PENDAHULUAN Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Ketepatan Pemilihan Obat Influenza Pada Masyarakat Kabupaten Wonogiri.

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Influenza (flu) adalah penyakit pernapasan menular akut yang disebabkan oleh virus influenza yang terdiri dari beberapa tipe dan subtipe. Para ahli menggolongkan influenza berdasarkan tiga tipe yaitu tipe A, B, dan C yang tergolong dalam myxovirus yang diantaranya juga dapat menyebabkan parotitis, konjungtivitis dan parainfluenza. Dari tiga tersebut tipe A dan B yang sering menyebabkan penyakit pada manusia, bisa penyakit ringan sampai penyakit berat (Abelson, 2009). Periode inkubasi merupakan lama waktu yang dibutuhkan dari pertama terpapar virus sampai menimbulkan gejala. Masa inkubasi influenza sekitar 1 sampai 5 hari, tergantung dari kekebalan tubuh seseorang yang diserang atau rata-rata 2 hari (Soedarto,1996). Seseorang yang terserang oleh virus infulenza akan merasakan gejala tidak enak badan, lelah, demam, pusing, bersin-bersin, dan bahkan dapat menyebabkan nyeri otot dan persendian (Prabu, 1996). Virus influenza merupakan virus yang beredar luas diseluruh dunia. Virus influenza yang tersebar tersebut berpotensi besar menyebabkan pandemi karena manusia belum memiliki kekebalan terhadap virus tersebut (Endang, dkk, 2009).

Saat ini belum ada antivirus yang khusus untuk pengobatan influenza, maka terapi pengobatan hanya untuk meringankan tanda dan gejala yang muncul (terapi simptomatik). Tindakan pengobatan sendiri atau swamedikasi sekarang ini banyak dipilih masyarakat untuk pengobatan influenza. Banyak sekali obat influenza yang dijual dipasaran dan umumnya berisi kombinasi dari beberapa zat aktif antara lain analgesik antipiretik, dekongestan, dan antihistamin. Obat influenza tidak digunakan untuk menyembuhkan tapi hanya meringankan gejala yang timbul akibat influenza. Dalam hal ini masyarakat juga harus memahami efek samping serta komposisi obat agar komponen obat yang diminum sesuai dengan gejala yang dialami (BPOM, 2006).

Menurut penelitian sebelumnya, tingkat pengetahuan dan tindakan tentang swamedikasi penyakit maag pada mahasiswa fakultas farmasi yang ditujukan


(2)

pada 69 responden diperoleh hasil yang sangat baik sekali, diantaranya 19 responden dengan pengetahuan baik, dan 12 responden dengan berpengatahuan cukup. Distribusi tindakan swamedikasi menunjukan 93 responden dengan tindakan swamedikasi baik sekali dan 7 responden dengan kategori baik. Dari hasil penelitian tersebut telah menunjukan adanya tingkat hubungan antara tingkat pengetahuan dan tindakan swamedikasi penyakit maag (Wardani, 2011).

Pengetahuan mengenai influenza sangat diperlukan supaya didapat pemilihan obat yang tepat. Media pengetahuan saat ini sudah sangat berkembang sekali. Masyarakat bisa memperoleh informasi dari mana pun yang dia inginkan baik dari iklan di televisi, radio, spanduk, poster, bahkan masyarakat bisa mengakses informasi tentang pengobatan influenza melalui internet yang bisa diakses tanpa batas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara tingkat pengetahuan dengan ketepatan pemilihan obat untuk influenza. Melihat gambaran tersebut tingkat pengetahuan tentang influenza sangat dibutuhkan agar suatu tindakan pengobatan sendiri berjalan dengan tepat pada saat masyarakat menderita influenza.

B. Rumusan Masalah

Dari penelitian sejenis yang dilakukan oleh di atas dapat diperoleh rumusan masalah “bagaimana hubungan antara tingkat pengetahuan dengan ketepatan pemilihan obat influenza pada masyarakat di Kabupaten Wonogiri ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan ketepatan pemilihan obat influenza pada masyarakat di Kabupaten Wonogiri.


(3)

D. Tinjauan Pustaka 1. Influenza

a. Definisi

Influenza merupakan infeksi spesifik pada manusia yang disebabkan oleh virus dan merupakan penyakit yang memiliki sifat self-limiting, dimana bila tidak terjadi komplikasi dengan penyakit lain, penyakit akan sembuh sendiri pada periode 4-7 hari (Soedarto, 1996). Tergantung dari kondisi daya tahan tubuh yang diserang, semakin kuat daya tahan tubuh maka semakin cepat membaik kondisinya. Daya tahan tubuh dipengaruhi oleh pola hidup sehari-hari seseorang (BPOM, 2006). Influenza adalah penyakit pada saluran pernafasan yang menyerang bagian nasal atau hidung, penyebaran penyakit ini disebabkan oleh virus. Virus ini tersebar luas diseluruh dunia dan dapat mempengaruhi orang tanpa memandang usia dan jenis kelamin (WHO, 2009).

b. Etiologi

Penyakit influenza berdasarkan seasonal nya terbagi menjadi 3 yakni A, B dan Tipe C, yang termasuk dalam golongan myxovirus seperti halnya virus-virus penyebab parotits (mumps virus) dan virus Newcastle penyebab konjungtivitis dan virus parainfluenza. Diantara ketiga tipe tersebut, influenza tipe A merupakan yang paling banyak beredar di antara manusia dan dianggap bertanggung jawab atas kejadian epidemik (Maryani & Kristina, 2004). Virus influenza bersirkulasi di setiap bagian dunia. Pada kasus influenza yang terjadi sangat jarang yang terjangkit virus tipe C dari A dan B. Seasonal influenza sangat mudah menyebar bila seseorang terinfeksi batuk, tetesan yang terinfeksi masuk dan mengkontaminasi udara dan orang lain bisa tertular jika menghirup udara yang tersebar oleh virus tersebut. Mekanisme ini dikenal sebagai air borne transmission. Virus juga ditularkan melalui tangan yang terinfeksi virus. Untuk menghindari penularan, penderita influenza harus menutup mulut dan hidung mereka dengan masker jika sedang beraktivitas, dan mencuci tangan mereka secara teratur (WHO, 2009).


(4)

c. Gejala

Gejala yang timbul bila tubuh terserang influenza biasanya akan muncul gejala demam berkisar 38,3-38,9°C, batuk kering, batuk berdahak dan hidung terasa tersumbat. Gejala lain yang timbul juga akan menyebabkan penderita akan merasa sulit untuk melakukan aktivitas sehari-hari antara lain rasa nyeri pada persendian, sakit pada kepala dan badan, lemas, dan hidung berair atau lendir (Tjay dan Rahardja, 2002). 

Inkubasi virus terjadi sekitar 2 hari, tetapi dapat bervariasi antara 1 sampai 5 hari. Tingkat keparahan influenza tergantung dari imunitas seseorang dengan antigen varian virus. Umumnya, hanya 50% dari orang yang terinfeksi influenza akan timbul gejala klinis klasik influenza. Pada saat masa inkubasi virus tubuh tidak akan terasa gejala apapun. Setelah masa inkubasi gejala-gejala mulai dirasakan dan berlangsung terus-menerus kurang lebih selama satu minggu. Hal ini akan memicu kerja dari sistem imun tubuh yang kemudian setelah kurang lebih satu minggu tubuh akan mengalami pemulihan hingga akhirnya benar-benar sembuh dari influenza (Spickler, 2009).

Jika tidak terjadi komplikasi, suhu panas badan akan menjadi normal dalam waktu beberapa hari sampai 1 minggu. Penderita juga akan sembuh dengan cepat. Influenza jenis ini merupakan sebagian besar penyebab epidemi pada tahap permulaan. Apabila influenza disertai komplikasi ringan, gejala akan menjurus menjadi lebih berat diikuti dengan sinusitis, bronkitis, dan batuk yang berlangsung terus sampai berminggu-minggu dengan disertai dahak yang kental. Influenza yang paling berat adalah pneumonic influenza dengan gambaran panas badan tinggi, pernafasan yang cepat, kelemahan dan rasa lelah yang hebat dan kulit menjadi pucat, serta penderita kerap disertai dengan batuk darah (Soedarto, 1996). d. Pengobatan

Penderita flu disarankan agar banyak beristirahat, minum banyak cairan dan makan makanan yang bergizi, dan bila perlu mengkonsumsi obat-obatan yang dapat meredakan gejala yang diderita (BPOM, 2009). Adapun tindakan yang dianjurkan untuk mengurangi gejala tanpa pengobatan antara lain :


(5)

1) Istirahat dan cukup tidur

2) Makan diet sehari-hari yang bervariasi dengan banyak konsumsi sayur-mayur dan buah-buahan

3) Minum cukup cairan dan istirahat selama satu sampai tiga hari sampai tubuh pulih.

4) Menghindari tempat-tempat umum untuk mencegah penularan

5) Penderita influenza juga disarankan untuk mandi dengan air hangat untuk meringankan nyeri pada otot (Kristina, 2004).

Obat flu adalah obat untuk mengurangi gejala, umumnya adalah obat tanpa resep dokter yang dengan mudah dapat diperoleh di apotek-apotek dan toko obat berizin. Obat flu umumnya merupakan kombinasi dari beberapa zat aktif, kombinasinya antara lain: Analgetik/antipiretik kombinasi dengan nasal dekongestan, Analgetik/antipiretik kombinasi dengan nasal dekongestan dan antihistamin, Analgetik/antipiretik kombinasi dengan nasal dekongestan, antihistamin, antitusif dan espektoran.

2. Zat Aktif Obat a. Analgetik, Antipiretik

Mekanisme analgetik/antipiretik kerja meringankan gejala rasa sakit dan menurunkan demam atau panas. Zat aktif yang memiliki khasiat analgesik antipiretik yang terdapat dalam obat flu adalah : parasetamol, ibuprofen, asetosal.

Tabel 1. Zat Aktif Analgesik pada Obat Influenza

Obat Indikasi Kontraindikasi Dosis Efek samping

Parasetamol Meredakan nyeri dan demam

Alergi parasetamol, penyakit hati dan ginjal

Dewasa 1x 500-1000mg 1 hari 4000mg

Gangguan

pencernaan, jangka panjang

menyebabkan gangguan fungsi hati Ibuprofen Meredakan nyeri,

dan inflamasi atau peradangan

Ibu hamil, gangguan fungsi hati dan ginjal

Dosis maksimal 1200mg/ hari Dewasa 200 – 400mg 1 kali Anak-anak 20mg/kg/hari

Diare dan konstipasi

Asetosal Analgetik, antipiretik, antiinflamasi non steroid Alergi aspirin, asma, hemofilia dan trombositopneni Dosis maksimal 8000mg/hari

Dewasa 300-1000mg 1 kali Anak-anak 80mg/kgBB/hari

Mual, muntah, dipsneu,

trombositopenia

(BPOM, 2008)

b. Nasal Dekongestan atau melegakan hidung tersumbat

Nasal Dekongestan adalah obat yang efeknya mengurangi rasa tersumbat pada hidung akibat adanya cairan atau lendir. Obat-obat dekongestan hidung yang


(6)

terkandung dalam obat influenza antara lain : pseudoefedrin, fenil propanolamin, fenilefrin, efedrin.

Tabel 2. Zat Aktif Dekongestan Pada Obat Influenza

Obat Indikasi Kontraindikasi Dosis Efek samping

pseudoefedrin Bersin, puritus nasal dan okular,

rhinitis alergi

Hipertiroid tak terkontrol

Dewasa 1x 10-30mg, 1 hari 100mg

Mual, muntah, mulut kering

Fenilpropanol amin

Dekongestan - 50 mg (per oral), 1

kali sehari

gelisah, kelelahan, insomnia, pusing, mual,

hipertensi, tachycardi Fenilefrin Nasal dekongestan - 60 mg per hari bradycardi, excitability,

hipertensi, arrhythmias, sakit kepala, gelisah, penurunan perfusi ginjal,

sulit bernapas. Efedrin Bronkodilator,

dekongestan

hipersensitivitas terhadap efedrin

12,5-25 mg tiap 4 jam

kecemasan, gemetar, pusing, Sakit kepala ringan, insomnia, aritmia, hipertensi,

stroke.

(BPOM, 2008)

c. Antihistamin

Antihistamin adalah kelompok obat yang dapat berkompetisi melawan histamin, yaitu salah satu mediator dalam tubuh yang dilepas pada saat terjadi reaksi alergi. Zat aktif yang termasuk golongan ini antara lain Klorfeniramin Maleat, Deksklorfeniramin Maleat, Prometazin, Difenhidramin.

Tabel 3. Zat Aktif Antihistamin Pada Obat Influenza

Obat Indikasi Kontraindikasi Dosis Efek samping

CTM Gejala alergi akibat

alergen, utikaria, pengobatan darurat reaksi anafilaktik

Serangan asma akut, Kehamilan

Dewasa 1X 4mg 1 hari 24mg

Mengantuk Deksklorfeniramin maleat Rhinitis alergi, urtikaria, saluran nafas sistemik

Serangan asma akut, bayu baru lahir, prematur

Dewasa 2mg Anak-anak 2-6 th 0,5mg 6-12 th 1mg

Sedasi, gangguan

saluran cerna, hipotensi,

kelemahan otot Difenhidramin Alergi kulit dan

alergi saluran nafas

Hipersensitif difenhidramin, neonatus, dan asma akut

Dewasa 25mg, 3 atau 4 kali sehari Anak-anak 6-10 tahun 12,5mg 3 atau 4 kali sehari.

pengaruh pada jantung dan SSP, gangguan darah, gangguan saluran cerna.

(BPOM, 2008)

d. Pengencer Dahak

Ekspektoran dan Mukolitik digunakan untuk batuk yang disertai dahak, dimaksudkan untuk mempermudah pengeluaran dahak. Zat aktif yang biasanya terkandung pada obat flu adalah: gliseril guaiakolat, ammonium klorida, bromheksin, ambroxol, succus liquiriteae.


(7)

Tabel 4. Zat Aktif Ekspektoran Pada Obat Influenza

Obat Indikasi Kontraindikasi Dosis Efek samping

Bromheksin Mukolitik atau pengencer dahak pada batuk berdahak

Hipersensitif bromheksin

Dosis lazim 4-8mg th/ Mual, muntah, terasa begah / kembung,

Glyseril guaikolat Meredakan batuk berdahak Alergi glyseril guaikolat

Oral 4-6 kali 100-200mg

Dewasa Sehari 3 kali 1−2 tablet

Anak-anak Sehari 3 kali tablet.

Iritasi lambung (mual, muntah)

Amonium klorida

Pengencer dahak gangguan fungsi hati, jantung dan diabetes militus. hipersensitif terhadap obat ini.

Dewasa 300mg tiap 4 jam

Pusing, mengantuk, mual muntah, mulut kering, sakit kepala

Ambroxol Pengencer dahak Hipersensitif ambroxol, ulkus lambung

Dewasa 30mg 1 kali Anak anak 15mg 1 kali

Reaksi

gastrointestinal mual muntah, nyeri ulu hati

(BPOM, 2008). e. Antitusif

Antitusif merupakan obat yang bekerja pada susunan saraf pusat, guna menekan pusat batuk dan menaikkan ambang rangsang batuk. Zat aktif yang termasuk antitusif antara lain Dekstrometorfan HBr.

Tabel 5. Zat Aktif Antitusif Pada Obat Influenza

Obat Indikasi Kontraindikasi Dosis Efek samping

Dektrometorfan HBr Meringankan batuk kering Hipersensitif Dekstrometorfan HBr, penyakit hati Dewasa

1X 10-20mg tiap 4 jam Maksimal 120mg sehari

Pusing, mengantuk, mual, konstipasi

(BPOM, 2008). 3. Pemilihan Obat

Pengobatan yang diberikan pada penderita influenza pengobatan suportif dan simtomatik saja (Soedarto, 1996). Walaupun influenza adalah self-limiting desease namun perlu terapi untuk mengobati gejala yang menyertai. Gejala yang muncul saat influenza antara lain demam, sakit kepala, hidung tersumbat, nyeri otot, dan batuk kering. Pengobatan sendiri adalah penggunaan obat oleh masyarakat untuk tujuan pengobatan sakit ringan, tanpa resep atau intervensi dokter. Pengobatan sendiri dalam hal ini dibatasi hanya untuk obat-obat modern, yaitu obat bebas dan obat bebas terbatas. Keuntungan pengobatan sendiri menggunakan obat bebas dan obat bebas terbatas antara lain: aman bila digunakan sesuai dengan aturan, efektif untuk menghilangkan keluhan, efisiensi biaya, efisiensi waktu, bisa ikut berperan dalam mengambil keputusan terapi, dan meringankan beban pemeritah dalam keterbatasan jumlah tenaga dan sarana kesehatan di masyarakat (Kristina dkk., 2008).


(8)

Obat influenza merupakan kombinasi dari berbagi komponen disesesuaikan dengan tanda dan gejala yang dialami pasien. Agar diperoleh efek yang tepat, maka pasien harus memperhatikan indikasi, kontra indikasi, efek samping, dosis obat, dan waktu kadaluarsa. Berikut obat yang tersedia yang ada dipasaran yang berisi beberapa kombinasi. Kombinasi merupakan dua atau lebih bahan aktif yang digunakan secara bersamaan atau dalam satu sediaan obat mengandung dua atau lebih bahan aktif obat. Contoh obat flu dipasaran : Ultraflu, Sanaflu, Inza, Procold, Mixagrip, Bodrex Flu, Neozep, Decolgen, Paramex, Stopcold.

4. Kerasionalan Pemilihan Obat

Kersionalan obat adalah tujuan agar tercapai pengobatan yang efektif, aman, dan ekonomis. Agar tercapai tujuan tersebut maka pemilihan obat harus memenuhi prinsip-prinsip farmakologi sebagai berikut :

a. Tepat indikasi

Yaitu pemilihan obat yang didasarkan penegakan diagnosis atau indikasi penyakit pasien.

b. Tepat obat

Yaitu responden memilih obat berdasarkan dari gejala penyakit yang diderita. c. Tepat pasien

Yaitu pasien memilih/menggunakan obat yang tidak terdapat kontraindikasi pada penderita yang bersangkutan dan riwayat penyakit lain yang pernah diderita. d. Tepat dosis

Yaitu dosis obat yang digunakan harus sesuai range terapi obat tersebut. Obat mempunyai karakteristik farmakodinamik maupun farmakokinetik yang akan mempengaruhi kadar obat di dalam darah dan efek terapi obat. Dosis juga harus disesuaikan dengan kondisi pasien dari segi usia, berat badan, maupun kelainan tertentu.

e. Waspada efek samping

Setiap pengobatan pasti ada efek lain selain efek utama pada terapi, untuk itu responden diharapkan untuk mengetahui hal tersebut. Agar dapat memanajemen efek samping dengan baik.


(9)

                     

(Depkes, 2008) Gambar 1. Analisis Ketepatan Pemilihan Obat

9

Obat keras Obat bebas

Tidak tepat obat

Tepat obat  

Ada indikasi

Ada obat tanpa indikasi

Ada indikasi tanpa obat

Riwayat

Tidak tepat indikasi Tepat indikasi

Kontraindikasi Tidak

kontraindikasi

Tidak tepat pasien

Tepat pasien

Aturan pakai

Takaran tepat Frekuensi tepat Durasi sesuai

Tepat dosis Takaran tepat Frekuensi tepat Durasi tidak tepat

Tepat dosis Takaran tepat Frekuensi tidak tepat Durasi < 14 hari

Tepat dosis

Takaran tidak tepat Frekuensi tepat Durasi < 14 hari Tepat dosis Takaran tepat Frekuensi tepat Durasi > 14 hari

Tepat dosis

Frekuensi tidak tepat Takaran tidak tepat

Durasi > 14 hari


(10)

5. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu”, proses ini terjadi setalah dilakukan pengindraan melalui panca indra yang dimiliki oleh manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba terhadap suatu objek tertentu. Melalui proses tersebut seseorang akan memperoleh pengalaman atau pendidikan yang mempengaruhi kognitif seseorang terhadap sesuatu (Notoatmodjo, 2005). Faktor-fakor yang mempengaruhi pengetahuan ada 2 yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya pendidikan, minat, usia, pengalaman. Sedangakan faktor eksternalnya adalah tingkat ekonomi, informasi, dan budaya atau lingkungan sekitar (Notoatmodjo, 2003).

E. Landasan Teori

Influenza adalah infeksi spesifik pada manusia yang disebabkan oleh virus, dan menimbulkan gejala yang timbul dengan cepat berupa demam radang kataral saluran pernafasan, dan saluran pernafasan. Pada umunya penyakit ini akan sembuh dengan sendirinya (Soedarto, 1996). Bahan aktif dalam obat flu sebagian besar adalah kombinasi antihistamin dengan dekongestan. Variasi bahan aktif lainnya yang ada dalam kombinasi-tetap (fixed dose combination) obat flu adalah analgesik, antitusif, ekspektoran dan stimulan. Variasi dosis komponen bahan aktif dalam kombinasi tetap obat flu masih dalam batas dosis yang direkomendasi, kecuali fenilpropanolamin (dekongestan), tercatat masih ada preparat dengan kekuatan dosis lebih besar dari dosis yang direkomendasi (Retno, 2014).

Menurut Wardani (2011) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan ketepatan pemilihan obat swamedikasi pada mahasiswa farmasi. Dari hasil penelitian diatas bahwa pengetahuan memiliki korelasi yang sangat berpengaruh dengan ketepatan tindakan swamedikasi yang dilakukan (Wardani, 2011).


(11)

F.Hipotesis

H0 : Tidak ada Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan ketepatan pemilihan obat influenza pada masyarakat Kabupaen Wonogiri

Ha : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan ketepatan pemilihan obat influenza pada masyarakat Kabupaten Wonogir


(1)

6

 

terkandung dalam obat influenza antara lain : pseudoefedrin, fenil propanolamin, fenilefrin, efedrin.

Tabel 2. Zat Aktif Dekongestan Pada Obat Influenza

Obat Indikasi Kontraindikasi Dosis Efek samping

pseudoefedrin Bersin, puritus nasal dan okular,

rhinitis alergi

Hipertiroid tak terkontrol

Dewasa 1x 10-30mg, 1 hari 100mg

Mual, muntah, mulut kering Fenilpropanol

amin

Dekongestan - 50 mg (per oral), 1 kali sehari

gelisah, kelelahan, insomnia, pusing, mual,

hipertensi, tachycardi Fenilefrin Nasal dekongestan - 60 mg per hari bradycardi, excitability,

hipertensi, arrhythmias, sakit kepala, gelisah, penurunan perfusi ginjal,

sulit bernapas. Efedrin Bronkodilator,

dekongestan

hipersensitivitas terhadap efedrin

12,5-25 mg tiap 4 jam

kecemasan, gemetar, pusing, Sakit kepala ringan, insomnia, aritmia, hipertensi,

stroke.

(BPOM, 2008)

c. Antihistamin

Antihistamin adalah kelompok obat yang dapat berkompetisi melawan histamin, yaitu salah satu mediator dalam tubuh yang dilepas pada saat terjadi reaksi alergi. Zat aktif yang termasuk golongan ini antara lain Klorfeniramin Maleat, Deksklorfeniramin Maleat, Prometazin, Difenhidramin.

Tabel 3. Zat Aktif Antihistamin Pada Obat Influenza

Obat Indikasi Kontraindikasi Dosis Efek samping

CTM Gejala alergi akibat

alergen, utikaria, pengobatan darurat reaksi anafilaktik

Serangan asma akut, Kehamilan

Dewasa 1X 4mg 1 hari 24mg

Mengantuk Deksklorfeniramin maleat Rhinitis alergi, urtikaria, saluran nafas sistemik

Serangan asma akut, bayu baru lahir, prematur

Dewasa 2mg Anak-anak 2-6 th 0,5mg 6-12 th 1mg

Sedasi, gangguan

saluran cerna, hipotensi,

kelemahan otot Difenhidramin Alergi kulit dan

alergi saluran nafas

Hipersensitif difenhidramin, neonatus, dan asma akut

Dewasa 25mg, 3 atau 4 kali sehari Anak-anak 6-10 tahun 12,5mg 3 atau 4 kali sehari.

pengaruh pada jantung dan SSP, gangguan darah, gangguan saluran cerna.

(BPOM, 2008)

d. Pengencer Dahak

Ekspektoran dan Mukolitik digunakan untuk batuk yang disertai dahak, dimaksudkan untuk mempermudah pengeluaran dahak. Zat aktif yang biasanya terkandung pada obat flu adalah: gliseril guaiakolat, ammonium klorida, bromheksin, ambroxol, succus liquiriteae.


(2)

Tabel 4. Zat Aktif Ekspektoran Pada Obat Influenza

Obat Indikasi Kontraindikasi Dosis Efek samping

Bromheksin Mukolitik atau pengencer dahak pada batuk berdahak

Hipersensitif bromheksin

Dosis lazim 4-8mg th/ Mual, muntah, terasa begah / kembung, Glyseril guaikolat Meredakan batuk berdahak Alergi glyseril guaikolat

Oral 4-6 kali 100-200mg

Dewasa Sehari 3 kali 1−2 tablet

Anak-anak Sehari 3 kali tablet.

Iritasi lambung (mual, muntah)

Amonium klorida

Pengencer dahak gangguan fungsi hati, jantung dan diabetes militus. hipersensitif terhadap obat ini.

Dewasa 300mg tiap 4 jam

Pusing, mengantuk, mual muntah, mulut kering, sakit kepala

Ambroxol Pengencer dahak Hipersensitif ambroxol, ulkus lambung

Dewasa 30mg 1 kali Anak anak 15mg 1 kali

Reaksi

gastrointestinal mual muntah, nyeri ulu hati

(BPOM, 2008). e. Antitusif

Antitusif merupakan obat yang bekerja pada susunan saraf pusat, guna menekan pusat batuk dan menaikkan ambang rangsang batuk. Zat aktif yang termasuk antitusif antara lain Dekstrometorfan HBr.

Tabel 5. Zat Aktif Antitusif Pada Obat Influenza

Obat Indikasi Kontraindikasi Dosis Efek samping

Dektrometorfan HBr Meringankan batuk kering Hipersensitif Dekstrometorfan HBr, penyakit hati Dewasa

1X 10-20mg tiap 4 jam Maksimal 120mg sehari

Pusing, mengantuk, mual, konstipasi

(BPOM, 2008). 3. Pemilihan Obat

Pengobatan yang diberikan pada penderita influenza pengobatan suportif dan simtomatik saja (Soedarto, 1996). Walaupun influenza adalah self-limiting

desease namun perlu terapi untuk mengobati gejala yang menyertai. Gejala yang

muncul saat influenza antara lain demam, sakit kepala, hidung tersumbat, nyeri otot, dan batuk kering. Pengobatan sendiri adalah penggunaan obat oleh masyarakat untuk tujuan pengobatan sakit ringan, tanpa resep atau intervensi dokter. Pengobatan sendiri dalam hal ini dibatasi hanya untuk obat-obat modern, yaitu obat bebas dan obat bebas terbatas. Keuntungan pengobatan sendiri menggunakan obat bebas dan obat bebas terbatas antara lain: aman bila digunakan sesuai dengan aturan, efektif untuk menghilangkan keluhan, efisiensi biaya, efisiensi waktu, bisa ikut berperan dalam mengambil keputusan terapi, dan meringankan beban pemeritah dalam keterbatasan jumlah tenaga dan sarana kesehatan di masyarakat (Kristina dkk., 2008).


(3)

8

 

Obat influenza merupakan kombinasi dari berbagi komponen disesesuaikan dengan tanda dan gejala yang dialami pasien. Agar diperoleh efek yang tepat, maka pasien harus memperhatikan indikasi, kontra indikasi, efek samping, dosis obat, dan waktu kadaluarsa. Berikut obat yang tersedia yang ada dipasaran yang berisi beberapa kombinasi. Kombinasi merupakan dua atau lebih bahan aktif yang digunakan secara bersamaan atau dalam satu sediaan obat mengandung dua atau lebih bahan aktif obat. Contoh obat flu dipasaran : Ultraflu, Sanaflu, Inza, Procold, Mixagrip, Bodrex Flu, Neozep, Decolgen, Paramex, Stopcold.

4. Kerasionalan Pemilihan Obat

Kersionalan obat adalah tujuan agar tercapai pengobatan yang efektif, aman, dan ekonomis. Agar tercapai tujuan tersebut maka pemilihan obat harus memenuhi prinsip-prinsip farmakologi sebagai berikut :

a. Tepat indikasi

Yaitu pemilihan obat yang didasarkan penegakan diagnosis atau indikasi penyakit pasien.

b. Tepat obat

Yaitu responden memilih obat berdasarkan dari gejala penyakit yang diderita. c. Tepat pasien

Yaitu pasien memilih/menggunakan obat yang tidak terdapat kontraindikasi pada penderita yang bersangkutan dan riwayat penyakit lain yang pernah diderita. d. Tepat dosis

Yaitu dosis obat yang digunakan harus sesuai range terapi obat tersebut. Obat mempunyai karakteristik farmakodinamik maupun farmakokinetik yang akan mempengaruhi kadar obat di dalam darah dan efek terapi obat. Dosis juga harus disesuaikan dengan kondisi pasien dari segi usia, berat badan, maupun kelainan tertentu.

e. Waspada efek samping

Setiap pengobatan pasti ada efek lain selain efek utama pada terapi, untuk itu responden diharapkan untuk mengetahui hal tersebut. Agar dapat memanajemen efek samping dengan baik.


(4)

                     

(Depkes, 2008)

Gambar 1. Analisis Ketepatan Pemilihan Obat

9

Obat keras Obat bebas

Tidak tepat obat

Tepat obat  

Ada indikasi

Ada obat tanpa indikasi

Ada indikasi tanpa obat

Riwayat

Tidak tepat indikasi Tepat indikasi

Kontraindikasi Tidak

kontraindikasi

Tidak tepat pasien

Tepat pasien

Aturan pakai

Takaran tepat Frekuensi tepat Durasi sesuai

Tepat dosis Takaran tepat Frekuensi tepat Durasi tidak tepat

Tepat dosis Takaran tepat Frekuensi tidak tepat Durasi < 14 hari

Tepat dosis

Takaran tidak tepat Frekuensi tepat Durasi < 14 hari Tepat dosis Takaran tepat Frekuensi tepat Durasi > 14 hari

Tepat dosis Frekuensi tidak tepat Takaran tidak tepat Durasi > 14 hari


(5)

10

 

5. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu”, proses ini terjadi setalah dilakukan pengindraan melalui panca indra yang dimiliki oleh manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba terhadap suatu objek tertentu. Melalui proses tersebut seseorang akan memperoleh pengalaman atau pendidikan yang mempengaruhi kognitif seseorang terhadap sesuatu (Notoatmodjo, 2005). Faktor-fakor yang mempengaruhi pengetahuan ada 2 yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya pendidikan, minat, usia, pengalaman. Sedangakan faktor eksternalnya adalah tingkat ekonomi, informasi, dan budaya atau lingkungan sekitar (Notoatmodjo, 2003).

E. Landasan Teori

Influenza adalah infeksi spesifik pada manusia yang disebabkan oleh virus, dan menimbulkan gejala yang timbul dengan cepat berupa demam radang kataral saluran pernafasan, dan saluran pernafasan. Pada umunya penyakit ini akan sembuh dengan sendirinya (Soedarto, 1996). Bahan aktif dalam obat flu sebagian besar adalah kombinasi antihistamin dengan dekongestan. Variasi bahan aktif lainnya yang ada dalam kombinasi-tetap (fixed dose combination) obat flu adalah analgesik, antitusif, ekspektoran dan stimulan. Variasi dosis komponen bahan aktif dalam kombinasi tetap obat flu masih dalam batas dosis yang direkomendasi, kecuali fenilpropanolamin (dekongestan), tercatat masih ada preparat dengan kekuatan dosis lebih besar dari dosis yang direkomendasi (Retno, 2014).

Menurut Wardani (2011) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan ketepatan pemilihan obat swamedikasi pada mahasiswa farmasi. Dari hasil penelitian diatas bahwa pengetahuan memiliki korelasi yang sangat berpengaruh dengan ketepatan tindakan swamedikasi yang dilakukan (Wardani, 2011).


(6)

F.Hipotesis

H0 : Tidak ada Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan ketepatan pemilihan obat influenza pada masyarakat Kabupaen Wonogiri

Ha : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan ketepatan pemilihan obat influenza pada masyarakat Kabupaten Wonogir


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT ANALGETIK PADA Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Ketepatan Penggunaan Obat Analgetik Pada Swamedikasi Nyeri Di Masyarakat Kabupaten Demak.

1 8 11

PENDAHULUAN Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Ketepatan Penggunaan Obat Analgetik Pada Swamedikasi Nyeri Di Masyarakat Kabupaten Demak.

3 29 9

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETEPATAN PENGGUNAAN OBAT ANALGETIK PADA Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Ketepatan Penggunaan Obat Analgetik Pada Swamedikasi Nyeri Di Masyarakat Kabupaten Demak.

1 8 10

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PEMILIHAN OBAT PADA SWAMEDIKASI BATUK DI MASYARAKAT KABUPATEN Hubungan Pengetahuan Dengan Pemilihan Obat pada Swamedikasi Batuk di Masyarakat Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah Tahun 2014.

0 4 13

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PEMILIHAN OBAT PADA SWAMEDIKASI BATUK DI MASYARAKAT Hubungan Pengetahuan Dengan Pemilihan Obat pada Swamedikasi Batuk di Masyarakat Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah Tahun 2014.

0 3 11

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETEPATAN PEMILIHAN OBAT INFLUENZA PADA MASYARAKAT Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Ketepatan Pemilihan Obat Influenza Pada Masyarakat Kabupaten Wonogiri.

1 6 11

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETEPATAN PEMILIHAN OBAT INFLUENZA PADA MASYARAKAT Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Ketepatan Pemilihan Obat Influenza Pada Masyarakat Kabupaten Wonogiri.

1 4 13

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETEPATAN PEMILIHAN OBAT INFLUENZA PADA Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Ketepatan Pemilihan Obat Influenza Pada Mahasiswa Farmasi UMS.

1 2 10

PENDAHULUAN Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Ketepatan Pemilihan Obat Influenza Pada Mahasiswa Farmasi UMS.

1 1 7

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETEPATAN PEMILIHAN OBAT INFLUENZA PADA Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Ketepatan Pemilihan Obat Influenza Pada Mahasiswa Farmasi UMS.

0 1 12