Peranan Penggunaan Anggaran Kas untuk Meningkatkan Efisiensi Kas PT "X".

(1)

ABSTRAK

Pertumbuhan merupakan hal penting bagi sebuah perusahaan. Namun, karena semakin pesatnya kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan serta globalisasi maka pertumbuhan perusahaan menjadi tidak stabil dan persaingan dunia usaha menjadi semakin berat dan kompleks. Untuk menghadapi permasalahan tersebut berbagai cara telah dilakukan oleh masing-masing perusahaan, baik dalam bidang pemasaran, produksi, sumber daya manusia maupun keuangan. Keberhasilan dan kesuksesan sebuah perusahaan tidak hanya didukung oleh teknik produksi, sistem pemasaran yang baik dan faktor sumber daya manusia yang terampil, tetapi juga diperlukan faktor penunjang yang lain yaitu upaya perusahaan dalam mengatur keuangan serta memanfaatkannya secara efisien, karena kelancaran operasi perusahaan tidak terlepas dari bagaimana pihak manajemen perusahaan khususnya manajer keuangan untuk mengatur dan merencanakan penerimaan dan pengeluarannya. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi agar perusahaan tidak kekurangan dana, dibuatlah perencanaan keuangan dalam bentuk anggaran kas.

PT “X” sebagai Strategic Business Unit (SBU) yang memproduksi berbagai macam beras untuk keperluan sehari-hari. Selama ini membuat perencanaan keuangan dengan cara yang sangat sederhana bukan dibuat berdasarkan metode tertentu, sehingga PT “X” kurang dapat mengontrol aktivitas operasinya secara optimal. Untuk itu berdasarkan laporan laba rugi dan neraca selama tiga tahun terakhir (2003-2005) yang dimiliki perusahaan, penulis ingin membahas mengenai pembuatan anggaran kas di PT “X” untuk awal tahun 2006 sampai dengan akhir tahun 2007, yang dapat menjadi pertimbangan bagi perusahaan untuk perencanaan keuangannya.

Dalam menyusun anggaran kas tersebut, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif analitis. Dimana metode ini menggambarkan apa yang dilakukan oleh perusahaan dan fakta-fakta atau kejadian-kejadian pada perusahaan untuk kemudian diolah menjadi data yang selanjutnya diadakan analisis sehingga pada akhirnya menghasilkan suatu kesimpulan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penyusunan anggaran kas PT “X” adalah faktor penerimaan kas (seperti penjualan tunai, penagihan piutang dan penerimaan kas lainnya) dan faktor pengeluaran kas (seperti pembelian tunai, pembayaran hutang dan pembayaran biaya-biaya operasional perusahaan seperti Handling cost, Overhead cost dan biaya pajak).

Selain itu untuk menyusun anggaran kas diperlukan juga estimasi-estimasi atau peramalan faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan anggaran kas seperti perkiraan penjualan, perkiraan pendapatan dan perkiraan biaya. Dimana dalam meramalkan penjualan dan pendapatan perusahaan pada masa yang akan datang, penulis menggunakan metode matematis (Moment).

Disamping membuat anggaran kas perusahaan juga sebaiknya menetapkan saldo kas minimumnya (dalam hal ini PT ”X” menetapkan saldo kas minimum setiap bulannya mulai dari tahun 2003 sebesar Rp 3000.000,00), karena kebutuhan akan kas untuk membiayai operasi perusahaan setiap bulannya tidaklah


(2)

sama. Untuk menentukan jumlah saldo kas minimum tersebut dapat digunakan model persediaan atau model Baumol maupun model Miller-Orr.

Dengan disusunnya anggaran kas PT “X” untuk tahun 2006 dan 2007, maka dapat dilihat bahwa metode saldo kas minimum yang diperkirakan dapat meningkatkan efisiensi kas perusahaan karena dapat meminimumkan total biaya akibat mempertahankan saldo kas minimumnya bagi PT “X” untuk tahun 2006 dan 2007 adalah metode saldo kas minimum menurut kebijakan PT “X”. Namun sayangnya saldo kas minimum PT “X” tersebut belum dikelola dengan baik, ini dapat dilihat dengan belum adanya suatu tools tertentu seperti anggaran kas yang digunakan untuk merencanakan dan mengendalikan kas perusahaan. Sementara jika saldo kas minimum tersebut dikelola dengan tepat, perusahaan dapat mengantisipasi kekurangan dana yang mungkin terjadi dan pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi kas perusahaan itu sendiri dengan penetapan saldo kas minimum yang tepat.

Oleh karena itu, dalam membuat perencanaan keuangan terutama dalam mengelola kasnya, sebaiknya PT “X” menggunakan suatu tools yang ada (seperti membuat anggaran kas), karena dengan menyusun anggaran kas PT “X” dapat dengan segera mengambil keputusan atau tindakan yang tepat untuk mengantisipasi keadaan yang mungkin terjadi yaitu apakah perusahaan akan mengalami kelebihan atau kekurangan kas.


(3)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian... 5

1.4 Kegunaan Penelitian... 5

1.5 Kerangka Pemikiran ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan ... 12

2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan ... 12

2.1.2 Aktivitas Manajer Keuangan : Perencanaan Keuangan ... 13

2.2 Anggaran ... 15

2.2.1 Pengertian Anggaran ... 15

2.2.2 Fungsi Anggaran ... 16


(4)

2.2.4 Kelemahan Anggaran ... 22

2.3 Kas... 23

2.3.1 Pengertian Kas dan Motif Memiliki Kas... 23

2.3.2 Sumber-Sumber Penerimaan dan Pengeluaran Kas ... 25

2.3.3 Aliran Kas Dalam Perusahaan... 26

2.4 Anggaran Kas ... 29

2.4.1 Pengertian Anggaran Kas ... 29

2.4.2 Tujuan Penyusunan Anggaran Kas ... 30

2.4.3 Pendekatan Dalam Menyusun Anggaran Kas... 32

2.4.4 Prosedur Penyusunan Anggaran Kas ... 33

2.5 Ramalan Penjualan ... 35

2.5.1 Pengertian Ramalan Penjualan ... 35

2.5.2 Teknik-Teknik Dalam Ramalan Penjualan ... 36

2.6 Saldo Kas Minimum... 38

2.6.1 Metode Baumol ... 38

2.6.2 Metode Miller-Orr ... 40

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 42

3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan... 42


(5)

3.1.3 Lokasi dan Waktu Penelitian... 43

3.1.4 Struktur Organisasi Perusahaan... 43

3.1.5 Uraian Tugas Perusahaan ... 44

3.2 Metode Penelitian ... 52

3.2.1 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 52

3.2.2 Teknik Pengolahan Data ... 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Perkembangan Keuangan PT “X” ... 57

4.2 Ramalan Penjualan ... 58

4.3 Aliran Kas PT “X” ... 64

4.3.1 Perkiraan Penerimaan Kas PT “X” ... 65

4.3.2 Perkiraan Pengeluaran Kas PT “X” ... 68

4.4 Menyusun Anggaran Kas ... 84

4.5 Saldo Kas Minimum... 93

4.5.1 Saldo Kas Minimum Menurut Kebijakan PT “X” ... 93

4.5.2 Saldo Kas Minimum Menurut Model Baumol ... 105

4.5.3 Saldo Kas Minimum Menurut Model Miller-Orr ... 116

4.5.4 Perbandingan Total Biaya Dari Ketiga Model Saldo Kas Minimum ... 129


(6)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan... 131 5.2 Saran ... 133 DAFTAR PUSTAKA... xv LAMPIRAN


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Laporan Penjualan PT “X” Tahun 2003 ... 58

Tabel 4.2 Laporan Penjualan PT “X” Tahun 2004 ... 59

Tabel 4.3 Laporan Penjualan PT “X” Tahun 2005 ... 60

Tabel 4.4 Perhitungan Ramalan Penjualan PT “X” Tahun 2003 -2005 ... 61

Tabel 4.5 Ramalan Penjualan Tahun 2006... 63

Tabel 4.6 Ramalan Penjualan Tahun 2007... 64

Tabel 4.7 Perhitungan Perkiraan Pendapatan Bunga, Deposito, Jasa Giro PT “X” Tahun 2003 -2005 ... 65

Tabel 4.8 Perkiraan Pendapatan Bunga, Deposito, Jasa Giro Tahun 2006... 67

Tabel 4.9 Perkiraan Pendapatan Bunga, Deposito, Jasa Giro Tahun 2007... 67

Tabel 4.10 Perhitungan Persentase Rata-rata HPP Terhadap Penjualan Tahun 2003-2005 ... 69

Tabel 4.11 Perhitungan Persentase Rata-rata HPP Terhadap Penjualan Tahun 2003-2006 ... 69

Tabel 4.12 Perkiraan Pembelian PT “X” Tahun 2006 ... 70

Tabel 4.13 Perkiraan Pembelian PT “X” Tahun 2007 ... 70

Tabel 4.14 Perhitungan Persentase Rata-rata Biaya Langsung Terhadap Penjualan Tahun 2003-2005... 71 Tabel 4.15 Perhitungan Persentase Rata-rata Biaya Langsung Terhadap


(8)

Penjualan Tahun 2003-2006... 72

Tabel 4.16 Perkiraan Biaya Langsung PT “X” Tahun 2006 ... 72

Tabel 4.17 Perkiraan Biaya Langsung PT “X” Tahun 2007 ... 73

Tabel 4.18 Perhitungan Persentase Rata-rata Biaya Personil Terhadap Penjualan Tahun 2003-2005... 74

Tabel 4.19 Perhitungan Persentase Rata-rata Biaya Personil Terhadap Penjualan Tahun 2003-2006... 74

Tabel 4.20 Perhitungan Persentase Rata-rata Biaya Kantor Terhadap Penjualan Tahun 2003-2005... 74

Tabel 4.21 Perhitungan Persentase Rata-rata Biaya Kantor Terhadap Penjualan Tahun 2003-2006... 75

Tabel 4.22 Perhitungan Persentase Rata-rata Biaya Eksploitasi Terhadap Penjualan Tahun 2003-2005... 75

Tabel 4.23 Perhitungan Persentase Rata-rata Biaya Eksploitasi Terhadap Penjualan Tahun 2003-2006... 75

Tabel 4.24 Perkiraan Biaya Personil Tahun 2006 ... 76

Tabel 4.25 Perkiraan Biaya Personil Tahun 2007 ... 77

Tabel 4.26 Perkiraan Biaya Kantor Tahun 2006 ... 77

Tabel 4.27 Perkiraan Biaya Kantor Tahun 2007 ... 78

Tabel 4.28 Perkiraan Biaya Eksploitasi Tahun 2006 ... 78

Tabel 4.29 Perkiraan Biaya Eksploitasi Tahun 2007 ... 79

Tabel 4.30 Perhitungan Perkiraan Laba Sebelum Pajak PT “X” Tahun 2003-2005 ... 80


(9)

Tabel 4.31 Perkiraan Laba Sebelum Pajak Tahun 2006... 82

Tabel 4.32 Perkiraan Laba Sebelum Pajak Tahun 2007... 82

Tabel 4.33 Perhitungan Biaya Pajak PT “X” Tahun 2006 ... 83

Tabel 4.34 Perhitungan Biaya Pajak PT “X” Tahun 2007 ... 83

Tabel 4.35 Perkiraan Anggaran Kas PT “X” Tahun 2006 ... 85

Tabel 4.36 Perkiraan Anggaran Kas PT “X” Tahun 2007 ... 89

Tabel 4.37 Perkiraan Anggaran Kas Dengan Saldo Kas Minimum Menurut Kebijakan Perusahaan Tahun 2006 ... 94

Tabel 4.38 Perkiraan Anggaran Kas Dengan Saldo Kas Minimum Menurut Kebijakan Perusahaan Tahun 2007 ... 98

Tabel 4.39 Perkiraan Total Biaya Atas Penggunaan Saldo Kas Minimum Berdasarkan Kebijakan Perusahaan Tahun 2006 ... 104

Tabel 4.40 Perkiraan Total Biaya Atas Penggunaan Saldo Kas Minimum Berdasarkan Kebijakan Perusahaan Tahun 2007 ... 105

Tabel 4.41 Perhitungan Saldo Kas Minimum Menurut Model Baumol Untuk Tahun 2006... 106

Tabel 4.42 Perhitungan Saldo Kas Minimum Menurut Model Baumol Untuk Tahun 2007... 106

Tabel 4.43 Perkiraan Anggaran Kas Dengan Saldo Kas Minimum Menurut Model Baumol Untuk Tahun 2006 ... 107

Tabel 4.44 Perkiraan Anggaran Kas Dengan Saldo Kas Minimum Menurut Model Baumol Untuk Tahun 2007 ... 111 Tabel 4.45 Perkiraan Total Biaya Atas Penggunaan Saldo Kas Minimum


(10)

Menurut Model Baumol Tahun 2006 ... 115 Tabel 4.46 Perkiraan Total Biaya Atas Penggunaan Saldo Kas Minimum

Menurut Model Baumol Tahun 2007 ... 116 Tabel 4.47 Perhitungan Varians Tahun 2006 ... 117 Tabel 4.48 Perhitungan Varians Tahun 2007 ... 118 Tabel 4.49 Perhitungan Saldo Kas Minimum Menurut Model Miller-Orr

Untuk Tahun 2006... 119 Tabel 4.50 Perhitungan Saldo Kas Minimum Menurut Model Miller-Orr

Untuk Tahun 2007... 119 Tabel 4.51 Perkiraan Anggaran Kas Dengan Saldo Kas Minimum Menurut

Model Miller-Orr Untuk Tahun 2006 ... 120 Tabel 4.52 Perkiraan Anggaran Kas Dengan Saldo Kas Minimum Menurut

Model Miller-Orr Untuk Tahun 2007 ... 124 Tabel 4.53 Perkiraan Total Biaya Atas Penggunaan Saldo Kas Minimum

Menurut Model Miller-Orr Tahun 2006... 128 Tabel 4.54 Perkiraan Total Biaya Atas Penggunaan Saldo Kas Minimum

Menurut Model Miller-Orr Tahun 2007... 129 Tabel 4.55 Perbandingan Perkiraan Total Biaya Antara Ketiga Model

Untuk Tahun 2006... 130 Tabel 4.56 Perbandingan Perkiraan Total Biaya Antara Ketiga Model

Untuk Tahun 2007... 130


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran ... 11

Gambar 2.1 Aliran Kas Dalam Perusahaan... 28

Gambar 2.2 Format Anggaran Kas... 34

Gambar 2.3 Model Baumol ... 39

Gambar 2.4 Model Miller-Orr ... 40

Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT “X” ... 44

Gambar 4.1 Grafik Rincian Penjualan PT “X” Tahun 2003 ... 59

Gambar 4.2 Grafik Rincian Penjualan PT “X” Tahun 2004 ... 60


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Laporan Laba Rugi PT “X” Tahun 2003 Lampiran 2 Laporan Laba Rugi PT “X” Ta hun 2004 Lampiran 3 Laporan Laba Rugi PT “X” Tahun 2005 Lampiran 4 Neraca PT “X” Tahun 2003 -2005 Lampiran 5 Surat Pernyataan


(13)

Bab 1 Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan merupakan hal penting bagi sebuah perusahaan. Pertumbuhan dibutuhkan untuk merangsang dan menyalurkan bakat manajerial dengan menawarkan promosi yang tepat dan pemberian tanggung jawab yang lebih besar. Namun, karena semakin pesatnya kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan serta globalisasi maka pertumbuhan perusahaan menjadi tidak stabil dan persaingan dunia usaha menjadi semakin berat dan kompleks. Untuk menghadapi permasalahan tersebut berbagai cara telah dilakukan oleh masing-masing perusahaan, baik dalam bidang pemasaran, produksi, sumber daya manusia maupun keuangan. Keberhasilan dan kesuksesan sebuah perusahaan tidak hanya didukung oleh teknik produksi, sistem pemasaran yang baik dan faktor sumber daya manusia yang terampil, tetapi juga diperlukan faktor penunjang yang lain yaitu upaya perusahaan dalam mengatur keuangan serta memanfaatkannya secara efisien, karena kelancaran operasi perusahaan tidak terlepas dari bagaimana pihak manajemen perusahaan khususnya manajer keuangan untuk mengatur dan merencanakan penerimaan dan pengeluarannya. Perencanaan sendiri memegang peranan yang penting bagi pelaksanaan operasional perusahaan karena merupakan langkah awal dalam menentukan arah kebijaksanaan perusahaan, selain itu perencanaan keuangan merupakan aktivitas yang sangat fundamental dan penting dalam kaitannya dengan kegiatan


(14)

Bab 1 Pendahuluan

operasional perusahaan dan usaha mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Maka melalui perencanaan keuangan, perusahaan diharapkan dapat meningkatkan kinerjanya. Perencanaan keuangan dimulai dari perencanaan jangka panjang (strategi) yang pada akhirnya menjadi pedoman bagi perencanaan jangka pendek (operasi).

Perlu diperhatikan juga bahwa, dana yang diperoleh perusahaan merupakan suatu modal yang dapat digunakan untuk membeli barang-barang modal yang diperlukan dalam aktivitas usahanya. Dari perputaran barang-barang modal tersebut diharapkan perusahaan akan memperoleh keuntungan yang cukup untuk menjamin kelangsungan usahanya. Salah satu aspek yang dapat menjamin terselenggaranya manajemen permodalan suatu perusahaan dengan baik dan lancar adalah manajemen kas.

Kas merupakan salah satu unsur permodalan yang sangat berpengaruh terhadap operasional perusahaan sehari-hari, oleh karena itu manajemen kas harus dilakukan sedemikian rupa, sehingga kas yang tersedia tidak kurang ataupun berlebihan, karena keduanya mempunyai akibat negatif bagi perusahaan. Kekurangan kas dapat mengakibatkan tidak terbayarnya berbagai kewajiban yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja serta merugikan nama baik perusahaan di mata para supplier perusahaan. Sebaliknya kas yang berlebihan menunjukkan bahwa perusahaan kurang efektif dalam mengelola kas, yang berarti bahwa tingkat perputaran kas dalam perusahaan tersebut rendah.


(15)

Bab 1 Pendahuluan

Maka untuk mengantisipasi agar perusahaan tidak kekurangan dana, dibuatlah perencanaan keuangan dalam bentuk anggaran kas yang dapat membantu untuk meminimalkan atau membatasi berbagai biaya yang dapat menyebabkan perusahaan kesulitan likuiditas serta memacu dan merencanakan darimana perusahaan memperoleh sumber pembiayaan atau pendapatan untuk memenuhi kewajiban perusahaan baik pada pihak intern maupun ekstern. Selain itu, manajemen kas yang baik dapat membantu manajer untuk lebih mengkoordinasi, mengontrol dan menentukan arah perkembangan perusahaan. Oleh karena itu perencanaan keuangan seperti pembuatan anggaran kas diharapkan dapat membantu mengelola keuangan perusahaan dengan baik serta memberi perbaikan dan solusi mengenai masalah keuangan yang dihadapi perusahaan.

PT “X” sebagai Strategic Business Unit (SBU) yang memproduksi berbagai macam beras untuk keperluan sehari-hari. Selama ini membuat perencanaan keuangan dengan cara yang sangat sederhana bukan dibuat berdasarkan metode tertentu, sehingga PT “X” kurang dapat mengontrol aktivitas operasinya secara optimal. Tidak adanya perencanaan keuangan menyebabkan tidak ada pedoman dan tolak ukur dalam pelaksanaan dan pengendalian aktivitas perusahaan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap efisiensi kas perusahaan itu sendiri. Selain itu, perusahaan juga tidak dapat memperkirakan kapan dan berapa uang yang akan diterima dan dikeluarkan pada periode yang akan datang sehingga perusahaan menjadi kurang antisipatif dalam menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi seperti kenaikan harga bahan baku


(16)

Bab 1 Pendahuluan

yang mungkin akan mengakibatkan meningkatnya jumlah pengeluaran dan menurunkan jumlah penerimaan perusahaan. Maka untuk mempertahankan kesinambungan usahanya diperlukan kemampuan pihak manajemen khususnya manajer keuangan dalam mengelola anggaran kas sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Untuk mengetahui implementasi dari pembuatan anggaran kas dan bagaimana pengaruhnya terhadap peningkatan efisiensi kas perusahaan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Peranan Penggunaan Anggaran Kas Untuk Meningkatkan Efisiensi Kas PT X”.

1.2 Identifikasi Masalah

Dalam suatu perusahaan, peran manajer keuangan sangat penting dalam menentukan kelangsungan hidup perusahaan. Oleh karena itu penulis merasa perlu adanya perbaikan dan pengelolaan uang kas yang lebih baik untuk meningkatkan efisiensi kas perusahaan. Perusahaan yang tidak dapat membuat perencanaan keuangan dengan baik akan mendapat kesulitan dalam mengantisipasi kelebihan dan atau kekurangan dana yang mungkin akan terjadi di masa yang akan datang. Berdasarkan uraian tersebut, maka masalah yang akan dibahas dan diteliti yaitu:

1. Bagaimana proses pembuatan anggaran kas untuk PT “X” ini dilakukan. 2. Bagaimana pemanfaatan anggaran kas agar dapat meningkatkan efisiensi


(17)

Bab 1 Pendahuluan

3. Metode saldo kas minimum mana yang dapat meminimumkan total biaya akibat mempertahankan uang kas.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini, antara lain untuk:

1. Mengetahui bagaimana proses pembuatan anggaran kas untuk PT “X” ini dilakukan.

2. Mengetahui manfaat anggaran kas dalam meningkatkan efisiensi kas perusahaan.

3. Mengetahui metode saldo kas minimum mana yang dapat meminimumkan total biaya akibat mempertahankan uang kas.

1.4 Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Penulis

Sebagai kesempatan untuk belajar mengenai penerapan teori-teori yang penulis peroleh selama mengikuti masa perkuliahan dengan kenyataan yang terjadi di perusahaan.

2. Perusahaan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan yang bermanfaat dalam upaya meningkatkan efisiensi kas perusahaan.


(18)

Bab 1 Pendahuluan

Sebagai bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya dan juga untuk menambah pengetahuan serta wawasan bagi rekan-rekan mahasiswa dan juga pihak lain yang membutuhkan.

1.5 Kerangka Pemikiran

Kas merupakan jenis aktiva yang paling likuid bagi sebuah perusahaan. Kas sebagai salah satu unsur dari modal kerja, dapat diartikan sebagai seluruh uang tunai yang ada ditangan (cash on hand) dan dana yang disimpan di bank dalam berbagai bentuk, seperti deposito dan rekening Koran.

Kas dalam suatu kegiatan operasional perusahaan diperlukan untuk membelanjai seluruh kegiatan operasional perusahaan sehari-hari, mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap, membayar deviden, pajak, bunga serta pembayaran lainnya.

Pengaturan posisi kas secara tepat, mutlak harus dilakukan oleh suatu perusahaan, sebab saldo kas yang terlalu kecil akan menghambat kelancaran operasional perusahaan, bahkan dapat menempatkan perusahaan tersebut dalam situasi illiquid, sebaliknya saldo kas berlebihan juga memang baik untuk menghindari insolvency tetapi akan mengurangi profitabilitas suatu perusahaan.

Keberhasilan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya tergantung pada kemampuan perusahaan itu sendiri untuk menyediakan kas yang digunakan untuk memenuhi kewajiban finansial tepat pada waktunya. Oleh karena itu, pengelolaan kas yang baik sangat dibutuhkan didalam perusahaan untuk menjaga agar operasi perusahaan tidak terhenti dan perusahaan dapat


(19)

Bab 1 Pendahuluan

memenuhi kewajiban keuangannya. Seorang manajer keuangan harus dapat mengoptimalkan pemanfaatan uang kas yang ada di perusahaannya serta menjaga posisi kas perusahaan supaya tidak berlebihan atau kekurangan kas. Menurut Ridwan S.Sundjaja dan Inge Barlian dalam bukunya “Manajemen Keuangan 1” (2003 : 65), aktivitas utama manajer keuangan adalah:

1. Membuat perencanaan dan analisa keuangan. 2. Membuat keputusan investasi.

3. Membuat keputusan pembiayaan.

Perencanaan keuangan merupakan aspek penting dari operasi dan sumber penghasilan perusahaan karena memberikan petunjuk yang mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengontrol kegiatan perusahaan untuk mencapai tujuan.

Dilihat dari jangka waktunya, proses perencanaan terdiri dari perencanaan jangka panjang dan perencanaan jangka pendek. Yang termasuk dalam perencanaan jangka pendek yaitu ramalan penjualan dan data-data operasi dan finansial. Sedangkan yang menjadi outputnya adalah beberapa anggaran operasional, anggaran kas dan laporan keuangan pro forma.

Anggaran kas merupakan proyeksi penerimaan kas dan pengeluaran kas di masa yang akan datang, untuk beberapa selang waktu tertentu bagi manajer keuangan, proyeksi ini memberikan kerangka untuk menilai dan mengendalikan penerimaan dan pengeluaran kas di masa yang akan datang. Dengan demikian, manajer bisa menilai dan meninjau kembali prosedur penagihan dan pengeluaran yang digunakan untuk menentukan apakah prosedur tersebut memaksimumkan arus kas bersih perusahaan. Tujuan akhir dalam membuat anggaran kas adalah


(20)

Bab 1 Pendahuluan

untuk mendapatkan gambaran apakah posisi saldo kas perusahaan akan menunjukkan tersedianya dana atau tidak untuk kegiatan operasional perusahaan.

Anggaran kas merupakan pandangan ke depan, yang mencoba memperkirakan penerimaan kas (aliran kas masuk) dan pengeluaran kas (aliran kas keluar). Menurut Ridwan S.Sundjaja dan Inge Barlian dalam bukunya “Manajemen Keuangan I” (2003 : 99), aliran kas perusahaan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Aliran kas dari aktivitas operasi, aliran kas yang berhubungan langsung dengan produksi dan penjualan dari produk maupun jasa perusahaan.

2. Aliran kas dari aktivitas investasi, berhubungan dengan pembelian dan penjualan aktiva tetap maupun investasi pada bisnis lain, dimana pembelian mengakibatkan kas keluar dan transaksi penjualan menghasilkan aliran kas masuk.

3. Aliran kas dari aktivitas pendanaan, dihasilkan dari pinjaman dan ekuitas. Untuk memperkirakan penerimaan dan pengeluaran kas diperlukan beberapa peramalan, dan kunci dari peramalan keuangan dan analisis berbagai data keputusan keuangan adalah ramalan penjualan (sales forecast). Ramalan penjualan merupakan dasar untuk ramalan dan pembuatan anggaran lainnya, selain itu ramalan penjualan juga mempengaruhi faktor produksi, penyediaan bahan baku dan kebijakan tenaga kerja. Sehingga dapat dikatakan bahwa ramalan penjualan merupakan pusat dari seluruh perencanaan perusahaan, dan ini akan menentukan potensi penjualan dan luas pasar yang dikuasai mendatang.


(21)

Bab 1 Pendahuluan

Kebutuhan akan kas untuk membiayai operasi perusahaan setiap bulannya tidaklah sama. Maka untuk mengatasi fluktuasi kebutuhan akan kas, perusahaan haruslah menetapkan saldo kas minimumnya. Saldo kas minimum tersebut merupakan saldo kas yang dimiliki, disimpan dan dijaga setiap bulannya.

Untuk menentukan jumlah saldo minimum tersebut dapat digunakan model persediaan atau model Baumol maupun model Miller-Orr. Metode Baumol merupakan model yang menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) seperti pada manajemen persediaan. Sedangkan model Miller-Orr menentukan batas atas dan batas bawah dari fluktuasi kas.

Saldo kas kumulatif yang negatif mengharuskan perusahaan untuk mencairkan surat berharganya ke dalam bentuk kas atau perusahaan meminjam sejumlah dana jangka pendek. Sedangkan jika saldo kas melebihi saldo kas minimumnya maka perusahaan dapat menginvestasikan kelebihannya tersebut pada surat-surat berharga atau melakukan investasi.

Menurut Agus Sartono dalam bukunya “Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi” (2001 : 416), keuntungan yang dapat diharapkan dengan memiliki kas yang cukup adalah:

1. Memperoleh bunga dari investasi pada surat berharga.

2. Dengan memiliki kas yang cukup, perusahaan dapat memperoleh potongan pembelian yang diberikan oleh supplier sehingga menurunkan harga beli input.

3. Seringkali perusahaan memperoleh kesempatan pembelian yang lebih baik dengan memiliki kas yang cukup, misalkan adanya promosi dari supplier.


(22)

Bab 1 Pendahuluan

4. Perusahaan akan memperoleh rangking yang lebih baik dengan mempertahankan aktiva lancar yang cukup.

Oleh karena itu, penyusunan anggaran kas suatu perusahaan sangatlah penting artinya bagi penjagaan likuiditasnya. Dengan menyusun anggaran kas dapat diketahui kapan perusahaan akan dan dalam keadaan defisit kas atau surplus kas karena operasi perusahaan. Dengan mengetahui akan adanya defisit kas jauh sebelumnya maka dapat direncanakan sebelumnya penentuan sumber dana yang akan digunakan untuk menutup defisit tersebut. Sebaliknya, dengan mengetahui jauh sebelumnya akan terjadi surplus kas maka dapat direncanakan bagaimana menggunakan kelebihan dana tersebut.

Menurut Douglas Garbutt dalam bukunya “Manajemen Kas“ (1994 : 33), untuk membuat anggaran kas diperlukan data akuntansi, khususnya laporan sumber dan penggunaan kas yang sering disebut juga sebagai laporan aliran kas atau laporan arus kas. Dalam hal ini saldo awal ditambah penerimaan dikurangi pengeluaran adalah sama dengan saldo akhir yang akan digunakan sebagai saldo awal periode berikutnya. Selain merupakan cara yang paling praktis dalam perencanaan kas, cara ini juga memberi pengertian tentang penganggaran kas dan pengendalian masalah dalam bisnis. Sehingga dari anggaran kas tersebut diharapkan dapat meningkatkan efisiensi kas perusahaan.


(23)

Bab 1 Pendahuluan

Gambar 1.1

Diperlukan

Aktivitas Utama Manajer Keuangan

Membuat Perencanaan dan Analisis Keuangan

Membuat Keputusan Pembiayaan Membuat Keputusan Investasi Jangka Panjang Jangka

Pendek Anggaran Kas

Anggaran Pengeluaran Kas Ramalan Penjualan Anggaran Penerimaan Kas

Rutin Tidak Rutin Operasional Finansial

Hasil Operasi Perusahaan Bukan Hasil Operasi Overhead Cost Handling Cost Perkiraan Aliran Kas Angsuran Saldo Kas Minimum Saldo Kas Akhir Model Miller-Orr Model Baumol Negatif Positif

Melakukan Investasi Melakukan Pinjaman Salah Satu


(24)

Bab V Kesimpulan dan Saran

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh penulis, dapat dilihat bahwa aliran kas suatu perusahaan merupakan hal yang penting. Dengan pengelolaan aliran kas yang baik, perusahaan dapat mencapai tujuannya yaitu memaksimalkan nilai perusahaan itu sendiri.

Dalam hal ini, peranan manajer keuangan cukup penting, terutama dalam hal perencanaan dan pengendalian kas. Alat yang dapat digunakan oleh manajer keuangan dalam merencanakan dan mengendalikan kas perusahaan adalah dengan membuat anggaran kas, karena anggaran kas dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengambil kebijakan dan evaluasi kinerja perusahaan serta untuk menentukan kebutuhan kas secara memadai yang pada akhirnya dapat menjaga tingkat likuiditas perusahaan dan meningkatkan efisiensi kas perusahaan. Disamping anggaran kas, seorang manajer keuangan juga sebaiknya mampu menentukan besarnya saldo kas minimum yang harus dipertahankan untuk mengantisipasi agar perusahaan tidak kekurangan dana. Selain itu, dengan penetapan saldo kas minimum yang tepat, perusahaan juga dapat memperkecil total biaya yang harus ditanggung akibat mempertahankan kas atau yang sering disebut juga sebagai opportunity cost.

Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian di PT “X”, yaitu:


(25)

Bab V Kesimpulan dan Saran

1. PT “X” sebagai Strategic Business Unit (SBU) selama ini membuat perencanaan keuangan dengan cara yang sangat sederhana atau hanya berdasarkan intuisi saja bukan dibuat berdasarkan metode tertentu, selain itu PT “X” juga tidak dapat memperkirakan kapan dan berapa uang yang akan diterima dan dikeluarkan pada periode yang akan datang. Saldo kas minimum PT “X” tiap bulannya berkisar sekitar Rp 3.000.000,00 dan PT “X” juga tidak mempunyai biaya untuk piutang ragu-ragu, karena semenjak PT “X” berdiri hingga sekarang tidak pernah mengalami kerugian yang diakibatkan adanya piutang yang tidak tertagih.

2. Proses pembuatan anggaran kas PT “X” dilakukan dengan memperkirakan aliran kas masuk dan aliran kas keluar berdasarkan ramalan penjualan.

3. Metode saldo kas minimum yang diperkirakan dapat meningkatkan efisiensi kas perusahaan karena dapat meminimumkan total biaya akibat mempertahankan saldo kas minimumnya bagi PT “X” untuk tahun 2006 dan 2007 adalah metode saldo kas minimum menurut kebijakan PT “X”, yaitu sebesar Rp 1.999.867,00 untuk tahun 2006 dan Rp 216.000,00 untuk tahun 2007. Jumlah ini lebih kecil dibandingkan dengan metode Miller-Orr (Rp 2.659.725,00 untuk tahun 2006 dan Rp 582.816,00 untuk tahun 2007) dan metode Baumol (Rp 8.115.907,00 untuk tahun 2006 dan Rp 3.089.243,00 untuk tahun 2007). Namun sayangnya saldo kas minimum PT “X” tersebut belum dikelola dengan baik, ini dapat dilihat dengan belum adanya suatu tools tertentu seperti anggaran kas yang digunakan untuk merencanakan dan mengendalikan kas perusahaan. Sementara jika saldo kas minimum tersebut


(26)

Bab V Kesimpulan dan Saran

dikelola dengan tepat, perusahaan dapat mengantisipasi kekurangan dana yang mungkin terjadi dan pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi kas perusahaan itu sendiri dengan penetapan saldo kas minimum yang tepat.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka saran yang dapat diberikan bagi PT “X” adalah sebagai berikut:

1. Dalam membuat perencanaan keuangan terutama dalam mengelola kasnya, sebaiknya PT “X” meng gunakan suatu tools yang ada (seperti membuat anggaran kas), dan sebaiknya PT “X” juga melakukan penyusunan anggaran kas secara terus-menerus atau kontinyu untuk membantu pihak manajemen khususnya manajer keuangan didalam merencanakan dan mengendalikan kas perusahaan.

2. Dalam pembuatan anggaran kas yang dimulai dengan memperkirakan ramalan penjualan, ramalan pendapatan dan ramalan biaya. Manajer keuangan harus dapat memilah-milah arus kas masuk dan arus kas keluar mana yang tergantung pada jumlah penjualan dan mana yang tidak tergantung pada penjualan, sehingga anggaran kas yang diperkirakan dapat mendekati kenyataan yang akan terjadi.

3. Penetapan metode saldo kas minimum perusahaan perlu dipertimbangkan guna meningkatkan efisiensi kas perusahaan. Selain itu, metode penetapan saldo kas minimum juga perlu selalu dievaluasi dan disesuaikan dengan besarnya tingkat pendapatan maupun tingkat pengeluaran perusahaan.


(27)

Bab V Kesimpulan dan Saran

4. Surplus kas yang diperoleh PT “X” sebaiknya diinvestasikan dalam hal -hal berguna yang dapat mendatangkan keuntungan bagi PT “X” sendiri daripada dibiarkan menganggur (idle cash) yang akan menimbulkan opportunity cost yang tentunya akan merugikan PT “X” karena tidak dimanfaatkannya kas secara optimal.

5. Pihak manajemen PT “X” khususnya manajer keuangan sebaikn ya selalu memperhatikan perkembangan ekonomi yang terjadi untuk kepentingan kelangsungan usaha PT “X”.


(28)

Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA

• Adisaputro, Gunawan, Asri, Marwan, 2003, Anggaran Perusahaan 1, BPFE,

Yogyakarta.

• Adisaputro, Gunawan, 2003, Anggaran Perusahaan 2, BPFE, Yogyakarta. • Garbutt, Douglas, 1994, Manajemen Kas, PT Pustaka Binaman Pressindo,

Jakarta.

• Hasan, M. Iqbal, 2002, Pokok-Pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif), Bumi Aksara, Jakarta.

• Husnan, Suad, Pudjiastuti, Enny, 2002, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan,

UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

• Sartono, Agus, 2001, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, BPFE,

Yogyakarta.

• Sundjaja, Ridwan S., Barlian, Inge, 2003, Manajemen Keuangan 1, Literata


(1)

Gambar 1.1

Diperlukan

Aktivitas Utama Manajer Keuangan

Membuat Perencanaan dan Analisis Keuangan

Membuat Keputusan Pembiayaan Membuat Keputusan Investasi Jangka Panjang Jangka

Pendek Anggaran Kas

Anggaran Pengeluaran Kas Ramalan Penjualan Anggaran Penerimaan Kas

Rutin Tidak Rutin Operasional Finansial

Hasil Operasi Perusahaan Bukan Hasil Operasi Overhead Cost Handling Cost Perkiraan Aliran Kas Angsuran Saldo Kas Minimum Saldo Kas Akhir Model Miller-Orr Model Baumol Salah Satu Outputnya


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh penulis, dapat dilihat bahwa aliran kas suatu perusahaan merupakan hal yang penting. Dengan pengelolaan aliran kas yang baik, perusahaan dapat mencapai tujuannya yaitu memaksimalkan nilai perusahaan itu sendiri.

Dalam hal ini, peranan manajer keuangan cukup penting, terutama dalam hal perencanaan dan pengendalian kas. Alat yang dapat digunakan oleh manajer keuangan dalam merencanakan dan mengendalikan kas perusahaan adalah dengan membuat anggaran kas, karena anggaran kas dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam mengambil kebijakan dan evaluasi kinerja perusahaan serta untuk menentukan kebutuhan kas secara memadai yang pada akhirnya dapat menjaga tingkat likuiditas perusahaan dan meningkatkan efisiensi kas perusahaan. Disamping anggaran kas, seorang manajer keuangan juga sebaiknya mampu menentukan besarnya saldo kas minimum yang harus dipertahankan untuk mengantisipasi agar perusahaan tidak kekurangan dana. Selain itu, dengan penetapan saldo kas minimum yang tepat, perusahaan juga dapat memperkecil total biaya yang harus ditanggung akibat mempertahankan kas atau yang sering disebut juga sebagai opportunity cost.

Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian di PT “X”, yaitu:


(3)

1. PT “X” sebagai Strategic Business Unit (SBU) selama ini membuat perencanaan keuangan dengan cara yang sangat sederhana atau hanya berdasarkan intuisi saja bukan dibuat berdasarkan metode tertentu, selain itu PT “X” juga tidak dapat memperkirakan kapan dan berapa uang yang akan diterima dan dikeluarkan pada periode yang akan datang. Saldo kas minimum PT “X” tiap bulannya berkisar sekitar Rp 3.000.000,00 dan PT “X” juga tidak mempunyai biaya untuk piutang ragu-ragu, karena semenjak PT “X” berdiri hingga sekarang tidak pernah mengalami kerugian yang diakibatkan adanya piutang yang tidak tertagih.

2. Proses pembuatan anggaran kas PT “X” dilakukan dengan memperkirakan aliran kas masuk dan aliran kas keluar berdasarkan ramalan penjualan.

3. Metode saldo kas minimum yang diperkirakan dapat meningkatkan efisiensi kas perusahaan karena dapat meminimumkan total biaya akibat mempertahankan saldo kas minimumnya bagi PT “X” untuk tahun 2006 dan 2007 adalah metode saldo kas minimum menurut kebijakan PT “X”, yaitu sebesar Rp 1.999.867,00 untuk tahun 2006 dan Rp 216.000,00 untuk tahun 2007. Jumlah ini lebih kecil dibandingkan dengan metode Miller-Orr (Rp 2.659.725,00 untuk tahun 2006 dan Rp 582.816,00 untuk tahun 2007) dan metode Baumol (Rp 8.115.907,00 untuk tahun 2006 dan Rp 3.089.243,00 untuk tahun 2007). Namun sayangnya saldo kas minimum PT “X” tersebut belum dikelola dengan baik, ini dapat dilihat dengan belum adanya suatu tools tertentu seperti anggaran kas yang digunakan untuk merencanakan dan mengendalikan kas perusahaan. Sementara jika saldo kas minimum tersebut


(4)

dikelola dengan tepat, perusahaan dapat mengantisipasi kekurangan dana yang mungkin terjadi dan pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi kas perusahaan itu sendiri dengan penetapan saldo kas minimum yang tepat.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka saran yang dapat diberikan bagi PT “X” adalah sebagai berikut:

1. Dalam membuat perencanaan keuangan terutama dalam mengelola kasnya, sebaiknya PT “X” meng gunakan suatu tools yang ada (seperti membuat anggaran kas), dan sebaiknya PT “X” juga melakukan penyusunan anggaran kas secara terus-menerus atau kontinyu untuk membantu pihak manajemen khususnya manajer keuangan didalam merencanakan dan mengendalikan kas perusahaan.

2. Dalam pembuatan anggaran kas yang dimulai dengan memperkirakan ramalan penjualan, ramalan pendapatan dan ramalan biaya. Manajer keuangan harus dapat memilah-milah arus kas masuk dan arus kas keluar mana yang tergantung pada jumlah penjualan dan mana yang tidak tergantung pada penjualan, sehingga anggaran kas yang diperkirakan dapat mendekati kenyataan yang akan terjadi.

3. Penetapan metode saldo kas minimum perusahaan perlu dipertimbangkan guna meningkatkan efisiensi kas perusahaan. Selain itu, metode penetapan saldo kas minimum juga perlu selalu dievaluasi dan disesuaikan dengan besarnya tingkat pendapatan maupun tingkat pengeluaran perusahaan.


(5)

4. Surplus kas yang diperoleh PT “X” sebaiknya diinvestasikan dalam hal -hal berguna yang dapat mendatangkan keuntungan bagi PT “X” sendiri daripada dibiarkan menganggur (idle cash) yang akan menimbulkan opportunity cost yang tentunya akan merugikan PT “X” karena tidak dimanfaatkannya kas secara optimal.

5. Pihak manajemen PT “X” khususnya manajer keuangan sebaikn ya selalu memperhatikan perkembangan ekonomi yang terjadi untuk kepentingan kelangsungan usaha PT “X”.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

• Adisaputro, Gunawan, Asri, Marwan, 2003, Anggaran Perusahaan 1, BPFE, Yogyakarta.

• Adisaputro, Gunawan, 2003, Anggaran Perusahaan 2, BPFE, Yogyakarta. • Garbutt, Douglas, 1994, Manajemen Kas, PT Pustaka Binaman Pressindo,

Jakarta.

• Hasan, M. Iqbal, 2002, Pokok-Pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif), Bumi Aksara, Jakarta.

• Husnan, Suad, Pudjiastuti, Enny, 2002, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

• Sartono, Agus, 2001, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, BPFE, Yogyakarta.

• Sundjaja, Ridwan S., Barlian, Inge, 2003, Manajemen Keuangan 1, Literata Lintas Media, Bandung