
Ekstrak Kulit Manggis -72.25581 55.51615 Artemisinin
Artemisin + Ekstrak Kulit Manggis
-45.34231 82.42965
Kontrol Negatif -36.29648 91.47548
KOntrol Positif -182.25615 -54.48419
Artemisinin -55.51615 72.25581
Ekstrak Kulit Manggis
Artemisin + Ekstrak Kulit Manggis
-36.97248 90.79948
Kontrol Negatif -63.20998 64.56198
KOntrol Positif -209.16965 -81.39769
Artemisinin -82.42965 45.34231
Artemisin + Ekstrak Kulit Manggis
(15)
Homogeneous Subsets
Hasil
Tukey HSDa
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2
Kontrol Negatif 6 19.97217
Artemisin + Ekstrak Kulit Manggis
6 20.64817
Artemisinin 6 39.19183
Ekstrak Kulit Manggis 6 47.56167
KOntrol Positif 6 165.93183
Sig. .712 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
ANOVA
Hasil
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 2276.516 2 1138.258 3.560 .054
Within Groups 4796.655 15 319.777
(16)
Lampiran 3. Cara Buat Fraksi Air Kulit Manggis
Diamkan selama 1 malam
Filtrat + endapan
Filtrat dievaporasi Fraksi n-heksan
Endapan + etil
asetat dan air (1:1) diamkan 1 malam filtrat + endapan
Filtrat dievaporasi
Fraksi air Fraksi etil asetat
Fraksi butanol Ekstrak Kulit
Manggis
n-heksan + air (1:1)
Endapan + butanol
dan air (1:1) diamkan 1 malam filtrat + endapan
filtrat dievaporasi Endapan + air diamkan 1 malam
(17)
(18)
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Malaria masih menjadi masalah kesehatan di dunia baik di negara maju maupun di negara berkembang. Penyakit malaria telah menjangkiti 103 negara di dunia. Populasi orang yang terjangkit mencapai lebih dari 2,5 milyar orang dan menyebabkan 1 hingga 3 juta kematian setiap tahunnya di seluruh dunia. Malaria terutama ditemukan di negara-negara beriklim tropis dan subtropik. Menurut WHO, saat ini diperkirakan di seluruh dunia sekitar 300 sampai 600 juta kasus klinis malaria dijumpai setiap tahunnya (WHO, 2000), dan penyakit ini mampu membunuh anak setiap 20 detiknya dan menjadi penyakit yang paling mematikan (Mukhtar, 2003).
Di Indonesia, malaria sampai saat ini masih termasuk masalah kesehatan masyarakat. Dari data hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2001 menunjukkan jumlah penderita malaria klinis di seluruh Indonesia mencapai 15 juta orang dengan jumlah kematian sebanyak 43 ribu jiwa. Jumlah penderita malaria cenderung terus mengalami peningkatan tiap tahun. Pada tahun 2006, wabah malaria dinyatakan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) di 7 provinsi, dengan jumlah penderita mencapai 1.107 orang, 23 diantaranya meninggal. Sedangkan pada tahun 2007, KLB terjadi di 8 provinsi, dengan jumlah penderita mencapai 1.256 orang dan 74 penderitanya meninggal dunia (Zubersafawi, 2009). Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit Plasmodium. Ada 4 tipe
Plasmodium yang menyebabkan malaria pada manusia, yaitu Plasmodium vivax,
Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale. Dari hasil studi terbaru didapatkan adanya spesies Plasmodium baru yang dapat menginfeksi manusia, yaitu Plasmodium knowlesi (Marano & Freedman, 2009). Penularan penyakit malaria ini diperantarai oleh nyamuk Anopheles sp. betina melalui cucukannya. Plasmodium falciparum adalah penyebab malaria yang paling mematikan (WHO, 2007) dan dapat menyebabkan malaria otak atau cerebral malaria (Vandewalle, 2001).
(19)
Pada malaria terjadi peningkatan radikal bebas karena parasit yang hidup dalam lingkungan prooksidan. ICAM-1 (Intercellular Adhesion Molecule-1) atau CD54 merupakan salah satu contoh reseptor yang berperan dalam patogenesis malaria. Peningkatan konsentrasinya yang signifikan disebabkan oleh adanya stimulasi sitokin, misalnya interleukin-1 (IL-1) dan tumor necrosis factor alpha (TNF-α) yang diekspresikan oleh endotel vaskular, makrofag, dan limfosit (Shrikant et al., 1994). Selain itu, ICAM-1 merupakan pengikat untuk LFA-1 (lymphocyte function-associated antigen-1) yaitu reseptor yang ditemukan pada leukosit (Janeway et al., 2001; Yang, L. et al., 2005). Pada sebuah penelitian juga didapatkan bahwa pada anak-anak yang terinfeksi malaria pada fase akut terjadi penurunan kadar antioksidan dalam plasmanya (Metzger et al, 2000). Sel darah merah yang terinfeksi parasit akan menstimulasi respon imun dalam tubuh sehingga sel Th1 akan memproduksi IFN-γ yang selanjutnya menstimulasi makrofag menghasilkan TNF-α. Kemudian ekspresi reseptor sel-sel endotel otak pun meningkat yang salah satunya ditandai dengan meningkatnya kadar ICAM-1 pada penderita.
Dalam pengupayaan untuk menekan angka kesakitan dan kematian, maka dilaksanakan program pemberantasan malaria yang ditargetkan untuk memutus mata rantai penularan malaria. Obat malaria yang ideal adalah obat yang efektif untuk semua jenis dan stadium malaria, baik infeksi akut maupun laten, memiliki efek samping ringan dan toksisitas rendah (Syamsudin, 2005). Obat lini pertama yang dipakai awalnya adalah golongan Klorokuin, akan tetapi, sejak tahun 1973 ditemukan adanya kasus resistensi Plasmodium falciparum terhadap klorokuin. Kasus resistensi ini makin meluas yang kemudian juga dilaporkan adanya kasus resistensi Plasmodium terhadap Sulfadoksin-Pirimethamin (SP). Mekanisme resistensi parasit Plasmodium ini terhadap antimalaria bergantung pada mutasi genetik dari parasit malaria tersebut. Resistensi terhadap satu obat menyebabkan adanya respon yang tertunda pada obat antimalaria tersebut sehingga terjadi rekurensi infeksi. Akibatnya terjadi peningkatan gametosit parasit yang ikut meningkatkan transmisinya sehingga kasus klinis penyakit malaria ikut meningkat. Makin tinggi insidensi kasus klinis yang ada, makin banyak obat yang digunakan dalam pengobatan malaria sehingga kasus resistensi obat pun ikut
(20)
makin tinggi pula. Oleh sebab itu, saat ini pemerintah merekomendasikan obat pilihan pengganti klorokuin dan SP terhadap Plasmodium, yaitu kombinasi artemisinin yang disebut ACT (Artemisinin Combination Therapy) (DepKes RI, 2008).
Artemisinin merupakan suatu senyawa yang terkandung dalam tanaman
Artemisia annua yang telah berabad-abad digunakan dalam pengobatan tradisional China sebagai pengobatan demam dan malaria dengan nama qinghaosu (arteannuin). ACT sampai saat ini dipercaya sebagai pengobatan malaria lini pertama. Akan tetapi, ACT memiliki efek samping prooksidan dengan adanya unsur radikal bebas di dalamnya. Oleh sebab itu, dicari obat lain yang dapat mengurangi efek samping tersebut.
Dari hasil studi yang lain, didapatkan bahwa kulit manggis memiliki kandungan antioksidan yang sekaligus punya efek antimalaria, yaitu xanton, mangostin, garsinon, flavonoid dan tanin (Heyne, 1997; Soedibyo, 1998).
Berdasarkan uraian latar belakang peneliti melakukan penelitian mengenai “pengaruh fraksi air kulit manggis dan kombinasinya dengan artemisinin terhadap kadar ICAM-1 serum pada mencit yang diinokulasi Plasmodium berghei”.
1.2Identifikasi Masalah
1) Apakah pemberian fraksi air kulit buah manggis dapat menurunkan kadar ICAM-1 pada mencit yang diinokulasi Plasmodium berghei.
2) Apakah efektivitas kombinasi fraksi air kulit manggis dan artemisinin lebih baik dibanding pemberian artemsinin saja.
1.3Maksud dan Tujuan
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek fraksi air kulit manggis dan kombinasinya dengan artemisinin sebagai antimalaria.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur atau menilai fraksi air kulit manggis dan kombinasinya dalam menurunkan kadar ekspresi ICAM-1 pada mencit yang diinokulasi Plasmodium berghei.
(21)
1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah a. Manfaat praktis
Fraksi air kulit manggis dapat digunakan oleh masyarakat sebagai obat antimalaria
b. Manfaat akademis
Memberikan informasi ilmiah mengenai efek fraksi air kulit manggis terhadap penurunan kadar ekspresi ICAM-1 pada infeksi penyakit malaria.
1.5Kerangka Pemikiran
Dalam patogenesisnya, infeksi malaria berhubungan erat dengan peningkatan kadar radikal bebas yang beredar dalam tubuh. Peningkatan ini ditandai dengan peningkatan salah satu reseptor sel endotel, yaitu ICAM-1 (Intercellular Adhesion Molecule-1). Pengobatan malaria yang lazim digunakan adalah klorokuin dan SP (Sulfadoksin-Pirimetamin). Akan tetapi, telah banyak dilaporkan adanya resistensi parasit Plasmodium terhadap obat-obatan tersebut. Oleh sebab itu, pemerintah menyarankan penggunaan Artemisinin Combination Therapy (ACT). Artemisinin yang merupakan senyawa sesquiterpen lakton yang mengandung jembatan endoperoksida ini memiliki efek antimalaria yang baik. Hasil radikal bebas yang timbul dari pengkatalisisan oleh heme dapat membunuh parasit Plasmodium. Pada pemberian artemisinin ini dapat menekan produksi kadar ICAM-1 akibat dari kematian parasit Plasmodium. Akan tetapi, pada mekanisme kerja yang disebut di atas tadi, artemisinin ini juga menghasilkan unsur radikal bebas yang juga menimbulkan peningkatan ICAM-1 penderita. Oleh sebab itu, perlu pemberian antioksidan pada pengobatan menggunakan artemisinin ini untuk memperlambat dan mencegah terjadinya proses oksidasi lipid efek radikal bebas.
Kulit buah manggis (Garcinia mangostana) memiliki aktivitas antimalaria yang juga sebagai antioksidan sehingga dapat menekan peningkatan kadar ICAM-1 pada serum penderita malaria. Efek antioksidan kulit manggis yang dinilai lebih kuat dibandingkan vitamin C dan E dapat menghambat peroksidasi lipid efek radikal bebas hasil kerja artemisinin. Oleh karena sifat antioksidan ini, maka dibuat kombinasi antara artemisinin dan fraksi air kulit manggis. Dan dalam penelitian ini akan diteliti mengenai efek kombinasi dari kedua obat tersebut.
(22)
Pada penelitian ini parasit yang digunakan adalah Plasmodium berghei yang diinokulasikan pada mencit. Digunakannya Plasmodium ini karena terbukti
adanya analog dengan Plasmodium yang menyebabkan malaria pada manusia dan
juga karena isolasi serta distribusinya yang lebih mudah dibandingkan dengan
Plasmodium malaria lain pada hewan pengerat.
1.6Hipotesis
1) Fraksi air kulit buah manggis menurunkan kadar ekspresi ICAM-1 pada mencit yang diinokulasi Plasmodium berghei.
2) Efektivitas pemberian kombinasi fraksi air kulit manggis dan artemisinin lebih baik dibanding pemberian artemisinin saja.
1.7Metodologi Penelitian
Penelitian bersifat prospektif eksperimental sungguhan, komparatif dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Data yang diperoleh dalam presentase, dianalisis dengan menggunakan uji One Way Analysis Of Variance (ANOVA) dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Tukey HSD dengan α=0,05 di mana suatu perbedaan dikatakan bermakna jika p≤0,05.
1.8Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi : Laboratorium Pusat Penelitian Ilmu Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung
(23)
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
• Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian fraksi air kulit manggis dapat menurunkan kadar ekspresi dari ICAM-1 pada mencit yang diinokulasi Plasmodium berghei
• Pada pemberian kombinasi artemisinin dan fraksi air kulit manggis tidak menunjukkan hasil yang lebih baik daripada pemberian obat tunggal (artemisinin/kulit manggis) dalam menurunkan kadar ICAM-1.
5.2 Saran
• Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai efek kombinasi artemisinin dan fraksi air kulit manggis terhadap kadar ekspresi dari ICAM-1 mencit yang diinokulasi Plasmodium berghei baik dari pertimbangan dosis pemberian maupun waktu lamanya pemberian pada subjek penelitian. • Perlu adanya uji klinis untuk mengetahui lebih lanjut efek dari kulit
(24)
DAFTAR PUSTAKA
Adedeji A., et al. 2011. Exposure to anti-malarial drugs and monitoring of adverse drug reactions using toll-free mobile phone calls in private retail sector in Sagamu, Nigeria: implications for pharmacovigilance. Malaria Journal, 10 : 230
Asep M. S., Khoiruddin. 2008. Ekstraksi, filtrasi membran dan uji stabilitas zat
warna dari kulit manggis (Garcinia mangostana). Teknik Kimia Universitas Diponegoro
Atemnkeng M.A., Cock K.D., Vercammen J.P., 2007. Quality control of active ingredients in artemisinin-derivative antimalarials within Kenya and DR Congo. Tropical Medicine and International Health, 12 : 68-74
Avery M.A., et al. 2002. Structure-Activity Relationships of the Antimalarial Agent Artemisinin. 6. The Development of Predictive In Vitro Potency Models Using CoMFA and HQSAR Methodologies. J. Med. Chem., 45 : 292-303
Brown G. 2010. The biosynthesis of artemisinin (Qinghaosu) and the phytochemistry of Artemisia annua L. (Qinghao). Molecules, 15 : 7603-7698
Buonsenso D., Cataldi L. 2010. Watch out for malaria: still a leading cause of child death worldwide. Italian Journal of Pediatrics, 36 : 58-7
Chaverri J., Rodriguez N., Ibarra M., Rojas J. 2008. Medicinal properties of mangosteen (Garcinia mangostana). Food and Chemical Toxicology, 46 : 3227-3239
Depkes. 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta, Pusat Data dan Informasi Kesehatan
Depkes. 2011. Epidemiologi Malaria di Indonesia. Buletin Data dan Informasi Kesehatan. Jakarta, Pusat Data dan Informasi Kesehatan
Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departeman Kesehatan RI. 2008. Pedoman Penatalaksana Kasus Malaria
di Indonesia.
http://www.pppl.depkes.go.id/_asset/_download/Pedoman_Penatalaksana_ Kasus_Malaria_di_Indonesia.pdf. 08 Januari 2012
(25)
Dondorp A. M., et al. 2009 . Artemisinin Resistance in Plasmodium falciparum Malaria. N Engl J Med, 361 : 455-467
Erdemoglu N., Orhan I., Kartal., Adiguzel N., Bani B. 2007. Determination of Artemisinin in selected Artemisia L. species of Turkey by Reversed Phase HPLC. ACG Publications, 1 : 36-43
Ersam T., Santosa M., Widyawaruyanti A. 2008. Kajian bioaktivitas dan mekanisme aksi antimalaria dari senyawa santon pada tumbuhan wadung
(Garcinia tetranda Pierre). Laporan Akhir Penelitian HPTP, LPPM-ITS. Surabaya
Hadi K. 2011. Efek pemberian α-mangostin dari Garcinia tetranda Pierre
terhadap morfologi Plasmodium falciparum. J. Trop. Pharm. Chem.,
2(1):102-106
Ivan S. P., Titi W. N., Yasmiwar S. 2009. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Golongan Xanton dari Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). http://journal.uii.ac.id/index.php/JIF/article/viewFile/471/382. 08 Januari 2012
Jerry. 2010. Malaria. http://eprints.undip.ac.id/21280/1/Jerry.pdf. 09 Januari 2012
Kabanywanyi A. M., Mwita A., Sumari D., Mandike R., Mugittu K., Abdulla S. 2007. Efficacy and safety of artemisinin-based antimalarial in the treatment of uncomplicated malaria in children in southern Tanzania. Malaria Journal, 6 : 146-5
Kondo M., Zhang L., Ji H., Kou Y., Ou B. 2009. Bioavailability and antioxidant effects of a xanthone-rich mangosteen (Garcinia mangostana) Product in Humans. Journal of Agricultural Food Chemical, 57 : 8788-8792
Krishna S., Uhlemann A., Haynes R. 2004. Artemisinins : mechanisms of action and potential for resistance. Drug Resistance Update, 7 : 233-244
Kulkarni A. V., Kasturi L., Amin A., Mashankar V. 2000. Therapy and drug resistance in malaria. Indian J Pediatric, 67 : 33-35
Leitner W. W., Leitner E. S. B., Angov E. 2010. Comparison of Plasmodium berghei challenge models for the evaluation of pre-erythrocytic malaria vaccines and their effect on perceived vaccine efficacy. Malaria Journal, 9 : 145-12
(26)
Leverque F., Seeberger P.H., 2012. Continuous-flow synthesis of the anti-malaria drug Artemisinin. Angewandte Communications, 51 : 1706-1709
Li J., Zhou B. 2010. Biological actions of artemisinin : insights from medicinal chemistry studies. Molecules, 15 : 1378-1397
Longley R., et al. 2011. Host resistance to malaria: using mouse models to explore the host response. Mamm Genome, 22 : 32-42
Ludwig U., et al. 2003. Artemisinins target the SERCA of Plasmodium falciparum. Nature, 424 : 957-961
Mahabusarakam W., Kuaha K., Wilairat P., Taylor W. 2006. Prenylated xanthones as potential antiplasmodial subtances. Planta Med, 72 : 912-916 Maniari P., Praptiwi. 2010. Uji aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah manggis
(Garcinia mangostana Linn). Media Litbang Kesehatan, 2(10) : 65-69 Mega V., Taslim E., Suprapto. 2010. Pengujian Senyawa Santon sebagai
Antimalaria dengan Metode Voltametri Siklis.
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-9879-Paper.pdf. 30 Agustus 2012
Nining X. 2010. Skripsi Malaria.
http://askepdoumbojo.blogspot.com/2010/12/skripsi-malaria-bab-i.html. 11 Desember 2011
Pedro M., Cerqueira F., Sousa M. E., Naseimento M. S. J., Pinto M. 2002. Xanthones as inhibitors of growth of human cancer cell lines and their effects on the proliferation of human lynphocytes in vitro. Bioorganic & medicinal chemistry, 10 : 3725-3730
Pinheiro J.C., Kiralj R., Ferreira M.M.C., 2003. Artemisinin derivatives with antimalarial activity against Plasmodium falciparum designed with the aid of quantum chemical and partial least squares methods. QSAR & Combinatorial Science, 22 : 830-842
Sanchez D., Quispe S., Rosa P., Meireles M. A. A., Zetzl C., Brunner G.
Extraction of the antimalarial artemisinin from artemisia annua l. Leaves
with supercritical CO2.
http://www.isasf.net/fileadmin/files/Docs/Versailles/Papers/PN36.pdf. 05 Oktober 2012
(27)
Sharma R., Dutta A. K. 2011. Malarian and national vector borne disease control programme. Indian J Pediatric, 78(12) : 1527-1535
Sherman I.W. 1998. Malaria, parasite biology, pathogenesis and protection. Washington, D.C. (USA) : American Society for Microbiology Press
Susy T., Khiong K. 2010. Potemsi Buah Merah Sebagai Antioksidan dalam
Mengatasi Malaria Berghei pada Mencit Strain Balb/C.
http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/download/523/ 636. 12 Januari 2012
Syamsudin. 2005. Mekanisme kerja obat antimalaria. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, 1(3) : 37-40
Tonmunphean S., Parasuk V., Kokpol S. 2005. Theoretical investigations on reaction mechanisms of artemisinin compounds : effect of structure on knetic energy profile and antimalarial activity. Journal of Molecular
Structure : THEOCHEM, 724 : 99-105
Wiwin S., Endang D. W., Lia K. 2010. Uji aktivitas antioksidan dan penentuan kandungan antosianin total kulit buah manggis (Garcinia mangostana L).
Majalah Obat Tradisional, 15(2) : 64-70
WHO. 2011. Global plan for artemisinin resistance containment. http://www.who.int/malaria/publications/atoz/artemisinin_resistance_contai nment_2011.pdf. 15 September 2012
Yadav J.S., Babu R.S, Sabitha G., 2003. Total synthesis of (+) Artemisinin.
Arkivoc, iii : 125-139
Zeily N. 2003. Artemisinin, Pembunuh Parasit Malaria.
http://www.unisosdem.org/kliping_detail.php?aid=2652&coid=1&caid=56. 12 Desember 2011
(1)
Pada penelitian ini parasit yang digunakan adalah Plasmodium berghei yang diinokulasikan pada mencit. Digunakannya Plasmodium ini karena terbukti adanya analog dengan Plasmodium yang menyebabkan malaria pada manusia dan juga karena isolasi serta distribusinya yang lebih mudah dibandingkan dengan Plasmodium malaria lain pada hewan pengerat.
1.6Hipotesis
1) Fraksi air kulit buah manggis menurunkan kadar ekspresi ICAM-1 pada mencit yang diinokulasi Plasmodium berghei.
2) Efektivitas pemberian kombinasi fraksi air kulit manggis dan artemisinin lebih baik dibanding pemberian artemisinin saja.
1.7Metodologi Penelitian
Penelitian bersifat prospektif eksperimental sungguhan, komparatif dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Data yang diperoleh dalam presentase, dianalisis dengan menggunakan uji One Way Analysis Of Variance (ANOVA) dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Tukey HSD dengan α=0,05 di mana suatu perbedaan dikatakan bermakna jika p≤0,05.
1.8Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi : Laboratorium Pusat Penelitian Ilmu Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung
(2)
5.1 Simpulan
• Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian fraksi air kulit manggis dapat menurunkan kadar ekspresi dari ICAM-1 pada mencit yang diinokulasi Plasmodium berghei
• Pada pemberian kombinasi artemisinin dan fraksi air kulit manggis tidak menunjukkan hasil yang lebih baik daripada pemberian obat tunggal (artemisinin/kulit manggis) dalam menurunkan kadar ICAM-1.
5.2 Saran
• Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai efek kombinasi artemisinin dan fraksi air kulit manggis terhadap kadar ekspresi dari ICAM-1 mencit yang diinokulasi Plasmodium berghei baik dari pertimbangan dosis pemberian maupun waktu lamanya pemberian pada subjek penelitian.
• Perlu adanya uji klinis untuk mengetahui lebih lanjut efek dari kulit manggis dalam pengobatan terhadap malaria.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Adedeji A., et al. 2011. Exposure to anti-malarial drugs and monitoring of adverse drug reactions using toll-free mobile phone calls in private retail sector in Sagamu, Nigeria: implications for pharmacovigilance. Malaria Journal, 10 : 230
Asep M. S., Khoiruddin. 2008. Ekstraksi, filtrasi membran dan uji stabilitas zat warna dari kulit manggis (Garcinia mangostana). Teknik Kimia Universitas Diponegoro
Atemnkeng M.A., Cock K.D., Vercammen J.P., 2007. Quality control of active ingredients in artemisinin-derivative antimalarials within Kenya and DR Congo. Tropical Medicine and International Health, 12 : 68-74
Avery M.A., et al. 2002. Structure-Activity Relationships of the Antimalarial Agent Artemisinin. 6. The Development of Predictive In Vitro Potency Models Using CoMFA and HQSAR Methodologies. J. Med. Chem., 45 : 292-303
Brown G. 2010. The biosynthesis of artemisinin (Qinghaosu) and the phytochemistry of Artemisia annua L. (Qinghao). Molecules, 15 : 7603-7698
Buonsenso D., Cataldi L. 2010. Watch out for malaria: still a leading cause of child death worldwide. Italian Journal of Pediatrics, 36 : 58-7
Chaverri J., Rodriguez N., Ibarra M., Rojas J. 2008. Medicinal properties of mangosteen (Garcinia mangostana). Food and Chemical Toxicology, 46 : 3227-3239
Depkes. 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta, Pusat Data dan Informasi Kesehatan
Depkes. 2011. Epidemiologi Malaria di Indonesia. Buletin Data dan Informasi Kesehatan. Jakarta, Pusat Data dan Informasi Kesehatan
Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departeman Kesehatan RI. 2008. Pedoman Penatalaksana Kasus Malaria
di Indonesia.
http://www.pppl.depkes.go.id/_asset/_download/Pedoman_Penatalaksana_ Kasus_Malaria_di_Indonesia.pdf. 08 Januari 2012
(4)
Dondorp A. M., et al. 2009 . Artemisinin Resistance in Plasmodium falciparum Malaria. N Engl J Med, 361 : 455-467
Erdemoglu N., Orhan I., Kartal., Adiguzel N., Bani B. 2007. Determination of Artemisinin in selected Artemisia L. species of Turkey by Reversed Phase HPLC. ACG Publications, 1 : 36-43
Ersam T., Santosa M., Widyawaruyanti A. 2008. Kajian bioaktivitas dan mekanisme aksi antimalaria dari senyawa santon pada tumbuhan wadung
(Garcinia tetranda Pierre). Laporan Akhir Penelitian HPTP, LPPM-ITS. Surabaya
Hadi K. 2011. Efek pemberian α-mangostin dari Garcinia tetranda Pierre terhadap morfologi Plasmodium falciparum. J. Trop. Pharm. Chem.,
2(1):102-106
Ivan S. P., Titi W. N., Yasmiwar S. 2009. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Golongan Xanton dari Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). http://journal.uii.ac.id/index.php/JIF/article/viewFile/471/382. 08 Januari 2012
Jerry. 2010. Malaria. http://eprints.undip.ac.id/21280/1/Jerry.pdf. 09 Januari 2012
Kabanywanyi A. M., Mwita A., Sumari D., Mandike R., Mugittu K., Abdulla S. 2007. Efficacy and safety of artemisinin-based antimalarial in the treatment of uncomplicated malaria in children in southern Tanzania. Malaria Journal, 6 : 146-5
Kondo M., Zhang L., Ji H., Kou Y., Ou B. 2009. Bioavailability and antioxidant effects of a xanthone-rich mangosteen (Garcinia mangostana) Product in Humans. Journal of Agricultural Food Chemical, 57 : 8788-8792
Krishna S., Uhlemann A., Haynes R. 2004. Artemisinins : mechanisms of action and potential for resistance. Drug Resistance Update, 7 : 233-244
Kulkarni A. V., Kasturi L., Amin A., Mashankar V. 2000. Therapy and drug resistance in malaria. Indian J Pediatric, 67 : 33-35
Leitner W. W., Leitner E. S. B., Angov E. 2010. Comparison of Plasmodium berghei challenge models for the evaluation of pre-erythrocytic malaria vaccines and their effect on perceived vaccine efficacy. Malaria Journal, 9 : 145-12
(5)
Leverque F., Seeberger P.H., 2012. Continuous-flow synthesis of the anti-malaria drug Artemisinin. Angewandte Communications, 51 : 1706-1709
Li J., Zhou B. 2010. Biological actions of artemisinin : insights from medicinal chemistry studies. Molecules, 15 : 1378-1397
Longley R., et al. 2011. Host resistance to malaria: using mouse models to explore the host response. Mamm Genome, 22 : 32-42
Ludwig U., et al. 2003. Artemisinins target the SERCA of Plasmodium falciparum. Nature, 424 : 957-961
Mahabusarakam W., Kuaha K., Wilairat P., Taylor W. 2006. Prenylated xanthones as potential antiplasmodial subtances. Planta Med, 72 : 912-916 Maniari P., Praptiwi. 2010. Uji aktivitas antibakteri ekstrak kulit buah manggis
(Garcinia mangostana Linn). Media Litbang Kesehatan, 2(10) : 65-69 Mega V., Taslim E., Suprapto. 2010. Pengujian Senyawa Santon sebagai
Antimalaria dengan Metode Voltametri Siklis.
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-9879-Paper.pdf. 30
Agustus 2012
Nining X. 2010. Skripsi Malaria.
http://askepdoumbojo.blogspot.com/2010/12/skripsi-malaria-bab-i.html. 11 Desember 2011
Pedro M., Cerqueira F., Sousa M. E., Naseimento M. S. J., Pinto M. 2002. Xanthones as inhibitors of growth of human cancer cell lines and their effects on the proliferation of human lynphocytes in vitro. Bioorganic & medicinal chemistry, 10 : 3725-3730
Pinheiro J.C., Kiralj R., Ferreira M.M.C., 2003. Artemisinin derivatives with antimalarial activity against Plasmodium falciparum designed with the aid of quantum chemical and partial least squares methods. QSAR & Combinatorial Science, 22 : 830-842
Sanchez D., Quispe S., Rosa P., Meireles M. A. A., Zetzl C., Brunner G.
Extraction of the antimalarial artemisinin from artemisia annua l. Leaves
with supercritical CO2.
http://www.isasf.net/fileadmin/files/Docs/Versailles/Papers/PN36.pdf. 05
(6)
Sharma R., Dutta A. K. 2011. Malarian and national vector borne disease control programme. Indian J Pediatric, 78(12) : 1527-1535
Sherman I.W. 1998. Malaria, parasite biology, pathogenesis and protection. Washington, D.C. (USA) : American Society for Microbiology Press
Susy T., Khiong K. 2010. Potemsi Buah Merah Sebagai Antioksidan dalam Mengatasi Malaria Berghei pada Mencit Strain Balb/C. http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/download/523/ 636. 12 Januari 2012
Syamsudin. 2005. Mekanisme kerja obat antimalaria. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, 1(3) : 37-40
Tonmunphean S., Parasuk V., Kokpol S. 2005. Theoretical investigations on reaction mechanisms of artemisinin compounds : effect of structure on knetic energy profile and antimalarial activity. Journal of Molecular Structure : THEOCHEM, 724 : 99-105
Wiwin S., Endang D. W., Lia K. 2010. Uji aktivitas antioksidan dan penentuan kandungan antosianin total kulit buah manggis (Garcinia mangostana L).
Majalah Obat Tradisional, 15(2) : 64-70
WHO. 2011. Global plan for artemisinin resistance containment.
http://www.who.int/malaria/publications/atoz/artemisinin_resistance_contai nment_2011.pdf. 15 September 2012
Yadav J.S., Babu R.S, Sabitha G., 2003. Total synthesis of (+) Artemisinin.
Arkivoc, iii : 125-139
Zeily N. 2003. Artemisinin, Pembunuh Parasit Malaria.
http://www.unisosdem.org/kliping_detail.php?aid=2652&coid=1&caid=56. 12 Desember 2011