Pengaruh Pemeriksaan Pajak Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam Rangka Pemenuhan Kewajiban PPH Pasal 21 Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega.

(1)

ABSTRAK

Pengaruh Pemeriksaan Pajak Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Rangka Pemenuhan Kewajiban Pajak Penghasilan Pasal 21

Oleh : Gunasti Maryadi

0451402

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara pemeriksaan pajak terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam rangka pemenuhan kewajiban pajak penghasilan pasal 21. Penulis menggunakan lima indikator untuk mengukur pengaruh pemeriksaan pajak yaitu: tujuan pemeriksaan, ruang lingkup pemeriksaan, norma pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan dan produk dari hasil pemeriksaan. Sedangkan untuk mengukur tingkat kepatuhan wajib pajak dalam rangka pemenuhan kewajiban pajak penghasilan pasal 21 digunakan dua indikator yaitu: kepatuhan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakan material dan kepatuhan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakan formal.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus dan metode statistik nonparametrik. Data diperoleh melalui penyebaran kuesioner terhadap seksi pemeriksaan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah jawaban ”Ya” diperoleh sebesar 83,57%. Angka tersebut berada diantara 0,76-1,00 yang berarti pemeriksaan pajak sangat berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam rangka pemenuhan kewajiban pajak penghasilan pasal 21 pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega.


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

DAFTAR ISI ...ii

DAFTAR TABEL ...vi

DAFT AR GAMBAR ...vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ...4

1.4 Kegunaan Hasil Penelitian ...5

1.5 Kerangka Pemikiran ...5

1.6 Lokasi dan Waktu ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak ...11

2.1.1 Pengertian Pajak ...12

2.1.2 Fungsi Pajak ...12

2.1.3 Penggolongan Pajak ...13

2.1.4 Sistem Pemungutan Pajak ...14

2.1.5 Wajib Pajak ...15

2.1.5.1 Hak Wajib Pajak ...16

2.1.5.2 Kewajiban Wajib Pajak ... 16

2.2 Pemeriksaan Pajak ... 17


(3)

2.2.2 Sasaran Pemeriksaan ...18

2.2.3 Pemeriksa Pajak ...18

2.2.4 Tujuan Pemeriksaan Pajak ...19

2.2.5 Ruang Ligkup Pemeriksaan Pajak ...20

2.2.6 Norma Pemeriksaan Pajak ...22

2.2.7 Pedoman Pemeriksaan Pajak ...23

2.2.8 Produk Dari Hasil Pemeriksaan ...25

2.3 Pajak Penghasilan Pasal 2 ... 26

2.3.1 Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21 ...26

2.3.2 Hak dan Kewajiban Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21 ...28

2.3.2.1 Hak Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21 ...28

2.3.2.2 Kewajiban Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21 ....29

2.3.3 Subjek PPh Pasal 21 ...33

2.3.4 Obyek Pajak PPh Pasal 21 ... 33

2.4 Kepatuhan Wajib Pajak ...35

2.4.1 Pembukuan dan Pencatatan ...36

2.4.2 Pengisian dan Pemberitahuan Surat Pemberitahuan ...36

2.4.3 Surat Setoran Pajak dan Pembayaran Pajak...37

2.4.3.1 Tempat Pembayaran dan Penyetoran Pajak...37

2.4.3.2 Batas Waktu Pembayran Pajak...37

2.4.4 Pembetulan, Keberatan dan Banding ...38

2.4.4.1 Permohonan Pembetulan atau Penggantian ...38


(4)

2.4.4.3 Banding ...39

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ...40

3.2 Metode Penelitian ...40

3.2.1 Teknik Pengembangan Instrummen ...41

3.2.2 Operasionalisasi Variabel... ... 42

3.2.3 Populasi Penelitian ...44

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data... 44

3.2.5 Analisis Pengujian Hipotesis ...46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ……… 48

4.1.1 Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega... 48

4.1.1.1Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega ... 48

4.1.1.2Visi Misi dan Tujuan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega ... 52

4.1.1.3Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega ... 54

4.2 Hasil Pengujian Data ... 56

4.2.1 Gambaran Umum Responden ... 57


(5)

4.2.2.1Deskripsi Tanggapan Responden Mengenai

Pemeriksaan Pajak ... 58 4.2.2.2Deskripsi Persepsi Responden mengenai

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalamRangka

Pemenuhan Kewajiban PPh Pasal 21. ... 58 4.2.3 Pengaruh Pemeriksaan Pajak Terhadap Tingkat Kepatuhan

Wajib Pajak Dalam Rangka Pemenuhan Kewajiban Pajak Penghasila Pasal 21 Ditinjau dari Persepsi

Pemeriksa Pajak ... 59 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 63 5.2 Saran ... 64 DAFTAR PUSTAKA ... 65 LAMPIRAN


(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Penrimaan Perpajakan Tahun 2006-2007 ... 1

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ... 45

Tabel 4.1 Gambaran Umum Responden ... 61

Tabel 4.2 Kriteria Penilaian Berdasarkan Persentase Jawaban ... 62

Tabel 4.3 Skor Jawaban Responden atas Variabel Pemeriksaan Pajak ... 62

Tabel 4.4 Skor Jawaban Responden atas Variabel Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam Rangka Pemenuhan Kewajiban PPh Pasal 21 ... 64

Tabel 4.5 Skor Jawaban Responden atas Variabel Pemeriksaan Pajak dan Variabel Tingkat Kepatuhan wajib Pajak dalam Rangka Pemenuhan Kerwajiban PPh Pasal 21 ... 65


(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1 Skema Kerangka Pemikiran ... 10


(8)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak merupakan sumber utama bagi penerimaan negara yang berasal dari dalam negeri sebagai sumber utama pembiayaan untuk pembangunan nasional. Sesuai dengan data penerimaan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega selama 2 (dua) tahun terakhir penerimaan pajak mengalami penurunan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.1

Penerimaan Perpajakan Tahun 2006-2007

Tahun Anggaran

PPh Non Migas PPh Migas Jumlah Pajak

2006 207.141.171.998 1.119.836.627 208.261.008.625

2007 183.167.900.513 331.846.731 183.499.747.244

Sumber: KPP Pratama Bandung Tegallega

Berdasarkan data penerimaan perpajakan PPh dari tahun 2006-2007 yang mengalami penurunan tersebut maka diperlukan adanya pemeriksaan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dalam rangka pemenuhan PPh pasal 21.

Pemeriksaan pajak adalah hak dari fiskus dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak, untuk melengkapi tugas-tugas fiskus dalam memberikan penyuluhan, pelayanan kepada Wajib Pajak. Pemeriksaan pajak dimaksudkan sebagai alat kendali sistem self assessment. Dengan menyadari betapa penting fungsi pemeriksaan di satu pihak, dan berbagai risiko dalam pelaksanaan pemeriksaan di lain pihak, pemerintah telah mengatur dan membuat rambu-rambu yang berkaitan dengan pemeriksaan pajak.

Menurut Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.123/PMK.03/2006 tantang Perubahan Atas Keputusan Menteri Keuangan No.545/KMK.04/2000 tentang


(9)

Tata Cara Pemeriksaan Pajak, bahwa pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan mengelola data atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Sedangkan yang melaksanakan pemeriksaan disebut pemeriksa pajak, yang adalah pegawai negeri sipil di lingkungan Jenderal pajak atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak, yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk melaksanakan pemeriksaan pajak.

Pemeriksaan pajak dapat dilakukan dengan sangat mendalam dalam waktu yang cukup lama (2 bulan hingga 8 bulan) terhadap semua jenis pajak dan dilaksanakan di tempat wajib pajak, yang disebut pemeriksaan lengkap. Pemeriksaan di tempat wajib pajak juga dapat dilakukan dalam waktu tidak lebih dari dua bulan dengan sasaran semua jenis pajak yang cenderung bersifat verifikasi, atau bersifat pengecekan data atau konfirmasi data.

Tujuan pemeriksaan pajak untuk penguji kepatuhan Wajib Pajak adalah pemeriksaan pajak perlu dilakukan karena dengan adanya pemriksaan di bidang perpajakan maka fiskus dapat menilai kepatuhan wajib pajak. Tujuan pemeriksaan pajak bukan sekedar menerbitkan Surat Ketetapan Pajak, apalagi kepentingan kas negara.

Tujuan pemeriksaan pajak berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan N0.545/KMK.04/2000 adalah untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka memberikan kepastian hukum, keadilan, dan pembinaan kepada Wajib Pajak dan tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Kepatuhan pemenuhan perpajakan ini terlihat pada besarnya pajak yang dibayar setiap bulan atau setiap tahun oleh Wajib Pajak.

 


(10)

Salah satu sistem pemungutan pajak di Indonesia menganut Self Assessment System yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Menurut sistem ini, Wajib Pajak yang aktif sedangkan fiskus tidak turut campur tangan dalam penentuan besarnya pajak terutang, kecuali Wajib Pajak tersebut melanggar ketentuan yang berlaku, maka akan dikenakan sanksi perpajakan berupa sanksi administrasi maupun sanksi pidana. Meskipun aparat pajak yang berwenang telah melakukan pemeriksaan pajak tetapi penyelewengan atau penggelapan pajak yang dilakukan oleh wajip pajak masih dapat terjadi. Untuk itu perlu adanya kepatuhan atau kesadaran dari Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

Salah satu jenis pajak yang diperiksa oleh pemeriksa pajak adalah pajak penghasilan pasal 21, karena hampir setiap Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri memiliki kewajiban terhadap pajak penghasilan pasal 21. Selain itu, pajak penghasilan merupakan salah satu jenis pajak yang memberikan kontribusi terbesar bagi penerimaan negara.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Citra Yunia Dewirai, bahwa pemeriksaan pajak memiliki pengaruh dan hubungan yang kuat terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakan PPh Pasal 21.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai pengaruh pemeriksaan pajak terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dengan menuangkan pada skripsi yang berjudul ”PENGARUH PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM RANGKA PEMENUHAN KEWAJIBAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21”


(11)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan diatas, maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah persepsi pemeriksa pajak terhadap pemeriksaan pajak.

2. Bagaimanakah tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam rangka pemenuhan kewajiban PPh pasal 21 badan, menurut pemeriksa pajak.

3. Apakah pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam rangka pemenuhan kewajiban perpajakan PPh pasal 21 badan ditinjau dari persepsi pemeriksa pajak.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Secara garis besar tujuan yang ingin dicapai dalam penelitin ini adalah: 1. Untuk mengetahui persepsi pemeriksa pajak atas pemeriksaan pajak.

2. Untuk mengetahui persepsi pemeriksa pajak atas tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam rangka pemenuhan kewajiban PPh pasal 21 badan.

3. Untuk mengetahui apakah pemeriksaan pajak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam rangka pemenuhan kewajiban PPh pasal 21 badan, ditinjau dari persepsi pemeriksa pajak.

 


(12)

1.4 Kegunaan Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. Bagi Penulis, dapat memberikan pemahaman mengenai pemeriksaan pajak serta pengaruhnya terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban PPh pasal 21.

2. Bagi Pemeriksa Pajak, sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakan melalui peningkatan profesionalisme kerja.

3. Bagi Wajib Pajak, diharapkan dapat lebih memahami dan mematuhi pelaksanaan PPh pasal 21.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

Di dalam struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega, terdapat beberapa seksi, antara lain:

ƒ Sub Bagian Umum

ƒ Seksi Pelayanan

ƒ Seksi Pengolahan Data dan Informasi

ƒ Seksi Pemeriksaan

ƒ Seksi Penagihan

ƒ Seksi Pengawasan dan Konsultasi I

ƒ Seksi Pengawasan dan Konsultasi II

ƒ Seksi Pengawasan dan Konsultasi III


(13)

ƒ Seksi Ekstensifikasi

ƒ Kelompok Jabatan Fungsional

Menurut Rochmat Soemitro yang dikutip oleh Richard Burton dan Wirawan B (2005:1), bahwa pajak adalah:

”Iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontra prestasi) yang langsung dapat ditujukan dan yang dapat digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.

Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat pajak memiliki unsur-unsur:

1. Iuran dari rakyat kepada negara. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut berupa uang (bukan barang).

2. Sifatnya dapat dipaksakan.

3. Berdasarkan undang-undang. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.

4. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah

5. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

Kewajiban Wajib Pajak khususnya kewajiban yang berhubungan dengan PPh pasal 21, yang dibuat dalam undang-undang perpajakan adalah:

1. Kewajiban untuk mendaftarkan diri sebagai pemotong wajib pajak penghasilan, menurut pasal 2 undang-undang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan, menegaskan bahwa setiap wajib pajak wajib mendaftarkan diri pada Direktorat

 


(14)

Jenderal pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan wajib pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

2. Kewajiban melakukan pemotongan atau pemungutan pajak dilakukan oleh wajib pajak terhadap pihak lain dalam rangka melaksanakan kewajiban perpajakan.

3. Kewajiban mengisi dan memyampikan Surat Pemberitahuan masa / tahunan Pph pasal 21. Dalm pasal 3 ayat (1) undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, menegaskan bahwa setiap wajib pajak mengisi SPT dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka arab, satuan mata uang rupiah dan menandatangani serta menyampaikannya ke Kantor Pelayanan Pajak tempat wajib pajak terdaftar.

4. Kewajiban membayar atau menyetor pajak, menurut pasal 10 ayat (1) undang-undang Ketentuan Dan Tata Cara Perpajakan, kewajiban membayar atau menyetor pajak dilakukan dikas negara melalui kantor pos atau Bank, BUMN, atau BUMD, atau tempat pembayaran lain yang ditetapkan Menteri Keuangan.

5. Kewajiban membuat pembukuan atau pencatatan, pasal 28 ayat (1) undang-undang Ketentuan Umum Dan Cara Perpajakan.

6. Kewajiban menaati pemeriksaan, pasal 29 ayat(3) undang-undang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.123/PMK.03/2006 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Keuangan No.545/kMK.04/2000 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak, bahwa pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan mengelola data atau keterangan


(15)

lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Pemeriksaan pajak dapat dilakukan oleh 4 (empat) unit di ligkungan Direktorat Jenderal Pajak, yaitu:

1. Kantor Pusat Direktorst Jenderal Pajak (KPDJP). 2. Kantor wilayah (Kan Wil).

3. Kantor Pemeriksaan dan Penyidikiksn Pajak (karikpa).

4. Kantor pelayanan pajak (KPP) yang memiliki ruang lingkup pemeriksaan sederhana lapangan (PSL) dan pemeriksaan sederhana kantor (PSK).

Pemeriksaan pajak dengan ruang lingkup pemeriksaan sederhana lapangan (PSL) dan pemeriksaan sederhana kantor (PSK) dalam rangka menguji kepatuhan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakan PPh pasal 21, dilaksanakan oleh pemeriksa yang berada pada seksi pemeriksaan pajak penghasilan. Pemeriksaan sederhana kantor dilaksanakan dalam jangka waktu 4 (empat) minggu dan dapat diperpanjang menjadi paling lambat 6 (enam) minggu.

Dengan adanya pemeriksaan pajak, fiskus dapat menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan oleh Wajib Pajak serta tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Diharapkan pemeriksaan pajak dapat berpengaruh terhadap kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan oleh wajib pajak, dengan tetap mengacu kepada profesionalisme kerja pemeriksa pajak, sesuai dengan tata cara pemeriksaan di bidang perpajakan.

 


(16)

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, peneliti menyusun hipotesis sebagai berikut: ”Pemeriksaan Pajak Memiliki Pengaruh Signifikan Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Pemenuhan Kewajiban PPh Pasal 21”.


(17)

Gambar 1.1

Skema Kerangka Pemikiran

Pemeriksa Pajak

Tujuan Pemeriksaan Pajak

 

Nama dan Ruang Lingkup Pemeriksaan

Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak

Pengujian

Kepatuhan Wajib Pajak

Tercapainya kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan material dan formal

Tujuan lain sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tegallega yang berlokasi di Jalan Soekarno Hatta No. 216 Bandung. Penelitian dilaksanakan dari tanggal 6 – 19 Mei 2008.


(18)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan melalui penelitian kepustakaan maupun penelitian lapangan, mengenai pengaruh pemeriksaan pajak terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam rangka pemenuhan kewajiban PPh Pasal 21, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Persepsi responden yaitu pemeriksa pajak mengenai pemeriksaan pajak membuktikan bahwa pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh pemeriksa pajak sangat baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan perolehan persentase yang diperoleh dari hasil pengujian data menunjukkan sebesar 83%.

2. Pemeriksa pajak pada seksi pemeriksaan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega memiliki tanggapan yang sangat baik terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam rangka pemenuhan kewajiban PPh Pasal 21.Hal tersebut ditunjukkan dengan perolehan persentase atas jawaban Ya sebesar 85%.

3. Pengaruh pemeriksaan pajak terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam rangka pemenuhan kewajiban PPh Pasal 21 menurut persepsi pemeriksa pajak, yang dianalisis dengan menggunakan metode Champion, menunjukkan bahwa antara pemeriksaan pajak dengan tingkat kepatuhan wajib pajak dalam rangka pemenuhan kewajiban PPh Pasal 21 sangat berpengaruh atau memiliki hubungan yang sangat kuat, hal tersebut ditunjukkan dengan hasil perolehan persentase jawaban Ya sebesar 83.57%.


(19)

6

Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran

Setelah melakukan seluruh aktivitas penelitian dan mengambil kesimpulan dari penelitian yang penulis lakukan ada beberapa saran yang ingin penulis sampaikan, yaitu: 1. Walaupun pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh pemeriksa pajak sudah

berlangsung dengan sangat baik. Penulis megharapkan agar pemeriksaan tersebut dapat dipertahankan untuk pemeriksaan selanjutnya.

2. Penulis menyarankan agar setiap pemeriksa pajak mematuhi dan memahani pelaksanaan kewajiban perpajakan PPh pasal 21 agar wajib pajak semakin patuh. 3. Pemeriksaan pajak merupakan hal yang penting yang akan mempengaruhi tingkat

kepatuhan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakan PPh pasal 21. Oleh karena itu, penulis menyarankan agar hubungan antara pemeriksa pajak dengan wajib pajak harus lebih ditingkatkan, dengan cara mengadakan penyuluhan kepada masyarakat mengenai peraturan yang berlaku sehingga masyarakat dapat memahami serta melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan baik.


(20)

DAFTAR PUSTAKA

Arens and Loebbecke. 2006. Auditing Pendekatan Terpadu, Salemba Empat, Jakarta.

Champion, Dean J. 1981. Basic Statistic For Social Research. 2th edition. New York: Mac Millan Publishing Co.

Dewirai Citra Yunia, 2006. Pengaruh Pemeriksaan Pajak Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Pemenuhan Kewajiban Perpajakan PPh Pasal 21. Skripsi FE Universitas Padjajaran.

Mardiasmo. 2006. Perpajakan, Edisi Revisi, Andi, Yogyakarta.

Moh. Nasir, 1999. Metode Penelitian. Cetakan Ke-4: Ghalia Indonesia.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesi No.123/PMK.03/2006 tentang Perubahan Atas Menteri Keuangan No.545/KMK.04/2000 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak

Resmi Siti. 2007. Perpajakan Teori dan Kasus, Edisi Satu, Salemba Empat, Jakarta.


(21)

Soemitro, Rochmat dan Wirawan B. 2005. Perpajakan Indonesia, Salemba Empat, Jakarata.

Sugiyono 1999. Metode Penelitian Bisnis: Alfabeta. Bandung.

Suharsimi Arikunto. 1998. Manajemen Penelitian, Edisi baru: Rineka Citra. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan

Ketiga Atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Waluyo. 2005. Perpajakan Indonesia, Edisi Lima, Salemba Empat, Jakarta. www.klik pajak.com.


(22)

STRUKTUR ORGANISASI KPP PRATAMA

KEPALA KANTOR

Seksi Ekstensifikasi

Perpajakan

Seksi Pelayanan Seksi Pengawasan *)

Dan Konsultasi

Seksi Penagihan Seksi Pemeriksaan

Kelompok Jabatan Fungsional

Subbagian Umum

*) Ada 4 (empat) Seksi Pengawasan Dan Konsultasi Kantor Pelayanan Pajak Kantor Pemeriksaan dan

Penyidikan Pajak

Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan KPP PRATAMA

Seksi Pengolahan Data dan Informasi


(23)

KUESIONER

PENGARUH PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP TINGKAT

KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM RANGKA

PEMENUHAN KEWAJIBAN PPH PASAL 21

A. Pertanyaan Umum

Keterangan : Diisi dengan memberikan tanda (x) sesuai dengan jawaban yang Bapak/Ibu anggap benar.

Data Pribadi

1. Nama : 2. Jabatan :

3. Pendidikan terakhhir : a) S3 b) S2 c) S1 d) D3 e) Lain-lain 4. Lama Bekerja :

B. Pertanyaan Khusus

Bapak/Ibu dimohon untuk memberikan tanggapan yang tepat atas pertanyaan-pertanyaan di bawah ini berdasarkan pengalaman, pengamatan dan pengetahuan Bapak/Ibu selama bekerja di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega.

Berikan tanda (x) pada jawaban yang dianggap benar. Jawaban untuk pertanyaan di bawah ini adalah sebagai berikut:

Y : Ya T : Tidak


(24)

DAFTAR PERTANYAAN

Tujuan Pemeriksaan

1. Apakah pemeriksaan pajak dapat dilakukan apabila SPT Masa dan atau SPT Tahunan PPh pasal 21 tidak disampaikan atau disampaikan dengan waktu yang telah ditetapkan.

a.Ya

b. Tidak

2. Apakah pemeriksaan pajak dilakukan apabila indikasi kewajiban perpajakan tidak dipenuhi oleh wajib pajak.

a.Ya b.Tidak

3. Apakah pemeriksaan pajak dapat mempengaruhi jumlah wajib pajak baru, dengan pemberian NPWP secara jabatan.

a.Ya b.Tidak

4. Apakah pemeriksaan pajak dapat dilakukan untuk pencocokan data dan/ atau alat keterangan.

a.Ya b.Tidak

Ruang Lingkup Pemeriksaan

5. Apakah pemeriksaan lapangan yang dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik pemeriksaan pajak dengan kedalaman dan bobot yang sederhana sesuai dengan ruang lingkup pemeriksaan sederhana.

a.Ya b.Tidak

6. Apakah pemeriksaan Sederhana Kantor dapat dilakukan terhadap wajib pajak atas pemotongan PPh Pasal 21 untuk tahun berjalan.

a.Ya b.Tidak


(25)

Norma Pemeriksaan

7. Apakah dengan Tanda Pengenal dan Surat Perintah Pemeriksaan akan membantu pemeriksa pajak dalam melaksanakan pemeriksaan lapangan.

a.Ya b.Tidak

8. Apakah pemeriksa pajak yang telah mendapat pendidikan teknis yang cukup dan memiliki keterampilan sebagai pemeriksa pajak akan mendukung tercapainya tujuan pemeriksaan.

a.Ya b.Tidak

9. Apakah pemeriksa pajak wajib memberi petunjuk kepada wajib pajak mengenai penyelenggaraan pembukuan/ pencatatan dan petunjuk lainnya mengenai pemenuhan kewajiban perpajakan.

a.Ya b.Tidak

10. Apakah surat panggilan yang ditandatangani Kepala Kantor mempunyai pengaruh terhadap kesediaan wajib pajak untuk hadir di Kantor Pelayanan Pajak dalam rangka pemeriksaan Sederhana Kantor.

a.Ya b.Tidak

11. Apakah laporan pemeriksaan pajak harus dibuat secara rinci, ringkas, dan jelas.

a.Ya b.Tidak

Pelaksanaan Pemeriksaan

12. Apakah laporan pemeriksaan pajak dapat digunakan sebagai dasar penerbitan Surat Ketetapan Pajak dan atau Surat Tagihan Pajak.

a.Ya b.Tidak


(26)

13. Apakah kerahasiaan wajib pajak tentang segala sesuatu dalam rangka pemeriksaan harus dijaga.

a.Ya b.Tidak

14. Apakah benar Pemeriksaan Sederhana Kantor (PSK) dilaksanakan dalam jangka waktu 4 (empat) minggu, dan dapat diperpanjang paling lama 6 (enam) minggu.

a. Ya b.Tidak

15. Apakah Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSK) dilaksanakan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan, dan dapat diperpanjang paling lama 2 (dua) bulan. a. Ya

b. Tidak

16. Apakah dengan adanya pemeriksaan pajak dapat memberi gambaran yang sesuai dengan keadaan sebenarnya tentang wajib pajak.

a. Ya a.Tidak

17. Apakah keterangan lisan dan atau tertulis dari wajib pajak dan pihak ketiga yang mempunyai hubungan dengan wajib pajak yang diperiksa dapat diandalkan

tingkat kepercayaannya. a. Ya

b.Tidak

18. Apakah dengan buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lainnya milik wajib pajak, akan membantu pemeriksa pajak untuk mencapai tujuan pemeriksaan.

a. Ya b. Tidak


(27)

Produk dari Hasil Pemeriksaan Pajak

19. Apakah Surat Ketetapan Pajak dan atau tambahan pajak dapat timbul sebagai akibat pemeriksaan.

a. Ya b. Tidak

20. Apakah produk pemeriksaan pajak banyak tergantung dari temuan sampai di mana kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilaksanakan wajib pajak. a. Ya

b. Tidak

Kepatuhan Wajib Pajak dalam Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Material 21. Apakah setelah pemeriksaan terhadap wajib pajak dilaksanakan, maka wajib

pajak akan memenuhi kewajiban perpajakan material, yaitu menghitung secara baik dan benar besarnya PPh Pasal 21 terutang.

a. Ya b. Tidak

22. Apakah dengan pemeriksaan pajak PPh Pasal 21, wajib pajak akan lebih memahami mengenai tata cara pemotongan maupun penghitungan PPh Pasal 21.

a. Ya b. Tidak

Kepatuhan Wajib Pajak dalam Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Formal 23. Apakah dengan adanya pemeriksaan maka wajib pajak akan menyampaikan

SPT Masa dan SPT Tahunan PPH Pasal 21 yang isinya benar, lengkap, serta memberikan keterangan yang benar.

a. Ya b. Tidak

24. Apakah setelah didakannya pemeriksaan, wajib pajak memotong PPh dari setiap penghasilan yang melebihi PTKP.


(28)

b. Tidak

25. Apakah Wajib Pajak telah melaporkan SPT Masa dan SPT Tahunan PPh Pasal 21 secara tepat waktu.

a. Ya b. Tidak

26. Apakah dengan adanya pemeriksaan wajib pajak akan bersedia meminjamkan pembukuan, catatan, atau dokumen lainnya.

a. Ya b. Tidak

27. Bila jumlah PPh Pasal 21 yang terutang lebih besar dari jumlah PPh Pasal 21 yang telah disetor, apakah wajib pajak akan memenuhi kewajibannya sesuai dengan SKPKB yang diterbitkan hasil dari pemeriksaan.

a. Ya b. Tidak

28. Apakah Wajib Pajak membayar/ menyetor sendiri pajak yang telah dipotong PPh Pasal 21.

a. Ya b. Tidak


(29)

Frekuensi Jawaban Responden Variabel Pemeriksaan Pajak

Responden

Jumlah Jawaban Kuesioner

No.

1 2 3 4 5 Y T

1. Y Y Y Y Y 5 0

2. Y Y Y Y Y 5 0

3. Y T Y T T 2 3

4. Y Y Y Y Y 5 0

5. Y Y Y Y Y 5 0

6. Y Y T Y T 3 2

7. Y T Y Y Y 4 1

8. Y Y Y Y Y 5 0

9. Y Y Y Y Y 5 0

10. Y T T Y Y 3 2

11. Y Y Y Y Y 5 0 12. Y T Y T T 2 3 13. Y Y Y Y Y 5 0 14. Y Y Y Y Y 5 0 15. Y T Y T Y 3 2 16. Y T Y T T 2 3 17. Y Y Y Y Y 5 0 18. Y Y Y Y Y 5 0 19. Y Y Y Y T 4 1 20. Y Y Y Y Y 5 0


(30)

Frekuensi Jawaban Responden

Variabel Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam Rangka Pemenuhan Kewajiban PPh Pasal 21

Responden

Jumlah Jawaban Kuesioner

No.

1 2 3 4 5 Y T

1. Y Y Y Y Y 5 0

2. Y Y Y Y Y 5 0

3. Y Y Y T T 3 2

4. Y Y Y Y Y 5 0

5. Y T Y Y T 3 2

6. Y Y Y T Y 4 1

7. Y T Y Y Y 4 1

8. Y Y Y Y Y 5 0


(31)

Rekapitulasi Frekuensi Jawaban Responden

Variabel Pemeriksaan Pajak dan Variabel Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam Rangka Pemenuhan Kewajiban PPh Pasal 21

Jawaban Responden Responden No.

Y T Total

1. 28 0 28 2. 20 8 28 3. 26 2 28 4. 22 6 28 5. 21 7 28 Total 117 23 140


(1)

13. Apakah kerahasiaan wajib pajak tentang segala sesuatu dalam rangka pemeriksaan harus dijaga.

a. Ya b. Tidak

14. Apakah benar Pemeriksaan Sederhana Kantor (PSK) dilaksanakan dalam jangka waktu 4 (empat) minggu, dan dapat diperpanjang paling lama 6 (enam) minggu.

a. Ya b. Tidak

15. Apakah Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSK) dilaksanakan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan, dan dapat diperpanjang paling lama 2 (dua) bulan. a. Ya

b. Tidak

16. Apakah dengan adanya pemeriksaan pajak dapat memberi gambaran yang sesuai dengan keadaan sebenarnya tentang wajib pajak.

a. Ya a. Tidak

17. Apakah keterangan lisan dan atau tertulis dari wajib pajak dan pihak ketiga yang mempunyai hubungan dengan wajib pajak yang diperiksa dapat diandalkan

tingkat kepercayaannya. a. Ya

b. Tidak

18. Apakah dengan buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lainnya milik wajib pajak, akan membantu pemeriksa pajak untuk mencapai tujuan pemeriksaan.

a. Ya b. Tidak


(2)

Produk dari Hasil Pemeriksaan Pajak

19. Apakah Surat Ketetapan Pajak dan atau tambahan pajak dapat timbul sebagai akibat pemeriksaan.

a. Ya b. Tidak

20. Apakah produk pemeriksaan pajak banyak tergantung dari temuan sampai di mana kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilaksanakan wajib pajak. a. Ya

b. Tidak

Kepatuhan Wajib Pajak dalam Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Material 21. Apakah setelah pemeriksaan terhadap wajib pajak dilaksanakan, maka wajib

pajak akan memenuhi kewajiban perpajakan material, yaitu menghitung secara baik dan benar besarnya PPh Pasal 21 terutang.

a. Ya b. Tidak

22. Apakah dengan pemeriksaan pajak PPh Pasal 21, wajib pajak akan lebih memahami mengenai tata cara pemotongan maupun penghitungan PPh Pasal 21.

a. Ya b. Tidak

Kepatuhan Wajib Pajak dalam Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Formal 23. Apakah dengan adanya pemeriksaan maka wajib pajak akan menyampaikan

SPT Masa dan SPT Tahunan PPH Pasal 21 yang isinya benar, lengkap, serta memberikan keterangan yang benar.

a. Ya b. Tidak

24. Apakah setelah didakannya pemeriksaan, wajib pajak memotong PPh dari setiap penghasilan yang melebihi PTKP.


(3)

b. Tidak

25. Apakah Wajib Pajak telah melaporkan SPT Masa dan SPT Tahunan PPh Pasal 21 secara tepat waktu.

a. Ya b. Tidak

26. Apakah dengan adanya pemeriksaan wajib pajak akan bersedia meminjamkan pembukuan, catatan, atau dokumen lainnya.

a. Ya b. Tidak

27. Bila jumlah PPh Pasal 21 yang terutang lebih besar dari jumlah PPh Pasal 21 yang telah disetor, apakah wajib pajak akan memenuhi kewajibannya sesuai dengan SKPKB yang diterbitkan hasil dari pemeriksaan.

a. Ya b. Tidak

28. Apakah Wajib Pajak membayar/ menyetor sendiri pajak yang telah dipotong PPh Pasal 21.

a. Ya b. Tidak


(4)

Frekuensi Jawaban Responden

Variabel Pemeriksaan Pajak

Responden

Jumlah Jawaban Kuesioner

No.

1 2 3 4 5 Y T

1. Y Y Y Y Y 5 0

2. Y Y Y Y Y 5 0

3. Y T Y T T 2 3

4. Y Y Y Y Y 5 0

5. Y Y Y Y Y 5 0

6. Y Y T Y T 3 2

7. Y T Y Y Y 4 1

8. Y Y Y Y Y 5 0

9. Y Y Y Y Y 5 0

10. Y T T Y Y 3 2

11. Y Y Y Y Y 5 0 12. Y T Y T T 2 3 13. Y Y Y Y Y 5 0 14. Y Y Y Y Y 5 0 15. Y T Y T Y 3 2 16. Y T Y T T 2 3 17. Y Y Y Y Y 5 0 18. Y Y Y Y Y 5 0 19. Y Y Y Y T 4 1 20. Y Y Y Y Y 5 0


(5)

Frekuensi Jawaban Responden

Variabel Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam Rangka Pemenuhan

Kewajiban PPh Pasal 21

Responden

Jumlah Jawaban Kuesioner

No.

1 2 3 4 5 Y T

1. Y Y Y Y Y 5 0

2. Y Y Y Y Y 5 0

3. Y Y Y T T 3 2

4. Y Y Y Y Y 5 0

5. Y T Y Y T 3 2

6. Y Y Y T Y 4 1

7. Y T Y Y Y 4 1

8. Y Y Y Y Y 5 0


(6)

Rekapitulasi Frekuensi Jawaban Responden

Variabel Pemeriksaan Pajak dan Variabel Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak

dalam Rangka Pemenuhan Kewajiban PPh Pasal 21

Jawaban Responden Responden No.

Y T Total

1. 28 0 28 2. 20 8 28 3. 26 2 28 4. 22 6 28 5. 21 7 28 Total 117 23 140


Dokumen yang terkait

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Melalui E-Filing di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

2 104 66

Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Menghitung Dan Melunasi Pajak Penghasilan Pasal 25 / 29 Sesuai Sistem Self Assessment Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

1 107 57

Evaluasi Kepatuhan Wajib Pajak dan Penerimaan Pajak Sebelum dan Sesudah Uji Coba Penataan Tugas dan Fungsi Account Representative di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

2 35 88

Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dilihat Dari Penerimaan Tunggakan Pajak Oleh Seksi Penagihan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam Tahun 2011-2014

0 29 58

Dampak Penggunaan Drop Box Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dan Peranannya Dalam Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

1 37 70

Pelaksanaan Penyuluhan Dalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

1 36 55

Prosedur Penagihan Untuk Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakannya Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

0 57 85

Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Pemenuhan Kewajiban Perpajakannya pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Pluit.

2 7 24

Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak terhadap Kewajiban Pembayaran Pajak (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung-Bojonagara).

0 0 19

Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Penghasilan Badan (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying).

0 0 18