Perbandingan aktivitas antibakteri infusa kombinasi daun sirih (Piper betle L.) dan daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
Latarbelakang : Resistensi Staphylococcus epidermidis terhadap antibiotika
mendorong penelusuran produk antimikrobia yang berasal dari tanaman. Beberapa
penelitian memaparkan ekstrak daun sirih dan daun sirih merah memiliki
penghambatan terhadap bakteri gram positif diantaranya S. epidermidis.
Belakangan ini, terapi kombinasi menjadi pilihan. Kombinasi pada herbal diketahui
memiliki suatu interaksi yang dapat bersifat additif, antagonis ataupun sinergis.
Maka perlu dilakukan eksplorasi mengenai kombinasi herbal-herbal untuk
mengetahui efek yang dihasilkan. Penelitian ini penting untuk mengetahui
perbandingan aktivitas antibakteri antara bentuk infusa (kombinasi atau tunggal)
terhadap S. epidermidis, sehingga dapat diperkirakan potensi infusa yang lebih baik
untuk diteliti dan dikembangkan lebih lanjut serta dapat menjadi suatu ide dalam
pengembangan potensi antibakteri terhadap S. epidermidis.
Metode : Penelitian ini menggunakan rancangan post-test only control group
design. Simplisia dibuat dari daun sirih dan daun sirih merah yang diperoleh dari
Merapi Farma Herbal, Kaliurang, Sleman, Yogyakarta. Infusa yang dibandingkan
memiliki konsentrasi yang sama yakni 100% dan rasio 1:1 untuk kombinasi.
Pengujian penghambatan bakteri dilakukan dengan menggunakan metode uji difusi
disk dengan membandingkan diameter zona hambat. Data hasil pengukuran

diameter zona hambat diuji secara statistik menggunakan Anova one-way dan
diketahui perbedaanya dengan post-hoc TukeyHSD. Pengujian statistik dilakukan
dengan program R i386 (versi 3.31).
Hasil : Diameter zona hambat infusa daun sirih, sirih merah, dan kombinasi
berturut-turut 5,3±0,30 mm; 5,2±0,64 mm; 3,5±0,50 mm. Infusa kombinasi
memiliki aktifitas antibakteri yang lebih rendah bila dibandingkan dengan infusa
daun sirih (p=0,012) dan daun sirih merah (p=0,013).
Kesimpulan : Aktivitas penghambatan terhadap bakteri S. epidermidis oleh infusa
kombinasi lebih lemah dibandingkan dengan masing-masing bentuk infusa
tunggalnya.
Kata kunci: sirih, sirih merah, infusa, kombinasi, Staphylococcus epidermidis,
antibakteri

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
Background : The phenomenon of antibiotic resistance to Staphylococcus
epidermidis promotes the search for antimicrobial products derived from plants.

Several studies have shown that betel leaf extract and red betel extract have
inhibition against gram-positive bacteria such as S. epidermidis. In recent years,
combination therapy has become a strategy. The combination of herb is known to
have interactions that can be additive, antagonistic or synergistic. Therefore, it is
necessary to explore the combination of herb to know the effect. This research is
important to know the comparison of antibacterial activity between infusion form
(single or combination) to S. epidermidis, so it can be consideration to determine
the better potency for future research and can be an idea to develop antibacterial
potency against S. epidermidis.
Method : This study used a post-test only control group design. Simplicia made
from betel leaf and red betel leaf obtained from Merapi Farma Herbal, Kaliurang,
Sleman, Yogyakarta. The infusion used has the same concentration, that is 100%
and with a ratio of 1:1 for the combination of infusion. Tests of bacterial inhibition
were performed by the disk diffusion method. Data of inhibition zone diameter,
tested the difference by using one-way Anova test and to know the difference point,
used post-hoc TukeyHSD test. The statistical test were perfomed with the R i386
program (version 3.31).
Results : Diameter of inhibition zone of betel leaf, red betel leaf, and combination
infusion respectively were 5,3 ± 0,30 mm; 5.2 ± 0.64 mm; 3.5 ± 0.50 mm.
Combination infusion had lower antibacterial activity when compared with betel

leaf infusion (p = 0.012) and red betel leaf infusion (p = 0.013).
Conclusion : The inhibitory activity against S. epidermidis by the combination
infusion is lower compared with each form of single infusion.
Keywords: betel, red betel, infusion, combination, Staphylococcus epidermidis,
antibacteria

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERBANDINGAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI INFUSA KOMBINASI
DAUN SIRIH (Piper betle L.) DAN DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum
Ruiz & Pav.) DENGAN INFUSA TUNGGALNYA TERHADAP BAKTERI
Staphylococcus epidermidis
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi

Oleh:

Yohanes Medika Seta Diaseptana
NIM : 138114104

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERBANDINGAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI INFUSA KOMBINASI
DAUN SIRIH (Piper betle L.) DAN DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum
Ruiz & Pav.) DENGAN INFUSA TUNGGALNYA TERHADAP BAKTERI
Staphylococcus epidermidis
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi

Oleh:

Yohanes Medika Seta Diaseptana
NIM : 138114104

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017

i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


HALAMAN PERSEMBAHAN

“The Lord is gracious, and full of
compassion; slow to anger, and of great
mercy. The Lord is good to all: and his
tender mercies are over all his works.”
(Psalm 145:8-9)

Karya ini kupersembahkan untuk
Tuhan Yesus Kristus Sang Penyelamatku
Bapak Sri Tjahja Nugraha, Ibu Murti Anisah, mas Yosef Denta
Eka Pradana, dik Gabriel Dida Saputra
Sahabatku Rakhel Nugraheni Putri
Seluruh keluarga dan saudara-saudaraku
Serta teman-temanku tercinta

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PRAKATA
Segala puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan
rahmat dan kasih-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Perbandingan Aktivitas Antibakteri Infusa Kombinasi Daun Sirih (Piper
betle L.) dan Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) dengan Infusa
Tunggalnya terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis”. Keberhasilan penulisan
skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan semua pihak, dengan penuh
kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Sri Tjahja Nugraha dan Ibu Murti Anisah yang senantiasa memberi
kasih sayang, semangat dan doa kepada penulis selama penyusunan skripsi.
2. Mas Yosef Denta Eka Pradana dan dik Gabriel Dida Saputra yang selalu
memberikan semangat, cinta, dan dukungan doa kepada penulis.

3. Mbah putri Semi, mbah Kakung Reja Sentika, eyang kakung Sri Tijasno
Tirtoprodjo dan eyang putri yang menjadi semangat dan kekuatan penulis.
4. Keluarga besar Reja Sentika dan keluarga besar Sri Tijasno serta saudarasaudara penulis yang selalu memberikan dukungan dalam doa.
5. Ibu Dr. Yustina Sri Hartini M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing skripsi
yang tak kenal lelah dalam membimbing dan selalu sabar dalam
mengarahkan yang baik kepada penulis.
6. Ibu Dr. Erna Tri Wulandari, Apt. dan ibu Damiana Sapta Candrasari, S.Si.,
M.Sc. selaku dosen penguji yang selalu memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis.
7. Rakhel Nugraheni Putri dan Lia Elisa Susanti yang menjadi teman satu
kelompok skripsi yang selalu bekerja sama selama penyelesaian skripsi dan
menjalani suka dan duka bersama-sama.
8. Seluruh dosen, karyawan dan laboran Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma yang telah banyak memberikan ilmu dan bantuan selama proses
perkuliahan dari awal hingga akhir.

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...........................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................

iv


LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................

v

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI ....................................................

vi

PRAKATA ....................................................................................................

vii

DAFTAR ISI .................................................................................................

ix

DAFTAR TABEL .........................................................................................

x


DAFTAR GAMBAR ....................................................................................

xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................

xii

ABSTRAK ....................................................................................................

xiii

ABSTRACT ....................................................................................................

xiv

PENDAHULUAN ........................................................................................

1

METODE PENELITIAN ..............................................................................

3

Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................

3

Alat dan Bahan ...........................................................................

3

Determinasi Tanaman ................................................................

3

Pengumpulan Bahan Uji.............................................................

3

Pembuatan Simplisia .................................................................

4

Penentuan Kadar Air dengan Destilasi Toluen ..........................

4

Pembuatan Infusa .......................................................................

5

Pengujian Aktivitas Antibakteri .................................................

5

Teknik Analisis Data Penelitian .................................................

6

HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................................

7

KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................................

14

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

15

LAMPIRAN ..................................................................................................

18

BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................

23

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil penimbangan daun sirih dan daun sirih merah .....................

7

Tabel 2. Hasil penentuan kadar air ...............................................................

8

Tabel 3. Hasil pengukuran diameter zona hambat .......................................

10

Tabel 4. Hasil uji kebermaknaan perbedaan diameter zona hambat ............

12

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Cara pengukuran diameter zona hambat ...................................

6

Gambar 2. Tanaman sirih ............................................................................

7

Gambar 3. Tanaman sirih merah ...................................................................

7

Gambar 4. Penentuan kadar air daun sirih dan daun sirih merah .................

8

Gambar 5. Infusa tunggal daun sirih, daun sirih merah, dan kombinasi .......

9

Gambar 6. S. epidermidis pada media NA dengan teknik streak plate .......

10

Gambar 7. Kontrol media dan kontrol pertumbuhan ...................................

10

Gambar 8. Histogram diameter zona hambat ..............................................

11

Gambar 9. Pengujian aktivitas antibakteri replikasi 1, 2, dan 3 ..................

12

Gambar 10.Aksi farmakologi herbal ...........................................................

13

Gambar 11.Konsep antagonisme kompetitif dan non-kompetitif ...............

13

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat keterangan determinasi tanaman ...................................

18

Lampiran 2. Sertifikat hasil uji isolasi dan identifikasi bakteri ..................

19

Lampiran 3. Hasil uji pearson chi-square ..................................................

20

Lampiran 4. Hasil uji levene .........................................................................

20

Lampiran 5. Hasil uji anova one-way ..........................................................

21

Lampiran 6. Hasil uji TukeyHSD .................................................................

21

Lampiran 7. Data mentah pengukuran diameter zona hambat ......................

21

Lampiran 8. Data diameter zona hambat ......................................................

22

Lampiran 9. Perhitungan standar deviasi ......................................................

22

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
Latarbelakang : Resistensi Staphylococcus epidermidis terhadap antibiotika
mendorong penelusuran produk antimikrobia yang berasal dari tanaman. Beberapa
penelitian memaparkan ekstrak daun sirih dan daun sirih merah memiliki
penghambatan terhadap bakteri gram positif diantaranya S. epidermidis.
Belakangan ini, terapi kombinasi menjadi pilihan. Kombinasi pada herbal diketahui
memiliki suatu interaksi yang dapat bersifat additif, antagonis ataupun sinergis.
Maka perlu dilakukan eksplorasi mengenai kombinasi herbal-herbal untuk
mengetahui efek yang dihasilkan. Penelitian ini penting untuk mengetahui
perbandingan aktivitas antibakteri antara bentuk infusa (kombinasi atau tunggal)
terhadap S. epidermidis, sehingga dapat diperkirakan potensi infusa yang lebih baik
untuk diteliti dan dikembangkan lebih lanjut serta dapat menjadi suatu ide dalam
pengembangan potensi antibakteri terhadap S. epidermidis.
Metode : Penelitian ini menggunakan rancangan post-test only control group
design. Simplisia dibuat dari daun sirih dan daun sirih merah yang diperoleh dari
Merapi Farma Herbal, Kaliurang, Sleman, Yogyakarta. Infusa yang dibandingkan
memiliki konsentrasi yang sama yakni 100% dan rasio 1:1 untuk kombinasi.
Pengujian penghambatan bakteri dilakukan dengan menggunakan metode uji difusi
disk dengan membandingkan diameter zona hambat. Data hasil pengukuran
diameter zona hambat diuji secara statistik menggunakan Anova one-way dan
diketahui perbedaanya dengan post-hoc TukeyHSD. Pengujian statistik dilakukan
dengan program R i386 (versi 3.31).
Hasil : Diameter zona hambat infusa daun sirih, sirih merah, dan kombinasi
berturut-turut 5,3±0,30 mm; 5,2±0,64 mm; 3,5±0,50 mm. Infusa kombinasi
memiliki aktifitas antibakteri yang lebih rendah bila dibandingkan dengan infusa
daun sirih (p=0,012) dan daun sirih merah (p=0,013).
Kesimpulan : Aktivitas penghambatan terhadap bakteri S. epidermidis oleh infusa
kombinasi lebih lemah dibandingkan dengan masing-masing bentuk infusa
tunggalnya.
Kata kunci: sirih, sirih merah, infusa, kombinasi, Staphylococcus epidermidis,
antibakteri

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
Background : The phenomenon of antibiotic resistance to Staphylococcus
epidermidis promotes the search for antimicrobial products derived from plants.
Several studies have shown that betel leaf extract and red betel extract have
inhibition against gram-positive bacteria such as S. epidermidis. In recent years,
combination therapy has become a strategy. The combination of herb is known to
have interactions that can be additive, antagonistic or synergistic. Therefore, it is
necessary to explore the combination of herb to know the effect. This research is
important to know the comparison of antibacterial activity between infusion form
(single or combination) to S. epidermidis, so it can be consideration to determine
the better potency for future research and can be an idea to develop antibacterial
potency against S. epidermidis.
Method : This study used a post-test only control group design. Simplicia made
from betel leaf and red betel leaf obtained from Merapi Farma Herbal, Kaliurang,
Sleman, Yogyakarta. The infusion used has the same concentration, that is 100%
and with a ratio of 1:1 for the combination of infusion. Tests of bacterial inhibition
were performed by the disk diffusion method. Data of inhibition zone diameter,
tested the difference by using one-way Anova test and to know the difference point,
used post-hoc TukeyHSD test. The statistical test were perfomed with the R i386
program (version 3.31).
Results : Diameter of inhibition zone of betel leaf, red betel leaf, and combination
infusion respectively were 5,3 ± 0,30 mm; 5.2 ± 0.64 mm; 3.5 ± 0.50 mm.
Combination infusion had lower antibacterial activity when compared with betel
leaf infusion (p = 0.012) and red betel leaf infusion (p = 0.013).
Conclusion : The inhibitory activity against S. epidermidis by the combination
infusion is lower compared with each form of single infusion.
Keywords: betel, red betel, infusion, combination, Staphylococcus epidermidis,
antibacteria

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENDAHULUAN

Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri gram positif yang menjadi bagian
dari flora normal tubuh. S. epidermidis umumnya ditemukan pada permukaan kulit
(Schaechter, 2004). S. epidermidis diketahui dapat berkembang pada kelenjar sebaseus, lalu
akan menghasilkan zat-zat yang akan menyebabkan radang pada jaringan kulit (Kursia et al,
2016). Dalam penelitian yang dilakukan Cabrera-Cotreas (2014) dikatakan bahwa S.
epidermidis merupakan agen etiologik infeksi nosokomial di belahan dunia. S. epidermidis
juga dikatakan merupakan patogen yang penting dalam proses implan bahan asing, terkhusus
infeksi prostetik sendi (Hellmark et al, 2009).
Resistensi antibiotik merupakan salah satu masalah utama dalam dunia kesehatan.
Dalam satu dekade terakhir ini setidaknya dilaporkan beberapa kasus resistensi bakteri
khususnya terhadap S. epidermidis. Otto (2009) mengatakan bahwa resistensi metisilin
terhadap S. epidermidis adalah sebesar 75-90%, tidak hanya itu S. epidermidis juga diketahui
mengalami resistensi terhadap antibiotika lain, beberapa diantaranya yakni rifampisin,
florokuinolon, gentamisin, tetrasiklin. Hellmark et al. (2009) melaporkan bahwa uji
IsoSensitest terhadap S. epidermidis memberikan hasil S. epidermidis resisten terhadap
oksasilin sebesar 61% serta pengujian Etest memberikan hasil S. epidermidis resistensi
terhadap sefoksitin sebesar 58%. Fenomena resistensi yang terjadi pada bakteri patogen
mendorong dilakukannya pencarian produk antimikrobia yang baru, khususnya dari tanaman
(Karmegam, 2008).
Menurut Carmona dan Pereira (2013), obat-obat modern hanya akan membuat
patogen lebih cepat dalam mengembangkan resistensinya terhadap komponen senyawa
tunggal, sedangkan tanaman akan selalu berevolusi untuk bertahan hidup, tanaman mungkin
memiliki komplek fitokimia yang mampu berinteraksi secara sempurna untuk saling
melengkapi dalam menyelesaikan tugasnya. Berbagai senyawa yang terkandung dalam
sebuah tanaman diketahui memiliki sifat untuk menunda resistensi
Efek ekstrak tanaman sebagai agen antimikrobia telah banyak dipelajari di berbagai
belahan dunia (Karmegam, 2008). Melina (2016) melaporkan bahwa ekstrak daun sirih
(Piper betle L.) memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. epidermidis pada seluruh
konsentrasi (62,5 mg/mL, 125 mg/mL, 250 mg/mL, 500 mg/mL, 1000 mg/mL) dengan
diameter zona hambat ≥21mm. Kusuma et al. (2016) melaporkan bahwa ekstrak etanol daun

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.) memiliki diameter inhibisi terhadap S.
epidermidis ≥14mm pada semua konsentrasi (20%w/v, 40%w/v, 60%w/v, 80%w/v).
Belakangan ini, terapi kombinasi merupakan suatu cara untuk mengatasi kasus
infeksius ketika agen monoterapi sudah tidak mampu mengatasi (Kinuthia et al, 2013).
Dalam suatu kombinasi herbal dengan herbal yang lain, pada masing-masing herbal akan
terdapat proporsi kimia aktif. Proporsi kimia aktif tersebut akan memiliki aksi farmakologi
yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya, yakni sinergistik, antagonistik, dan proteksi
(aksi perlindungan terhadap komponen sinergistik secara fisika dan kimia) (Tripathi, 2010).
Bukti efek sinergistik pada penggunaan multi-herbal masih kontroversial (Zhou et al, 2016).
Maka perlu dilakukan eksplorasi mengenai kombinasi herbal-herbal untuk mendapatkan
efek terapetik yang dibutuhkan (Tao-Che et al, 2013).
Menurut Novianti (2013), senyawa golongan fenol yang terkandung dalam daun sirih
diduga larut dalam air. Chakraborty dan Shah (2011), melaporkan bahwa kandungan fenol,
tanin, dan flavonoid dari daun sirih larut dalam akuades. Maka, diprediksi senyawa golongan
yang bersifat antibakteri dalam daun sirih yang akan larut dalam akuades adalah tanin dan
flavonoid. Lalu, senyawa golongan yang terkandung dalam daun sirih merah yang akan larut
dalam akuades adalah flavonoid, polifenol dan tanin.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan aktivitas
antibakteri ketika dibuat sediaan infusa kombinasi antara daun sirih dan daun sirih merah
lalu dibandingkan dengan sediaan infusa tunggal daun sirih dan infusa tunggal daun sirih
merah terhadap bakteri S. epidermidis. Dengan melihat perbandingan aktivitas antibakteri
tersebut, dapat diketahui potensi sediaan infusa (infusa bentuk kombinasi atau infusa
tunggal) yang lebih baik untuk diteliti dan dikembangkan lebih lanjut sebagai potensi
antibakteri terhadap S. epidermidis.

2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

METODE PENELITIAN

Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan eksperimental murni dengan rancangan post-test only
control group design. Rancangannya yakni, terdapat dua kelompok. Kelompok pertama
diberi perlakuan dan kelompok lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut
kelompok eksperimen sedangkan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok
kontrol (Sugiyono, 2012). Kemudian hasilnya saling dibandingkan dan dilihat
perbedaannya.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yakni oven dengan pengaturan suhu, loyang/wadah, kipas
angin, timbangan digital, timbangan analitik, pemanas (heating mantle), labu destilasi,
tabung kondenser, selang, pipa leher penyambung, bejana infusa, penangas air, termometer,
kain flannel, gelas beker, cawan petri, korek api, ose, inkubator, autoklaf, vortex, tabung
reaksi, rak tabung reaksi, bunsen, erlenmeyer, gelas ukur, kertas coklat, spreader, penjepit,
sendok, pinset, mikropipet, pipet volum (1 mL dan 10mL), glasfirn, mistar.
Bahan yang digunakan yaitu bakteri S. epidermidis dalam bentuk kultur bakteri
murni, daun sirih dan daun sirih merah, akuades, media NA (Nutrient Agar) dan NB
(Nutrient Broth), standar II McFarland, paperdisk ampicillin-sulbactam, paperdisk blank,
dan toluen p.a (pro-analysis).
Determinasi Tanaman
Bahan yang dideterminasi adalah tanaman sirih dan sirih merah yang diperoleh dari
Merapi Farma Herbal, Kaliurang, Sleman, Yogyakarta. Determinasi dilakukan oleh seorang
ahli di Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Determinasi tanaman
dilakukan dengan cara mencocokan ciri-ciri morfologi pada tanaman sirih terhadap acuan
kepustakaan.
Pengumpulan Bahan Uji
Daun sirih dan daun sirih merah didapatkan dari Merapi Farma Herbal, Kaliurang,
Sleman, Yogyakarta. Bahan uji sebelumnya telah ditentukan kriterianya yakni diperoleh di
tempat tumbuh dan waktu panen harian yang sama dengan umur yang sama. Daun sebagai
bahan uji dipilih yang memiliki ukuran lebar yakni berkisar 15-20 cm, dan tidak terlalu muda
ataupun tua (Werdhany et al, 2008). Kriteria selanjutnya adalah proses pemanenan dilakukan

3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

di pagi hari sebelum matahari terbit. Proses pengumpulan daun dilakukan menggunakan
tangan dan menghindari menggunakan alat-alat logam (Katno, 2008).
Pembuatan Simplisia
Pembuatan simplisia mengacu pada standar Pengelolaan Pasca Panen Tanaman Obat
yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan RI (2008). Pertama dilakukan sortasi basah
yakni memisahkan pengotor dan barang-barang asing seperti tanah, kerikil, rumput, dan
gulma dari bahan uji. Selanjutnya dilakukan penimbangan dan ditentukan dalam satuan
gram. Lalu dilakukan proses pencucian dengan air bersih yang mengalir, kemudian ditiriskan
dalam rak sambil sesekali dibolak-balik dan diangin-anginkan menggunakan kipas angin.
Selanjutnya dilakukan proses pengeringan menggunakan oven. Bahan uji dikeringkan
dengan temperatur 40°C selama 4 hari hingga didapati telah kering, ditandai mudah patah,
mudah diremas, dan tidak terasa basah ketika diraba. Proses sortasi kering, dilakukan dengan
memisahkan bahan dengan pengotor, benda-benda asing. Selanjutnya dilakukan
penimbangan. Kemudian simplisia disimpan di dalam wadah yang tertutup rapat. Lalu
diletakkan di tempat yang kering dan tidak terkena sinar matahari secara langsung.
Penentuan Kadar Air dengan Destilasi Toluen
Penentuan kadar air dengan metode destilasi toluen mengacu pada standar penentuan
kadar air yang direkomendasikan WHO (2011) dan Zainab et al. (2016). Simplisia kering
diremas lalu dihaluskan menggunakan mortir dan stamper hingga merata, ditimbang kurang
lebih simplisia sebanyak 20 gram. Alat-alat destilasi dibilas menggunakan akuades lalu
dikeringkan menggunakan oven selama kurang lebih 1 jam. Toluen dijenuhkan dengan cara
yakni toluen p.a sebanyak 200 mL dimasukan dalam corong pisah lalu ditambahkan akuades
sebanyak 20 mL, digojog lalu didiamkan kurang lebih 1 jam hingga didapati terbentuk 2
fase. Air dialirkan hingga batas fase sehingga didapatkan toluen jenuh air.
Lalu dimasukan serbuk simplisia yang telah halus sebanyak 20 gram ke dalam labu
alas bulat. Toluen jenuh air dimasukan sebanyak 195 mL ke dalam labu alas bulat.
Selanjutnya peralatan destilasi dirangkai lalu dimulai pemanasan dengan hati-hati selama 15
menit. Setelah toluen mendidih, maka diatur penyulingan dengan kecepatan 2 tetes/detik
hingga didapat sebagian air tersuling dilanjutkan kecepatan 4 tetes/detik. Setelah itu
kondensor dibilas dengan 5 mL toluen. Penyulingan dilanjutkan selama 5 menit dan
kemudian didinginkan hingga suhu kamar. Lalu dilakukan pengukuran setelah dipastikan air
dan toluen memisah sempurna. Perhitungan dilakukan dalam % volume/berat.

4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pembuatan Infusa
Pembuatan infusa mengacu pada standar dalam Acuan Sediaan Herbal yang
diterbitkan oleh BPOM (2012). Masing-masing simplisia daun sirih dan daun sirih merah
yang telah kering, diremas lalu ditimbang sebanyak 60 gram, lalu ditambahkan akuades
sebanyak 120 cc untuk membasahkan simplisia, selanjutnya ditambahkan akuades sebanyak
60 cc hingga simplisia terendam, lalu dipanaskan dalam penangas air selama 15 menit,
dihitung ketika suhu dalam panci telah mencapai 90°C sambil sesekali diaduk. Selanjutnya,
diserkai dengan kain flannel. Apabila volume akhir yang didapat kurang dari 60 cc, maka
perlu ditambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh 60 cc. Sehingga
didapatkan infusa tunggal daun sirih dan daun sirih merah dengan konsentrasi 100% b/v.
Pembuatan infusa kombinasi daun sirih dan daun sirih merah mengadaptasi metode
pada penelitian Safithri (2012) dan Kinuthia (2013). Infusa tunggal daun sirih dan daun sirih
merah dicampur dengan rasio 1:1 selagi panas. Rasio 1:1 didapatkan dengan mencampurkan
20 cc infusa daun sirih dengan 20 cc infusa daun sirih merah sambil diaduk, sehingga
didapati infusa kombinasi rasio 1:1 dengan konsentrasi 100% b/v sebanyak 40 cc.
Pengujian Aktivitas Antibakteri
Pengujian infusa kombinasi dan infusa tunggal mengacu pada Das et al. (2009) dan
Prayoga (2013). Kultur murni yang diperoleh dalam bentuk media NA miring. Subkultur
dilakukan dengan cara menginokulasikan 1 ose biakan murni bakteri S. epidermidis ke dalam
Nutrient Agar yang telah padat, kemudian media diinkubasikan pada suhu 37°C selama 24
jam. Subkultur dilakukan pula pada media cair, dengan cara menginokulasikan 1 ose biakan
murni bakteri ke dalam Nutrient Broth, lalu diinkubasikan pada suhu 37°C selama 24 jam.
Pengujian daya hambat pertumbuhan bakteri dilakukan dengan metode difusi disk.
Stok bakteri pada media cair Nutrient Broth di-vortex dan dilakukan penyamaan kekeruhan
yakni mengikuti II McFarland (6.108 CFU/mL). Selanjutnya diambil sebanyak 0,2 mL dari
stok bakteri dan di-spread pada media Nutrient Agar yang telah memadat.
Cakram kosong (paperdisk blank) berukuran 5 mm masing-masing diberikan
perlakuan (infusa dan kontrol negatif) sebanyak 20 µL, lalu diletakan diatas permukaan agar
dengan teknik aseptis. Lalu cakram kontrol positif berupa paperdisk ampicilin-sulbactam
diletakan diatas permukaan agar dengan teknik aseptis. Selanjutnya diinkubasikan dalam
inkubator dengan suhu 37°C selama 24 jam. Kontrol positif berupa paperdisk antibiotik
ampisilin/sulbactam dengan konsentrasi 20 µg (rasio 1:1), dengan rincian konsentrasi
ampisilin 10 µg dan sulbactam 10 µg.
5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pada masing-masing cawan petri berisi kontrol positif, kontrol negatif (akuades),
perlakuan (infusa tunggal daun sirih 100% b/v, infusa tunggal daun sirih merah 100% b/v,
infusa kombinasi 1:1 100% b/v).
Dilakukan pembuatan kontrol media, kelompok kontrol media, hanya berisi Nutrient
Agar sedangkan pada kontrol pertumbuhan, berisi Nutrient Agar dan diinokulasikan bakteri.
Dilakukan replikasi pada masing-masing kelompok yakni sebanyak tiga kali.
Pengukuran diameter zona hambat dilakukan keesokan harinya, pengukuran zona
hambat dilakukan menggunakan mistar dengan satuan mm. Zona hambat didefinisikan
sebagai zona bening yang terbentuk disekitar kertas cakram (paper disk) pada tiap perlakuan.
Pengukuran zona dilakukan pada zona iradikal, yakni daerah disekitar disk berupa zona yang
keruh tetapi masih lebih jernih dibandingkan pertumbuhan disekitarnya. Pengukuran zona
hambat dilakukan dengan mengukur diameter X dan Y dalam satuan milimeter, kemudian
masing-masing dikurangkan dengan diameter paper disk.. Hasilnya kemudian dijumlahkan
− + −

dan dibagi dua. Jadi diameter zona hambat =

(Sendy et al, 2014).

Gambar 1. Cara pengukuran diameter zona hambat
Teknik Analisis Data Penelitian
Analisis data dari hasil pengukuran diameter zona hambat diawali dengan menguji
distribusi normalitas menggunakan uji pearson chi-square. Uji homogenitas varian
dilakukan dengan uji Levene, apabila didapati data terdistribusi normal dan variansi data
homogen maka dilanjutkan dengan uji ANOVA One-Way. Apabila ditemukan perbedaan
maka dilanjutkan Post-Hoc dengan TukeyHSD pada taraf kepercayaan 95%. Serangkaian
pengujian statistik dilakukan menggunakan program R i386 (versi 3.31).

6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini telah dilakukan determinasi dengan
melihat ciri-ciri tanaman tersebut. Hasil identifikasi yang ditunjukan pada surat keterangan
(Lampiran 1.) menerangkan bahwa ciri-ciri tanaman tersebut sama dengan ciri-ciri tanaman
sirih (Piper betle L.) dan tanaman sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.). Hal ini
membuktikan bahwa kedua jenis tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah benar
sirih (Piper betle L.) dan sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav.).
Daun sebagai bahan uji dipilih dengan ukuran relatif lebar yakni berkisar 15-20 cm,
dan cukup tua (tidak terlalu muda ataupun tua) agar diperoleh kadar zat aktif yang masih
tinggi (Werdhany et al, 2008). Daun yang cukup tua ditandai dengan warna daun yang lebih
gelap. Waktu pemanenan dilakukan di pagi hari untuk meminimalisir hilangnya minyak
atsiri akibat terkena cahaya matahari. Pengumpulan bahan uji menghindari penggunaan alatalat logam karena berpotensi merusak beberapa senyawa kimia yang terkandung dalam daun
seperti tanin dan fenol (Katno, 2008), sehingga dilakukan secara manual (menggunakan
tangan).

Gambar 2. Tanaman sirih

Gambar 3. Tanaman sirih merah

Selanjutnya dilakukan sortasi basah pada daun sirih dan daun sirih merah, kemudian
dilakukan proses penimbangan. Lalu dilakukan proses pencucian hingga proses pengeringan
menggunakan oven pada suhu 40°C. Bahan yang telah kering selanjutnya di-sortasi kering
dan ditimbang. Proses penimbangan menghasilkan data sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil penimbangan daun sirih dan daun sirih merah
Daun sirih

Daun sirih merah

Penimbangan awal (gram)

1406,52

1685,92

Pasca pengeringan (gram)

281,30

392,07

20%

23,26%

Prosentase rendemen simplisia
7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pada penelitian ini dilakukan penentuan kadar air. Kadar air merupakan parameter
yang berfungsi untuk menentukan stabilitas simplisia. Adanya kelebihan air pada material
herbal memudahkan pertumbuhan mikrobia serta mendukung reaksi hidrolisis. Oleh karena
itu penting untuk memberikan batasan kadar air pada bahan herbal (WHO, 2011). Menurut
BPOM (2014), kadar air yang dapat diterima untuk kualitas simplisia yang baik ialah