KEEFEKTIFAN MODELRESOURCE BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK PADA MATERI LINGKARAN

(1)

i

KEEFEKTIFAN MODEL RESOURCE BASED LEARNING

TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

PESERTA DIDIK PADA MATERI LINGKARAN

skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

oleh

Ula Himatul Aliyah 4101409033

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: ”Keefektifan Model

Resource Based Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah

Peserta Didik Pada Materi Lingkaran dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, bebas plagiat, dan apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Semarang, Februari 2013

Ula Himatul Aliyah NIM 4101409033


(3)

iii

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul

Keefektifan Model Resource Based Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta Didik Pada Materi Lingkaran.

disusun oleh

Ula Himatul Aliyah 4101409033

telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada tanggal 27 Februari 2013.

Panitia :

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Wiyanto, M.Si. Drs. Arief Agoestanto, M.Si

NIP. 196310121988031001 NIP. 196807221993031005

Ketua Penguji

Dr. Isti Hidayah, M.Pd. NIP. 196503151989012002

Anggota Penguji/ Anggota Penguji/

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Prof. Dr. Hardi Suyitno, M.Pd. Drs. Arief Agoestanto, M.Si. NIP. 195004251979031001 NIP. 196807221993031005


(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

When there is a will, there is a way. Life is like a box of chocolate,

you never know what you’re gonna get (Tom Hanks). Ridlo Allah adalah ridlonya Orang tua, dan

murkanya Allah adalah murkanya Orang tua (HR. Tirmidzi). Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (QS. Asy-Syarh:6).

PERSEMBAHAN

Untuk kedua orang tuaku tercinta, Zubaidi dan Sukesi yang setiap saat selalu mendorongku dan mendoakanku, terima kasih Papa Mama.

Untuk My brothers, Ulil Albab, Ahmad Shofa, dan Akbar Ilham.

Untuk teman-teman Pendidikan Matematika Angkatan 2009.

Untuk sahabat-sahabat terbaikku yang selalu menemaniku dan mendorongku baik dalam suka maupun duka.


(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selama menyusun skripsi ini, penulis telah banyak menerima bantuan, kerjasama, dan sumbangan pikiran dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., Rektor Universitas Negeri Semarang (Unnes).

2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si., Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Semarang.

3. Drs. Arief Agoestanto, M.Si., Ketua Jurusan Matematika.

4. Prof. Dr. Hardi Suyitno, M.Pd., Dosen Pembimbing I yang telah memberikan arahan selama bimbingan pada penulis.

5. Drs. Arief Agoestanto, M.Si., Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan masukan dalam pelaksanaan skripsi ini.

6. Dr. Masrukan, M.Si., Dosen wali yang telah memberikan saran dan bimbingan selama penulis menjalani studi.

7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Matematika yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

8. Drs. H. Bambang Nianto Mulyo, M.Ed., Kepala SMA Negeri 3 Semarang yang telah memberikan izin penelitian.


(6)

vi

9. Tri Martini N, S.Pd. dan Dra. Siti Rusmiyati, M.Si., Guru matematika kelas XI SMA Negeri 3 Semarang yang telah membimbing selama penelitian.

10.Peserta didik kelas XI SMA Negeri 3 Semarang yang telah membantu proses penelitian.

11.Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, baik kritik maupun saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penyusunan hasil karya selanjutnya. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca demi kebaikan di masa mendatang.

Semarang, Februari 2013


(7)

vii ABSTRAK

Aliyah, Ula Himatul. 2013. Keefektifan Model Resource Based Learning terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta Didik Pada Materi Lingkaran. Skripsi, Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Prof. Dr. Hardi Suyitno, M.Pd., Pembimbing II Drs. Arief Agoestanto, M.Si.

Kata kunci: keefektifan, kemampuan pemecahan masalah, model Resource Based Learning.

Kemampuan pemecahan masalah bagi peserta didik merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran matematika karena pemecahan masalah adalah sumbu dari proses pembelajaran matematika. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika untuk mengasah kemampuan pemecahan masalah peserta didik adalah model Resource Based Learning. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan model Resource Based Learning dan model Problem Based Learning efektif terhadap kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas XI pada materi lingkaran sub pokok bahasan persamaan garis singgung lingkaran dan untuk mengetahui apakah penerapan model Resource Based Learning pada materi lingkaran sub pokok bahasan persamaan garis singgung lingkaran lebih baik dari model Problem Based Learning pada peserta didik kelas XI.

Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 3 Semarang tahun ajaran 2012/2013. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik purposive random sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Kelas XI Olimpiade dipilih sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 1 sebagai kelas kontrol. Data hasil penelitian diperoleh dengan metode tes yang dianalisis dengan menggunakan uji proporsi dan uji t.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik kelas eksperimen yang diberi perlakuan model Resource Based Learning dan kelas kontrol yang diberi perlakuan model Problem Based Learning telah mencapai ketuntasan klasikal. Keaktifan peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam pelaksanaan pembelajaran mencapai kriteria sangat aktif. Kinerja guru selama proses pembelajaran mencapai kriteria sangat baik. Kelas eksperimen memiliki rata-rata kemampuan pemecahan masalah lebih tinggi dari kelas kontrol.

Simpulan yang diperoleh dari hasil tes kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas XI SMA Negeri 3 Semarang pada materi lingkaran sub pokok bahasan persamaan garis singgung lingkaran adalah penerapan model Resource Based Learning dan Problem Based Learning efektif terhadap kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada materi lingkaran sub pokok bahasan persamaan garis singgung lingkaran dan penerapan model Resource Based Learning lebih baik dari penerapan model Problem Based Learning terhadap kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada materi lingkaran sub pokok bahasan persamaan garis singgung lingkaran.


(8)

viii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1. PENDAHULUAN... ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Pembatasan Masalah... 7

1.4 Rumusan Masalah... 7

1.5 Tujuan Penelitian ... 8

1.6 Manfaat Penelitian ... 8

1.7 Penegasan Istilah ... 9


(9)

ix

1.7.2 Model Pembelajaran Resource Based Learning ... 10

1.7.3 Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 10

1.7.4 Kemampuan Pemecahan Masalah... 11

1.7.5 Lingkaran ... 11

2. LANDASAN TEORI... ... 12

2.1 Deskripsi Teoritik ... 12

2.1.1 Definisi Belajar.. ... 12

2.1.2 Teori Belajar... 13

2.1.3 Pembelajaran Matematika ... 16

2.1.4 Model Pembelajaran Resource Based Learning ... 18

2.1.5 Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 21

2.1.6 Kemampuan Pemecahan Masalah... 24

2.1.7 Tinjauan Materi Lingkaran ... 26

2.2 Kerangka Berpikir ... 29

2.3 Hipotesis Penelitian ... 31

3. METODE PENELITIAN ... 32

3.1 Desain Penelitian ... 32

3.2 Populasi dan Sampel ... 35

3.2.1 Populasi ... 35

3.2.2 Sampel dan Teknik Sampling ... 35

3.3 Variabel Penelitian ... 37

3.3.1 Variabel Independen ... 37

3.3.2 Variabel Dependen ... 38


(10)

x

3.4.1 Data ... 38

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.4.2.1Observasi...39

3.4.2.1Tes... 39

3.5 Instrumen Penelitian ... 40

3.5.1 Instrumen Tes ... 40

3.5.2 Instrumen Lembar Pengamatan Aktivitas Guru ... 41

3.5.3 Instrumen Lembar Pengamatan Aktivitas Peserta Didik ... 41

3.6 Analisis Instrumen Tes ... 42

3.6.1 Validitas Item ... 42

3.6.2 Reliabilitas Tes ... 43

3.6.3 Taraf Kesukaran ... 44

3.6.4 Daya Pembeda ... 45

3.7 Analisis Data Awal ... 47

3.7.1 Uji Normalitas ... 47

3.7.2 Uji Kesamaan Varians (Homogenitas) ... 49

3.7.3 Uji Kesamaan Rata-rata ... 50

3.8 Analisis Data Akhir ... 52

3.8.1 Uji Normalitas ... 52

3.8.2 Uji Kesamaan Dua Varians (Homogenitas) ... 54

3.8.3 Uji Hipotesis ... 55

3.8.3.1Uji Ketuntasan Belajar ... 55


(11)

xi

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62

4.1 Hasil Penelitian ... 62

4.1.1 Pelaksanaan Penelitian ... 62

4.1.2 Hasil Observasi ... 62

4.1.2.1Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik ... 62

4.1.2.2Hasil Observasi Kinerja Guru ... 66

4.1.3 Hasil Analisis Data Akhir ... 69

4.1.3.1Analisis Deskriptif ... 69

4.1.3.2Uji Normalitas ... 70

4.1.3.3Uji Homogenitas ... 71

4.1.3.4Uji Ketuntasan Belajar ... 71

4.1.3.5Uji Perbedaan Rata-rata ... 74

4.2 Pembahasan ... 75

5. PENUTUP ... 81

5.1 Simpulan ... 81

5.2 Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 84


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah ... 23

3.1. Desain Penelitian ... 32

3.2. Kriteria Daya Pembeda ... 46

4.1. Hasil Analisis Pengamatan Aktivitas Peserta Didik Kelas Eksperimen.... 63

4.2. Hasil Analisis Pengamatan Aktivitas Peserta Didik Kelas Kontrol ... 65

4.3. Hasil Analisis Pengamatan Kinerja Guru Kelas Eksperimen ... 66

4.4. Hasil Analisis Pengamatan Kinerja Guru Kelas Kontrol ... 68


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Garis g Menyinggung Lingkaran di ... 26

2.2. Garis g Menyinggung Lingkaran dengan pusat di ... 27

2.3. Garis g dan h adalah garis singgung lingkaran ... 28


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar Nilai Ulangan Tengah Semester Gasal ... 86

2. Uji Normalitas Data Awal ... 88

3. Uji Homogenitas Data Awal ... 99

4. Uji Kesamaan Rata-rata Data Awal ... 101

5. Daftar Nama Peserta Didik Kelas Eksperimen ... 103

6. Daftar Nama Peserta Didik Kelas Kontrol ... 104

7. Daftar Nama Peserta Didik Kelas Uji Coba ... 105

8. Kisi-kisi Soal Uji Coba ... 106

9. Soal Uji Coba ... 108

10.Kunci Jawaban Soal Uji Coba... 109

11.Analisis Hasil Uji Coba ... 116

12.Contoh Perhitungan Validitas Butir Soal ... 119

13.Contoh Perhitungan Reliabilitas Soal ... 121

14.Contoh Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal ... 123

15.Contoh Perhitungan Daya Pembeda Soal ... 124

16.Silabus ... 126

17.Daftar Kelompok Belajar Kelas Eksperimen ... 128

18.Daftar Kelompok Belajar Kelas Kontrol... 129

19.RPP Kelas Eksperimen (1) ... 130


(15)

xv

21.Kunci Jawaban Worksheet Kelas Eksperimen (1) ... 142

22.RPP Kelas Eksperimen (2) ... 147

23.Worksheet Kelas Eksperimen (2)... 154

24.Kunci Jawaban Worksheet Kelas Eksperimen (2) ... 157

25.RPP Kelas Eksperimen (3) ... 161

26.Worksheet Kelas Eksperimen (3)... 168

27.Kunci Jawaban Worksheet Kelas Eksperimen (3) ... 170

28.RPP Kelas Kontrol (1) ... 172

29.Worksheet Kelas Kontrol (1) ... 179

30.Kunci Jawaban Worksheet Kelas Kontrol (1) ... 185

31.RPP Kelas Kontrol (2) ... 191

32.Worksheet Kelas Kontrol (2) ... 198

33.Kunci Jawaban Worksheet Kelas Kontrol (2) ... 201

34.RPP Kelas Kontrol (3) ... 204

35.Worksheet Kelas Kontrol (3) ... 211

36.Kunci Jawaban Worksheet Kelas Kontrol (3) ... 213

37.Lembar Observasi Kegiatan Peserta Didik Kelas Eksperimen ... 215

38.Lembar Observasi Kegiatan Peserta Didik Kelas Kontrol ... 221

39.Lembar Pengamatan Guru Kelas Eksperimen ... 227

40.Lembar Pengamatan Guru Kelas Kontrol ... 236

41.Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 245

42.Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 247


(16)

xvi

44.Daftar Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen .... 255

45.Daftar Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Kontrol ... 256

46.Uji Normalitas Data Akhir Kelas Eksperimen ... 257

47.Uji Normalitas Data Akhir Kelas Kontrol ... 259

48.Uji Homogenitas Data Akhir ... 261

49.Uji Ketuntasan Klasikal Kelas Eksperimen ... 263

50.Uji Ketuntasan Klasikal Kelas Kontrol ... 265

51.Uji Perbedaan Dua Rata-rata ... 267

52.Daftar Hadir Peserta Tes Kelas Uji Coba ... 269

53.Daftar Hadir Peserta Tes Kelas Eksperimen ... 271

54.Daftar Hadir Peserta Tes Kelas Kontrol... 273

55.Dokumentasi ... 275

56.SK Dosen Pembimbing ... 280

57.Surat Ijin Penelitian ... 281

58.Surat Ijin Penelitian Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang ... 282


(17)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Matematika adalah salah satu bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, serta mengkomunikasikan ide-ide mengenai elemen dan kuantitas. Matematika mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu serta dalam memajukan daya pikir manusia untuk menciptakan dan mengembangkan teknologi. Perkembangan teknologi modern yang pesat seperti sekarang ini tidak lepas dari perkembangan matematika di berbagai bidang seperti teori bilangan, aljabar, analisis, dan teori peluang. Penguasaan matematika sangat diperlukan untuk menguasai dan menciptakan teknologi baru di masa mendatang. Matematika menjadi mata pelajaran yang dibutuhkan dan perlu dikuasai oleh peserta didik. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan untuk bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif (Diknas, 2006). Ini berarti bahwa tujuan umum pendidikan matematika adalah memberikan bekal kemampuan kepada peserta didik untuk dapat memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.


(18)

2

NCSM (National Council of Supervisor Mathematics) menyatakan “Belajar menyelesaikan masalah adalah alasan utama untuk mempelajari matematika”, dengan kata lain pemecahan masalah adalah sumbu dari proses pembelajaran matematika. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan masalah bagi peserta didik merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran matematika (Suherman, 2011:2).

Namun, secara realita pemecahan masalah merupakan kegiatan matematika yang sangat sulit dilaksanakan baik bagi guru yang mengajarkan maupun bagi peserta didik yang mempelajarinya.

Ann (2004:34-35) menyebutkan bahwa:

Guru-guru matematika melaporkan bahwa ketika peserta didik diberikan masalah untuk diselesaikan, peserta didik mulai mencari solusi dari masalah tersebut, tetapi sering berhenti di tengah jalan dan berakhir tanpa jawaban. Hal ini terjadi terutama ketika masalah tersebut memerlukan lebih dari sekedar penerapan aturan atau algoritma.

Ketika peserta didik diberi masalah untuk diselesaikan dan pada akhirnya mereka tidak memperoleh penyelesaian dari masalah tersebut akan menjadikan peserta didik merasa takut dan kesulitan dalam memecahkan masalah matematika. Kesulitan memecahkan masalah matematika terutama disebabkan oleh sifat khusus dari matematika yang memiliki obyek abstrak. Sifat inilah yang perlu disadari dan dicari jalan keluar sehingga peserta didik dapat memecahkan masalah matematika dengan mudah dan menyenangkan.

SMA Negeri 3 Semarang merupakan SMA yang berstatus Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di Kota Semarang. Menurut Permendiknas Nomor 78 Tahun 2009 pasal 5, proses pelaksanaan pembelajaran di sekolah


(19)

bertaraf internasional menerapkan pendekatan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi, aktif, kreatif, efektif, menyenangkan, dan kontekstual. Selain itu, “pembelajaran mata pelajaran kelompok sains, matematika, dan inti kejuruan menggunakan bahasa Inggris, sementara pembelajaran mata pelajaran lainnya, kecuali pelajaran bahasa asing, harus menggunakan bahasa Indonesia” (Depdiknas, 2009:7). Oleh karena itu, guru mata pelajaran matematika dan IPA di SMA Negeri 3 Semarang juga diharuskan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dan memanfaatkan berbagai sumber belajar baik melalui buku-buku, informasi yang diperoleh dari internet maupun e-learning, dalam pembelajaran.

Lingkaran merupakan salah satu materi yang diajarkan pada peserta didik kelas XI semester gasal. Salah satu sub materi lingkaran yang dipelajari peserta didik adalah persamaan garis singgung lingkaran. Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran Matematika SMA Negeri 3 Semarang diperoleh informasi bahwa prestasi belajar peserta didik kelas XI sudah cukup memuaskan, tetapi prestasi yang mereka capai belum optimal. Prestasi peserta didik dirasa dapat lebih optimal dari prestasi yang mereka capai sekarang, sehingga peserta didik membutuhkan dorongan belajar matematika yang lebih khususnya ketika mempelajari sub materi persamaan garis singgung lingkaran. Hal ini dikarenakan motivasi peserta didik untuk belajar masih minim, selain itu peserta didik malas ketika harus menghafal rumus-rumus matematika. Peserta didik sering lupa dengan rumus dan seringkali mereka kebingungan jika sudah dihadapkan dengan problem yang berkaitan dengan persamaan garis singgung lingkaran.


(20)

4

Ketika motivasi peserta didik untuk belajar sudah tumbuh dan peserta didik dibiasakan untuk menyelesaikan problem yang berkaitan dengan persamaan garis singgung lingkaran, peserta didik akan menikmati bagaimana memecahkan masalah matematika yang mereka hadapi. Rasa ingin tahu untuk memecahkan masalah matematika akan semakin besar, sehingga peserta didik mulai mencintai matematika. Hal tersebut juga dikemukakan oleh Yan dalam penelitiannya.

Yan (2010:193) menyebutkan bahwa:

Hanya beberapa peserta didik yang benar-benar dapat memahami apa yang telah mereka pelajari dan menikmati alam matematika. Mereka bisa menerima itu dari hati batin mereka. Jika mereka belajar matematika hanya karena beberapa motivasi eksternal, mereka akan drop sekali ketika motivasi tidak ada. Pembelajaran matematika seperti jenis ini berefisiensi rendah. Oleh karena itu, guru matematika yang berefisiensi tinggi tidak hanya bisa mengajarkan peserta didik bagaimana memecahkan masalah, tetapi juga bisa membuat peserta didik menikmati keindahan matematika dan mecintai matematika. Jika guru hanya mengajarkan peserta didik bagaimana memecahkan masalah sampai batas tertentu maka guru tersebut tidak berefisiensi tinggi.

Kualitas pembelajaran di sekolah telah mengalami peningkatan. Guru mulai meninggalkan metode ekspositori dan telah beralih ke model pembelajaran problem based learning. Namun, penerapan model problem based learning dalam pembelajaran memiliki kelemahan. Kelemahan pembelajaran problem based learning yang diterapkan oleh guru di sekolah yaitu guru kesulitan dalam mencari permasalahan yang relevan dengan materi yang akan disampaikan kepada peserta didik, peserta didik kesulitan mengingat konsep yang sudah didapat dalam waktu yang singkat, dan ada kalanya peserta didik merasa masalah yang dihadapi sulit dipecahkan sehingga mereka enggan mencobanya sehingga prestasi belajar yang diperoleh peserta didik masih belum optimal. Salah satu model pembelajaran yang


(21)

dapat dijadikan sebagai pilihan alternatif untuk meningkatkan prestasi peserta didik adalah model pembelajaran Resource Based Learning. Model pembelajaran Resource Based Learning telah diimplementasikan dalam ilmu hukum oleh MacCrate dan Carnegie, MacCrate dan Carnegie menyatakan bahwa model pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan peserta didik untuk menjadi pemecah masalah yang efektif (Butler, 2012:10). Oleh karena itu, model Resource Based Learning menjadi salah satu solusi dari model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika untuk mengasah kemampuan pemecahan masalah peserta didik.

Resource Based Learning adalah model pendidikan yang dirancang oleh instruktur, untuk secara aktif melibatkan para peserta didik dengan aneka ragam sumber belajar, baik cetak maupun non-cetak (Campbell, 2002:3). Dalam pelaksanaannya, guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi peserta didik. Melalui model pembelajaran ini, pembelajaran sepenuhnya berpusat kepada peserta didik. Peserta didik diberi kebebasan memilih sumber belajar yang tepat untuk dirinya. Selain itu, peserta didik dapat menemukan dan menyimpulkan sendiri pengetahuan baru yang diperoleh sehingga peserta didik lebih terampil dalam memecahkan persoalan matematika yang dihadapi.

Ketika peserta didik pasif dalam kegiatan pembelajaran, atau hanya menerima pengetahuan dari pengajar saja, ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diterimanya. Karena salah satu faktor yang menyebabkan informasi cepat dilupakan adalah faktor kelemahan otak manusia itu sendiri. Kenyataan ini sesuai dengan kata-kata mutiara yang diberikan oleh


(22)

6

seorang filosof kenamaan dari Cina, Konfusius, dia mengatakan “Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya lihat, saya ingat. Apa yang saya lakukan, saya paham” (Zaini, 2008:xv).

Ketika ada informasi yang baru, otak manusia tidak hanya sekedar menerima dan menyimpan. Akan tetapi, otak manusia akan memproses informasi tersebut sehingga dapat dicerna kemudian disimpan. Jika peserta didik diajak berdiskusi menemukan dan menyimpulkan pengetahuan baru, menyelesaikan suatu masalah, maka otak mereka akan bekerja lebih baik sehingga pembelajaran dapat terjadi dengan baik.

Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu diadakan penelitian tentang Keefektifan Model Resource Based Learning terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta didik pada Materi Lingkaran.

1.2

Identifikasi Masalah

Dari latar belakang tersebut dapat diidentifikasi beberapa masalah antara lain sebagai berikut.

(1) Implementasi model Problem Based Learning dalam pembelajaran matematika masih memiliki kelemahan sehingga prestasi peserta didik masih belum optimal.

(2) Peserta didik kesulitan dalam memecahkan masalah matematika. (3) Kurangnya partisipasi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.

(4) Implementasi model Resource Based Learning dalam pembelajaran matematika masih terbatas dan model Resource Based Learning ini menjadi


(23)

salah satu solusi dari model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika untuk mengasah kemampuan pemecahan masalah peserta didik.

1.3

Pembatasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya permasalahan dalam penelitian ini, permasalahan-permasalahan itu akan dibatasi sebagai berikut.

(1) Pokok bahasan dalam penelitian ini adalah lingkaran dengan mengambil sub materi persamaan garis singgung lingkaran.

(2) Subyek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 3 Semarang.

(3) Soal-soal yang digunakan pada penelitian ini adalah soal berbentuk pemecahan masalah.

1.4

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

(1) Apakah implementasi model Resource Based Learning efektif terhadap kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada materi lingkaran?

(2) Apakah implementasi model Problem Based Learning efektif terhadap kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada materi lingkaran?

(3) Manakah yang lebih baik antara implementasi model Resource Based Learning dan model Problem Based Learning terhadap kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada materi lingkaran?


(24)

8

1.5

Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

(1) Mengetahui apakah implementasi model Resource Based Learning efektif terhadap kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada materi lingkaran.

(2) Mengetahui apakah implementasi model Problem Based Learning efektif terhadap kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada materi lingkaran.

(3) Mengetahui lebih baik mana antara implementasi model Resource Based Learning dan model Problem Based Learning terhadap kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada materi lingkaran.

1.6

Manfaat Penelitian

Manfaat dilakukannya penelitian ini antara lain sebagai berikut. (1) Bagi Peserta didik

(a) Peserta didik dapat menambah pengetahuan mengenai konsep lingkaran. (b) Kemampuan pemecahan masalah matematika yang dimiliki oleh peserta

didik menjadi terasah. (2) Bagi Guru

(a) Guru dapat memanfaatkan hasil dari penelitian ini berupa perangkat pembelajaran.

(b) Guru dapat menemukan berbagai model pembelajaran yang inovatif, membuat para peserta didik aktif dan kreatif.


(25)

(c) Guru dapat menyusun penelitian tindakan kelas. (3) Bagi Peneliti

(a) Peneliti dapat memanfaatkan hasil dari penelitian ini berupa artikel untuk seminar nasional maupun internasional.

(b) Peneliti dapat menambah pengetahuan baru mengenai penyusunan karya tulis ilmiah sehingga nantinya dapat dimanfaatkan untuk menyusun karya tulis ilmiah lainnya.

1.7

Penegasan Istilah

Untuk mendapatkan pengertian yang sama tentang istilah-istilah dalam penelitian dan tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda dari pembaca, maka diperlukan penegasan istilah. Penegasan istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

4.1.2.1. Keefektifan

Keefektifan adalah suatu usaha atau perbuatan yang membawa keberhasilan. Indikator efektif dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Persentase peserta didik yang tuntas KKM mencapai ketuntasan

klasikal sebesar 85%.

(2) Keaktifan peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran mencapai kriteria aktif.


(26)

10

4.1.2.2. Model Pembelajaran Resource Based Learning

Resource Based Learning (RBL) atau belajar berdasarkan sumber adalah suatu proses pembelajaran yang langsung menghadapkan peserta didik dengan suatu atau sejumlah sumber belajar secara individu maupun kelompok dengan segala kegiatan yang bertalian dengan sumber belajar (Sutrisno, 2010:1). Jadi, dalam RBL kegiatan pembelajaran bukan dilakukan dengan cara konvensional di mana guru menyampaikan bahan pelajaran kepada murid. Tugas utama guru adalah membimbing peserta didik untuk menemukan dan menyimpulkan sendiri melalui sumber belajar yang tersedia. Dengan memanfaatkan sepenuhnya segala sumber informasi sebagai sumber belajar maka diharapkan peserta didik dengan mudah dapat memahami konsep materi pembelajaran.

4.1.2.3. Model Pembelajaran Problem Based Learning

Menurut Arends (2007), model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran peserta didik pada masalah autentik sehingga peserta didik dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan peserta didik, dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri. Pada saat pelaksanaan pembelajaran PBL, peserta didik memperoleh pengetahuan pada saat memecahkan masalah melalui belajar mandiri dan kelompok. Hal yang dilakukan pertama kali dalam pembelajaran PBL yaitu dimulai dengan memberikan masalah kepada peserta didik. Karena termotivasi oleh


(27)

masalah yang menantang, maka peserta didik akan mengeksplorasi bekal pengetahuannya dan mengembangkannya sampai memperoleh solusi dari permasalahan tersebut.

4.1.2.4. Kemampuan Pemecahan Masalah

Kemampuan pemecahan masalah yang diukur adalah kemampuan menyelesaikan masalah menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah menurut Polya (1973) sebagai berikut.

(1) Memahami masalah. (2) Merencanakan pemecahan.

(3) Melaksanakan proses penyelesaian masalah tersebut, sesuai dengan rencana yang telah disusun.

(4) Memeriksa hasil yang diperoleh (looking back). 4.1.2.5. Lingkaran

Materi pokok lingkaran yang dipilih dalam penelitian ini adalah materi kelas XI SMA semester gasal sesuai dengan KTSP 2006 yang tertuang dalam standar kompetensi Menyusun persamaan lingkaran dan garis singgungnya. Adapun Kompetensi Dasar yang dipilih adalah KD 3.2 Menentukan persamaan garis singgung pada lingkaran dalam berbagai situasi.


(28)

12

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1

Deskripsi Teoritik

2.1.1 Definisi Belajar

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi seseorang (Rifai, 2009:82). Belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja, salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang tersebut yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, maupun perubahan pada sikapnya.

Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsiran tentang belajar. Seringkali perumusan dan tafsiran itu berbeda satu sama lain. William Burton mengemukakan bahwa situasi pembelajaran yang baik terdiri dari serangkaian pengalaman belajar yang kaya dan beragam dan dilakukan di dalam interaksi dengan lingkungan yang mendukung. Selain itu, Wiliam juga mengemukakan bahwa belajar didefinisikan sebagai modifikasi atau penguatan perilaku melalui pengalaman (Hamalik, 2005:28).


(29)

Menurut Gagne dan Berliner menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. Morgan et al menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman (Rifai, 2009:82).

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat diketahui bahwa proses belajar menghasilkan perubahan perilaku yang berupa pemahaman, keterampilan, dan sikap yang diperoleh dari pengalaman.

2.1.2 Teori Belajar

Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran peserta didik. Berdasarkan suatu teori belajar, diharapkan pembelajaran dapat lebih meningkatkan perolehan hasil belajar peserta didik (Trianto, 2007:12). Beberapa teori belajar yang melandasi pembahasan dalam penelitian ini antara lain:

2.1.2.1Teori Belajar Konstruktivisme

Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa peserta didik harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi peserta didik agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Satu prinsip yang paling


(30)

14

penting adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada peserta didik. Peserta didik harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benak mereka. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri (Trianto, 2007:13).

Dalam penelitian ini terdapat keterkaitan dengan teori konstruktivisme yaitu peserta didik menemukan sendiri informasi mengenai materi persamaan garis singgung lingkaran melalui berbagai sumber belajar dan peserta didik dilatih untuk memecahkan masalah matematika melalui RBL dan PBL.

2.1.2.2Teori Piaget

Piaget dalam Sugandi (2004:36) mengemukakan tiga prinsip utama dalam pembelajaran antara lain:

(1) Belajar aktif

Proses pembelajaran merupakan proses aktif, karena pengetahuan terbentuk dari dalam subjek belajar. Sehingga untuk membantu perkembangan kognitif anak perlu diciptakan suatu kondisi belajar yang memungkinkan anak dapat belajar sendiri misalnya melakukan percobaan, memanipulasi simbol-simbol, mengajukan pertanyaan, dan membandingkan penemuan sendiri dengan penemuan temannya.

(2) Belajar lewat interaksi sosial

Dalam belajar perlu diciptakan suasana yang memungkinkan terjadi interaksi di antara subjek belajar. Piaget percaya bahwa belajar


(31)

bersama akan membantu perkembangan kognitif anak. Dengan interaksi sosial, perkembangan kognitif anak akan mengarah ke banyak pandangan, artinya khasanah kognitif anak akan diperkaya dengan macam-macam sudut pandangan dan alternatif tindakan.

(3) Belajar lewat pengalaman sendiri

Perkembangan kognitif anak akan lebih berarti apabila didasarkan pada pengalaman nyata dari pada bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi. Jika hanya menggunakan bahasa tanpa pengalaman sendiri, perkembangan kognitif anak cenderung mengarah ke verbalisme. Piaget dengan teori konstruktivisnya berpendapat bahwa pengetahuan akan dibentuk oleh peserta didik apabila peserta didik dengan objek/orang dan peserta didik selalu mencoba membentuk pengertian dari interaksi tersebut.

Dengan demikian penelitian ini memiliki keterkaitan dengan teori Piaget yaitu belajar aktif melalui kemampuan peserta didik menemukan sendiri, belajar lewat interaksi sosial melalui diskusi kelompok, dan pembelajaran dengan pengalaman sendiri akan membentuk pembelajaran yang bermakna.

2.1.2.3Teori Belajar Bermakna David Ausubel

Inti dari teori Ausubel tentang belajar adalah belajar bermakna. Menurut Dahar, belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur


(32)

16

kognitif peserta didik. Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar ialah apa yang telah diketahui peserta didik. Dengan demikian agar terjadi belajar bermakna, konsep baru atau informasi baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah ada dalam struktur kognitif peserta didik (Trianto, 2007: 25).

Berdasarkan teori ausubel, dalam membantu peserta didik menanamkan pengetahuan baru dari suatu materi, sangat diperlukan konsep-konsep awal yang sudah dimiliki peserta didik yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari. Jika dikaitkan dengan model pembelajaran berdasarkan masalah, dimana peserta didik mampu mengerjakan permasalahan yang autentik sangat memerlukan konsep awal yang sudah dimiliki peserta didik sebelumnya untuk suatu penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata (Trianto, 2007: 26).

2.1.3 Pembelajaran Matematika

Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata learning. Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Subjek pembelajaran adalah peserta didik (Suprijono, 2011:13). Pembelajaran adalah suatu proses yang konstruktif, bukanlah suatu proses yang mekanis sehingga pembelajaran berpusat pada peserta didik. Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh peserta didik, bukan dibuat untuk peserta didik. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan


(33)

belajar yang dilakukan peserta didik. Dalam permendiknas No. 41 Tahun 2007 dituliskan bahwa pembelajaran adalah (1) proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar, atau (2) usaha sengaja, terarah, dan bertujuan oleh seseorang atau sekelompok orang (termasuk guru dan penulis buku pelajaran) agar orang lain (termasuk peserta didik), dapat memperoleh pengalaman yang bermakna.

Matematika merupakan mata pelajaran yang memiliki peran penting dalam kehidupan. Kemahiran matematika dipandang bermanfaat bagi peserta didik untuk mengikuti pembelajaran pada jenjang lebih lanjut atau untuk mengatasi masalah dalam kehidupannya sehari-hari. Konsep dalam matematika tidak cukup hanya dihafal saja, tetapi harus dipahami melalui suatu proses berpikir kritis dan aktivitas pemecahan masalah.

Pembelajaran matematika merupakan suatu proses dimana guru mata pelajaran matematika mengajarkan matematika kepada peserta didiknya, yang di dalamnya guru berperan sebagai fasilitator dalam menciptakan suatu kondisi dan pelayanan terhadap kemampuan, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik mengenai matematika sehingga terjadi suatu interaksi antara guru dengan peserta didik serta antar peserta didik. Pembelajaran matematika di sekolah adalah sarana berpikir yang jelas, kritis, kreatif, sistematis, dan logis. Pembelajaran matematika menjadi arena untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman serta pengembangan


(34)

18

kreativitas. Oleh karena itu, matematika dipelajari di sekolah oleh semua peserta didik baik SD hingga perguruan tinggi.

Menurut Suherman (2003:68), pembelajaran matematika di sekolah tidak dapat terlepas dari sifat –sifat matematika yang abstrak, maka terdapat beberapa sifat atau karakteristik pembelajaran matematika adalah sebagai berikut.

(1) Pembelajaran matematika adalah berjenjang. (2) Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral.

(3) Pembelajaran matematika menekankan pola pikir deduktif. (4) Pembelajaran matematika mengikuti kebenaran konsistensi.

Guru dapat memilih dan menggunakan model, pendekatan, yang melibatkan partisipasi peserta didik agar aktif dalam pembelajaran matematika. Peserta didik juga memperoleh pengalaman langsung melalui aktivitas yang peserta didik lakukan seperti menebak, menemukan, mencoba sehingga pembelajaran matematika efektif.

2.1.4 Model Pembelajaran Resource Based Learning

Menurut Joyce, model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Selanjutnya, Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain


(35)

pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai ( Trianto, 2007:5).

RBL atau belajar berdasarkan sumber adalah suatu proses pembelajaran yang langsung menghadapkan peserta didik dengan suatu atau sejumlah sumber belajar secara individu atau kelompok dengan segala kegiatan yang bertalian dengan sumber belajar (Sutrisno, 2010:1). RBL adalah model pendidikan yang dirancang oleh instruktur, untuk secara aktif melibatkan para peserta didik dengan aneka ragam sumber belajar, baik cetak maupun non-cetak (Campbell, 2002: 3). Dalam model RBL, peserta didik belajar dengan menggunakan sumber belajar, teknologi informasi dan komunikasi digunakan untuk mendukung pembelajaran dengan model RBL ini.

RBL tidak meniadakan peranan guru, juga tidak berarti bahwa guru dapat duduk bermalas-malasan. Guru terlibat dalam setiap langkah proses belajar, dari perencanaan, penentuan dan mengumpulkan sumber-sumber informasi, memberi motivasi, memberi bantuan apabila diperlukan dan bila dirasanya perlu memperbaiki kesalahan (Nasution, 2011: 28). Jadi, dalam RBL kegiatan pembelajaran bukan dilakukan dengan cara konvensional dimana guru menyampaikan bahan pelajaran kepada murid. Tugas utama guru adalah membimbing peserta didik untuk menemukan dan menyimpulkan sendiri melalui sumber belajar yang tersedia. Dengan memanfaatkan sepenuhnya segala sumber informasi sebagai sumber belajar maka diharapkan peserta didik dengan mudah dapat memahami


(36)

20

konsep materi pembelajaran serta mampu menyelesaikan permasalahan yang diberikan melalui sumber belajar yang tersedia.

RBL termasuk salah satu jenis teori konstruktivis. Memahami teori konstruktivis, prinsip-prinsip yang mendasarinya, dan bagaimana kaitannya dengan RBL dapat membantu guru dalam menciptakan, merencanakan, dan mengajar dengan model RBL. Pada dasarnya, dalam RBL ini pengetahuan diasumsikan tidak ditransmisikan tetapi pengetahuan itu dibangun oleh peserta didik (Butler, 2012:5).

Adapun sintaks dari model pembelajaran RBL adalah sebagai berikut (Sutrisno, 2010: 5).

(1) Guru melaksanakan pembelajaran matematika dengan menggunakan model Resource Based Learning.

(2) Pengenalan materi matematika dan penyelesaiannya. (3) Guru memberikan contoh soal dan cara

mengembangkannya menjadi sub – sub pertanyaan dan penyelesaiannya.

(4) Guru membagi peserta didik dalam kelompok – kelompok.

(5) Guru membagi lembar kerja.

(6) Peserta didik menyelesaikan masalah matematika yang diajukan secara berkelompok .

(7) Guru membimbing, mengawasi, dan membantu peserta didik yang mengalami kesulitan menyelesaikan masalah matematika.

(8) Peserta didik menuliskan hasil diskusi kelompok ke dalam lembar hasil diskusi.

(9) Masing – masing kelompok yang telah selesai melakukan diskusi harus melaporkan kerja kelompoknya kepada guru.

(10) Guru meminta beberapa kelompok yang sudah selesai untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.

(11) Guru menegaskan kembali hasil diskusi yang telah disajikan peserta didik.

(12) Guru melakukan evaluasi terhadap hasil diskusi peserta didik.


(37)

Melalui pelaksanaan model pembelajaran RBL ini, peserta didik diarahkan untuk belajar sehingga peserta didik lebih mandiri. Guru berperan sebagai motivator dan fasilitator serta memberikan dorongan pada peserta didik agar dapat menyelesaikan masalah matematika. Guru menciptakan suasana proses pembelajaran matematika yang kondusif agar belajar peserta didik lebih terarah. Pengajaran matematika yang akan diterapkan di dalam kelas adalah pengajaran dimana peserta didik dituntut untuk aktif dalam mencari sumber belajar dan dalam memecahkan masalah. Selain itu, peserta didik mampu menemukan dan membangun pengetahuan mereka kemudian menemukan solusi dari permasalahan yang harus diselesaikan. Peserta didik juga sadar akan kekayaan pengetahuan yang dapat diperoleh dari berbagai sumber belajar.

2.1.5 Model Pembelajaran Problem Based Learning

Problem Based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. PBL memiliki gagasan bahwa pembelajaran dapat dicapai jika kegiatan pendidikan dipusatkan pada tugas-tugas atau permasalahan yang otentik, relevan, dan dipresentasikan dalam suatu konteks. Aspek penting dalam PBL adalah bahwa pembelajaran dimulai dengan permasalahan dan permasalahan tersebut


(38)

22

akan menetukan arah pembelajaran dalam kelompok (Sudarman, 2007:69).

PBL merupakan pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai titik fokus untuk dipecahkan oleh peserta didik.

Bilgin (2009:154) menyebutkan bahwa:

PBL adalah cara belajar yang mendorong pemahaman yang lebih dalam dari materi pembelajaran bukan cakupan yang dangkal, dan juga PBL adalah pembelajaran yang berorientasi masalah dimana peserta didik tidak hanya mendapatkan pengetahuan dasar ketika pembelajaran, tetapi juga dapat mengalami bagaimana menggunakan pengetahuan mereka untuk memecahkan masalah dunia nyata.

Dengan kata lain, keterlibatan peserta didik dalam mencoba memecahkan beberapa masalah atau menjawab beberapa pertanyaan adalah pusat untuk pembelajaran PBL. Karakteristik yang membedakan model PBL dengan model pembelajaran lainnya adalah masalah diberikan sebelum pengetahuan yang dibutuhkan untuk memecahkan atau mengatasinya.

Pada saat pelaksanaan pembelajaran PBL, peserta didik memperoleh pengetahuan pada saat memecahkan masalah melalui belajar mandiri dan kelompok. Hal yang dilakukan pertama kali dalam pembelajaran PBL yaitu dimulai dengan memberikan masalah kepada peserta didik. Karena termotivasi oleh masalah yang menantang, maka peserta didik akan mengeksplorasi bekal pengetahuannya dan mengembangkannya sampai memperoleh solusi dari permasalahan.

Ciri-ciri utama PBL meliputi suatu pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan


(39)

autentik, kerjasama, dan menghasilkan karya dan peragaan. PBL bertujuan untuk (1) membantu peserta didik mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan pemecahan masalah, (2) belajar peranan orang dewasa yang autentik, dan (3) menjadi pembelajar yang mandiri (Jihad, 2008:37).

Pada model PBL terdapat lima langkah yang selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut ini (Jihad, 2008:37-38).

Tabel 2.1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Fase ke-

Indikator Aktivitas/Kegiatan Guru

1 Orientasi peserta didik kepada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi peserta didik terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.

2 Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar

Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

3 Membimbing penyelidikan

individual maupun kelompok

Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. 5 Menganalisis dan

mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.


(40)

24

2.1.6 Kemampuan Pemecahan Masalah

Suatu situasi dikatakan masalah bagi seseorang jika ia menyadari keberadaan situasi tersebut, mengakui bahwa situasi tersebut memang memerlukan tindakan dan tidak dengan segera dapat menemukan pemecahannya. Sedangkan yang dikatakan masalah dalam matematika adalah ketika seseorang peserta didik tidak dapat langsung mencari pemecahannya, tetapi peserta didik perlu bernalar, menduga atau memprediksikan untuk menyelesaikannya, mencari rumusan yang sederhana lalu membuktikannya. Jika suatu masalah diberikan kepada seorang anak dan anak tersebut langsung mengetahui cara menyelesaikannya dengan benar, maka soal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai masalah.

Ada perbedaan mendasar antara mengerjakan soal latihan dengan menyelesaikan masalah dalam belajar matematika. Dalam mengerjakan soal-soal latihan, peserta didik hanya dituntut untuk langsung memperoleh jawabannya, misalkan menghitung seperti operasi penjumlahan dan perkalian, menghitung nilai fungsi trigonometri, dan lain-lain. Ciri bahwa sesuatu dikatakan masalah ialah membutuhkan daya pikir/nalar, menantang peserta didik untuk dapat menduga/memprediksi solusinya, serta cara untuk mendapatkan solusi tersebut tidaklah tunggal, dan harus dapat dibuktikan bahwa solusi yang didapat adalah benar/tepat.

Menurut Polya (Isrok’atun, 2010), pemecahan masalah matematika adalah suatu cara untuk menyelesaikan masalah matematika dengan


(41)

menggunakan penalaran matematika (konsep matematika) yang telah dikuasai sebelumnya. Ketika peserta didik menggunakan kerja intelektual dalam pelajaran, maka adalah beralasan bahwa pemecahan masalah yang diarahkan sendiri untuk diselesaikan merupakan suatu karakteristik penting.

Menurut Polya (1973:xvi-xvii), ada empat strategi pemecahan masalah.

(1) Memahami masalah.

(2) Menemukan hubungan antara data dan yang diketahui (devising a plan).

(3) Melaksanakan perencanaan dari penyelesaian masalah, periksa setiap langkah (carrying out the plan).

(4) Meninjau kembali solusi yang diperoleh (looking back). Depdiknas dalam Shadiq (2009:14) juga menjelaskan bahwa:

Pemecahan masalah merupakan kompetensi strategik yang ditunjukkan peserta didik dalam memahami, memilih pendekatan dan strategi pemecahan masalah, dan menyelesaikan model untuk menyelesaikan masalah. Indikator yang menunjukkan pemecahan masalah antara lain adalah.

(1) Menunjukkan pemahaman masalah.

(2) Mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan dalam pemecahan masalah.

(3) Menyajikan masalah secara matematika dalam berbagai bentuk.

(4) Memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat.

(5) Mengembangkan strategi pemecahan masalah.

(6) Membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah.


(42)

26

Topik tentang pemecahan masalah dimungkinkan akan terus mendominasi diskusi tentang kurikulum matematika. Guru terus berusaha mencari cara yang tepat agar dapat membantu peserta didik menjadi pemecah masalah dalam situasi di dunia nyata.

Seperti yang dicatat pada NCTM Standards (Sobel : 78):

Jika pemecahan masalah merupakan fokus dari pelajaran matematika, maka pemecahan masalah juga harus sebagai fokus penilaian. Kecakapan murid-murid untuk memecahkan masalah terus berkembang sebagai hasil dari pengajaran yang diperluas, kesempatan untuk menyelesaikan bermacam-macam persoalan yang dijumpai pada situasi kehidupan sehari-hari.

2.1.7 Tinjauan Materi Lingkaran

2.1.7.1Persamaan Garis Singgung pada Lingkaran Melalui Titik

(1) Persamaan Garis Singgung Lingkaran dengan Pusat Melalui Titik

Gambar 2.1. Garis g menyinggung lingkaran di Persamaan garis singgung lingkaran dengan pusat O yang melalui titik pada lingkaran, dapat ditentukan dengan rumus berikut.


(43)

(2) Persamaan Garis Singgung Lingkaran dengan Pusat Melalui Titik

Gambar 2.2. Garis g menyinggung lingkaran dengan pusat di

Persamaan garis singgung lingkaran dengan pusat yang melalui titik pada lingkaran, dapat ditentukan dengan rumus berikut.

(3) Persamaan Garis Singgung Lingkaran Jika Diketahui Persamaan Umum Lingkaran

Persamaan garis singgung pada lingkaran

yang melalui titik pada lingkaran, dapat ditentukan dengan rumus berikut.


(44)

28

2.1.7.2Persamaan Garis Singgung Lingkaran dengan Gradien Tertentu

(1) Persamaan Garis Singgung pada Lingkaran

Persamaan garis singgung pada lingkaran dengan gradien dapat ditentukan dengan rumus berikut.

(2) Persamaan Garis Singgung pada Lingkaran

Persamaan garis singgung pada lingkaran dengan gradien dapat ditentukan dengan rumus berikut.

2.1.7.3Persamaan Garis Singgung Lingkaran yang Ditarik dari Suatu Titik di

Luar Lingkaran

Gambar 2.3. Garis g dan h adalah garis singgung lingkaran yang ditarik dari titik T

Titik � di luar lingkaran. Dari � ditarik garis yang menyinggung lingkaran, maka akan ada dua garis singgug yaitu garis . Jika kita misalkan kedua garis tersebut masing-masing menyinggung lingkaran di titik dan garis hubung disebut garis kutub. Persamaan garis kutub dirumuskan dengan .

∎ �


(45)

2.2

Kerangka Berpikir

Matematika memiliki peran dalam berbagai dimensi kehidupan dan seiring dengan tuntutan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh setiap peserta didik menjadikan matematika sebagai mata pelajaran yang menduduki posisi sangat penting. Akan tetapi, peserta didik kesulitan dalam belajar matematika yang disebabkan oleh sifat objek matematika yang abstrak dan membutuhkan penalaran yang tinggi dalam memahaminya.

NCTM merumuskan bahwa peserta didik harus mempelajari matematika melalui pemahaman dan aktif membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan yang dialami sebelumnya. Untuk mewujudkannya dirumuskan lima tujuan umum pembelajaran matematika, yaitu (1) belajar untuk berkomunikasi (mathematical communication), (2) belajar untuk bernalar (mathematical reasoning), (3) belajar memecahkan masalah (mathematical problem solving), (4) belajar untuk mengaitkan ide (mathematical connection), dan (5) pembentukan sikap positif terhadap matematika. Semua itu disebut Mathematical Power (daya matematis).

Menyadari pentingnya belajar kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika, sudah sepantasnya kemampuan pemecahan masalah matematika ditingkatkan. Agar kemampuan pemecahan masalah matematika berkembang dan meningkat, maka pembelajaran harus menjadi lingkungan dimana peserta didik dapat terlibat secara aktif dalam banyak kegiatan matematis yang bermanfaat serta menjadikan pembelajaran menjadi aktif dan menyenangkan. Namun, jika kita lihat pembelajaran matematika yang


(46)

30

berlangsung di sebagian besar sekolah selama ini belum menjadikan pembelajaran matematika sebagai pembelajaran yang aktif dan menyenangkan.

Materi lingkaran merupakan salah satu materi yang dikupas di sekolah menengah tingkat atas (SMA). Peserta didik merasakan pelajaran lingkaran terutama untuk sub materi garis singgung lingkaran dalam pelajaran matematika merupakan materi yang sulit karena terlalu banyak rumus yang harus dihafalkan. Peserta didik sering lupa dengan rumus dan seringkali mereka kebingungan jika sudah dihadapkan dengan problem yang berkaitan dengan garis singgung lingkaran.

Kualitas pembelajaran di sekolah pun sedikit demi sedikit telah mengalami perubahan yang signifikan. Ketika mengajar guru tidak lagi menggunakan metode ekspositori untuk menyampaikan materi pelajaran, tetapi penyampaian materi kepada peserta didik telah beralih ke model pembelajaran PBL. Meskipun PBL telah diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas, prestasi belajar yang diperoleh peserta didik masih belum optimal.

RBL merupakan suatu model pembelajaran dimana peserta didik belajar dengan menggunakan sumber belajar, teknologi informasi dan komunikasi dimanfaatkan dalam proses pembelajaran untuk mendukung kegiatan pembelajaran dalam kelas. Pengajaran matematika yang akan diterapkan di dalam kelas adalah pengajaran dimana peserta didik dituntut untuk aktif dalam mencari sumber belajar dan dalam memecahkan masalah. Selain itu, peserta didik mampu menemukan dan membangun pengetahuan mereka kemudian menemukan solusi dari permasalahan yang harus diselesaikan. Dengan memanfaatkan sepenuhnya


(47)

segala sumber informasi sebagai sumber belajar maka diharapkan peserta didik dengan mudah dapat memahami konsep materi pembelajaran serta mampu menyelesaikan permasalahan yang diberikan melalui sumber belajar yang tersedia.

2.3

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan deskripsi teoritik dan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

(2) Implementasi model Resource Based Learning efektif terhadap kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada materi lingkaran.

(3) Implementasi model Problem Based Learning efektif terhadap kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada materi lingkaran.

(4) Rata-rata hasil tes kemampuan pemecahan masalah pada model Resource Based Learning lebih baik dari rata-rata hasil tes kemampuan pemecahan masalah pada model Problem Based Learning.


(48)

32

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1

Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian eksperimen. Dalam penelitian ini terdapat dua kelas yang diberikan perlakuan. Kelas pertama sebagai kelas eksperimen yang mendapat perlakuan pembelajaran dengan model Resource Based Learning dan kelas kedua sebagai kelas kontrol yang mendapat perlakuan pembelajaran dengan model Problem Based Learning.

Desain penelitian yang digunakan adalah desain faktorial (Ruseffendi, 1994:49). Adapun desain penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Kelas Perlakuan Data Akhir

Eksperimen Pembelajaran Resource Based Learning

Tes Kontrol Pembelajaran Problem

Based Learning

Adapun langkah-langkah penelitian yang ditempuh adalah sebagai berikut.

(1) Menentukan populasi.

(2) Meminta kepada guru, daftar nilai ulangan tengah semester gasal peserta didik kelas XI.


(49)

(3) Menganalisis data awal pada populasi dengan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan rata-rata.

(4) Setelah dilakukan pengujian, diperoleh hasil bahwa populasi berdistribusi normal dan homogen. Selain itu, kemampuan awal pada populasi sama sehingga pemilihan sampel kelas yang mana saja akan memberikan hasil yang secara nyata tidak berbeda.

(5) Selanjutnya ditentukan sampel penelitian yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan teknik purposive random sampling dari populasi yang ada.

(6) Memberikan perlakuan pada kelompok eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran RBL, sedangkan kelompok kontrol menggunakan model pembelajaran PBL.

(7) Sebelum melakukan evaluasi terhadap peserta didik pada kelompok eksperimen dan peserta didik pada kelompok kontrol, dilakukan uji coba tes kemampuan pemecahan masalah pada kelas uji coba untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Setelah dianalisis pada faktor-faktor tersebut, diambil beberapa soal yang sesuai kriteria untuk mengevaluasi peserta didik kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

(8) Memberikan tes kemudian menganalisis data hasil tes dari kelompok eksperimen dan kontrol.


(50)

34

Berdasarkan uraian langkah-langkah penelitian eksperimen di atas, skema langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1. sebagai berikut.

Gambar 3.1. Langkah-langkah Penelitian Uji normalitas, homogenitas, dan kesamaan rata-rata populasi

Perlakuan:

Pembelajaran Problem Based Learning

Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Perlakuan:

Pembelajaran Resource Based Learning

Analisis Uji Coba Instrumen

UJI COBA

Instrumen hasil analisis uji coba (valid dan reliabel)

POPULASI (Kelas XI )

SAMPEL

Teknik purposiverandom sampling

KONTROL EKSPERIMEN

1. Model Resource Based Learning efektif? 2. Model Problem Based Learning efektif? 3. Mana yang lebih baik?


(51)

3.2

Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010:61). Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 3 Kota Semarang tahun pelajaran 2012/2013. Banyaknya peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 3 Kota Semarang adalah 360 peserta didik yang terbagi menjadi 11 kelas yaitu kelas XI IPA 1, kelas XI IPA 2, kelas XI IPA 3, kelas XI IPA 4, kelas XI IPA 5, kelas XI IPA 6, kelas XI IPA 7, kelas XI IPA 8, kelas XI IPA 9, kelas XI IPA 10, dan kelas XI Olimpiade.

3.2.2 Sampel dan Teknik Sampling

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2010:62). Apabila populasi besar dan peneliti tidak mungkin melakukan penelitian terhadap seluruh anggota populasi karena keterbatasan tertentu, maka penelitian sampel dapat dilakukan. Penelitian sampel yaitu penelitian terhadap sebagian dari populasi dimana kesimpulan yang dihasilkan pada sampel berlaku pada populasi. Proses generalisasi ini mengharuskan sampel yang dipilih harus benar-benar representatif (mewakili).

Roscoe dalam Sugiyono (2010:74) mengemukakan bahwa ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai


(52)

36

500. Sampel dalam penelitian ini adalah dua kelompok peserta didik. Satu kelompok peserta didik tergabung dalam satu kelas eksperimen, yaitu kelas yang akan diberikan perlakuan berupa model pembelajaran RBL dan satu kelompok peserta didik tergabung dalam satu kelas kontrol yang akan diberikan perlakuan berupa model pembelajaran PBL.

Berdasarkan hasil perhitungan dari uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan rata-rata dari data awal populasi diperoleh bahwa populasi berdistribusi normal dan homogen serta kemampuan awal dari populasi adalah sama. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1 sampai dengan lampiran 4. Hal tersebut menunjukkan bahwa kelas-kelas dari populasi berdistribusi normal dan homogen. Selain itu, kemampuan awal peserta didik adalah sama. Dalam pelaksanaannya, pemilihan kelas untuk dijadikan sebagai sampel didasarkan pada kebijaksanaan sekolah. Secara teori, karena populasi berdistribusi normal dan homogen serta kemampuan peserta didik setara maka pemilihan sampel kelas yang mana saja akan memberikan hasil yang secara nyata tidak berbeda. Oleh karena itu, pengambilan sampel tersebut tidak terlalu menyimpang dengan teknik cluster random sampling sehingga dapat didekati dengan teknik purposive random sampling. Pengambilan sampel dengan teknik purposive random sampling yaitu


(53)

teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010:68).

Kelas XI Olimpiade dipilih sebagai kelas eksperimen sebagaimana terlihat pada lampiran 5. Sedangkan kelas XI IPA 1 dipilih sebagai kelas kontrol sebagaimana terlihat pada lampiran 6. Selain itu, dipilih satu kelas lagi sebagai kelas uji coba yaitu kelas XI IPA 2 sebagaimana terlihat pada lampiran 7 yang telah mendapatkan materi yang digunakan saat penelitian.

3.3

Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010:2). Variabel dalam penelitian ini adalah model pembelajaran dan kemampuan pemecahan masalah. Kedua variabel tersebut dibedakan menjadi dua jenis, yaitu variabel independen dan variabel dependen.

3.3.1 Variabel Independen

Variabel independen atau variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen atau variabel terikat (Sugiyono, 2010:4). Variabel independen dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang diterapkan yaitu model RBL dan model PBL.


(54)

38

3.3.2 Variabel Dependen

Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi oleh adanya variabel independen (Sugiyono, 2010:4). Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu hasil tes kemampuan pemecahan masalah peserta didik.

3.4

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

3.4.1 Data

Ada dua jenis data, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif terdiri dari data diskrit dan data kontinum. Data kontinum adalah data yang diperoleh dari hasil pengukuran. Data kontinum terdiri dari data ordinal, data interval, dan data rasio. Data ordinal adalah data yang berjenjang atau berbentuk peringkat. Data interval adalah data hasil pengukuran yang jaraknya sama, tetapi tidak mempunyai nilai nol absolut (mutlak). Sedangkan data rasio adalah data yang jaraknya sama dan mempunyai nilai nol absolut (Sugiyono, 2010:24).

Berdasarkan pengelompokan data di atas, dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data kuantitatif yang termasuk data kontinum interval. Data dalam penelitian ini yaitu data hasil tes kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 3 Semarang dengan materi lingkaran sub pokok bahasan persamaan garis singgung lingkaran.


(55)

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data 3.4.2.1Observasi

Metode observasi adalah metode yang digunakan untuk mengadakan pengamatan ke objek penelitian (Arikunto, 2009:156). Metode ini digunakan untuk mengamati secara langsung proses pembelajaran dengan model RBL dan model PBL.

3.4.2.2Tes

Tes adalah serangkaian pertanyaan, latihan, atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2009:150).

Metode tes digunakan untuk memperoleh data hasil tes kemampuan pemecahan masalah pada materi lingkaran sub pokok bahasan persamaan garis singgung lingkaran. Tes kemampuan pemecahan masalah ini berbentuk tes tertulis, yaitu berupa 4 soal tertulis uraian. Tes kemampuan pemecahan masalah ini diberikan saat pertemuan terakhir kegiatan pembelajaran. Metode tes ini digunakan untuk mendapatkan skor kemampuan pemecahan masalah peserta didik yang menjadi sampel. Sebelum tes diberikan pada saat evaluasi, terlebih dahulu diujicobakan pada kelas uji coba untuk mengetahui validitas, reabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda soal.


(56)

40

3.5

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data dengan cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah (Arikunto, 2009:60).

3.5.1 Instrumen Tes

Instrumen tes pada penelitian ini berupa instrumen tes kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas XI IPA pada materi lingkaran sub pokok bahasan persamaan garis singgung lingkaran. Sebelum instrumen tes digunakan, perlu dilakukan uji coba terlebih dahulu untuk mengetahui apakah instrumen tes tersebut memenuhi kriteria instrumen tes yang baik dan dapat digunakan. Kriteria instrumen tes yang baik menurut Arikunto (2006: 57-58) antara lain sebagai berikut.

(1) Tes harus valid, artinya tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur.

(2) Tes harus reliabel, dapat dipercaya, yakni dapat memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali atau dalam arti lain hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan.

(3) Tes harus obyektif, artinya apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi.

(4) Tes harus praktis, artinya tes tersebut mudah dilaksanakan, mudah pemeriksaannya, dan dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas.


(57)

(5) Tes harus ekonomis, artinya pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.

Adapun kisi-kisi, soal tes, dan kunci jawaban pada saat uji coba dapat dilihat pada lampiran 88 sampai dengan lampiran 10. Sedangkan kisi-kisi, soal tes, dan kunci jawaban pada saat penelitian dapat dilihat pada Lampiran 41 sampai dengan Lampiran 43.

3.5.2 Instrumen Lembar Pengamatan Aktivitas Guru

Instrumen lembar pengamatan aktivitas guru ini dikembangkan untuk mengetahui langkah-langkah pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung. Instrumen tersebut menjadi refleksi dari proses pembelajaran yang diterapkan pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen agar pembelajaran untuk pertemuan berikutnya lebih baik dari pertemuan sebelumnya. Lembar pengamatan aktivitas guru ini diisi oleh seorang observer di setiap pertemuan. Hasil analisis dari lembar pengamatan aktivitas guru ini digunakan untuk melengkapi data secara kuantitatif agar penelitian lebih optimal.

3.5.3 Instrumen Lembar Pengamatan Aktivitas Peserta Didik

Instrumen lembar pengamatan aktivitas peserta didik ini digunakan untuk mengetahui bagaimana perkembangan keaktifan peserta didik pada setiap pertemuan. Pengamatan ini dilakukan secara global dengan mengamati keaktifan peserta didik secara klasikal. Hal


(58)

42

tersebut dilakukan karena keterbatasan jumlah pengamat, sehingga pengamatan hanya dilakukan oleh seorang observer pada setiap pertemuan.

3.6

Analisis Instrumen Tes

3.6.1 Validitas Item

Anderson, sebagaimana dikutip oleh Arikunto (2009:65), mengungkapkan bahwa sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Pada penelitian ini, untuk mengetahui validitas butir soal, digunakan rumus korelasi product moment, sebagai berikut.

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ } Keterangan: : Koefisien korelasi antara X dan Y

N : Banyaknya subjek/peserta didik yang diteliti ∑ : Jumlah skor tiap butir soal

∑ : Jumlah skor total

∑ : Jumlah kuadrat skor butir soal

∑ : Jumlah kuadrat skor total (Arikunto, 2009:72).


(59)

Hasil perhitungan dikonsultasikan pada tabel kritis r product moment, dengan taraf nyata . Jika maka item tersebut valid.

Nilai untuk N = 32 dan taraf nyata adalah 0,349. Pada analisis tes uji coba dari 8 soal uraian yang diujicobakan diperoleh 8 soal valid karena mempunyai . Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 11 dan lampiran 12.

3.6.2 Reliabilitas Tes

Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dikatakan memiliki taraf kepercayaan tinggi apabila tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Instrumen yang baik adalah instrumen yang dapat dengan ajeg memberikan data yang sesuai dengan kenyataan (Arikunto, 2009:86). Reliabilitas tes pada penelitian ini diukur dengan menggunakan rumus alpha sebagai berikut.

[ ]

Keterangan:

: reliabilitas tes secara keseluruhan

: banyaknya item

∑ : jumlah varians skor tiap-tiap item ∑ : varians total


(60)

44

dengan rumus varians total ( ): ∑ ∑ Keterangan:

∑ : jumlah skor total kuadrat ∑ : kuadrat dari jumlah skor N : jumlah peserta tes (Arikunto, 2009:112)

Kriteria pengujian reliabilitas tes yaitu nilai dikonsultasikan dengan harga tabel, jika maka item tes yang diujicobakan reliabel.

Berdasarkan analisis tes uji coba diperoleh . Dari tabel r product moment diperoleh untuk N = 32 dan taraf nyata adalah 0,349. Karena sehingga soal reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 11 dan lampiran 13.

3.6.3 Taraf Kesukaran

Tingkat kesukaran butir soal diperlukan untuk mengetahui soal tersebut mudah atau sukar. Soal yang baik adalah soal yang tidak


(61)

terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Rumus yang digunakan sebagai berikut.

dengan,

TK : tingkat kesukaran, dan Mean : rata-rata skor peserta didik (Zulaiha, 2007:32).

Untuk menginterpretasikan tingkat kesukaran butir soal dapat digunakan tolak ukur sebagai berikut (Zulaiha, 2007:32):

(1) Soal dengan � adalah soal sukar;

(2) Soal dengan � adalah soal sedang; (3) Soal dengan � adalah soal mudah.

Berdasarkan analisis uji coba diperoleh 8 soal dengan kriteria sedang. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 11 dan lampiran 14.

3.6.4 Daya Pembeda

Daya pembeda digunakan untuk membedakan peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi dengan peserta didik yang memiliki kemampuan rendah. Setelah kelompok atas dan kelompok bawah ditentukan, indeks daya pembeda dihitung dengan rumus berikut.

Keterangan:

: proporsi peserta didik di kelompok atas yang menjawab benar : proporsi peserta didik di kelompok bawah yang menjawab benar (Basrowi, 2012:198).


(62)

46

Untuk menginterpretasikan indeks daya pembeda digunakan kriteria berikut (Basrowi, 2012:199).

Tabel 3.2. Kriteria Daya Pembeda

Daya Pembeda Keterangan

Sangat memuaskan

Memerlukan revisi kecil atau tidak sama sekali

Perlu direvisi

Disisihkan atau direvisi secara total

Dalam penelitian ini, digunakan kriteria daya pembeda sebagai berikut.

(1) Soal dengan adalah soal dengan kriteria sangat memuaskan.

(2) Soal dengan adalah soal dengan kriteria memerlukan revisi kecil atau tidak sama sekali.

(3) Soal dengan adalah soal dengan kriteria perlu direvisi.

(4) Soal dengan adalah soal dengan kriteria disisihkan atau direvisi secara total.

Dari 8 soal yang telah diujicobakan diperoleh dua soal dengan kriteria sangat memuaskan yaitu soal nomor 5 dan 6; tiga soal dengan


(63)

kriteria memerlukan revisi kecil yaitu nomor 3, 7, dan 8; dua soal dengan kriteria perlu direvisi yaitu nomor 1 dan 4; satu soal dengan kriteria disisihkan yaitu nomor 2. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 11 dan lampiran 15.

Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan empat butir soal. Empat butir soal tersebut telah mewakili indikator dan disesuaikan dengan tipe soal pemecahan masalah.

3.7

Analisis Data Awal

Analisis data awal dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, homogenitas, dan uji kesamaan rata-rata pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data yang digunakan adalah nilai ulangan tengah semester gasal kelas XI IPA SMA Negeri 3 Semarang.

3.7.1 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Rumus yang digunakan adalah Chi Kuadrat.

Hipotesis yang diujikan adalah: � : dat berdistribusi normal;

� : data tidak berdistribusi normal.

Langkah-langkah uji normalitas data sebagai berikut. (1) Menyusun data dan mencari nilai tertinggi dan terendah.


(64)

48

(2) Menentukan banyak kelas interval dengan rumus dan menentukan panjang kelas interval (Sudjana, 2005: 47).

(3) Menghitung rata-rata dan simpangan baku. (4) Membuat tabulasi data ke dalam interval kelas. (5) Menentukan batas kelas.

(6) Menghitung nilai Z dari setiap batas kelas dengan rumus sebagai berikut (Sudjana, 2005: 138).

̅ Keterangan:

: skor dari setiap batas kelas, : batas kelas interval,

̅ : rata-rata sampel, dan : simpangan baku sampel.

(7) Mengubah harga Z menjadi luas daerah kurva normal dengan menggunakan tabel.

(8) Menghitung frekuensi harapan berdasarkan kurva.

(9) Menghitung nilai dengan rumus sebagai berikut (Sudjana, 2005: 273).

Keterangan: : Chi Kuadrat,


(65)

Oi : Frekuensi pengamatan, dan

Ei : Frekuensi yang diharapkan.

(10)Membandingkan harga Chi Kuadrat hitung dengan Chi Kuadrat tabel dengan taraf nyata 5% dan dk = k – 3 dengan k adalah banyak kelas.

(11)Kriteria penerimaan � adalah jika dan dalam hal lainnya tolak � .

(12)Menarik kesimpulan, yaitu jika � diterima berarti data berdistribusi normal (Sudjana, 2005: 273).

Hasil perhitungan uji normalitas menunjukkan bahwa data awal dari populasi berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2.

3.7.2 Uji Kesamaan Varians (Homogenitas)

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah populasi berasal dari kondisi yang sama atau homogen yaitu dengan menyelidiki apakah populasi mempunyai varians yang sama atau tidak. Pada penelitian ini, hipotesis yang akan diujikan adalah:

� (varians populasi homogen).

� paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku (ada varians yang tidak homogen).

Untuk menguji kesamaan varians digunakan uji Bartlett. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Sudjana, 2005: 263).


(66)

50

[ ∑ ]

Harga satuan B dengan rumus : [ ] ∑ Varians gabungan dari semua sampel : ∑

Keterangan:

: ukuran sampel, dan

: varians sampel (Sudjana, 2005: 263).

Kriteria pengujiannya adalah � diterima jika

dengan taraf nyata 5%.

Hasil perhitungan dengan uji Bartlett didapat . Dengan taraf nyata dan dk diperoleh

. Karena yaitu maka

� diterima, berarti varians populasi homogen. Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 3.

3.7.3 Uji Kesamaan Rata-rata

Uji kesamaan rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah populasi mempunyai kemampuan awal yang sama. Uji kesamaan rata-rata yang digunakan adalah uji F.

Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut. � : = = (rata-rata data awal sama).

� : paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku (ada rataan yang berbeda).


(67)

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Sudjana, 2005:304).

∑ dengan,

∑ ∑

∑ Keterangan:

: jumlah kuadrat-kuadrat berdasarkan sumber variasi rata-rata, : jumlah kuadrat-kuadrat berdasarkan sumber variasi antar

kelompok,

: jumlah kuadrat-kuadrat berdasarkan sumber variasi dalam kelompok,

∑ : total jumlah kuadrat.

Kriteria penerimaan � adalah jika dengan , ∑ dan taraf nyata 5% (Sudjana, 2005:305). Hasil perhitungan uji kesamaan rata-rata data awal diperoleh

. Dengan taraf nyata , , dan

diperoleh . Karena , maka � diterima berarti rata-rata data awal sama sehingga pemilihan


(68)

52

sampel kelas yang mana saja akan memberikan hasil yang secara nyata tidak berbeda. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4.

3.8

Analisis Data Akhir

Setelah diketahui bahwa kedua kelompok sampel memiliki kemampuan yang sama (mempunyai varians yang sama atau homogen dan mempunyai rata-rata kemampuan yang sama), selanjutnya dapat diberikan perlakuan. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan model pembelajaran RBL dan kelas kontrol diberi perlakuan dengan model pembelajaran PBL. Setelah kedua sampel diberi perlakuan dengan model pembelajaran yang berbeda, kemudian dilakukan tes kemampuan pemecahan masalah. Hasil tes kemampuan pemecahan masalah merupakan data akhir yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.

3.8.1 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data nilai tes kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada materi lingkaran sub pokok bahasan persamaan garis singgung lingkaran dengan model pembelajaran RBL dan yang menggunakan model pembelajaran PBL berdistribusi normal atau tidak. Rumus yang digunakan adalah Chi Kuadrat.

Hipotesis yang diujikan adalah: � : data berdistribusi normal;


(69)

� : data tidak berdistribusi normal.

Langkah-langkah uji normalitas data sebagai berikut. (1) Menyusun data dan mencari nilai tertinggi dan terendah.

(2) Menentukan banyak kelas interval dengan rumus dan menentukan panjang kelas interval (Sudjana, 2005: 47).

(3) Menghitung rata-rata dan simpangan baku. (4) Membuat tabulasi data ke dalam interval kelas. (5) Menentukan batas kelas.

(6) Menghitung nilai Z dari setiap batas kelas dengan rumus sebagai berikut (Sudjana, 2005: 138).

̅ Keterangan:

: skor dari setiap batas kelas, : batas kelas interval,

̅ : rata-rata sampel, dan : simpangan baku sampel.

(7) Mengubah harga Z menjadi luas daerah kurva normal dengan menggunakan tabel.


(70)

54

(9) Menghitung nilai dengan rumus sebagai berikut (Sudjana, 2005: 273).

Keterangan: : Chi Kuadrat,

Oi : Frekuensi pengamatan, dan

Ei : Frekuensi yang diharapkan.

(10)Membandingkan harga Chi Kuadrat hitung dengan Chi Kuadrat tabel dengan taraf nyata 5% dan dk = k – 3 dengan k adalah banyak kelas.

(11)Kriteria penerimaan � adalah jika dan dalam hal lainnya tolak � .

(12)Menarik kesimpulan, yaitu jika � diterima berarti data berdistribusi normal (Sudjana, 2005: 273).

3.8.2 Uji Kesamaan Dua Varians (Homogenitas)

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kelas dengan model pembelajaran RBL dan kelas dengan menggunakan model pembelajaran PBL mempunyai varians yang sama. Pada penelitian ini, hipotesis yang akan diujikan adalah:

� , artinya varians kedua kelas sama. � , artinya varians kedua kelas tidak sama.


(1)

278

Gambar 7. Peserta Didik Memanfaatkan Sumber Belajar untuk Menemukan rumus Persamaan Garis Singgung Lingkaran


(2)

279

Gambar 9. Pelaksanaan Tes Sub pokok bahasan Persamaan Garis Singgung Lingkaran di Kelas Eksperimen

Gambar 10. Pelaksanaan Tes Sub pokok bahasan Persamaan Garis Singgung Lingkaran di Kelas Kontrol


(3)

(4)

(5)

Lampiran 58 282


(6)