Pelaksanaan Penyuluhan Dalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR TENTANG

PELAKSANAAN PENYULUHAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM

O L E H

NAMA : Fakhrun Nisa NIM : 122600030

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

MEDAN 2015


(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’laikum wr.wb Bismillahirrahmanirrahim,

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena telah memberi rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal praktik kerja lapangan ini dengan judul “PELAKSANAAN PENYULUHAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM”.Proposal praktik kerja lapangan ini diajukan guna untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk dapat menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Diploma III Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Selesainya penulisan laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang selama ini banyak membantu penulis. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan FISIP USU sekaligus dosen pembimbing yang telah mendorong penulis menyelesaikan laporan ini.

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si, selaku ketua jurusan Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

3. Ibu Arlina, S.H, M. Hum, selaku sekertaris jurusan Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

4. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan yang telah memberikan pengajaran dan ilmu pengetahuan kepada penulis.


(3)

5. Bapak Jems Alsajo, selaku supervisor lapangan yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis sehingga laporan ini dapat diselesaikan.

6. Staf dosen lainnya dan semua staf pegawai FISIP USU.

7. Ayahanda dan Ibunda Tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuan materil serta moril kepada penulis.

8. Buat seluruh saudara-saudara dan keluarga penulis, Bang Fakhri, Kak Fatimah, Surya, Bang Pandi, Kak endang, Kak kiki, Paol junior, Mancung, Paol senior, dan keponakan tercinta Nur Hafizah alias si pesek.

9. Teman-teman penulis yang baik dan sholehah :Sarah, Rora, Eva dan seluruh teman-teman penulis yang lain yang tidak bias disebutkan satu persatu stambuk 2012.

Penulis sepenuhnya menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan baik dalam susunan kata, kalimat maupun pembahasannya. Oleh karena itu saya mengharapkan adanya kritik dan saran dari para pembaca yang sifatnya membangun tulisan ini kearah yang lebih baik.Saya berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita maupun pihak-pihak yang memerlukannya.

Medan, Penulis


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR……… i

DAFTAR ISI………... iii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar BelakangPKLM... 1

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)……… 5

C. Uraian Teoritis………. 7

D. Ruang Lingkup……… 13

E. Metode Praktik Kerja Lapangan………... 14

F. Metode Pengumpulan Data………. 15

G. Sistematika Penulisan Laporan PKLM……… 16

BAB II : GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA LUBUK PAKAM A. Sejarah KPP Pratama Lubuk Pakam………. 18

B. Struktur Organisasi……… 24

C. Deskripsi Tugas………. 24

BAB III : GAMBARAN DATA PENYULUHAN PAJAK A. Pengertian Pajak……… 28


(5)

C. Sistem Pemungutan Pajak………. 30

D. Pengertian Penyuluhan Perpajakan……… 31

E. Kegiatan Penyuluhan……… 33

F. Sasaran Penyuluhan………. 35

G. Tujuan Penyuluhan……….. 37

H. Metode Penyuluhan………. 37

I. Materi Penyuluhan……….. 39

BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI A. Gambaran Penyuluhan di KPP Pratama Lubuk Pakam………. 41

B. Materi Yang Diberikan Belum Dapat Dipahami Oleh Masyarakat………... 44

BAB V : KESIMPULAN dan SARAN A. Kesimpulan……… 49

B. Saran………. 50

DAFTAR PUSTAKA………... 51 LAMPIRAN


(6)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 jo Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dijelaskan bahwa sistem perpajakan yang berlaku di Indonesia adalah Self Assessment.Hal ini berarti wajib pajak diberikan kepercayaan penuh untuk menghitung dan memperhitungkan, menyetor dan melaporkan kewajiban perpajakannya sedangkan aparat pajak berkewajiban melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap wajib pajak dalam rangka melaksanakan kewajiban perpajakannya.

Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) secara sederhana adalah suatu cara kerja yang langsung dapat membimbing kita kedalam dunia kerja yang nyata guna memberikan kita arah dan cara yang lebih baik dalam melakukan pekerjaan. Sedangkan yang dimaksud dengan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) secara umum adalah kegiatan intrakurikuler yang dilakukan oleh mahasiswa secara mandiri yang bertujuan memberikan pengalaman praktis dilapangan yang berhubungan langsung dengan teori-teori keahlian yang diterima dari para dosen, khususnya dosen Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU. Karena sifatnya hanya untuk memberikan pengalaman dan belajar keahlian secara praktis, maka bantuan yang diberikan cenderung terbatas.

Adapun yang menjadi latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah mengingat bahwa sudah seharusnya dan sepantasnya tamatan Program Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU adalah merupakan tenaga yang terampil, siap pakai dan tenaga ahli dalam bidang perpajakan.


(7)

Maka dari itu pelaksanaan kegiatan PKLM oleh mahasiswa dipandang perlu untuk memperdalam pengetahuan yang telah diperoleh semasa perkuliahan dan mempelajarinya langsung pada dunia kerja nyata.

Definisi pajak menurut Rochmat Soemitro dalam Suandy (2011) : “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian disempurnakan, menjadi: “Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplus-nya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.

Sebagai konsekuensi logis dari Self Assessment system tersebut maka wajib pajak harus menyadari kewajiban yaitu memenuhi kewajiban perpajakan serta harus memahami ketentuan-ketentuan pajak yang harus dipenuhinya.Dengan semakin sadarnya wajib pajak dalam memenuhi perpajakannya serta mampu memenuhi kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku, maka penerimaan Negara dari wajib pajak diharapkan terus meningkat.

Dengan realitas pelaksanaan Self Assessment System masih ada kendala mengingat tidak semua wajib pajak menyadari dan mampu memahami ketentuan-ketentuan pajak yang berlaku. Hal ini wajar mengingat latar belakang pendidikan dan penerimaan informasi masing-masing wajib pajak adalah berbeda-beda, untuk wajib pajak yang tingkat pemahamannya sudah memadai mengenai pajak, maka Self Assessment System tidak begitu bermasalah, namun bila terjadi sebaliknya maka akan berpengaruh negative dalam pelaksanaan perpajakan.

Dalam pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1994 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan setiap wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan


(8)

objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri kepada kantor Direktorat Jendral Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan wajib pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Wajib pajak yang tidak mendaftarkan diri atau sengaja menghindar dari kewajibannya sebagai wajib pajak akan dikenakan sanksi. Namun peningkatan yang mendaftarkan diri sebagai wajib pajak masih kurang atau belum maksimal meskipun telah diadakan sosialisasi oleh fiskus.Ada juga wajib pajak orang pribadi atau badan tetapi tidak melaporkan penghasilannya kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) secara jujur dan benar.

Hal ini terjadi karna wajib pajak ingin mengurangi beban hutang pajaknya dengan cara memanifulasi penghasilan tersebut. Dengan demikian tentu saja hutang pajaknya menjadi lebih kecil dari yang seharusnya dan selain diatasnya ada juga wajib pajak yang tidak membayar pajaknya tepat waktu, hal ini tentu saja mengakibatkan wajib pajak harus dapat dikenakan sanksi maupun denda administrasi bila tidak membayar pajak tepat waktu, bila mana wajib pajak belum mengerti apa sebenarnya pajak dan menganggap pajak sesuatu yang sia-sia (karena merasa tidak mempunyai manfaat terhadap dirinya), maka pelaksanaan pajak akan sangat sulit dijalankan sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Wajib pajak masih sangat rendah pemahamannya tentang perpajakan sebagian besar berasal dari daerah terpencil yang kurang informasinya tentang penyuluhan perpajakan.Hal ini wajar mengingat pajak bertempat tinggal didaerah pedesaan yang mana tingkat pendidikan dan penerimaan informasi masih cukup rendah dibandingkan dengan wajib pajak yang tinggal diperkotaan.

Mengingat sebagian besar wajib pajak masih belum memahami pajak serta aturan-aturan perpajakan maka peranan penyuluhan sangat penting dengan adanya penyuluhan ini maka diharapkan masyarakat semakin sadar tentang kewajibannya sebagai warga Negara yaitu dalam


(9)

hal membayar pajak serta mampu memenuhi kewajiban pajaknya tersebut sesuai dengan ketentuan pajak yang berlaku.Dalam pelaksanaan penyuluhan perpajakan pemerintah pusat selaku fiskus perlu memperhatikan berbagai unsur yang terlihat dalam penyuluhan tersebut yaitu aparat pajak, materi penyuluhan, metode penyuluhan serta sarana penunjang yang digunakan dalam penyuluhan tersebut. Semua faktor-faktor tersebut harus mampu saling melengkapi dengan tidak lupa memperhatikan kondisi dan keadaan masyarakat yang di suluh maka sasaran dari penyuluh tersebut akan sulit di capai.

Aparat penyuluh merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan penyuluhan dalam kualitas dan kuantitasnya harus memadai, metode penyuluhan yang cocok dan tepat untuk suatu masyarakat dan didukung fasilitas yang memadai, mengingat sebagian besar wajib pajak tinggal dipedesaan yang tingkat pengetahuan dan penerimaan informasinya masih rendah, maka penyuluh perpajakan pada masyarakat desa perlu memakai strategi yang tepat, agar pelaksanaan dapat berjalan lancar dan membuahkan hasil yang ditandai dengan meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

Adapun yang menjadi latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini mengingat bahwa seharusnya tamatan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU) adalah merupakan tenaga kerja yang terampil, siap pakai dan tenaga yang ahli dibidang perpajakan. Maka dari itulah untuk melahirkan tenaga yang terampil, dan ahli dibidang perpajakan dipandang perlu adanya PKLM di Direktorat Jendral Pajak oleh mahasiswa Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU. Dalam kegiatan PKLM ini diharapkan mahasiswa dapat menganalisa masalah serta mencari tahu alternatif pemecahan yang dihadapinya di Kantor Pelayanan Pajak (KPP).


(10)

Berdasarkan masalah diatas, maka penulis tertarik untuk membahas tentang “PELAKSANAAN PENYULUHAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM”

B.Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan praktik kerja lapangan mandiri ini adalah:

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

a. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dalam melayani wajib pajaknya.

b. Untuk mengetahui data tentang pelaksanaan Kantor Pelayanan Pajak Pratama dalam melaksanakan penyuluhan.

c. Untuk mengetahui masalah maupun kendala yang dihadapi oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dalam melaksanakan penyuluhan.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Bagi Mahasiswa :

a. Untuk memperkenalkan secara langsung kepada mahasiswa situasi dunia kerja yang sebenarnya.

b. Untuk mempraktikkan dan menerapkan ilmu pengetahuan serta mengaplikasikannya ke dalam kehidupan nyata yang telah diperoleh selama masa perkuliahan.

c. Guna merangsang mahasiswa untuk beraktivitas dalam melakukan pekerjaan secara efisiensi dan efektif melalui praktik kerja lapangan mandiri.


(11)

d. Dalam melaksanakan praktik kerja lapangan mandiri ini dapat menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mempersiapkan dirinya menjadi mahasisa yang siap memasuki dunia kerja yang semakin sulit, karena telah dibekali keterampilan, pengalaman-pengalaman dunia kerja dalam melaksanakan praktik kerja lapangan mandiri tersebut.

Bagi Kantor/Instansi Tempat Melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri:

a. Sebagai sarana untuk meningkatkan hubungan antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dengan dunia pendidikan sehingga instansi tersebut dapat mengetahui sejauh mana tingkat perkembangan ilmu pengetahuan di lembaga pendidikan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

b. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam merupakan sumbangan pemikiran dan acuan yang dapat dimanfaatkan dalam melakukan penyuluhan sehingga dapat meningkatkan jumlah wajib pajak.

c. Agar dapat digunakan sebagai bahan memotivasi dan mewujudkan budaya kerja yang lebih baik dalam melaksanakan tugas sehari-hari penyuluh.

Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU :

a. Dapat meningkatkan kerja sama antara FISIP USU dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

b. Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU dengan instansi yang bersangkutan khususnya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.


(12)

c. Memperbaiki image atau pandangan masyarakat terhadap Sumber Daya Manusia yaitu mahasiswa-mahasiswa yang dihasilkan dari lembaga pendidikan nasional khususnya Universitas Sumatera Utara.

C.Uraian Teoritis

1. Pengertian Penyuluhan Perpajakan

Menurut Surat Edaran Direktorat Jendral Pajak (2011) : “Penyuluhan perpajakan merupakan suatu upaya dan proses memberikan informasi perpajakan untuk menghasilkan perubahan pengetahuan, keterampilan, dan sikap masyarakat, dunia usaha, aparat, serta lembaga pemerintah maupun non pemerintah agar terdorong untuk paham, sadar, peduli dan berkontribusi dalam melaksanakan kewajiban perpajakan. Administrasi perpajakan Indonesia yang menganut self-assessment system menuntut peran aktif wajib pajak secara mandiri dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Agar mampu memenuhi kewajiban perpajakan dengan baik, wajib pajak harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang hak dan tata cara memenuhi kewajiban perpajakannya. Direktorat Jendral Pajak sebagai institusi yang bertanggung jawab dalam melaksanakan fungsi administrasi perpajakan telah melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman perpajakan masyarakat wajib pajak secara terus menerus .

Definisi pajak menurut N.J.Feldman dalam Kurniawan (2012) :Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum. Dan pajak adalah bantuan, baik secara langsung maupun


(13)

tidak yang dipaksakan oleh kekuasaan publik dari penduduk atau dari barang, untuk menutup belanja pemerintah.

Menurut Djajadiningrat dalam Resmi (2011) :Dalam Self Assessment penyuluh merupakansuatu kegiatan yang wajib dilakukan oleh administrasi perpajakan agar masyarakat dapat melakukan kewajiban perpajakannya. Dalam berbagai literatur, pengertian penyuluh biasanya dirangkai dengan pengertian bimbingan yaitu usaha menolong atau menggarap individu yang mengalami kesulitan atau kesukaran.Penyuluhan perpajakan adalah suatu sistem penyampaian informasi, konsultasi dan bimbingan serta berkesinambungan kepada masyarakat guna meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemauan anggota masyarakat tersebut untuk memperoleh hak dan melaksanakan kewajibannya. Kegiatan penyuluhan kepada masyarakat dengan demikian menjadi satu hal yang diberikan kepercayaan sepenuhnya untuk melaksanakan undang-undang perpajakan tersebut, dapat melakukan kewajibannya dengan baik, sedangkan administrasi perpajakan berkewajiban dan bertanggung jawab untuk menyelesaikan, membimbing dan membina masyarakat agar mampu dan sadar untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya.

Jadi hanya seseorang yang mempunyai kwalitas yang ditunjuk atau diangkat sebagai penyuluh, dalam arti penyuluh adalah tenaga professional.Petugas penyuluh fungsional ini dibutuhkan agar dapat dilaksanakan secara professional, sehingga tujuan penyuluh melalui konsultasi dan bimbingan dapat tercapai dengan baik yang akhirnya dapat meningkatkan penerimaan pajak karena masyarakat menjadi sadar dan mau melaksanakan kewajiban perpajakannya.

Menurut Soeparman Soemahamidjaja dalam Waluyo (2011) : “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan


(14)

yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan. Dengan mencantumkan istilah iuran wajib, ia mengharapkan terpenuhinya ciri, bahwa pajak dipungut dengan bantuan dari dan kerja sama dengan wajib pajak, sehingga perlu pula dihindari penggunaan istilah “paksaan”.

2. Tujuan Penyuluhan Perpajakan

Menurut Surat Edaran Direktorat Jendral Pajak (2011) : Dalam rangka mencapai tujuan dari kegiatan penyuln yaitu masyarakat yang paham dan sadar memenuhi kewajiban perpajakannya, maka perlu dilakukan kegiatan penyuluhan yang terencana sehingga kegiatan penyuluhan menjadi suatu proses yang terstruktur, terarah, terukur dan berkesinambungan. Terstruktur dalam hal ini memiliki arti bahwa kegiatan penyuluhan dilakukan secara sistematis mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Terarah memiliki arti bahwa seluruh kegiatan penyuluhan dilakukan untuk mencapai tujuan/sasaran yang jelas. Terukur memiliki arti bahwa kegiatan penyuluhan harus mampu diukur hasilnya (capaian kinerjanya). Sedangkan berkesinambungan memiliki arti bahwa kegiatan penyuluhan sebagai sebuah proses edukasi perpajakan harus dilakukan secara terus menerus. Tujuan disusunnya pedoman penyusunan rencana kerja dan pelaporan kegiatan penyuluhan perpajakan ini adalah :

1. Memberikan panduan penyusunan rencana kerja dan pelaporan kegiatan penyuluhan perpajakan bagi unit kerja vertikal yang menjalankan fungsi penyuluhan.

2. Membangun kesamaan pemahaman mengenai rencana kerja penyuluhan yang akan dilakukan dan tata cara pelaporan kegiatan penyuluhan yang telah dilakukan.


(15)

3. Membangun tata cara pelaporan kegiatan penyuluhan yang mendukung pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi penyuluhan secara lebih terstruktur, terarah, terukur, dan berkesinambungan

Kegiatan penyuluhan perpajakan merupakan hal yang mutlak dilaksanakan oleh Direktorat Jendral Pajak (DJP), agar tugas untuk menghimpun dana dari masyarakat untuk membiayai pembangunan sesuai dengan APBN yang telah ditetapkan undang-undang dapat tercapai. Sedangkan pada kenyataannya yang terjadi di masyarakat dari jaman dahulu sampai masa kini pada umumnya setiap anggota masyarakat yang mendengar istilah “Pajak” mempunyai kesan negatif, karena pajak itu dirasakan masyarakat sebagai sesuatu yang memberatkan dan pelaksanaannya dapat dipaksakan karena berdasarkan undang-undang.Keadaan tersebut mengakibatkan citra pajak menjadi kurang baik dimata masyarakat. Dengan demikian penyuluhan perpajakan sangat diperlukan, sehingga harus memberikan kesan yang positif dikalangan masyarakat dan bahwa pemungut pajak merupakan perwujudan dan pengabdian dalam melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk mewujudkan pembangunan nasional pada umumnya dan pembangunan kota medan pada khususnya. Selain daripada itu, keberhasilan pemungut pajak menganut Self Assessment Systemsangat ditentukan antara lengkap tidaknya informasi yang diterima oleh masyarakat mengenai sistem pemungutan pajak pada umumnya dan peraturan serta tata cara perpajakan pada khususnya.

Secara garis besar terdapat 3 kelompok masyarakat yang sangat memerlukan penyuluhan itu :

1) Golongan masyarakat yang termaksud kelompok awam dalam masalah perpajakan yaitu mereka yang sama sekali tidak mengetahui ketentuan perundang-undangan perpajakan sehingga golongan ini belum mengetahui hak dan kewajiban perpajakannya.


(16)

2) Golongan masyarakat yang pada umumnya sudah tau kewajiban perpajakannya, namun dalam pelaksanaannya mengalami kesulitan karena kurang memahami petunjuk teknis perpajakan misalnya dalam pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan dan juga dalam pengurusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dll.

3) Golongan masyarakat wajib pajak yang memang mempunyai etikad tidak baik dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Terhadap kelompok masyarakat tersebut tetap diperlukan penyuluhan, untuk menyadarkan bahwa tindakan yang bersangkutan akan mengakibatkan dapat dikenai sanksi administrasi atau sanksi pidana fiskal.

Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa tujuan dilakukan penyuluhan bagi wajib pajak adalah:

a. Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya peranan pajak bagi suatu Negara pada umumnya dan bagi daerah pada khususnya agar daerah tersebut mampu melaksanakan pembangunan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

b. Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai hak dan keajiban perpajakan, yang bagi seorang warga Negara hak dan kewajiban kenegaraan pula.

c. Meningkatkan kemauan masyarakat untuk memperoleh hak dan melaksanakan kewajiban perpajakannya.

d. Meningkatkan kepatuhan wajib pajak termasuk pemungut pajak dan para bendaharawan yang ditunjuk dan diberi tanggung jawab untuk memungut dan menyetor pajak tersebut.

e. Memperbaiki dan memelihara citra perpajakan karena selama ini masyarakat sangat takut apabila mendengar kata “Pajak”. Pajak dianggap sangat menakutkan bagi masyarakat awam yang belum mengerti apa itu pajak dan fungsi pajak bagi pembangunan Negara pada umumnya dan pembangunan daerah pada khususnya.


(17)

3. Sasaran Penyuluhan Perpajakan

Penyuluhan dalam melaksanakan penyuluhan harus mengetahui dan menguasai teknik berkomunikasi yang baik serta ciri-ciri sasaran yang akan diberikan penyuluhan.

 Sasaran Utama

a. Masyarakat Pada Umumnya

Penyuluhan diberikan untuk menciptakan iklim dan citra perpajakan yang baik sehingga diperoleh dukungan yang positif dari anggota masyarakat dalam arti terbentuk suatu opini masyarakat yang menerima kewajiban perpajakan sebagai suatu kewajiban kenegaraan. b. Masyarakat wajib pajak yang sudah terdaftar maupun yang belum terdaftar penyuluhan

kepada golongan ini diberikan terutama untuk membantu mereka dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

Aparat Negara yang menjadi sasaran utama penyuluhan, jika ditinjau dari 2 aspek :

(1) Aparat itu sendiri, atau PNS sebagai wajib pajak Laporan Pajak Pajak Orang Pribadi (LP2P). (2) Aparat yang mempunyai hubungan dengan tugas pemungut pajak, Kantor Pelayanan

Perbendaharaan Negara (KPPN), Bank, Bea dan Cukai, BUMN, BUMD, Bendaharawan Pemerintah, Perum Pos dan Giro.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun yang menjadi tujuan ruang lingkup praktik kerja lapangan mandiri yaitu melakukan pengumpulan data yang menyangkut pelaksanaan penyuluhan guna meningkatkan jumlah wajib pajak adalah :


(18)

a. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dalam melayani wajib pajaknya.

b. Untuk mengetahui data tentang pelaksanaan Kantor Pelayanan Pajak Pratama dalam melaksanakan penyuluhan.

c. Untuk mengetahui masalah maupun kendala yang dihadapi oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dalam melaksanakan penyuluhan.

E.Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta perolehan informasi sesuai dengan metode yang digunakan, maka tahapannya adalah sebagai berikut :

a. Tahapan Persiapan

Didalam tahapan persiapan ini penulis melakukan berbagai persiapan yang menyangkut praktik kerja lapangan mandiri ini, mulai dari penentuan judul tempat praktik kerja lapangan mandiri dan mencari bahan untuk membuat proposal.

b. Studi Literatur

Penulis mengumpulkan data-data yang menyangkut masalah yang akan dibahas melalui sumber bacaan seperti: buku-buku, artikel ilmiah maupun literatur yang berhubungan dengan objek praktik kerja lapangan mandiri.

c. Observasi Lapangan

Meliputi sistem tata kerja dan riset yang akan dilakukan oleh penulis dalam melengkapi laporan ini.


(19)

d. Pengumpulan Data

Meliputi data primer dan data sekunder yaitu data yang didapat dari pihak-pihak yang terkait dan referensi berupa buku atau pun tulisan pendukung lainnya.

e. Analisis Data dan Evaluasi

Selesai data didapatkan, maka selanjutnya yang akan dilakukan oleh penulis adalah menganalisis dan mengevaluasi data yang diperoleh.

F. METODE PENGUMPULAN DATA 1. Wawancara

Penulis akan melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang terkait di lingkungan KPP Pratama Lubuk Pakam. Dan penulis akan menggunakan alat-alat tulis untuk mencatat semua pertanyaan serta jawaban dari sesi wawancara tersebut, serta menggunakan kamera dan alat perekam suara.

2. Observasi

Penulis akan melakukan observasi dan mengenal lokasi praktik, agar dalam melaksanakan riset tidak membingungkan.Tujuan dilakukannya observasi adalah memahami aktivitas-aktivitas yang berlangsung, menjelaskan siapa saja orang-orang yang yang terlibat didalam suatu aktivitas, memahami makna dari suatu kejadian, serta mendeskripsikan setting yang terjadi pada suatu aktivitas. Hal-hal yang sering menjadi objek observasi adalah :

a) Pelaku, adalah orang-orang yang memiliki hubungan dengan objek penelitian. Mencakup apa status mereka, siapa saja mereka, kegiatan apa yang mereka lakukan, dan sebagainya. b) Tujuan merupakan apa yang diharapkan partisipan terhadap pelaksanaan pengamatan.


(20)

c) Perasaan partisipan yang ditunjukkan dalam mimic wajah, gerak tubuh dan ucapan.

d) Ruang dan waktu menyangkut pandangan partisipan terhadap tempat dan waktu suatu kegiatan.

e) Benda yang diamati adalah jenis, bahan, kegunaan, sifat, dan bentuknya.

f) Peristiwa, mencakup apa saja yang terjadi seiring dengan pelaksanaan suatu kegiatan.

3. Dokumentasi

Penulis akan mengumpulkan informasi ataupun dokumen yang berhubungan dengan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi, sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, foto, dan sebagainya.

G. SISTEMATIKA PENULISAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis memberikan gambaran mengenai keseluruhan isi dari laporan. Bab ini terdiri dari latar belakang praktik kerja lapangan mandiri, ruang lingkup praktik kerja lapangan mandiri, metode praktik kerja lapangan mandiri, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan laporan praktik kerja lapangan mandiri.


(21)

BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGANMANDIRI (PKLM)

Dalam bab ini penulis menguraikan secara singkat mengenai lokasi praktik kerja lapangan mandiri, struktur organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi, serta gambaran mengenai pegawai kantor Pelayanan Pajak Pratma Lubuk Pakam.

BAB III : GAMBARAN DATA PENYULUHAN PAJAK

Bab ini penulis menguraikan secara sistematis tentang setiap bidang kegiatan dan bentuk kegiatan apa saja yang telah dilakukan selama masa praktik kerja lapangan mandiri.

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI DATA

Bab ini berisikan analisa dan evaluasi dari pelaksanaan penyuluhan perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini penulis akan membuat kesimpulan dan memberikan saran yang dapat di jadikan masukan berharga dan bermanfaat bagi perkembangan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(22)

BAB II

GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA LUBUK PAKAM

A.Sejarah KPP Pratama Lubuk Pakam

1) Sejarah Terbentuknya KPP Pratama Lubuk Pakam

Untuk mengimplementasikan konsep administrasi perpajakan moderen yang berorientasi pada pelayanan dan pengawasan, maka struktur organisasi Direktorat Jendral Pajak perlu diubah, baik dilevel kantor pusat sebagai pembuat kebijakan maupun dilevel kantor operasional sebagai pelaksana implementasi kebijakan.

Sebagai langkah pertama, untuk memudahkan langkah wajib pajak. Kantor Pajak dibagi atas tiga jenis, yaitu Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB), Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan (Karipka), dilebur menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Struktur yang berbasis fungsi yang diterapkan kepada KPP dengan system administrasi yang modern untuk dapat merealisasikan debirokratisasi pelayanan sekaligus melaksanakan pengawasan terhadap wajib pajak secara lebih sistematis berdasarkan analisis resiko unit vertical Direktorat Jenderal Pajak dibedakan berdasarkan segmentasi Wajib Pajak, yaitu KPP Wajib Pajak Besar, KPP Madya, KPP Pratama. Dengan pembagian seperti ini, diharapkan strategi dan pendekatan terhadap wajib pajak pun dapat disesuaikan dengan karakteristik wajib pajak yang ditangani, sehingga hasil yang diperoleh dapat lebih optimal. Pada tahap pertama, dibentuk Kantor Wilayah (Kanwil) dan 2 Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar pada bulan Juli Tahun 2002 untuk mengadministrasikan 300 Wajib Badan terbesar di seluruh Indonesia sebagai Pilot Project. Karena program modernisasi yang diterapkan pada


(23)

Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak (KPPWP) besar dianggap cukup berhasil, maka konsep yang kurang lebih sama dicoba untuk diterapkan pada KPP lain secara bertahap, dimana sampai akhir Tahun 2007, 22 Kanwil dan 202 KPP (3 KPPWP besar, 28 KPP Madya, dan 171 KPP Pratama) telah berhasil dimodernisasi. Pada akhir Tahun 2006, struktur organisasi KPP Direktorat Jenderal Pajak disempurnakan bersamaan dengan penerapan administrasi modern. Pada Tahun 2008, seluruh kantor diluar Jawa dan Bali akan dimodernisasikan dengan dibentuknya 128 KPP Pratama untuk menggantikan seluruh Kantor Pajak yang ada di daerah tersebut. Perbedaan utama antara KPP Pratama dengan KPP Wajib Pajak Besar maupun Madya antara lain dengan adanya seksi Ekstensifikasi pada KPP Pratama, sehingga dapat dikatakan pula KPP Pratama merupakan ujung tombak bagi Direktorat Jenderal Pajak untuk menambah rasio perpajakan di Indonesia.

Kantor Pelayanan Pajak adalah Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah ini dan bertanggung jawab langsung kepada kepala kantor. KPP Pratama akan melayani Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan(BPHTB). Selain itu KPP Pratama juga melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan tetapi bukan sebagai lembaga yang memutuskan keberatan, struktur organisasi KPP Pratama berdasarkan Fungsi Pajak bukan jenis pajak.

Pada KPP Pratama terhadap Account Representetive (AR) yang memiliki tugas antara lain memantau keadaan Wajib Pajak dan penghubung wajib pajak untuk berkonsultasi. Keberatan AR di setiap KPP Pratama merupakan bentuk peningkatan pelayanan wajib pajak. Dengan perubahan struktur organisasi baru, maka wajib pajak akan dilayani oleh AR yang telah ditunjuk sehingga akan terjalin saling keterbukaan.


(24)

Pembentukan Pratama merupakan bagian program reformasi birokrasi perpajakan yang sifatnya komprehensif dan telah berjalan sejak tahun 2002 ditandai dengan terbentuknya Kantor Wilayah (Kanwil) dengan Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar.Terbentuknya KPP Pratama ini secara otomatis Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB) dan Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan (Karipka) tidak ada lagi.Langkah ini diambil sebagai bagian dan usaha meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak untuk memberikan pelayanan yang lebih baik dan personal dalam pelaksanaan good governance.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam didirikan pada tahun 2008 berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan.Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam adalah Kabupaten Deli Serdang yang terdiri 22 kecamatan.Sebelumnya wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam merupakan bagian wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tebing Tinggi dan Kantor Pelayanan Pratama Binjai.Hal ini dilakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada Wajib Pajak.Dengan berdirinya KPP Pratama Lubuk Pakam diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan bagi wajib pajak yang berdominisi atau berlokasi di Kabupaten Deli Serdang.

2) Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam a) Visi

Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan yang modern yang efektif, efisien dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi


(25)

b) Misi

Menghimpun penerimaan Pajak Negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) melalui sistem Administrasi perpajakan yang efisien dan efektif.

3) Visi dan Penjelasannya

Sebagaimana kebijakan yang telah dicanangkan oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak, Visi Kantor Pelayan Pajak Lubuk Pakam adalah “Menjadi Model Pelayanan Masyarakat yang Dipercaya dan Dibanggakan Masyarakat”.

Visi tersebut merefleksikan cita-cita Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam untuk menjadi Public Service yang berstandard tinggi baik dan sisi kualitas aparat maupun manajemennya sehingga eksistensi dan kinerjanya mampu memenuhi harapan masyarakat sebagai institusi yang memiliki citra baik dan bersih.

4) Misi dan Penjelasannya

Misi Direktorat Jenderal Pajak menjadi 4 aspek, yaitu :

a) Misi Fiskal, yaitu menghimpun penerimaan dalam Negeri dari sektor pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan Undang-Undang Perpajakan dengan tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi.

b) Misi Ekonomi, yaitu mendukung kebijaksaan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ekonomi bangsa dengan kebijakan perpajakan yang meminimalkan distorsi.


(26)

d) Misi Kelembagaan, yaitu senantiasa memperbaharui diri, selaras dengan aspirasi masyarakat dan teknokrasi perpajakan serta administrasi perpajakan yang mutakhir. Misi tersebut sebagai salah satu pernyataan tujuan keberadaan (eksistensi). Tugas, Fungsi, Peranan, dan Tanggung Jawab Direktorat Jenderal Pajka maupun Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam sebagaimana diamanatkan dalam

Undang-Undang dan Peraturan serta kebijakan Pemerintah dengan dijiwai prinsip-prinsip dan nilai-nilai strategi organisasi diberbagai bidang.

5) Kebijakan

Demi tercapainya tujuan dan sasaran berdasarkan visi dan misi yang telah ditetapkan, KPP Pratama Lubuk Pakam telah mengambil langkah-langkah sebagaimana terutang dalam kebijakan yang dijadikan pedoman, petunjuk, atau pegangan bagi setiap usaha kegiatan yang dilaksanakan yaitu :

a) Meningkatkan kualitas Pelayanan

b) Mengamankan pencapaian rencana penerimaan pajak c) Terciptanya masyarakat sadar dan peduli pajak

6) Tugas

KPP Pratama mempunyai tugas melaksanakan tugas penyuluhan, pelayanan dan pengawasan wajib pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam Wiliayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(27)

7) Fungsi

Dalam melaksanakan tugas KPP Pratama menyelenggarakan fungsi :

a) Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, penetapan dan penerbitan produk hokum perpajakan.

b) Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya.

c) Penyuluhan perpajakan

d) Penatausahaan Piutang pajak dan pelaksanaan Penagihan pajak e) Pelaksanaan pemeriksaan pajak

f) Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak g) Pelaksanaan konsultasi perpajakan

h) Pelaksanaan Intensifikasi dan Ekstensifikasi i) Pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan Pajak

8) Letak Geografis KPP Pratama Lubuk Pakam

Penentuan lokasi KPP Pratama Lubuk Pakam merupakan salah satu faktor terpenting dalam memberikan kemunculan pelayanan kepada Wajib Pajak.KPP Pratama Lubuk Pakam terletak di Jl.P.Diponegoro No. 42-44. Kantor pemerintah ini disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah, kedekatan dengan Kantor Pemerintah lainnya, seperti Kantor Polisi Deli Serdang dan Kantor Bank, ini juga memudahkan pengawasan dan memberikan pelayanan terhadap Wajib Pajak dalam membayar pajak.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dikepalai oleh seorang Kepala Kantor yang terdiri atas Sub Bagian Umum dan beberapa seksi yang dipimpin oleh masing-masing


(28)

seorang Kepala Seksi. Agar dapat lebih jelas dan transparan tentang keadaan dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam, maka penulis akan menggambarkan kedudukan, tugas, fungsi dan struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

B. Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Struktur organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi di batasi dalam struktur organisasi yang baik harus menjelaskan hubungan wewenang siapa melapor kepada siapa.

C. Deskripsi Tugas

Adapun tugas dari masing-masing bagian adalah sebagai berikut : 1) Sub Bagian Umum

Sub Bagian Umum terdiri dari 3 bagian, yaitu : a. Tata Usaha dan Kepegawaian

Tugasnya adalah menyelenggarakan tugas pelayanan dibidang tata usaha dan kepegawaian dengan cara melakukan pengurusan surat, pengetikan surat, pengetikan dan pengadaan, penataan berkas dan penyusunan arsip, tata usaha kepegawaian dan pengiriman laporan agar dapat menunjang tugas Kantor itu sendiri.


(29)

b. Keuangan

Tugasnya adalah merencanakan kebutuhan selama 1 tahun dan melakukan pendanaan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama agar dapat menunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak.

c. Bagian Rumah Tangga

Tugasnya adalah melakukan seluruh urusan rumah tangga dan urusan perlengkapan Kantor Pelayanan Pajak Pratama agar dapat menunjang kelancaran tugas Kantor Pelayanan Pajak.

2) Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Seksi Pengolahan Data dan Informasi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang tugasnya adalah yang mengkoordinasikan urusan pengolahan data dan penyajian informasi, pembuatan monografi pajak, penggalianpotensi perpajakan serta ektensifikasi wajib pajak dan intensifikasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan. Perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing, pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG, serta penyiapan laporan kinerja.


(30)

3) Seksi Pelayanan

Seksi pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penertiban produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi wajib pajak serta melakukan kerjasama perpajakan.

4) Seksi Penagihan

Seksi penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dana angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

5) Seksi Pemeriksaan

Seksi pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksa, penerbitan dan penyaluran surat perintah pemeriksaan pajak serta administrasi perpajakan lainnya.

6) Seksi Ekstensifikasi

Seksi Ekstensifikasi perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, penilaian objek pajak dalam rangka ekstensifikasi.


(31)

7) Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III

Seksi pengawasan dan konsultasi I, seksi pengawasan dan konsultasi II, seksi pengawasan dan konsultasi II, seksi pengawasan dan konsultasi III, masing-masing mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak, bimbingan/himbauan kepada wajib pajak/konsultasi dan konsultasi teknis perpajakan, penyusun profil wajib pajak, analisis kinerja wajib pajak, melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi dan melakukan evaluasi hasil banding.

8) Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan Jabatan Fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari Supervisior, Anggota Tim.KPP Pratama Lubuk Pakam mempunyai 2 kelompok fungsional sesuai dengan bidang keahliannya.Setiap kelompok tersebut dikoordinasikan oleh pejabat fungsional tersebut yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah, atau Kepala KPP yang bersangkutan.Jumlah Jabatan Fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.


(32)

BAB III

GAMBARAN DATA PENYULUHAN PAJAK

A.Pengertian Pajak

Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang sangat penting, disamping minyak dan bumi.Hal ini dapat dilihat dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).Bahwasanya setiap tahun, pajak merupakan sumber penghasilan yang besar bagi pemerintah. Banyak ahli dibidang perpajakan yang memberikan pengertian atau definisi yang berbeda-beda mengenai perpajakan, namun demikian definisi tersebut mempunyai inti atau tujuan yang sama.

Menurut Andriani dalam Kurniawan (2012) : Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang oleh wajib pajak yang membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapatkan prestasi kembali secara langsung dan dapat ditunjuk dan digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. Sedangkan Menurut Rachmat Soemitro dalam Kurniawan (2012) : Pajak adalah iuran kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbale balik (kontrapretasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran-pengeluaran umum Negara.

Menurut Djadiningrat dalam Kurniawan (2012) : Pajak adalah suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari pada kekayaan kepada kas Negara disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tapi bukan sebagai hukuman


(33)

menurut peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan tapi tidak ada jasa balik dari Negara secara langsung, namun untuk kesejahteraan umum. Sedangkan Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007, Pajak adalah kontribusi wajib yang terhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa pajak memiliki unsur : a) Iuran dari rakyat kepada Negara

Yang berhak memungut pajak adalah Negara.Iuran tersebut berupa uang dan bukan barang. b) Berdasarkan undang-undang

Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya, pajak dipungut berdasarkan atau dengan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.

c) Tanpa kontraprestasi secara langsung dari Negara

Dalam pembayaran pajak, masyarakat tidak langsung mendapatkan jasa timbale balik secara langsung dari Negara.

d) Digunakan untuk membiayai Rumah Tangga Negara

Yaitu pengeluaran umum dan pengeluaran rutin yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

B. Pembagian dan Pengolahan Pajak Pajak dapat dibagi menjadi tiga, yaitu : 1) Menurut Golongannya

a) Pajak langsung adalah pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan oleh orang lain. Contoh; Pajak Penghasilan (PPh)


(34)

b) Pajak tidak langsung adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan kepihak lain. Contoh; Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

2) Menurut Sifat

a) Pajak Subyektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subyeknya dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak yang bersangkutan. Contohnya; Pajak Penghasilan (PPh)

b) Pajak Obyektif adalah pajak yang berpangkal pada obyeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak yang bersangkutan. Contohnya; PPN, PPnBM, dan PBB.

3) Menurut Lembaga Pemungutnya

a) Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai Rumah Tangga Negara. Contoh; Pajak Penghasilan (PPh)

b) Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk Rumah Tangga Daerah. Contoh; Pajak Reklame, Pajak Hiburan.

C. Sistem Pemungutan Pajak

Sistem Pemungutan Pajak dapat dibagi menjadi : 1) Official Assessment System

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang.

Ciri-ciri Official Assessment System :

a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada fiskus b) Wajib pajak bersifat pasif


(35)

2) Self Assessment System

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang member wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.

3) Witholding System

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang member wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak terutang oleh wajib pajak.

D.Pengertian Penyuluhan Perpajakan

Penyuluhan pajak kepada masyarakat Indonesia yang jumlah penduduknya sekitar 200 juta jiwa, jelaslah merupakan tugas penting.Tujuan bukan saja untuk meningkatkan jumlah wajib pajak dan penerimaan pajak dari tahun ke tahun, tetapi yang terutama adalah meningkatkan kesadaran membayar pajak dikalangan masyarakat agar pajak yang dibayarkan sesuai dengan tuntutan masyarakat terhadap pembangunan ekonomi pada khususnya dan pembangunan nasional pada umumnya.

Upaya penyadaran ini menjadi begitu penting, mengingat bahwa sistem perpajakan nasional yang berlaku saat ini system self assessment yaitu wajib pajak diberi kepercayaan untuk begitu besarnya kiranya hanya akan menimbulkan anarki, tanpa ada upaya yang sesungguhnya untuk penyadaran. Disinilah pentingnya Penyuluhan Perpajakan serta kehadiran penyuluhan pajak.

Penyuluhan Perpajakan adalah kegiatan memberikan informasi bimbingan, dan sosialisasi tentang peraturan perundang-undangan perpajakan kepada masyarakat secara umum pada khususnya masyarakat wajib pajak, dengan harapan masyarakat menjadi paham dan sadar


(36)

akan kewajiban dan hak sebagai wajib pajak. Penyuluhan perpajakan juga sebagai penyampaian informasi, konsultasi, dan bimbingan perpajakan secara berkesinambungan kepada masyarakat guna meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemampuan anggota masyarakat untuk memperoleh hak dan melaksanakan kewajiban perpajakannya.

Dalam Pola Dasar Penyuluhan Perpajakan (2013:4) yaitu merupakan suatu pertalian timbale balik antara individu dimana seseorang membantu yang lain, supaya dapat memahami lebih baik dalam hubungannya dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan dating. Pola Dasar Penyuluhan Perpajakan (2013:5) yaitu merupakan dalam dunia pendidikan penyuluhan diartikan sebagai usaha pendidik untuk membantu mahasiswa dalam mengatasi kesulitan disekolah maupun diluar sekolah. Dibidang pertanian penyuluhan dilaksanakan untuk menciptakan perubahan cara berfikir, sikap dan tindakan para petani sehingga tercapai usaha berproduksi yang lebih baik.

Dari pengertian tersebut diatas terlihat bahwa kegiatan penyuluhan merupakan suatu proses timbal balik yang berkesinambungan dan dilaksanakan oleh orang, badan yang mempunyai klasifikasi tertentu dengan maksud untuk mempengaruhi dan membantu orang lain dalam mengatasi kesulitannya. Masyarakat selama ini mempunyai citra yang negative terhadap pajak yang diwarisi dari konsep jaman kolonial, maka penyuluhan pajak harus mampu memperkenalkan nilai-niali baru dan mengajak masyarakat menggantikan nilai-nilainya yang tidak sesuai dengan nilai-nilai baru yang ingin ditanamkan yaitu kesadaran masyarakat membayar pajak.Mengingat beratnya beban yang diemban, maka menjadi penyuluh pajak tidak cukup hanya berbekal kemampuan teknis perpajakan semata-mata, namun juga perlu ditunjang dengan berbagai macam pengetahuan dan keterampilan agar materi yang disuluhkan dapat diterima oleh pihak yang disuluh secara efektif.


(37)

Untuk dapat menjalankan tugasnya dengan baik, seorang penyuluh harus menguasai materi penyuluhan, memahami proses pembentukan pendapat, memahami proses belajar, memahami proses tumbuhnya motivasi dan demotivasi, serta menguasai teknik-teknik komunikasi, khususnya komunikasi tatap muka (presentase). Sehingga hasil akhir dari tugas penyuluh pajak adalah perubahan sikap hidup masyarakat terhadap perpajakan.

Jadi hanya seseorang yang mempunyai kualitas yang ditunjuk dan diangkat sebagai penyuluh dalam arti petugas penyuluh yang bertenaga professional.Petugas penyuluh fungsional ini dibutuhkan agar dapat dilaksanakan secara professional, sehingga tujuan penyuluhan melalui konsultasi dan bimbingan dapat tercapai dengan baik yang akhirnya dapat meningkatkan penerimaan pajak karena masyarakat menjadi sadar dan mau melaksanakan kewajiban perpajakannya.

E.Kegiatan Penyuluhan

Kegiatan penyuluhan langsung tetap dilakukan secara terus menerus dengan skala prioritas sesuai dengan analisis rencana penyulu pajak terhadap wajib pajak : badan, orang pribadi, dan pemotong/pemungut pajak. Untuk mencapai keberhasilan dalam penyuluhan perlu didukung dengan beberapa kegiatan yang telah dipersiapkan dengan baik. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam mempunyai beberapa kegiatan yang telah dirancang dengan baik melalui kegiatan :

1) Penyuluhan Langsung

Adapun prioritas sasaran penyuluhan terutama mengenai :

a) SPT Tahunan Pajak Penghasilan : wajib pajak badan, orang pribadi, PPh pasal 21 b) Penyuluhan kepada wajib pajak baru terutang hak dan kewajiban perpajakan


(38)

c) Penyuluhan terhadap wajib pajak koperasi

d) Penyuluhan terhadap wajib pajak penunggak terbesar

e) Penyuluhan terhadap perusahaan pelayaran/pengangkutan jasa laut f) Pemotong/pemungut pajak orang para bendaharawan

g) Penyuluhan terhadap pengusaha took mas h) Penyuluhan terhadap pengusaha rumah makan

i) Serta kegiatan penyuluhan atas perintah/petunjuk Kepala KPP maupun Kepala Kantor Wilayah.

2) Penyuluhan Tidak Langsung

a) Pemasangan spanduk pelaporan/pembayaran SPT dilokasi yang strategis serta pemasangan papan reklame terutama berupa slogan atau ajakan untuk peduli pajak

b) Pembuatan kotak penyedia Leafet, brosur, kartu selebaran atau yang sejenisnya

c) Penyampaian informasi peraturan perpajakan baru melalui surat tertulis terhadap wajib pajak yang tekait dengan ketentuan baru tersebut

d) Kampanye atau iklan perpajakan melalui radio 3) Kegiatan Pelayanan Konsultasi

a) Kegiatan pelayanan konsultasi perpajakan terhadap wajib pajak yang dating

b) Menindaklanjuti dengan segera setiap permintaan penjelasan secara tertulis melalui surat


(39)

F. Sasaran Penyuluhan

Yang menjadi sasaran penyuluhan pajak pada dasarnya adalah seluruh lapisan anggota masyarakat dengan pertimbangan jangka penyuluhan dilaksanakan secara langsung kepada seluruh anggota masyarakat yang tidak memungkinkan, maka sasaran penyuluhan dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu :

1) Sasaran Utama

Sasaran utam yaitu sasaran yang menjadi tujuan utama dari penyuluhan. Penyuluhan mempersiapkan dan melaksanakan penyuluhan dengan tujuan untuk mempengaruhi secara langsung anggota masyarakat yang disuluh agar mereka mau merubah cara berfikir dan bertingkah laku.

Sasaran utama ini antara lain adalah : a. Masyarakat pada umumnya

Penyuluh diberikan terutama untuk menciptakan iklim dan citra perpajakan yang baik sehingga masyarakat berpandangan positif nantinya terhadap pajak dan dapat menerima kewajiban kenegaraan.

b. Masyarakat Wajib Pajak

Baik yang sudah terdaftar maupun yang belum terdaftar, penyuluhan terhadap golongan ini diberikan terutama untuk membantu dalam pelaksanaan kewajiban perpajakan. Adapun hal-hal pokok yang disuluhkan mengenai prosedur dan tata cara perpajakan, undang-undang perpajakan dan ketentuan pelaksanaannya.


(40)

c. Aparatur Negara

Dapat ditinjau dari 2 aspek yaitu : • Aparatur itu sendiri

• Aparatur yang berhubungan dengan tugas pemungutan pajak d. Lembaga Pendidikan

Dimulai dari tingkat yang paling rendah sampai tingkat yang paling tinggi. Penyuluhan ini diberikan agar sedini mungkin calon wajib pajak dan calon tokoh masyarakat dan calon pimpinan masyarakat yang ada dalam dunia pendidikan sadar akan pentingnya pajak bagi suatu Negara.

2) Sasaran Pendukung

Sasaran pendukung merupakan sasaran yang diharapkan akan dapat memperluas informasi perpajakan tersebut. Yang mana sarana pendukung itu dibagi menjadi 3 bagian yaitu ; a. Konsultasi Pajak

Sebagai mitra kerja Direktorat Jenderal Pajak dalam membina dan menyadarkan wajib pajak.Penyuluhan yang diberikan menyangkut kebijaksanaan umum perpajakan ketentuan perundang-undangan pajak dan ketentuan pelaksanaannya.

b. Instansi Pemerintahan

Penyuluhan diberikan agar pejabat tersebut melakukan usaha-usaha agar masyarakat dilingkungannya menyadari kewajiban perpajakannya.

c. Lembaga kemasyarakatan, tokoh masyarakat, tokoh agama, cendikiawan dan lain sebagainya.


(41)

G. Tujuan Penyuluhan

Menurut Direktorat Jenderal Pajak tujuan penyuluhan untuk :

1) Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya peranan pajak bagi suatu Negara tersebut mampu melaksanakan pembangunan nasionalnya untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.

2) Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai hak dan kewajiban perpajakan tersebut merupakan kewajiban kenegaraan

3) Meningkatkan kemauan untuk memperoleh hak dan melaksanakan kewajiban perpajakan 4) Meningkatkan kepatuhan wajib pajak termasuk memungut pajak dan para bendaharawan

yang ditunjuk dan diberi tanggung jawab untuk memungut dan menyetor pajak tersebut 5) Mendorong keikutsertaan suatu lembaga pemerintahan dan lembaga kemasyarakatan (non

pemerintah) agar turut pelaksanaan pemungutan pajak yang baru 6) Memperbaiki dan memelihara citra perpajakan.

H. Metode Penyuluhan

Metode penyuluhan merupakan teknik-teknik, cara-cara yang digunakan oleh petugas penyuluhan dalam rangka memberikan penyuluhan kepada masyarakat.

Secara umum ada dua jenis penyuluhan yaitu : 1) Metode Informatif

Metode informatif adalah suatu metode dimana penyuluh secara aktif berperan serta dimana komunikasi yang dilaksanakan secara satu arah.Yang termasuk dalam metode ini dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu metode langsung dan metode tidak langsung.


(42)

2) Metode Partisipasif

Metode ini merupakan salah satu yang melibatkan para peserta penyuluhan secara aktif yaitu kesadaran sendiri tanpa ada dorongan dari orang lain atau dari luar. Metode partisipasif dapat diterapkan dalam penyuluhan perpajakan antara lain :

a. Metode Audio-Visual yang dibidang perpajakan dibagi atas 3 bagian, yaitu : • Visual saja, yaitu : gambar, poster dan photo

• Audio, yaitu : penyuluhan melalui radio maupun televise

• Betul-betul Audio-Visual, seperti : sound slide, film, pita video dan lain-lain

Hal ini bertujuan untuk menyajikan materi penyuluhan dengan cara lebih menarik, sehingga dapat dipergunakan penyuluhan bagi anggota masyarakat yang masih awam dalam masalah perpajakan.

b. Penyuluhan yang sering dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak diantaranya adalah dengan mengadakan seminar-seminar, konferensi pers, simulasi dan lain-lain.

c. Metode studi kasus adalah suatu metode penyuluhan perpajakan dengan cara menyampaikan kepada peserta suatu iuran yang lengkap tentang suatu masalah untuk dianalisis, diolah dan dipecahkan bersama.

d. Metode konsultasi adalah suatu metode dimana masyarakat wajib pajak mempunyai masalah perpajakan dan kemudian mendatangi atau menelepon langsung kekantor Pelayanan Pajak Pratama untuk meminta penjelasan langsung yang diberikan penyuluh kepada perorangan mengenai masalah perpajakan yang dihadapi.


(43)

Keuntungan metode ini adalah :

• Membuat penyuluhan menjadi realitas, sebab konsultasi ini berdasarkan masalah perpajakan.

• Metode ini langsung mencapai sasaran karena tidak bersifat umum dan langsung dimanfaatkan oleh anggota masyarakat wajib pajak tersebut.

Dari beberapa metode yang dijelaskan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode berdasarkan cara penyampaian terdiri dari dua bagian, yaitu :

 Metode langsung dimana penyuluh langsung berhadapan dengan sasaran baik secara perorangan maupun kelompok itu yang bersifat tatap muka. Contoh : ceramah

 Metode tidak langsung yaitu penyuluh secara pribadi tidak berhadapan langsung dengan sasaran, namun melalui media. Contoh : media cetak (surat kabar, majalah dan lain-lain) dan media elektronik (televise, radio dan lain-lain).

I. Materi Penyuluhan

Dalam pelaksanaan penyuluhan perpajakan perlu mengadakan pemilihan materi penyuluhan dengan memperhatikan tingkat pendidikan dan umur peserta penyuluhan.Contoh jika memberikan bantuan penyuluhan mengenai ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi oleh wajib pajak dalam membayar PBB-nya serta hal-hal yang relevan dengan PBB. Materi-materi yang harus disampaikan dalam penyuluhan PBB antara lain pengertian PBB terutang, dan cara mengajukan pengurangan atau keberatan.


(44)

Sosialisai penyuluhan tahun 2013 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam per Januari-Mei :

1. Januari Kampanye SPT Tahunan

2. Februari Kampanye simpatik SPT Tahunan Mobil pajak keliling

3. Maret Sosialisasi SPT Tahunan Orang Pribadi bagi karyawan 4. April Mobil pajak keliling

5. Mei Pajak Bumi dan Bangunan


(45)

BAB IV

ANALISA dan EVALUASI

A. Gambaran Penyuluhan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

Peningkatan kegiatan penyuluhan perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan pemenuhan kewajiban perpajakannya.Apabila kegiatan penyuluhan tidak dilaksanakan lebih optimal bias membawa dampak terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak. Berhasil tidaknya suatu penyuluh sangat ditentukan petugas penyuluh sebab merekalah yang menjadi sumber informasi utama tentang hal-hal yang menjadi materi penyuluhan bagi masyarakat sebagai subjek pajak sekaligus objek pajak penyuluhan.Untuk itu kuantitas dan kualitas petugas penyuluh perlu disesuaikan dengan kuantitas peserta penyuluhan.

Kualitas petugas penyuluhan harus betul-betul professional dalam arti mampu memahami, menguasai, dan menyampaikan materi penyuluhan dengan metode atau cara yang mudah diterima para peserta penyuluh. Petugas penyuluhan juga dipandang perlu menyesuaikan diri dengan kebiasaan masyarakat yang disuluh, sehingga lebih mudah berinteraksi dengan peserta penyuluhan. Didalam penyuluhan perpajakan terdapat berbagai metode penyuluhan, penyuluh dapat memilih metode yang ingin digunakan, sehingga penyuluhan dapat berdaya guna dan berhasil guna, maka perlu metode yang disesuaikan dengan sasaran penyuluhan tingkat penyuluhan dan jumlah peserta penyuluh, serta faktor-faktor lainnya.


(46)

Khususnya untuk penyuluhan perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam menggunakan metode dalam mengadakan penyuluhan, yaitu :

a. Metode Informatif

Yang dimaksud dengan metode informatif adalah uraian secara ringkas dari suatu bidang perpajakan yang disajikan atau dirancang secara menarik, namun dapat member informasi-informasi yang jelas dan lengkap mengenai perpajakan tersebut. Metode ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu :

1) Metode langsung

Dalam metode ini masyarakat wajib pajak yang mempunyai masalah, dating dan langsung menanyakan kepada penyuluh tentang masalah perpajakannya dan penyuluh langsung menyampaikan penyuluhan perpajakan terhadap wajib pajak yang meminta penjelasan tersebut.Dalam metode ini wajib pajak dapat juga berkonsultasi melalui telepon, atau berhadapan langsung dengan penyuluh baik secara perorangan maupun kelompok yang bersifat tatap muka.

2) Metode Tidak Langsung

Dalam metode ini penyuluh secara pribadi tidak berhadapan langsung dengan wajib pajak, namun melalui media.Contoh : surat, radio, televisi, dan lainnya.

b. Metode Audio-Visual

Metode Audio-Visual dibidang penyuluhan perpajakan merupakan metode dengan menggunakan media Audio-Visual. Metode Audio-Visual ini dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu :

• Visual saja, yaitu gambar, foster, dan foto • Audio, yaitu radio, televisi


(47)

• Betul-betul Audio-Visual, seperti sound slide, film dan pita video.

c. Mobil Keliling adalah mobil yang khusus disediakan untuk penyuluhan, yang setiap bulannya didatangkan ke daerah tertentu digunakan untuk memeberikan pelayanan dalam hal pengurusan NPWP dan memasukkan Surat Pemberitahuan (SPT)

d. Penyususnan Paper/makalah/bulletin

Kegiatan ini dilakukan untuk penyampaian informasi peraturan perpajakan baru melalui surat tertulis terhadap wajib pajak yang terkait dengan ketentuan baru tersebut.

Dari metode diatas dapat diuraikan bahwa metode penyuluhan merupakan cara yang digunakan untuk member informasi kepada peserta pembayar pajak atau wajib pajak agar mereka mendapat pengetahuan, keterampilan serta kesadaran atau kewajiban perpajakannya. Tujuan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam memberikan berbagai penyuluhan kepada peserta penyuluhan adalah, agar dapat meningkatkan kesadaran wajib pajak akan tanggung jawabnya untuk membayar pajak. Akan tetapi tujuan tersebut tidak akan tercapai apabila penyuluhan kurang memberikan variasi mengenai pembahasan tentang masalah perpajakan melalui metode yang disampaikan.

Dari beberapa metode yang disampaikan pada penyuluhan perpajakan maka boleh dikatakan bahwa metode audio-visual dari sudut penyampaian masih kurang frekuensinya dengan pertimbangan bahwa apabila tidak ada peningkatan frekuensi penyuluhan dalam bentuk audio-visual maka ada kemungkinan masyarakat wajib pajak tidak dapat menerima penjelasan perpajakan secara merata dan menyeluruh.


(48)

Jika metode penyuluhan dibuat dan dirancang hanya kepada sasaran penyuluhan yang sudah ditentukan padahalidealnya dilaksanakan terhadap semua lapisan masyarakat wajib pajak maka wajib pajak kurang dapat menerima citra positif terhadap wajib pajak.

Bertitik tolak dari penjelasan diatas, maka dapat diambil kesimpulan dari penganalisaan tentang metode penyuluhan sebagai berikut :

1. Teknik penyampaian kurang ada selingan secara hiburan sehingga dapat menimbulkan rasa bosan dari peserta penyuluhan pajak. Untuk menghindari adanya kemungkinan kurang tertarik terhadap metode yang disajikan dapat dibuat suatu acara simulasi pajak melalui perpajakan dengan acara permainan.

2. Metode penyuluhan audio-visual dan media massa kurang ditingkatkan frekuensinya sehingga tidak dapat menjangkau semua lapisan masyarakat wajib pajak sementara tenaga penyuluh jumlahnya kurang memadai

3. Sasaran penyuluhan perpajakan melalui metode yang disampaikan selama ini di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam kurang meluas sehingga tingkat kesadaran wajib pajak terhadap pajak kemungkinan tidak dapat meningkat karena tidak tercover seluruh masyarakat baik masyarakat awam, masyarakat wajib pajak yang sudah terdaftar maupun yang belum dan dunia pendidikan sebagai sasaran utama penyuluhan.

B. Materi Yang Diberikan Belum Dapat Dipahami Oleh Masyarakat

Pada dasarnya meteri penyuluhan perpajakan dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu : • Pengetahuan dasar perpajakan


(49)

• Undang-Undang perpajakan

• Kebijaksanaan perpajakan yang terakhir

Isi pelajaran dari materi penyuluhan biasanya telah disusun dalam suatu program atau kurikulum kepada para peserta selama berlangsungnya proses penyuluhan. Isi dari materi tersebut disesuaikan dengan tingkat pengetahuan dan umur mereka pada saat diadakan penyuluhan. Dilihat dari banyaknya materi yang akan dibahas di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam belum disesuaikan dengan porsi waktu, teori dan porsi praktik. Maksudnya materi yang akan diberikan terhadap peserta penyuluhan menurut waktu yang ditentukan, kurang seimbang antara teori dan praktik. Sehingga peserta penyuluhan kurang menangkap dengan jelas seluruh materi yang disajikan selama penyuluhan dan dapat dikatakan bahwa seluruh materi yang diperoleh sewaktu mengikuti penyuluhan pajak belum dapat mengurangi kesulitan yang dihadapi peserta. Dan bila materi yang disampaikan dalam suasana pembaruan materi pajak dalam pembangunan dan mengalokasikan dana pajak secara rinci, maka akan dapat menimbulkan kepercayaan terhadap masyarakat dan kemungkinan dapat menghilangkan kecurigaan wajib pajak terhadap pajak.

1. Sasaran Penyuluhan

Sasaran kegiatan penyuluhan juga ikut berperan dalam mendukung peningkatan kegiatan penyuluhan secara lebih optimal. Untuk penyuluhan diperlukan sarana yang memadai yaitu fasilitas atau alat-alat segala perlengkapan yang mendukung bagi kelancaran proses penyuluhan, ini berupa formulir perpajakan, brosur, leaflet perpajakan. Disamping itu harus ada papan


(50)

petunjuk mengenai jenis pelayanan, persyaratan, jangka waktu (tanggal jatuh tempo), dan nama petugas yang member pelayanan.

Prasarana berupa pengaturan tempat parker baik, ruang tunggu yang nyaman, tersedia toilet yang bersih, dan kotak saran untuk menerima kritik-kritik dan saran wajib pajak.Mobil penyuluhan juga sangat diperlukan untuk menginformasikan kepada masyarakat kapan diadakan penyuluhan, menyebarkan selebaran-selebaran mengenai perpajakan dan lain-lain yang berhubungan dengan masyarakat.Sebagaimana hasil pengamatan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam bahwa sarana-saran tersebut diatas pada dasarnya sudah dilengkapi semua oleh Departemen Keuangan. Hanya saja sarana yang tersedia tersebut belum dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh petugas penyuluhan dalam memberikan penyuluhan sehingga menyebabkan para peserta kurang memahami bahan yang diberikan dan mereka belum bias melihat langsung bagaimana masalah yang mereka hadapi dipecahkan dan dapat pula menyebabkan terciptanya suasana yang kurang bersemangat dalam mengikuti penyuluhan.

Sarana penyuluhanselama ini kurang dapat memotivasi peserta penyuluhan dalam memberikan tanggapannya terhadap masalah yang dihadapi sewaktu mengikuti penyuluhan perpajakan.Disamping itu sarana yang kiranya belum dapat menimbulkan wajib pajak untuk lebih giat belajar mengenai perpajakan. Ini disebabkan kurangnya tingkat komunikasi yang dimiliki petugas dalam penyampaian dan pemecahan permasalahan, juga kurang kesadaran para petugas dalam menggunakan saran-sarana yang tersedia tersebut.

Selanjutnya dapat ditambahkan pula mengenai frekuensi penggunaan fasilitas yang tersedia berupa mobil-mobil pajak untuk menyebarkan brosur-brosur dan buku-buku perpajakan kepada masyarakat yang menjadi sarana penyuluh di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam


(51)

dalam penyuluhan, penggunaannya ada kemungkinan dapat membantu kelancaran proses penyuluhan perpajakan, akan tetapi hal tersebut jarang sekali dilakukan.

2. Tenaga Penyuluh

Kegiatan penyuluhan hanya dapat dilakukan secara lebih optimal jika tersedia jumlah tenaga penyuluh terampil yaitu tenaga penyuluh yang memiliki pengetahuan perpajakan yang cukup, menguasai komputer sehingga mampu mengolah bahan penyuluhan yang akan ditampilkan serta mempunyai kemauan dalam menyampaikan penyajian dihadapan umum.

Pelaksanaan penyuluhan dilakukan oleh Account Representative / petugas yang ditunjuk yang mempunyai tugas melakukan penyuluhan dan pelayanan konsultasi dibidang perpajakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tugas Account Representative (AR) adalah melaksanakan tugas-tugas teknis pada Seksi Waskon I, seperti :

a) Memberikan penjelasan tentang kegiatan Administrasi Perpajakan yang harus dipenuhi wajib pajak

b) Menjadi tempat konsultasi dan konseling para wajib pajak

c) Membuat surat-surat, seperti surat teguran, surat ucapan terima kasih, surat pemberitahuan kepada wajib pajak dan lain-lain

d) Memeriksa SPT yang disampaikan wajib pajak

e) Mendisposisikan surat-surat, seperti surat masuk dan surat keluar

f) Memberikan arahan kepada wajib pajak untuk menghitung pajak dan mengisi SPT g) Membuat data base wajib pajak


(52)

Tenaga penyuluh yang mampu yaitu orang yang ditugaskan untuk memberikan informasi kepada peserta dalam proses penyuluhan kepada sasaran yang ingin dicapai. Tenaga penyuluh yang mengikuti pendidikan secara khusus secara bertahap dari segi kuantitas kurang memadai, disamping itu kurang memiliki teknik komunikasi yang dapat menyesuaikan diri dengan komunikasi yang dihadapi.Untuk merekrut tenaga penyuluh yang lebih professional lagi, baik dalam penguasaan materi, teknik penyampaian haruslah diambil orang-orang yang benar ahli dalam hal itu.Sebab tenaga penyuluh mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi perpajakan.


(53)

BAB V

KESIMPULAN dan SARAN

A. KESIMPULAN

Dari uraian diatas yang telah dijabarkan maka penulis dapat mengmbil kesimpulan sebagai berikut :

1. Keberhasilan pelaksanaan penyuluhan tidak hanya ditentukan fiskus selaku aparat penyuluhan, tetapi yang terpenting lagi adalah sikap proaktif dari masyarakat dalam penyuluhan

2. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam mengadakan analisa terhadap data yang diperoleh guna mengkaji permasalahan yang timbul dan mencari alternatif pemecahan, maka sistem penyuluhan pajak yang terarah dan terprogram dapat meningkatkan jumlah wajib pajak

3. Demi suksesnya suatu penyuluhan maka kualitas dan kuantitas penyuluhan sangat menentukan, disamping materi penyuluhan harus tepat, sarana penyuluhan yang lengkap dan metode penyuluhan juga harus tepat

4. Pemanfaatan media informasi di luar jajaran Direktorat Jenderal Pajak yang jangkauannya sangat luas seperti media televisi, radio dan lain-lain sangat menentukan optimalnya penyuluhan yang dilakukan fiskus

5. Penyuluhan berperan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pajak bagi suatu Negara, untuk mampu melaksanakan pembangunan nasionalnya untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.


(54)

B. SARAN

1. Perlunya variasi penyuluhan dan metode yang ada dengan membuat selingan secara hiburan yang dapat menghilangkan rasa bosan dari peserta yang mengikuti penyuluhan

2. Sebaiknya porsi materi perpajakan disesuaikan dengan frekuensi waktu, disamping itu dalam penyampaian materi ada baiknya disampaikan tentang materi penyuluhan yang ada hubungannya dengan peran dalam pembangunan dan pengalokasiannya karena untuk memberikan kepercayaan kepada wajib pajak dan dapat menghilangkan kecurigaan wajib pajak terhadap pajak

3. Sarana penyuluhan seharusnya dapat memotivasi peserta penyuluhan dalam memberikan tanggapan permasalahan yang dihadapi sewaktu mengikuti penyuluhan, frekuensi penggunaan fasilitas yang tersedia dalam penyuluhan diharapkanpenggunaannya dapat membantu kelancaran proses penyuluhan perpajakan sehingga pajak dapat memasyarakat di hati wajib pajak

4. Kiprah konsultan pajak seharusnya mengarahkan perannya sebagai mediator untuk ikut menumbuhkan kesadaran wajib pajak bukan hanya berperan sebagai negosiator

5. Hendaknya penyuluhan dapat menjangkau semua lapisan masyarakat wajib pajak yang variatif dengan mayoritas berlatarbelakang pendidikan menengah.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Kurniawan, Anang, 2012, Dasar-Dasar Perpajakan, Edisi Kedua, Media Indonesia, Jakarta Mardiasmo, 2011, Perpajakan, Edisi Revisi 2011, Andi, Yogyakarta

Resmi, Siti, 2011, Perpajakan Teori dan Kasus, Edisi Enam, Salemba Empat, Jakarta Suandy, Erly, 2011, Hukum Pajak, Edisi Lima, Salemba Empat, Jakarta

Waluyo, 2011, Perpajakan Indonesia, Edisi 11, Salemba Empat, Jakarta

Direktorat Jenderal Pajak, 2013, Pola Dasar Penyuluhan Perpajakan

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan Surat Edaran Direktorat Jendral Pajak, 2011, Tentang Penyuluhan Perpajakan Indonesia


(1)

petunjuk mengenai jenis pelayanan, persyaratan, jangka waktu (tanggal jatuh tempo), dan nama petugas yang member pelayanan.

Prasarana berupa pengaturan tempat parker baik, ruang tunggu yang nyaman, tersedia toilet yang bersih, dan kotak saran untuk menerima kritik-kritik dan saran wajib pajak.Mobil penyuluhan juga sangat diperlukan untuk menginformasikan kepada masyarakat kapan diadakan penyuluhan, menyebarkan selebaran-selebaran mengenai perpajakan dan lain-lain yang berhubungan dengan masyarakat.Sebagaimana hasil pengamatan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam bahwa sarana-saran tersebut diatas pada dasarnya sudah dilengkapi semua oleh Departemen Keuangan. Hanya saja sarana yang tersedia tersebut belum dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh petugas penyuluhan dalam memberikan penyuluhan sehingga menyebabkan para peserta kurang memahami bahan yang diberikan dan mereka belum bias melihat langsung bagaimana masalah yang mereka hadapi dipecahkan dan dapat pula menyebabkan terciptanya suasana yang kurang bersemangat dalam mengikuti penyuluhan.

Sarana penyuluhanselama ini kurang dapat memotivasi peserta penyuluhan dalam memberikan tanggapannya terhadap masalah yang dihadapi sewaktu mengikuti penyuluhan perpajakan.Disamping itu sarana yang kiranya belum dapat menimbulkan wajib pajak untuk lebih giat belajar mengenai perpajakan. Ini disebabkan kurangnya tingkat komunikasi yang dimiliki petugas dalam penyampaian dan pemecahan permasalahan, juga kurang kesadaran para petugas dalam menggunakan saran-sarana yang tersedia tersebut.

Selanjutnya dapat ditambahkan pula mengenai frekuensi penggunaan fasilitas yang tersedia berupa mobil-mobil pajak untuk menyebarkan brosur-brosur dan buku-buku perpajakan kepada masyarakat yang menjadi sarana penyuluh di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam


(2)

dalam penyuluhan, penggunaannya ada kemungkinan dapat membantu kelancaran proses penyuluhan perpajakan, akan tetapi hal tersebut jarang sekali dilakukan.

2. Tenaga Penyuluh

Kegiatan penyuluhan hanya dapat dilakukan secara lebih optimal jika tersedia jumlah tenaga penyuluh terampil yaitu tenaga penyuluh yang memiliki pengetahuan perpajakan yang cukup, menguasai komputer sehingga mampu mengolah bahan penyuluhan yang akan ditampilkan serta mempunyai kemauan dalam menyampaikan penyajian dihadapan umum.

Pelaksanaan penyuluhan dilakukan oleh Account Representative / petugas yang ditunjuk yang mempunyai tugas melakukan penyuluhan dan pelayanan konsultasi dibidang perpajakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tugas Account Representative (AR) adalah melaksanakan tugas-tugas teknis pada Seksi Waskon I, seperti :

a) Memberikan penjelasan tentang kegiatan Administrasi Perpajakan yang harus dipenuhi wajib pajak

b) Menjadi tempat konsultasi dan konseling para wajib pajak

c) Membuat surat-surat, seperti surat teguran, surat ucapan terima kasih, surat pemberitahuan kepada wajib pajak dan lain-lain

d) Memeriksa SPT yang disampaikan wajib pajak

e) Mendisposisikan surat-surat, seperti surat masuk dan surat keluar

f) Memberikan arahan kepada wajib pajak untuk menghitung pajak dan mengisi SPT g) Membuat data base wajib pajak


(3)

Tenaga penyuluh yang mampu yaitu orang yang ditugaskan untuk memberikan informasi kepada peserta dalam proses penyuluhan kepada sasaran yang ingin dicapai. Tenaga penyuluh yang mengikuti pendidikan secara khusus secara bertahap dari segi kuantitas kurang memadai, disamping itu kurang memiliki teknik komunikasi yang dapat menyesuaikan diri dengan komunikasi yang dihadapi.Untuk merekrut tenaga penyuluh yang lebih professional lagi, baik dalam penguasaan materi, teknik penyampaian haruslah diambil orang-orang yang benar ahli dalam hal itu.Sebab tenaga penyuluh mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi perpajakan.


(4)

BAB V

KESIMPULAN dan SARAN

A. KESIMPULAN

Dari uraian diatas yang telah dijabarkan maka penulis dapat mengmbil kesimpulan sebagai berikut :

1. Keberhasilan pelaksanaan penyuluhan tidak hanya ditentukan fiskus selaku aparat penyuluhan, tetapi yang terpenting lagi adalah sikap proaktif dari masyarakat dalam penyuluhan

2. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam mengadakan analisa terhadap data yang diperoleh guna mengkaji permasalahan yang timbul dan mencari alternatif pemecahan, maka sistem penyuluhan pajak yang terarah dan terprogram dapat meningkatkan jumlah wajib pajak

3. Demi suksesnya suatu penyuluhan maka kualitas dan kuantitas penyuluhan sangat menentukan, disamping materi penyuluhan harus tepat, sarana penyuluhan yang lengkap dan metode penyuluhan juga harus tepat

4. Pemanfaatan media informasi di luar jajaran Direktorat Jenderal Pajak yang jangkauannya sangat luas seperti media televisi, radio dan lain-lain sangat menentukan optimalnya penyuluhan yang dilakukan fiskus

5. Penyuluhan berperan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pajak bagi suatu Negara, untuk mampu melaksanakan pembangunan nasionalnya untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.


(5)

B. SARAN

1. Perlunya variasi penyuluhan dan metode yang ada dengan membuat selingan secara hiburan yang dapat menghilangkan rasa bosan dari peserta yang mengikuti penyuluhan

2. Sebaiknya porsi materi perpajakan disesuaikan dengan frekuensi waktu, disamping itu dalam penyampaian materi ada baiknya disampaikan tentang materi penyuluhan yang ada hubungannya dengan peran dalam pembangunan dan pengalokasiannya karena untuk memberikan kepercayaan kepada wajib pajak dan dapat menghilangkan kecurigaan wajib pajak terhadap pajak

3. Sarana penyuluhan seharusnya dapat memotivasi peserta penyuluhan dalam memberikan tanggapan permasalahan yang dihadapi sewaktu mengikuti penyuluhan, frekuensi penggunaan fasilitas yang tersedia dalam penyuluhan diharapkanpenggunaannya dapat membantu kelancaran proses penyuluhan perpajakan sehingga pajak dapat memasyarakat di hati wajib pajak

4. Kiprah konsultan pajak seharusnya mengarahkan perannya sebagai mediator untuk ikut menumbuhkan kesadaran wajib pajak bukan hanya berperan sebagai negosiator

5. Hendaknya penyuluhan dapat menjangkau semua lapisan masyarakat wajib pajak yang variatif dengan mayoritas berlatarbelakang pendidikan menengah.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Kurniawan, Anang, 2012, Dasar-Dasar Perpajakan, Edisi Kedua, Media Indonesia, Jakarta Mardiasmo, 2011, Perpajakan, Edisi Revisi 2011, Andi, Yogyakarta

Resmi, Siti, 2011, Perpajakan Teori dan Kasus, Edisi Enam, Salemba Empat, Jakarta Suandy, Erly, 2011, Hukum Pajak, Edisi Lima, Salemba Empat, Jakarta

Waluyo, 2011, Perpajakan Indonesia, Edisi 11, Salemba Empat, Jakarta

Direktorat Jenderal Pajak, 2013, Pola Dasar Penyuluhan Perpajakan

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan Surat Edaran Direktorat Jendral Pajak, 2011, Tentang Penyuluhan Perpajakan Indonesia