Kawasan Ekonomi Khusus Jawa Barat.

~8~ Pikiran
--

o Senin

G:b

~9

o Selasa . Rabu.-------.o Kamis 0 Jumat o Sabtu
456
7 8
9
10
11
12
13
20

21


22

23

o Mar OApr OMei

OPeb

Rakyat
24

OJun

26

27

0 Ags

OSep


25
OJul

o

2e

J1inggu
14
15
;!9
30

OOkt

ONov

ODes


I(awasan Ekonomi
I(husus
Jawa Barat
.,--

Oleh LlNAAUUANA

W

AKIL
Gubemur
Jabar dalam media
cetak
beberapa
waktu lalu mengusulkan pembentukan Kawasan Ekonomi
Khusus Jawa Barat. Usulan itu
ditujukan bagi daerah yang
menjadi tempat industri-industri besar di Jabar, sebagai
contoh Bekasi dan sekitamya
yang memiliki sekitar 4.000

industri. Usulan itu muncul karena tidak semua industri tadi
berkantor pusat di Jawa Barat,
justru di Jakarta. Akibatnya,
perputaran uang lari ke Jakarta dan kalau dihitung-hitung
dari Bekasi saja, perolehan pemerintah dari pendapatan negara bukan migas (PNBM)
mencapai Rp 25 triliun.
Menguntungkan
memang
kalau menyimak pemyataan
tersebut, sekarang kita menunggu bisakah rencana itu terealisasi? Kapan dan bagaimana menerapkannya di lapangan? Sebelum menjawab itu,
kita sebaiknya menyelami Jawa Barat dan pemetaan sektor-sektor ekonominya.
_ ~a
Barat merupakan sa-

- - -. ---

--

lah satu provinsi di Indonesia
yang memiliki perkembangan

ekonomi cukup dinamis. Walaupun tahun 2009 ini kita dihadapkan pada pemilu dan
masih terbelenggu krisis global, tapi optimisme hendaknya
tetap teIjaga. Kalau kita bernostalgia beberapa tahun ke
belakang, pada saat Pemilu
2004, pertumbuhan ekonomi
Jawa Barat khususnya pada
triwulan 1 di tahun 2004 per
sektor meningkat mencapai
0,39 % sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya, meskipun saat ini
kondisinya lain terutama dengan adanya krisis global.
Berdasarkan laporan Bank
Indonesia, pada 2007, kontribusi sektor-sektor ekonomi Jawa Barat masih dikuasai tiga
sektor ekonomi, yaitu sektor industri, perdagangan (hotel dan
restoran), dan pertanian. Dalam peIjalanannya, selalu teIjadi pergeseran (shifting), isu-isu
kontribusi ke tiga sektor ekonomi tersebut relatif berubahubah. Misalnya, kontribusi pertanian terhadap PDRB semakin

K lip in 9

Hum Q sUn


menurun, untuk perdagangan
(hotel dan restoran) relatif tetap
sementara kontribusi sektor industri meningkat signifikan
meskipun diyakini pada 2009
ini sektor ini akan menurun,
misalnya saja untuk Kota Bandung, disebutkan kalau industri
tekstil menunggak pajak hingga
Rp15 miliar. Ini menjadi salah
satu potret ~esedihan akibat
kondisi krisis global yang membelit sektor industri ini.
Terlepas dari semua itu,
pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus Jawa Barat hendaknya mengedepankan alasan cita-cita yang kuat dan
mengacu terhadap tujuan utama dari kawasan ekonomi
khusus serta tentunya asumsiasuII)si berdasar secara ekonomi. Adapun tujuan utama dari
kawasan ekonomi khusus ini
adalah pengintegrasian perusahaan-perusahaan yang beroperasi di dalamnya dengan
ekonomi global dengan cara
melindungi mereka terhadap
berbagai cara-cara distorsi seperti tarif dan birokrasi yang
berbelit -belit.

Sebagai bahan pertimbangan, penentuan. kawasan ekonomi khusus tersebut dalam

p Q d 2009

16
31

,

menenfukan lokasi bisa disandarkan kepada pertama daya
tarik suatu daerah yang meliputi budaya, pajak, iklim, dan
sebagainya. Dengan adanya
otonomi daerah, setiap daerah
memasang perda yang berbeda misalnya dalam masalah
pajak. Kedua, faktor tenaga
keIja, mencakup ketersediaan
clan biaya tenaga keIja serta sikapnya terhadap serikat pekeIja. Ketiga, biaya dan ketersediaan utilitas (energi dan
air), dapat atau tidaknya diperoleh gas, air, dan listrik di
suatu daerah. Keempat, peraturan perundang-undangan
lingkungan provinsi atau kota

yang ada di Jabar, termasuk
gangguan suara dan hak
menggunakan jalan, kalau
mendirikan pabrik, misalnya,
ke mana limbahnya dibuang
atau apakah polusinya berada
diainbang batas kewajaran?
Kelima, bagaimana kedekatan
dengan bahan baku dan konsumen. Keenam, biaya konstruksi atau lahan yang banyak
dipengaruhi oleh keadaan tanahnya dan kemungkinan
banjir serta pola angin atau
kondisi iklim yang lazim.
Dalam pencapaian keberha-

silan kawasan ekonomi khusus
ini perlu dipertimbangkan pula pola kemitraan pemerintah
dengan swasta dalam konteks
pendekatan berbagai skema
pembangunan yang selama ini
belum berubah, yang masih

mengandalkan
pendekatan
yang eksklusif birokratik atau
administrasi dan belum inklusif melibatkan secara total pemangku kepentingan terutama
kalangan swasta. Dalam hal
ini, harus teIjadi cohesive collaboration antarberbagai pembentuk struktur ekonomi daerah. Daerah harus mulai
menggeser pendekatannya dalam hal pengelolaan dan pengembangan ekonomi daerah,
dari pendekatan birokratis ke
pendekatan entrepreneurial
(strategic
entrepreneurial)
yang bersifat pragmatis dan
selalu responsif terhadap perubahan lingkungan makro.
Strategi tersebut, di antaranya,
pertama menetapkan visi dan
tujuan jangka panjang dan
pembentukan kawasan ekonomi khusus tersebut yang merupakan penjabaran dari visi
clan tujuan jangka panjang dari Provinsi Jawa Barat. Kedua,
melengkapi setiap upaya pe-


masaran daerah dengan sebuah "strategibudaya".Ketiga,
membangun strategi pemasaran darah yang solid. Dengan
ketiga hal ini, alokasi sumber
daya daerah akan efektif dan
terarah sehingga keunggulan
bersaing daerah kawasan ekonomi khusus tersebut dapat
dibangun.
Dengan background daerah-daerah yang ada di Jawa
Barat, apabilakawasan ekonomi khusus ini ingin diterapkan, yang akan menarik kita
.simakadalah bagaimana layout skemanya. Selebihnya kita
tunggu kapan dan benarkah
ini akan dijadikan salah satu
strategikebijakanekonomidari Provinsi Jawa Barat yang
memilikijargon ingin menjadi
provinsitermaju di Indonesia.
Di bawah pimpinan tertinggi
daerah dan semua perangkat
didalamnya, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana
pengawasansebagaipengontrol kawasan ekonomi khusus
tersebut. ***


Penulis, pemerhati "marketing" dan ekonomi, dosen
Jurusan Administrasi Niaga
FISIP Unpad.
-