Pengaruh Pemungutan Pajak Hiburan terhadap Penerimaan Pajak Daerah Kota Bandung (Studi Kasus pada Dinas Pendapatan Kota Bandung).

(1)

vii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian yang berjudul “Pengaruh Pemungutan Pajak Hiburan Terhadap Penerimaan Pajak Daerah Kota Bandung” adalah: (1) Untuk mengetahui bagaimanakah Pemerintah Kota Bandung menjalankan perpajakan. (2) Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pemungutan Pajak Hiburan terhadap Penerimaan Pajak Daerah Kota Bandung. Penelitian dilakukan pada Dinas Pendapatan Kota Bandung di Jalan Wastukencana No. 2 Bandung.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analitis yang dilakukan dengan cara mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data dari data Penerimaan Asli Daerah Kota Bandung dari tahun 2010. Data tersebut kemudian diolah secara manual dan pengujian dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi, analisis determinasi, T Test for Coefficient of Corellation, dan analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara variabel pajak hiburan (X) secara signifikan tidak berpengaruh terhadap penerimaan pajak daerah (Y) dengan koefisien korelasi sebesar sebesar 0,46 dengan tingkat signifikan 1,65. Secara variabel pajak hiburan (X) mempengaruhi penerimaan pajak daerah (Y) sebesar 0,2141 atau 21,41% sedangkan sisanya 78,59% merupakan kontribusi variabel pajak lainnya dalam pajak daerah.


(2)

viii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

The purpose of this research entitled “The Influence of Entertainment Tax Collection to The Local Tax Revenue of Bandung” is : (1) to figure out how the local government of Bandung city in running the taxation. (2) To figure out to what extend does the collection of entertainment tax affected the tax income of the local government of Bandung. The research conducted on Dinas Pendapatan Kota Bandung located in Jalan Wastukencana No. 2 Bandung.

The research conducted using the descriptive analytical model which includes information gathering, information processing, and information analysis from the data of the original income of Bandung in 2010. The data will be processed by manual, and the tests including correlation analysis, determination analysis, T Test for Coefficient of Corellation, and regression analysis. The research results showed that in variable, entertainment tax (X) not significantly influence local tax with correlation coefficient 0,46 and significance level of 1,65. Reffering to the variable of entertainment tax (X), local tax revenue sum of 0,2141 or 21,41%, whereas the 78,59% is the contribution of other tax variables in local tax revenue.


(3)

ix Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka ... 7

2.1.1 Pajak ... 7


(4)

x Universitas Kristen Maranatha

2.1.1.2 Jenis Pajak ... 8

2.1.1.3 Fungsi Pajak ... 9

2.1.1.4 Syarat Pemungutan Pajak ... 10

2.1.1.5 Dasar Pungutan Pajak ... 11

2.1.1.6 Sistem Pemungutan Pajak ... 13

2.1.1.7 Asas Pengenaan Pajak ... 14

2.1.1.8 Asas Pemungutan Pajak ... 15

2.1.2 Pendapatan Asli Daerah ... 15

2.1.3 Retribusi Daerah ... 16

2.1.4 Pajak Daerah ... 16

2.1.4.1 Objek Pajak ... 17

2.1.4.2 Subjek dan Wajib Pajak ... 18

2.1.4.3 Tarif Pajak Daerah ... 19

2.1.4.4 Dasar Pengenaan Pajak ... 21

2.1.4.5 Cara Perhitungan Pajak ... 22

2.1.4.6 Sistem Pemungutan Pajak Daerah .... ... 23

2.1.4.7 Pemungutan Pajak Daerah ... 24

2.1.5 Pajak Hiburan ... 25

2.1.5.1 Dasar Hukum Pemungutan Pajak Hiburan ... 27

2.1.5.2 Objek Pajak Hiburan ... 27

2.1.5.3 Bukan Objek Pajak Hiburan ... 28

2.1.5.4 Subjek Pajak dan Wajib Pajak Hiburan ... 29

2.1.5.5 Dasar Pengenaan Pajak Hiburan ... 29


(5)

xi Universitas Kristen Maranatha

2.1.5.7 Perhitungan Pajak Hiburan ... 32

2.1.5.8 Masa Pajak, Tahun Pajak, Saat Terutang Pajak, dan Wilayah Pemungutan Pajak Hiburan ... 32

2.1.5.9 Pengukuhan Wajib Pajak ... 33

2.1.5.10Pendaftaran dan Pendataan ... 34

2.1.5.11Pelaporan Pajak dan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) ... 35

2.1.6 Cara Pemungutan Pajak Hiburan ... 36

2.1.7 Penetapan Pajak Hiburan ... 36

2.1.8 Ketetapan Pajak ... 38

2.1.9 Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) ... 38

2.1.10 Pembayaran Pajak Hiburan ... 40

2.1.11 Penagihan Pajak Hiburan ... 42

2.1.12 Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan, Ketetapan, dan Penghapusan Sanksi Administrasi ... 43

2.2 Kerangka Pemikiran ... 45

2.3 Hipotesis ... 46

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 47

3.1.1 Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Bandung ... 47

3.2 Sumber Data ... 56

3.3 Metode Penelitian... 57


(6)

xii Universitas Kristen Maranatha

3.3.2 Operasionalisasi Variabel ... 59

3.4 Teknik Pengolahan Data ... 59

3.4.1 Analisis Korelasi ... 60

3.4.2 Analisis Determinasi ... 61

3.4.3 Analisis Regresi ... 61

3.4.4 T Test For Coefficien of Correlation ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Perpajakan Pemerintah Kota Bandung ... 63

4.1.1 Dasar Pengenaan Pajak Hiburan ... 66

4.1.2 Tarif Pajak Hiburan ... 66

4.1.3 Perhitungan Pajak Hiburan ... 69

4.1.4 Penerimaan Pajak Daerah Kota Bandung Tahun 2010 . 69 4.1.5 Penerimaan Pajak Hiburan Kota Bandung Tahun 2010 70 4.2 Pengaruh Pajak Hiburan Terhadap Penrimaan Pajak Daerah Kota Bandung ... 82

4.2.1 Analisis Pemungutan Pajak Kota Bandung Tahun 2010 83 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 88

5.2 Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 90

LAMPIRAN ... 91 DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS (CURRICULUM VITAE)


(7)

xiii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel I Peneriman Pajak Daerah Tahun 2010 ... 69

Tabel II Peneriman Pajak Hiburan Bulan Januari... 70

Tabel III Peneriman Pajak Hiburan Bulan Februari... 71

Tabel IV Peneriman Pajak Hiburan Bulan Maret... 72

Tabel V Peneriman Pajak Hiburan Bulan April ... 73

Tabel VI Peneriman Pajak Hiburan Bulan Mei ... 74

Tabel VII Peneriman Pajak Hiburan Bulan Juni ... 75

Tabel VIII Peneriman Pajak Hiburan Bulan Juli ... 76

Tabel IX Peneriman Pajak Hiburan Bulan Agustus ... 77

Tabel X Peneriman Pajak Hiburan Bulan September ... 78

Tabel XI Peneriman Pajak Hiburan Bulan Oktober ... 79

Tabel XII Peneriman Pajak Hiburan Bulan November ... 80

Tabel XIII Peneriman Pajak Hiburan Bulan Desember ... 81


(8)

xiv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR


(9)

xv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Tabel T

Lampiran B Formulir Pendaftaran wajib Pajak

Lampiran C Surat Pemberitahuan Pajak Daerah Untuk Pajak Hiburan Lampiran D Surat Ketetapan Pajak Derah

Lampiran E Surat Ketetapan Pajak Derah Kurang Bayar Lampiran F Surat Ketetapan Pajak Derah Nihil

Lampiran G Surat Ketetapan Pajak Derah Lebih Bayar Lampiran H Surat Ketetapan Pajak Derah Tambahan

Lampiran I Surat Ketetapan Pajak Derah Kurang Bayar Tambahan Lampiran J Surat Tagihan Pajak Daerah

Lampiran K Surat Setoran Pajak Daerah Lampiran L Formulir Tanda Terima Lampiran M Surat Teguran

Lampiran N Surat Peringatan Lampiran O Surat Paksa Lampiran P Berita Acara

Lampiran Q Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan Lampiran R Berita Acara Pelaksanaan Sita

Lampiran S Surat Permintaan Pelaksanaan Lelang Lampiran T Surat Perjanjian Angsuran

Lampiran U Surat Permohonan Keberatan Pajak Lampiran V Surat Keputusan Tentang Keberatan Pajak


(10)

xvi Universitas Kristen Maranatha Lampiran W Surat Keputusan Tentang Penolakan Keberatan Pajak


(11)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Secara umum, pajak diartikan sebagai pungutan dari negara kepada rakyatnya, yang sifatnya memaksa. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah termasuk pembiayaan bagi pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang –undang (sehingga dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung. Pajak dipungut berdasarkan norma - norma hukum guna menutup biaya produksi barang - barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum.

Negara Indonesia merupakan negara yang sebagian besar pendapatannya berasal dari pajak. Peranan pajak sangatlah penting bagi penerimaan kas negara, oleh karena itu pemerintah terus berusaha meningkatkan dan menggali setiap potensi yang ada. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin maupun pembangunan nasional. Peran serta dari masyarakat Indonesia dalam membayar pajak sangat diharapkan untuk meningkatkan semua sektor pembangunan. Guna memperlancar pembangunan nasional maka perlu digunakan suatu dana yang berasal dari penerimaan Negara yaitu dari Pemungutan Pajak Daerah.

Pajak daerah adalah pungutan daerah menurut peraturan pajak yang ditetapkan oleh daerah untuk pembiayaan rumah tangganya sebagai badan hukum politik. Pemungutan Pajak Daerah merupakan perwujudan dari pengabdian dan peran wajib


(12)

P E N D A H U L U A N | 2

Universitas Kristen Maranatha pajak untuk langsung dan bersama – sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan Negara dan Pembangunan Nasional.

Dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah agar dapat melaksanakan otonomi khususnya yang berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah, pemerintah menetapkan berbagai kebijakan perpajakan daerah, diantaranya dengan menetapkan UU No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali atas UU No.34 Tahun 2000 dan UU No.18 Tahun 1997. UU No.28 Tahun 2009 yang telah disahkan oleh pemerintah diharapkan dapat lebih mendorong peningkatan pelayanan kepada masyarakat dan kemandirian daerah. Dalam UU tersebut, pajak daerah dan retribusi daerah menjadi salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah sehingga terdapat perluasan objek pajak daerah dan retribusi daerah serta adanya pemberian diskresi (keleluasaan) dalam penerapan tarif.

Pajak daerah akan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Pemerintah daerah membutuhkan biaya dan dana untuk membangun daerah. Pemerintah daerah diberi wewenang untuk menggali sumber dana yang sesuai dengan potensi dan keadaan daerah masing-masing, sehingga nantinya dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk membiayai rumah tangganya sendiri.

Pengertian Pendapatan Daerah menurut Undang - Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, pendapatan daerah merupakan semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Selanjutnya didalam penjelasan atas Undang - Undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah


(13)

P E N D A H U L U A N | 3

Universitas Kristen Maranatha Daerah yang dimaksud dengan PAD adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber - sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku.

Pungutan wajib atas Orang Pribadi atau Badan yang dilakukan oleh pemerintah daerah tanpa kontraprestasi secara langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang – undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Pemungutan pajak daerah oleh pemerintah daerah provinsi maupun kabupaten / kota diatur oleh Undang – undang No.34 tahun 2000. Secara umum sistem pemungutan pajak daerah yang berlaku, adalah: Official Assesment dan Self Assesment. Di dalam official Assesment, wewenang pemungutan pajak ada pada aparat pajak (fiskus). Dalam sistem ini para wajib pajak bersifat pasif dan menunggu ketetapan fiskus mengenai utang pajaknya. Sedangkan di dalam Self Assesment system, wajib pajak harus aktif menghitung dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus disetorkan.

Pelaksanaan pemungutan pajak daerah dilaksanakan oleh Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Bandung. Pemerintah Daerah memberlakukan beberapa jenis pungutan berkaitan dengan Retribusi Daerah. Beberapa pungutan tersebut diatur dalam Peraturan Daerah masing - masing dengan merujuk pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah. Adapun salah satu objek pajak daerah yang dikelola oleh Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Bandung adalah Pajak Hiburan. Menurut Peraturan Daerah No.28 tentang Pajak Hiburan (2002:1) : “Pajak Hiburan atau di sebut pajak adalah pajak hiburan di Kota Bandung. Hiburan ialah


(14)

P E N D A H U L U A N | 4

Universitas Kristen Maranatha semua jenis pertunjukan permainan dengan nama dan bentuk apapun yang di tonton atau di nikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran di Kota Bandung. Subjek dari pajak hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menonton atau menikmati hiburan, wajib pajak hiburan orang pribadi atau badan penyelenggara hiburan.

Dalam Undang - Undang tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Nomor 28 Tahun 2009 disebutkan ada tiga kelompok tarif pajak hiburan yang diperkenankan bagi pemerintah kabupaten / kota sebagai berikut : Pertama, tarif maksimal 35% (tiga puluh lima persen), antara lain untuk pertunjukan sirkus, akrobat, sulap, dan tontonan film. Kedua, tarif maksimal 10% (sepuluh persen) khusus untuk hiburan kesenian rakyat dan tradisional. Ketiga, bertarif maksimal 75% (tujuh puluh lima persen), yakni untuk permainan ketangkasan, diskotek, klab malam, karaoke, mandi uap, panti pijat, pagelaran busana, dan kontes kecantikan.

Atas dasar pemikiran tersebut, maka penulis akan melakukan penelitian guna menyusun skripsi dengan judul : “Pengaruh Pemungutan Pajak Hiburan Terhadap Penerimaan Pajak Daerah Kota Bandung”

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah Pemerintah Kota Bandung menjalankan Perpajakan?

2. Sejauh mana pengaruh pemungutan Pajak Hiburan terhadap Penerimaan


(15)

P E N D A H U L U A N | 5

Universitas Kristen Maranatha 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud penelitian ini dilakukan adalah untuk menghimpun data – data yang akan dijadikan bahan penulisan skripsi.

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimanakah Pemerintah Kota Bandung menjalankan perpajakan.

2. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pemungutan Pajak Hiburan

terhadap Penerimaan Pajak Daerah Kota Bandung.

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:

1. Penulis

a. Sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian sarjana Ekonomi jurusan Akuntansi Universitas Kristen Maranatha.

b. Menambah pengetahuan mengenai masalah yang diteliti khususnya mengenai Pengaruh Pemungutan Pajak Hiburan Terhadap Penerimaan Pajak Daerah Kota Bandung.

2. Lingkungan Perguruan Tinggi

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan referensi atau informasi bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan Pajak Hiburan, Sistem Pemungutan Pajak, dan Metodologi Penelitian.


(16)

P E N D A H U L U A N | 6

Universitas Kristen Maranatha 3. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuat masyarakat membayar pajak daerah khususnya pajak hiburan secara jujur dan tepat waktu, karena pajak daerah dapat membiayai pembangunan daerah.


(17)

88 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dari objek penelitian yang dilakukan penulis mengenai pengaruh pajak hiburan terhadap penerimaan pajak daerah Kota Bandung, maka penulis dapat menarik kesimpulan yang berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan, yaitu :

1. Mekanisme Dispenda Kota Bandung dalam menjalankan dan meningkatkan pajak daerah tekait dengan perijinan dan pembayaran pajak yang dilakukan masyarakat. Mekanisme pemungutan pajak merupakan keterkaitan untuk meningkatkan perolehan pajak daerah Kota Bandung.

Pemungutan pajak yang dilakukan Dispenda Kota Bandung berdasarkan dengan mekanisme pemungutan pajak daerah Kota Bandung. Masyarakat melakukan perijinan dan pembayaran pajak berawal dari pendaftaran dan pendataan ke Dispenda Kota Bandung. Setelah masyarakat mendaftar dan di data oleh petugas di kantor Dispenda Kota Bandung, maka akan menghasilkan wajib pajak baru atau wajib pajak yang sudah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD).

2. Secara variabel pajak hiburan (X) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan pajak daerah (Y) dengan koefisien korelasi sebesar 0,46


(18)

S I M P U L A N D A N S A R A N | 89

Universitas Kristen Maranatha dengan tingkat signifikan 1,65. Hal ini menunjukkan bahwa antara pajak hiburan dengan pajak daerah terjadi hubungan yang rendah.

5.2. Saran

Setelah mengadakan penelitian dan pembahasan, maka penulis akan mencoba memberikan saran untuk dapat menjadi masukkan yang berguna bagi pihak – pihak yang berkepentingan, yaitu:

1. Bagi Dinas Pendapatan

Bagi pihak dinas pendapatan disarankan agar Pemda Kota Bandung dapat mengawasi pemungutan pajak hiburan di Kota Bandung dengan baik, sehingga tidak ada penyalahgunaan dalam penggunaan pajak hiburan ini. Dengan mempertahankan pajak hiburan, dapat membantu pemerintah untuk melaksanajan pembangunan daerah khususnya di Kota Bandung.

2. Bagi subjek dan wajib pajak hiburan

Subjek dan wajib pajak hiburan diharapakan dapat membayar pajak hiburan tepat waktu dengan jujur, tanpa melakukan kecurangan. Mengingat pajak hiburan merupakan salah satu penerimaan pajak daerah di Kota Bandung. Dengan membayar pajak secara jujur dan tepat waktu, maka pembangunan di Kota Bandung dapat berjalan dengan baik.


(19)

90 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Hadi, Sutrisno. 2000. Statistik. Yogyakarta Penerbit Andi

Jogiyanto. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-pengalaman. Edisi 2004/2005. Yogyakarta: Penerbit BPFE.

Masdiasmo. 2008. Perpajakan : Edisi Revisi Tahun 2008. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Novirianto, Harvi. 2007. Evaluasi Pemungutan Pajak Hiburan Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.

Resmi, Siti. 2008. Perpajakan : Teori dan Kasus. Jakata : Salemba Empat

Siahaan, Marihot P. 2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Trihendardi, Cornelius. 2009. 7 Langkah Mudah Melakukan Analisis Statisik Menggunakan SPSS 17. Yogyakarta : Penerbit Andi.


(1)

P E N D A H U L U A N | 4

Universitas Kristen Maranatha semua jenis pertunjukan permainan dengan nama dan bentuk apapun yang di tonton atau di nikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran di Kota Bandung. Subjek dari pajak hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menonton atau menikmati hiburan, wajib pajak hiburan orang pribadi atau badan penyelenggara hiburan.

Dalam Undang - Undang tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Nomor 28 Tahun 2009 disebutkan ada tiga kelompok tarif pajak hiburan yang diperkenankan bagi pemerintah kabupaten / kota sebagai berikut : Pertama, tarif maksimal 35% (tiga puluh lima persen), antara lain untuk pertunjukan sirkus, akrobat, sulap, dan tontonan film. Kedua, tarif maksimal 10% (sepuluh persen) khusus untuk hiburan kesenian rakyat dan tradisional. Ketiga, bertarif maksimal 75% (tujuh puluh lima persen), yakni untuk permainan ketangkasan, diskotek, klab malam, karaoke, mandi uap, panti pijat, pagelaran busana, dan kontes kecantikan.

Atas dasar pemikiran tersebut, maka penulis akan melakukan penelitian guna menyusun skripsi dengan judul : “Pengaruh Pemungutan Pajak Hiburan Terhadap Penerimaan Pajak Daerah Kota Bandung”

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah Pemerintah Kota Bandung menjalankan Perpajakan? 2. Sejauh mana pengaruh pemungutan Pajak Hiburan terhadap Penerimaan


(2)

P E N D A H U L U A N | 5

Universitas Kristen Maranatha 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud penelitian ini dilakukan adalah untuk menghimpun data – data yang akan dijadikan bahan penulisan skripsi.

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimanakah Pemerintah Kota Bandung menjalankan perpajakan.

2. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pemungutan Pajak Hiburan

terhadap Penerimaan Pajak Daerah Kota Bandung.

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:

1. Penulis

a. Sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian sarjana Ekonomi jurusan Akuntansi Universitas Kristen Maranatha.

b. Menambah pengetahuan mengenai masalah yang diteliti khususnya mengenai Pengaruh Pemungutan Pajak Hiburan Terhadap Penerimaan Pajak Daerah Kota Bandung.

2. Lingkungan Perguruan Tinggi

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan referensi atau informasi bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan Pajak Hiburan, Sistem Pemungutan Pajak, dan Metodologi Penelitian.


(3)

P E N D A H U L U A N | 6

Universitas Kristen Maranatha 3. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuat masyarakat membayar pajak daerah khususnya pajak hiburan secara jujur dan tepat waktu, karena pajak daerah dapat membiayai pembangunan daerah.


(4)

88 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dari objek penelitian yang dilakukan penulis mengenai pengaruh pajak hiburan terhadap penerimaan pajak daerah Kota Bandung, maka penulis dapat menarik kesimpulan yang berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan, yaitu :

1. Mekanisme Dispenda Kota Bandung dalam menjalankan dan meningkatkan pajak daerah tekait dengan perijinan dan pembayaran pajak yang dilakukan masyarakat. Mekanisme pemungutan pajak merupakan keterkaitan untuk meningkatkan perolehan pajak daerah Kota Bandung.

Pemungutan pajak yang dilakukan Dispenda Kota Bandung berdasarkan dengan mekanisme pemungutan pajak daerah Kota Bandung. Masyarakat melakukan perijinan dan pembayaran pajak berawal dari pendaftaran dan pendataan ke Dispenda Kota Bandung. Setelah masyarakat mendaftar dan di data oleh petugas di kantor Dispenda Kota Bandung, maka akan menghasilkan wajib pajak baru atau wajib pajak yang sudah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD).

2. Secara variabel pajak hiburan (X) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan pajak daerah (Y) dengan koefisien korelasi sebesar 0,46


(5)

S I M P U L A N D A N S A R A N | 89

Universitas Kristen Maranatha dengan tingkat signifikan 1,65. Hal ini menunjukkan bahwa antara pajak hiburan dengan pajak daerah terjadi hubungan yang rendah.

5.2. Saran

Setelah mengadakan penelitian dan pembahasan, maka penulis akan mencoba memberikan saran untuk dapat menjadi masukkan yang berguna bagi pihak – pihak yang berkepentingan, yaitu:

1. Bagi Dinas Pendapatan

Bagi pihak dinas pendapatan disarankan agar Pemda Kota Bandung dapat mengawasi pemungutan pajak hiburan di Kota Bandung dengan baik, sehingga tidak ada penyalahgunaan dalam penggunaan pajak hiburan ini. Dengan mempertahankan pajak hiburan, dapat membantu pemerintah untuk melaksanajan pembangunan daerah khususnya di Kota Bandung.

2. Bagi subjek dan wajib pajak hiburan

Subjek dan wajib pajak hiburan diharapakan dapat membayar pajak hiburan tepat waktu dengan jujur, tanpa melakukan kecurangan. Mengingat pajak hiburan merupakan salah satu penerimaan pajak daerah di Kota Bandung. Dengan membayar pajak secara jujur dan tepat waktu, maka pembangunan di Kota Bandung dapat berjalan dengan baik.


(6)

90 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Hadi, Sutrisno. 2000. Statistik. Yogyakarta Penerbit Andi

Jogiyanto. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-pengalaman. Edisi 2004/2005. Yogyakarta: Penerbit BPFE.

Masdiasmo. 2008. Perpajakan : Edisi Revisi Tahun 2008. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Novirianto, Harvi. 2007. Evaluasi Pemungutan Pajak Hiburan Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.

Resmi, Siti. 2008. Perpajakan : Teori dan Kasus. Jakata : Salemba Empat

Siahaan, Marihot P. 2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Trihendardi, Cornelius. 2009. 7 Langkah Mudah Melakukan Analisis Statisik Menggunakan SPSS 17. Yogyakarta : Penerbit Andi.