Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Menghitung Dan Melunasi Pajak Penghasilan Pasal 25 / 29 Sesuai Sistem Self Assessment Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM MENGHITUNG DAN MELUNASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 / 29 SESUAI SISTEM

SELF ASSESSMENT DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR

O L E H

Nama : Marina Nainggolan Nim : 092600049

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, hidayah, kesehatan, keselamatan, dan kemudahan sehingga penulis dengan penuh rasa syukur dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini. Penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madia (A.Md). Adapun judul Tugas Akhir ini adalah

“KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM MENGHITUNG DAN MELUNASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 / 29 SESUAI SISTEM SELF ASSESSMENT DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR”.

Penulis masih menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan disebabkan keterbatasan pengalaman dan ilmu pengetahuan yang dimiliki terbatas. Penyusunaan Tugas Akhir ini tidak akan terwujud tanpa adanya bimbingan dari berbagai pihak yang telah begitu banyak membantu, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Orang tua dan seluruh keluarga yang telah banyak membantu baik materi maupun doa selama penulis menimba ilmu di Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan


(3)

3. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si, selaku Ketua Jurusan Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Arlina, SH, M.Hum, selaku Sekretaris Jurusan Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 5. Dra. Februati Trimurni, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

membimbing dan memberi saran penulis dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini.

6. Kepada seluruh Bapak / Ibu dosen Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU yang telah memberikan ilmunya selama penulis menjalani perkuliahan. 7. Abangda Afrizal Pasaribu S.Sos yang telah banyak membantu selama masa

perkuliahan sampai dengan selesainya tugas akhir ini.

8. Kepada Seluruh pegawai FISIP USU penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuannya kepada penulis.

9. Kepada teman saya Raymond Gultom yang memberikan tentang arahan mengenai Tugas Akhir.

10. Kepada seluruh Mahasiswa Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU Khususnya Tax B 2009.

11. Special ucapan terima kasih kepada teman saya Lince Hayati Sitanggang yang ikut serta dalam selesainya Tugas Akhir saya ini.

Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyusunan dan penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini, namun penulis menyadari masih banyak


(4)

kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan Laporan Tugas Akhir ini.

Akhir kata penulis berharap semoga Laporan tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Juli 2012

Penulis


(5)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………i

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ………….………1

B. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ………….…………..5

C. Uraian Teoritis………..………...7

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ………..………15

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM )………...15

F. Metode Pengumpulan Data………..17

G. Sistematika Penulisan Laporan PKLM………18

BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur ………..……….…………. 21

B. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ……….………24


(6)

BAB III : GAMBARAN DATA PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 / 29 DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR

A. Cara Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 25 / 29……….32 B. Jumlah Wajib Pajak dan Jumlah Surat Pemberitahuan Tahunan di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ………...……..36

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI

A. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Melunasi Pajak Penghasilan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur……….………...….40 B. Penyebab Wajib Pajak Tidak Mematuhi Kewajiban Perpajakannya di kantor

Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur………..………42 C. Upaya – Upaya Yang Dilakukan Oleh Aparatur Pajak di Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Medan Timur Demi Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakannya………..….………..45 D. Analisa Mengenai Surat Pemberitahuan Tahunan ( SPT) di Kantor Pelayanan

Pajak Medan Timur ... 46

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………..49


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan yang signifikan bagi negara. Hal ini dikarenakan penerimaan pajak merupakan sumber pendapatan dalam negara terbesar yang dibutuhkan sebagai sumber pembiayaan pembangunan nasional. Untuk mewujudkan cita-cita pembangunan nasional ke arah masyarakat yang adil dan makmur diperlukan peran aktif masyarakat dalam pembiayaan pembangunan yang diwujudkan dalam pembayaran pajak.

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23 ayat (2) diatur tentang kewajiban perpajakan yang berbunyi : “Segala pajak untuk keperluan Negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan”. Jadi, setiap pajak yang dipungut harus berdasarkan Undang-Undang Perpajakan. Dalam hal tersebut keseriusan pemerintah terhadap sektor pajak dapat dilihat dengan seringnya dilakukan pembaharuan-pembaharuan dan perubahan-perubahan terhadap Undang-Undang dan peraturan perpajakan yang kini dinilai tidak sesuai lagi dengan keadaan dan perkembangan ekonomi sekarang.

Perubahan terakhir Undang – Undang perpajakan dilakukan pada tahun 2007 dan 2008 yang menghasilkan UU KUP No. 28 Tahun 2007 yang berlaku mulai tahun


(8)

2008 dan UU PPh No. 36 tahun 2008 yang berlaku mulai tahun 2009. Mengenai masalah dan tata cara angsuran pajak atau cicilan pajak diatur dalam Pasal 25, sedangkan pelunasan kekurangan pembayaran pajak diatur dalam Pasal 29 Undang – Undang No. 36 Tahun 2008 tentang perubahan keempat atas Undang – Undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.

Guna meningkatkan penagihan pajak, maka pemerintah melakukan pembaharuan dalam bidang perpajakan (Tax Reform) yang dilakukan sejak tanggal 1 Januari 1984. Sebelum reformasi perpajakan di Indonesia, sistem pemungutan pajaknya hanya bertumpuh kepada Official Assessment System. Perubahan dilakukan karena sangat lemahnya peraturan dan perundang-undangan sebagai akibat warisan jaman kolonial. Peraturan pajak sebelumnya juga tidak memperhatikan asas serta aspek pemerataan, keadilan, kepastian hukum, dan pertumbuhan ekonomi. Jumlah Wajib Pajak selama 38 tahun Indonesia merdeka hanya 435.517 dan penerimaan pajak pada tahun 1983/1984 sebesar 2,9 Triliyun. Hal-hal inilah yang menjadi dasar reformasi perpajakan dan diberlakukannya sistem pemungutan pajak yang baru yaitu Self Assessment System. Disamping kedua sistem pemungutan tersebut juga berlaku With Holding system.

Dalam pelaksanaannya Official Assessment System mempunyai beberapa kelemahan diantaranya yaitu Wajib Pajak bersifat pasif dikarenakan wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada fiskus, sehingga Wajib Pajak tidak ikut andil dalam penentuan besarnya pajak yang mengakibatkan kecurigaan oleh


(9)

Wajib Pajak terhadap besarnya pajak terutang. Berbanding terbalik dengan Self Assessment System yang member wewenang, kepercayaan dan tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Letak kelemahan sistem pemungutan pajak ini dikarenakan otoritas pajak bersifat pasif dan hanya memberikan penerangan, pengawasan, dan koreksi terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh Wajib Pajak. Salah satu alasan fundamental dari Self Assessment System adalah menghindari kontak langsung antara Wajib Pajak dengan petugas pajak dalam penetapan pajak yang seringkali menimbulkan kongkalikong untuk kepentingan masing-masing yang merugikan Negara.

Usaha untuk mencapai target penerimaan pajak bukanlah pekerjaan yang mudah. Untuk mencapai target tersebut dibutuhkan dedikasi, kerja keras, kesadaran akan hak dan kewajiban serta kedisplinan dari seluruh aparatur perpajakan dibawah Direktorat Jenderal Pajak, dan tidak terlepas dari peran serta Wajib Pajak. Karena dengan Self Assessment System ini Wajib Pajak diberikan tanggung jawab penuh maka aparatur pajak harus lebih giat dalam proses pengawasan terhadap Wajib Pajak dan melakukan upaya-upaya demi meningkatkan kesadaran Wajib Pajak dalam membayar pajak.

Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak sebagai otoritas pajak (fiskus), tidak turut campur dalam penentuan besarnya pajak yang terutang. Oleh karena itu setiap Kantor Pelayanan Pajak harus lebih memperhatikan Wajib Pajak


(10)

yang berada dalam naungannya. Dalam hal peningkatan kepatuhan Wajib Pajak ini Direktorat Jenderal Pajak memberikan prosedur tentang upaya – upaya yang harus dijalankan oleh setiap kantor Pelayanan Pajak. Demi meningkatkan kepatuhan Wajib Pajaknya, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur yang mencakup 3 kecamatan yaitu Kecamatan Medan Tembung, Kecamatan Medan Timur, dan Kecamatan Medan Perjuangan juga menjalankan prosedur yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Upaya – upaya yang dijalankan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur antara lain dengan mengadakan penyuluhan, mengiklankan pajak dengan cara menyiarkan di televisi, memajang spanduk,Walaupun demikian tingkat kepatuhan Wajib Pajak yang berada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur masih sangat rendah. Hampir sama dengan Kantor Pelayanan Pajak yang laininstansi pemerintah yang lain, isntansi pemerintah ini pun terus meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak dengan upaya-upaya yang dimiliki oleh instansi tersebut.Keberhasilan dalam penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ini tidak terlepas dari kinerja aparatur pajak dan Wajib Pajaknya.

Maka dari itu, dengan diadakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) penulis ingin mengetahui tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak, serta peranan dan upaya – upaya yang dilakukan oleh aparatur perpajakan demi meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, sehingga dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini penulis ingin


(11)

mengetahui dan menyampaikan serta melaporkan situasi yang ada pada instansi pemerintah yang bersangkutan khususnya pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur dengan judul sebagai berikut :

“Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Menghitung dan Melunasi Pajak Penghasilan Pasal 25 / 29 Sesuai Sistem Self Assessment di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur”.

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Pengalaman praktik di lapangan yang seraca langsung berhubungan dengan teori- teori yang diterima di bangku perkuliahan, tentunya dapat memberikan tujuan dan manfaat.

Adapun tujuan dari praktik kerja lapangan mandiri adalah :

1. Mengetahui tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam melunasi Pajak Penghasilan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

2. Mengetahui penyebab Wajib Pajak tidak mematuhi kewajiban perpajakannya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

3. Mengetahui upaya – upaya yang dilakukan oleh aparatur pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur demi meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.


(12)

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 2.1Bagi Mahasiswa peserta PKLM :

a. Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah dipelajari di perkuliahan ke dalam permasalahan yang dihadapi di dalam PKLM dan ikut bergabung langsung sekaligus berperan serta kedalam lingkungan kerja.

b. Menumbuhkan dan menciptakan semangat kerja dan profesionalisme, integritas, tanggungjawab, inovatif, etoskerja, yang tinggi serta kedisplinan yang nantinya hal-hal tersebut sangat dibutuhkan ketika memasuki dunia kerja yang sebenarnya.

c. Menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman di bidang perpajakan. d. Mendorong mahasiswa untuk belajar menjadi tenaga ahli yang siap pakai.

2.2Bagi Direktorat Jenderal Pajak

a. Menyediakan sumber ide-ide baru yang dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam mengatasi masalah yang ada.

b. Agar dapat membantu Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur dalam mensosialisasikan tentang caramenghitung dan melunasiPajak Penghasilan Pasal 25/29kepada masyarakat.

c. Meningkatkan kerja sama dengan lembaga pendidikan dalam peningkatan sumber daya manusia.


(13)

2.3Bagi Prodip III Administrasi Perpajakan FISIP USU

a. Membuka interaksi antara universitas dengan instalansi yang bersangkutan dalam memberikan uji nyata mengenai ilmu pengetahuan yang diterima mahasiswa melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

b. Guna meningkatkan profesionalisme dan memperluas wawasan serta memantapkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmuu khususnya di bidang perpajakan.

c. Menjadikan masukan penyempurnaan dan perbaikan kurikulum yang berlaku di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP.

C. Uraian Teoritis 1. Pengertian Pajak

Pengertian pajak berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 pada Pasal 1 Angka 1 disebutkan arti pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Sedangkan banyak ahli yang memberikan pengertian tentang pajak.seperti dalam bukuMr. Dr. N. J. Feldmann yang berjudul De Over heidsmiddelen van indonesia (terjemahan) yang dikutip oleh Waluyo (2005 :


(14)

5 ) : Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada pengusaha (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.

Sedangkan menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. yangdikutip oleh Mardiasmo (2003 : 4 ) : Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Tidak jauh berbeda dengan kedua ahli tersebut Prof. Dr. M. J. H. Smeets pun mengartikan pajak yang tertulis dalam bukunya De Economische Betekis der Belastingen, 1951, yang dikutip oleh Early Suandy (2008 : 4) : Pajak adalah prestasi kepada pemerintahyang terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa ada kalanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal individual; maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

Defenisi diatas lebih memfokuskan pada fungsi penerimaan (budgeter) dari pajak, sedangkan pajak masih mempunyai fungsi lainnya yaitu fungsi mengatur ( regulerend). Oleh karena itu dari defenisi – defenisi tersebut dapat disimpukan bahwa ciri – ciri yang melekat pada defenisi pajak tersebut yaitu pajak peralihan kekayaan dari orang / badan ke Pemerintah, pajak dipungut berdasarkan Undang – Undang serta aturan pelaksanaannya, sehingga dapat


(15)

dipaksakan, serta dalam membayar pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi langsung secara individual yang diberikan oleh Pemerintah.

2. Pajak Penghasilan

2.1 Pengertian Penghasilan

Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak baik berasal dari Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun. Dengan demikian maka penghasilan ini dapat berupa keuntungan usaha, gaji, honorarium, hadiah, dan lain sebagainya.

2.2 Pengertian Pajak Penghasilan

Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan terhadap Orang Pribadi dan Badan, berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh selama satu tahun pajak. PPh termasuk dalam kategori pajak subjektif, artinya pajak dikenakan karena ada subjeknya yakni telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam peraturan perpajakan. Sehingga terdapat ketegasan bahwa apabila tidak ada subjek pajaknya, maka jelas tidak dapat dikenakan PPh.

2.3 Tarif Pajak Penghasilan

Sesuai dengan Pasal 17 UU Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008, besarnya tarif pajak penghasilan bagi Wajib Pajak badan dalam negeri dan


(16)

Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah sebesar 285 dan untuk Tahun 2010 menjadi 25%. Sedangkan untuk Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah sebagai berikut :

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp 50.000.000,00 5%

Di atas Rp 50.000.000,00 s.d Rp 250.000.000,00 15%

Di atas Rp 250.000.000,00 s.d Rp 500.000.000,00 25%

Di atas Rp 500.000.000,00 30%

2.4 Manfaat Pajak Penghasilan

Sebagaimana halnya perekonomian dalam suatu rumah tangga atau keluarga, perekonomian Negara mengenal sumber – sumber penerimaan dan pos – pos pengeluaran. Pajak merupakan sumber penerimaan Negara. Tanpa pajak, sebagian besar kegiatan Negara sulit untuk dapat dilaksanakan. Penggunaan uang pajak meliputi mulai dari belanja pegawai sampai dengan pembiayaan berbagai proyek pembangunan. Pembangunan sarana umum seperti jalan raya, jembatan, sekolah, rumah sakit / puskesmas, kantor polisi dibiayai dengan menggunakan uang yang berasal dari pajak.


(17)

Uang pajak juga digunakan untuk pembiayaan dalam rangka memberikan rasa aman bagi seluruh lapisan masyarakat. Setiap warga Negara mulai saat dilahirkan sampai dengan meninggal dunia, menikmati fasilitas atau pelayanan dari pemerintah yang semuanya dibiayai dengan uang yang berasal dari pajak. Dengan demikian jelas bahwa peranan penerimaan pajak bagi suatu Negara menjadi sangat dominan dalam menunjang jalannya roda pemerintahan dan pembiayaan pembangunan.

2.4 Tujuan Pajak Penghasilan

Dengan berlandaskan pada arah dan tujuan penyempurnaan Undang – Undang Pajak Penghasilan, Pajak Penghasilan mempunyai tujuan untuk meningkatkan keadilan pengenaan pajak terhadap Wajib Pajak maka dilakukan perluasan subjek dan objek pajak dalam hal – hal tertentu dan pembatasan pengecualian atau pembebasan pajak dalam hal lainnya. Selain itu meningkatkan daya saing dengan Negara – Negara lain dengan peningkatan batas peredaran bruto untuk menggunakan norma yang sejalan dengan realitas dunia.

3. Sistem Pemungutan Pajak

Dalam pelaksanaan pemungutan pajak tentunya jangan sampai menimbulkan hambatan atau masyarakat tidak mau melakukan bantahan / perlawanan (dengan catatan pemungutan pajak tersebut harus berdasarkan


(18)

Undang-Undang), maka untuk menghindarkan hambatan dan atau bantahan / perlawanan tersebut harus memenuhi syarat yaitu adil, yuridis, ekonomis, financial, sederhana. Sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia sampai sekarang ini yaitu :

a. Official Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

Ciri-cirinya :

1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus.

2. Wajib Pajak bersifat pasif.

3. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

b. Self Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

Ciri-cirinya :

1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak sendiri.


(19)

2. Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang.

3. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi. c. With Holding System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

Ciri-cirinya : wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.

4. Kepatuhan Wajib Pajak 4.1 Wajib Pajak

Menurut UU No. 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan. Subjek pajak orang pribadi yaitu orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat bertempat tinggal di Indonesia.


(20)

4.2 Kepatuhan

Kepatuhan adalah ketaatan, keteladanan, kedisplinan. Kepatuhan terhadap kewajiban perpajakan artinya memenuhi seluruh kewajiban perpajakan sesuai peraturan perundang – undangan. Sedangkan kepatuhan terhadap Pajak Penghasilan Pasal 25 yaitu teratur dan disiplin dalam melunasi Pajak Penghasilan Pasal 25 yang sebagaimana diketahui bahwa Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah pembayaran pajak secara angsuran.

Kepatuhan dalam bidang perpajakan dapat didefenisikan sebagai suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Kepatuhan dalam bidang perpajakan dibagi 2 (dua) , yaitu :

a. Kepatuhan Formal

Yaitu suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakan secara formal sesuai dengan ketentuan dalam Undang – Undang Perpajakan.

b. Kepatuhan Materiil

Yaitu suatu keadaan dimana Wajib Pajak secara substantif / hakikat memenuhi semua ketentuan materiil perpajakan yakni sesuai isi dan jiwa Undang – Undang perpajakan, kepatuhan materiil meliputi juga kepatuhan formal.


(21)

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Dalam hal ini penulis melaksanakan PKLM di Kantor Pelayanan Pajak pratama Medan Timur dan ingin memperoleh data tentang :

1. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam melunasi Pajak Penghasilan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

2. Penyebab Wajib Pajak tidak mematuhi kewajiban perpajakannya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

3. Upaya – upaya yang dilakukan oleh aparatur pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur demi meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) 1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini penulis mempersiapkan konsep - konsep yang telah diterima selama masa bangku perkuliahan, menentukan judul tugas akhir, menentukan tempat diadakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri, serta melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing.


(22)

1. Studi Literatur

Hal ini berkaitan dengan pengumpulan buku - buku yang berkaitan dengan kegiatan yang akan dilakukan penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang berhubungan dengan Pajak Penghasilan Pasal 25 / 29.

2. Observasi Lapangan

Pengamatan yang dilakukan secara langsung untuk memperolah data - data yang ada pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur yang bersangkutan dengan Pajak Penghasilan Pasal 25 / 29 sesuai prosedur Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

3. Pengumpulan Data

Penulis melakukan pengumpulan data melalui :

3.1Data Primer

Data yang diperoleh melalui wawancara terhadap orang - orang yang dianggap mampu memberikan masukan dan informasi serta observasi penulis di lapangan tempat objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

4.2 Data Sekunder

Data / informasi yang diperoleh melalui studi literature seperti sumber - sumber pustaka, Undang - Undang, dokumentasi maupun literature lain yang berhubungan dengan objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.


(23)

4. Analisis dan Evaluasi Data

Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan dari tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri, penulis akan menganalisis dan mengevaluasi data yang diperoleh tersebut secara kumulatif yang kemudian akan diinterprestasikan secara objektif, jelas, dan sistematis.

F. Metode pengumpulan Data

Untuk mengumpulan data dan informasi yang diperlukan dalam Paktik Kerja Lapangan Mandiri ini, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Metode Observasi (Observation Guide)

Mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan data informasi yang akurat serta pencatatan terhadap hasil pengamatan.

2. Metode Wawancara (Interview Guide)

Pengumpulan data dengan melakukan wawancara langsung yang melibatkan pegawai (key person) pada instansi yang bersangkutan baik secara lisan maupun tulisan yang berhubungan dengan objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.


(24)

3. Metode Dokumentasi (Optional)

Pengumpulan data dengan melakukan studi dokumentasi, misalnya dengan mengumpulkan daftar dokumentasi yang diperlukan seperti peraturan pemerintah yang berlaku, Undang - Undang Perpajakan, data mengenai kepegawaian dan data - data lain yang berhubungan dengan Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang penulis lakukan.

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun yang menjadi tujuan dalam pembuatan sistematika penulisan laporan ini agar penulisan lebih terarah, dan membatasi permasalhan yang akan dibahas atas beberapa bab sesuai dengan penelitian serta mempermudah pemahaman dalam penulisan laporan ini. Sistematis penulisan Praktik Kerja Lapangan Mandiri dibuat dalam 5 (lima) bab dan dilengkapi dengan sub bab dan diberi penjelasan yang memperinci yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai Latar Belakang yang menjadi dasar penulisan, Tujuan dan Manfaat PKLM, Uraian Teoritis, Ruang Lingkup PKLM, Metode PKLM, Metode Pengumpulan Data, dan Sistematika Penulisan.


(25)

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PKLM

Pada bab ini akan diuraikan gambaran umum dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, meliputi sejarah singkat berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, struktur organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi dan gambaran pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 / 29 DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR

Dalam bab ini akan dibahas mengenai data yang diperoleh dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur tentang Pajak Penghasilan Pasal 25 / 29.

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA

Pada bab ini penulis akan membandingkan penerapan teori yang ada dengan data yang diperoleh di lapangan, yaitu mengenai tingkat kepatuhan Wajib pajak orang pribadi dalam menghitung dan melunasi Pajak Penghasilan Pasal 25 / 29 sesuai Self Assessment System.


(26)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini penulis akan memaparkan bagaimana kesimpulan dari objek yang telah diteliti serta saran - saran yang membangun bagi kemajuan penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 25 / 29 sesuai Self Assessment System di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.


(27)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur

Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak pada masa itu bernama Belasting, yang kemudian setelah kemerdekaan Republik Indonesia berubah nama menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian berubah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya adalah Direktorat Jenderal Pajak. Di Sumatera Utara pada tahun 1976 berdiri tiga kantor inspeksi pajak, yaitu:

1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan 2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara 3. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar

Pada tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua, yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran.Untuk memudahkan dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, dan dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat, maka didirikanlah Kantor Inspeksi Pajak Medan Timur.


(28)

Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan pajak kepada masyarakat, maka dibuatlah perubahan secara menyeluruh pada Direktorat Jenderal Pajak yang berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 267/KMK.01/1989. Hal itu mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang diganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak, sekaligus mendirikan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.

Berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 758/KMK.01/1993 tertanggal 3 Agustus 1993, maka pada tanggal 1 April

1994 didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur merupakan pecahan dari tiga Kantor Pelayanan Pajak, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara

Terhitung mulai tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak di kota Medan berubah menjadi empat wilayah kerja, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara 4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai


(29)

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 443/KMK.01/2001 tentang “Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak”, maka Kantor Pelayanan Pajak di kota Medan menjadi enam wilayah kerja,yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota 4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia 5. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan 6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai

Setelah adanya modernisasi perpajakan tahun 2008, struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak sebelumnya, yaitu berdasarkan jenis pajak berubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang struktur organisasinya berdasarkan fungsi jabatan.Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur mulai beroperasi pada tanggal 27 Mei 2008, berdasarkan Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor 95/PJ.01/2008 tanggal 19 Mei 2008.


(30)

B. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur beralamat di jalan Pangeran Diponegoro Nomor 30A Gedung Keuangan Negara Lantai II Medan. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur didirikan pada tanggal 1 april 1994 berdasarkan keputusan Menteri Keuangan Repuplik Indonesia Nomor 758/KMK.01/1993 tanggal 3 agustus 1993. Adapun wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, yaitu:

1. Kecamatan Medan Tembung

Kecamatan Medan di Tembung adalah daerah pintu gerbang kota Medan di sebelah Timur yang merupakan pintu masuk dari Kabupaten Deli Serdang atau daerah lainnya melalui transportasi darat. Di Kecamatan Medan Tembung ini banyak terdapat jenis usaha industri kecil seperti kerajinan rotan.Disamping itu banyak pula yang bergerak di bidang usaha industri rumah tangga seperti pembuatan sepatu.

2. Kecamatan Medan Timur

Di Kecamatan Medan Timur ini terdapat Stasiun Kereta Api Medan yang dikenal dengan “Stasiun Besar” sebagai salah satu sarana transportasi darat antar kota dan antar daerah dari dan ke Kota Medan. Walaupun bukan sebagai daerah pusat industri di Kecamatan Medan Timur ini juga banyak terdapat usaha-usaha industri kecil seperti bengkel kenderaan bermotor, bengkel bubut, show room serta usaha perdagangan dan jasa.


(31)

3. Kecamatan Medan Perjuangan

Kecamatan Medan Perjuangan adalah salah satu daerah padat pemukiman di kota Medan. Kecamatan Medan Perjuangan pada umumnya bergerak di sektor perdagangan baik itu perdagangan besar, menengah maupun kecil. Di Kecamatan Medan Perjuangan terdapat industri-industri kecil seperti perabot rumah tangga, pengolahan kopi, sulaman border, roti/ bika ambon, dan sebagainya.

C. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Timur

Struktur Organisasi adalah suatu bagan yang menggambarkan secara sistematis mengenai pembagian tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab masing-masing pegawai dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Tujuan struktur organisasi tersebut juga untuk membina keharmonisan kerja agar setiap pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara maksimal. Struktur organisasi yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, antara lain:

1. Sub Bagian Umum

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I

4. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV


(32)

7. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan 8. Seksi Penagihan

9. Seksi Pemeriksaan 10.Seksi Pelayanan

11.Kelompok Jabatan Fungsional

Wilayah kerja masing-masing seksi pengawasan dan konsultasi (WASKON) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur adalah sebagai berikut:

1. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, meliputi Kelurahan Pulo Brayan Darat I dan II, Kelurahan Sidodadi, dan Kelurahan Perintis.

2. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, meliputi Kelurahan Sei Kera Hilir I dan II, Kelurahan Sidorame Barat I dan II, Sidorame Timur, Kelurahan Pahlawan, Kelurahan Sei Kera Hulu, Kelurahan Pandau Hilir, dan Kelurahan Tegal Rejo. 3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III, meliputi Kelurahan Bandar Selamat,

Kelurahan Bantan, Kelurahan Bantan Timur, Kelurahan Indrakasih, Kelurahan Sudirejo, Kelurahan Sudirejo Hilir, dan Kelurahan Tembung.

4. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV, meliputi Kelurahan Durian, Kelurahan Gaharu, Kelurahan Glugur Darat I dan II, Kelurahan Gang Buntu, Kelurahan Pulo Brayan Bengkel, dan Kelurahan Pulo Brayan Bengkel Baru.


(33)

Gambar II.1

Peta Kecamatan Medan Tembung


(34)

Gambar II.2

Peta Kecamatan Medan Timur


(35)

Tabel II.3

Peta Kecamatan Medan Perjuangan


(36)

Gambar II.4

Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

Kantor Pelayanan Pajak

Sub Bagian Umum

Seksi Ekstensi fikasi Seksi Pemerik saan Seksi Penagi han Seksi Pengola han data dan Informa si Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV Seksi Pengawasan dan Konsultasi I Seksi Pengawasan dan Konsultasi II Seksi Pengawasan dan Konsultasi III Seksi Pelayan an Kelompok Jabatan Fungsional


(37)

Tabel II.1

Jumlah Pegawai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

SEKSI JUMLAH

Kepala Kantor 1 orang

Sub Bagian Umum 8 orang

Kelompok Jabatan Fungsional 11 orang

Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 7 orang

Seksi Penagihan 5 orang

Seksi Pelayanan 16 orang

Seksi Pemeriksaan 3 orang

Seksi Ekstensifikasi 3 orang

Seksi Pengawasan dan Konsultasi 1 7 orang Seksi Pengawasan dan Konsultasi 2 7 orang Seksi Pengawasan dan Konsultasi 3 7 orang Seksi Pengawasan dan Konsultasi 4 7 orang

Jumlah Seluruh Pegawai 82 orang


(38)

BAB III

GAMBARAN DATA PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 / 29 DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR

A. Cara Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 25 / 29

Besarnya angsuran pajak dalam tahun berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan adalah sebesar pajak penghasilan yang terutang menurut SPT PPh tahun pajak yang lalu dikurangi dengan pajak penghasilan yang dipotog dan/ dipungut (yang tidak bersifat final) serta pajakpenghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21, pasal 22, pasal 23, dan pasal 24 dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam tahun pajak.

Cara perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah sebagai berikut :

PPh terutang menurut SPT tahun lalu – (PPh Pasal 21,22,23,24,24 tahun lalu)

PPh Pasal 25 =


(39)

Contoh :

Berdasarkan SPT Tahunan PPh Tahun 2011 PT. JULFIAN atas PPh terutang adalah Rp. 50.000.000,00. Pajak yang telah dipotong atau dipungut oleh pihak ketiga, dan PPh yang terutang atau dibayar di luar negeri dalam tahun 2011 adalah sebagai berikut :

- Pemungutan PPh Pasal 22 oleh pihak lain sebesar Rp 10.000.000,00

- Pemotongan PPh Pasal 23 oleh penyelenggara kegiatan sebesar Rp 2.500.000,00

- Pembayaran Pajak di luar negeri yang dapat dikreditkan (PPh Pasal 24) sebesar Rp 7.500.000,00

Angsuran PPh Pasal 25 untuk tahun 2010 adalah :

Berdasarkan SPT PPh tahun 2011 PT. XYZ atas PPh terhutangRp 50.000.000,00

Kredit Pajak:

PPh Pasal 22 Rp. 10.000.000,00

PPh Pasal 23 Rp. 2.500.000,00


(40)

Total Kredit Pajak Rp. 20.000.000,00(-)Dasar

penghitungan angsuran Rp. 30.000.000,00

Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak setiap bulan (PPh Pasal 25) dalam tahun 2010 adalah:

Rp 30.000.000,00 : 12 = Rp 2.500.000,00

Pembayaran pajak oleh Wajib Pajak dalam tahun berjalan dapat dilakukan dengan cara Wajib Pajak membayar sendiri pajaknya melalui angsuran setiap bulan (PPh Pasal 25) dan dapat juga melalui pemotongan / pemungutan oleh pihak ketiga maupun dibayar atau terutang di luar negeri (PPh Pasal 21,22,23, dan 24)

Pajak Penghasilan Pasal 25merupakan angsuran PPh Pasal 21 yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan dalam tahun pajak berjalan sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. Pembayaran angsuran setiap bulan itu sendiri dimaksudkan untuk meringankan beban Wajib Pajak dalam membayar pajak terutang.Angsuran PPh Pasal 25 tersebut dapat dijadikan kredit pajak terhadap pajak yang terutang atas seluruh penghasilan Wajib Pajak pada akhir tahun pajak yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan (SPT Tahunan PPh).


(41)

Sedangkan bunyi dari Pasal 29 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan yaitu : “Apabila pajak yang terutang untuk suatu tahun pajak ternyata lebih besar daripada kredit pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1), kekurangan pembayaran pajak yang terutang harus dilunasi sebelum Surat Pembertitahuan Tahunan Pajak Penghasilan disampaikan.

Ketentuan ini mewajibkan Wajib Pajak untuk melunasi kekurangan pembayaran pajak yang terutang menurut ketentuan Undang-Undang ini sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan disampaikan dan paling lambat pada batas akhir penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan. Apabila tahun buku selambat-lambatnya tanggal 25 Maret setelah tahun pajak berkahir, sedangkan apabila tahun buku tidak sama dengan tahun takwim, misalnya dimulai tanggal 1 Juli sampai dengan 30 Juni, maka kekurangan pajak wajib dilunasi selambat-lambatnya tanggal 25 September.

Menurut Pasal 25 ayat (4) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2011, apabila dalam tahun pajak berjalan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) untuk tahun pajak yang lalu, besarnya angsuran pajak dihitung kembali berdasarkan SKP tersebut dan berlaku mulai bulan setelah bulan penerbitan SKP. Contoh :

Berdasarkan SPT Tahunan PPh tahun pajak 2004 yang disampaikan Wajib Pajak dalam bulan Maret 2005, perhitungan besarnya angsuran pajak yang harus dibayar adalah sebesar Rp. 1.250.000,00. Dalam bulan Juni 2005 diterbitkan


(42)

SKP tahun pajak 2004 yang menghasilkan besarnya angsuran pajak setiap bulan sebesar Rp. 2.000.000,00. Berdasarkan ketentuan yang berlaku, maka besarnya angsuran pajak mulai bulan Juli 2005 adalah sebesar Rp. 2.000.000,00. Penetapan besarnya angsuran pajak berdasarkan SKP tersebut bisa sama, lebih besar atau lebih kecil dan angsuran pajak sebelumnya berdasarkan SPT.

B. Data-Data di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

1. Jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Tahun 2007 – 2009.

Kewajiban Wajib Pajak menurut Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2007 salah satunya adalah mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), apabilah telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif.

Tabel. 1. Jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Tahun 2007–2009

Status

Tahun

2007 2008 2010

Badan 5.414 5.867 6.420


(43)

Total 36.434 49.631 70.063

2. Jumlah Surat PemberitahuanTahunan Tahun 2008 – 2010 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

Selain harus memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Wajib Pajak harus menyampaikan Surat pemberitahuan Tahunan (SPT) dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan satuan mata uang rupiah, yang pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Tabel. 2.1 Jumlah Surat Pemberitahuan Tahunan Badan Tahun 2008–2010 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

Tahun Nihil Kurang Bayar Lebih Bayar Total

2008 998 861 8 1867

2009 1034 862 16 1912


(44)

Tabel. 2.2 Jumlah Surat Pemberitahuan Tahunan Orang Pribadi Tahun 2008–2010 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Tahun Nihil Kurang Bayar Lebih Bayar Total

2008 10087 4415 17 14519

2009 10001 5166 36 15203

2010 21458 5394 11 26863

Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak. Keterangan mengenai SPT yaitu meliputi Surat Pemberitahuan Tahunan Nihil, Surat, Kurang Bayar, dan Lebih Bayar. Keterangan Nihil menunjukkan bahwa jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang atau tidak ada kredit pajak. Kurang Bayar menunjukkan besarnya pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar dan berdasarkan kekurangan atas pembayaran pokok pajak maka terbitlah Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar yang berarti Wajib Pajak mempunyai kewajiban melunasi Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 29. Lebih Bayar menunjukkan jumlah kelebihan pembayaran karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.


(45)

(46)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

A. Penyebab Wajib Pajak Tidak Patuh Terhadap Pajak.

Tidak patuh berarti tidak memenuhi kewajiban perpajakan.Banyak penyebab – penyebab yang memungkinkan Wajib Pajak tidak patuh. Menurut bapak Frangky selaku Account Representatif (AR) bagian Pengawas dan Konsultasi (WASKON) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur menerangkan mengenai penyebab Wajib Pajak tidak membayar pajak adalah :

2.3.1 Wajib Pajak memiliki kesadaran yang rendah akan kewajiban perpajakan yang dilaksanakannya.

2.3.2 Kurangnya pengetahuan akan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh Wajib Pajak.

2.3.3 Pengawasan yang kurang optimal dari petugas pajak terhadap Wajib Pajak yang tidak melapor atau menyetorkan pajak yang menjadi kewajiban dari Wajib Pajak.

Selain itu Wajib Pajak yang tidak patuh akan berusaha menghindari kewajiban perpajakannya. Yang dimaksud menghindari disini adalah Wajib Pajak tahu akan tanggung jawab perpajakannya tetapi tidak mau bertanggung jawab atas kewajibannya tersebut. Namun ada juga Wajib Pajak yang tidak patuh di karenakan oleh Wajib Pajak tidak mempunyai kesadaran dalam bidang perpajakan.Yang dimaksud tidak mempunyai kesadaran adalah Wajib Pajak tahu akan kewajiban


(47)

perpajakannya tetapi tidak tahu seberapa pentingnya pajak bagi Negara, bisa jadi Wajib Pajak benar tidak mengetahui tentang pajak.

Seperti yang disimpulkan oleh Patar Hutabarat selaku Kepala Seksi Pelayanan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, Wajib Pajak di klasifikasikan menjadi 4, yaitu :

1. Wajib Pajak tahu dan mau memenuhi kewajiban perpajakannya. 2. Wajib Pajak tahu tapi tidak mau memenuhi kewajiban perpajakannya. 3. Wajib pajak tidak tahu tapi mau memenuhi kewajiban perpajakannya. 4. Wajib pajak tidak tahu dan tidak mau memenuhi kewajiban perpajakannya.

Oleh karena itu banyak Wajib Pajak yang melakukan perlawanan demi menghindar dari kewajiban perpajakannya.Sedangkan tingkat kesadaran Wajib Pajak harus di tingkatkan, ini merupakan tugas penting bagi seluruh petugas pajak demi meningkatkan pendapatan.Perlawanan yang dilakukan Wajib Pajak untuk berusaha menghindari membayar Pajak Penghasilan disebabkan :

1. Pajak mengurangi penghasilan dan pendapatan.

Adanya pengeluaran dan pemotongan terhadap sejumlah uang untuk membayar PPh yang terutang sudah tentu menimbulkan kekurangan jumlah penghasilan (pendapatan) yang seharusnya diterima atau diperoleh Wajib Pajak secara utuh.

2. Kontraprestasi secara tidak langsung (jasa timbal balik).

Salah satu dari pajak yaitu adanya kontraprestasi secara tidak langsung kepada Wajib Pajak. Pembayaran pajak dengan sejumlah uang atas


(48)

besarnya PPh yang terutang kepada negara dianggap Wajib Pajak hanyalah kesia-siaan karena tidak adanya jasa timbal balik secara langsung kepada Wajib Pajak.

3. Pajak merupakan beban yang berat.

Sejak dahulu hingga sekarang beban pajak sangat berat bagi Wajib Pajak dan ini tetap merupakan tema utama daripada teori perpajakan. Hal ini jelas dan dapat dipahami bahwa akibat dari kewajiban dari membayar PPh tersebut sangat berpengaruh terhadap kondisi ekonomis keuangan Wajib Pajak yang harus ditanggung dan dibayar oleh Wajib Pajak merupakan suatu beban berat untuk memenuhinya. Hal ini disebabkan pajak yang dibayar dapat mengurangi pendapatan (penghasilan Wajib Pajak).

B. Penyebab Wajib Pajak Tidak Mematuhi dan Mentaati Secara Teratur dan Disiplin dalam Menghitung dan Melunasi Pajak Penghasilan Pasal 25 / 29 Sesuai Self Assessment System

Yang dimaksud tidak teratur dan disiplin adalah Wajib Pajak tidak memenuhi seluruh kewajiban perpajakannya, karena Pajak Penghasilan pasal 25 ini menyangkut angsuran bulanan maka tidak teratur berarti Wajib Pajak turut serta dalam pelunasan pajak tetapi dalam mengangsur, Wajib Pajak tidak disiplin yakni mengangsur tidak setiap bulan. Sudah menjadi fenomena umum tidak semua orang menyukai pajak, baik di negara yang sudah maju maupun di negara yang masih berkembang. Ada Wajib Pajak yang menerima dan langsung membayar Pajak


(49)

Penghasilannya sesuai dengan ketentuan tapi ada juga Wajib Pajak yang membayar dan melaporkan PPh yang terutang secara tidak teratur dan disiplin sehingga timbulnya pembekakan pajak terutang yang harus dibayar.Hal ini disebabkan oleh :

1. Kurangnya tanggapan serius mengenai arti pentingnya pajak.

Masyarakat mengetahui bahwa pajak adalah salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan sebagai warga negara yang baik, tetapi hal tersebut kurang mendapat reaksi (tanggapan) yang serius oleh Wajib Pajak bahwa pajak itu sangat penting untuk mengisi kas negara yang dipergunakan dalam pengeluaran rutin negara dan membiayai keseluruhan pembangunan, diman hasil pembangunan tersebut akan dikembalikan lagi kepada rakyat melalui pembangunan sarana-sarana sosial dan tunjangan-tunjangan sosial yang dinikmati oleh seluruh rakyat. Wajib Pajak tidak takut jika tidak membayar pajak, karena tanpa membayar pajak mereka bisa hidup serta dapat menjalankan usaha.

2. Pajak bukan suatu kewajiban yang dianggap serius dan penting.

Wajib Pajak menganggap bahwa kewajiban-kewajiban yang lainnya selain pajak merupakan kewajiban yang harus di utamakan daan dilaksanakan karena kewajiban-kewajiban yang berbentuk retribusi merupakan kewajiban yang mendapat kontraprestasi atau jasa timbal balik secara langsung sementara pajak tanpa mendapat kontraprestasi atau jasa timbal balik secara langsung.


(50)

3. Kesibukan aktivitas-aktivitas keseharian Wajib Pajak.

Wajib Pajak adalah bagian dari masyarakat yang mempunyai dan dipenuhi aktivitas-aktivitas yang beraneka ragam bentuk dan sifatnya. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan Wajib Pajak dalam sehari-harinya berpacu dengan waktu, sehingga kewajiban untuk membayar dan melaporkan PPh yang teruttang bukanlah hal yang penting.

4. Kurangnya pengetahuan mengenai perpajakan.

Walaupun Wajib Pajak sudah mengetahui mekanisme pembayaran pajak tetapi belum tentu juga Wajib Pajak tersebut mengetahui mekanisme pengisian SPT secara benar, jelas, dan lengkap. SPT terutang yang akan disampaikan oleh Wajib Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak untuk melaporkan pajak yang telah dibayarkan terlebih dahulu diisi dengan benar, jelas, lengkap dan ditandatangani. Untuk pengisian SPT terutang agar sesuai dengan petunjuk yang diberikan dan agar berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku Wajib Pajak harus mempunyai pengetahuan yang cukup. Wajib Pajak yang mempunyai pendidikan pajak yang kurang dalam pengisian SPT terutang akan memakan waktu yang lama untuk mempelajari dan membahasnya. Akibatnya tanggal jatuh tempo pelaporan yang telah ditetapkan telah melewati batas pelaporan.


(51)

C. Upaya-Upaya yang Dilakukan Aparat Pajak agar Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak

Untuk menjamin agar pajak benar-benar masuk kedalam kas negara diusahakan agar Wajib Pajak mempunyai kesadaran untuk membayar Pajak Penghasilannya. Selain itu aparat pajak harus melakukan upaya-upaya demi meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. Tugasaparat pajak demi meningkatkan kepatuhan Wajib pajak dalam menghitung dan melunasi Pajak Penghasilan Pasal 25 / 29 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timuryaitu :

1. Optimalisasi penerbitan STP pengawasan, baik massa ataupun tahunan. 2. Menghimbau Wajib Pajak yang belum melaporkan SPT PPh untuk segera

menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunannya.

3. Menindaklanjuti himbauan yang telah dikirim tetapi belum direspon dan melakukan visit.

4. Menghimbau Wajib Pajak untuk melakukan pembetulan SPT berdasarkan analisis data yang bersumber dari aplikasi portal Direktorat Jenderal Pajak dan SPT yang diterima.

5. Mengingatkan Wajib Pajak atas kewajiban perpajakannya, termasuk PPh Pasal 25/29.

Dengan digerakkannya dan dijalankan langkah-langkah tersebut diharapkan timbulnya kesadaran Wajib Pajak untuk membayar pajak. Di dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) Pasal 39 ayat (1) huruf a berisi : “Setiap orang yang dengan


(52)

sengaja tidak mendaftarkan diri, menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak, atau menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Pengukuhan Kena Pajak sehingga menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar.” Hal tersebut dapat dilakukan fiskus terhadap Wajib Pajak yang diketahui atau berusaha menghindari kewajiban perpajakan didalam membayar Pajak Penghasilan yang terutang.

D. Analisa Mengenai Surat Pemberitahuan Tahunan ( SPT) di Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur

1. Analisa Mengenai Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Badan Tahun 2008 – 2010

Dari data yang diperoleh dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur jumlah Wajib Pajak Badan yang terdaftar pada tahun 2007 adalah sebanyak 5.414 sedangkan jumlah Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) yang diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur pada tahun 2008 sebanyak 1.867, terdapat selisih 3.547 yang berarti ada 65,52 % SPT lagi yang tidak disampaikan. Ini menandakan masih rendahnya tingkat kesadaran Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

Sedangkan pada tahun 2008 jumlah Wajib Pajak yang terdaftar adalah sebanyak 5.867 dan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) yang diterima pada


(53)

tahun 2009 yaitu 1.912, selisihnya sebanyak 3.955 berarti ada 67,41 % SPT lagi yang tidak disampaikan. Dan pada tahun 2009 jumlah Wajib Pajak yang terdaftar sebanyak 6.420 dan jumlah Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) pada tahun 2010 sebanyak 2.083, selisihnya sebanyak 4.337 berarti ada 67,55 % lagi SPT yang tidak disampaikan.

Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa dari tahun 2008 – 2010 mengalami kenaikan jumlah SPT yang tidak disampaikan, di tahun 2008 mencapai angka 65,52 %, dan mengalami kenaikan menjadi 67,41 di tahun 2009, dan pada tahun 2010 mencapai 67,55 %. Ini menggambarkan bahwa Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur mengalami penurunan tingkat kepatuhan dalam menyampaikan SPT.

2. Analisa Mengenai Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Orang Pribadi Tahun 2008 – 2010

Dari data yang diperoleh dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur jumlah Wajib Pajak Badan yang terdaftar pada tahun 2007 adalah sebanyak 31.020 sedangkan jumlah Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) yang diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur pada tahun 2008 sebanyak 14.519, terdapat selisih 16.501 yang berarti ada 53,19 % SPT lagi yang tidak disampaikan. Ini menandakan masih rendahnya tingkat kesadaran Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.


(54)

Sedangkan pada tahun 2008 jumlah Wajib Pajak yang terdaftar adalah sebanyak 43.764 dan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) yang diterima pada tahun 2009 yaitu 15.203, selisihnya sebanyak 28.561 berarti ada 65,26% SPT lagi yang tidak disampaikan. Dan pada tahun 2009 jumlah Wajib Pajak yang terdaftar sebanyak 63.643 dan jumlah Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) pada tahun 2010 sebanyak 26.863, selisihnya sebanyak 36.780 menunjukkan bahwa ada 57,79 % lagi SPT yang tidak disampaikan.

Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa dari tahun 2008 ke tahun 2009 mengalami kenaikan jumlah SPT yang tidak disampaikan yaitu dari awalnya hanya 53,19 % mengalami kenaikan sampai 65,26 %, penurunan tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT ini sungguh memprihatinkan, ini disebabkan kurangnya sosialisai atau penyuluhan di bidang perpajakan, sedangkan pada tahun 2010 mengalami penurunan persentase menjadi 57,79 % ini sebuah prestasi untuk Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, prestasi ini disebabkan oleh diadakannya sunset policypada tahun 2009 yang menyebabkan peningkatan kepatuhan terhadap Wajib Pajak.


(55)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil pembahasan yang penulis lakukan pada bab sebelumnya maka penulis mencoba menyimpulkan dan memberi saran yang berhubungan dengan pembahasan ini.

A. Kesimpulan

1. Penerimaan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) badan dari tahun 2008-2010 mengalami kenaikan dari tahun ketahun, ini merupakan sebuah prestasi untuk Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

2. Pada penerimaan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Orang Pribadi pada tahun 2010 mengalami kenaikan 100% lebih dibandingkan tahun sebelumnya, ini berarti Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur berhasil dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajaknya dalam Menyampaikan SPT.

3. Wajib pajak yang tidak patuh terhadap kewajiban perpajakannya dikarenakan kurangnya perhatian Wajib Pajak dan membayar pajak membuat pengurangan penghasilan bagi Wajib Pajak.


(56)

B. Saran

1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur harus lebih meningkatkan atau memaksimalkan upaya-upaya meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam menghitung dan melunasi Pajak Penghasilan.

2. Kantor Pelayanan Pajak harus lebih focus terhadap Wajib Pajak yang berada dalam tanggung jawabnya agar target realisasi tercapai.

3. Aparatur-aparatur pajak yang bekerja di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan timur harus lebih memaksimalkan waktu yang ada demi meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasno, 2003, Perpajakan Edisi Revisi, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Muljono, Djoko, 2007, PPh dan PPN untuk Berbagai Kegiatan Usaha, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Resmi, Siti, 2008, Perpajakan : Teori dan Kasus Edisi Keempat, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Suandy, Erly, 2008, Hukum Pajak Edisi Keempat, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Waluyo, 2005, Perpajakan Indonesia Edisi Kelima, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Republik Indonesia, Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Republik Indonesia, Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.


(1)

sengaja tidak mendaftarkan diri, menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak, atau menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Pengukuhan Kena Pajak sehingga menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar.” Hal tersebut dapat dilakukan fiskus terhadap Wajib Pajak yang diketahui atau berusaha menghindari kewajiban perpajakan didalam membayar Pajak Penghasilan yang terutang.

D. Analisa Mengenai Surat Pemberitahuan Tahunan ( SPT) di Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur

1. Analisa Mengenai Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Badan Tahun 2008 – 2010

Dari data yang diperoleh dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur jumlah Wajib Pajak Badan yang terdaftar pada tahun 2007 adalah sebanyak 5.414 sedangkan jumlah Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) yang diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur pada tahun 2008 sebanyak 1.867, terdapat selisih 3.547 yang berarti ada 65,52 % SPT lagi yang tidak disampaikan. Ini menandakan masih rendahnya tingkat kesadaran Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.


(2)

tahun 2009 yaitu 1.912, selisihnya sebanyak 3.955 berarti ada 67,41 % SPT lagi yang tidak disampaikan. Dan pada tahun 2009 jumlah Wajib Pajak yang terdaftar sebanyak 6.420 dan jumlah Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) pada tahun 2010 sebanyak 2.083, selisihnya sebanyak 4.337 berarti ada 67,55 % lagi SPT yang tidak disampaikan.

Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa dari tahun 2008 – 2010 mengalami kenaikan jumlah SPT yang tidak disampaikan, di tahun 2008 mencapai angka 65,52 %, dan mengalami kenaikan menjadi 67,41 di tahun 2009, dan pada tahun 2010 mencapai 67,55 %. Ini menggambarkan bahwa Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur mengalami penurunan tingkat kepatuhan dalam menyampaikan SPT.

2. Analisa Mengenai Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Orang Pribadi Tahun 2008 – 2010

Dari data yang diperoleh dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur jumlah Wajib Pajak Badan yang terdaftar pada tahun 2007 adalah sebanyak 31.020 sedangkan jumlah Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) yang diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur pada tahun 2008 sebanyak 14.519, terdapat selisih 16.501 yang berarti ada 53,19 % SPT lagi yang tidak disampaikan. Ini menandakan masih rendahnya tingkat kesadaran Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.


(3)

Sedangkan pada tahun 2008 jumlah Wajib Pajak yang terdaftar adalah sebanyak 43.764 dan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) yang diterima pada tahun 2009 yaitu 15.203, selisihnya sebanyak 28.561 berarti ada 65,26% SPT lagi yang tidak disampaikan. Dan pada tahun 2009 jumlah Wajib Pajak yang terdaftar sebanyak 63.643 dan jumlah Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) pada tahun 2010 sebanyak 26.863, selisihnya sebanyak 36.780 menunjukkan bahwa ada 57,79 % lagi SPT yang tidak disampaikan.

Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa dari tahun 2008 ke tahun 2009 mengalami kenaikan jumlah SPT yang tidak disampaikan yaitu dari awalnya hanya 53,19 % mengalami kenaikan sampai 65,26 %, penurunan tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT ini sungguh memprihatinkan, ini disebabkan kurangnya sosialisai atau penyuluhan di bidang perpajakan, sedangkan pada tahun 2010 mengalami penurunan persentase menjadi 57,79 % ini sebuah prestasi untuk Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, prestasi ini disebabkan oleh diadakannya sunset policypada tahun 2009 yang menyebabkan peningkatan kepatuhan terhadap Wajib Pajak.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil pembahasan yang penulis lakukan pada bab sebelumnya maka penulis mencoba menyimpulkan dan memberi saran yang berhubungan dengan pembahasan ini.

A. Kesimpulan

1. Penerimaan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) badan dari tahun 2008-2010 mengalami kenaikan dari tahun ketahun, ini merupakan sebuah prestasi untuk Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

2. Pada penerimaan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Orang Pribadi pada tahun 2010 mengalami kenaikan 100% lebih dibandingkan tahun sebelumnya, ini berarti Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur berhasil dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajaknya dalam Menyampaikan SPT.

3. Wajib pajak yang tidak patuh terhadap kewajiban perpajakannya dikarenakan kurangnya perhatian Wajib Pajak dan membayar pajak membuat pengurangan penghasilan bagi Wajib Pajak.


(5)

B. Saran

1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur harus lebih meningkatkan atau memaksimalkan upaya-upaya meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam menghitung dan melunasi Pajak Penghasilan.

2. Kantor Pelayanan Pajak harus lebih focus terhadap Wajib Pajak yang berada dalam tanggung jawabnya agar target realisasi tercapai.

3. Aparatur-aparatur pajak yang bekerja di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan timur harus lebih memaksimalkan waktu yang ada demi meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasno, 2003, Perpajakan Edisi Revisi, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Muljono, Djoko, 2007, PPh dan PPN untuk Berbagai Kegiatan Usaha, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Resmi, Siti, 2008, Perpajakan : Teori dan Kasus Edisi Keempat, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Suandy, Erly, 2008, Hukum Pajak Edisi Keempat, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Waluyo, 2005, Perpajakan Indonesia Edisi Kelima, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Republik Indonesia, Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Republik Indonesia, Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.


Dokumen yang terkait

Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Menghitung Dan Melunasi Pajak Penghasilan Pasal 25 / 29 Sesuai Sistem Self Assessment Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

1 107 57

Klasifikasi Pajak Penghasilan Atas Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

7 87 68

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Menerapkan Sistem Self Assessment pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

3 109 60

Tata Cara Pelaporan Dan Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 25 Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

2 55 69

Prosedur Permohonan Pengurangan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

5 58 55

Tatacara Pelaporan Dan Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 25 Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

1 42 66

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Menerapkan Sistem Self Assessment pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP)Pratama Medan Petisah

1 61 61

Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Self Assessment System Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees)

0 13 43

Pengaruh Self Assessment System dan Account Representative Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Survey Pada Wajib Pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang)

7 67 68

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri - Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Menghitung Dan Melunasi Pajak Penghasilan Pasal 25 / 29 Sesuai Sistem Self Assessment Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

0 0 20