Peranan Rekonsiliasi Fiskal dalam Rangka Menentukan besarnya Pajak Penghasilan Terhutang (Studi Kasus pada CV. Utama Sejahtera Motor).

(1)

ABSTRACT

Thesis has been examined by the author entitled "The Role of Fiscal Reconciliation Order Determining the amount of Income Tax Payable (Case Study CV. Prosperous Motor Home)". This thesis discusses the role of fiscal reconciliation of financial statements in order to calculate the amount of commercial income tax Due CV. Prosperous Main Motor (USM) for fiscal year 2011. With the distinction between commercial and fiscal, fiscal reconciliation should be performed on permanent differences and temporary differences in the financial statements as a means to adjust commercial commercial financial statements to fiscal financial statements. The method used in this research is descriptive analytical and historical methods. The analysis tools to examine differences in the recognition of revenue and costs between the Financial Accounting Standards generally accepted by the taxation laws are regression analysis and analysis of the coefficients. The hypothesis in this study are represented by Ho is not the role that fiscal reconciliation determining the amount of Income Tax (Income Tax) Payable and hypothesis H1 is expressed by the reconciliation act determining the amount of Income Tax (Income Tax) Payable. The equation obtained from the regression analysis is Y = 0.1379 X + 3.3171 and the value specified in the value of the coefficient r is 0.9994. The results obtained from this study is that the reconciliation act determining the amount of tax (Income Tax) Payable, which is expressed in hypothesis testing tcount of 95.79 and a TTable at 2.94.

Keywords: fiscal reconciliation, income tax payable, commercial financial statement, permanent difference, temporary difference.


(2)

vii

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Skripsi yang telah diteliti oleh penulis berjudul “Peranan Rekonsiliasi Fiskal Dalam Rangka Menentukan Besarnya Pajak Penghasilan Terhutang (Studi Kasus Pada CV. Utama Sejahtera Motor)”. Skripsi ini membahas mengenai peranan rekonsiliasi fiskal laporan keuangan komersial dalam rangka menghitung besarnya Pajak Penghasilan Terutang CV. Utama Sejahtera Motor (USM) untuk tahun Fiskal 2011. Dengan adanya perbedaan antara komersial dan fiskal, maka harus dilakukan rekonsiliasi fiskal atas perbedaan tetap dan perbedaan sementara terhadap laporan keuangan komersial sebagai sarana untuk menyesuaikan laporan keuangan komersial menjadi laporan keuangan fiskal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis dan metode historis. Alat analisis yang digunakan untuk menguji perbedaan pengakuan pendapatan dan biaya antara Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku umum dengan Undang-Undang Perpajakan adalah analisis regresi dan analisis koefisien. Hipotesis yang terdapat dalam penelitian ini yang dinyatakan dengan Ho adalah bahwa rekonsiliasi fiskal tidak berperan menentukan besarnya jumlah Pajak Penghasilan (PPh) Terhutang dan hipotesis yang dinyatakan dengan H1 adalah bahwa rekonsiliasi berperan menentukan besarnya jumlah Pajak Penghasilan (PPh) Terhutang. Persamaan yang diperoleh dari analisis regresi adalah Y= 0,1379 + 3,3171X dan besarnya nilai koefisien yang dinyatakan dalam nilai r adalah 0,9994. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa rekonsiliasi berperan menentukan besarnya jumlah Pajak Penghasilan (PPh) Terhutang, yang dinyatakan dalam pengujian hipotesis dengan nilai thitung sebesar 95,79 dan ttabel sebesar 2,94. Kata-kata kunci : koreksi fiskal, Pajak Penghasilan (PPh), laporan keuangan komersial, perbedaan tetap, perbedaan sementara.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ...iv

ABSTRACT ...vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS ... 8


(4)

ix

Universitas Kristen Maranatha

2.1 Definisi Pajak ... 8

2.1.1 Fungsi Pajak ... 9

2.1.2 Syarat Pemungutan Pajak ... 10

2.1.3 Sistem Pemungutan Pajak ... 12

2.1.4 Timbul Dan Hapusnya Hutang Pajak ... 13

2.2 Pajak Penghasilan ... 14

2.2.1 Subjek Pajak Penghasilan ... 15

2.2.2 Objek Pajak Penghasilan ... 18

2.2.3 Bukan Objek Pajak Penghasilan ... 20

2.2.4 Pajak Penghasilan Yang Bersifat Final ... 23

2.2.5 Tarif Pajak Penghasilan ... 24

2.3 Biaya ... 26

2.3.1 Biaya Yang Dapat Dikurangkan ... 26

2.3.2 Biaya Yang Tidak Dapat Dikurangkan ... 29

2.4 Rekonsiliasi Fiskal... 32

2.5 Kompensasi Kerugian ... 34

2.6 Kerangka Pemikiran ... 34

2.7 Hipotesis Penelitian ... 36

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 37

3.1 Objek Penelitian ... 37

3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 37

3.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan ... 38


(5)

3.2.1 Jenis dan Sumber Data ... 47

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 48

3.2.3 Operasionalisasi Variabel ... 51

3.2.4 Penetapan Populasi dan Sampel ... 52

3.2.5 Analisis Data ... 52

3.2.6 Pengujian Hipotesis ... 55

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57

4.1 Perhitungan Laba Rugi Secara Komersial ... 57

4.2 Perhitungan Laba Rugi Secara Fiskal ... 59

4.3 Rekonsiliasi Fiskal... 59

4.3.1 Koreksi Positif atas Biaya Karena Perbedaan Permanen ... 61

4.3.2 Koreksi Negatif atas Pendapatan Karena Perbedaan Permanen ... 72

4.3.3 Koreksi Positif atas Biaya Karena Perbedaan Temporer .... 74

4.4 Rekonsiliasi Fiskal Atas Laporan Keuangan CV. USM ... 77

4.5 Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Terhutang ... 79

4.6 Analisis Data ... 80

4.6.1 Analisis Regresi ... 80

4.6.2 Analisis Korelasi ... 83

4.7 Pengujian Hipotesis ... 84

4.8 Pembahasan ... 86


(6)

xi

Universitas Kristen Maranatha

5.1 Simpulan ... 88

5.2 Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 92

LAMPIRAN ... 93


(7)

DAFTAR GAMBAR


(8)

xiii

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel I Tarif Pajak Penghasilan Orang Pribadi Dalam Negeri ... 24

Tabel II Penyusutan Aktiva Tetap ... 27

Tabel III Kriteria Nilai Korelasi ... 54

Tabel IV Data Jumlah Rekonsiliasi Fiskal dan Besarnya Pajak


(9)

DAFTAR LAMPIRAN


(10)

1

Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan nasional di Indonesia saat ini cukup pesat dilakukan oleh pemerintah dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat ke arah yang lebih baik. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut pemerintah memerlukan sumber dana yang cukup besar, baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Penerimaan yang diperoleh dapat berasal dari sektor minyak bumi, gas (migas), non migas maupun dari pinjaman luar negeri. Namun sumber penerimaan tersebut dirasakan semakin kecil dalam memberikan kontribusi terhadap penerimaan negara, seperti sumber penerimaan dari sektor non migas cenderung mengalami penurunan dan pinjaman luar negeri yang bunganya dirasakan memberatkan pemerintah serta jumlahnya yang kini sudah sangat memberatkan anggaran negara. Maka pemerintah kini memilih sektor pajak sebagai sumber penerimaan utama dalam melaksanakan pembangunan, karena pajak memiliki jumlah penerimaan yang relatif stabil dan masyarakat berpartisipasi secara aktif di dalamnya. Kontribusi yang diberikan dalam sektor pajak yaitu terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk membiayai pengeluaran rutin negara maupun pengeluaran pembangunan. Menurut data pokok Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada tahun 2009 pajak memberikan kontribusi sebesar 71,1% dari total penerimaan


(11)

Bab I Pendahuluan 2

sebesar Rp 619,9 triliun, sedangkan pada tahun 2010 penerimaan dari sektor pajak meningkat menjadi 72,6% dari total penerimaan negara sebesar Rp 723, 3 triliun. Penerimaan negara ini diharapkan akan terus menerus mengalami peningkatan yang maksimal setiap tahunnya agar pemerintah dapat merealisasikan tujuan pembangunan dengan sebaik-baiknya.

Untuk dapat memaksimalkan penerimaan dari sektor pajak, maka pemerintah melalui Direktorat Jendral Pajak secara konsisten melakukan berbagai upaya pembenahan dengan mengadakan perubahan, penambahan, maupun penyesuaian atas Undang – Undang Perpajakan yang berlaku terhadap perkembangan bisnis di Indonesia. Salah satu usaha yang dilakukan pemerintah adalah dengan perubahan kebijakan perpajakan dari official assessment menjadi self assessment, dimana Wajib Pajak diberikan kepercayaan dan tanggung jawab untuk menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri besarnya pajak penghasilan terhutang yang harus dibayar kepada Negara. Kebijakan tersebut dilakukan yaitu untuk menciptakan sistem perpajakan yang sederhana dan mudah dimengerti oleh setiap masyarakat khususnya Wajib Pajak.

Untuk dapat menghitung dan membayar sendiri pajaknya maka Wajib Pajak Badan mengadakan pembukuan. Pembukuan merupakan proses pencatatan yang dilakukan oleh perusahaan sebagai dasar dalam membuat laporan keuangan untuk menghitung besarnya laba rugi. Namun terdapat beberapa perbedaan dalam penyusunan pembukuan yang dilakukan oleh perusahaan. Salah satu perbedaan dalam menyusun pembukuan yaitu prinsip yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan. Laporan keuangan yang dibuat perusahaan mengacu kepada Peraturan Standar Akuntansi Keuangan


(12)

Bab I Pendahuluan 3

Universitas Kristen Maranatha (PSAK) yang disebut “Laporan Keuangan Komersial” sedangkan untuk laporan keuangan pajak berdasarkan Undang – Undang Perpajakan yang berlaku disebut “Laporan Keuangan Fiskal”. Karena perbedaan dasar penyusunan laporan keuangan maka mengakibatkan besarnya laba rugi yang diperoleh perusahaan berbeda. Oleh karena itu dibuatlah “Rekonsiliasi Fiskal”, yaitu suatu mekanisme dalam menghitung laba kena pajak yang menjadi dasar untuk menghitung jumlah pajak terhutang. Dalam rekonsiliasi fiskal terdapat koreksi fiskal yang bersifat positif yaitu untuk “menambah” Penghasilan Kena Pajak (PKP), dan koreksi fiskal yang bersifat negatif untuk “mengurang” Penghasilan Kena Pajak (PKP). Rekonsiliasi fiskal merupakan cara yang tepat dalam menyusun laporan fiskal, dimana perusahaan tidak perlu membuat pembukuan ganda (double bookkeeping).

Rekonsiliasi fiskal dilakukan oleh Wajib Pajak karena terdapat perbedaan penghitungan, khususnya laba menurut akuntansi (komersial) dengan laba menurut perpajakan (fiskal). Penyebab perbedaan laporaan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal adalah karena terdapat perbedaan prinsip akuntansi, perbedaan metode dan prosedur akuntansi, perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya, serta perbedaan perlakuan penghasilan dan biaya. Perbedaan penghasilan dan biaya/pengeluaran menurut akuntansi dan menurut fiskal dapat dikelompokkan menjadi beda tetap/permanen (permanent differences) dan beda waktu/sementara (temporer differences). Beda tetap/permanen (permanent differences) adalah perbedaan pengakuan pendapatan dan beban berdasarkan ketentuan perpajakan yang berlaku dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang bersifat permanen. Beda tetap terjadi karena adanya perbedaan pengakuan


(13)

Bab I Pendahuluan 4

penghasilan dan biaya menurut akuntansi dengan menurut pajak, yaitu adanya penghasilan dan biaya yang diakui menurut akuntansi komersial namun tidak diakui menurut fiskal, atau sebaliknya. Beda waktu/sementara (temporer differences) adalah perbedaan pengakuan pendapatan dan beban menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dengan ketentuan pajak yang berlaku. Perbedaan ini menyebabkan pergeseran pengakuan pendapatan dan beban antara satu tahun pajak ke tahun pajak berikutnya. Beda waktu biasanya timbul karena perbedaan yang dipakai antara pajak dengan akuntansi dalam hal akrual dan realisasi, penyusutan dan amortisasi, penilaian persediaan, dan kompensasi kerugian fiskal.

CV. Utama Sejahtera Motor adalah sebuah perusahaan dagang yang memiliki potensi untuk terus berkembang sehingga memerlukan penyusunan laporan keuangan yang akurat sesuai dengan Undang – Undang Perpajakan. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan tidak terlepas dari kewajiban perpajakan. CV. Utama Sejahtera Motor bisa saja membuat kesalahan dalam menyusun rekonsiliasi fiskal karena tidak memahami peraturan perpajakan yang berlaku yang diatur dalam Undang – Undang No.36 Tahun 2008 pasal 9 yang mengatur mengenai hal – hal apa saja yang diakui oleh pajak atau fiskus sebagai pengurang Penghasilan Kena Pajak (PKP) dari perusahaan, seperti mengakui pendapatan dan biaya – biaya yang seharusnya tidak boleh diakui berdasarkan peraturan perpajakan. Akibat dari perhitungan laba fiskal yang salah berdampak pada perusahaan dalam menanggung besarnya sanksi perpajakan, maka dari itu penulis ingin memberikan sebuah rekonsiliasi fiskal yang benar sesuai dengan


(14)

Bab I Pendahuluan 5

Universitas Kristen Maranatha ketentuan perpajakan yang berlaku untuk menghitung jumlah pajak yang terhutang.

Karena adanya perbedaan – perbedaan yang terjadi antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal yang akan berpengaruh terhadap besarnya pajak terhutang, maka penulis tertarik untuk membahasnya ke dalam penelitian dengan judul: PERANAN REKONSILIASI FISKAL DALAM RANGKA

MENENTUKAN BESARNYA PAJAK PENGHASILAN TERHUTANG (STUDI KASUS PADA CV. UTAMA SEJAHTERA MOTOR).

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan masalah-masalah dalam penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimanakah CV. Utama Sejahtera Motor menyusun laporan keuangannya?

b. Seberapa besar peranan koreksi fiskal dalam menentukan besarnya pajak penghasilan (PPh) terhutang?

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dan tujuan dari penelitian ini antara lain:

a. Untuk mengetahui seperti apakah penyusunan laporan keuangan pada CV. Utama Sejahtera Motor.


(15)

Bab I Pendahuluan 6

b. Untuk mengatahui seberapa besar peranan koreksi fiskal dalam menentukan besarnya pajak penghasilan (PPh) terhutang pada CV. Utama Sejahtera Motor.

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan maksud dapat memberikan manfaat

sebagai berikut :

a. Bagi penulis

Dengan penelitian ini, penulis dapat memperluas pengetahuan dan mendapat pemahaman mengenai prosedur dan tujuan disusunnya rekonsiliasi fiskal beserta dampak perbedaan yang terdapat dalam akuntansi perpajakan terhadap kewajiban perpajakan. Selain itu juga untuk dapat memahami secara teoritis Undang – Undang Perpajakan yang berlaku di Indonesia dan penerapannya dalam perhitungan pada perusahaan.

b. Bagi CV. Utama Sejahtera Motor

Memberikan masukan serta informasi untuk dapat membantu perusahaan dalam membuat laporan keuangan fiskal sesuai dengan ketentuan Undang – Undang Perpajakan.


(16)

Bab I Pendahuluan 7

Universitas Kristen Maranatha Dapat menambah pengetahuan dan memberikan masukan – masukan yang bermanfaat bagi pihak lain untuk memahami kewajiban perpajakan dalam menyusun laporan keuangan fiskal.


(17)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Setelah melakukan penelitian dan pembahasan pada CV. Utama Sejahtera Motor mengenai rekonsiliasi laporan keuangan fiskal untuk menghitung pajak terhutang maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa :

1. Dalam menyusun laporan keuangan CV. Utama Sejahtera Motor, laporan keuangan komersial CV. Utama Sejahtera Motor berbeda dengan laporan keuangan fiskal jumlah laba bersih sebelum pajak yang terdapat dalam laporan komersial adalah sebesar Rp 818.416.476,00 (delapan ratus delapan belas juta empat ratus enam belas ribu empat ratus tujuh puluh enam rupiah), sedangkan laba bersih sebelum pajak menurut laporan keuangan fiskal adalah sebesar Rp 826.522.787,00 (delapan ratus dua puluh enam juta lima ratus dua puluh dua ribu tujuh ratus delapan puluh tujuh rupiah). Perbedaan tersebut dikarenakan laporan keuangan fiskal disusun menurut Undang – Undang perpajakan sedangkan laporan keuangan komersial disusun menurut prinsip akuntansi berlaku umum. Dalam menyusun laporan keuangan, CV. Utama Sejahtera Motor menyusun laporan keuangannya sesuai dengan Prinsip Akuntansi Yang Berlaku Umum (PABU) dan sesuai dengan Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Metode penyusutan (depreciation) aktiva tetap yang digunakan dalam laporan komersial dan fiskal dalam perusahaan adalah metode garis lurus (straight-line method).


(18)

Bab V Simpulan Dan Saran 89

Universitas Kristen Maranatha 2. Dalam penelitian ini telah dinyatakan dalam pengujian hipotesis dengan

melakukan Uji-T (t-test) bahwa Rekonsiliasi Fiskal berperan dalam rangka menentukan besarnya jumlah Pajak Penghasilan (PPh) terhutang yang dinyatakan dengan thitung > ttabel, 95,79 > 2,94. Seberapa besar peranan Rekonsiliasi Fiskal dalam rangka menentukan besarnya Pajak Penghasilan (PPh) didapat hasil sebesar 0,9994, hal ini menunjukan bahwa peranan rekonsilisi fiskal dalam rangka menentukan besarnya Pajak Penghasilan (PPh) Terhutang pada CV. Utama Sejahtera Motor (USM) termasuk dalam kategori sangat kuat atau sangat berperan 0,9994 < R < 1,00. Besarnya koefisien determinasi (KD) adalah sebesar 0,9988 (nol koma sembilan sembilan delapan delapan) atau 99,88% (sembilan puluh sembilan delapan puluh delapan persen).

5.2.Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah penulis lakukan bahwa secara keseluruhan CV. Utama Sejahtera Motor sangat baik dalam menyusun laporan keuangan komersial karena telah sesuai dengan Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) namun ada beberapa saran yang perlu diperhatikan dan diharapkan dapat memberikan kontribusi yang lebih baik lagi kepada perusahaan dalam meningkatkan kinerja khususnya dalam memenuhi dan memahami kewajiban perpajakan sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.


(19)

Bab V Simpulan Dan Saran 90

1. Sebaiknya CV. Utama Sejahtera Motor sebagai Wajib Pajak Badan dalam negeri harus lebih taat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya karena Indonesia menganut self assesment system dalam perhitungan Pajak Penghasilan (PPh). Kewajiban perpajakan yang harus dilakukan seperti mengisi SPT Tahunan dengan benar, menyampaikan SPT Tahunan dengan tepat waktu, dan lain sebagainya. Karena jika Wajib Pajak tidak melakukan kewajiban perpajakannya dengan baik maka akan memperoleh sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% atau denda 150% dari jumlah pajak yang kurang bayar sesuai dengan Undang – Undang No. 28 Tahun 2000 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

2. Manajemen CV. Utama Sejahtera Motor seharusnya lebih sering memberikan pelatihan kepada staf khusus untuk bagian yang menangani pajak dengan cara mengikuti seminar perpajakan. Agar para staff dapat mempelajari dan mengikuti perkembangan terbaru dari peraturan perpajakan yang berlaku (up to date) seperti Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor KEP-213/PJ/2001 mengenai pemberian natura kepada karyawan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dan Keputusan Dirjen Pajak KEP-220/PJ/2002 tentang Perlakuan Pajak Penghasilan atas Biaya Pemakaian Telepon Seluler dan Kendaraan Perusahaan yang dapat dikurangkan sebesar 50% sehingga dapat membantu perusahaan dalam membuat laporan keuangan pajak lebih baik lagi.

3. Pada waktu penyusunan laporan keuangan fiskal, perusahaan sebaiknya lebih memperhatikan dan memeriksa kembali pengurang penghasilan yang


(20)

Bab V Simpulan Dan Saran 91

Universitas Kristen Maranatha diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan menurut aturan perpajakan khususnya dalam Undang – Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008. 4. CV. Utama Sejahtera Motor sebaiknya membentuk tim khusus yang

menangani bagian pajak atau menggunakan konsultan pajak untuk mempermudah dalam menangani masalah – masalah perpajakan yang dihadapi perusahaan.


(21)

DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, Gustian dan Irwansyah Lubis. (2009). Pelaporan Pajak Penghasilan Edisi Revisi.Gramedia, Jakarta.

Gunadi. (2009). Akuntansi Sesuai dengan Undang-Undang Pajak Baru. Grasindo, Jakarta.

Gunadi. (2010). Panduan Komprehensif Pajak Penghasilan. Multi Utama Consultindo, Jakarta.

Jogiyanto. (2010). Metodologi Penelitian Bisnis. BPFE, Yogyakarta. Mardiasmo.(2009). Perpajakan Edisi Revisi. Andi Offset, Yogyakarta Pomadi, Didik. (2009). Akuntansi Pajak. Gramedia, Jakarta.

Sugiyono. (2008). Metoda Penelitian Kuantitatif, Kumulatif, R&D. Salemba Empat, Jakarta.

Wahyudi, Dudi. (2011). Panduan Praktis Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan. Salemba Empat, Jakarta.

Yamin, Mohammad. (2012). Pajak Penghasilan Jilid 1. Gramedia, Jakarta.

Yani, Ahmad.(2006). Seri Praktis Perpajakan Solusi Masalah Pajak Penghasilan. Salemba Empat, Jakarta.

www.pajak.go.id www.ortax.com


(1)

Bab I Pendahuluan 7

Dapat menambah pengetahuan dan memberikan masukan – masukan yang bermanfaat bagi pihak lain untuk memahami kewajiban perpajakan dalam menyusun laporan keuangan fiskal.


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Setelah melakukan penelitian dan pembahasan pada CV. Utama Sejahtera Motor mengenai rekonsiliasi laporan keuangan fiskal untuk menghitung pajak terhutang maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa :

1. Dalam menyusun laporan keuangan CV. Utama Sejahtera Motor, laporan keuangan komersial CV. Utama Sejahtera Motor berbeda dengan laporan keuangan fiskal jumlah laba bersih sebelum pajak yang terdapat dalam laporan komersial adalah sebesar Rp 818.416.476,00 (delapan ratus delapan belas juta empat ratus enam belas ribu empat ratus tujuh puluh enam rupiah), sedangkan laba bersih sebelum pajak menurut laporan keuangan fiskal adalah sebesar Rp 826.522.787,00 (delapan ratus dua puluh enam juta lima ratus dua puluh dua ribu tujuh ratus delapan puluh tujuh rupiah). Perbedaan tersebut dikarenakan laporan keuangan fiskal disusun menurut Undang – Undang perpajakan sedangkan laporan keuangan komersial disusun menurut prinsip akuntansi berlaku umum. Dalam menyusun laporan keuangan, CV. Utama Sejahtera Motor menyusun laporan keuangannya sesuai dengan Prinsip Akuntansi Yang Berlaku Umum (PABU) dan sesuai dengan Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Metode penyusutan (depreciation) aktiva tetap yang digunakan dalam laporan komersial dan fiskal dalam perusahaan adalah metode garis lurus (straight-line method).


(3)

Bab V Simpulan Dan Saran 89

2. Dalam penelitian ini telah dinyatakan dalam pengujian hipotesis dengan melakukan Uji-T (t-test) bahwa Rekonsiliasi Fiskal berperan dalam rangka menentukan besarnya jumlah Pajak Penghasilan (PPh) terhutang yang dinyatakan dengan thitung > ttabel, 95,79 > 2,94. Seberapa besar peranan Rekonsiliasi Fiskal dalam rangka menentukan besarnya Pajak Penghasilan (PPh) didapat hasil sebesar 0,9994, hal ini menunjukan bahwa peranan rekonsilisi fiskal dalam rangka menentukan besarnya Pajak Penghasilan (PPh) Terhutang pada CV. Utama Sejahtera Motor (USM) termasuk dalam kategori sangat kuat atau sangat berperan 0,9994 < R < 1,00. Besarnya koefisien determinasi (KD) adalah sebesar 0,9988 (nol koma sembilan sembilan delapan delapan) atau 99,88% (sembilan puluh sembilan delapan puluh delapan persen).

5.2.Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah penulis lakukan bahwa secara keseluruhan CV. Utama Sejahtera Motor sangat baik dalam menyusun laporan keuangan komersial karena telah sesuai dengan Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) namun ada beberapa saran yang perlu diperhatikan dan diharapkan dapat memberikan kontribusi yang lebih baik lagi kepada perusahaan dalam meningkatkan kinerja khususnya dalam memenuhi dan memahami kewajiban perpajakan sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.


(4)

1. Sebaiknya CV. Utama Sejahtera Motor sebagai Wajib Pajak Badan dalam negeri harus lebih taat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya karena Indonesia menganut self assesment system dalam perhitungan Pajak Penghasilan (PPh). Kewajiban perpajakan yang harus dilakukan seperti mengisi SPT Tahunan dengan benar, menyampaikan SPT Tahunan dengan tepat waktu, dan lain sebagainya. Karena jika Wajib Pajak tidak melakukan kewajiban perpajakannya dengan baik maka akan memperoleh sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% atau denda 150% dari jumlah pajak yang kurang bayar sesuai dengan Undang – Undang No. 28 Tahun 2000 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

2. Manajemen CV. Utama Sejahtera Motor seharusnya lebih sering memberikan pelatihan kepada staf khusus untuk bagian yang menangani pajak dengan cara mengikuti seminar perpajakan. Agar para staff dapat mempelajari dan mengikuti perkembangan terbaru dari peraturan perpajakan yang berlaku (up to date) seperti Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor KEP-213/PJ/2001 mengenai pemberian natura kepada karyawan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dan Keputusan Dirjen Pajak KEP-220/PJ/2002 tentang Perlakuan Pajak Penghasilan atas Biaya Pemakaian Telepon Seluler dan Kendaraan Perusahaan yang dapat dikurangkan sebesar 50% sehingga dapat membantu perusahaan dalam membuat laporan keuangan pajak lebih baik lagi.

3. Pada waktu penyusunan laporan keuangan fiskal, perusahaan sebaiknya lebih memperhatikan dan memeriksa kembali pengurang penghasilan yang


(5)

Bab V Simpulan Dan Saran 91

diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan menurut aturan perpajakan khususnya dalam Undang – Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008. 4. CV. Utama Sejahtera Motor sebaiknya membentuk tim khusus yang

menangani bagian pajak atau menggunakan konsultan pajak untuk mempermudah dalam menangani masalah – masalah perpajakan yang dihadapi perusahaan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, Gustian dan Irwansyah Lubis. (2009). Pelaporan Pajak Penghasilan Edisi Revisi.Gramedia, Jakarta.

Gunadi. (2009). Akuntansi Sesuai dengan Undang-Undang Pajak Baru. Grasindo, Jakarta.

Gunadi. (2010). Panduan Komprehensif Pajak Penghasilan. Multi Utama Consultindo, Jakarta.

Jogiyanto. (2010). Metodologi Penelitian Bisnis. BPFE, Yogyakarta. Mardiasmo.(2009). Perpajakan Edisi Revisi. Andi Offset, Yogyakarta Pomadi, Didik. (2009). Akuntansi Pajak. Gramedia, Jakarta.

Sugiyono. (2008). Metoda Penelitian Kuantitatif, Kumulatif, R&D. Salemba Empat, Jakarta.

Wahyudi, Dudi. (2011). Panduan Praktis Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan. Salemba Empat, Jakarta.

Yamin, Mohammad. (2012). Pajak Penghasilan Jilid 1. Gramedia, Jakarta.

Yani, Ahmad.(2006). Seri Praktis Perpajakan Solusi Masalah Pajak Penghasilan. Salemba Empat, Jakarta.

www.pajak.go.id www.ortax.com