ANALISIS KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KREATIVITAS PESERTA DIDIK MELALUI PROBLEM BASED-LEARNING PADA SUB MATERI PENJERNIHAN AIR.
ANALISIS KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KREATIVITAS PESERTA DIDIK MELALUI
PEMBELAJARAN PROBLEM BASED-LEARNING
PADA SUB MATERI PENJERNIHAN AIR
T E S I S
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh Gelar Magister Program Studi Pendidikan Kimia
Oleh : Rohaeni Nur Eli
NIM: 1201334
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014
(2)
ANALISIS KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KREATIVITAS PESERTA DIDIK MELALUI
PEMBELAJARAN PROBLEM BASED-LEARNING PADA SUB MATERI PENJERNIHAN AIR
Oleh : Rohaeni Nur Eli
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Kimia
© Rohaeni Nur Eli
Universitas Pendidikan Indonesia Oktober 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
(3)
ROHAENI NUR ELI
ANALISIS KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KREATIVITAS PESERTA DIDIK MELALUI
PEMBELAJARAN PROBLEM BASED-LEARNING PADA SUB MATERI PENJERNIHAN AIR
Disetujui dan disahkan oleh pembimbing
Pembimbing I,
Dr. H. Kurnia
NIP. 195309061980021002
Pembimbing II,
Dr. Wawan Wahyu, S.Pd., M.Pd
NIP. 197111201998021001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Kimia Plt. Ketua Program Studi S2 Pendidikan Kimia Sekolah Pasca Sarjana UPI
Dr. rer. nat. Ahmad Mudzakir, M.Si
(4)
v
Rohaeni Nur Eli, 2014
Analisis Kemampuan Kognitif dan Kreativitas Peserta Didik melalui Problem Based-Learning pada Sub Materi Penjernihan Air.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
PERSEMBAHAN ... ii
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
KATA PENGANTAR ... v
UCAPAN TERIMA KASIH ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 6
C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Batasan Penelitian ... 8
F. Manfaat Penelitian ... 8
G. Sistematika Penulisan……… ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Pustaka ... 1. Kemampuan kognitif ... 10
2. Kreativitas ... 11
3. Model PBL ... 16
4. Kerangka Konseptual ... 23
B. Kerangka Berpikir ... 36
(5)
vi
Rohaeni Nur Eli, 2014
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 39
1. Lokasi Penelitian ... 39
2. Subjek ... 39
B. Metode dan Desain Penelitian ... 40
C. Definisi Operasional... 46
D. Instrumen Penelitian... 48
E. Proses Pengembangan Instrumen ... 52
F. Teknik Pengumpulan Data ... 56
G. Teknik Analisis Data ... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Peningkatan Kemampuan Kognitif. ... 66
B. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif ... 75
C.Peningkatan Keterampilan Bertindak Kreatif ... 82
D.Hubungan Peningkatan Kemampuan Kognitif dengan Keterampilan Berpikir Kreatif ... 89
E. Hubungan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif dan Bertindak Kreatif ... 91
F. Tanggapan Peserta Didik terhadap Penggunaan Pembelajaran PBL ... 95
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 98
B. Saran ... 100
(6)
vii
Rohaeni Nur Eli, 2014
Analisis Kemampuan Kognitif dan Kreativitas Peserta Didik melalui Problem Based-Learning pada Sub Materi Penjernihan Air.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
TABEL 2.1. Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif ... 15
TABEL 2.2. Tahapan-Tahapan PBL Menurut Arends ... 20
TABEL 2.3. Persyaratan Kualitas Air Bersih Secara Fisika ... 29
TABEL 2.4. Persyaratan Kualitas Air Bersih Secara Kimia ... 30
TABEL 3.1. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran PBL ... 45
TABEL 3.2. Kisi-kisi Soal Tes Mengukur Kemampuan Kognitif ... 48
TABEL 3.3. Kisi-kisi Soal Kemampuan Berpikir Kreatif ... 49
TABEL 3.4. Kisi-kisi Lembar Observasi Mengukur Bertindak Kreatif .. 50
TABEL 3.5. Kisi-Kisi lembar Observasi Guru ... 51
TABEL 3.6. Kisi-Kisi Angket Tanggapan Peserta Didik ... 52
TABEL 3.7. Interpretasi Validitas ... 53
TABEL 3.8. Kategori Reliabilitas Butir Soal... 54
TABEL 3.9. Kategori Interpretasi Daya Pembeda ... 55
TABEL 3.10. Kategori Interpretasi Indeks Kesukaran ... 56
TABEL 3.11. Teknik Pengumpulan Data ... 57
TABEL 3.12. Teknik Analisis Data Berdasarkan Jenis Data yang Dikumpulkan ... 58
TABEL 3.13. Klasifikasi N-gain Hake ... 59
TABEL 3.14. Makna Nilai Korelasi Spearman ... 62
TABEL 3.16. Skor Jawaban Berdasarkan Skala Likert ... 62
TABEL 4.1. Skor Rata-rata Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Kognitif Tiap Indikator untuk Kelompok Peserta Didik Kategori Tinggi Sedang dan Rendah ... 67
TABEL 4.2. Skor Rata-rata Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Kognitif Kelompok Peserta Didik Kategori Tinggi, Sedang dan Rendah ... 71
TABEL 4.3. Hasil Pengujian Normalitas Data Tes Awal dan Tes Akhir ... 74
(7)
viii
Rohaeni Nur Eli, 2014
TABEL 4.4. Hasil Pengujian Signifikansi Data Tes Awal dan Tes
Akhir ... 75 TABEL 4.5. Skor Rata-rata Tes Awal dan Tes Akhir dan Peningkatan
Berpikir Kreatif Tiap Indikator ... 76 TABEL 4.6. Hasil Pengujian Normalitas Data Tes Awal dan Tes
Akhir Keterampilan Berpikir Kreatif ... 81 TABEL 4.7. Hasil Pengujian Signifikansi Data Tes Awal dan Tes
Akhir Keterampilan Berpikir Kreatif ... 81 TABEL 4.8. Skor Rata-rata Tes Awal dan Tes Akhir Peningkatan
Bertindak Kreatif pada Masing-Masing Kelompok
Peserta Didik ... 83 TABEL 4.9. Alat Penjernihan Air ... 86 TABEL 4.10. Hasil Pengujian Normalitas Data Tes Akhir
Keterampilan Berpikir Kreatif ... 87 TABEL 4.11. Hasil Pengujian Signifikansi Data Tes Awal dan Tes
Akhir Keterampilan Bertindak Kreatif ... 88 TABEL 4.12. Hasil Pengujian Normalitas Data Peningkatan
Kemampuan Kognitif dengan Kemampuan Berpikir
Kreatif Peserta Didik ... 89 TABEL 4.13. Hubungan Peningkatan Kemampuan Kognitif dan
Berpikir Kreatif Peserta Didik Kelompok Tinggi,
Sedang, dan Rendah ... 90 TABEL 4.14. Kebermaknaan Hubungan Peningkatan Kemampuan
Kognitif dan Berpikir Kreatif Peserta Didik Kelompok
Tinggi, Sedang, dan Rendah ... 90 TABEL 4.15. Hubungan antara Peningkatan Keterampilan Berpikir
Kreatif dan Bertindak Kreatif Peserta Didik Kelompok
(8)
ix
Rohaeni Nur Eli, 2014
Analisis Kemampuan Kognitif dan Kreativitas Peserta Didik melalui Problem Based-Learning pada Sub Materi Penjernihan Air.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
TABEL 4.16. Kebermaknaan Hubungan Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif dan Bertindak Kreatif Peserta Didik
Kelompok Tinggi, Sedang, dan Rendah ... 92 TABEL 4.17. Rekapitulasi Peningkatan Kemampuan Kognitif dan
Kreativitas Peserta Didik Kelompok Tinggi, Sedang, dan
Rendah ... 94 TABEL 4.18. Rekapitulasi Hasil Tanggapan Peserta Didik Terhadap
(9)
x
Rohaeni Nur Eli, 2014
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK
GAMBAR 2.1. Penjernihan Air Secara Sederhana atau Tradisional ... 35
GAMBAR 2.2. Kerangka Berpikir ... 36
GAMBAR 3.1. Desain Penelitian ... 41
GAMBAR 3.2. Diagram Alur Penelitian ... 42
GAMBAR 3.3. Alur Penentuan Uji Statistik ... 60
GRAFIK 4.1. Perbandingan Peningkatan Kemampuan Kognitif Peserta Didik Kelompok Tinggi, Kelompok Sedang dan Kelompok Rendah ... 68
GRAFIK 4.2. Perbandingan Peningkatan Kemampuan Kognitif Kelompok Tinggi, Kelompok Sedang dan Kelompok Rendah Perkonsep ... 72
GRAFIK 4.3. Perbandingan Rerata N-Gain Kemampuan Berpikir Kreatif Perindikator pada Masing-masing Kategori Peserta Didik ... 77
GRAFIK 4.4. Perbandingan bertindak kreatif dapat dilihat pada masing-masing kategori peserta didik ... 84
(10)
xi
Rohaeni Nur Eli, 2014
Analisis Kemampuan Kognitif dan Kreativitas Peserta Didik melalui Problem Based-Learning pada Sub Materi Penjernihan Air.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A PENGELOMPOKKAN SISWA, KI-KD, DAN PETA KONSEP
1. Pengelompokkan Kemampuan Peserta Didik ... 105
2. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kimia Kelas XI Kurikulum 2013 ... 109
3. Peta Konsep ... 112
LAMPIRAN B PERANGKAT PEMBELAJARAN 1. RPP ... 113
2. LKS ... 142
3. Artikel ... 157
LAMPIRAN C VALIDASI 1. Kisi-Kisi Mengukur Kemampuan Kognitif ... 171
2. Kisi-Kisi Mengukur Keterampilan Berpikir Kreatif .... 172
3. Hasil Perhitungan Validasi Soal Kemampuan Kognitif ... 173
4. Hasil Perhitungan Validasi Soal Keterampilan Berpikir Kreatif ... 174
5. Contoh Lembar Validasi ... 175
6. Distribusi Skor Uji Coba Kemampuan Kognitif ... 178
7. Distribusi Uji Coba Tes Berpikir Kreatif ... 179
8. Reliabitas Tes Kemampuan Kognitif ... 180
9. Kelompok Unggul Tes Kemampuan Kognitif ... 181
10. Kelompok Asor Tes Kemampuan Kognitif ... 182
11. Rekapitulasi Analisis Butir Soal Kemampuan Kognitif ... 183
12. Daya Beda Tes Kemampuan Kognitif ... 184
(11)
xii
Rohaeni Nur Eli, 2014
14. Korelasi Soal Kemampuan Kognitif ... 186 15. Rekapitulasi Analisis Soal Keterampilan Berpikir
Kreatif ... 188 16. Reliabilitas Soal Keterampilan Berpikir Kreatif ... 189 17. Kelompok Unggul dan Asor Keterampilan Berpikir
Kreatif ... 190 18. Daya Beda dan Tingkat Kesukaran Soal
Keterampilan Berpikir Kreatif ... 191 19. Korelasi Soal Keterampilan Berpikir Kreatif ... 192
LAMPIRAN D INSTRUMEN
1. Soal Tes Kemampuan Kognitif ... 193 2. Soal Tes Awal Keterampilan Berpikir Kreatif ... 202 3. Format Observasi untuk Mengukur Keterampilan
Bertindak Kreatif ... 204 4. Format Angket Tanggapan Peserta Didik ... 208 5. Format Angket Observasi Guru ... 213
LAMPIRAN E DATA HASIL PENELITIAN
1. Distribusi Skor Tes Awal Kemampuan Kognitif ... 214 2. Distribusi Skor Tes Awal Kemampuan Kognitif
Tiap Sub Topik ... 215 3. Distribusi Skor Tes Awal Keterampilan Berpikir
Kreatif Tiap Indikator ... 218 4. Distribusi Skor Tes Akhir Kemampuan Kognitif ... 219 5. Distribusi Skor Tes Akhir Kemampuan Kognitif
Tiap Sub Topik ... 220 6. Distribusi Skor Tes Akhir Keterampilan Berpikir
(12)
xiii
Rohaeni Nur Eli, 2014
Analisis Kemampuan Kognitif dan Kreativitas Peserta Didik melalui Problem Based-Learning pada Sub Materi Penjernihan Air.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7. Distribusi Skor Tes Akhir Keterampilan Bertindak
Kreatif Tiap Indikator ... 225
8. Distribusi Skor Angket ... 226
9. Distribusi Skor Angket Peserta Didik Setiap Aspek yang Digali ... 227
LAMPIRAN F PENGOLAHAN DATA 1. N-gain Kemampuan Kognitif ... 228
2. N-gain Kemampuan Kognitif Setiap Sub Topik ... 229
3. N-gain Keterampilan Berpikir Kreatif ... 236
4. N-gain Keterampilan Berpikir Kreatif Setiap Aspek ... 237
5. N-gain Keterampilan Bertindak Kreatif ... 242
6. Rata-Rata Skor Keterampilan Bertindak Kreatif setiap Tahap Kinerja ... 243
7. Presentase Hasil Angket Tanggapan Peserta Didik ... 246
8. Observasi Guru dalam Pembelajaran ... 248
9. Interpretasi Hasil Observasi Guru ... 249
10. Wawancara Peserta Didik ... 252
(13)
iii Rohaeni Nur Eli, 2014
ABSTRAK
Analisis Kemampuan Kognitif Dan Kreativitas Peserta Didik Melalui
Problem Based-Learning Pada Sub Materi Penjernihan Air
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai penggunaan model pembelajaran PBL terhadap peningkatan kemampuan kognitif, dan kreativitas peserta didik pada topik penjernihan air. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen One Group Pretest-Postes Design, dengan subyek penelitian 31 orang peserta didik kelas XI di salah satu SMK Negeri di Kota Cimahi. Peserta didik dibagi dalam tiga kategori kelompok kemampuan, yaitu: tinggi, sedang dan rendah berdasarkan nilai rata-rata ulangan harian. Aspek keterampilan berpikir kreatif yang dikembangkan meliputi kelancaran, keluwesan, orisinalitas, merinci, dan menilai, sedangkan untuk aspek bertindak kreatif, meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Instrumen yang digunakan adalah tes tertulis pilihan ganda, essay, lembar observasi, angket (skala
Likert) dan pedoman wawancara. Peningkatan hasil belajar dihitung menggunakan
N-gain. Hubungan antara peningkatan antar variabel digunakan korelasi Pearson
dengan taraf signifikansi 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan kognitif peserta didik kategori sedang (%N-gain = 65,18%). Pencapaian dari aspek berpikir kreatif kelancaran (78,43 %, kategori tinggi), keluwesan (74,54%, kategori tinggi), orisinalitas (70,81%, kategori tinggi), merinci (69.93%, kategori sedang), dan menilai (56,90%, kategori sedang). Peningkatan bertindak kreatif tahap persiapan (78,43%), tahap pelaksanaan (84,46%), dan tahap akhir (84,68%). Terdapat hubungan berkategori sedang antara peningkatan kemampuan kognitif dengan keterampilan berpikir kreatif (r = 0,497). Hubungan berpikir kreatif dengan bertindak kreatif terdapat hubungan berkategori kuat (r = 0,626). Produk kreatif yang dihasilkan peserta didik berupa alat penjernihan. Para siswa memberikan tanggapan yang positif terhadap pembelajaran, dan mereka merasa senang serta termotivasi dalam mengikuti pembelajaran menggunakan model yang diimplementasikan.
Kata Kunci : PBL, Kemampuan kognitif, berpikir kreatif, bertindak kreatif penjernihan air
(14)
iv Rohaeni Nur Eli, 2014
Analisis Kemampuan Kognitif dan Kreativitas Peserta Didik melalui Problem Based-Learning pada Sub Materi Penjernihan Air.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
Analysis Of Cognitive Competence And Students’ Creativity Through
Problem Based-Learning About Water Purification
The aim of study is to obtain the information about the use of PBL model to improve cognitive competence, and students’ creativity about water purification. The research method used is a quasi-experimental one group pretest-posttest design, with the subjects of study of 31students of class XI in SMK at Cimahi. The students are divided into three group categories: high, medium and low based on the average value of daily tests. The aspects of creative thinking skills developed are aspect of flexibility, fluency, originality, Elaboration, and
Evaluation, as for the aspect of the creative act that is preparation, execution, and final. The instruments used are multiple choice, essay, observation sheet, questionnaire (Likert scale) and interview. The improved learning outcomes are calculated by using the formula N-gain. We use Pearson correlation to see the relationship between the improvement of cognitive competence and the skill of creative thinking action correlation with significance level of 0,05. The results of this learning model show students’ cognitive competence with medium category (N-gain average = 65.18%). Achievement of fluency aspect is (78.43 %, high category), then for flexibility (74.54%, high category), originality (70.81%, high category ), elaboration (69.93%, medium category), and evaluation (medium category). Increased creative act the preparation (78,43%), execution (84,46%), and final (84.68%). There is a moderate relationship between improved cognitive competence and creative thinking skills (r = 0,497). The relationship of creative thinking and the creative act there is a strong relationship category (r = 0,626). Means of water purification is the creative product of students. The students respond positively toward learning. They are excited and motivated to follow the way they study by using the implemented model.
Keywords: PBL, cognitive competence, creative thinking, creative action, water purification
(15)
1
Rohaeni Nur Eli, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran. Tujuan pendidikan nasional sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 bahwa pendidikan "bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab" (Kemendiknas, 2003: 3). Hal ini telah menunjukkan bahwa sebenarnya pendidikan diharapkan mampu menghasilkan manusia yang tidak hanya cerdas (kognitif) saja tetapi juga berakhlak mulia, manusia yang bertanggung jawab dan berguna bagi tanah air.
Jika kita berpijak dari undang-undang tersebut kita dapat temukan bahwa garis besar tujuan pendidikan nasional adalah tidak sekedar proses alih ilmu pengetahuan (transfer of knowledges), tetapi juga sekaligus sebagai proses alih nilai (transfer of values) (Sadullah, 2003: 57). Artinya bahwa pendidikan, di samping proses pertalian dan transmisi pengetahuan, juga berkenaan dengan proses perkembangan dan pembentukan karakter masyarakat. Hal ini dilakukan dalam rangka internalisasi nilai-nilai budi pekerti kepada peserta didik, maka dalam upaya optimalisasi pendidikan, pendidikan tidak cukup hanya menekankan pada aspek pengetahuan semata melainkan harus didampingi dengan aspek sikap, dan aspek keterampilan. Di Indonesia, kurikulum 2013 dipandang memenuhi kedua dimensi tersebut.
Kurikulum 2013 antara lain bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, dan inovatif, serta mampu berkonstribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan dalam peradaban dunia.
(16)
2
Rohaeni Nur Eli, 2014
Analisis Kemampuan Kognitif dan Kreativitas Peserta Didik melalui Problem Based-Learning pada Sub Materi Penjernihan Air.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lemahnya “kreativitas peserta didik.” merupakan salah alasan dirumuskannya kurikulum 2013 seperti yang dikemukakan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran meliputi mengamati (observing), menanya (questioning), menalar (associating), mencoba (experimenting), dan membentuk jejaring (networking) untuk semua mata pelajaran melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.
Proses pembelajaran merupakan fenomena yang kompleks. Segala sesuatunya berarti, setiap kata, pikiran tindakan, dan asosiasi serta sejauh mana guru mengubah lingkungan, persentase dan rancangan pengajaran (Deporter, 2007: 3). Oleh karena itu guru harus memiliki dan mampu merancang kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien. Kegiatan pembelajaran ini diramu berdasarkan berbagai model, metode dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan informasi yang akan disampaikan.
Namun faktanya menurut Sumarta (2000: 181) bahwa pendidikan nasional kita cenderung hanya menonjolkan pembentukan kecerdasan berpikir dan menepikan penempatan kecerdasan rasa, kecerdasan budi pekerti, bahkan kecerdasan batin. Dari sinilah lahir pribadi-pribadi yang pintar, pribadi yang berprestasi secara kuantitatif akademik, namun tiada berkecerdasan budi sekaligus tidak merdeka dan mandiri.
Hasil penelitian tentang asesmen hasil belajar sains pada level internasional seperti yang diselenggarakan oleh Organization for Economic Co-Operation and Development (OECD) melalui Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2012, Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 65 negara yang berpartisipasi dalam tes. Hanya satu peringkat di atas Peru sebagai juru kunci. Sementara negara-negara Asia Timur berjaya. Shanghai menduduki peringkat pertama, disusul berturut-turut Singapura, Hongkong, Taiwan dan Korea Selatan. Menurut Pranoto (Kompas, 2013) hal ini terjadi karena sekolah Indonesia terlalu
(17)
3
Rohaeni Nur Eli, 2014
fokus mengajarkan kecakapan menghapal dan berhitung ruwet serta melupakan pembelajaran bernalar, sedangkan soal-soal dalam PISA menguji kemampuan berpikir analisis dan problem solving. Kemampuan tersebut menghendaki peserta didik memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skill)
disingkat HOT’S yang mencakup kemampuan analisis, sintesis, evaluasi dan kreativitas. Data terhadap hasil PISA menunjukkan bahwa HOT’S anak kita lemah. Program PISA ini mengukur kecakapan usia 15 tahun untuk peserta didik (SMP), hal ini yang melatarbelakangi mengapa peserta didik tingkat SMA/SMK mempunyai kemampuan HOT’S lemah.
Menurut King, et al. (2010: 13) menyatakan bahwa berpikir kreatif merupakan bagian dari HOT’S. Berpikir kritis dan kreatif diibaratkan sebagai dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, saling berkaitan dan saling menunjang. Selain itu berpikir kritis dan kreatif merupakan dua kemampuan yang mendasar, karena kedua kemampuan ini dapat mendorong seseorang untuk senantiasa memandang setiap permasalahan yang dihadapi secara kritis serta mencoba mencari jawabannya secara kreatif sehingga diperoleh suatu hal baru yang lebih baik dan bermanfaat bagi kehidupannya.
Berdasarkan hasil observasi di salah satu SMA Negeri di kota Cimahi dan Bandung, bahwa berpikir kreatif merupakan suatu hal yang jarang sekali diperhatikan dalam pembelajaran kimia, padahal belajar kimia sarat akan kegiatan berpikir, salah satu berpikir yang dapat dikembangkan adalah berpikir tingkat tinggi dan berpikir kreatif merupakan salah satunya. Kegiatan pembelajaran didominasi oleh guru yang menyampaikan materi pembelajaran dengan metode ceramah. Sementara itu, peserta didik hanya memperhatikan dan cenderung pasif tanpa banyak terlibat dalam kegiatan pembelajaran serta lebih banyak berperan sebagai penerima informasi dari guru (Liliasari dalam Wulandari, 2011: 3)
Salah satu keterampilan HOT’S yang masih jarang dilatihkan di sekolah adalah keterampilan berpikir kreatif. Beberapa hasil penelitian tentang berpikir kreatif (Fitriana, 2010; Kaharu; 2010; Alghafri, 2014) menunjukkan bahwa nilai
(18)
4
Rohaeni Nur Eli, 2014
Analisis Kemampuan Kognitif dan Kreativitas Peserta Didik melalui Problem Based-Learning pada Sub Materi Penjernihan Air.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
rata-rata keterampilan berpikir kreatif yang dimiliki peserta didik masih tergolong rendah).
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Awang and Ramly (2008: 30) menyebutkan bahwa keterampilan berpikir kreatif peserta didik pada mata pelajaran kimia masih perlu dilatih dan dikembangkan dengan membiasakan peserta didik untuk memecahkan masalah yang dapat melatih keterampilan berpikir kreatif. Dengan demikian, diperlukan adanya model pembelajaran yang dapat menumbuhkan keterampilan berpikir kreatif peserta didik.
Salah satu cara untuk meningkatkan kreativitas peserta didik adalah dengan mencari model pembelajaran yang sesuai. Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang ideal untuk mengembangkan kreativitas dan pemecahan masalah. PBL dianggap sesuai dan tepat karena keterampilan berpikir kreatif akan muncul apabila didukung oleh suasana belajar yang berpusat pada peserta didik, sehingga peserta didik bebas mengemukakan gagasan-gagasan yang timbul dari dalam dirinya serta lingkungan belajar yang mendukung peran aktif peserta didik pada pembelajaran tersebut. Tahapan PBL sangat mendukung pencapaian keterampilan berpikir kreatif peserta didik dan telah banyak teruji di berbagai Negara karena menurut Van Tassel-Baska (Tan, 2009: 15) program pendidikan yang kreatif dalam pemecahan masalah sebagai orientasinya akan menstimulasi keterampilan berpikir kreatif siswa.
Melalui PBL, peserta didik dapat dilatih menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Pada prinsipnya PBL ditekankan untuk meningkatkan dan memperbaiki cara belajar dengan tujuan untuk menguatkan konsep dalam kondisi nyata, mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, keterampilan memecahkan masalah, meningkatkan keaktifan belajar peserta didik, mengembangkan keterampilan membuat keputusan, menggali informasi, meningkatkan percaya diri, tanggung jawab, bekerja sama, dan komunikasi (Tan, 2009: 16).
(19)
5
Rohaeni Nur Eli, 2014
Guilford (Munandar, 2012: 8) menyatakan berpikir kreatif merupakan kemampuan divergen atau pemikiran menjajaki bermacam-macam alternatif jawaban terhadap suatu persoalan, yang sama benarnya.
Selain keterampilan berpikir kreatif yang dikembangkan, kemampuan kognitif tidak bisa dipisahkan dalam proses pembelajaran karena kemampuan
kognitif adalah salah satu hasil belajar yang akan diukur peningkatannya (Dahar, 1989: 101).
Hasil penelitian Aryana (2006: 496) menjelaskan bahwa diantara model pembelajaran inovatif (kooperatif Group Investigation disingkat GI, PBL, dan Inkuiri) yang dibandingkan dengan pembelajaran tradisional yang memberikan hasil paling tinggi terhadap kreativitas peserta didik adalah pembelajaran dengan model PBL dengan pencapaian %N-gain sebesar 75,03%. Pencapaian untuk kelompok GI, Inkuiri, dan tradisional masing-masing mempunyai harga %N-gain
73,57%, 74,48%, dan 55,05%.
Sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2011: 103), bahwa keterampilan berpikir kreatif peserta didik pada materi larutan penyangga secara meningkat dengan rata-rata N-gain=0,61 dan juga meningkatkan penguasaan konsep.
Hal tersebut menunjukkan bahwa PBL merupakan salah satu alternatif model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat mengembangkan kreativitas peserta didik, karena di dalam PBL peserta didik dihadapkan pada masalah yang harus dipecahkan melalui bimbingan guru. Menurut Akinoglu & Tandagon (2007: 71) pembelajaran bukan lagi proses yang standar dalam proses pembelajaran aktif, tetapi berubah ke dalam bentuk yang disesuaikan, dimana dikembangkan keterampilan pemecahan masalah, berpikir kreatif, dan belajar.
Menurut Sanjaya (2006: 313-214) alasan PBL perlu dikembangkan meliputi tiga aspek, yakni: (1) dilihat dari aspek psikologi belajar; PBL berdasarkan kepada psikologi kognitif yang berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Belajar bukan semata-mata
(20)
6
Rohaeni Nur Eli, 2014
Analisis Kemampuan Kognitif dan Kreativitas Peserta Didik melalui Problem Based-Learning pada Sub Materi Penjernihan Air.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
proses menghafal sejumlah fakta, tetapi suatu proses interaksi secara sadar antara individu dengan lingkungannya. Melalui PBL perkembangan peserta didik tidak hanya terjadi pada aspek kognitif saja tetapi juga pada aspek afektif dan psikomotor melalui penghayatan secara internal akan masalah yang dihadapi; (2) Dilihat dari aspek filosofis tentang fungsi sekolah sebagai arena atau wadah untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat hidup di masyarakat. PBL sangat penting dikembangkan dalam rangka memberikan latihan dan kemampuan setiap individu untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya; (3) dilihat dari konteks perbaikan kualitas pendidikan, PBL dapat digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran, dimana selama ini kemampuan peserta didik untuk menyelesaikan suatu masalah kurang diperhatikan guru.
Hasil penelitian yang dilakukan pada salah satu SMAN di Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 menunjukkan bahwa metode PBL dapat meningkatkan interaksi sosial dan prestasi belajar peserta didik kelas XI IPA 3, (Dewi, dkk., 2013: 19). Sementara itu penelitian lain yang dilakukan Ornelia diperoleh informasi bahwa melalui pembelajaran PBL peserta didik mampu memecahkan masalah kekurangan air bersih yang dirasakan oleh masyarakat (Ornelia, 2009: 1). Hal ini sesuai dengan yang diutarakan (Barell, 2007: 179) bahwa salah satu unsur dalam PBL adalah masalah harus berangkat dari masalah di dunia nyata. Salah satu sub materi yang sangat cocok dengan PBL adalah materi koloid dengan sub materi penjernihan air, karena sub materi ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, banyak sekali “problem” yang di lingkungan yang
berhubungan dengan masalah kurangnya kebutuhan air bersih. Berdasarkan masalah yang disajikan siswa dapat mengembangkan kreativitasnya dalam membuat alat penjernihan air. Bila dikaji lebih jauh sub materi penjernihan air merupakan bagian dari pokok bahasan sistem koloid, karena dalam proses penjernihan melibatkan proses koagulasi dan adsorpsi.
Berdasarkan latar belakang dan beberapa pendapat di atas penulis mencoba
(21)
7
Rohaeni Nur Eli, 2014
Kreativitas Peserta Didik Melalui Problem Based Learning pada Sub Materi Penjernihan Air”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah yang dapat diidentifikasi adalah:
1. Metode yang digunakan guru tidak sesuai dengan kurikulum 2013 sehingga proses pembelajaran di sekolah pada umumnya guru yang lebih mendominasi. Hal ini menyebabkan peserta didik tidak kreatif dan pelajaran kimia cenderung dihafal oleh peserta didik.
2. Kurangnya aplikasi konsep-konsep kimia dalam kehidupan sehari-hari. 3. Kurang adanya penekanan terhadap upaya mengembangkan karakter kreatif
akibatnya tujuan pembelajaran hanya menekankan pada aspek pengetahuan semata.
C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya
dirumuskan permasalahan penelitian : “Sejauh manakah pembelajaran model PBL
berpengaruh terhadap kemampuan kognitif dan kreativitas peserta didik pada sub materi penjernihan air ”.
Selanjutnya dirinci beberapa pertanyaan penelitian, untuk mempermudah permasalahan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana peningkatan kemampuan kognitif peserta didik SMK kelas XI melalui pembelajaran dengan model PBL pada sub materi penjernihan air? 2. Bagaimana peningkatan keterampilan berpikir kreatif peserta didik SMK
kelas XI melalui pembelajaran dengan model PBL pada sub materi penjernihan air?
(22)
8
Rohaeni Nur Eli, 2014
Analisis Kemampuan Kognitif dan Kreativitas Peserta Didik melalui Problem Based-Learning pada Sub Materi Penjernihan Air.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Bagaimana peningkatan keterampilan bertindak kreatif peserta didik SMK kelas XI melalui pembelajaran dengan model PBL pada sub materi penjernihan air?
4. Bagaimana hubungan peningkatan kemampuan kognitif dengan keterampilan berpikir kreatif peserta didik kelas pada sub materi penjernihan air?
5. Bagaimana hubungan peningkatan kemampuan berpikir kreatif dengan keterampilan bertindak kreatif peserta didik kelas XI pada sub materi penjernihan air?
6. Sejauh mana tanggapan peserta didik terhadap implementasi pembelajaran
PBL pada sub materi penjernihan air?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peningkatan kemampuan kognitif, keterampilan berpikir kreatif, dan keterampilan bertindak kreatif dari peserta didik SMK kelas XI setelah memperoleh pembelajaran dengan model PBL
pada kelompok tinggi, sedang dan rendah pada sub materi penjernihan air. Tujuan selanjutnya adalah mengidentifikasi hubungan peningkatan kemampuan kognitif dengan keterampilan berpikir kreatif dan hubungan peningkatan kemampuan berpikir kreatif dengan bertindak kreatif peserta didik setelah pembelajaran model PBL pada sub materi penjernihan air terhadap kemampuan kognitif dan kreativitas peserta didik. Tujuan lainnya untuk mengetahui persepsi tanggapan peserta didik terhadap implementasi pembelajaran PBL pada sub materi penjernihan air.
E. Batasan Masalah
Untuk lebih memfokuskan penelitian maka dibuat pembatasaan masalah sebagai berikut:
1. Peserta didik
Peserta didik yang dijadikan subyek penelitian adalah peserta didik pada salah satu SMK di kota Cimahi.
(23)
9
Rohaeni Nur Eli, 2014
2. Materi pembelajaran
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada pokok permasalahan mengenai pembelajaran sub materi penjernihan air dengan menggunakan PBL.
3. Kreativitas
Keterampilan Kreativitas dalam penelitian ini meliputi keterampilan kreativitas berpikir dan kreativitas bertindak.
4. Model pembelajaran PBL
Tahapan model pembelajaran PBL yang digunakan adalah tahapan model
PBL menurut Arends.
F. Manfaat Penelitian
Diharapkan hasil penelitian dapat memberikan manfaat yang besar dalam dunia pendidikan, khususnya dalam bidang pendidikan kimia baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam penggunaan model pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan kemampuan kognitif, dan nilai karakter khususnya nilai berpikir dan bertindak kreatif. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan oleh peneliti selanjutnya untuk penelitian yang sejenis.
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada para pendidik untuk menggunakan model PBL dalam kegiatan belajar mengajar guna meningkatkan berpikir kreatif dan bertindak kreatif peserta didik. Hasil penelitian juga bisa menjadi informasi untuk mengetahui cara mengembangkan berpikir kreatif dan bertindak kreatif peserta didik.
G. Sistematika Penulisan
(24)
10
Rohaeni Nur Eli, 2014
Analisis Kemampuan Kognitif dan Kreativitas Peserta Didik melalui Problem Based-Learning pada Sub Materi Penjernihan Air.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bab I : Pendahuluan, bab ini meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II : Kajian pustaka dan kerangka penelitian, bab ini akan menguraikan dasar teori yang berhubungan dengan kemampuan kognitif, kreativitas, dan model pembelajaran PBL.
Bab III : Metode penelitian, bab ini meliputi lokasi dan subyek penelitian serta cara pemilihan sampel, desain dan jenis penelitian, metode penelitian, definisi operasional; yang dirumuskan untuk setiap variabel yang diteliti yang kemudian akan dijabarkan dalam instrumen penelitian dan teknik analisis data.
Bab IV : Hasil penelitian dan pembahasan, bab ini meliputi deskripsi hasil penelitian dan pembahasan.
Bab V : Simpulan dan Saran, bab ini meliputi kesimpulan dari penelitian sesuai dengan masalah yang dikaji dan saran.
(25)
39 Rohaeni Nur Eli, 2014
BAB III
METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian di salah satu SMK Negeri di Cimahi Program Keahlian Mekatronika. Lokasi ini dipilih sebagai tempat penelitian, didasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu pertama pada lokasi tersebut terdapat masalah-masalah yang berhubungan dengan penelitian ini, kedua merupakan salah satu sekolah yang menjadi sekolah sasaran untuk implementasi kurikulum 2013, dan
ketiga lokasi memungkinkan peneliti untuk dapat melaksanakan penelitian secara lebih intensif.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah peserta didik tingkat XI jurusan Mekatronika sebanyak 31 orang. Pertimbangan memilih kelas XI Mekatronika A karena untuk di SMK sesuai dengan struktur kurikulum 2013 hanya program studi keahlian Mekatronika yang terdapat mata pelajaran kimia.
Peserta didik dikelompokkan menjadi tiga kelompok yang berbeda, yakni kelompok peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi (kelompok tinggi), kelompok peserta didik yang memiliki kemampuan sedang (kelompok sedang), dan kelompok peserta didik yang memiliki kemampuan rendah (kelompok rendah). Pengelompokkan peserta didik dihitung menggunakan cara statistik. Cara pengelompok peserta didik dilakukan dengan menghitung rata-rata nilai ulangan harian mata pelajaran kimia dan standar deviasi. Rumus mencari rata-rata (mean) sebagai berikut:
Mean =
(Arikunto, 2012: 299) Keterangan :
= Jumlah skor N = Jumlah peserta didik
(26)
40
Rohaeni Nur Eli, 2014
Analisis Kemampuan Kognitif dan Kreativitas Peserta Didik melalui Problem Based-Learning pada Sub Materi Penjernihan Air.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Rumus untuk mencari standar deviasi:
SD =
√
(Arikunto, 2012: 299) Keterangan:
SD = Standar deviasi
= Tiap skor dikuadratkan lalu dijumlahkan kemudian dibagi dengan N.
= Tiap skor dijumlahkan, dibagi dengan N lalu dikuadratkan.
Hasil perhitungan dengan menggunakan cara di atas akan menghasilkan tiga kategori kelompok peserta didik sebagai berikut:
1. Peserta didik yang memiliki nilai rata-rata ulangan harian > (mean + SD), digolongkan ke dalam kategori peserta didik kelompok tinggi.
2. Peserta didik yang memiliki nilai rata-rata ulangan harian antara (mean + SD) > (mean– SD), digolongkan ke dalam kategori kelompok sedang.
3. Peserta didik yang memiliki nilai rata-rata ulangan harian < (mean – SD), digolongkan ke dalam kategori kelompok rendah.
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, peserta didik yang termasuk ke dalam kelompok tinggi sebanyak 6 orang, peserta didik kelompok sedang sebanyak 18 orang, dan peserta didik kelompok rendah sebanyak 7 orang. Data pengelompokkan peserta didik dapat dilihat pada Lampiran A.1.
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pre-eksperimen.
Menurut Sugiyono (2012: 109) bahwa “penelitian pre-eksperimen hasilnya merupakan variabel dependen bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen.” Hal ini terjadi, karena tidak adanya variabel kontrol. Penelitian ini menggunakan kelompok subyek utuh, dimana kelompok tersebut secara alami sudah terbentuk dalam kelas. Penelitian ini dilakukan untuk menguji model pembelajaran PBL pada sub materi penjernihan air terhadap peningkatan
(27)
41
Rohaeni Nur Eli, 2014
kemampuan kognitif, kemampuan berpikir kreatif dan bertindak kreatif peserta didik. Secara teknis, dilakukan tes sebelum dan setelah penerapan PBL yang telah dikembangkan. Sugiyono (2012: 110) menyebutnya dengan nama desain One-Group Pretest-Posttest Design. Gambar 3.1. menyajikan desain dari penelitian ini.
O1 X O2
Gambar 3.1. Desain Penelitian Dimana:
O1 = tes awal X = perlakuan O2 = tes akhir
Tes awal digunakan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik sebelum perlakuan, sedangkan tes akhir digunakan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik setelah diberi perlakuan. Perbedaan hasil belajar yang muncul pada tes awal dan tes akhir mengindikasikan adanya pengaruh model PBL yang diterapkan terhadap hasil belajar peserta didik. Untuk mengurangi bias yang terjadi pada penelitian ini, sebelum dilakukan tes awal peserta didik diminta membaca materi dan ketika tes awal dilakukan, maka diasumsikan semua peserta didik sudah membaca materi tersebut sebelumnya.
Pada tes awal maupun tes akhir digunakan soal yang sama, untuk kemampuan kognitif digunakan 25 soal pilihan ganda, sedangkan untuk kemampuan berpikir kreatif digunakan 9 soal essay. Dengan kata lain dalam penelitian ini terdapat dua variabel terikat yaitu kemampuan kognitif dan kreativitas. Berdasarkan ini maka dapat diketahui lebih lanjut perbedaan kemampuan kognitif sebelum dan sesudah perlakuan, perbedaan kemampuan berpikir kreatif sebelum dan sesudah perlakuan, serta hubungan antara kemampuan kognitif dan berpikir kreatif.
Variabel bebas pada penelitian ini adalah model PBL. Penerapan PBL ini disebut sebagai “perlakuan” pada desain penelitian one group pretest-posttest
(28)
42
Rohaeni Nur Eli, 2014
Analisis Kemampuan Kognitif dan Kreativitas Peserta Didik melalui Problem Based-Learning pada Sub Materi Penjernihan Air.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan yang disesuaikan dengan jam pelajaran yang dialokasikan.
Secara keseluruhan bagaimana desain dalam pelaksanaannya dapat dilihat pada alur penelitian yang disajikan pada Gambar 3.2.
Kurikulum 2013 Pembuatan Instrumen Validasi instrumen P E R S I A P A N Pretes Implementasi model Pembelajaran PBL Observasi Postes
Angket dan wawancara
Analisis Data Kesimpulan P E L A K S A N A A N A K H I R Analisis Materi Sistem Koloid Pengolahan Data
Angket dan format wawancara Tes kognitiff Lembar observasi Perbaikan Perbaikan LKS
Pengembangan PBL menurut Arends
Studi Pustaka PBL
SKL S. Pen. SI S.Pro.
(29)
43
Rohaeni Nur Eli, 2014
Gambar 3.2 Diagram Alur Penelitian
Dari Gambar 3.2 dapat dilihat bahwa terdapat tiga tahapan dalam penelitian ini tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Berikut paparan mengenai ketiga tahapan tersebut:
1. Tahap Persiapan
Tahap pertama melakukan analisis kurikulum 2013 dan studi literatur PBL.
Pada analisis kurikulum 2013 perlu memperhatikan standar kompetensi lulusan (SKL), standar isi (SI), standar penilaian, dan standar proses (SP) berdasarkan mata pelajaran kimia yang diajarkan pada kelas XI. Dengan analisis SKL dan standar penelitian ini diharapkan akan diperoleh gambaran yang jelas mengenai tujuan pembelajaran.
Analisis SI akan diperoleh gambaran mengenai materi yang akan diajarkan. Untuk menentukan materi yang akan dibuat dalam pelaksanaan pembelajaran yang dirangkum dalam sebuah tema. Penentuan tema yang diambil disesuaikan dengan materi yang telah dipelajari dalam hal ini materi kimia kelas XI. Penentuan tema merupakan identifikasi materi ajar yang akan digunakan untuk menyusun desain pembelajaran. Berdasarkan analisis konsep pada Lampiran A.3. Materi yang dapat digali melalui tema penjernihan air dapat ditemukan pada konsep koloid.
Untuk memperoleh gambaran strategi apa yang digunakan dalam pembelajaran dapat melalui analisis SP. Dalam kurikulun 2013 dipaparkan bahwa metode yang sesuai dengan kurikulum 2013 salah satunya adalah PBL,
dimana dalam prosesnya pembelajaran berpusat pada peserta didik dan dapat mengembangkan kreativitas peserta didik, sifat pembelajaran kontekstual, dan salah satu alasannya dalam pembelajaran PBL memenuhi persyaratan pendekatan pembelajaran dalam kurikulum 2013 yaitu memenuhi pendekatan saintifik atau yang lebih dikenal dengan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan (Permendikbud no. 81 A, 2013:5).
Selanjutnya disusun instrumen penelitian pembuatan instrumen pengukuran kemampuan kognitif dan kreativitas meliputi tiga jenis instrumen yang pertama
(30)
44
Rohaeni Nur Eli, 2014
Analisis Kemampuan Kognitif dan Kreativitas Peserta Didik melalui Problem Based-Learning pada Sub Materi Penjernihan Air.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penggukuran aspek kognitif mengunakan tes tertulis pilihan ganda, kedua
keterampilan berpikir kreatif dengan indikator kemampuan berpikir lancar
(fluency), kemampuan berpikir luwes (flexibility), kemampuan berpikir orisinil (originality), kemampuan merinci (elaboration), kemampuan menilai (evaluation), ketiga untuk mengukur bertindak kreatif menggunakan lembar observasi dengan penilaian kinerja. Setelah pembuatan tiga jenis instrumen, kemudian divalidasi kepada lima orang ahli (validator), kemudian dilakukan revisi sesuai saran yang diberikan oleh validator (Lampiran C.3, C.4, dan C5). Setelah diperoleh instrumen yang tervalidasi kemudian dilakukan uji coba instrumen. Hasil uji coba instrumen dapat dilihat pada Lampiran C.6 dan C.7. Instrumen yang telah diuji coba kemudian diperbaiki dari segi rincian soal.
2. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun diimplementasikan oleh peneliti. Selama proses pembelajaran peneliti mengamati peserta didik berdasarkan format kegiatan peserta didik yang telah dibuat.
Kegiatan pembelajaran dilakukan sebanyak 2 dua kali pertemuan. Diawali dengan pretes kemampuan kognitif dan berpikir kreatif. Selanjutnya dilakukan dengan pembelajaran dimulai dengan tahapan orientasi peserta didik terhadap masalah air yang ada dilingkungan setempat. Kemudian guru mengarahkan dan mengorganisasikan peserta didik untuk belajar dan membimbing mereka untuk berdiskusi secara kelompok untuk menyelidiki tentang solusi penyelesaian permasalahan air kotor, dan merancang percobaan penjernihan air.
Pada pembelajaran yang kedua, peserta didik diarahkan untuk merealisasikan upaya penyelesaian masalah dengan cara menyajikan atau menciptakan hasil karya sesuai kemampuannya. Berbagai bentuk alat penjernihan air yang dihasilkan peserta didik dapat mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan berdasarkan potensi kreatif yang dimilikinya.
Pertemuan pertama dilaksanakan pembelajaran mulai dari tahap 1 dan tahap 2. Pada pertemuan kedua dilaksanakan melanjutkan pembelajaran tahap 3, 4 dan 5. Adapun rincian kegiatan pembelajaran dalam penelitian ini ditampilkan
(31)
45
Rohaeni Nur Eli, 2014
pada Tabel 3.1, sedangkan untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran B.1.
TABEL 3.1
Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran PBL
Tahapan PBL Kegiatan Peserta didik
Tahap 1: Orientasi peserta didik terhadap masalah
Peserta didik diperlihatkan video mengenai air sadah dan air keruh karena mengandung logam besi dan mangan.
Peserta didik membaca dengan cermat artikel yang berjudul “ Permasalahan Air Tanah”
Peserta didik mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan permasalahan air.
Peserta didik menjawab pertanyaan mengenai sumber air di alam
Peserta didik menjawab pertanyaan mengenai pemanfaatan air melalui artikel yang berjudul permasalahan air tanah.
Peserta didik menjawab pertanyaan mengenai pemanfaatan air melalui artikel yang berjudul permasalahan air tanah.
Peserta didik menjawab pertanyaan mengenai persyaratan air bersih. Peserta didik menjawab pertanyaan mengenai permasalahan kesadahan dan cara mengatasinya.
Peserta didik menjawab pertanyaan bagaimana mengatasi permasalahan kekeruhan dan bau yang diakibatkan penggunaan air yang banyak mengandung besi dan mangan.
Peserta didik menjawab pertanyaan mengenai media penjernihan air. Tahap 2:
Mengorganisasi kan peserta didik belajar
Peserta didik bergabung dengan kelompoknya.
Peserta didik memperoleh LKS dan menyimak informasi dari guru mengenai apa yang harus dilakukan dalam mengerjakan LKS.
Peserta didik berdiskusi bersama teman sekelompoknya, hasil pengamatan dari potongan artikel ditambah dengan tambahan dari sumber-sumber lain, dan jawablah pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam LKS.
Tahap 3: Membimbing penyelidikan individu dan kelompok.
Peserta didik memilih alat yang akan bahan yang akan digunakan dalam percobaan penjernihan air.
Peserta didik menyusun alat penjernihan air yang akan dipakai untuk menghilangkan kesadahan, dan menghilangkan kekeruhan dan bau pada air yang mengandung besi dan mangan.
Peserta didik memperlihatkan hasil alat yang disusunnya, variasi alat yang dihasilkan.
Peserta didik mendesain alat penjernihan air yang berbeda satu sama lainnya. Peserta didik merinci dengan detail komposisi media yang digunakan dalam alat penjernihan air.
Peserta didik menuliskan kondisi air sebelum dan sesudah dijernihkan dengan alat penjernihan air yang mereka buat.
Tahap 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Peserta didik mengkomunikasikan hasil praktikum dan dengan mempresentasikannya di depan kelas. Di dalam presentasinya peserta didik memberikan pertimbangan berdasarkan pikirannya sendiri mengenai alasan dari desain yang mereka buat.
Peserta didik dari kelompok lain memberikan komentar dan pertanyaan terhadap kelompok yang sedang mempresentasikan percobaan penjernihan air.
(32)
46
Rohaeni Nur Eli, 2014
Analisis Kemampuan Kognitif dan Kreativitas Peserta Didik melalui Problem Based-Learning pada Sub Materi Penjernihan Air.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tahapan PBL Kegiatan Peserta didik
Tahap 5
Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Peserta didik membandingkan hasil penjernihan air dengan hasil penjernihan dengan kelompok lain.
3. Tahap Akhir
Pada tahap ini semua data yang telah terkumpul selanjutnya diolah, dianalisis, dan ditarik kesimpulan.
C. Definisi Operasional
Berikut definisi operasional yang digunakan untuk menghindari kesalahpahaman pengertian dari istilah-istilah dalam penelitian ini:
a. Kemampuan Kognitif
Kemampuan kognitif merupakan penampilan yang dapat diamati dari aktivitas mental (otak) untuk memperoleh pengetahuan melalui pengalaman sendiri. Pengaturan aktivitas mental dengan menggunakan kaidah dan konsep yang telah dimiliki yang kemudian direpresentasikan melalui tanggapan, gagasan, atau lambang.
b. Kreativitas
Kreativitas merupakan suatu kemampuan yang sangat berarti dalam proses kehidupan manusia. Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk aptitude maupun non-aptitude, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal–hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.
Berpikir kreatif dapat dirumuskan sebagai “kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan
“(Munandar, 1985: 50).
Bertindak kreatif adalah suatu keputusan yang dilaksanakan secara berkesinambungan dengan dasar komitmen untuk menghasilkan suatu karya kreatif. Bertindak kreatif secara langsung tidak akan menghasilkan karya kreatif,
(33)
47
Rohaeni Nur Eli, 2014
karena karya kreatif dihasilkan melalui kegiatan yang terus-menerus sesuai dengan suatu ide, pemikiran maupun pandangan yang telah dijadikan dasar bertindak (Dariyo, 2003: 34).
c. PBL
PBL merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan level merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan level berpikir tingkat tinggi yang diorientasikan pada masalah, termasuk belajar dan bagaimana belajar. Proses berpikir dalam PBL ini diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapkan peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.
d. Penjernihan air
Penjernihan air adalah proses pengolahan air kotor menjadi air bersih dan sehat.
(34)
48
Rohaeni Nur Eli, 2014
Analisis Kemampuan Kognitif dan Kreativitas Peserta Didik melalui Problem Based-Learning pada Sub Materi Penjernihan Air.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan instrumen-instrumen sebagai berikut:
1. Tes tertulis
a. Tes kemampuan kognitif
Berupa soal pilihan ganda digunakan untuk melihat sejauh mana kemampuan kognitif peserta didik sebelum dan sesudah pelaksanaan pembelajaran dengan metoda PBL antara peserta didik kelompok tinggi, kelompok sedang, dan kelompok rendah. Rumusan tujuan pembelajaran menjadi acuan dalam pembuatan soal yang selanjutnya dituangkan di dalam kisi-kisi tes.
TABEL 3.2
Kisi-kisi Soal Tes Mengukur Kemampuan Kognitif
No. Sub Topik Indikator soal No soal Aspek
Kognitif 1 Sumber Air Menyebutkan manfaat air bersih 2 dan 3 C3 dan C3
2 Air Bersih Syarat fisika , Syarat bakteriologis, dan Syarat kimia
5, 7, 9,10,11, dan 12
C3, C2, C2, C2, C3, dan C3
3 Air yang mengandung besi dan mangan
Memberikan contoh permasalahan yang ditimbulkan besi dan mangan dalam air
17 dan 18 C1 dan C2
4 Air Sadah Mendefinisikan air sadah, mengklasifikasikan, menghilangkan kesadahan.
15 dan 20 C2dan C3.
5 Media Penjernihan Menjelaskan cara memperoleh air bersih 22, 25, dan 27 C2, C2, dan C3.
6 Efek Tyndall Sifat adsorpsi dan koagulasi dalam penjernihan air.
Menyebutkan sifat koloid yang digunakan dalam proses penjernihan air
30,31, dan 32, C3, C2, dan C2
7 Percobaan penjernihan air
Memperkirakan yang terjadi pada proses penjernihan air sederhana, jika ada perubahan pada medianya.
33, 35, 36, 37, 38, 39, dan 40
C3, C3, C3, C5, C3 C3 dan C6
(35)
49
Rohaeni Nur Eli, 2014
Tes keterampilan berpikir kreatif berupa soal essay digunakan untuk melihat sejauh mana kemampuan berpikir kreatif peserta didik sebelum dan sesudah pelaksanaan pembelajaran dengan metoda PBL antara kelompok tinggi, kelompok sedang, dan kelompok rendah, dengan kisi-kisi pada Tabel 3.3 berikut:
TABEL 3.3
Kisi-Kisi Soal Kemampuan Berpikir Kreatif
No. Tahapan
PBL Aspek Indikator Berpikir Kreatif (Kode Indikator) No Soal 1. Orientasi Peserta didik terhadap Masalah
Keterampilan Berpikir Lancar (Fluency) Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau jawaban
Mengajukan banyak pertanyaan (2.1.1.1)
1.
Melakukan berbagai hal, selalu memikirkan lebih dari satu jawaban
Menjawab pertanyaan dengan lebih dari satu jawaban yang relevan. (2.1.1.2)
2 dan 3
Keterampilan berpikir luwes (Flexibility)
Menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi.
Memberikan bermacam-macam rumusan masalah. (2.1.1.3)
4
2 Mengorga-nisasikan peserta didik belajar
Keterampilan berpikir orisinil
(Originality)
Mampu melakukan langkah baru dan unik, memikirkan cara-cara yang tak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur
Setelah membaca atau mendengar gagasan-gagasan berpikir untuk menemukan penyelesaian baru
(2.1.1.4)
5
Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik.
(2.1.1.5)
6
Keterampilan merinci atau mengelaborasi
(Elaboration)
Mampu memperkaya dan
mengembangkan suatu gagasan atau produk
Menambahkan atau merinci detail-detail suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik
Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah terperinci. (2.1.1.6)
7
Mencoba untuk menguji detail-detail untuk melihat arah yang akan ditempuh. (2.1.1.7)
8
Keterampilan menilai atau mengevaluasi
(Evaluation)
Menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pernyataan benar atau tidak
Mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka.
Memiliki alasan-alasan yang dapat dipertanggung jawabkan untuk mencapai suatu keputusan
(2.1.1.8)
(36)
50
Rohaeni Nur Eli, 2014
Analisis Kemampuan Kognitif dan Kreativitas Peserta Didik melalui Problem Based-Learning pada Sub Materi Penjernihan Air.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Lembar Observasi
a. Lembar Observasi Peserta Didik
Lembar observasi peserta didik digunakan untuk melihat sejauh mana keterampilan bertindak kreatif peserta didik. Instrumen yang digunakan untuk mengukur berpikir dan bertindak kreatif dengan menggunakan assesmen kinerja.
Asessmen kinerja menggunakan cara observasi langsung, dalam pengertian peserta didik dikondisikan untuk melakukan suatu kegiatan dan guru mengamatinya. Pada saat pembelajaran berlangsung, diamati kreativitas dalam bertindak peserta didik dengan menggunakan lembar observasi yang diberikan kepada 2 observer untuk memperoleh gambaran secara langsung aktivitas peserta didik selama pembelajaran berlangsung.
TABEL 3.4
Kisi-Kisi Lembar Observasi Mengukur Bertindak Kreatif
No Aspek
Kinerja Aspek Kreatif Indikator
1 Tahap
Persiapan Praktikum
Kemampuan Bertindak Lancar
Lancar dalam
mengecek kesesuaian dan kelengkapan alat dan bahan.
Lancar menyiapkan media penjernihan air yang digunakan dalam keadaan bersih.
Lancar merangkai alat percobaan penjernihan air. Kemampuan Bertindak
Luwes
Menyiapkan berbagai macam media untuk alat penjernihan.
Kemampuan bertindak orisinil
Menyiapkan alat penjernihan yang berbeda dengan kelompok yang lain.
Kemampuan Elaboratif Merinci dengan detail dalam menambahkan bahan yang digunakan dalam proses penjernihan air.
2 Tahap
Pelaksanaan
Mempunyai alasan yang rasional yang dapat
Melakukan pengamatan. Menuliskan hasil pengamatan.
(37)
51
Rohaeni Nur Eli, 2014
No Aspek
Kinerja Aspek Kreatif Indikator
dipertanggungjawabkan untuk mencapai suatu keputusan.
Mempresentasikan hasil pengamatan. Menyimpulkan berdasarkan pengamatan. 3 Tahap Akhir
Praktikum
Membersihkan alat yang telah digunakan pada saat
praktikum.
Mengembalikan alat dan bahan yang digunakan pada tempat semula.
Membuang sampah praktikum pada tempatnya.
b. Lembar Observasi Guru
Lembar observasi guru digunakan untuk melihat keterlaksanaan pembelajaran dengan pembelajaran PBL dapat dilihat pada Tabel 3.5.
TABEL 3.5
Kisi-Kisi Lembar Observasi Guru
Tahap Pembelajaran
Berbasis Masalah Aspek yang diamati
Tahap 1:
Mengorientasikan peserta didik terhadap masalah.
Menjelaskan tujuan pembelajaran . Memunculkan masalah otentik.
Memotivasi peserta didik dalam memecahkan masalah. Tahap 2:
Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar.
Membagi peserta didik ke dalam kelompok belajar. Membimbing peserta didik dalam mendefinisikan masalah.
Membimbing peserta didik untuk berbagi tugas dengan anggota kelompoknya.
Tahap 3:
Membimbing penyelidikan individual dan kelompok.
Mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai.
Mempersiapkan fasilitas untuk memecahkan masalah. Membantu kesulitan peserta didik dalam pemecahan masalah.
Tahap 4:
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Membantu peserta didik merencanakan hasil pemecahan masalah.
Memfasilitasi pengembangan hasil pemecahan masalah. Membimbing peserta didik menyajikan hasil pemecahan masalah.
Tahap 5:
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Membantu peserta didik untuk melakukan evaluasi dan refleksi terhadap penyelesaian masalah.
3. Angket Tanggapan Peserta didik
Angket digunakan untuk memperoleh data mengenai tanggapan peserta didik terhadap terhadap model PBL, bahan ajar yang digunakan dalam model PBL,
(38)
52
Rohaeni Nur Eli, 2014
Analisis Kemampuan Kognitif dan Kreativitas Peserta Didik melalui Problem Based-Learning pada Sub Materi Penjernihan Air.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pelajaran kimia dengan model PBL, keterampilan berpikir kreatif dengan model
PBL, dan keterampilan bertindak kreatif. Angket disusun dalam bentuk skala Likert, yaitu menyajikan suatu pernyataan kemudian peserta didik diminta pendapatnya dengan cara memberi tanda ceklist (√) pada SS jika sangat setuju, S jika setuju, TS jika tidak setuju, dan STS jika sangat tidak setuju. Dilaksanakan setelah peserta didik melaksanakan model pembelajaran. Tabel 3.6 memaparkan kisi-kisi angket peserta didik.
TABEL 3.6
Kisi-Kisi Angket Tanggapan Peserta Didik
No. Aspek yang digali Nomor Soal
1. Tanggapan peserta didik terhadap model pembelajaran berbasis masalah.
1, 2, 3 dan 4 2. Persepsi peserta didik terhadap bahan ajar yang
digunakan dalam model pembelajaran berbasis masalah.
5, 6 dan 7 3. Tanggapan peserta didik terhadap pelajaran kimia
dengan model PBL.
8, 9, dan 10
4. Tanggapan peserta didik terhadap keterampilan berpikir kreatif dengan model PBL.
11, 12, 13, dan 14
5. Tanggapan peserta didik terhadap keterampilan bertindak kreatif.
15, 16, 17, 18, 19 dan 20
4. Wawancara
Wawancara tak berstruktur dilakukan untuk mendapatkan gambaran permasalahan yang lebih lengkap. Wawancara tidak pedoman wawancara yang tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya (Sugiyono, 2013: 320).
E. Proses Pengembangan Instrumen
Instrumen yang telah dibuat selanjutnya dilakukan pengembangan melalui:
1. Analisis Validitas butir soal tes
Validitas butir soal dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir soal, dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir soal tersebut (Sugiyono, 2013: 173). Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui
(39)
53
Rohaeni Nur Eli, 2014
dukungan suatu butir soal terhadap skor total. Untuk menentukan perhitungan validitas butir soal digunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson (Arikunto, S, 2012: 85).
Dimana :
rxy = koefisien validitas N = Jumlah peserta tes
x = skor peserta didik pada tiap butir soal y = skor total
Interpretasi besarnya validitas berdasarkan patokan disesuaikan dari Arikunto, (2012: 89) adalah seperti tabel berikut :
TABEL 3.7
Interpretasi Validitas
Batasan Kategori
0,80 < rxy≤ 1,00 Sangat tinggi 0,60 < rxy≤ 0,80 Tinggi 0,40 < rxy≤ 0,60 Cukup 0,20 < rxy≤ 0,40 Rendah 0,00 < rxy≤ 0,20 Sangat rendah
Hasil perhitungan validasi diperoleh informasi dari 40 soal yang diberikan pada peserta didik 33 valid dan 7 butir soal tidak valid, untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran C.11.
Sedangkan untuk soal berpikir kreatif sembilan soal yang diberikan pada peserta didik diperoleh informasi 100% valid, untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.15.
(40)
54
Rohaeni Nur Eli, 2014
Analisis Kemampuan Kognitif dan Kreativitas Peserta Didik melalui Problem Based-Learning pada Sub Materi Penjernihan Air.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Analisis Reliabilitas Tes
Suatu alat ukur (instrumen) memiliki reliabilitas yang baik bila alat ukur itu memiliki konsistensi yang handal walaupun dikerjakan oleh siapapun (dalam level yang sama). Dimanapun dan kapanpun berada. Untuk mengukur reliabilitas soal menggunakan rumus Spearman-Brown.
Rumus untuk menentukan reliabilitas pada kemampuan kognitif yaitu:
=
⁄ ⁄⁄ ⁄
Keterangan:
⁄ ⁄ = korelasi antara skor-skor setiap belaha tes r 11 = koefisien reabilitas yang sudah disesuaikan
Rumus untuk menentukan reabilitas soal berpikir kreatif, yaitu:
r 11 = ( ) Keterangan :
r 11 = korelasi skor-skor setiap belahan tes
= jumlah varian skor tiap-tiap item = varian skor total setiap item n = banyaknya butir soal
Untuk hasil perhitungan koefisien reliabilitas, kemudian ditafsirkan dan diinterpretasikan mengikuti interpretasi menurut Guilford (Suherman, 2003: 154) yaitu:
TABEL 3.8
(Arikunto, 2012: 107)
(41)
55
Rohaeni Nur Eli, 2014
Kategori Reliabilitas Butir Soal
Batasan Kategori
0,90 < r11≤ 1,00 Sangat tinggi (sangat baik) 0,70 < r11≤ 0,90 Tinggi (baik)
0,40 < r11≤ 0,70 Cukup (sedang) 0,20 < r11≤ 0,40 Rendah (kurang)
r11≤ 0,20 Sangat rendah (sangat kurang)
Hasil perhitungan diperoleh informasi reliabilitas untuk tes kemampuan kognitif sebesar 0,78 hal ini menunjukkan kategori tinggi (baik), sedangkan untuk reliabilitas soal kemampuan berpikir kreatif diperoleh harga 0,82 dengan kategori tinggi (baik).
3. Daya Pembeda Tes Hasil Belajar
Perhitungan daya pembeda pada setiap butir soal dapat digunakan rumus
DP =
(Arikunto, 2012: 232) Keterangan :
DP = Daya pembeda
BA = Jumlah peserta didik pada kelompok atas BB = Jumlah peserta didik pada kelompok bawah JA = Jumlah peserta didik kelompok atas
JB = Jumlah peserta didik kelompok bawah
Untuk hasil perhitungan daya pembeda, kemudian ditafsirkan dan diinterpretasikan mengikuti interpretasi menurut Arikunto (2012: 232) yaitu :
TABEL 3.9
Kategori Interpretasi Daya Pembeda
Batasan Kategori
0,00 < DP ≤ 0,20 Kurang 0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup 0,40 < DP ≤ 0,70 Baik
(42)
56
Rohaeni Nur Eli, 2014
Analisis Kemampuan Kognitif dan Kreativitas Peserta Didik melalui Problem Based-Learning pada Sub Materi Penjernihan Air.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik
Hasil perhitungan daya beda dapat dilihat pada Lampiran C.12. untuk soal kemampuan kognitif, sedangkan pada soal berpikir kreatif dapat dilihat pada Lampiran C.18.
4. Analisis Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran dari tiap item soal dihitung berdasarkan jawaban seluruh peserta didik yang mengikuti tes. Rumus yang digunakan untuk menghitung tingkat kesukaran adalah :
JS B
P
Keterangan :
P = Indeks kesukaran
B = Jumlah peserta didik yang menjawab soal dengan benar JS = Jumlah seluruh peserta didik peserta tes
Untuk hasil perhitungan tingkat kesukaran, kemudian ditafsirkan dan diinterpretasikan mengikuti interpretasi (Arikunto, 2012: 225) yaitu :
TABEL 3.10
Kategori Interpretasi Indeks Kesukaran
Batasan Kategori
0,00 < TK ≤ 0,30 Sukar 0,30 < TK ≤ 0,70 Sedang 0,70 < TK ≤ 1,00 Mudah
Untuk melihat hasil lengkap dari indeks kesukaran dapat dilihat pada Lampiran C.13, sedangkan soal kemampuan kognitif dan berpikir kreatif dapat dilihat pada Lampiran C.18.
(43)
57
Rohaeni Nur Eli, 2014
F. Teknik Pengumpulan Data
Mengacu pada data yang diperlukan, yaitu gambaran keterlaksanaan PBL dan hasil belajar peserta didik, serta data pendukung lainnya, maka pada penelitian ini digunakan berbagai teknik pengumpulan data. Tabel 3.11 merangkum teknik pengumpulan data yang digunakan berdasarkan data dan alat yang digunakan. Pengumpulan data dimulai dari sebelum penerapan sampai setelah penerapan. Berikut penjelasan untuk masing-masing teknik pengambilan data.
TABEL 3.11 Teknik Pengumpulan Data
No. Jenis Data Pengumpul Data
Instrumen Teknik
1 Keterlaksanaan model PBL Lembar observasi Pengumpulan data selama pembelajaran berlangsung. 2 Hasil belajar peserta didik Soal tes Pemberian soal tes sebelum dan
setelah penerapan PBL kepada peserta didik
3 Pengalaman belajar peserta didik dan pemahaman terhadap PBL
Angket Pemberian angket yang terdiri dari pernyataan mengenai pengalaman belajar. 4 Menemukan permasalahan
secara terbuka.
Pedoman wawancara
Wawancara Face to face
G. Teknik Analisis Data
Analisis dilakukan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Setelah itu data dikelompokkan berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk hubungan antar variabel.
Teknik analisis data terhadap data yang telah dikumpulkan berbeda-beda. Pada akhirnya teknik analisis berujung pada informasi yang saling mendukung untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Tabel 3.12. Menyajikan rangkuman
(44)
58
Rohaeni Nur Eli, 2014
Analisis Kemampuan Kognitif dan Kreativitas Peserta Didik melalui Problem Based-Learning pada Sub Materi Penjernihan Air.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
teknik analisis data yang dilakukan berdasarkan data yang dikumpulkan. Berikut penjelasan masing-masing teknik analisis data yang dilakukan pada penelitian ini.
TABEL 3.12
Teknik Analisis Data Berdasarkan Jenis Data yang Dikumpulkan
No. Jenis Data Teknik Analisis Data
1 Keterlaksanaan model pembelajaran PBL. Analisis deskriptif 2 Hasil Belajar peserta didik
Kemampuan kognitif
Keterampilan berpikir kreatif
Keterampilan bertindak kreatif
Hubungan kemampuan kognitif dengan Keterampilan berpikir kreatif.
Hubungan keterampilan berpikir kreatif dan bertindak kreatif.
Data dihitung
Statistik deskriptif, N-gain.
Statistik deskriptif, N-gain untuk setiap indikator butir soal.
Statistik deskriptif
Uji hubungan
Uji hubungan 3 Pengalaman belajar peserta didik dan
pemahaman terhadap PBL
Analisis Deskriptif
Hitung persentase setiap pernyataan
Analisis deskriptif bertujuan untuk memaparkan data yang diperoleh dari lapangan sedetail mungkin dengan data-data tambahan lainnya yang saling mendukung. Analisis deskriptif digunakan pada saat menjelaskan keterlaksanaan pembelajaran PBL. Sedangkan pengalaman belajar peserta didik dan pemahaman terhadap PBL dideskripsikan sebagai data tambahan.
a. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk analisis data hasil belajar peserta didik, baik untuk kemampuan kognitif maupun keterampilan berpikir kreatif. Satistik deskriptif bertujuan untuk memperoleh gambaran umum dari hasil belajar yang
(1)
Rohaeni Nur Eli, 2014
Analisis Kemampuan Kognitif dan Kreativitas Peserta Didik melalui Problem Based-Learning pada Sub Materi Penjernihan Air.
82,52%), kesemuanya mempunyai kategori tinggi. Ketiga tahapan penilaian bertindak kreatif, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan akhir menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan. Peningkatan kreativitas tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan kognitif tetapi juga salah satunya dipengaruhi oleh motivasi, sehingga kreativitas peserta didik dengan kemampuan rendah bila mempunyai motivasi yang tinggi dapat menunjukkan kreativitas dalam kategori tinggi sama halnya dengan kelompok tinggi dan sedang.
4. Hubungan peningkatan kemampuan kognitif dengan keterampilan berpikir kreatif peserta didik kelas XI pada topik penjernihan air secara keseluruhan menunjukkan kategori sedang (r = 0,497) pada taraf signifikansi 0,05. Kelompok rendah memperlihatkan haga korelasi paling besar dengan kategori kuat (r = 0,763) dibandingkan dengan kelompok rendah (r = 0,739 dengan korelasi kuat, sedangkan kelompok sedang menunjukkan korelasi yang paling rendah pada kategori cukup kuat (r = 0,466). Kreativitas alat penjernihan air terlihat dari kreativitas penggunaan alat-alat bekas dan tergambarkan dari adanya variasi komposisi media penjernihan air yang digunakan oleh peserta didik.
5. Hubungan peningkatan kemampuan berpikir kreatif dengan bertindak kreatif peserta didik kelas XI pada topik penjernihan air pada taraf signifikansi 0,05 secara keseluruhan menunjukkan kategori kuat (r = 0,449). Kelompok tinggi, sedang, dan rendah menunjukkan kategori sangat kuat (kelompok tinggi r = 0,950), kuat (kelompok sedang r = 0,80), dan cukup kuat (kelompok rendah r = 0,558).
6. Berdasarkan data angket, sebagian besar peserta didik menyatakan tertarik dengan model PBL (84%), sehingga meningkatkan minat belajar peserta didik (87%). Ketertarikan tersebut dikarenakan dalam pelaksanaan pembelajaran dilakukan praktikum penjernihan air yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
(2)
100
B. Saran
Dengan memperhatikan hasil penelitian dan pembahasan, peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Peserta didik harus dipersiapkan agar dibiasakan berpartisipasi
merencanakan kegiatan ilmiah untuk memecahkan permasalahan sehingga penggunaan waktu akan lebih efektif.
2. Pembelajaran dengan model PBL harus sering diimplementasikan pada materi-materi lain agar potensi-potensi kreatif peserta didik dapat dikembangkan. Dengan dibiasakannya PBL dalam setiap pembelajaran kreativitas dapat dikembangkan secara terus menerus, karena pengembangan kreativitas memerlukan proses. Hal ini penting untuk pengembangan diri setiap peserta didik ketika sudah menjadi lulusan.
3. Bagi guru yang hendak mengimplementasikan PBL untuk meningkatkan kreativitas peserta didik, harus dapat mengalokasikan waktu dengan tepat. Pengaturan waktu merupakan hal yang sangat penting, karena model PBL ini merupakan model pembelajaran yang pelaksanaannya tidak bisa dilaksanakan sepenuhnya di sekolah, tetapi memerlukan persiapan dalam perancangan alat penjernihan air yang tepat guna.
4. Peneliti berikutnya diharapkan dapat menggunakan alat observasi atau tes berpikir dan bertindak kreatif yang lebih spesifik dalam pengembangan kreativitas dengan menggunakan PBL. Dikarenakan banyak sekali indikasi-indikasi kreativitas yang perlu dan sangat penting sebagai data penelitian, belum tergali.
5. Desain penelitian yang menggunakan kelas kontrol diharapkan dapat digunakan pada penelitian selanjutnya agar terlihat bahwa peningkatan kemampuan kognitif, keterampilan berpikir dan bertindak kreatif betul-betul memang disebabkan karena model PBL.
(3)
Rohaeni Nur Eli, 2014
Analisis Kemampuan Kognitif dan Kreativitas Peserta Didik melalui Problem Based-Learning pada Sub Materi Penjernihan Air.
Akinoglu, O. and Tandogan, R.O. (2007). “The Effects of Problem-Based Active Learning in Science Education on Students’ Academic Achievement, Attitude and Concept Learning”. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education. 3, (1), 71-81
Alghafri, A. S. and Nizam, H. (2014). “The Effects of Integrating Creative and Critical Thinking on Schools Students' Thinking “International Journal of Social Science and Humanity. 4, (6), 22-33: U.P. College of Eduction
Alwi, H. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Arends, R. (2012). Learning to Teach ( ninth ed.). Americas, New York: McGraw-Hill
Arifin, Z. (2011). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya Arikunto. (2006). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi aksara
Arnyana, I.B. P. (2006). “Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Inovatif pada Pembelajaran Biologi terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMA”. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja. 3, 496-518
Awang, H. and Ramly, I. (2008). “Creative Thinking Skill Approach Through Problem-Based Learning: Pedagogy and Practice in the Engineering Classroom”. International Journal of Social, Human Science and Engineering. 4, (2): 31-36
Barell, J. (2007). Problem-based learning—An inquiry approach (2nd ed.). Thousand Oaks, CA: Corwin Press
Dahar, R. W. (1998). Teori-teori Belajar. Jakarta: Prestasi Pustaka
Danial, M. (2010). “Pengaruh Strategi PBL Terhadap Keterampilan Metakognisi dan Respon Mahasiswa”. Jurnal Chemica. 11, (2), 1-10
Dariyo, A. (2003). “Menjadi Orang Kreatif Sepanjang Masa” Jurnal Psikologi.1, ( 1), 29-37
Deporter, dkk. (2007). Quantum Teaching. Bandung:Raifa
Dewi, R. S., dkk. (2013). “Upaya peningkatan Interaksi Sosial dan Prestasi Belajar Siswa dengan koloid di SMAN 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012”. Jurnal Pendidikan Kimia. 2, (1), 5-20
(4)
102
Rohaeni Nur Eli, 2014
Fasco, Jr. D. (2001). “Education and Creativity”. Creativity Research Journal. 13, (3 & 4), 317 – 327
Fitriana, I. S. (2010). Penggunaan Multimedia Interaktif (MMI) dalam Proses Pembelajaran Materi Teori Kinetik Gas untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA. Tesis pada SPs UPI: Tidak diterbitkan
Graaff, E. and Kolmos, A. (2003). “Characteristics of Problem-Based Learning” Int. J. Engng. 19, (5), 657-662
Hake. (1998). “Interactive-engagement versus traditional methods: A six-thousand-student survey of mechanics test data for introductory physics courses”. Am. J. Phys. 66, (1), 64 – 74
Kaharu, S. (2010). Penggunaan Hypermedia untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa dalam Pembelajaran Rangkaian Listrik Arus Searah. Tesis pada SPs UPI: Tidak diterbitkan
Kemendikbud. (2013). Permendikbud No. 81 A tentang Implementasi Kurikulum. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Kemendiknas. (2003). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Kemenkes (2002). Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri
King, F.J. et, al. ( 2010) Higher Orde Thinking Skills. www.cala.fsu.edu Lestari, Z.(2014) Materi Alat Penjernih Air dengan Baham Alm
[On line]
Tersedia: http://zenizinns.blogspot.com/2014/01/materi-alat-penjernih-air- bahan-alam.html
Mann, E.L. (2005) Mathematical Creativity in Middle School Students. Disertasi University of Mathematical of Connecticut.
[on line]
Tersedia: http:/www.gifted.uconn.edu/siegle/Dissertation/Eric%20 Mann.pdf Munandar, U. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka
(5)
Rohaeni Nur Eli, 2014
Analisis Kemampuan Kognitif dan Kreativitas Peserta Didik melalui Problem Based-Learning pada Sub Materi Penjernihan Air.
Muntaha dan Hartono. (2013). “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Moedl Problem Based-Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif”. Journal of Primary Educational. 2, (2), 116-119
Ornellia, H. (2009). Penerapan Self Assessment dalam Menilai Laporan Siswa SMA pada Praktikum Penjernihan Air. Skripsi Jurusan Pendidikan Kimia. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
Pemerintah Republik Indonesia. (2004). Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Sumber Daya Air. Jakarta
Pranoto, I. (2013) “ Skor PISA: Posisi Indonesia Nyaris Jadi Juru Kunci”. Jakarta. [on line]
Tersedia: www.kopertis 12.or.id [5 Desember 2013]
Purwanto. (2011). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Riduwan dan Sunarto. (2011). Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan Sosial, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Rosiana, W., dkk. (2013). “Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournaments) dengan Media Modul untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Materi Koloid di SMAN 1 Kartasura Tahun 2011/2012”. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), 2, (4), 1-5
Sadulloh, U. (2003). Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung,: Alpabeta
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan: Jakarta: Kencana Prenada Media.
Santoso, Singgih. (2010). Statistik Nonparametrik: Konsp dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta : PT. Gramedia
Semiawan, C. R. (2009). Kreativitas Keberbakatan: Mengapa, Apa dan Bagaimana. Jakarta: PT Indek
Sudiarsa, I. W. (2004). Air Untuk Masa Depan. Jakarta: Rineka Cipta
Sudijono, A. (2001). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sudjana. (1996). Pendidikan Luar Sekolah: Wawasan Sejarah PerkembanganFalsafah dan Teori Pendukung Asas. Bandung: Nusantara Press.
(6)
104
Rohaeni Nur Eli, 2014
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Penelitian. Bandung: Alfabeta Suhana, A. (2003). Membuat Alat Penjernihan Air. Jakarta: Puspa Swara
Suherman, E., dkk. (2003) Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Jakarta : Universitas Indonesia
Sumarta. (2000). Membuka Masa Depan Anak-Anak Kita. Yogyakarta: Kanisius Sutrisno. T., dkk.(2006). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Rineka Cipta Tan, O. S. (2009). Problem-based Learning and Creativity. Singapore Cengage
Learning Asia Pte Ltd
Tarhan, L. et, al. (2008). “Problem-Based Learning in 9th Grade Chemistry Class:
Intermolecular Forces’”. Res Sci Educ. 38:285–300
Trianto, (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi pustaka
Untung, O. (2008). Menjernihkan Air Kotor. Jakarta: Puspa Swara
Wiersma, W. and Jurs, S. G. ( 2009). Reasearch Methods in Education. 6th Edition. New York: Pearson
Winkel, W.S. (1996). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo
Wulandari, W. (2011). Problem Based Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif dan Penguasaan Konsep Siswa pada Materi Larutan Penyangga. Tesis pada SPs UPI: Tidak diterbitkan