Analisis Anggaran Kas Pada PT. Indosat Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS ANGGARAN KAS PADA

PT. INDOSAT

MEDAN

SKRIPSI MINOR

Diajukan Oleh :

HERMANTO PURBA

052101114

D-III KEUANGAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III

Fakultas Ekonomi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI DIPLOMA III MEDAN

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI MINOR

NAMA : HERMANTO PURBA

NIM : 052101114

PROGRAM STUDI : KEUANGAN

JUDUL : ANALISIS ANGGARAN KAS PADA PT.INDOSAT MEDAN

Tanggal : ………….. 2009 Dosen Pembimbing

( Dra. Yulinda, MSi ) NIP 131 573 239

Tanggal : ………….. 2009 Ketua Program Studi

( Prof. Dr. Paham Ginting, SE, MS) NIP 131 417 461

Tanggal : ………….. 2009 DEKAN

( Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec ) NIP 131 285 985


(3)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ……….. i

DAFTAR ISI ……… ii

BAB – I : PENDAHULUAN ………. 1

A. Latar Belakang ………... 1

B. Perumusan Masalah ……… 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………... 3

D. Metode Penelitian ……… 4

BAB – II : PT. INDOSAT MEDAN ……… 6

A. Profil Perusahaan ……… 6

A.1. Sejarah Perusahaan ……….. 6

A. 2. Struktur Organisasi ……… 9

B. Anggaran Kas ……….. 16

C. Prosedur Penyusunan Anggaran Kas ……….. 20

D. Penyusunan Anggaran Kas PT. Indosat Medan ………. 24

BAB - III : ANALISIS DAN EVALUASI ……… 32

A. Analisis dan Evaluasi Anggaran Kas Tahun 2006 ……… 32

B. Analisis dan Evaluasi Anggaran Kas Tahun 2007 ……… 44 D. Perbandingan Realiasasi Anggaran Kas Tahun 2006 dan 2007 … 55


(4)

Hal BAB - IV : KESIMPULAN DAN SARAN ……… 58

A. Kesimpulan ……… 58 B. Saran ……….. 59 DAFTAR PUSTAKA


(5)

BAB - I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pada umumnya tujuan suatu perusahaan adalah memperoleh laba yang semaksimal mungkin, karena adanya laba yang tinggi maka perusahaan dapat dipertahankan dan ditingkatkan pertumbuhannya. Dengan demikian merupakan suatu hal yang tidak mungkin diterima bila suatu perusahaan dapat tumbuh dan berkembang tanpa disertai pengaturan dan pengukuran atas sumber-sumber penerimaan dan pengeluaran kas.

Agar perusahaan bekerja secara efisien dibutuhkan suatu perencanaan yang baik termasuk dalam bidang keuangan yang dapat berupa anggaran kas. Anggaran kas dinilai banyak memberikan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba dan kondisi likuiditas perusahaan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, sangatlah diperlukan suatu perencanaan yang berupa anggaran kas.

Menurut Purba (2002) Anggaran kas adalah suatu daftar baru bagian penerimaan, pengeluaran dari suatu kesatuan usaha yang disusun dengan tujuan meramalkan kebutuhan keuangan perusahaan pada masa yang akan datang.

Anggaran kas merupakan suatu cara yang efektif dalam merencanakan dan mengendalikan arus kas, menilai kas yang dibutuhkan dan menggunakan kelebihan kas yang ada secara efektif pula. Anggaran kas merupakan alat utama untuk membuat estimasi keuangan jangka pendek. Tujuan utama di dalam penyusunan anggaran kas adalah untuk merencanakan atau menentukan kegiatan


(6)

operasional perusahaan sebagai dasar untuk menentukan optimalisasi kas dimasa yang akan datang.

Dengan adanya anggaran maka pimpinan perusahaan akan lebih mudah dalam mengarahkan jalannya kegiatan usaha. Membandingkan dengan apa yang dianggarkan dengan apa yang terealisasi merupakan suatu hal yang baik untuk mengetahui adanya penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Anggaran banyak manfaatnya sebagai alat pelaksanaan pekerjaan, tetapi anggaran juga mempunyai kelemahan, sebab anggaran dibuat berdasarkan asumsi, bila asumsinya berubah maka anggaran kurang bermanfaat, kecuali direvisi sesuai dengan perubahan asumsi.

Menurut Welsch (2000;15) batasan - batasan yang harus diperhatikan dalam menyusun anggaran adalah:

1. Angka-angka yang dipergunakan dalam anggaran hanya bersifat taksiran dan tidak mutlak. Semua yang tercantum dalam anggaran itu belum tentu terjadi.

2. Anggaran harus terus disesuaikan dengan keadaan, sesuai dengan perubahan lingkungan.

3. Penyusunan anggaran harus melibatkan seluruh jenjang manajemen.

4. Anggaran hanya sebagai alat bantu manajemen, jadi tidak boleh menghilangkan kebutuhan akan manajer yang cakap.

Dari uraian diatas nyatalah bahwa anggaran kas harus dilakukan dengan baik, sehingga tujuan yang telah direncanakan dapat dicapai. Mengingat begitu pentingnya peranan kas bagi kelangsungan hidup perusahaan, maka penulis


(7)

tertarik untuk membahas masalah tersebut sebagai pokok bahasan skripsi minor yang disusun dengan judul : “ANALISIS ANGGARAN KAS PADA PT.INDOSAT MEDAN”.

B. Perumusan Masalah

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa anggaran kas suatu perusahaan perlu dikelola dengan baik. Anggaran kas yang disusun dan direncanakan secara cermat akan membantu manajemen mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien. Oleh karena itu penulis mencoba membuat perumusan masalah mengenai “Apakah penyusunan anggaran kas pada PT. Indosat Medan dilakukan secara efektif dan efisien ? ”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

a) Untuk mengetahui apakah anggaran kas yang disusun oleh PT.Indosat Medan sesuai dengan dengan realisasi anggaran.

b) Untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada realisasi anggaran.

2. Manfaat penelitian a) Bagi perusahaan

Bagi perusahaan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk dapat terciptanya kebijakan yang lebih baik dimasa yang akan datang sehingga perusahaan dapat berkembang sesuai dengan yang diharapkan.


(8)

Untuk menambah wawasan tentang anggaran kas bagi penulis.

D. Metode Penelitian

Untuk memperoleh data dalam pembuatan skripsi minor ini dipergunakan metode sebagai berikut :

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu pada PT. INDOSAT Medan, yang merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang jasa telekomunikasi yang beralamatkan di Jl. Perintis Kemerdekaan No.39 Medan, Sumatera Utara.

2. Sumber data

Jenis data ini dapat dibagi atas dua macam yaitu :

1) Data primer yaitu data yang diperoleh melalui penelitian langsung di lapangan.

2) Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari buku-buku, literatur serta sumber-sumber yang mendukung data primer.

3. Adapun teknik yang digunakan penulis ada dua cara :

1) Observasi; yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang sedang diteliti.

2) Interview; yaitu kegiatan dengan cara melakukan wawancara

kepada pihak-pihak yang bersangkutan mengenai objek yang sedang diteliti yang berhubungan dengan perusahaan


(9)

4. Metode Analisis

a) Metode Deskriptif

Merupakan serangkaian kegiatan penelitian yang dilakukan dengan jalan mengumpulkan, merangkumkan serta menginterpretasikan. Data yang diperoleh selanjutnya diolah kembali sehingga dapat gambaran yang jelas, terarah dan menyuluruh dari masalah yang dibahas, kemudian dianalisis dan dibahas secara umum.

b) Metode Deduktif

Yaitu dengan cara membandingkan dengan hasil yang diperoleh dengan teori secara umum dan menunjukkan hubungan antara variable yang diteliti. Dari analisa tersebut ditarik kesimpulan dan membuat saran yang dianggap perlu.


(10)

BAB – II

PROFIL PERUSAHAAN

A.1 Sejarah PT. Indosat, Tbk

PT Indosat Satellite Corporation (PT. Indosat, Tbk) adalah sebuah perusahaan penyelenggara jasa telekomunikasi internasional terkemuka di Indonesia. Kegiatan utama perusahaan adalah menyediakan jasa Telekomunikasi Internasional melalui switching, termasuk telepon, teleks, telegram, komunikasi data paket, faksimili dengan fasilitas store and foward, serta jasa Inmarsat untuk sistem komunikasi bergerak global. Perusahaan juga menyediakan jasa Telekomunikasi Internasional non switching seperti sirquit sewa berkecepatan rendah maupun tinggi, konferensi video, jasa transmisi siaran televisi serta jasa yang lainnya pada umumnya tidak berupa transmisi suara. Untuk jasa-jasa

switching memerlukan penyaluran melalui jaringan telepon domistik, sedangkan

jasa untuk non switching terhubung langsung ke fasilitas Indosat.

PT Indosat Satelite Corporation (PT Indosat, Tbk) didirikan pada tanggal 20 November 1967 merupakan hasil kerjasama antara pemerintah Republik Indonesia dengan ITT (International Telephone and Telegraph) untuk membangun stasiun Bumi yang dioperasikan pada tahun 1969, dalam perkembangannya dalam posisi telekomunikasi Internasional yang strategis dalam menerima dan menyalurkan informasi dari dalam dan luar negeri, maka pada tahun 1980 pemerintah Indonesia memutuskan untuk mengambil alih seluruh saham PT Indosat melalui pelaksanaan akuisisi berdasarkan peraturan pemerintah


(11)

Mulai tahun 1980 PT Indosat berubah menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang juga dapat menangkis keraguan kalangan Internasional akan kemampuan mengoperasikan jasa Telekomunikasi Internasional tanpa ITT, pada tahun 1992 Indosat kembali menjawab keraguan kemampuan Indosat dalam bersaing dengan pihak swasta yang Satelindo, dimana Indosat mempertahankan pangsa pasar sekitar 90%.

Pada 18 Oktober 1994 Indosat menjadi perusahaan Indonesia pertama yang mencatat sahamnya di New York Exchange dengan “The best IPO deal of the

year”, sedangkan di dalam negeri saham Indosat tercatat BEJ dan BES, dengan

kata lain Indosat menjadi perusahaan terbuka yang dituntut untuk selalu menciptakan nilai tambah untuk pemegang saham secara berkesinambungan. Komposisi saham Indosat saat itu, 57% pemerintah RI (diwakili Meneg BUMN) dan 47% diperdagangkan dipasar modal BEJ, BES, dan NYSE. Kantor Pusat Indosat berada di Jalan Medan merdeka Barat Nomor 21 Jakarta. Kantor ini mempunyai pusat pendidikan dan latihan yaitu Indosat Trambing & Conference

Centre (ITCC) di Jatiluhur, Jakarta Barat, sebagai pusat pembentukan insan-insan

Indosat yang propesional.

Untuk mengoperasikan layanan PT Indosat menggunakan perangkat telekomunikasi internasional antara lain Sentral Gerbang Internasional (SGI) 1 sampai dengan 4, transmisi stasiun yang terbesar di berbagai lokasi di Indonesia (Jakarta, Jatiluhur, Medan, Pantai Cermin, Batam, Surabaya dan Urip). Perangkat jaringan Telekomunikasi Internasional tersebut memungkinkan pelanggan PT Indosat untuk menghubungi relasinya di 240 negara tujuan. Sampai saat ini PT Indosat menawarkan produk-produk yang meliputi 24 jenis jasa Telekomunikasi


(12)

Internasional dan domestik. SGI Indonesia saat ini juga berfungsi sebagai sentral lokal, dimana Indosat telah menyelenggarakan layanan telekomunikasi lokal dan sedang mempersiapkan jasa Internasional

PT Indosat telah memperoleh sertifikat ISO 9002; 1994 sejak 17 Januari 1997, dan pada 21 September 2001 berhasil mengkonverensikan seluruh sistem menajemen mutunya sesuai dengan standart ISO yang baru yaitu versi ISO 9001; 2000. Mulai tahun 2001, kepemilikan silang antara Indosat dan Telkom dihapuskan. Secara bertahap hak Ekskluisivitas kedua menyelenggarakan telekomunikasi tersebut dihilangkan. Indosat menindak lanjuti upaya untuk memasuki bisnis seluler melalui pendirian PT Indosat Multi Mulia Mobile (IM3) ditahun 2001 dan akuisisi penuh PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) di tahun 2002.

Pada akhir tahun 2002, Pemerintah Indonesia melakukan divestasi saham Indosat yang dimilikinya sebesar 41,49% kepada Singapore Technologis

Telemedia Pte, Ltd. Melalui Indonesia Comunications Limited (ICL). Dengan

demikian satus Indosat kembali menjadi Perusahaan Penanam Modal Asing (PMA) sebagai penyelenggara jaringan dan jasa terpadu, penyedia solusi informasi dan telekomunikasi.

Pada tanggal 20 November 2003, penandatanganan penggabungan usaha antara Satelindo, IM3 dan Bimagraha kedalam Indosat, menjadikan Indosat sebagai Full Network Service Provide (FNSP) yang fokus pada seluler terbesar kedua di Indonesia. Melalui layanan jasa seluler, telekomunikasi tetap dan MIDI yang menyatu dalam organisasi Indosat menyatakan diri sebagai penyelenggara terlengkap di Indonesia.


(13)

PT Indosat mempunyai dua anak perusahaan konsolidasi yaitu Indosat Mega Media dan Lintasarta. Kedua anak perusahaan itu beroperasi bersama Indosat membentuk inti kelompok usaha Indost sebagai implementasi strategi bisnis Indosat.

Kepemilikan saham PT Indosat, Tbk saat ini terdiri dari : 1. Publik memiliki 43,10%

2. STT memiliki 41,96% 3. Pemerintah memiliki 14,96%

A.2 Struktur Organisasi PT.INDOSAT North Sumatera Regional

I. JOB DESK UNIT KERJA MASING – MASING DIVISI

1. Unit Kerja Technical Operation.

a) Provisioning & Quality Improvement

Provisioning & Quality Improvement memiliki tugas yang berhubungan

dengan kualitas jaringan, improvement jaringan dan planning :

1) Memonitor performansi dari jaringan, dengan mengambil data dari metrika dan juga melakukan drivetest

2) Traffic Management, dengan mengukur utilisasi dari BTS

3) Menjaga KPI, biasanya ditargetkan mencapai 99 % 4) Pengawasan dan perbaikan site yang telah ada

5) Planning pembangunan site baru, termasuk disini perencanaan

repeater baru.

PQI juga melakukan koordinasi dengan divisi lainnya, salah satunya adalah dengan Fault Management (FM) untuk mengetahui keluhan – keluhan customer yang terkait dengan kualitas jaringan, dan juga dengan bagian


(14)

BSS, jika diperlukan penambahan CU atau pengoptimalan arah dan pengoptimalan kemiringan antenna.

b) NSS Switching O&M

Tugas dan kewajiban Tim NSS Switching O&M adalah:

1) Maintenance perangkat core cellular seperti MSC, HLR, GPRS,

i-Ring, SMS, switching local, SGI, CDMA.

2) Menanggapi keluhan pelanggan yang berhubungan dengan nomornya.

3) Mengeksekusi penambahan link

4) Troubleshouting hardware dan software

NSS Switching O&M melakukan koordinasi dengan Fault Management dan

Call Center untuk keluhan pelanggan serta dengan bagian Provisioning

untuk penambahan link. c) BSS O&M

Tugas dan kewajiban Tim BSS O&M adalah:

1) Bertanggung jawab terhadap pengoperasian seluruh BSC dan BTS yang tersebar di wilayah Sumatera Bagian Utara

2) KPI, dimana BTS faulty tidak lebih dari 3 jam.

BSS O&M melakukan kerjasama dengan dengan divisi Network

Management Center (NMC) dimana NMC akan mengirimkan sms broadcast ke tim technical BSS jika ada BTS yang faulty, serta dengan

fungsi PQI untuk pengoptimalan arah dan kemiringan antenna. d) Local Network O&M


(15)

1) Penomoran antar PLMN 2) Kegiatan interkoneksi

3) Disaster Recovery Plan

4) Operation dan maintenance SKKL

Local Network yang melakukan hubungan dengan operator lain untuk

hubungan interkoneksi antar sentral, sementara eksekusinya dilakukan oleh tim NSS O&M. Saat ini tim Local Network sedang melakukan project

upgrading SKKL SEAMEWE – 3 di pantai Cermin yang merupakan

pengembangan dari generasi sebelumnya yaitu sistem komunikasi kabel laut SEAMEWE – 1 dan 2.

2. Unit Kerja Marketing dan Sales Support

a) Marketing Program & Market Analysis

Tugas dan tanggung jawab Marketing Program & Market Analysis adalah: 1) Mengusulkan target revenue & subscribers per Cabang/ Reps.

2) Mengusulkan parameter kinerja Cabang/ Reps. 3) Monitoring & evaluasi kinerja.

4) Analisa dan Pemetaan Pasar & Kompetisi dalam lingkup Regional.

5) Support database market untuk Cabang/ Reps.

6) Menyusun dan mengkoordinasikan program marketing untuk lingkup Regional.

7) Melakukan evaluasi pasca program di lingkup Regional. 8) Manajemen Budget MSS.

Fungsi ini biasanya melakukan koordinasi dengan channel management untuk target dari tiap – tiap cabang.


(16)

b) Product Solution Support

Tugas dan tanggung jawab Product Solution Support adalah: 1) Melakukan analisa competitiveness produk indosat.

2) Memformulasikan dan mengusulkan product solution & bundling. 3) Memformulasikan dan mengusulkan pemberlakuan tarif khusus

untuk semua produk maupun specific zone.

4) Mengkoordinasikan aktivitas akuisisi/kerjasama Corporate &

Community di lingkup Regional.

5) Melakukan audit dan monitoring kualitas network dan pelayanan. Fungsi ini biasanya berkoordinasi dengan Retention Management untuk program pelayanan serta unit kerja Technical Operation untuk kualitas

network.

c) Channel management

Tugas dan tanggung jawab Channel management adalah:

ii. Mengusulkan target distribusi SP dan Voucher per Cabang/ Reps. iii. Monitoring & evaluasi distribusi.

iv. Support database distribusi untuk Cabang.

v. Memformulasikan dan mengkoordinasikan evaluasi Dealership lingkup Regional.

vi. Menyusun dan mengkoordinasikan program distribusi dan

Dealership untuk lingkup Regional.

Fungsi ini melakukan koordinasi dengan retention management dan juga dengan marketing program dan market analysis untuk peningkatan distribusi dan juga untuk membantu pemasaran tiap – tiap cabang.


(17)

d) Retention Management

Tugas dan tanggung jawab Retention Management adalah:

1) Memformulasikan dan mengkoordinasikan program peningkatan

revenue dan loyalty di lingkup Regional.

2) Memformulasikan dan mengevaluasi kinerja pelayanan.

3) Support database pelanggan untuk Cabang.

Fungsi ini melakukan koordinasi dengan channel management dan marketing program & market analysis dimana penekanannya lebih kepada tujuan untuk mempertahankan pelanggan yang sudah ada.

e) Contact Center

Tugas dan tanggung jawab Contact center adalah:

1) Menyelenggarakan kegiatan Contact Center Regional (Sumatera). 2) Mengkoordinasikan kegiatan registrasi kartu prabayar di lingkup

Regional.

Fungsi ini biasanya melakukan koordinasi dengan marketing program &

market analysis untuk sosialisasi program.

3. Unit Kerja Business Operation Support

a) Human Resource

Tugas dan tanggung jawab Human Resource adalah: c) Melakukan pembayaran gaji karyawan / remunisasi d) Mengatur pendidikan dan pelatihan bagi karyawan

e) Support data base karyawan


(18)

Human Resource melakukan koordinasi dengan cabang untuk pembayaran gaji & penambahan karyawan serta diklat bagi karyawan, disamping itu HR juga melakukan koordinasi dengan divisi Learning & Capabilities di HQ.

b) Procurement

Tugas dan tanggung jawab Procurement adalah:

Pengadaan barang untuk kebutuhan seluruh divisi dan cabang dari regional Sumbagut.

Dalam menjalankan fungsinya, procurement melakukan koordinasi dengan divisi atau cabang yang membutuhkan pengadaan barang dan

vendor yang akan menyediakan barang serta HQ terutama barang yang

termasuk dalam kategory Capital Expenditure atau Capex. c) IT Support

Tugas dan tanggung jawab IT Support adalah:

2. Network

Merawat, mengatur dan mengawasi network NSR dan menginventaris server dan perangkat last mile network untuk memperluas jaringan dan menjaga performansi jaringan last-mile

3. Front End Application

Maintenance server, menjaga konektivitas jaringan sampai di

end-user, mengatur serta membuat aplikasi-aplikasi yang mendukung kinerja setiap unit.


(19)

4. Hardware & Software Maintenance

IT Support dalam menjalankan fungsinya melakukan koordinasi ke banyak divisi terutama yang membutuhkan aplikasi dan perangkat komputer serta

email bagi seluruh karyawan, untuk ke HQ biasanya IT support

berhubungan dengan IT Helpdesk.

d) Property dan Site Acquisition

Tugas dan tanggung jawab Property dan Site Acquisition adalah: 1) Mengakuisisi lahan kosong untuk pembangunan tower 2) Perpanjangan sewa site

3) Pembangunan Galeri atau Reps dan kontraknya

4) Bertanggung jawab terhadap anggaran sewa gedung atau mobil. Dalam melaksanakan fungsinya SITAC berkoordinasi dengan divisi RNP dan vendor yang akan menangani pembangunan tower serta dengan tim

technical yang ada di cabang atau reps untuk melakukan survey area untuk

mengetahui kondisi area yang akan dibangun BTS. 4. Medan Branch

a) Direct sales

Direct sales fokus penjualannya adalah yang terkait dengan corporate

seperti midi dan juga matrix termasuk untuk personal user. Dalam menjalankan fungsinya fungsi ini banyak melakukan koordinasi dengan


(20)

b) Indirect sales

Indirect sales fokus penjualannya adalah produk prepaid seluler. Dalam menjalankan fungsinya, indirect sales berkoordinasi dengan channel

management regional untuk distribusi SP dan voucher untuk cabang dan

reps di sumatera utara dan NAD serta dengan dealer dalam hal penjualan.

Indirect sales juga melakukan koordinasi dengan marketing commnication

untuk mendukung program mereka.

c) Sales administration

Sales administration memiliki tanggung jawab terhadap aktivasi kartu matrix termasuk melakukan survey data customer. Fungsi ini selalu berkoordinasi dengan direct sales dan galeri untuk pelanggan postpaid dan juga dengan revenue assurance untuk tagihan pelanggan.

d) Customer service dan retensi

Customer service dan retensi membawahi CS galeri dan reps. Bagian ini

juga memiliki fungsi retensi yang bertujuan menjaga pelanggan agar tetap loyal. Dalam menjalankan programnya, fungsi ini banyak melakukan koordinasi dengan marketing commmunication dan juga dengan indirect

sales untuk program retensi.

e) Marketing communication

Marketing communication memiliki tanggung jawab untuk melakukan

promosi produk ke pelanggan di area medan dan NAD baik berupa penyelenggaraan event besar maupun melalui sms broadcast. Marketing

communication banyak berkoordinasi dengan indirect sales dan customer service dalam melakukan promosi.


(21)

B. ANGGARAN KAS

Dalam menjalankan operasi perusahaan diperlukan adanya pengelolaan kas atau manajemen kas yang baik, pelaksanaan operasi perusahaan harus direncanakan sesuai daa yang tersedia. Oleh sebab itu perlu dibuat anggaran kas yang merupakan proyeksi penerimaan dan pengeluaran kas serta saldonya dalam periode tertentu. Penyusunan anggaran kas perusahaan harus melibatkan semua tingkatan manajemen yang ada dalam perusahaan.

Menurut M. Munandar (2001 ; 113), Anggaran kas adalah:

“Anggaran kas adalah anggaran yang merencanakan secara lebih terinci tentang semua jumlah kas beserta perubahan-perubahannya dari waktu ke waktu selama periode tertentu dimasa yang akan datang, baik perubahan yang berupa penerimaan kas maupun yang berupa pengeluaran kas”.

Menurut Nafarin ( 2004 ; 12)

“Anggaran kas adalah suatu rencana keuangan periodic yang disusun berdasarkan program yang telah disusun secara tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan umum dalam jangka waktu tertentu”.

Menurut Halim (2001 ; 141)

“Anggaran kas adalah suatu jadwal aliran kas masuk dan aliran kas keluar pada suatu periode tertentu, dimana periode tersebut bias harian, bulanan, triwulanan atau tahunan”.

Dari beberapa penjelasan tersebut diatas, dapatlah kita simpulkan bahwa anggaran kas adalah gambaran atas seluruh rencana penerimaan dan pengeluaran uang tunai yang bertalian dengan rencana keuangan perusahaan dan transaksi lainnya yang menyebabkan perubahan-perubahan pada posisi kas atau menunjukkan aliran kas pada periode tersebut.


(22)

Dan dari pengertian-pengertian diatas dapat pula kita ketahui bahwa anggaran kas mempunyai tiga sektor, yaitu:

1. Sektor penerimaan kas, yang ada pada umumnya berasal dari

a. Penjualan tunai barang jadi yang diproduksi

b. Penagihan piutang

c. Penjualan aktiva tetap

d. Penerimaan lain-lain (non operating) seperti penghasilan bunga, penghasilan sewa, penghasilan deviden dan lain sebagainya

2. Sektor pengeluaran kas, yang pada umumnya berupa pengeluaran untuk

biaya-biaya baik berupa biaya utama (operating) maupun biaya-biaya bukan utama (non operating), seperti contoh:

a. Pembelian tunai b. Pembayaran hutang

c. Pembayaran upah tenaga kerja langsung

d.Pembayaran biaya pabrik tidak langsung e. Pembayaran biaya administrasi

f. Pembayaran biaya penjualan

3. Sektor keuangan, yang disusun apabila perusahaan mengalami defisit

yang memerlukan pinjaman dan sebagaimana pelunasannya dilakukan Penyusunan anggaran kas bertujuan untuk mengetahui adanya kelebihan dan kekurangan kas dalam suatu periode tertentu, dengan diketahui adanya kekurangan kas jauh sebelumnya maka dapat direncanakan penentuan sumber dana yang akan digunakan untuk menutupi kekurangan tersebut.


(23)

Anggaran kas meliputi tiga dimensi waktu, yaitu anggaran kas jangka panjang, anggaran kas jangka pendek, anggaran kas untuk operasional

1. Anggaran kas jangka panjang

Anggaran kas jangka panjang sesuai dengan dimensi waktu dari pengeluaran modal dan rencana laba strategi jangka panjang. Estimasi penerimaan kas dan estimasi pengeluaran kas merupkan dasar yang sehat untuk keputusan-keputusan yang menyangkut keuangan, untuk penggunaan kas, dan untuk kredit jangka panjang.

2. Anggaran kas untuk operasional

Anggaran yang digunakan oleh perusahaan terutama untuk perencanaan dan pengendalian aliran kas masuk dan keluar berdasarkan kegiatan sehari-hari (day-to-day). Tujuan utama anggaran ini adalah untuk pengendalian kas yang dinamis atas posisi kas dalam rangka meminimalkan biaya bunga dan oppurtinity cost karena kas yang menganggur.

Manfaat anggaran kas dapat diuraikan sebagai berikut :

a) Dengan adanya anggaran kas maka sasaran usaha yang akan dicapai perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu yang akan menjadi jelas, baik dalam kualitas maupun kuantitasnya. Masing-masing tingkat manajemen akan mengetahui dengan jelas target usahanya yang harus dicapai.


(24)

b) Secara tidak langsung dengan disusunnya anggaran kas akan mengakibatkan perbaikan dari organisasi perusahaan yang bersangkutan. Sebab dengan adanya anggaran kas tersebut akan memaksa unit-unit kerja yang ada dalam masing-masing bagian untuk menegaskan dan menata kembali deskripsi kerjanya maupun wewenang dan tanggung jawabnya, bahkan bilamana perlu dapat pula dilakukan perhitungan lebih lanjut tentang standart cost untuk tiap jenis biaya.

c) Dengan adanya anggaran kas akan mendorong terjadinya profesionalisme dan perbaikan “manajerial skill” dari setiap personil anggota organisasi karena masing-masing sudah ditata dengan jelas tugas dan tanggung jawabnya, dan disamping itu prestasinya juga akan diukur. Oleh karena itu, ia harus meningkatkan prestasinya melalui penguasaan dan peningkatan ketrampilan kerja yang lebih baik.

d) Dengan adanya anggaran kas tersebut, akan tersedia bagi manajemen perusahaan yang bersangkutan. Suatu alat koordinasi dana pengawasan yang sangat berguna untuk mengendalikan kegiatan usahanya didalam mencapai sasaran seperti yang telah ditetapkan dalam rencana.

e) Dengan adanya anggaran kas tersebut, akan tersedia bagi manajemen perusahaan yang bersangkutan. Suatu alat koordinasi dana pengawasan yang sangat berguna untuk mengendalikan kegiatan usahanya didalam mencapai sasaran seperti yang telah ditetapkan dalam rencana.

f) Dengan adanya sasaran jelas, penataan kembali organisasi yang lebih baik, perbaikan kualitas personalia, tersedianya alat pengendalian usaha yang dilakukan perusahaan dan memenuhi permintaan konsumennya, sudah


(25)

tentu akan memberikan kesempatan bagi perusahaan dalam meningkatkan

profitability dari perusahaan bersangkutan.

g) Dengan adanya anggaran kas perusahaan juga mempunyai kemampuan untuk mengadakan reaksi yang lebih baik dalam menghadapi berbagai perkembangan usaha diluar dugaan.

B. PROSEDUR PENYUSUNAN ANGGARAN KAS

Penyusunan anggaran kas adalah cara yang efektif untuk merencanakan dan mengendalikan cash flows (aliran kas masuk & keluar), taksiran kebutuhan kas, dan penggunaan kelebihan kas secara efektif.

Dengan demikian dapat diambil suatu kesimpulan bahwa apabila di dalam menyusun transaksi operasi terjadi defisit maka untuk menutup defisit tersebut diperlukan suatu transaksi keuangan.

Berdasarkan pernyataan M. Nafarin (2000:9) dalam penyusunan anggaran perlu diperhatikan perilaku para pelaksanaan anggaran dengan cara mempertimbangkan hal-hal berikut ini :

5. Anggaran harus dibuat serealitas mungkin, secermat mungkin sehingga tidak terlalu rendah atau terlalu tinggi. Anggaran yang dibuat terlalu rendah tidak menggambarkan kedinamisan, sedangkan anggaran yang dibuat terlalu tinggi hanyalah angan-angan.

6. Untuk memotivasi manajer pelaksana diperlukan partisipasi diireksi.

7. Anggaran yang dibuat harus mencerminkan keadilan, sehingga pelaksanaan tidak merasa tertekan, tetapi termotivasi.

8. Untuk membuat laporan realisasi anggaran diperlukan laporan yang akurat dan tepat waktu, sehingga apabila terjadi penyimpangan yang merugikan dapat segera antisipasi lebih dini.


(26)

Menurut M.Nafarin (2000:9) dalam penyusunan anggaran perlu dipertimbangkan faktor-faktor berikut ini :

a) Pengetahuan tentang tujuan dan kebijaksanaan umum perusahaan b) Data-data waktu yang lalu

c) Kemungkinan perkembangan kondisi ekonomi

d) Pengetahuan tentang taktik, strategi pesaing, dan gerak-gerik pesaing e) Kemungkinan adanya perubahan kebijaksanaan pemerintah

f) Penelitian untuk pengembangan perusahaan

Tiga tahap penyusunan anggaran kas (Penyusunan Anggaran Perusahaan;2008) adalah :

a) Tahap pertama, menyusun taksiran penerimaan kas dan pengeluaran menurut rencana operasi perusahaan

b) Tahap kedua, menyusun taksiran kebutuhan dana yang diperlukan untuk menutup defisit dan menyusun taksiran pembayaran bunga utang beserta waktu pelunasan kembali utang tersebut

c) Tahap ketiga, menyusun kembali taksiran seluruh penerimaan dan pengeluaran kas, yang merupakan anggaran kas final.

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Anggaran Kas 1. Faktor – faktor Penerimaan Kas meliputi :

a) Anggaran Penjualan

Penerimaan kas perusahaan berasal dari penjualan produk perusahaan. Baik itu merupakan penjualan kredit ataupun penjualan tunai. Berapapun perbandingan yang ada antara penjualan kredit dengan penjualan tunai di dalam perusahaan tersebut namun semakin besar penjualan produk perusahaan berarti semakin besar pula penerimaan kas perusahaan tersebut.


(27)

Dari sejumlah penjualan kredit yang di;lakukan perusahaan, syarat pembayaran akan mempengaruhi jangka waktu antara transaksi penjualan dengan penerimaan kas perusahaan, sehingga akan mempengaruhi besarnya penerimaan kas perusahaan pada suatu periode. Semakin cepat jangka waktu ini akan semakin baik bagi perusahaan yang bersangkutan. c) Kebijakan penagihan piutang

Kebijakan perusahaan tentang penagihan piutang akan berpengaruh terhadap besar dan kecilnya penerimaan kas dalam suatu periode. Perusahaan yang menerapkan kebijakan penagihan piutang yang ketat akan dapat memperoleh penerimaan kas yang lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan yang tidak mempunyai kebijakan tertentu di dalam penagihan piutang ini.

d) Kebijakan Perubahan Aktiva Tetap

Kebijakan perubahan aktiva tetap akan mempengaruhi besarnya penerimaan kas dalam perusahaan. Hal ini disebabkan karena setiap penjualan aktiva tetap merupakan kas masuk bagi perusahaan namun di satu sisi, perusahaan harus mencari pengganti aktiva tersebut dengan jalan pembelian aktiva baru yang hal ini merupakan pos pengeluaran kas perusahaan.

e) Rencana Penerimaan Lain-Lain

Di samping pendapatan operasional, perusahaan akan memperoleh penerimaan kas dari penerimaan lain-lain yang berasal dari penerimaan bunga, penerimaan sewa, penghasilan deviden dan sebagainya.


(28)

2. Faktor-faktor pengeluaran kas meliputi : a) Anggaran pembelian bahan baku

Khususnya rencana tentang jenis dan jumlah bahan mentah yang akan dibeli dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang. Semakin besar jumlah pembelian bahan baku maka semakin besar pula transaksi pembelian secara tunai yang dilakukan sehingga akan memperbesar pengeluaran kas dan sebaliknya.

b) Potongan harga untuk pembelian tunai

Potongan harga yang diberikan oleh para pemasok bahan baku untuk setiap pembelian tunai akan menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk mengadakan pembelian tunai atau kredit.

c) Anggaran biaya tenaga kerja langsung

Semakin besar upah tenaga kerja langsung yang akan dibayar, maka semakin besar pula pengeluaran kas perusahaan.

d) Anggaran biaya overhead

Biaya overhead pabrik bukan tunai ini tidak akan mempengaruhi besar dan kecilnya pengeluaran kas perusahaan, karena berapapun besarnya biaya

overhead pabrik bukan tunai ini tidak diperlukan uang kas untuk

membayarnya.

e) Anggaran biaya administrasi dan umum

Anggaran ini mempengaruhi besarnya pengeluaran kas pada suatu periode. Dalam biaya overhead pabrik, biaya administrasi dan umum terdiri dari biaya tunai dan biaya bukan tunai. Biaya tunai akan mempengaruhi besar dan kecilnya pengeluaran kas perusahaan pada periode yang ditentukan.


(29)

f) Anggaran biaya penjualan

Sama halnya dengan anggaran biaya administrasi dan umum bahwa anggaran ini terbagi dari biaya tunai dan bukan tunai. Yang tergolong biaya bukan tunai dalah penyusutan gedung sedangkan contoh biaya bukan tunai seperti gaji pegawai dan biaya promosi. Dalam hal ini kebijakn promosi yang dilakukan perusahaan akan berpengaruh terhadap besar dan kecilnya pengeluaran kas perusahaan untuk mendukung kegiatan promosi yang dilakukan.

g) Anggaran pembelian aktiva tetap

Bilaman selama periode yang akan datang perusahaan merencanakan akan melakukan penambahan aktiva tetap, maka akan memperbesar pengeluaran kas dan sebaliknya.

h) Besarnya jumlah hutang jatuh tempo

Baik hutang jangka pendek maupun jangka panjang, apabila sudah jatuh tempo akan merupakan beban yang harus dibayar oleh perusahaan sehingga akan mempengaruhi besarnya pengeluaran kas dari perusahaan yang bersangkutan.

i) Anggaran Pengeluaran Lain-Lain

Misalnya untuk biaya bunga dan biaya sewa. Meskipun kegiatan ini merupakan kegiatan non operasional namun tetap saja memerlukan pengeluaran kas, sehingga akan mempengaruhi besarnya pengeluaran kas perusahaan.


(30)

D. PENYUSUNAN ANGGARAN KAS PT. INDOSAT. Medan

Penyusunan usulan Rencana Kerja Anggaran (RKA) Tahunan pada PT. INDOSAT adalah proses penyusunan usulan kebutuhan anggaran operasional dan anggaran investasi masing-masing Divisi dan Cabang yang ada di North

Sumateran Regional untuk periode satu tahun. Proses RKA untuk periode satu

tahun kedepan dimulai setiap bulan Agustus pada periode tahun sebelumnya dan

final pada bulan Desember pada periode satu tahun sebelumnya. Hasil persetujuan

usulan RKA oleh Direksi akan didistribusikan ke Regional setiap awal tahun anggaran.

Penyusunan RKA dimulai dengan adanya Nota Dinas RKA tahunan dari

Head Quarter Controlling. Fungsi Controlling Regional melakukan konfirmasi

dan koordinasi terkait dengan Nota Dinas tersebut. Hal-hal yang dikoordinasikan antara lain :

a) Time Schedule proses RKA Corporate

b) Syarat dan ketentuan yang berlaku dalam penyusunan RKA

Divisi finance NSR menerbitkan Nota Dinas tentang persiapan RKA tahunan Regional NSR. Untuk hal tersebut fungsi controlling regional mempersiapkan hal-hal sebagai berikut :

a) Membuat draft usulan RKA dalam format Microsoft Excel. Usulan anggaran harus dibuat berdasarkan program kerja.

b) Membuat guidance Mata Anggaran dan Guidance pengisian usulan RKA dalam format Microsoft Excel

c) Membuat estimasi penyerapan anggaran setahun untuk masing-masing Divisi dan cabang


(31)

d) Membuat time schedule proses RKA regional

e) Mengkoordinasikan persiapan pelaksanaan RKA Regional dengan HQ

Contorolling

f) Mengkompilasi dan menginformasikan issue-issue yang terkait dengan RKA

g) Membentuk Tim Penyusunan RKA regional

h) Mengadakan rapat-rapat koordinasi dengan semua fungsi yang ada di Regional

Selanjutnya semua fungsi harus membuat usulan RKA dalam format excel sesuai guidance yang telah diberikan. Data yang sudah dibuat harus mendapat persetujuan dari fungsi manajemen di masing-masing fungsi. Apabila telah disetujui, usulan tersebut disampaikan ke fungsi controlling regional untuk dilakukan rekap dan evaluasi.

Hasil rekap dan evaluasi usulan dibahas dalam rapat koordinasi dengan semua fungsi terkait di NSR. Revisi dilakukan oleh tim RKA di masing-masing fungsi dan hasilnya dikirimkan kembali ke fungsi controlling regional untuk direkap dan dievaluasi kembali dan selanjutnya akan dilakukan rapat pembahasan kembali

Final usulan RKA dalam format Microsoft Excel dimintakan persetujuan

ke Group Head Regional NSR. Apabila setuju maka draft usulan tersebut dijadikan acuan dalam pengisian usulan RKA di aplikasi Comshare. Fungsi

controlling melakukan persiapan proses entry data di aplikasi Comshare. Proses entry data dilakukan oleh tim RKA di masing-masing Divisi dan Cabang.


(32)

5. Sosialisasi penggunaan aplikasi Comshare dan ketentuan yang berlaku 6. Pelatihan proses entry data usulan anggaran di aplikasi comshare

7. Cek instalasi dan user ID aplikasi comshare di masing-masing Tim RKA Regional

8. Proses uji coba penggunaan aplikasi. Dalam proses ini fungsi controlling akan melakukan roadshow ke tiap-tiap divisi dan cabang untuk melakukan pengecekan kesiapan aplikasi dan SDM yang akan melakukan proses entry data

9. Melakukan rapat koordinasi dengan semua fungsi terkait dan HQ

Controlling

Selanjutnya proses entry data usulan RKA ke aplikasi Comshare. Fungsi

controlling regional akan melakukan monitoring terhadap hasil entry data untuk

mengidentifikasi adanya kesalahan. Dalam penggunaan aplikasi comshare, fungsi

controlling regional mempunyai kewenangan untuk mengakses semua data usulan

RKA di Regional NSR. Setiap kesalahan diinformasikan ke fungsi terkait untuk dilakukan revisi.

Semua data yang sudah dimasukkan dengan benar akan dikonsolidasikan oleh fungsi controlling regional. Proses konsolidasi data adalah proses rekapitulasi semua data yang sudah dimasukkan per masing-masing divisi, cabang dan total regional. Setiap terjadi revisi data harus dilakukan konsolidasi ulang untuk diupdating rekap data.

Hasil konsolidasi dibahas dalam rapat koordinasi dengan semua fungsi di NSR. Apakah ada revisi ? Jika “ya” revisi dilakukan oleh masing-masing fungsi terkait dan jika “tidak” ada revisi atau data sudah final, selanjutnya dimintakan


(33)

persetujuan ke Group Head Regional NSR. Apabila ada revisi? Jika “ya” maka revisi dilakukan oleh masing-masing fungsi terkait dan apabila “tidak” ada revisi atau jika Group Head sudah setuju maka fungsi controlling regional akan melakukan proses submits data. Sebelum proses submit dilakukan fungsi

controlling regional melakukan konsultasi dan kordinasi dengan HQ Controlling

dan Konsultan untuk memastikan kebenaran data yang sudah dimasukkan. Jika data usulan sudah disetujui berarti data tersebut sudah final dan tidak dapat dirubah lagi kecuali oleh HQ Controlling dan konsultan.

Data yang sudah disetujui lalu direkap dan dijadikan lampiran Nota Dinas Usulan RKA Regional NSR yang dikirimkan ke HQ Controlling. Dengan demikian proses dianggap selesai, data tersimpan di aplikasi comshare dan hard


(34)

TABEL 2.1

ANGGARAN KAS TAHUN 2006

PENERIMAAN ANGGARAN REALISASI DEVIASI %

MENTARI 82,956,000,500 90,200,450,045 7,244,449,545 9%

IM3 67,987,540,800 70,854,380,000 2,866,839,200 4%

MATRIX 40,667,453,809 20,998,004,300 - 19,669,449,509 -48%

STAR ONE 45,909,067,000 24,980,780,600 -20,928,286,400 -46%

FIXED & MIDI 70,785,000,900 45,004,587,056 -25,780,413,844 -36%

TOTAL PENERIMAAN 308,305,063,009 252,038,202,001 -56,266,861,008 -18%

PENGELUARAN ANGGARAN REALISASI DEVIASI %

BIAYA OPERASI TELEKOMUNIKASI

BIAYA TEKNIS 5,460,741,000 7,225,048,487 -1,764,307,487 -32%

BIAYA TELEKOMUNIKASI 12,278,118,450 20,736,028,892 -8,457,910,442 -69%

BBM GENSET 1,608,977,000 6,585,474,715 -4,976,497,715 -309%

INSPEKSI LAPANGAN 4,344,543,234 3,227,707,258 1,116,835,976 26%

TRANSPORTASI 106,514,000 173,052,900 -66,538,900 -62%

BIAYA JARINGAN 411,104,270 616,636,093 -205,531,823 -50%

INSTALASI 1,424,371,666 1,635,850,801 -211,479,135 -15%

TOTAL 25,634,369,620 40,199,799,146 -14,565,429,526 -57%

BIAYA ADMINISTRASI DAN UMUM

SEWA GEDUNG 1,286,074,145 1,138,158,292 147,915,853 12%

SEWA KENDARAAN 3,815,579,067 6,293,019,950 -2,477,440,883 -65%

PERALATAN 1,593,900,000 1,875,947,151 -282,047,151 -18%

PUBLIKASI 104,495,665 145,805,763 -41,310,098 -40%

ASURANSI KENDARAAN 9,306,000 3,935,000 5,371,000 58%

PAJAK KENDARAAN 5,219,000 5,447,000 -228,000 -4%

ADMINISTRASI 18,350,500,000 21.870.500.606 -3.520.000.606 -18%

TOTAL 25,240,217,311 29,802,303,867 - 4,562,086,556 -18%

BIAYA PEMELIHARAAN

PEMELIHARAAN GEDUNG 3,867,466,768 4,469,241,302 - 601,774,534 -16%

PEMELIHARAAN PERALATAN 142,889,000 133,671,234 9,217,766 6%

PEMELIHARAAN KENDARAAN 110,275,900 100,107,898 10,168,002 9%

SPAREPARTS 911,534,811 1,112,136,478 -200,601,667 -22%

TOTAL 5,032,166,479 5,815,156,912 -782,990,433 -16%

BIAYA PEMASARAN

EXHIBITION 1,696,155,636 1,979,738,367 -283,582,731 -17%

SPONSORSHIP 359,905,082 402,514,450 -42,609,368 -12%

UNDIAN 561,213,991 521,601,105 39,612,886 7%

POS SUPPORT 897,416,877 923,791,011 -26,374,134 -3%

MARKETING AGENCY 4,771,146,338 7,590,042,300 -2,818,895,962 -59%

PENELITIAN dan PENGEMBANGAN 4,757,365,456 462,667,169 4,294,698,287 90%

IKLAN 7,927,661,561 8.002.720.215 75.058.654 -1%

TOTAL 19,883,074,617 19,879,546,136 -3,528,481 -26%

BIAYA SEWA JARINGAN

LEASED LINES 41,538,000 45,236,300 -3,698,300 -9%

INTERNET CIRCUIT 120,115,112 135,115,347 -15,000,235 -12%

TOTAL 161,653,112 180,351,647 -18,698,535 -12%

-


(35)

TABEL 2.2

ANGGARAN KAS TAHUN 2007 (dalam rupiah)

PENERIMAAN ANGGARAN REALISASI DEVIASI %

MENTARI 136,496,566,064 110,345,063,418 -26,151,502,646 -19%

IM3 80,971,041,798 60,917,536,273 -20,053,505,525 -24.7%

MATRIX 60,632,769,237 32,131,572,779 -28,501,196,458 -12.2%

STAR ONE 40,050,054,676 23,765,767,700 -16,284,286,976 -40,6%

FIXED & MIDI 70,753,172,077 55,904,869,282 -14,848,302,795 -21%

TOTAL PENERIMAAN 388,903,603,852 283,064,809,452 -105,838,794,400 -27.2%

PENGELUARAN

BIAYA OPERASI TELEKOMUNIKASI ANGGARAN REALISASI DEVIASI %

BIAYA TEKNIS 3,344,000,000 5,787,403,466 -2,443,403,466 -73%

BIAYA TELEKOMUNIKASI 19,896,000,000 23,533,891,332 -3,637,891,332 -18%

BBM GENSET 10,210,000,004 10,559,789,016 -349,789,012 -3%

INSPEKSI LAPANGAN 3,800,000,004 4,039,584,757 -239,584,753 -6%

TRANSPORTASI 270,000,000 447,979,258 -177,979,258 -66%

BIAYA JARINGAN 350,000,000 668,604,168 -318,604,168 -91%

INSTALASI 1,830,000,000 1,997,882,089 -167,882,089 -9%

TOTAL 39,700,000,008 47,035,134,086 -7,335,134,078 -18%

BIAYA ADMINISTRASI & UMUM

SEWA GEDUNG 650,473,910 553,262,245 97,211,665 15%

SEWA KENDARAAN 6,213,594,278 6,599,594,278 -386,000,000 -6%

SEWA MESIN FOTOCOPY 599,500,006 567,788,386 31,711,620 5%

PERALATAN 1,423,980,000 2,570,450,600 -1,146,470,600 -81%

PUBLIKASI 125,000,003 131,515,711 -6,515,708 -5%

ASURANSI KENDARAAN 4,554,660 4,798,660 -244,000 -5%

PAJAK KENDARAAN 5,050,000 5,500,000 -450,000 -9%

ADMINISTRASI 15,939,800,900 16,656,705,000 -716,904,100 -4%

TOTAL 25,069,953,757 27,205,665,250 -2,135,711,493 -9%

BIAYA PEMELIHARAAN

PEMELIHARAAN GEDUNG 2,566,590,000 2,861,694,771 -295,104,771 -11%

PEMELIHARAAN PERALATAN IT 1,747,990,009 1,708,072,422 39,917,587 2%

PEMELIHARAAN PERALATAN KANTOR 64,510,000 40,877,850 23,632,150 37%

PEMELIHARAAN KENDARAAN 47,550,001 47,334,450 215,551 0%

SPAREPARTS 1,036,640,002 1,206,625,716 -169,985,714 -16%

TOTAL 5,463,280,012 5,864,605,209 -401,325,197 -7%

BIAYA PEMASARAN

EXHIBITION 3,563,650,007 3,673,841,703 -110,191,696 -3%

SPONSORSHIP 256,300,007 236,762,076 19,537,931 8%

UNDIAN 509,100,001 617,005,195 -107,905,194 -21%

POS SUPPORT 1,439,665,002 1,470,986,050 -31,321,048 -2%

MARKETING AGENCY 3,419,498,703 3,345,879,877 73,618,826 2%

PENELITIAN & PENGEMBANGAN 57,878,000 57,788,784 89,216 0%

IKLAN 8,137,061,321 8,155,254,868 -18,193,547 0%

TOTAL 17,383,153,041 17,557,518,553 -174,365,512 -1%

SEWA JARINGAN

LEASED LINES 898,000,000 1,962,407,798 -1,064,407,798 -18%

INTERNET CIRCUIT 200,225,650 425,109,550 -224,883,900 -11%

TOTAL 1,098,225,650 2,387,517,348 -1,289,291,698 -117%

BIAYA LAIN-LAIN 319,681,891- 275,000,000 44,681,891 14%


(36)

BAB – III

ANALISA DAN EVALUASI

A. Analisa dan Evaluasi Anggaran Kas Tahun 2006 Penerimaan

Anggaran penerimaan yang ditetapkan perusahaan pada tahun 2006 melalui lima produknya adalah sebesar Rp.308.305.063.009. Realisasi penerimaan yang terjadi adalah sebesar Rp.252.038.202.001. Pencapaian anggaran penerimaan mencapai 82%. Pencapaian yang terjadi lebih besar dari target perusahaan yaitu 80%. Secara umum penerimaan pada tahun 2006 menunjukkan hasil yang efektif. Adapun rincian realisasi penerimaan dari kelima produk itu adalah sebagai berikut :

1. Mentari

Anggaran penerimaan untuk produk Mentari pada tahun 2006 sebesar Rp.82.956.000.500. Realisasi penerimaan yang terjadi sebesar Rp.90.200.450.045. Pencapaian anggaran lebih besar dari yang ditetapkan yaitu mencapai 109%. Selisih sebesar Rp.7.244.449.545. Hasil pencapaian pada produk ini menunjukkan hasil yang sangat efektif dibandingkan penerimaan produk lain pada tahun 2006. Pencapaian target penerimaan dari produk Mentari tidak lepas dari promosi yang gencar dilakukan perusahaan melalui fasilitas dan harga yang ditawarkan. Produk Mentari merupakan produk yang menghasilkan penerimaan terbesar. Anggaran yang ditetapkan juga dengan jumlah yang lebih besar dari anggaran penerimaan dari produk lainnya.


(37)

2. IM3

Target penerimaan untuk produk ini pada tahun 2006 sebesar Rp.67.987.540.800. Realisasi yang terjadi lebih besar dari anggaran yang ditetapkan, yaitu sebesar Rp.70.854.380.000. Sehingga terjadi selisih yang tidak mencapai target sebesar Rp.2.866.839.200 atau sebesar 4%. Pencapaian hasil yang terjadi pada penerimaan produk ini cukup efektif. Anggaran yang ditetapkan pada produk ini cukup besar dan realisasi yang terjadi juga lebih besar dari anggaran. Hal ini disebabkan produk ini sangat digemari konsumen yang pada umumnya tergolong pelajar dan mahasiswa. Dengan tarif Rp.0,1 per sms dan telepon Rp.0,1 ke sesama produk Indosat, produk IM3 semakin banyak digunakan masyarakat.

3. Matrix

Penerimaan dari produk ini hanya sebesar Rp.20.998.004.300 dibandingkan dengan anggaran yang ditetapkan sebesar Rp.40.667.453.809. Selisih yang tidak mencapai target sebesar Rp.19.669.449.509 atau sebesar 48%. Pencapaian hasil yang terjadi pada penerimaan produk ini sangat kurang efektif. Rendahnya penerimaan dari produk ini disebabkan rendahnya konsumen yang menggunakan produk ini. Produk ini memang ditujukan pada kalangan eksekutif. Konsumen lebih banyak menggunakan produk sejenis dari perusahaan jasa telekomunikasi lainnya.

4. StarOne

Anggaran penerimaan untuk produk CDMA ini pada tahun 2006 ditetapkan sebesar Rp.45.909.067.000, sedangkan realisasi yang terjadi Rp.24.980.780.600. Selisih tidak mencapai target sebesar Rp.25.780.413.844


(38)

atau sebesar 36%. Pencapaian hasil penerimaan yang terjadi pada produk ini juga tidak efektif. Hasil ini dinilai wajar mengingat produk ini baru dikeluarkan perusahaan untuk persaingan produk CDMA. Promosi yang gencar perlu dilakukan untuk peningkatan penerimaan produk ini.

5. FIXED & MIDI

Target penerimaan untuk produk gabungan ini pada tahun 2006 adalah sebesar Rp.70.785.000.900. Realisasi penerimaan yang terjadi sebesar Rp.45.004.587.056. Selisih yang tidak mencapai target sebesar Rp.25.780.413.844 atau sebesar 36%. Pencapaian hasil ini masih lebih rendah dari target perusahaan yaitu 50% sehingga hasil ini tidak efektif. Hasil pada penerimaan pada jasa penyediaan jaringan internet dan komunikasi data ini disebabkan masih sedikit variasi produk jasa yang ditawarkan sehingga konsumen menggunakan produk lain.

Pengeluaran

Anggaran pengeluaran kas pada tahun 2006 sebesar Rp.77,288,271,463. Realisasi

yang terjadi sebesar Rp. 91,530,005,988. Selisih yang merugikan perusahaan terjadi sebesar Rp.14,241,734,525 atau 15,5%. Jumlah pengeluaran yang terjadi pada tahun 2006 dinilai kurang efesien mengingat selisih yang terjadi cukup besar yaitu 14,2 Milliar. Adapun rincian dari pengeluaran adalah sebagai berikut : 1. Biaya Operasi Telekomunikasi (Cost of Service)

Jumlah total anggaran untuk biaya operasi telekomunikasi adalah sebesar Rp.25.634.369.620, sedangkan realisasi menjadi sangat besar yaitu sebesar Rp.40.199.799.146. Sehingga terjadi selisih sebesar Rp.14.565.428.526 atau


(39)

sebesar 57%. Jumlah selisih pengeluaran ini menunjukkan hal yang sangat kurang efektif. Biaya ini seharusnya bisa ditekan jumlahnya. Adapun rincian dari Biaya Operasi telekomunikasi adalah sebagai berikut:

a) Biaya Teknis

Anggaran untuk biaya teknis sebesar Rp.5.460.741.000, realisasinya sebesar Rp.7.225.048.487. Selisih yang tidak mencapai target sebesar sebesar Rp.1.764.307.487 atau 32 %. Hal ini menunjukkan kurang efisen dari biaya

ini karena selisih yang terjadi pada biaya ini sebesar Rp.1,7 Milliar. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pelayanan konsumen agar sinyal kuat maka harus dilakukan perluasan jaringan dengan memperbanyak menara BTS, membuat biaya teknis semakin banyak dan melebihi dari anggaran yang ditetapkan. Anggaran untuk biaya ini perlu ditingkatkan untuk memperluas jangkauan sinyal.

b) Biaya Telekomunikasi

Untuk biaya telekomunikasi pada tahun 2006 dianggarkan sebesar Rp.12.278.118.450, sedangkan realisasi yang terjadi jauh lebih besar yaitu Rp.20.736.028.892. Selisih yang terjadi sebesar Rp.8.457.910.442 atau sebesar 69%. Selisih pada biaya ini cukup besar yaitu mencapai Rp. 8,4 Milliar. Jumlah selisih yang terjadi menunjukkan pengeluaran biaya yang tidak efisien. Hal ini disebabkan kegiatan perusahaan yang semakin kompleks dalam meningkatkan kinerja pelayanan terhadap konsumen. Anggaran yang telah ditetapkan tidak bisa memenuhi kebutuhan biaya untuk melaksanakan operasional perusahaan disebabkan persaingan yang


(40)

sangat ketat antara perusahaan telekomunikasi dalam menawarkan produknya.

c) BBM Genset

Anggaran untuk BBM Genset sebesar Rp.1.608.977.000, realisasinya sebesar Rp.6.585.474.715. Selisih yang tidak mencapai target sebesar Rp.

4.976.497.715 atau 309 %. Jumlah selisih yang sangat besar ini menunjukkan

pengeluaran yang sangat kurang efisien. Selisih yang terjadi pada biaya ini disebabkan oleh aliran listrik PLN yang sering mati dan kenaikan harga bahan bakar minyak untuk genset sehingga anggaran yang telah ditetapkan sangat kurang untuk memenuhi pengeluaran untuk operasional yang tinggi. d) Inspeksi Lapangan

Untuk biaya Inspeksi lapangan pada tahun 2006 dianggarkan sebesar Rp.4.344.543.234, sedangkan realisasi yang terjadi lebih rendah yaitu Rp.3.227.707.258. Selisih terjadi sebesar Rp.1.116.835.976 atau sebesar 26 %. Hal ini disebabkan aktivitas rutin di lapangan hanya dilakukan untuk pengawasan menara BTS. Anggaran yang ada sudah cukup dalam memenuhi kebutuhan.

e) Biaya Transportasi

Jumlah dana yang dianggarkan untuk biaya ini sebesar Rp.106.514.000, namun realisasi yang terjadi sebesar Rp.173.052.900. Terjadi selisih yang tidak mencapai target sebesar Rp.66.538.900 atau 62 %. Hal ini disebabkan kenaikan harga BBM pada saat itu. Anggaran yang ditetapkan tidak cukup memenuhi kebutuhan dalam operasional.


(41)

f) Biaya Jaringan

Untuk Biaya Jaringan pada tahun 2006 dianggarkan sebesar Rp.411.104.270, sedangkan realisasi yang terjadi lebih besar yaitu Rp.616.636.093. Selisih yang terjadi sebesar Rp.205.531.823 atau sebesar 50 %. Hal ini disebabkan peningkatan kegiatan operasional perusahaan dalam penyediaan jaringan yang selalu optimal. Biaya ini harus ada agar operasional tetap berjalan dengan lancer.

g) Biaya Instalasi

Jumlah dana yang dianggarkan pada biaya ini sebesar Rp.1.424.371.666, namun realisasi yang terjadi tidak jauh berbeda yaitu sebesar Rp.1.635.850.801. Selisih Rp.211.479.135 atau sebesar 15 %. Selisih biaya ini disebabkan semua peralatan IT membutuhkan pembaharuan sistemnya. Biaya ini diperlukan untuk instalasi hardware dan software dalam mendukung kegiatan operasional. Selisih yang terjadi dianggap wajar karena ini sangat penting dalam telekomunikasi.

2. Biaya Administrasi dan Umum

Untuk anggaran pengeluaran pada Biaya Administrasi dan Umum adalah sebesar Rp.25.240.217.311. Realisasi yang terjadi Rp.29.802.303.867. Terjadi selisih sebesar Rp.4.562.086.556 atau sebesar 18 %. Jumlah dana yang dikeluarkan pada biaya ini dinilai kurang efisien. Adapun rincian biaya Administrasi dan Umum adalah sebagai berikut :

1. Sewa Gedung

Anggaran untuk biaya ini sebesar Rp.1.286.074.145. Jumlah yang terealisasi tidak jauh berbeda yaitu Rp.1.138.158.292. Terjadi selisih target sebesar


(42)

Rp147.915.853 atau sebesar 12 %. Hal ini disebabkan kontrak beberapa gedung tidak diperpanjang.

2. Sewa Kendaraan

Untuk biaya ini dianggarkan sebesar Rp.3.815.579.067, sedangkan realisasi yang terjadi lebih besar yaitu Rp.4.293.019.954. Selisih terjadi sebesar Rp.477.440.887 atau sebesar 13 %. Hal ini disebabkan kebutuhan operasional yang semakin meningkat sehingga memerlukan kendaraan dalam menunjang aktivitas perusahaan

3. Peralatan

Untuk biaya ini dianggarkan sebesar Rp.1.593.900.000, sedangkan realisasi yang terjadi lebih besar yaitu Rp.1.875.947.151. Selisih terjadi sebesar Rp.282.047.151 atau sebesar 18 %. Hal ini disebabkan pembelian peralatan yang baru untuk kebutuhan administrasi.

4. Publikasi

Untuk biaya ini pada tahun 2006 dianggarkan sebesar Rp.104.495.665, sedangkan realisasi yang terjadi lebih besar yaitu Rp.145.805.763. Selisih yang tidak mencapai target sebesar Rp.41.310.098 atau 40%. Hal ini disebabkan semakin kompleks kegiatan administrasi perusahaan.

5. Asuransi Kendaraan

Jumlah dana yang dianggarkan pada biaya ini sebesar Rp.9.306.000, namun realisasi yang terjadi yaitu sebesar Rp.3.935.000. Selisih yang terjadi sebesar Rp 5.371.000 atau sebesar 58 %. Hal ini disebabkan beberapa kendaraan tidak lagi dilanjutkan kontrak asuransinya


(43)

6. Pajak Kendaraan

Untuk biaya ini dianggarkan sebesar Rp.5.219.000, sedangkan realisasi yang terjadi lebih besar yaitu Rp.5.447.000. Selisih yang terjadi sebesar Rp.228.000 atau sebesar 4%. Hal ini disebabkan adanya kenaikan pajak yang dikenakan pada kendaraan.

7. Administrasi

Untuk biaya ini dianggarkan sebesar Rp.18.350.500.000, sedangkan realisasi yang terjadi lebih besar yaitu Rp.21.870.500.606. Selisih terjadi sebesar Rp.282.047.151 atau sebesar 18 %. Pengeluaran untuk biaya ini mungkin tidak mudah untuk dikendalikan karena dalam meningkatkan kinerja perusahaan agar bisa tetap bersaing ketat, sangat diperlukan dana yang harus selalu ada sehingga anggaran yang ditetapkan tetap tidak cukup dalam memenuhi kebutuhan perusahaan.

3. Biaya Pemeliharaan

Untuk biaya ini pada tahun 2006 dianggarkan sebesar Rp.5.131.175.369. realisasi yang terjadi lebih besar yaitu Rp.5.905.631.933. Terjadi selisih sebesar Rp.774.456.564 atau sebesar 15%. Pengeluaran ini dianggap tidak efisien karena selisih yang terjadi cukup besar. Adapun rincian dari biaya pemeliharaan ini adalah sebagai berikut :

a) Pemeliharaan Gedung

Untuk biaya ini dianggarkan sebesar Rp.3.867.466.768, sedangkan realisasi yang terjadi lebih besar yaitu Rp.4.469.241.302. Selisih terjadi sebesar Rp.601.774.534 atau sebesar 16 %. Selisih pada biaya ini disebabkan


(44)

banyaknya bagian-bagian gedung yang harus diperbaiki sehingga anggaran tidak cukup untuk memenuhi biaya tersebut.

b) Pemeliharaan Peralatan

Untuk biaya ini dianggarkan sebesar Rp.142.889.000, sedangkan realisasi yang terjadi lebih kecil yaitu Rp.133.671.234. Selisih terjadi sebesar Rp.9.271.766 atau sebesar 6 %. Hal ini disebabkan anggaran yang ada telah cukup memenuhi kebutuhan. Pemeliharaan yang dilakukan hanya sebatas pemeliharaan rutin.

c) Pemeliharaan Kendaraan

Untuk biaya ini pada tahun 2006 dianggarkan sebesar Rp.110.275.900, sedangkan realisasi yang terjadi lebih besar yaitu Rp.100.107.898. Selisih merugikan terjadi sebesar Rp.10.168.002 atau sebesar 9%. Hal ini disebabkan kendaraan yang diperlukan bertambah jumlahnya sehingga harus memerlukan perawatan agar kondisi prima dalam menunjang kegiatan operasional.

d) Spareparts

Anggaran biaya pada bagian ini sebesar Rp.911.534.811, realisasi yang terjadi lebih besar yaitu Rp.1.112.136.478. Selisih yang tidak mencapai target sebesar Rp.200.601.667 atau 22%. Hal ini disebabkan adanya peralatan yang membutuhkan penggantian komponen agar dapat dipergunakan secara optimal.

4. Biaya Pemasaran

Untuk biaya ini ditetapkan anggaran sebesar Rp. 19,883,074,617. Realisasi yang terjadi lebih besar jumlahnya yaitu Rp.26.415.546.879. Selisih yang


(45)

tidak mencapai target sebesar Rp.5.444.681.938 atau sebesar 26%. Adapun rincian biaya pemasaran adalah sebagai berikut :

a) Exhibition

Untuk biaya ini pada tahun 2006 dianggarkan sebesar Rp.1.696.155.636, sedangkan realisasi yang terjadi lebih besar yaitu Rp.1.979.738.367. Selisih yang terjadi sebesar Rp.283.582.731 atau sebesar 17%. Hal ini disebabkan meningkatnya kegiatan untuk mengenalkan produk terbaru dari perusahaan. Hal ini dilakukan untuk pendekatan awal terhadap masyarakat.

b) Sponsorship

Jumlah dana yang dianggarkan untuk biaya sponsor adalah sebesar Rp.359.905.082 sedangkan yang realisasi yang terjadi lebih besar yaitu sebesar Rp.402.514.450. Hal ini menunjukkan selisih sebesar Rp.42.609.368 atau sebesar 12%. Peningkatan biaya ini ditujukan dalam usaha promosi yang gencar dari perusahaan agar produk dan jasa dapat semakin dikenal masyarakat luas. Biaya ini dianggap wajar karena penting untuk pemasaran produk.

c) Undian

Untuk anggaran dana melakukan kegiatan undian berhadiah pada tahun 2006 ditetapkan sebesar Rp.561.213.991, sedangkan realisasi yang terjadi hampir sama dengan program kerja adalah Rp.521.601.105. Ini menunjukkan selisih yang terjadi sebesar Rp.39.612.886 atau 7 %. Hal ini disebabkan perusahaan ingin mempertahankan loyalitas pelanggan dalam menggunakan produk dan jasa perusahaan melalui undian berhadiah.


(46)

d) Pos Support

Pada bagian ini ditetapkan anggaran sebesar Rp.897.416.877, sedangkan realisasi yang terjadi sedikit lebih besar yaitu Rp.923.791.011. Selisih merugikan yan terjadi sebesar Rp.26.374.134 atau sebesar 3%. Hal ini disebabkan tingginya kegiatan administrasi sehingga biaya pengiriman surat lebih besar dari yang ditetapkan. Biaya ini dinilai cukup efisien karena selisih yang jumlahnya relatif rendah.

e) Marketing Agency

Anggaran biaya yang dikeluarkan untuk bagian ini sebesar Rp.4.771.146.338, jumlah yang terealisasi jauh lebih besar yaitu Rp.7.590.042.300. Selisih merugikan yang terjadi sebesar Rp.2.818.895.962 atau sebesar 59%. Selisih pada biaya ini sebesar Rp.2,8 Milliar. Ini merupakan selisih yang cukup besar. Hal ini disebabkan banyaknya dibutuhkan agen marketing dalam usaha pemasaran produk-produk perusahaan agar semakin luas diketahui masyarakat. Ini harus dilakukan karena tingkat persaingan pasar jasa telekomunikasi yang sangat ketat. Biaya ini dinilai kurang efisien dan seharusnya bisa dikurangi jumlahnya sehingga tidak membuat pengeluaran yang besar.

f) Penelitian dan Pengembangan

Dalam usaha mengetahui selera pasar konsumen jasa telekomunikasi, anggaran untuk biaya ini ditetapkan sebesar Rp.57.878.000. Realisasi yang terjadi hampir sama dengan anggaran yaitu sebesar Rp.57.788.784. Selisih


(47)

yang terjadi sebesar Rp.89.216. Biaya ini cukup efisien karena jumlahnya belum melebihi target.

g) Iklan

Anggaran yang ditetapkan untuk biaya ini tergolong cukup besar yaitu sebesar Rp.7.927.661.561 dengan realisasi yang terjadi sebesar Rp.8.002.720.215. Jumlah realisasi dengan anggaran tidak jauh berbeda sehingga selisih yang menguntungkan terjadi sebesar Rp.75.058.654 atau sebesar 1%. Penyerapan anggaran dana pada biaya ini hampir 100%. Anggaran dana pada biaya ini cukup tinggi mengingat biaya untuk iklan sangat dibutuhkan dalam pemasaran produk dan jasa telekomunikasi perusahaan. Ini dilakukan agar masyarakat tertarik menggunakan produk dan jasa perusahaan. Biaya ini dinilai efisien karena selisih yang terjadi hanya sedikit.

5. Biaya Sewa Jaringan

Dana yang dianggarkan untuk biaya sewa jaringan pada tahun 2006 sebesar Rp.161.653.112, sedangkan realisasinya adalah Rp.180.351.647. Ini menimbulkan selisih yang merugikan sebesar Rp.18.698.535 atau sebesar 12%. Biaya ini disebabkan kebutuhan pelanggan atas jasa internet dan telekomunikasi semakin meningkat. Biaya ini dinilai cukup efisien. Adapun rincian dari biaya ini adalah :

a) Leased Lines

Anggaran untuk biaya ini sebesar Rp.41.538.000, sedangkan realisasi yang terjadi lebih besar yaitu Rp.45.236.300. Hal ini menimbulkan selisih sebesar


(48)

Rp3.698.300 atau sebesar 9 %. Biaya ini sangat diperlukan dalam membayar jaringan yang disewa dari perusahaan lain. Biaya ini cukup efisien karena jumlah selisih yang relatif rendah..

b) Internet Circuit

Untuk biaya ini dianggarkan sebesar Rp.120.115.112. Realisasi yang terjadi sebesar Rp135.115.347. Selisih yang terjadi sebesar Rp.15.000.235 atau sebesar 12%. Hal ini disebabkan bertambahnya permintaan pelanggan atas kebutuhan informasi melalui internet. Biaya ini cukup efisien karena diperlukan dalam penyediaan jaringan internet bagi pelanggan.

6. Biaya lain-lain

Untuk biaya ini ditetapkan anggaran sebesar Rp.249.000.000, realisasinya sebesar Rp.211.406.355 sehingga terjadi selisih sebesar Rp.37.593.645 atau sebesar 15%. Biaya ini terjadi untuk mendukung kegiatan perusahaan. Selisih yang terjadi seharusnya bisa ditekan jumlahnya agar lebih efisien.


(49)

B. Analisa dan Evaluasi Anggaran Kas Tahun 2007 Penerimaan

Anggaran penerimaan yang ditetapkan perusahaan pada tahun 2007 melalui lima produknya adalah sebesar Rp.388.903.603.852. Realisasi penerimaan yang terjadi adalah sebesar Rp.283.064.809.452. Pencapaian hasil sebesar 72,8% masih dibawah target yaitu 80%. Meskipun demikian, hal ini merupakan jumlah yang cukup efektif terhadap penerimaan perusahaan. Adapun rincian realisasi penerimaan dari kelima produk itu adalah sebagai berikut :

6. Mentari

Anggaran penerimaan untuk produk Mentari pada tahun 2007 sebesar Rp.136.496.566.064. Realisasi penerimaan yang terjadi sebesar Rp.110.345.063.418. Pencapaian anggaran sebesar 81%. Selisih yang terjadi sebesar Rp.26.151.502.646 atau sebesar 19%. Penerimaan pada tahun 2007 mencapai Rp.110,3 Milliar. Hasil penerimaan pada produk ini dinilai cukup efektif. Hal ini menunjukkan konsumen semakin banyak menggunakan produk ini.

7. IM3

Target penerimaan untuk produk ini pada tahun 2007 sebesar Rp.80.971.041.798. Realisasi yang terjadi lebih rendah dari anggaran yang ditetapkan, yaitu sebesar Rp.60.917.536.273. Pencapaian target sebesar 75,24%. Sehingga terjadi selisih sebesar Rp.20.053.505.525 atau sebesar 24,76%. Hasil penerimaan ini dinilai kurang efektif dibandingkan dengan target yang ditetapkan. Anggaran penerimaan pada produk ini mengalami


(50)

kenaikan pada tahun 2007, namun realisasi yang terjadi lebih rendah dari tahun 2006.

8. Matrix

Penerimaan dari produk ini hanya sebesar Rp.32.131.572.779 dibandingkan dengan anggaran yang ditetapkan sebesar Rp.60.632.769.237. Selisih yang terjadi sebesar Rp.28.501.196.458 atau sebesar 47%. Realisasi penerimaan dari produk ini mengalami kenaikan pada tahun 2007. Hasil pencapaian ini sangat tidak efektif. Promosi yang dilakukan untuk produk ini belum juga dapat meningkatkan realisasi penerimaan secara signifikan.

9. Star One

Anggaran penerimaan untuk produk ini pada tahun 2007 ditetapkan sebesar Rp.40.050.054.676, sedangkan realisasi yang terjadi Rp.23.765.767.700. Selisih yang terjadi sebesar Rp.16.284.286.976 atau sebesar 40,65%. Hasil penerimaan ini dinilai tidak efektif. Perusahaan mengharapkan pencapaian setidaknya mencapai 60%. Untuk meningkatkan penerimaan pada produk ini perlu dilakukan strategi pasar yang tepat agar dapat bersaing dengan produk perusahaan lainnya.

10.FIXED dan MIDI

Target penerimaan untuk produk gabungan ini pada tahun 2007 adalah sebesar Rp.70.753.172.077. Realisasi penerimaan yang terjadi sebesar Rp.55.904.869.282. Selisih yang terjadi sebesar Rp.14.848.302.795 atau


(51)

sebesar 21%. Penerimaan sebesar Rp.55,9 Milliar menunjukkan penerimaan pada jasa ini semakin meningkat dibandingkan tahun 2006. Ini adalah pertumbuhan positif terhadap sumber penerimaan FIXED dan MIDI

Pengeluaran

Jumlah dana yang ditetapkan untuk anggaran pengeluaran kas pada tahun 2007 sebesar Rp.88.349.930.577. Realisasi yang terjadi pada pengeluaran adalah sebesar Rp.100.325.440.446. Selisih yang terjadi sebesar Rp.11.930.509.869 atau sebesar 13%. Adapun rincian dari pengeluaran pada tahun 2007 adalah sebagai berikut :

1. Biaya Operasi Telekomunikasi ( Cost of Service)

Jumlah total anggaran untuk biaya operasi telekomunikasi adalah sebesar Rp.39.700.000.008, sedangkan realisasi menjadi sangat besar yaitu sebesar Rp.47.035.134.086. Sehingga terjadi selisih sebesar Rp.7.335.134.078 atau sebesar 18%. Selisih ini disebabkan peningkatan biaya yang diperlukan dalam operasi telekomunikasi dalam bersaing ketat dengan perusahaan lain. Adapun rincian dari Biaya Operasi telekomunikasi adalah sebagai berikut:

h) Biaya Teknis

Anggaran untuk biaya teknis sebesar Rp.3.344.000.000, realisasinya sebesar Rp.5.787.403.466. Selisih yang terjadi sebesar Rp. 2.443.403.466. Selisih

yang terjadi pada biaya ini sebesar 73 %. Dalam persaingan yang ketat maka perusahaan terus berupaya meningkatkan kapasitas jaringan. Hal ini


(52)

membuat perusahaan harus mengeluarkan biaya teknis yang tinggi untuk memperluas pencapaian sinyal.

i) Biaya Telekomunikasi

Untuk biaya telekomunikasi pada tahun 2006 dianggarkan sebesar Rp.19.896.000.000, sedangkan realisasi yang terjadi jauh lebih besar yaitu Rp.23.533.891.332. Selisih yang terjadi sebesar Rp.3.637.891.332 atau sebesar 18%. Selisih biaya telekomunikasi yang mencapai Rp.3,6 Milliar disebabkan oleh tuntutan kebutuhan dana operasional dalam menyediakan pelayanan yang maksimal pada konsumen.

j) BBM Genset

Anggaran untuk BBM Genset sebesar Rp.10.210.000.004, realisasinya sebesar Rp.10.559.789.016. Selisih yang terjadi sebesar Rp.349.789.012.

Selisih yang terjadi pada biaya ini sebesar 3 %. Pengeluaran yang cukup besar pada biaya ini sejalan dengan tingginya biaya operasional yang dibutuhkan.

k) Inspeksi Lapangan

Untuk biaya Inspeksi lapangan pada tahun 2006 dianggarkan sebesar Rp.3.800.000.004, sedangkan realisasi yang terjadi lebih besar yaitu Rp.4.039.584.757. Selisih yang terjadi sebesar Rp.239.584.753 atau sebesar 6%. Selisih ini disebabkan perusahaan harus meninjau lokasi-lokasi yang akan dibangun menara BTS. Pembangunan menara BTS yang terus diperbanyak membuat biaya inspeksi lapangan semakin meningkat sehingga jumlahnya lebih besar dari anggaran.


(53)

Jumlah dana yang dianggarkan untuk biaya ini sebesar Rp.270.000.000, namun realisasi yang terjadi sebesar Rp.447.979.258. Terjadi selisih yang besar yaitu Rp.177.979.258 atau sebesar 66 %. Selisih ini disebabkan oleh meningkatnya aktivitas perusahaan sehingga sangat dibutuhkan transportasi.

m) Biaya Jaringan

Untuk Biaya Jaringan pada tahun 2007 dianggarkan sebesar Rp.350.000.000, sedangkan realisasi yang terjadi jauh lebih besar yaitu Rp.668.604.168. Selisih yang terjadi sebesar Rp.318.604.168 atau sebesar 91 %. Selisih ini disebabkan dibutuhkannya jaringan yang semakin luas dalam kapasitas data yang maksimal untuk memperkuat akses komunikasi. n) Biaya Instalasi

Jumlah dana yang dianggarkan pada biaya ini sebesar Rp.1.830.000.000, namun realisasi yang terjadi tidak jauh berbeda yaitu sebesar Rp.1.997.882.089. Selisih Rp.167.882.089 atau sebesar 9 %. Selisih ini dinilai masih wajar mengingat biaya ini penting untuk instalasi peralatan-peralatan komputer..

2. Biaya Administrasi dan Umum

Untuk anggaran pengeluaran pada Biaya Administrasi dan Umum adalah sebesar Rp.25.069.953.757. Realisasi yang terjadi Rp.27.205.665.250. Terjadi selisih sebesar Rp.2.135.711.493 atau sebesar 9 %. Biaya ini kurang efisien. Seharusnya bisa ditekan agar jumlah selisih tidak terlalu besar. Adapun rincian dari Biaya Administrasi dan Umum adalah sebagai berikut :


(54)

8. Sewa Gedung

Anggaran untuk biaya ini sebesar Rp.650.473.910. Jumlah yang terealisasi yaitu sebesar Rp.553.262.245. Terjadi selisih menguntungkan sebesar Rp97.211.665 atau sebesar 15 %. Ini disebabkan adanya gedung yang kontrak pemakaiannya sudah habis dan tidak dilanjutkan.

9. Sewa Kendaraan

Untuk biaya ini dianggarkan sebesar Rp.6.213.594.278, sedangkan realisasi yang terjadi lebih besar yaitu Rp.6.599.594.278. Selisih yang terjadi sebesar Rp.386.000.000 atau sebesar 6 %. Selisih ini disebabkan oleh jumlah kendaraan yang disewa bertambah karena kebutuhan operasional.

10.Peralatan

Untuk biaya ini dianggarkan sebesar Rp.1.423.980.000, sedangkan realisasi yang terjadi jauh lebih besar yaitu Rp.1.146.470.600. Selisih terjadi sebesar Rp.1.146.470.600 atau sebesar 81 %. Selisih ini disebabkan oleh banyaknya peralatan yang harus dibeli. Pembelian ini dilakukan untuk memperbaharui peralatan yang lama maupun yang tidak dapat digunakan lagi. Untuk biaya ini dianggap kurang efisien karena selisih yang terjadi terlalu besar. Biaya ini seharusnya bisa dikurangi jumlahnya.

11.Publikasi

Untuk biaya ini pada tahun 2006 dianggarkan sebesar Rp.125.000.003, sedangkan realisasi yang terjadi lebih besar yaitu Rp.131.805.711. Selisih merugikan terjadi sebesar Rp.6.515.708 atau sebesar 5%. Biaya ini untuk publikasi perusahaan kepada masyarakat luas. Biaya ini cukup efisien.


(55)

12.Asuransi Kendaraan

Jumlah dana yang dianggarkan pada biaya ini sebesar Rp.4.554.660, namun realisasi yang terjadi yaitu sebesar Rp.4.798.660. Selisih Rp 244.000 atau sebesar 5%. Biaya ini dinilai cukup efisien.

13.Pajak Kendaraan

Untuk biaya ini dianggarkan sebesar Rp.5.050.000, sedangkan realisasi yang terjadi lebih besar yaitu Rp.5.500.000. Selisih yang terjadi sebesar Rp.450.000 atau sebesar 9%. Hal ini disebabkan naiknya tarif pajak yang berlaku.

14.Administrasi

Untuk biaya ini dianggarkan sebesar Rp.15.939.800.900, sedangkan realisasi yang terjadi lebih besar yaitu Rp.16.656.705.000. Selisih terjadi sebesar Rp.716.904.100 atau sebesar 4 %. Jumlah anggaran dana yang dikeluarkan untuk biaya ini mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2006. Selisih ini disebabkan oleh perusahaan mulai mengawasi secara ketat terhadap biaya ini.

4. Biaya Pemeliharaan

Untuk biaya ini pada tahun 2007 dianggarkan sebesar Rp.5.463.280.012. realisasi yang terjadi lebih besar yaitu Rp.5.864.605.209. Terjadi selisih sebesar Rp.401.325.197 atau sebesar 7%. Kenaikan pengeluaran ini dinilai cukup efisien karena jumlah aset yang dimiliki bertambah jumlahnya. Adapun rincian dari biaya pemeliharaan ini adalah sebagai berikut :


(56)

Untuk biaya ini dianggarkan sebesar Rp.2.566.590.000, sedangkan realisasi yang terjadi lebih besar yaitu Rp.2.861.694.771. Selisih yang terjadi sebesar Rp.295.104.771 atau sebesar 11 %. Hal ini dinilai cukup efisien karena kenaikan biaya disebabkan oleh adanya kerusakan bangunan yang terjadi. f) Pemeliharaan Peralatan

Untuk biaya ini dianggarkan sebesar Rp.1.818.500.009, sedangkan realisasi yang terjadi lebih rendah yaitu Rp.1.748.950.272. Selisih terjadi sebesar Rp.69.549.737 atau sebesar 2 %. Pemeliharaan peralatan yang dilakukan g) Pemeliharaan Kendaraan

Untuk biaya ini pada tahun 2006 dianggarkan sebesar Rp.47.550.001, sedangkan realisasi yang terjadi lebih rendah yaitu Rp.47.334.450. Selisih yang terjadi sebesar Rp.215.551. Hal ini disebabkan pemeliharaan yang dilakukan hanya bersifat rutin seperti service kendaraan. Anggaran yang ada sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan biaya ini.

h) Spareparts

Anggaran biaya pada bagian ini sebesar Rp.1.036.640.002, realisasi yang terjadi lebih besar yaitu Rp.1.206.625.716. Selisih yang terjadi sebesar Rp.169.985.714 atau 16%. Biaya ini disebabkan penggantian bagian peralatan yang rusak dan kenaikan harga spareparts saat itu.

6. Biaya Pemasaran

Untuk biaya ini ditetapkan anggaran sebesar Rp.17.383.153.041, realisasi yang terjadi lebih besar jumlahnya yaitu Rp.17.557.518.553. Selisih yang merugikan terjadi sebesar Rp.174.365.512 atau sebesar 1%. Jumlah


(57)

pengeluaran untuk biaya dinilai cukup efisien karena biaya ini sangat diperlukan. Adapun rincian biaya pemasaran adalah sebagai berikut :

h) Exhibition

Untuk biaya ini pada tahun 2006 dianggarkan sebesar Rp.3.563.650.007, sedangkan realisasi yang terjadi lebih besar yaitu Rp.3.673.841.703. Selisih yang terjadi sebesar Rp.110.191.696 atau sebesar 3%. Ini disebabkan kegiatan untuk biaya ini tidak meningkat dari periode sebelumnya.

i) Sponsorship

Jumlah dana yang dianggarkan untuk biaya sponsor adalah sebesar Rp.256.300.007 sedangkan yang realisasi yang terjadi lebih besar yaitu sebesar Rp.236.762.076. Hal ini menunjukkan selisih yang terjadi sebesar Rp.19.537.931 atau sebesar 8%. Selisih ini terjadi karena perusahaan meningkatkan promosi melalui sponsor suatu acara. Biaya ini seharusnya bisa dikurangi agar efisien.

j) Undian

Untuk anggaran dana melakukan kegiatan undian berhadiah pada tahun 2006 ditetapkan sebesar Rp.509.100.001, sedangkan realisasi yang terjadi lebih besar yaitu Rp.617.005.195. Ini menunjukkan selisih yang terjadi sebesar 21% atau Rp.107.905.194. Biaya ini dilakukan untuk melakukan undian berhadiah bagi pengguna produk perusahaan. Hal ini dilakukan agar konsumen tetap menggunakan produk Indosat.


(58)

Pada bagian ini ditetapkan anggaran sebesar Rp.1.439.665.002, sedangkan realisasi yang terjadi sedikit lebih besar yaitu Rp.1.470.986.050. Selisih yang terjadi sebesar Rp.31.321.048 atau sebesar 2%. Biaya ini cukup efisien karena selisih yang terjadi relatif rendah. Pengeluaran ini dilakukan untuk

l) Marketing Agency

Anggaran biaya yang dikeluarkan untuk bagian ini sebesar Rp.3.419.498.703, jumlah yang terealisasi jauh lebih besar yaitu Rp.3.345.879.877. Selisih yang terjadi sebesar Rp.73.618.826 atau sebesar 2%. Pengeluaran ini dinilai cukup efisien. Hal ini disebabkan banyaknya dibutuhkan agen marketing dalam usaha pemasaran produk-produk perusahaan agar semakin luas diketahui masyarakat. Ini harus dilakukan karena tingkat persaingan pasar jasa telekomunikasi yang sangat ketat.

m) Penelitian dan Pengembangan

Dalam usaha mengetahui selera pasar konsumen jasa telekomunikasi, anggaran untuk biaya ini ditetapkan sebesar Rp.60.878.000. Realisasi yang terjadi sebesar Rp.59.788.784. Selisih yang terjadi sebesar Rp.1.089.216. Biaya ini cukup efisien. Biaya ini penting untuk pengembangan produk dan jasa perusahaan.

n) Iklan

Anggaran yang ditetapkan untuk biaya ini tergolong cukup besar yaitu sebesar Rp.8.137.061.321 dengan realisasi yang terjadi sebesar Rp.8.155.254.868. Selisih yang terjadi sebesar Rp.18.193.547 atau sebesar 1%. Biaya ini dinilai efisien karena selisih yang terjadi jumlahnya relatif


(59)

rendah. Biaya ini harus dilakukan untuk menyebarluaskan informasi tentang produk perusahaan melalui media cetak maupun elektronik.

7. Biaya Sewa Jaringan

Dana yang dianggarkan untuk biaya sewa jaringan pada tahun 2007 sebesar Rp.1.098.225.650, sedangkan realisasinya adalah Rp.2.387.517.348. Ini menimbulkan selisih yang terjadi sebesar Rp.1.289.291.698 atau sebesar 117%. Biaya ini dinilai kurang efisien karena jumlah selisih yang terjadi terlalu besar. Biaya ini seharusnya bisa dikurangi melalui negosiasi harga dengan perusahaan penyedia jaringan. Adapun rincian dari biaya ini adalah :

c) Leased Lines

Anggaran untuk biaya ini sebesar Rp.898.000.000, sedangkan realisasi yang terjadi lebih besar yaitu Rp.1.962.407.798. Hal ini menimbulkan selisih sebesar Rp1.064.407.798 atau sebesar 101 %. Hal ini disebabkan jaringan yang harus disewa lebih besar dari kapasitas semula. Ini dilakukan karena kebutuhan pelanggan akan akses komunikasi dan informasi yang meningkat drastis.

d) Internet Circuit

Untuk biaya ini dianggarkan sebesar Rp.200.225.650. Realisasi yang terjadi sebesar Rp.425.109.550. Selisih yang terjadi sebesar Rp.224.883.900 atau sebesar 51%. Pengeluaran yang terjadi disebabkan peningkatan kebutuhan pelanggan atas jasa internet. Hal ini dinilai masih wajar karena biaya ini mutlak diperlukan dalam penyediaan jasa informasi melalui internet. Pengeluaran untuk biaya ini masih cukup efisien.


(60)

6. Biaya lain-lain

Untuk biaya ini ditetapkan anggaran sebesar Rp.319.681.891, realisasinya sebesar Rp.275.000.000 sehingga terjadi selisih sebesar Rp.44.681.891 atau sebesar 14%. Biaya ini terjadi untuk mendukung kegiatan perusahaan. Selisih yang terjadi seharusnya bisa ditekan jumlahnya agar lebih efisien.


(61)

C. Perbandingan Realisasi Anggaran Tahun 2006 dan 2007 Tabel 3.1

Anggaran Kas Tahun 2006 dan 2007 (dalam rupiah)

PENERIMAAN 2006 2007 % Keterangan

MENTARI 90,200,450,045 110,345,063,418 22 20,144,613,373

IM3 70,854,380,000 60,917,536,273 -14 -9,936,843,727

MATRIX 20,998,004,300 32,131,572,779 53 11,133,568,479

STAR ONE 24,980,780,600 23,765,767,700 -5,1 -1,215,012,900

FIXED & MIDI 45,004,587,056 55,904,869,282 24 10,900,282,226

TOTAL PENERIMAAN 252,038,202,001 283,064,809,452 13 31,026,607,451

PENGELUARAN

BIAYA OPERASI

TELEKOMUNIKASI 40,199,799,146 47,035,134,086 17,5 6,835,334,940

BIAYA ADMINISTRASI DAN

UMUM 25,240,217,311 27,205,665,250 7,7 1,965,447,936

BIAYA PEMELIHARAAN 5,815,156,912 5,864,605,209 0,8 49,448,297

BIAYA PEMASARAN 19,883,074,617 17,557,518,553 -13,2 -2,325,559,094

SEWA JARINGAN 180,351,647 2,387,517,348 1223,81 2,207,165,701

BIAYA LAIN-LAIN 211,406,355 275,000,000 30 63,592,645

TOTAL 91,530,005,988 100,325,440,446 9,6 8,795,434,458

Sumber : PT. Indosat Medan (data diolah)

Penerimaan

Pada tahun 2007, penerimaan dari produk Mentari sebesar Rp.110 Milliar. Penerimaan produk ini mengalami kenaikan sebesar Rp.20,1 Milliar atau 22 % dari tahun 2006. Hasil ini merupakan sumber penerimaan terbesar perusahaan. Ini merupakan hasil yang sangat efektif bagi penerimaan perusahaan. Promosi dan pemasaran yang gencar ternyata membuahkan hasil yang memuaskan.

Penerimaan dari produk IM3 pada tahun 2007 mengalami penurunan sebesar Rp.9,9 Milliar atau 14 % dari tahun 2006. Hal ini disebabkan persaingan yang sangat ketat antar perusahaan jasa telekomunikasi di Indonesia. Konsumen saat ini lebih memilih produk dengan harga yang lebih murah serta promosi yang banyak. Penurunan jumlah penerimaan ini mungkin disebabkan sebagian konsumen beralih menggunakan produk lain.


(1)

283.064.809.452 dan total pengeluaran Rp. 100.325.440.446. Laba yang dihasilkan Rp.182.739.369.006.

Pengeluaran yang terjadi pada tahun 2007 hanya berbeda 9,6% dari tahun 2006, sedangkan penerimaan yang terjadi pada tahun 2007 meningkat sebanyak 13% dari tahun 2006. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Anggaran Kas Tahun 2007 lebih efektif dan efisien dibandingkan tahun 2006.


(2)

BAB - IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari uraian tentang analisa anggaran kas secara teoritis yang telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya maka diambil beberapa kesimpulan.

1. PT Indosat Satellite Corporation (PT. Indosat, Tbk) adalah sebuah

perusahaan penyelenggara jasa telekomunikasi internasional terkemuka di Indonesia. Kegiatan utama perusahaan adalah menyediakan jasa Telekomunikasi Internasional melalui switching, termasuk telepon, teleks, telegram, komunikasi data paket, faksimili dengan fasilitas store and foward, serta jasa Inmarsat untuk sistem komunikasi bergerak global. 2. Struktur organisasi PT. Indosat memakai struktur organisasi garis dan staff

menunjukkan adanya pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian.

3. Proses penyusunan anggaran pada PT.Indosat Medan disusun untuk masing-masing Regional melalui persetujuan dari bagian pengawasan dari pusat. Anggaran disusun berdasarkan fungsi masing-masing dan semua fungsi harus membuat usulan Rencana Kerja Anggaran dalam format Microsoft Excel. Melalui proses rapat-rapat koordinasi maka akan dihasilkan anggaran yang selanjutnya harus mendapat persetujuan dari Group Head Regional NSR dan Head Controlling dari pusat.

4. Produk Mentari adalah sumber penerimaan terbesar dengan jumlah Rp.110.3 Milliar (tahun 2007), sedangkan sumber penerimaan paling


(3)

rendah adalah produk Matrix sebesar Rp.20,9 Milliar (tahun 2006). Sumber pengeluaran yang paling besar adalah biaya operasi telekomunikasi pada tahun 2007 sebesar Rp.47 Milliar.

5. Pada tahun 2006 dihasilkan pencapaian target penerimaan sebesar Rp.252 Milliar atau 82%. Hasil ini diatas target perusahaan yaitu 80%. Ini merupakan hasil yang cukup efektif. Pengeluaran yang terjadi sebesar Rp.91 Milliar atau 15,5% lebih besar dari anggaran. Hasil ini dinilai belum efisien.

6. Pada tahun 2007 dihasilkan pencapaian target penerimaan sebesar Rp.283 Milliar atau 72,8%. Hasil ini masih dibawah target perusahaan yaitu 80%. Meskipun demikian, hasil ini dinilai masih efektif bila dibandingkan pada tahun 2006 berdasarkan jumlah penerimaan yang dihasilkan. Pengeluaran yang terjadi sebesar Rp.100 Milliar atau 13% lebih besar dari anggaran. Hasil ini lebih efisien bila dibandingkan dengan pengeluaran tahun 2006

B. Saran

1. Sebaiknya perusahaan meningkatkan promosi terhadap pemasaran produk StarOne dan me agar dapat bersaing di pasar.

2. Untuk meningkatkan penerimaan produk IM3, perusahaan sebaiknya membuat penawaran program promosi baru yang lebih menarik masyarakat.

3. Perusahaan sebaiknya berusaha menekan biaya sewa jaringan agar lebih efisien.


(4)

4. Sebaiknya jumlah anggaran yang ditetapkan untuk Biaya Operasi Telekomunikasi lebih besar agar dapat memenuhi kebutuhan perusahaan secara optimal.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Nafarin, M, Penganggaran Perusahaan, Edisi I, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2000.

Ginting, Paham. dan Syafrizal H. Situmorang, Filsafat Ilmu dan Metode Riset, USU Press, Medan, 2008

Munandar, M, Penganggaran Perusahaan, Edisi I, cetakan 14, Pnerbit BPFE, Yogyakarta, 2002.

Purba, Parentahen. Analisis dan Perencanaan Keuangan, Edisi Satu, USU Press, Medan. 2002

Nafarin, M, Penganggaran Perusahaan, Edisi Revisi, Salemba Empat, Jakarta, 2004

Welsch, Gleen A, Gordon, Budgeting, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2004. Carter, Vsry, 2004, Akuntansi Biaya, Buku Satu, Edisi Tiga Belas, Penerbit

Salemba Empat, Jakarta


(6)