Penyelenggaraan Pelatihan Usaid Prioritas dan Pemerintah Kabupaten Bandung Barat : studi komparatif pada Sekolah Dasar Mitra dan Non Mitra USAID PRIORITAS di Kecamatan Cipatat.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pembangunan Nasional berkaitan dengan peningkatan kualitas manusia karena saat ini peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi isu strategis Nasional. Dengan adanya peningkatan kualitas manusia diharapkan mampu memberikan kontribusi penuh kepada pembangunan. Namun, mayoritas orang menganggap bahwa pembangunan suatu Negara hanya dapat diukur dari segi ekonomi saja. Lebih dari itu, satu diantara indikator pembangunan yang berpengaruh besar adalah apabila suatu bangsa memiliki manusia yang berkualitas. SDM yang berkualitas ditandai dengan adanya kreativitas dan produktivitas yang dapat diukur melalui hasil kerja atau kinerja yang baik secara perorangan ataupun kelompok.
Dewasa ini, semua orang memilih pendidikan sebagai cara untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia karena pendidikan dipercaya dapat membuat seseorang lebih dihargai. Selain itu, pendidikan membuat kualitas hidup seseorang semakin baik dan pendidikan akan menciptakan manusia-manusia yang mampu berinovasi untuk mengembangkan peradaban manusia. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional pasal tiga yang berbunyi;
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peseta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia. sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan memiliki kedudukan dalam pembangunan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Umar Tirtarahardja dan S. L. La Sulo (2005, hlm.
300) bahwa “Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan
karena sasarannya adalah peningkatan kualitas SDM”. Peningkatan kualitas
manusia menimbulkan tuntutan masyarakat kearah perubahan di bidang pendidikan.
(2)
Dalam rangka meningkatkan kualitas manusia, perubahan yang dimaksud adalah perubahan-perubahan dalam peningkatan penyelenggaraan pendidikan. Penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas dilihat dari output dan outcome yang dicapai melalui Proses Belajar dan Mengajar (PBM) yang baik. Faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan PBM adalah faktor yang secara langsung mempengaruhi Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), diantaranya: guru, kurikulum, metode, bahan ajar, media, siswa, dan sebagainya.
Masih banyak guru yang belum memiliki kemajuan dalam kinerjanya, banyak pula yang kompetensinya belum meningkat. Kepala Bidang Pengembangan Profesi Pendidik Dikdas BSPDMP-PMP Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Dian Wahyuni (dalam USAID PRIORITAS, 2014, hlm. 3) berpendapat bahwa “apalagi, saat ini kompetensi guru pendidikan dasar masih cukup rendah. Nilai uji kompetensi guru pada tahun 2013 rata-rata nasional baru mencapai 47,86 dari skor maksimal 100”. Melihat kenyataan diatas, dibutuhkan program untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja seorang guru. Mangkunegara (2000, hlm. 67), menjelaskan bahwa “Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.
Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional dan memiliki hak untuk meningkatkan kompetensi dan professionalisme dalam bidangnya. Sebagaimana yang termaktub dalam Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2008 tentang Guru pasal 1 ayat 1 dan pasal 46, berikut bunyi pasal 46, “Guru memiliki kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensinya, serta untuk memperoleh pelatihan dan
pengembangan profesi dalam bidangnya”. Pelatihan tersebut merupakan
upaya untuk menjaga keprofesian guru yang dikaitkan dengan perolehan angka kredit jabatan fungsional.
Menurut Kenneth R. Robinson (dalam Soebagio Atmodiwirio, 2002, hlm. 37) menyatakan bahwa: “Pendidikan dan pelatihan adalah proses kegiatan antara pembelajaran dan pengalaman untuk mengembangkan pola
(3)
perilaku seseorang dalam bidang pengetahuan, keterampilan atau sikap untuk
mencapai standar yang diharapkan”. Pelatihan dipandang sangat penting
dalam upaya peningkatan kualitas pendidik. Pentingnya pelatihan dilandasi oleh asumsi bahwa sekalipun pendidik yang baru menjalani proses orientasi atau yang telah lama bekerja dan memahami seluk beluk pekerjaannya, dalam praktiknya sering ditemukan kebiasaan buruk dan memiliki kinerja yang rendah. Pelatihan adalah sebuah proses yang mengupayakan seseorang mendapatkan kapabilitas untuk membantu pencapaian tujuan-tujuan organisasi (Mathis dan Jackson, 2006, hlm. 301). Menurut Veithzal (2009, hlm. 212) pelatihan adalah proses yang dilaksanakan secara sistematis untuk mengubah tingkah laku karyawan dan mencapai tujuan organisasi. Dalam melaksanakan pelatihan ada beberapa faktor keberhasilan yang berperan, diantaranya pelatih/instruktur, peserta, materi (bahan), metode, tujuan pelatihan, fasilitas yang menunjuang dan pelaksanaan pembelajaran.
Secara epistemologis pelatihan dipandang sebagai sebuah sistem yang pada umumnya memilik input, processes, dan ouput. Sudjana (2007, hlm. 5) menjelaskan pelatihan dari segi sistem adalah sebagai berikut:
Dari segi sistem dapat dipahami bahwa pada umumnya pelatihan memiliki masukan (input), proses, dan keluaran (outpu). … Pelatihan memiliki unsur-unsur yang terdiri atas komponen, proses dan tujuan. Komponen pelatihan mencangkup masukan lingkungan (environmental input), masukan sarana (instrumental input), masukan mentah (raw input), dan masukan lain (other input). Proses (processes) pelatihan merupakan interaksi pembelajaran antara masukan sarana, terutama pelatih dengan masukan mentah yaitu peserta pelatihan. Tujuan pelatihan terdiri atas tujuan pembelajaran antara yaitu keluaran (output) dan tujuan pembelajaran akhir yaitu pengaruh (outcome).
Selain itu, Sudjana (2007, hlm. 3) menafsirkan isi dari pasal 26 ayat (4) Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengenai penyelenggaraan pelatihan. Dia mengatakan bahwa:
Lembaga pelatihan merupakan satuan pendidikan nonformal, disamping satuan pendidikan lainnya yaitu kursus, kelompok belajar, majelis ta’lim, kelompok bermain, taman penitipan anak, pusat kegiatan belajar masyarakat, serta satuan pendidikan yang sejenisnya. .… Pelatihan dapat dilakukan dalam jenis dan ruang lingkup pendidikan nonformal. Jenis pendidikan mencangkup pendidikan
(4)
umum, pendidikan keagamaan, pendidikan jabatan kerja, pendidikan kedinasan dan pendidikan kejuruan (PP No. 73/1991).
Mengingat pentingnya pelatihan dalam meningkatkan kualitas pendidik, maka peneliti akan melakukan penelitian tentang penyelenggaraan pelatihan di Sekolah Dasar yang berada pada Kecamatan Cipatat. Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat dipilih sebagai lokasi penelitian karena berdasarkan temuan empiris di lapangan bahwa lokasi tersebut terdapat Sekolah Dasar (SD) Mitra dan Non Mitra USAID PRIORITAS. SD Mitra adalah sekolah yang menjadi Pilot Project program USAID PRIORITAS. SD Mitra merupakan sekolah yang telah dilatih dan didampingi dalam program tersebut. Sedangkan, SD Non Mitra USAID PRIORITAS merupakan sekolah diluar program USAID PRIORITAS. Sebelum adanya program USAID PRIORITAS dan sampai saat ini, sebagian besar Guru Sekolah Dasar (SD) telah mendapat treatment berupa pelatihan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung Barat baik dari Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) dan Badan Kepegawaian Daerah (BKD).
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada sejumlah guru Sekolah Dasar (SD) yang menjadi Mitra dan Non Mitra USAID PRIORITAS di wilayah kerja Disdikpora Kabupaten Bandung Barat (KBB), yakni Kecamatan Cipatat. Ditemukan guru pada Sekolah Dasar Non Mitra yang melaksanakan tugas utamanya sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pengarah, pelatih, penilai dan pengevaluasi kemampuan peserta didik (UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang ditindak lanjuti melalui PP No. 74 Tahun 2008 tentang Guru pasal 1 ayat 1), dinilai tidak mengalami perubahan setelah adanya upaya peningkatan kualitas guru melalui pelatihan. Sedangkan pada Sekolah Dasar Mitra, terlihat perubahan pada kinerja mengajar guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Fenomena yang peneliti temukan pada sekolah yang menjadi Mitra dan Sekolah Non Mitra USAID PRIORITAS, dipaparkan pada tabel berikut:
(5)
Tabel 1.1
Fenomena pada Sekolah Mitra dan Non Mitra di Sekolah Dasar (SD) Kecamatan Cipatat
Aspek Obyek Sekolah Mitra Sekolah Non Mitra
Pelaksanaan Mengajar
Terjadi perubahan dalam melaksanakan KBM di dalam kelas, guru lebih kreatif dan inovatif (mengimplementasikan
PAKEM sebagai
keberhasilan PBM)
Guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar pada sekolah yang telah mengikuti pelatihan Pemkab Bandung Barat, berlangsung sama (tidak ada perubahan)
Perilaku Mengajar
Menunjukan hasil belajar yang signifikan (guru memberdayakan siswa:
student center).
Perilaku guru kurang menghasilkan outcome
pembelajaran yang nyata selama satu semester.
Karya Siswa
Guru mencoba
mengupayakan siswa dapat menghasilkan produk pembelajaran berupa hasil karya mereka sendiri dalam pembelajaran.
Guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkreasi pada setiap mapel sehingga siswa kurang kreatif dan
inovatif dalam
pembelajarannya.
Mengelola Kelas
Kelas dipenuhi dengan hasil karya siswa yang di tempel di dinding dan kursi-meja siswa dibuat melingkar berkelompok.
Kondisi kelas monoton dan tidak ada hasil karya di dinding kelas sebagai perwujudan hasil interaksi pembelajaran yang belum baik antara guru dan siswa.
Sumber: Hasil Pengolahan Data Peneliti
Pelatihan yang diberikan kepada guru tersebut, bertujuan agar guru dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan mengajarnya. Perkembangan tersebut ditujukan untuk meningkatkan kinerja keprofesiannya kearah yang lebih baik dan menjadi good teacher bagi siswanya. Pelatihan atau pengembangan tidak hanya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan saja, melainkan dapat memperbaiki kinerja mengajar guru dalam hal meningkatkan prestasi siswa secara signifikan. Hal ini sejalan
(6)
dengan pendapat yang disampaikan oleh Dr. Mark Heyward (dalam USAID PRIORITAS, 2014, hlm. 3) bahwa “Agar kualitas guru terjamin, sangat penting dilakukan penilaian kinerja dan pengembangan professionalisme guru secara terus menerus. Sebab kualitas pendidikan sangat tergantung pada kualitas guru”.
USAID PRIORITAS merupakan program dibawah lembaga Internasional USAID. Program ini sebagai wujud komitmen antara Pemerintah Amerika Serikat dan Pemerintah Republik Indonesia. Komitmen tersebut diwujudkan dengan kerjasama antara USAID PRIORITAS dengan mitra di tingkat nasional dalam hal ini Kementrian Pendidikan terkait dan lokal yaitu Dinas Pendidikan Provinsi/Kab/Kota. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas dan relevansi pembelajaran di sekolah, meningkatkan tata kelola dan manajemen pendidikan di sekolah dan kabupaten. Selain itu, berguna untuk meningkatkan dukungan kordinasi lembaga pendidikan/ pelatihan guru dan pemerintah di semua jenjang. USAID PRIORITAS di Kabupaten Bandung Barat telah membentuk sekolah-sekolah mitra, khususnya 6 SD di Kecamatan Cipatat. Keberhasilan program tersebut di KBB khususnya di Kecamatan Cipatat diakui oleh oleh seorang pengawas SD pada acara Talkshow-District Showcase Februari 2014 yang menerangkan bahwa “setelah mengikuti pelatihan dari USAID PRIORITAS guru di Sekolah dibawah binaan kami lebih kreatif, inovatif dan efektif dalam melaksanakan proses belajar mengajar di dalam maupun di luar kelas”.
Pemkab Bandung Barat dalam menjalankan tugas pemerintahannya, dibantu oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di bidang pendidikan, pelatihan maupun pengembangan Sumber Daya Manusia yakni Disdikpora, dan BKD. SKPD tersebut memiliki tugas untuk merealisasikan Visi dari Bupati Bandung Barat yaitu Cerdas, Rasional, Maju, Agamis dan Sehat (CERMAT). Untuk mengimplementasikan Bandung Barat Cerdas dan Rasional, Kabupaten Bandung Barat berupaya melakukan berbagai kegiatan pembinaan terhadap guru. Pembinaan tersebut direalisasikan melalui kegiatan pelatihan peningkatan kualitas guru atau Bimbingan Teknis (Bimtek) bagi para penyelenggara pendidikan di sekolah. Namun berdasarkan tabel diatas,
(7)
belum terlihat maksimalnya hasil dari upaya peningkatan kualitas guru tersebut.
Berdasarkan uraian permasalahan diatas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan “Penyelenggaraan Pelatihan USAID PRIORITAS dan Pemerintah Kabupaten Bandung Barat (Studi Komparatif pada Sekolah Dasar Mitra dan Non Mitra USAID PRIORITAS di Kecamatan Cipatat)”.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dijabarkan bahwa ruang lingkup permasalahan penelitian ini terletak pada bidang kajian Sumber Daya Manusia (SDM), yang secara khusus membahas mengenai pelatihan dan pengembangan. Pelatihan membutuhkan pengelolaan yang professional, sehingga tujuan pelatihan yang sudah dirumuskan yakni meningkatkan kualitas peserta pelatihan dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah tentang perbedaan penyelenggaraan pelatihan yang diselenggarakan dua lembaga yang berbeda, yakni USAID PRIORITAS dan Pemerintah Kabupaten Bandung Barat. Perbedaan itu yang akan dikaji lebih dalam dengan membandingkan tingkat keberhasilanl penyelenggaraan pelatihan dari kedua lembaga tersebut. Untuk lokasi kajian penelitiannya berada di Kecamatan Cipatat. Kecamatan ini merupakan daerah yang mendapat pelatihan dari USAID PRIORITAS dan juga Pemerintah Kabupaten Bandung Barat.
Berdasarkan pernyataan tersebut, guna memperjelas masalah yang akan dibahas, maka rumusan masalah dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat keberhasilan penyelenggaraan pelatihan yang dilakukan oleh USAID PRIORITAS ?
2. Bagaimana tingkat keberhasilan penyelenggaraan pelatihan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bandung Barat ?
(8)
3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat keberhasilan penyelenggaraan pelatihan USAID PRIORITAS dan Pemerintah Kabupaten Bandung Barat ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan arah yang akan dicapai oleh peneliti dalam melakukan penelitian. Adapun tujuan penelitian dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian yaitu terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan secara jelas dan menyeluruh, serta memperoleh informasi mengenai tingkat keberhasilan penyelenggaraan pelatihan USAID PRIORITAS dan Pemerintah Kabupaten Bandung Barat pada Sekolah Dasar di Kecamatan Cipatat.
2. Tujuan Khusus
Sedangkan tujuan khusus dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Untuk mengetahui tingkat keberhasilan penyelenggaraan pelatihan yang dilakukan oleh USAID PRIORITAS.
b) Untuk mengetahui tingkat keberhasilan penyelenggaraan pelatihan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bandung Barat.
c) Untuk mengukur tingkat keberhasilan penyelenggaraan pelatihan antara USAID PRIORITAS dan Pemerintah Kabupaten Bandung Barat.
D. Manfaat/ Signifikansi Penelitian
Beberapa manfaat yang peneliti dapat paparkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkaya dan mengembangkan teori yang berkaitan dengan disiplin ilmu Administrasi
(9)
Pendidikan, Khususnya dalam hal Pengelolaan Pelatihan yang sesuai dengan tujuan pelatihan.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang positif dalam mengoptimalkan pengelolaan pelatihan sebagai upaya peningkatan kompetensi yang akan berdampak pada peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang tingkat keberhasilan penyelenggaraan pelatihan yang dilakukan USAID PRIORITAS dan pelatihan yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Bandung Barat.
4. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan gambaran bagi peneliti dalam hal pengelolaan pelatihan yang baik dengan penyelenggaraan pelatihan USAID PRIORITAS dan Pemerintah Kabupaten Bandung Barat sebagai rujukan.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Sistematika dari skripsi ini terdari lima bab, berikut adalah struktur organisasi skripsi yang secara sistematis berdasarkan Peraturan Rektor Universitas Pendidikan Indonesia Nomor 4518/UN40/HK/2014 yang dijabarkan dalam bentuk dokumen Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Tahun 2014.
BAB I : Dalam bagian ini membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat/ signifikasi penelitian, dan struktur organisasi skripsi.
BAB II : Dalam bagian ini membahas mengenai kajian pustaka/ landasan teori, konsep-konsep, dalil-dalil dalam bidang yang dikaji, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian yang menjelaskan topik atau permasalah yang menjadi fokus penelitian
BAB III : Dalam bagian ini membahas mengenai metode penelitian yang memaparkan alur penelitian mulai dari: desain penelitian, partisipan, populasi dan sampel, instrumen penelitian, prosedur penelitian, dan analisis data.
(10)
BAB IV : Dalam bagian ini membahas mengenai temuan penelitian dan pembahasan hasil penelitian yang dijabarkan secara kritis dengan membandingkan pada teori dan konsep dari kedua hasil penyelenggaraan pelatihan tersebut.
BAB V : Dalam bagian akhir ini membahas mengenai simpulan, implikasi dan rekomendasi yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan penelitian terhadap hasil analisis temuan penelitian.
(11)
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
Pada bab terakhir ini, peneliti akan membahas mengenai kesimpulan
berdasarkan hasil penelitian tentang “Penyelenggaraan Pelatihan USAID PRIORITAS dan Pemerintah Bandung Barat (Studi Komparatif pada Sekolah
Dasar Mitra dan Non Mitra USAID PRIORITAS di Kecamatan Cipatat)”.
Disamping itu peneliti juga akan mencoba memaparkan implikasi dan memberikan beberapa masukan atau saran baik untuk penyelenggara pelatihan pada USAID PRIORITAS ataupun Pemkab Bandung Barat dan peneliti selanjutnya.
A. Kesimpulan
Secara umum kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat keberhasilan penyelenggaraan pelatihan USAID PRIORITAS dan Pemkab Bandung Barat pada Sekolah Dasar mitra dan non mitra USAID PRIORITAS di Kecamatan Cipatat. Sedangkan secara khusus kesimpulan yang dapat peneliti uraikan adalah sebagai berikut:
1. Tingkat keberhasilan penyelenggaraan pelatihan pada USAID PRIORITAS berdasarkan hasil perhitungan kecenderungan umum menggunakan perhitungan WMS diperoleh nilai rata-rata sebesar 4,31 berada pada kriteria sangat baik. Hal ini menunjukan bahwa tingkat keberhasilan penyelenggaraan pelatihan yang mencangkup: identifikasi kebutuhan pelatihan, perumusan tujuan pelatihan, penyusunan program pelatihan, pelatihan untuk pelatih, implementasi pelatihan, dan evaluasi pelatihan sudah sangat baik. Disamping itu, jika tingkat keberhasilan penyelenggaraan pelatihan dilihat dari hasil per-indikatornya, maka indikator yang berada pada 7 (tujuh) urutan dengan hasil rata-rata terbesar adalah pelaksanaan pelatihan bagi pelatih (TOT), peranan pelatih dalam pelatihan, kesesuaian rumusan tujuan pelatihan dengan kebutuhan pelatihan, tingkat ketercapaian program pelatihan, keterlibatan seluruh
(12)
komponen dalam evaluasi program pelatihan, evaluasi dan umpan balik, dan kompetensi pelatih/instruktur pelatihan.
2. Tingkat keberhasilan penyelenggaraan pelatihan pada Pemkab Bandung Barat berdasarkan hasil perhitungan kecenderungan umum menggunakan perhitungan WMS diperoleh nilai rata-rata sebesar 3,67 berada pada kriteria baik. Hal ini menunjukan bahwa tingkat keberhasilan penyelenggaraan pelatihan yang mencangkup: identifikasi kebutuhan pelatihan, perumusan tujuan pelatihan, penyusunan program pelatihan, pelatihan untuk pelatih, implementasi pelatihan, dan evaluasi pelatihan sudah baik. Disamping itu, jika tingkat keberhasilan penyelenggaraan pelatihan dilihat dari hasil per-indikatornya, maka indikator yang berada pada 7 (tujuh) urutan dengan hasil rata-rata terbesar adalah perumusan tujuan umum dan khusus pelatihan, kesesuaian rumusan tujuan pelatihan dengan kebutuhan pelatihan, evaluasi dan umpan balik, tingkat ketercapaian program pelatihan, peranan pelatih dalam pelatihan, kompetensi pelatih/instruktur pelatihan, dan pelaksanaan tes akhir pelatihan.
3. Hipotesis yang diajukan peneliti adalah “Terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat keberhasilan penyelenggaraan pelatihan pada USAID PRIORITAS dan Pemkab Bandung Barat”. Berdasarkan hasil perhitungan dengan analisis komparasi t-test atau uji t (polled varians), menunjukan hasil t hitung = 0,505 dan t tabelpada taraf kepercayaan 95% =
1,657 maka t hitung < t tabel. Hasil tersebut menunjukan bahwa hipotesis
yang diajukan peneliti ditolak. Dengan demikian, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat keberhasilan penyelenggaraan pelatihan USAID PRIORITAS dan Pemkab Bandung Barat pada Sekolah Dasar mitra dan non mitra USAID PRIORITAS di Kecamatan Cipatat.
B. Implikasi
Peneliti akan memaparkan implikasi penelitian berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan penelitian, diantaranya:
(13)
1. Pelatihan yang diselenggarakan USAID PRIORITAS membawa perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta pelatihan yang sangat baik. Peserta pelatihan dalam hal ini adalah guru lebih mampu menunjukan kinerja terbaiknya pasca pelatihan. Guru dapat mengelola pembelajaran dengan optimal sehingga siswa lebih kreatif dengan prestasi dan hasil belajar berupa karya nyata terbaiknya.
2. Penyelenggaraan pelatihan pada Pemkab Bandung Barat dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta pelatihan yang berguna untuk mendorong kinerja yang baik, namun terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan pelatihannya. Hal tersebut dimaksudkan agar penyelenggaraan pelatihan tidak berdampak pada menurunnya kinerja peserta pelatihan di tempat kerja masing-masing setelah mengikuti pelatihan.
3. Penyelenggaraan pelatihan USAID PRIORITAS dan Pemkab Bandung memberikan gambaran bahwa penyelenggaraan pelatihan yang baik diukur dari tingkat keberhasilan penyelenggaraan pelatihan dengan melaksanakan setiap aspek pelatihan diantaranya adalah mengidentifikasi kebutuhan pelatihan, merumuskan tujuan, merumuskan program pelatihan, melaksanakan pelatihan untuk pelatih, mengimplementasikan pelatihan, dan mengevaluasi pelatihan. Sehingga tujun pelatihan yang telah dirumuskan yaitu meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta pelatihan dapat tercapai dan memberikan dampak pada peningkatan kualitas sumber daya manusia.
C. Rekomendasi
Rekomendasi atau saran yang akan peneliti kemukakan dapat dijadikan sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi penyelenggara pelatihan baik USAID PRIORITA, Pemerintah Kabupaten Bandung Barat dan peneliti selanjutnya. Adapun saran-saran tersebut adalah:
1. Bagi Penyelenggara Pelatihan USAID PRIORITAS
Penyelenggraan pelatihan pada USAID PRIORITAS menunjukan keberhasilan yang sangat baik. Untuk masa yang akan datang,
(14)
penyelenggara harus mempertahankan dan meningkatkan kualitas penyelenggaraan pelatihan yang telah dilakukan terutama pada indikator kenyamanan fasilitas pelatihan didalam aspek implementasi pelatihan, sehingga pelatihan selanjutnya dapat diselenggarakan dengan sangat baik lagi. Disamping itu, penyelenggara dapat meningkatkan dan menyesuaikan pola penyelenggaraan pelatihan sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman sehingga peningkatan kualitas manusia (peserta pelatihan) dapat dioptimalkan.
2. Bagi Penyelenggara Pelatihan Pemkab Bandung Barat
Keberhasilan penyelenggaraan pelatihan pada Pemkab Bandung Barat telah dilaksanakan dengan baik. Namun, penyelenggara perlu memperbaiki dan meningkatkan kualitas penyelenggaraan pelatihan dengan memfokuskan perbaikan pada indikator pelaksanaan kontrak belajar, pelaksanaan pelatihan bagi pelatih, pelibatan peserta dalam menentukan kebutuhan belajar, penyesuaian langkah-langkah kegiatan dengan kebutuhan pelatihan, penyusunan kurikulum pelatihan, manajemen waktu, dan penentuan sumber dan media pelatihan. Hal ini dimaksudkan agar penyelenggaraan pelatihan dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang dirumuskan dan lebih efektif lagi.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hal-hal yang harus diperhatikan lebih lanjut bagi peneliti selanjutnya adalah:
a. Penelitian ini membahas mengenai komparasi penyelenggaraan pelatihan USAID PRIORITAS dan Pemkab Bandung Barat pada sekolah dasar mitra dan non mitra USAID PRIORITAS di kecamatan Cipatat. Untuk itu peneliti menghimbau kepada peneliti selanjutnya yang tertarik melakukan penelitian komparasi dalam kajian pelatihan, agar penelitian difokuskan kepada pelaksanaan pendampingan atau kegiatan tindak lanjut pasca pelatihan dilaksanakan.
b. Dalam penelitian ini, dimungkinkan masih banyak kekurangan dalam berbagai hal. Oleh karena itu, peneliti menyarankan agar
(15)
peneliti selanjutnya dapat menghasilkan penelitian yang lebih baik lagi. Selanjutnya mengenai metode pelatihan yang peneliti gunakan, penelitian ini hanya sebatas membandingkan penyelenggaraan pelatihannya dari masing-masing peserta pelatihan sebagai sampelnya. Peneliti menyarankan agar peneliti selanjutnya dapat membandingkan penyelenggaraan pelatihan dari ruang lingkup geografis (kab/kota) yang berbeda.
(16)
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Ali, Muhammad. (1992). Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Atmodiwirio, S. (2002). Manajemen Pelatihan. Jakarta: PT Ardadizya Jaya. Daryanto dan Bintoro. (2014). Manajemen DIKLAT. Yogyakarta: Gava
Media.
Fauzi, Dr. Hj. Ikka K. A. (2011). Mengelola Pelatihan Partisipatif. Bandung: Alfabeta.
Furchan, Arief. (2011). Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Harsono. (2011). Perencanaan Kepegawaian. Bandung: Fokusmedia.
Janawi. (2012). Kompetensi Guru (Citra Guru Profesional). Bandung: Alfabeta.
Kamil, Mustofa. (2010). Model Pendidikan dan Pelatihan. Bandung: Alfabeta.
Mangkunegara, A. P. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Mathis, R. L. dan Jackson, J. H. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia
(Edisi 10). Jakarta: Salemba Empat.
Nasution. (2009). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.
Nazir, M. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Riduwan. (2009). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru – Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.
Soemanto, Wasty. (1996). Pendidikan Wiraswasta. Jakarta: Bumi Aksara. Siegal, Siedney. (1997). Statistik Non-Parametik untuk Ilmu-ilmu Sosial.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
(17)
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2002). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, N. S. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sururi dan Suharto. (2007). Belajar SPSS For Windows untuk Mengelola
Data Penelitian. Bandung: Dewa Ruchi.
Suryosubroto. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Tirtarahardja, Umar dan S. L. La Sulo. (2005). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Uno, H. B dan Nina Lumatenggo. (2012). Teori Kinerja dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Rivai, Veithzal. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk
Perusahaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Rivai, Veithzal dan Sagala, E.J. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia
Untuk Perusahaan: dari Teori ke Praktik. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
B. Artikel Jurnal
Kambey, S.F.L. (2013). Pengaruh Pembinaan, Pelatihan, dan Pengembangan, Pemberdayaan dan Partisipasi terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal Studi
Manajemen dan Organisasi, 10 (2), hlm. 142-151. Rapareni, Yussi.
(2012). Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan terhadap Produktivitas Guru Yayasan Jihadiyah Palembang. Jurnal Ekonomi dan Informasi
Akuntansi (JENIUS), 3 (3), hlm. 217-229.
Rapareni, Yussi. (2012). Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan terhadap Produktivitas Guru Yayasan Jihadiyah Palembang. Jurnal Ekonomi dan
Informasi Akuntansi (JENIUS), 3 (3), hlm. 217-229.
Salmah, Ninin NA. (2012). Pengaruh Program Pelatihan dan Pengembangan Karyawan Terhadap Kompetensi Karyawan Pada PT. Muba Electric Power Sekayu. Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi (JENIUS), 2 (3), hlm. 278-290.
(18)
C. Peraturan Perundangan
Peraturan Pemerintah No.74 Tahun 2008 Tentang Guru. Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
D. Sumber Lain
Iryanto, Asep. (2013). Kinerja Mengajar Guru Berbasis ICT (Studi Deskriptif
Pengaruh Manajemen Pelatihan “DALI” Dan Pendampingan “DBE”
Terhadap Kinerja Mengajar Guru SD/MI Di Jawa Barat). (Tesis).
Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Kemendikbud. (2015). Data Referensi Pendidikan. Diakses dari
http://referensi.data.kemdikbud.go.id/index11.php?level=3&kode=0223 08&id=5.
Mulyawan, Budi. (2012). Pengaruh Pengalaman dalam Pelatihan Terhadap Peningkatan Kompetensi Profesional Guru. Diakses dari http://ejournal. undiksha.ac.id/index.php/MKFIS/article/view/453.
Rustiana, Ade. (2010). Efektivitas Pelatihan bagi Peningkatan Kinerja
Karyawan. [Online]. Diakses dari http://journal.unnes.ac.id/nju/
index.php/jdm/article/ view/2469.
Sya’ban, Ali. (2005). Teknik Analisis Data Penelitian: aplikasi program
SPSS dan teknik menghitungnya, pdf. Jakarta: UHAMKA.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
Tahun 2014,pdf. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
USAID PRIORITAS. (2014, Jul-Sept). Petakan Kebutuhan Guru untuk Tingkatkan Profesionalisme. Newsletter Prioritas Pendidikan Edisi 8
(1)
118
1. Pelatihan yang diselenggarakan USAID PRIORITAS membawa perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta pelatihan yang sangat baik. Peserta pelatihan dalam hal ini adalah guru lebih mampu menunjukan kinerja terbaiknya pasca pelatihan. Guru dapat mengelola pembelajaran dengan optimal sehingga siswa lebih kreatif dengan prestasi dan hasil belajar berupa karya nyata terbaiknya.
2. Penyelenggaraan pelatihan pada Pemkab Bandung Barat dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta pelatihan yang berguna untuk mendorong kinerja yang baik, namun terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan pelatihannya. Hal tersebut dimaksudkan agar penyelenggaraan pelatihan tidak berdampak pada menurunnya kinerja peserta pelatihan di tempat kerja masing-masing setelah mengikuti pelatihan.
3. Penyelenggaraan pelatihan USAID PRIORITAS dan Pemkab Bandung memberikan gambaran bahwa penyelenggaraan pelatihan yang baik diukur dari tingkat keberhasilan penyelenggaraan pelatihan dengan melaksanakan setiap aspek pelatihan diantaranya adalah mengidentifikasi kebutuhan pelatihan, merumuskan tujuan, merumuskan program pelatihan, melaksanakan pelatihan untuk pelatih, mengimplementasikan pelatihan, dan mengevaluasi pelatihan. Sehingga tujun pelatihan yang telah dirumuskan yaitu meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta pelatihan dapat tercapai dan memberikan dampak pada peningkatan kualitas sumber daya manusia.
C. Rekomendasi
Rekomendasi atau saran yang akan peneliti kemukakan dapat dijadikan sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi penyelenggara pelatihan baik USAID PRIORITA, Pemerintah Kabupaten Bandung Barat dan peneliti selanjutnya. Adapun saran-saran tersebut adalah:
1. Bagi Penyelenggara Pelatihan USAID PRIORITAS
Penyelenggraan pelatihan pada USAID PRIORITAS menunjukan keberhasilan yang sangat baik. Untuk masa yang akan datang,
(2)
penyelenggara harus mempertahankan dan meningkatkan kualitas penyelenggaraan pelatihan yang telah dilakukan terutama pada indikator kenyamanan fasilitas pelatihan didalam aspek implementasi pelatihan, sehingga pelatihan selanjutnya dapat diselenggarakan dengan sangat baik lagi. Disamping itu, penyelenggara dapat meningkatkan dan menyesuaikan pola penyelenggaraan pelatihan sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman sehingga peningkatan kualitas manusia (peserta pelatihan) dapat dioptimalkan.
2. Bagi Penyelenggara Pelatihan Pemkab Bandung Barat
Keberhasilan penyelenggaraan pelatihan pada Pemkab Bandung Barat telah dilaksanakan dengan baik. Namun, penyelenggara perlu memperbaiki dan meningkatkan kualitas penyelenggaraan pelatihan dengan memfokuskan perbaikan pada indikator pelaksanaan kontrak belajar, pelaksanaan pelatihan bagi pelatih, pelibatan peserta dalam menentukan kebutuhan belajar, penyesuaian langkah-langkah kegiatan dengan kebutuhan pelatihan, penyusunan kurikulum pelatihan, manajemen waktu, dan penentuan sumber dan media pelatihan. Hal ini dimaksudkan agar penyelenggaraan pelatihan dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang dirumuskan dan lebih efektif lagi.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hal-hal yang harus diperhatikan lebih lanjut bagi peneliti selanjutnya adalah:
a. Penelitian ini membahas mengenai komparasi penyelenggaraan pelatihan USAID PRIORITAS dan Pemkab Bandung Barat pada sekolah dasar mitra dan non mitra USAID PRIORITAS di kecamatan Cipatat. Untuk itu peneliti menghimbau kepada peneliti selanjutnya yang tertarik melakukan penelitian komparasi dalam kajian pelatihan, agar penelitian difokuskan kepada pelaksanaan pendampingan atau kegiatan tindak lanjut pasca pelatihan dilaksanakan.
b. Dalam penelitian ini, dimungkinkan masih banyak kekurangan dalam berbagai hal. Oleh karena itu, peneliti menyarankan agar
(3)
120
peneliti selanjutnya dapat menghasilkan penelitian yang lebih baik lagi. Selanjutnya mengenai metode pelatihan yang peneliti gunakan, penelitian ini hanya sebatas membandingkan penyelenggaraan pelatihannya dari masing-masing peserta pelatihan sebagai sampelnya. Peneliti menyarankan agar peneliti selanjutnya dapat membandingkan penyelenggaraan pelatihan dari ruang lingkup geografis (kab/kota) yang berbeda.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Ali, Muhammad. (1992). Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Atmodiwirio, S. (2002). Manajemen Pelatihan. Jakarta: PT Ardadizya Jaya. Daryanto dan Bintoro. (2014). Manajemen DIKLAT. Yogyakarta: Gava
Media.
Fauzi, Dr. Hj. Ikka K. A. (2011). Mengelola Pelatihan Partisipatif. Bandung: Alfabeta.
Furchan, Arief. (2011). Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Harsono. (2011). Perencanaan Kepegawaian. Bandung: Fokusmedia.
Janawi. (2012). Kompetensi Guru (Citra Guru Profesional). Bandung: Alfabeta.
Kamil, Mustofa. (2010). Model Pendidikan dan Pelatihan. Bandung: Alfabeta.
Mangkunegara, A. P. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Mathis, R. L. dan Jackson, J. H. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia
(Edisi 10). Jakarta: Salemba Empat.
Nasution. (2009). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.
Nazir, M. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Riduwan. (2009). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru – Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.
Soemanto, Wasty. (1996). Pendidikan Wiraswasta. Jakarta: Bumi Aksara. Siegal, Siedney. (1997). Statistik Non-Parametik untuk Ilmu-ilmu Sosial.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
(5)
122
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2002). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, N. S. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sururi dan Suharto. (2007). Belajar SPSS For Windows untuk Mengelola
Data Penelitian. Bandung: Dewa Ruchi.
Suryosubroto. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Tirtarahardja, Umar dan S. L. La Sulo. (2005). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Uno, H. B dan Nina Lumatenggo. (2012). Teori Kinerja dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Rivai, Veithzal. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk
Perusahaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Rivai, Veithzal dan Sagala, E.J. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia
Untuk Perusahaan: dari Teori ke Praktik. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
B. Artikel Jurnal
Kambey, S.F.L. (2013). Pengaruh Pembinaan, Pelatihan, dan Pengembangan, Pemberdayaan dan Partisipasi terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal Studi
Manajemen dan Organisasi, 10 (2), hlm. 142-151. Rapareni, Yussi.
(2012). Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan terhadap Produktivitas Guru Yayasan Jihadiyah Palembang. Jurnal Ekonomi dan Informasi
Akuntansi (JENIUS), 3 (3), hlm. 217-229.
Rapareni, Yussi. (2012). Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan terhadap Produktivitas Guru Yayasan Jihadiyah Palembang. Jurnal Ekonomi dan
Informasi Akuntansi (JENIUS), 3 (3), hlm. 217-229.
Salmah, Ninin NA. (2012). Pengaruh Program Pelatihan dan Pengembangan Karyawan Terhadap Kompetensi Karyawan Pada PT. Muba Electric Power Sekayu. Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi (JENIUS), 2 (3), hlm. 278-290.
(6)
C. Peraturan Perundangan
Peraturan Pemerintah No.74 Tahun 2008 Tentang Guru. Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
D. Sumber Lain
Iryanto, Asep. (2013). Kinerja Mengajar Guru Berbasis ICT (Studi Deskriptif
Pengaruh Manajemen Pelatihan “DALI” Dan Pendampingan “DBE” Terhadap Kinerja Mengajar Guru SD/MI Di Jawa Barat). (Tesis).
Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Kemendikbud. (2015). Data Referensi Pendidikan. Diakses dari
http://referensi.data.kemdikbud.go.id/index11.php?level=3&kode=0223 08&id=5.
Mulyawan, Budi. (2012). Pengaruh Pengalaman dalam Pelatihan Terhadap Peningkatan Kompetensi Profesional Guru. Diakses dari http://ejournal. undiksha.ac.id/index.php/MKFIS/article/view/453.
Rustiana, Ade. (2010). Efektivitas Pelatihan bagi Peningkatan Kinerja
Karyawan. [Online]. Diakses dari http://journal.unnes.ac.id/nju/
index.php/jdm/article/ view/2469.
Sya’ban, Ali. (2005). Teknik Analisis Data Penelitian: aplikasi program
SPSS dan teknik menghitungnya, pdf. Jakarta: UHAMKA.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
Tahun 2014,pdf. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
USAID PRIORITAS. (2014, Jul-Sept). Petakan Kebutuhan Guru untuk Tingkatkan Profesionalisme. Newsletter Prioritas Pendidikan Edisi 8