Analisis Hukum Pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus

(1)

ANALIS (KEK TAHUN SIS HUKU K) BERDA 2011 TENT Dia Me UM PENGE SARKAN P TANG PEN ajukan Untu emenuhi Sy Ge Nama NIM Departem UNIVE ELOLAAN PERATUR NYELENG KHUSU SKRIP uk Melengk yarat-Syarat elar Sarjana Oleh : Dwi : 1002 men : Huku

FAKULTA RSITAS SU ME 2 KAWASA RAN PEME GGARAAN US PSI

kapi Tugas A t Untuk Mem a Hukum : Susilawati 200031 um Ekonom AS HUKU UMATERA EDAN 2014 AN EKONO ERINTAH N KAWASA Akhir dan mperoleh mi M A UTARA OMI KHUS NOMOR 2 AN EKONO SUS 2 OMI


(2)

ANALISIS HUKUM PENGELOLAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS (KEK) BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI

KHUSUS

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum

Disetujui

Ketua Departemen Hukum Ekonomi

Windha, S.H., M.Hum NIP. 197501122005012002

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum

NIP. 195905111986011001 NIP.197302202002121001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim,

Alhamdulillahi Robbil a’lamiin, Segala puji bagi Allah dengan sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya pujian sehingga sampai detik ini Penulis senantiasa mendapat banyak nikmat dari Allah, nikmat hidup, nikmat iman, nikmat ilmu dan nikmat ketika telah menyelesaikan skripsi. “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?. Shalawat beriring salam Penulis haturkan kepada junjungan umat, rahmat bagi sekalian alam, suru tauladan yang baik Muhammad S.A.W. “Ya Allah curahkanlah shalawat kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah curahkan shalawat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, curahkanlah barakah kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah curahkan barakah kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia”.

Skripsi ini disusun guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memproleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dimana hal tersebut merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa/I yang ingin menyelesaikan perkuliahannya. Adapu judul yang Penulis

kemukakan “ANALISIS HUKUM PENGELOLAAN KAWASAN EKONOMI

KHUSUS (KEK) BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS”.


(4)

Besar harapan Penulis semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan ilmu pengetahuan, khususnya bagi Penulis sendiri. Walaupun Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.

Dalam penyusunan skripsi ini, Penulis telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, arahan, dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu Penulis ucapkan terima kasih yang sebaik-baiknya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafruddin Sulung Hasibuan, S.H., M.H., DFM, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak M. Husni, S.H., M.Hum, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Prof. Sulaiman Hamid, S.H, selaku Dosen Wali Penulis selama Penulis kuliah di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I yang telah membantu, dan member petunjuk serta bimbingan sehingga skripsi ini akhirnya dapat selesai.

7. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang selalu membantu dan membimbing Penulis dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.


(5)

8. Ibu Windha, S.H., M.Hum, selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

9. Bapak Ramli Siregar, S.H., M.H, selaku Sekretaris Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

10.Kepada seluruh Dosen Pengajar dan Pegawai pada Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

11.Seluruh Bapak dan Ibu Dosen sebagai tenaga pendidik di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah bersedia member ilmu dan pandangan hidup kepada Penulis selama Penulis menempuh ilmu di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

12.Tak lupa pula kepada seluruh Pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah turut membantu dan member kemudahan kepada Penulis.

Dalam menuntut ilmu di Fakultas Hukum yang penuh perjuangan, suka dan duka maka Penulis kiranya tidak dapat melupakan segala bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, sehingga sudah seharusnya Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orangtua Penulis yang tercinta yaitu Ayahanda Tego Subagio (Alm) dan Ibunda Herlina (Alm) yang telah memberikan segalanya bagi Penulis baik dari materil maupun moril yang tidak bisa ternilai harganya selama beliau masih hidup, untuk saat ini hanya do’a tulus yang dapat diberikan dari Penulis untuk Ayah dan Ibu. Semoga kita akan jumpa di syurga Allah kelak, Amin. 2. Untuk Abangku tercinta Tego Sucipto semoga dapat membimbing istri dan


(6)

3. Buat keluarga besar dari pihak Ayah dan Ibu serta seluruh sepupu-sepupu Penulis tercinta, mudah-mudah kita semua dapat terus membesarkan dan membanggakan nama keluarga besar kita.

4. Buat Abangda Sudirman Naibaho, S.H., semoga menjadi pemimpin rumah tangga yang baik serta membawa keluarga masuk ke dalam syurganya Allah S.W.T. Semoga menjadi keluarga sakinah, mawaddah, warahmah. Amin. 5. Untuk sahabat-sahabat Penulis yang telah menjadi keluarga besar di kampus.

Karena Allah, melalui Musholah BTM Aladdinsyah S.H kita dipertemukan, Natasha Siregar “Keibuan”, Elly Syahfitri Harahap “Wajah Datar”, Syahariska Dina “si Juragan Lomba”, Arija Br. Ginting “si Logika”, Wildayanti “Monokurobo”, Solatia Nst “ahli Puasa”, Priawan HR “Bewok”, Benni Iskandar “Cipto”, Dowang Fernando “Presiden RI”, M. Ihsan An Auwali “Jarjrit”, Fauzi Habib “Erorr”, Reza Winata “Coach”, Dwi Pranoto “Abi dan Umi”,. Terima kasih atas segala kebaikan, persahabatan, dan kehangatan yang telah kita jalani selama ini. Semoga persahabatan kita ini dapat terus terpelihara untuk ke depannya. Salam persahabatan dan penghargaan terdalam bagi ikatan kekeluargaan yang telah kita lalui bersama selama ini.

6. Buat Musholah BTM Aladdinsyah S.H Fakultas Hukum USU sebagai organisasi internal yang bergerak di jalan Allah, yang dijadikan Penulis sebagai wadah tempat bernaung yang telah memberikan banyak kesempatan bagi Penulis untuk menimba ilmu, menempah diri dan menjalin ikatan kekeluargaan yang hangat dalam menjalani kehidupan di kampus. Hasil bukanlah segalanya, tetapi suatu proses yang dilakukan dengan usaha dan


(7)

kerja keraslah yang mampu membuat sesuatu itu lebih bermaksa. Semoga BTM Aladdinsyah diisi oleh orang-orang yang hebat.

7. Buat kakak-kakak dan abang-abang senioren di Musholah BTM Aladdinyah S.H, kak Fika Habbina, kak Windy, kak Lidya, kak Alia, kak Lia, kak Anggi, kak Wirda, kak Fatiya, kak Beby, kak Putri, bang Adhari, bang Ojik, bang Farid, bang Ojik Odom, bang Kakek, bang Dinan, bang Akmal, yang semuanya udah S.H. Terima kasih atas kebaikan kalian telah memberikan ilmu yang tidak di dapatkan dalam mata kuliah.

8. Buat Demisioner Musholah BTM Aladdinyah S.H, Yuliana Siregar, Ditami, Fairuz Diba, Dila, Hamimi Masturah, Ulan, Ika Khairunnisa, Uni, Ulun, Yuanda Winaldi, Hadi Astra Simangunsong, M. Virsa Aka, Aldriansyah, Aulia. Semoga kalian tidak bosan-bosannya membimbing adik-adik yang akan mengurus BTM kelas . Serta adik-adik yang akan mengurus Musholah BTM Aladdinsyah S.H, M. Lutfi, Dinda, Aci, Raihan, Dila, Rini, Umam, Saufie, Swandana dan lain-lain, terus berjuanglah di jalan Allah.

9. Buat seluruh teman-teman stambuk 2010 yang terkhusus di grup F dan kelompok Klinis di Fakultas Hukum USU. Terima kasih atas waktu yang sempat kita lalui bersama di FH USU.

10.Buat pengurus Ikatan Mahasiswa Hukum Ekonomi (IMAHMI), Theodorus Ari Gusti, Diana Wijaya, Dewi Maya Ginting, Jesika, Hasnita, Kastro Sitorus, Devina, Anggi Sinaga, Oren, Yessi, Ai, Ambar, Melisa. Semoga program kerja kita dapat diselesaikan. Amin.


(8)

11.Buat teman-teman di Pemerintahan Mahasiswa Fakultas Hukum USU, bang Akbar Siregar, bang Hotman, bang Jo, bang Rio Montes, Rahma Sari Dahlan, Ratih Damara Barus, Mahrani, Mutiara Parwita, Igan, Randa Morgan Tarigan, Imam T, Paul Brena, Nurul Pertiwi, Aja Khairina, Azirah, M. Rifai, Theresia Gabriella, Vito, Fakhri, Gennady. Semoga PEMA lebih maju lagi di tangan kita.

12.Buat Teman-teman Lomba Karya Tulis Ilmiah, Rika Hanifah. Lomba Legislative Drafting, Sakafa Guraba, Mifta Holis, Rahmad Ramadhan, Frezi Widianingsih, Chariyah Ella Sari Siregar. Terima kasih atas pemberian pengalaman yang tak terlupakan.

13.Buat Teman-teman di GAMADIKSI USU, Yanti, Reza Rahmad, Vai, David, Lely, Adzri, Blisa, Gantara, dan lain-lain, serta adik-adik semunaya tetap semangat ya. Semoga kita semua akan sukses. Amin.

14.Semua pihak yang telah terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya. Penulis akan selalu menghargai dan mengingat dukungan dan kebersamaannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna, oleh karenanya Penulis mengaharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan. Akhir kata Penulis ucapkan terima kasih.


(9)

Wabillahi Taufiq wal Hidayah, Wassalammu Alaikum Wr. Wb.

Medan, Februari 2014

Penulis


(10)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... vii

ABASTRAK ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 15

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 16

1. Tujuan penulisan ... 16

2. Manfaat penulisan ... 17

D. Keaslian Penulisan ... 16

E. Tinjauan Kepustakaan ... 19

1. Kawasan ekonomi khusus ... 19

2. Pengelolaan kawasan ekonomi khusus ... 21

3. Penyelenggaraan kawasan ekonomi khusus ... 22

F. Metode Penulisan ... 23

G. Sistematika Penulisan ... 25

BAB II PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS ... 28

A. Perkembangan Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia ... 28


(11)

2. Prinsip kawasan ekonomi khusus dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi di

Indonesia (MP3EI) ... 39

B. Bentuk dan Kriteria Suatu Daerah ditetapkan Sebagai Kawasan Ekonomi Khusus ... 43

1. Bentuk zona dalam kawasan ekonomi khusus ... 43

2. Kriteria daerah ditetapkan sebagai kawasan ekonomi khusus ... 45

C. Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus ... 54

1. Pengusulan kawasan ekonomi khusus ... 54

2. Penetapan kawasan ekonomi khusus ... 55

3. Pengembangan kawasan ekonomi khusus ... 56

4. Pengelolaan kawasan ekonomi khusus ... 67

5. Evaluasi pengelolaan kawasan ekonomi khusus ... 73

BAB III KEWAJIBAN BADAN USAHA PENGELOLA DALAM MENGELOLA KAWASAN EKONOMI KHUSUS ... 78

A. Bentuk Badan Usaha Pengelola Berbadan Hukum Yang Dapat Mengelola Kawasan Ekonomi Khusus ... 78

B. Tata Cara Penetapan Badan Usaha Pengelola Kawasan Ekonomi Khusus ... 82

C. Kewajiban Badan Usaha Pengelola Dalam Mengelola Kawasan Ekonomi Khusus Dengan Menyelenggarakan Kegiatan Usaha Kawasan Ekonomi Khusus ... 100

BAB IV HUBUNGAN BADAN USAHA PENGELOLA DENGAN PEMERINTAH PROPINSI DAN KABUPATEN/KOTA DALAM PENGELOLAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS ... 103


(12)

A. Peran Pemerintah Dalam Mengelola Kawasan Ekonomi

Khusus ... 103

B. Kebijakan Pemerintah Pusat Dengan Pemerintah Daerah Dalam Implementasi Kawasan Ekonomi Khusus ... 109

C. Hubungan Badan Usaha Pengelola dengan Pemerintah Propinsi dan Kabupaten/Kota dalam Mengelola Kawasan Ekonomi Khusus ... 119

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 121

A. Kesimpulan ... 121

B. Saran ... 122


(13)

ABSTRAK

Dwi Susilawati*1 Budiman Ginting** Mahmul Siregar***

Dengan di keluarkannya Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, seharusnya Peraturan Pemerintah ini telah mengatur mengenai pelaksanaan pembangunan kawasan ekonomi khusus dan mengenai pengoperasian kawasan ekonomi khusus dengan memberikan pilihan-pilihan tata cara pembangunan dan penyelenggaraan kawasan ekonomi khusus, namun hal ini tidak diatur secara jelas dalam Peraturan Pemerintah tersebut, padahal untuk pelaksanaan pembangunan dan penyelenggaraan kawasan ekonomi khusus sangat diperlukan untuk pengoperasian kawasan ekonomi khusus secara teknis. Adapun permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana penyelenggaraan kawasan ekonomi khusus berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, bagaimana kewajiban badan usaha pengelola dalam mengelola kawasan ekonomi khusus serta bagaimana hubungan badan usaha pengelola dengan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam pengelolaan kawasan ekonomi khusus.

Metode penulisan yang digunakan adalah metode penelitian hukum yang bersifat yuridis normatif yang dilakukan bersumberkan atas penegasan-penegasan peraturan perundang-undangan tertulis. Data yang dikumpulkan dengan studi kepustakaan. Analisis data dilakukan secara kualitatif.

Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus dimulai dari tahap pengusulan, penetapan, pembangunan, pengelolaan, dan yang terakhir adalah tahap evaluasi pengelolaan kawasan ekonomi khusus. Badan usaha dalam mengelola Kawasan Ekonomi Khusus berbentuk sebagai badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah, badan usaha koperasi, badan usaha swasta dan badan usaha patungan antara swasta dan/atau koperasi Pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah kabupaten/kota. Hubungan badan usaha pengelola dalam pengelolaan dapat dalam bentuk pembiayaan pengoperasian, membangun, dan sampai pengelolaan kawasan ekonomi khusus. Untuk mendukung keberhasilan kawasan ekonomi khusus perlu menjabarkan pengelolaan dan pelaksanaan secara teknis, kemudian harus lebih jelas tentang kewajiban dan hubungan badan usaha pengelola dengan berbagai pihak yang akan mengelola kawasan ekonomi khusus.

Kata kunci : Pembangunan, Pengoperasian, Pengelolaan, Kawasan Ekonomi Khusus.

 

      

  * Mahasiswa Fakultas Hukum USU ** Dosen Pembimbing I


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan sebuah Negara berkembang, yang mempunyai cita-cita mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya. Cita-cita-cita ini terdapat dalam Preambule Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada alinea ke-4 yang isinya sebagai berikut:

“Kemudian, daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia...”2

Berdasarkan bunyi Preambule Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tersebut, terkandung intisari cita-cita bangsa Indonesia, yaitu:

1. Keinginan bangsa Indonesia untuk hidup bebas; 2. Keinginan untuk merdeka;

3. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; 4. Memajukan kesejahteraan umum;

5. Mencerdaskan kehidupan bangsa, dan

6. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

       2


(15)

Berkaitan dengan kesejahteraan sosial dalam Preambule Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tersebut, terdapat pula dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada amandemen keempat pada tahun 2002 tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial pada Bab XIV Pasal 33 yang berbunyi sebagai berikut: 3

(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.

(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam

Undang-Undang.

Dengan demikian, untuk mencapai tujuan Negara Indonesia yang bercita-citakan “kesejahteraan”. Maka, dibutuhkan beberapa cara agar tercapainya keinginan tersebut. Sehingga Indonesia harus membangun infrastruktur dalam sektor perekonomian yang lebih baik untuk kedepannya. Salah satu dari beberapa cara diantaranya adalah, dengan mendatangkan para investor masuk ke Indonesia untuk memanamkan modal dalam bentuk investasi.

Menurut Erman Rajagukguk faktor pendorong investor menanamkan modal ada tiga hal penting antara lain: 4

       3

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Bab XIV, Pasal 33. 4

Mahmul Siregar, “Hukum Penanam Modal”, (Medan: dalam Bahan Ajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2010), hlm. 21. 


(16)

1. Adanya kesempatan ekonomi (economic opportunity) seperti sumber daya alam, ketersediaan bahan baku, pasar yang prospekif, upah buruh murah, insentif investasi, infrastruktur yang baik, dan lain-lain.

2. Stabilitas politik (political stability); politik yang stabil, kesadaran berpolitik tinggi, dan lain-lain.

3. Kepastian hukum (legal certainty); kepastian substansi hukum, kepastian dalam pelaksanaan putusan pengadilan, judicial corruption, dan lain-lain.

Dalam mengembangkan dunia investasi5 di Indonesia, ada beberapa manfaat yang diperoleh oleh Negara tujuan investasi. Dimana manfaatnya adalah sebagai berikut: 6

1. Mendapatkan devisa melalui modal yang dibawa investor dan pembayaran pajak.

2. Menyerap tenaga kerja sehingga mengurangi tingkat pengangguran. 3. Mengembangkan industri substitusi impor untuk menghemat devisa.

4. Mendorong berkembangnya ekspor (khususnya non migas) untuk mendapatkan devisa.

5. Meningkatkan pembangunan daerah-daerah tertinggal. 6. Alih teknologi dan manajemen.

7. Memanfaatkan jaringan pasar internasional dari investor.

       5

Secara umum, investasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan baik oleh orang pribadi (natural persoon) maupun badan hukum (judicial persoon), dalam upaya meningkatkan dan/atau mempertahankan nilai modalnya, baik yang berbentuk uang tunai (cash

money), perlatan (equipment), aset tak bergerak, hak atas kekayaan intelektual, maupun keahlian.

Dhaniswara K.Harjono, Hukum Penanaman Modal (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2007), hlm. 10.

6


(17)

Pengertian investasi itu sendiri, menurut Fitzgeral adalah aktivitas yang berkaitan dengan usaha penarikan sumber-sumber (dana) yang dipakai untuk mengadakan barang modal pada saat sekarang, dan dengan barang modal akan dihasilkan aliran produk baru di masa yang akan datang.7

Sedangkan pengertian investasi menurut Ensiklopedia Indonesia adalah penanaman uang atau modal dalam proses produksi (dengan pembelian gedung-gedung, permesinan, bahan cadangan, penyelenggaraaan uang kas serta perkembangannnya). Dengan demikian, cadangan modal barang diperbesar, sejauh tidak ada modal barang yang harus diganti.8

Aspek-aspek yang mempengaruhi investasi dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut: 9

1. Faktor dalam negeri, terdiri dari:

a. Stabilitas politik dan perekonomian;

b. Kebijakan dalam bentuk sejumlah deregulasi dan debirokratisasi yang secara terus-menerus dilakukan pemerintah dalam rangka menggairahkan iklim investasi;

c. Diberikannya sejumlah pembebasan dan kelonggaran di bidang perpajakan, termasuk sejumlah hak lain bagi investor asing yang dianggap sebagai insentif;

d. Tersedianya sumber daya alam yang berlimpah seperti minyak bumi, gas, bahan tambang dan hasil hutan di wilayah Indonesia.

       7

Ibid., hlm. 2.  8

Ibid. 

9


(18)

e. Iklim dan letak geografis serta kebudayaan dan keindahan alam Indonesia yang merupakan daya tarik sendiri, khusus bagi proyek-proyek yang bergerak di bidang industri kimia, perkayuan, kertas dan perhotelan;

f. Sumber daya manusia dengan upah yang cukup kompetitif. Khususnya proyek-proyek yang bersifat padat karya, seperti industri tekstil, sepatu dan minuman anak-anak.

2. Faktor luar negeri, terdiri dari:

a. Apresiasi mata uang dari Negara-negara yang jumlah investasinya di Indonesia cukup tinggi, seperti Jepan, Korea Selatan, Hongkong dan Taiwan;

b. Pencabutan GSP (Sistem Preferensi Umum) terdapat empat Negara industri baru di Asia (Korea Selatan, Taiwan, Hongkong dan Singapura); c. Meningkatakan biaya produksi di luar negeri.

Investasi ini lahir disebabkan, karena adanya tuntutan perkembangan arus globalisasi10 yang berdampak dengan perubahan peran dan kewajiban sebuah Negara.

Menurut Solly Lubis, kata globalisasi berasal dari kata “globe”, yaitu bumi tempat hunian manusia.11 Dalam era globalisasi ini telah banyak perubahan yang telah terjadi baik di tingkat regional, nasional, dan internasional. Perubahan ini juga telah membawa kecenderungan baru baik secara langsung maupun tidak

       10

Globalisasi sebagian pihak mengartikan sama dengan internasionalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran Negara atau batas-batas Negara. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuknya yang paling mutakhir yaitu neoliberalisme yang telah menguasai sistem perekonomian dunia. Hendrik Budi Untung, Hukum Investasi (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hlm. vi.

11

Solly Lubis, “Kita dan Pengembangan Global Tahun 2002”, (Medan: Seminar Nasional Hakim Peradilan Agama Sumatera Utara, Medan, 2002), hlm. 3.


(19)

langsung terhadap hukum. Hukum harus memberi legalitas terhadap segala perubahan yang terjadi agar lalu lintas pergaulan manusia dalam menghadapi arus globalisasi ini tidak terganggu dan tidak saling bertabrakan.12

Sehingga tepatlah pandangan Lawrence M. Friedman yang mengatakan bahwa hukum itu tidak bersifat otonom, tetapi sebaliknya hukum bersifat terbuka setiap waktu terhadap pengaruh luar.13

Quncy Wright mengemukakan bahwa, globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas telah menimbulkan akibat yang begitu besar sekali pada bidang hukum. Negara-negara di dunia yang terlibat dengan globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas ini, baik Negara maju maupun sedang berkembang, bahkan Negara yang terbelakang sekalipun harus membuat standarisasi hukum dalam kegiatan ekonominya.14

Dalam bidang ekonomi, Indonesia telah semakin terintegrasi dengan ekonomi dunia. Secara formal hal itu terlihat dengan keterlibatan Indonesia dalam kerja sama ekonomi multilateral dan regional. Indonesia telah meratifikasi General Agreements on Tariffs and Trade/Services (GATT/S) Putaran Uruguay di Marakhes, Maroko tahun 1994. Hal ini berarti Indonesia telah mengikat diri dengan prinsip-prinsip dan ketentuan yang terdapat dalam GATT/S. Sebenarnya salah satu tujuan utama GATT/S ialah menciptakan suatu dunia dengan perdagangan barang atau jasa serta aliran investasi atau modal yang relatif bebas dari hambatan. Diperkirakan dengan aliran barang atau jasa dan modal yang bebas

       12

Abdul Manan, Aspek-aspek Pengubah Hukum (Jakarta: Kencana, 2005), hlm. 59.

13

Bismar Nasution, Hukum Kegiatan Ekonomi I (Bandung: Books Terrace & Library, 2009), hlm. 28. 

14


(20)

antarnegara akan meningkatkan kemakmuran setiap Negara anggota dan berarti juga akan meningkatkan kemakmuran dunia secara keseluruhan. Selain aktif di GATT/S Indonesia juga menjadi anggota kerja sama ekonomi regional Asia Pasific Economic Coorperation (APEC), kerja sama ini akan meningkatkan pemberlakuan liberalisme perdagangan dan investasi mulai tahun 2010 bagi Negara-negara maju dan tahun 2020 bagi anggota Negara berkembang. Selain dari itu, Indonesia juga telah menjadi anggota kerja sama ekonomi ASEAN (Asean Free Trade Area) atau AFTA yang telah berlaku sejak tahun 2003.15

Ketentuan AFTA melalui Common Effective Preferential Tariff (CEPT), adalah penurunan tarif beberapa komoditi tertentu secara bersamaan sampai mencapai tingkat 0-5% (persen). Penurunan tarif untuk seluruh komoditi perdagangan bebas setelah 15 tahun kemudian. Namun, penurunan tarif pada 15 jenis komoditi untuk tahap pertama berlaku mulai 1 januari 2003.16

Dalam kerangka AFTA ini, Indonesia juga aktif dalam kerja sama ekonomi sub-regional seperti IMS-GT (Indonesia, Malaysia, Singapura Growth Triangle), IMT-GT (Indonesia, Malaysia, Thailand Growth Triangle). BIPM-EAGA (Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina East ASEAN Growth Area). Konsekuensi dari kegiatan ini, Indonesia telah menjadi pasar yang terintegrasi dengan pasar dunia. Hal ini berarti pasar domestic Indonesia telah terbuka lebar bagi pasar dunia, dan ini merupakan peluang dan sekaligus harapan positif bagi ekonomi Indonesia, tetapi juga menjadi tantangan bagi Negara untuk menghadapinya, terutama ada jaminan kepastian hukum terhadap berbagai

       15

Abdul Manan, Op-Cit., hlm. 62. 16


(21)

masalah sehingga investasi dapat berkembang secara baik dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.17

Kemudian, sejak tahun 1970 Indonesia telah memiliki Kawasan Perdagangan Bebas Sabang dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1970. Namun, Sabang dianggap belum menguntungkan, maka pemerintah pusat mencabut status Sabang pada tahun 1984. Sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Menjadi Undang-Undang yang kemudian dilakukan perubahan dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2007 yang selanjutnya ditetapkan sebagai Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2007. Maka Indonesia memulai kembali untuk pembentukan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.

Kemudian, pemerintah Indonesia membangun sebuah wilayah khusus yang disebut sebagai Kawasan Ekonomi Khusus/KEK (Special Economic Zone/SEZ). Dimana dalam wilayah Kawasan Ekonomi Khusus/KEK (Special Economic Zone/SEZ) ini terdapat hal-hal yang khusus yang diatur untuk para investor. Contohnya yaitu, adanya fasilitas-fasilitas yang sangat mendukung berkembangnya dunia investasi dalam Kawasan Ekonomi Khusus. Sehingga, dari fasilitas-fasilitas yang diberikan inilah, diharapkan menarik penanam modal untuk menanamkan modalnya di Indonesia, baik Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanam Modal Asing (PMA). Keberadaan Kawasan Ekonomi

       17


(22)

Khusus ini mempunyai peran yang sangat penting untuk meningkatkan performa perekonomian di Indonesia menjadi Negara yang lebih baik sesuai dengan yang di cita-citakan bangsa Indonesia.

Syed Muhammad Taufik mengatakan bahwa, Kawasan Perdagangan Bebas (Free Trade Zone), Kawasan Berikat (Bonded Zone), Kawasan Industri, dan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) sebenarnya merupakan salah satu manifestasi atau model dari Kawasan Ekonomi Khusus yang memiliki ekonomi terbuka, yakni suatu kawasan yang dirancang untuk mampu menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi dengan menyediakan berbagai fasilitas dan infrastruktur yang berkualitas. Sehingga, Kawasan Ekonomi Khusus ini, merupakan “payung” dari kawasan-kawasan ekonomi lainnya yang telah diatur oleh peraturan perundang-undangan.18

Di China misalnya, Shenzen, Shantou, Zhuhai, Xiamen, dan Hainan, yang semula hanya merupakan daerah miskin, muncul sebagai pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang sangat penting bagi China. Demikian pula di India, Kandla dan Surat (Gujarat), Cochin (Kerala), Santa Cruz (Mumbai-Maharashtra), Falta (West Bengal), Chennai (Tamil Nadu), Visakhapatnam (Andhara Pradesh), ataupun Noida (Uttrar Pradesh), dari daerah periphery yang tidak menarik untuk investasi menjadi daerah yang sangat diminati para investor, khususnya investor asing.19

       18

Syarif Hidayat dan Agus Syarip Hidayat (ed.), Quo Vadis Kawasan Ekonomi Khusus

(KEK) (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. v. 

19


(23)

Prabowo mengatakan bahwa, keberhasilan Negara-negara tersebut, ada beberapa faktor pendorongnya. Adapun beberapa faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan sebuah Kawasan Ekonomi Khusus diantaranya yaitu:20

1. Keseimbangan ekonomi makro; 2. Lokasi geografis;

3. Skema insentif yang ditawarkan;

4. Manajemen kawasan yang efektif dan efisien;

5. Jaringan infrastruktur dan fasilitas publik yang memadai; 6. Keterkaitan dengan ekonomi domestik;

7. Teknologi.

Tabel 1. Contoh Pelaksanaan SEZ/KEK di Beberapa Negara :21

NO Negara Lokasi Kawasan Ekonomi Khusus

Catatan

1. China Shenzen, Zhuhai, Shantou

(Guangdong), Xiamen (Fujian), Provinsi Hainan, Pudong (Shanghai).

Pemerintah memutuskan pendirian SEZ dan memerintahkan Pemerintah Provinsi di daerah pantai timur untuk membentuk SEZ. Untuk pertama kalinya skema ini di bangun di Shenzen, provinsi Guangdong, yang berdekatan dengan Hongkong-Macau. Area SEZ sangat luas, SEZ Shenzen seluas lebih dari 300 km2. SEZ berkembang dengan pesat karena

kelengkapan infrastruktur, fasilitasi untuk tenanga kerja dengan peraturan perburuhan yang longgar, insentif pajak, bea masuk, dan devisa.

       20

Ibid., hlm. 16-17. 

21


(24)

NO Negara Lokasi Kawasan Ekonomi Khusus

Catatan

2. India Kandla Dan Surat (Gujarat), Cochin (Kerala), Santa Cruz (Mumbai), Falta (West Bengal), Visakapatham (Andra Pradesh), Noida (Uttar Pradesh), Nanguneri, Tirunelveli (Tamil Nadu).

Konversi dari EPZ. Pemerintah telah memberikan izin pendirian 285 SEZ. Rata-rata seluas 200 hektar. Dikelola oleh pemerintah atau patungan pemerintah swasta atau swasta sepenuhnya. Sebagaian besar yang dikelola oleh swasta, kurang berkembang karena keterbatasan pembiayaan. Juga banyak protes politik lokal karena konversi lahan pertanian yang subur.

3. Malaysia Butterwoth (Penang), North, West dan

South Port (Klang), Bayan Lepas (Penang), Stulang Laut (Johor), Sungai Way (KL).

Penunjukkan oleh pemerintah pusat, dikelola oleh pusat atau provinsi atau swasta. Kerjasama yang erat antara pemerintah dan swasta dalam perencanaan, pengawasan, fasilitasi dan networking.

4. Philippines Gateway Business Park (Cavite), Laguna Technopark, Cavite, Bataan, Mactan, Baguio, Subic Bay dan Clark Economic Zones.

Terdapat 41 SEZ yang dikelola oleh swasta dan 4 buah oleh pemerintah. Pada umumnya, yang dikelola oleh swasta jauh lebih berhasil. Sebagian besar ekspor elektronika berasal dari SEZ yang dikelola swasta.

Sumber: http://www.wikipedia.org/SEZ.

Pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus diharapkan akan semakin memajukan dan mendorong pertumbuhan ekonomi melalui jalur kegiatan penanam modal.22 Secara konseptual, ada dua bentuk pemahaman atas Kawasan Ekonomi Khusus. Pertama, Kawasan Ekonomi Khusus dapat merujuk pada salah satu bentuk kekhususan di dalam kegiatan perdagangan dan investasi seperti

       22

Penanam modal dalam KEK ini terdiri dari Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanam Modal Asing (PMA), kegiatan dalam penanam modal di KEK dapat berupa penciptaan lapangan pekerjaan, meningkatkan kapasitas produksi, dan meningkatkan kegiatan perdagangan baik barang dan jasa. Selanjutnya, dari kerjasama tersebut akan dibangun industri-industri manufaktur yang memiliki daya saing internasional dan industri lainnya. Ibid., hlm. 3. 


(25)

kawasan berikat (bonded zone), kawasan perdagangan bebas (free trade zone), kawasan industri, kawasan pengembangan ekonomi terpadu, export processing zone, dan high tech industrial estate. Kedua, Kawasan Ekonomi Khusus dapat berarti juga kawasan-kawasan dalam suatu kawasan (zones within zone). Dengan kedua pemahaman ini, maka suatu daerah dapat saja memiliki lebih dari satu bentuk kekhususan wilayah.23

Pengaturan Kawasan Ekonomi Khusus/KEK (Special Economic Zone/SEZ) ini di Indonesia pada dasarnya terdapat dalam Bab XIV Pasal 31 Undang-Undang Penanam Modal Nomor 25 Tahun 2007 yang berbunyi sebagai berikut:24

(1) Untuk mempercepat pengembangan ekonomi di wilayah tertentu yang bersifat strategis bagi pengembangan ekonomi nasional dan untuk menjaga keseimbangan kemajuan suatu daerah, dapat ditetapkan dan dikembangkan kawasan ekonomi khusus.

(2) Pemerintah berwenang menetapkan kebijakan penanam modal tersendiri di kawasan ekonomi khusus.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Undang-Undang.

Hal yang menarik dari ketentuan diatas, eksistensi Kawasan Ekonomi Khusus (Special Economic Zone) semakin kuat. Sebab, Kawasan Ekonomi khusus dapat memacu secara intensif masuknya para investor.

Hadirnya Kawasan Ekonomi Khusus mempunyai peran yang baik dalam bidang menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kegiatan ekonomi daerah dan daya saing produk unggulan daerah di dunia internasional. Selanjutnya, pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus ini, diharapkan dapat menggali potensi

       23

Ibid. 24

Republik Indonesia, Undang-Undang nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Bab XIV, Pasal 31.


(26)

ekonomi daerah. Secara teoritis, pusat pertumbuhan juga bertumpu pada kepercayaan terhadap kekuatan pasar bebas yang akan mempengaruhi terjadinya dampak ke bawah dan menciptakan dampak penyebaran pertumbuhan ekonomi dari pusat-pusat pertumbuhan ke wilayah lainnya.25

Dilihat dari sudut pandang ini bahwa sangat beralasan jika berbagai pemerintah daerah mengusulkan kepada pemerintah pusat agar di daerahnya di jadikan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus.26

Adapun yang menjadi beberapa dasar pertimbangan dalam pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus adalah:27

1. Berkaitan dengan Good governance;

2. Berkaitan dengan skala ekonomi dari jaringan infrastruktur modern yang lebih ekonomis untuk dibangun dalam kawasan yang luasnya terbatas;

3. Berkaitan dengan antar industri; dan

4. Berkaitan dengan efisiensi yang ditimbulkan oleh dampak aglomerasi industri. Selanjutnya, atas anamat dari Undang-Undang Penanam Modal Nomor 25 Tahun 2007 pada Pasal 31 ayat (3), maka pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus yang berguna untuk memantapkan keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus.

KEK/SEZ merupakan kawasan dengan batas tertentu yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. Fungsi KEK adalah untuk melakukan dan mengembangkan usaha di bidang

       25

Triyono Utomo dan Ragimun, “Kawasan Ekonomi Khusus Tidak Cukup Dengan Insentf Fiskal”, http//www.fiskal.depkeu.go.id/2010/default.asp (diakses tanggal 3 November 2013).

26

Sentosa Sembiring, Hukum Investasi, (Bandung: CV. Nuansa Aulia, 2010), 158. 27


(27)

perdagangan, jasa, industri, pertambangan dan energi, transportasi, maritim dan perikanan, pos dan telekomunikasi, pariwisata dan bidang lain. Sesuai dengan hal tersebut, KEK terdiri atas satu atau beberapa Zona, antara lain Zona pengolahan ekspor, logistik, industri, pengembangan teknologi, pariwisata dan energi yang kegiatannya dapat ditujukan untuk ekspor dan untuk dalam negeri.28

Kemudian, sesuai amanat Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus pada Pasal 9 dan Pasal 12 ayat (6) perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus. Dengan demikian, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus. Peraturan pemerintah ini, membahas KEK lebih teknis mengenai apa-apa saja yang harus dilakukan guna mengembangkan KEK yang baik dan efisien.

Sejak dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus terlihat pemerintah semakin nyata dalam mempercepat dan melakukan pemerataan pembangunan ekonomi di Indonesia. Percepatan dan pembangunan ekonomi akan mempengaruhi langsung maupun tidak langsung terhadap perkembangan pembangunan suatu wilayah. Hingga tahun 2013, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sebanyak 2 (dua) kawasan, yakni Tanjung Lesung dan Sei Mangke serta 6 (enam) usulan kawasan yang akan dijadikan KEK hingga akhir tahun 2014, yaitu Palu, Morotai, Mandalika, Kutai Timur, Bitung dan Tuban.29

       28

Alviansaf dalam “Mengenal Kawasan Ekonomi dan Strategis Nasional (Telaah Singkat KAPET dan KEK)”, http://alviansaf.wordpress.com/2013/08/19/mengenal-kawasan-ekonomi-dan-strategis-nasional-telaah-singkat-kapet-dan-kek/ (diakses tanggal 22 Oktober 2013).

29


(28)

Akan tetapi, Peraturan Pemerintah Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus belum mengatur secara rinci mengenai pelaksanaan pembangunan dan pengoperasian Kawasan Ekonomi Khusus dengan memberikan pilihan-pilihan tata cara pembangunan dan pengoperasian Kawasan Ekonomi Khusus.30 Maka terjadi perubahan mengenai Peraturan Pemerintah tersebut, menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus. Namun, walaupun sudah terjadi perubahan belum ada hal-hal yang mengatur secara rinci yang mendalam mengenai pembagian tugas dari masing-masing pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus ini dengan jelas.

B. Perumusan Masalah

Dalam penulisan skripsi, untuk mempermudah pembahasan maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahan yang disesuaikan dengan judul yang diajukan, dimana permasalahan inilah yang akan menjadi dasar untuk melakukan pembahasan selanjutnya.

Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam latar belakang di atas, maka perumusan masalah diuraikan sebagai berikut:

1. Bagaimana Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus ?

       30

Konsiderans Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus.


(29)

2. Bagaimana Kewajiban Badan Usaha Pengelola dalam mengelola Kawasan Ekonomi Khusus ?

3. Bagaiman Hubungan Badan Usaha Pengelola dengan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam Pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan penulisan

Berdasarkan permasalahan di atas, maka dapat disimpulkan yang menjadi tujuan dari penulisan ini adalah untuk menguraikan lebih rinci lagi pembahasan mengenai permasalahan diatas yaitu:

a. Untuk mengetahui penyelenggaraan Kawasan Khusus Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus.

b. Untuk mengetahui kewajiban badan usaha pengelola dalam pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus.

c. Untuk mengetahui hubungan badan usaha pengelola dengan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus.

2. Manfaat penulisan

Tulisan ini mempunyai manfaat teoritis dan manfaat praktis. Adapun kedua manfaat tersebut adalah sebagai berikut:


(30)

1) Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam bidang hukum ekonomi, yang terkhusus berkaitan dengan Kawasan Ekonomi Khusus dan hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

2) Diharapkan dapat menambah literatur dan menambah pengetahuan mengenai penyelenggaraan dan pola koordinasi pusat dan daerah Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia.

b. Manfaat praktis

1) Dapat dijadikan sebagai pedoman dan bahan rujukan bagi rekan mahasiswa, masyarakat, maupun pihak lainnya dalam penulisan-penulisan ilmiah lainnya yang berhubungan.

2) Memberikan sumbangan pemikiran mengenai penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus agar dalam pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus menjadi lebih efisien guna pembangunan perekonomian bangsa yang lebih baik kedepannya.

3) Sebagai pemenuhan syarat guna menyelesaikan studi dan meraih gelar Sarjana Hukum.

D. Keaslian Penulisan

Sebelum tulisan ini dimulai, telah terlebih dahulu dilakukan penelusuran terhadap tulisan-tulisan terdahulu, dan sepanjang yang telah ditelusuri dan diketahui di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU) ada satu judul yang berkaitan dengan judul Skripsi Penulis, yaitu : “Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Kawasan Ekonomi Khusus dalam Kaitannya Dengan


(31)

Upaya Meningkatkan Penanaman Modal”. Setelah Penulis membaca Skripsi ini adanya perbedaan mengenai pembahasan. Dimana, Penulis tersebut membahas mengenai cikal bakal terbentuknya Kawasan Ekonomi Khusus dan mengenai aspek hukum pada Kawasan Ekonomi Khusus tersebut. Kemudian, Penulis tersebut membahas lembaga penyelenggara Kawasan Ekonomi Khusus dan mengenai dampak negatif dari terbentuknya Kawasan Ekonomi Khusus. Sedangkan judul Skripsi Penulis adalah “Analisis Hukum Pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus”. Dimana, Skripsi ini lebih cenderung membahas Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, serta mengenai kewajiban badan usaha pengelola dalam Kawasan Ekonomi Khusus serta hubungan badan usaha pengelola dengan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam mengelola Kawasan Ekonomi Khusus tersebut. Sehingga, Penulis merasa tidak ada persamaan dari segi pembahasan. Dengan demikian,keaslian dari tulisan ini dapat dipertanggungjawabkan.

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Kawasan ekonomi khusus

Di dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal hal yang berkenaan dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) ini terdapat dalam Bab XIV Pasal 31 yang di dalamnya hanya terkandung 3 (tiga) ayat.


(32)

Adapun tujuan ditetapkan dan dikembangkannya Kawasan Ekonomi Khusus ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Pasal 31 ayat (1) adalah untuk mempercepat pengembangan ekonomi di wilayah tertentu yang bersifat strategis bagi pengembangan ekonomi nasional dan untuk menjaga keseimbangan kemajuan suatu daerah, dapat ditetapkan dan dikembangkan Kawasan Ekonomi Khusus.31

Berdasarkan ketentuan di dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Pasal 31 ayat (3) disebutkan bahwa ketentuan mengenai Kawasan Ekonomi Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Undang-Undang.32 Sehingga pengaturan mengenai Kawasan Ekonomi Khusus ini diatur lebih lanjut dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus.

Pengertian Kawasan Ekonomi Khusus sendiri terdapat di dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus yang menyebutkan bahwa Kawasan Ekonomi Khusus yang selanjutnya disebut KEK, adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memproleh fasilitas tertentu.33 Kemudian, pengaturan mengenai Kawasan Ekonomi Khusus ini diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Kawasan Ekonomi Khusus berdasarkan

       31

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Bab XIV, Pasal 31 ayat (1). 

32

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Bab XIV, Pasal 31 ayat (3). 

33

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus, Bab I, Pasal 1 angka 1.


(33)

amanat dari Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus dalam Pasal 9 dan Pasal 12 ayat (6).

Kemudian, berdasarkan amanat tersebut, lahirlah Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus. Pengertian Kawasan Ekonomi Khusus juga sama dan terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus. Pengertiannya sendiri terdapat di dalam Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus yang menyebutkan bahwa Kawasan Ekonomi Khusus yang selanjutnya disebut KEK adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memproleh fasilitas tertentu.34

Selanjutnya, Nada Faza Soraya mengatakan bahwa, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) atau Special Economic Zone (SEZ) adalah wilayah geografis yang memiliki peraturan ekonomi khusus yang lebih liberal dari peraturan ekonomi yang berlaku di suatu Negara.35

2. Pengelolaan kawasan ekonomi khusus

Pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus ini terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi

       34

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab I, Pasal 1 angka 1.

35


(34)

Khusus. Dimana, bagian pengelolaan terdapat dalam Bab V Pengelolaan Bagian Kesatu Umum Pasal 42 yaitu Pengelolaan KEK dilakukan oleh: 36

a. Administrator; dan b. Badan Usaha Pengelola.

Kemudian, untuk pengaturan Administrator ini terdapat dalam Pasal 43 sampai dengan Pasal 46 terdapat dalam Peraturan Pemrintah. Untuk Pasal 43 sampai dengan Pasal 46 dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus belum terjadi perubahan.

Administrator juga terdapat dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009. Pengertian administrator terdapat dalam Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009, Administrator adalah bagian dari Dewan Kawasan yang dibentuk untuk setiap KEK guna membantu Dewan Kawasan dalam penyelenggaraan KEK.37

Selain itu, juga terdapat pengertian yang sama tentang administrator dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus. Pengertian administrator dalam Pasal 1 angka 7 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Administrator adalah bagian dari Dewan Kawasan yang dibentuk untuk setiap KEK guna membantu Dewan Kawasan dalam penyelenggaraan KEK.38

       36

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab V, Pasal 42. 

37

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus, Bab I, Pasal 1 angka 5. 

38

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab I, Pasal 1 angka 7. 


(35)

Untuk Badan Usaha Pengelola KEK diatur dalam Pasal 47 sampai dengan Pasal 53 terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus dan Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus.

3. Penyelenggaraan kawasan ekonomi khusus

Istilah penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus dapat dilihat pada Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus. Pembagian penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus terdapat dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, penyelenggaraan KEK meliputi: 39

a. Pengusulan KEK; b. Penetapan KEK; c. Pembangunan KEK; d. Pengelolaan KEK; dan e. Evaluasi Pengelolaan KEK.

F. Metode Penulisan

1. Tipe penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian hukum yang bersifat yuridis normatif yakni penelitian yang dilakukan bersumberkan atas penegasan-penegasan peraturan perundang-undangan tertulis yang berkaitan dengan skripsi. Kemudian,

       39

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab I, Pasal 2. 


(36)

ditambahkan dengan melakukan interpretasi hasil analisa yang berpedoman pada teori-teori yang sesuai.40

Penelitian dalam skripsi ini dilakukan dengan menginventarisir hukum positif yang berkaitan dengan hukum di bidang Hukum Ekonomi Khususnya yang berkaitan mengenai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

2. Jenis data

Data yang dipergunakan berupa data sekunder. Adapun data sekunder yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:

a. Bahan hukum primer, yaitu berupa peraturan perundang-undangan yang terdiri dari Undang-Undang Dasar, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah. Adapun bahan hukum primer ini terdiri dari Undang-Undang yang berkaitan langsung dengan Kawasan Ekonomi Khusus yaitu Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanam Modal, Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus. Kemudian, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus dan Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu buku-buku hukum, dan karya tulis ilmiah ataupun buku lain yang terkait dengan tulisan ini. Seperti seminar hukum, majalah-majalah, jurnal, pidato dan beberapa sumber dari situs internet yang berkaitan dengan persoalan di atas.

       40

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan


(37)

c. Bahan hukum tersier merupakan semua dokumen yang berisi konsep-konsep dan keterangan-keterangan yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yaitu kamus dan ensiklopedia.

3. Teknik pengumpulan data

Untuk memproleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi maka penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan cara studi kepustakaan (Library Research) yang mempelajari dan menganalisis secara sistematis seperti: peraturan peundang-undangan, buku-buku, majalah, internet, pendapat sarjana, karya tulis ilmiah dan bahan lainnya yang berkaitan dengan skripsi ini.

4. Analisis data

Seluruh penulisan skripsi ini diawali dari bahan primer yang merujak kepada hukum positif, yang kemudian dilengkapi dengan bahan sekunder dan bahan tersier yang telah diperoleh baik dari media apapun dan kemudian dianalisis secara kualitatif. Metode yang dipergunakan untuk menganalisis kualitatif yaitu:

a. Mengumpulkan peraturan perundang-undangan dan bahan kepustakaan lainnya yang relevan dengan penelitian;

b. Mengelompokkan peraturan perundang-undangan dan bahan hukum yang ada;

c. Melakukan interpretasi terhadap peraturan perundang-undangan terkait; d. Menguraikan bahan-bahan hukum sesuai dengan masalah yang

dirumuskan;


(38)

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam pembahasan skripsi ini disusun sedemikian rupa terdiri dari 5 (lima) bab dan masing-masing bab mempunyai sub bab, yang dapat diuraikan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan ini akan di bahas hal-hal yang umum dalam sebuah tulisan ilmiah, antara lain : Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penulisan, Sistematika Penulisan.

BAB II PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS

BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS

Dalam bab ini akan dibahas mengenai Perkembangan Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia, kemudian bentuk dan kriteria suatu daerah ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus dan penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus.

BAB III KEWAJIBAN BADAN USAHA PENGELOLA DALAM


(39)

Dalam bab ini akan membahas mengenai bentuk badan usaha pengelola berbadan hukum yang dapat mengelola Kawasan Ekonomi Khusus, kemudian tata cara penetapan badan usaha pengelola Kawasan Ekonomi Khusus, dan kewajiban badan usaha pengelola dalam mengelola Kawasan Ekonomi Khusus dengan menyelenggarakan kegiatan usaha Kawasan Ekonomi Khusus.

BAB IV HUBUNGAN BADAN USAHA PENGELOLA DENGAN

PEMERINTAH PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA DALAM PENGELOLAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS

Dalam bab ini akan membahas tentang peran pemerintah dalam mengelola Kawasan Ekonomi Khusus, selanjutnya membahas tentang kebijakan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dalam implementasi Kawasan Ekonomi Khusus dan hubungan badan usaha pengelola dengan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam mengelola Kawasan Ekonomi Khusus.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini adalah bab terakhir yang merupakan kesimpulan dari hasil penelitian penulis dan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus yang lebih baik di Indonesia.


(40)

BAB II

PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS

BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS A. Perkembangan Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia

1. Perkembangan kawasan ekonomi khusus di Indonesia

Kebijakan Pemerintah untuk memberikan peluang terbentuknya Kawasan Ekonomi Khusus ini dalam rangka percepatan pengembangan ekonomi wilayah memang tidak terlepas dari peran Pemerintah dalam bidang perekonomian, yang mempunyai 3 (tiga) fungsi sebagaimana yang dikemukakan oleh P.A Samuelson yaitu:

a. Mengkoreksi kegagalan pasar demi efisiensi;

b. Membuat program untuk melakukan pemerataan pendapatan dengan menggunakan instrument pajak dan pengeluaran pemerintah;

c. Membuat kebijakan fiskal dan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang tangguh.

Jika dilihat dari definisi Kawasan Ekonomi Khusus dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, maka unsur-unsur dari KEK tersebut terdiri dari 3 (tiga) unsur antara lain:

a. Kawasan dengan batas dan wilayah tertentu; b. Untuk menyelenggarakan perekonomian; dan c. Mendapatkan fasilitas tertentu.

Kawasan Ekonomi Khusus itu sendiri adalah suatu kawasan yang secara geografis dan jurisdiktif merupakan kawasan dimana perdagangan bebas,


(41)

termasuk kemudahan dan fasilitas duty free atas impor barang-barang modal untuk bahan baku komoditas sebagaian ekspor, dan dibuka seluas-luasnya. 41

Dalam perkembangannya di Indonesia, KEK ini didasari pada perkembangan kawasan industri yang telah ada di era tahun 1970-an banyak Negara-negara berkembang yang melaksanakan pembentukan kawasan-kawasan khusus pembangunan ekonomi. Namun secara formal, KEK baru lahir sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Prabowo mengemukakan bahwa, tujuan utama dari pembentukan kawasan khusus ini adalah pengintergrasian perusahaan-perusahaan yang beroperasi di dalamnya dengan ekonomi global, dengan cara melindungi mereka terhadap berbagai distorsi seperti tarif dan birokrasi yang berbeli-belit. Selanjutnya jika melihat kebelakang, kawasan industri di Indonesia telah ada sejak tahun 1970-an. Hal ini didahului oleh lahirnya PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung (PT. JIEP) dengan luas kawasan 570 ha di DKI Jakarta pada Tahun 1973, yang merupakan upaya dari pemerintah untuk mengendalikan pertumbuhan industri yang jumlahnya semakin meningkat pada saat itu.42

Dr. Joubert B Maramis S.E., M.Si43 mengatakan bahwa istilah lahirnya KEK di Indonesia seiring dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang telah menyebutkan Kawasan EKonomi Khusus (KEK) pada Bab XIV dalam Pasal 31. Kawasan Ekonomi Khusus sebenarnya, telah digulirkan jauh sebelum adanya Undang-Undang Nomor 25

       41

Yusni Asnani, “Kawasan Ekonomi Khusus”, http://yc7lvx.wordpress.com/2009/10/19/ kawasan-ekonomi-khusus/kek/trackback (diakses pada tanggal 28 November 2013).

42

Syarif Hidayat dan Agus Syarip Hidayat, Op-Cit.

43

Dosen Universitas Sam Ratulangi Manado, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan


(42)

Tahun 2007. Hal ini dapat dilihat pada tanggal 25 juni 2006, Presiden Susilo Bambang Yudoyono, melakukan penandatanganan kerja sama pembentukan Special Economic Zone (SEZ) bersama Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong di Turi Beach Resort.

Jadi, sebelum adanya pengaturan KEK tersebut, sebenarnya cikal bakal terbentuknya KEK sudah dilakukan oleh pemerintah RI dengan pemerintah Singapura yang menjadikan Batam, Bintan, dan Karimun (BBK) sebagai percontohan kemudian dilanjutkan pada tahun 1972 dikembangkan pula Kawasan Berikat. Kemudian, di tahun 1989 dikembangkan Kawasan Industri, setelah itu pada tahun 1996 dikembangkan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET), dan terakhir pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus pada tahun 2009.44

Maka, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 hanya merupakan salah satu justifikasi atau legalitasnya. Saat ini KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geo strategi dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor, impor dan kegiatan ekonomi lainnya yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional.

Kawasan Ekonomi Khusus adalah kawasan tertentu dalam suatu Negara yang memiliki payung hukum ekonomi yang lebih liberal45. Tujuan utamanya

       44

Ayu Prima Yesuari, “Mengenal Kawasan Ekonomi Khusus”, http://bulletin. penataanruang.net/index.asp?mod=_fullart&idart=254 (diakses tanggal 1 Desember 2013).

45

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Liberal memiliki arti bersifat bebas; berpandangan bebas (luas dan terbuka). Balai Pustaka Pusat Bahasa Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Depdiknas Indonesia, 2001).


(43)

adalah meningkatkan investasi baik dari Penanam Modal Dalam Negeri maupun Penanam Modal Asing. Praktek KEK itu sendiri dapat terdiri atas 4 bagian yaitu:46

a. Kawasan Perdagangan Bebas (Free Trade Zone-FTZ); b. Kawasan Berikat (Bonded Zone-BZ);

c. Kawasan Industri; dan

d. Kawasan Penegembangan Ekonomi Terpadu (KAPET). Adapun penjelasannya sebagai berikut:

a. Kawasan Perdagangan Bebas (Free Trade Zone-FTZ)

Kawasan Perdagangan Bebas adalah konsep yang mengendalikan berlakunya sistem perdagangan internasional yang dibebaskan dari hambatan yang disebabkan oleh ketentuan pemerintah suatu negara, baik yang disebabkan oleh pengenaan tarif (tariff barriers) maupun non tarif (non tariff barriers). Sebuah kajian World Bank mengidentifikasikan beberapa faktor utama yang berpengaruh terhadap keberhasilan atau kegagalan penerapan zona bebas, baik secara makro maupun mikro, antara lain sebagai berikut :

1) Faktor utama keberhasilan secara makro: a) Lingkungan usaha yang stabil;47

b) Kebijakan penanam modal asing yang jelas dan tepat; c) Sistem nilai tukar uang yang liberal;

d) Nilai tukar uang yang tepat atau sedikit under-valued. 2) Faktor utama keberhasilan pada arus zona bebas:

       46

Aries Kurniawan, “Penetapan Batam Sebagai Kawasan Ekonomi Khusus”, http.pt-plib.com/page_info.php? (diakses tanggal 1 Desember 2013).

47

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Stabil dari segi adjektiva yaitu tidak berubah-ubah; tetap; tidak naik turun. Balai Pustaka Pusat Bahasa Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Depdiknas Indonesia, 2001).


(44)

a) Bebas hambatan dan bea bagi impor bahan baku, komponen, peralatan dan pasokan lain;

b) Prosedur bea cukai yang cepat dan efisien dalam proses impor dan ekspor;

c) Birokrasi minimum serta manajemen yang baik dalam pengelolaan zona;

d) Ketersediaan seluruh prasarana dan sarana pendukung terutama angkutan yang baik;

e) Upaya promosi yang terpadu, tepat dan memadai;

f) Memanfaatkan dengan optimal keunggulan lokal yang melekat pada lokasi.

3) Faktor kegagalan:

a) Lingkungan usaha yang birokratisasi dan terkekang banyak peraturan;

b) Penerapan hukum dan peraturan zona bebas yang tidak efektif dan inkonsisten;

c) Perumusan kebijakan yang tidak efektif; d) Lokasi yang tidak sesuai;


(45)

b. Kawasan Berikat (Bonded Zone-BZ)48

Dalam penetapan suatu kawasan atau daerah sebagai Kawasan Berikat serta pemberian izin penyelenggara Kawasan Berikat dilakukan dengan Keputusan Menteri Keuangan. Kemudian, Kawasan Berikat merupakan suatu bangunan tempat atau kawasan dengan batas-batas tertentu yang di dalamnya dilakukan kegiatan usaha industri pengolahan barang dan bahan, kegiatan rancang bangun, perekayasaan, penyortiran, pemeriksaan awal, pemeriksaan akhir, dan pengepakan atas barang dan hasil impor atau barang dari dalam daerah pabean Indonesia. Untuk impor barang modal atau peralatan untuk pembangunan atau konstruksi Kawasan Berikat dan peralatan perkantoran yang semata-mata dipakai oleh pengusaha kena pajak yang telah mendapat izin diberikan fasilitas berupa penangguhan bea masuk tidak dipungut PPMN, PPnBM, PPH. Selain itu, pengeluaran mesin dan/atau peralatan pabrik ke daerah pabean Indonesia lainnya diberikan penangguhan pembayaran bea masuk, PPN, PPnNM, dan PPH. Kemudian, Kawasan Berikat terdiri dari 7 (tujuh) lokasi yang ada di Indonesia. Bagi Perusahaan penerima fasilitas kawasan berikat, akan mendapat manfaat antara lain: 49

       48

Kawasan Berikat adalah kawasan dengan batas tertentu untuk pengolahan barang asal impor dan DPIL yang hasilnya untuk tujuan ekspor. Dasar hukum dari Kawasan Berikat ini adalah Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1996 tentang Tempat Penimbunan Berikat sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1997. Ayu Prima Yesuari, Op-Cit.

49

Fuad Muftie “Manfaat Kawasan Berikat”, http://kawasanberikat.com/ (diakses tanggal 3 Desember 2013).


(46)

1) Efisiensi waktu pengiriman barang dengan tidak dilakukannya pemeriksaan fisik di Tempat Penimbunan Sementara (TPS atau Pelabuhan);

2) Fasilitas perpajakan dan kepabeanan memungkinkan pengusaha kawasan berikat dapat menciptakan harga yang kompetitif di pasar global serta dapat melakukan penghematan biaya perpajakan;

3) Cash Flow Perusahaan serta Production Schedule lebih terjamin; 4) Membantu usaha pemerintah dalam rangka mengembangkan program

keterkaitan antara perusahaan besar, menengah, dan kecil melaui pola kegiatan sub kontrak.

c. Kawasan Industri

Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang lainnya yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang telah memiliki izin usaha kawasan industri.50

d. Kawasan Penegembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)

Kawasan Pengembangan Terpadu (KAPET) adalah wilayah geografis dengan batas-batas tertentu yang memiliki potensi untuk cepat tumbuh, mempunyai sektor unggulan yang dapat mengerakkan pertumbuhan ekonomi wilayah dan memerlukan dana investasi yang besar bagi pengembangannya serta penetapan lokasi dan Badan Pengelolanya dilakukan melalui Keputusan Presiden. KAPET merupakan sebuah

       50

Dinas Aceh “Kawasan Industri”, http://kawasanindustri.com/ (diakses tanggal 3 Desember 2013).


(47)

pendekatan dalam rangka menterpadukan potensi kawasan untuk mempercepat pembangunan dan pergerakan ekonomi melalui pengembangan sektor unggulan yang menjadi penggerak utama prime mover kawasan yang bertumpu pada prakarsa daerah dan masyarakat, memiliki sumberdaya, posisi ke akses pasar, sektor unggulan dan memberikan dampak pertumbuhan pada wilayah sekitarnya. Dasar hukum dari KAPET adalah Keputusan Presiden Nomor 150 Tahun 2000 tentang Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET). Penetapan KAPET berikut batas-batasnya dilakukan dengan Keputusan Presiden tersendiri. Berdasarkan Keputusan Presiden tersebut, kemudian dikeluarkan Keputusan Presiden lainnya tentang penetapan lokasi KAPET dimana ada 14 (empat belas) Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu, yang terdiri dari 12 (dua belas) KAPET di Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan 2 (dua) KAPET di Kawasan Barat Indonesia (KBI). Keempat belas KAPET tersebut, antara lain: 51

1) Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Biak;

yang ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 1996 jo. Keppres 90 Tahun 1996 tentang Pembentukan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Biak.

2) Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Batulicin; 52

       51

Alviansaf, Op-Cit. 

52

KAPET Batulicin yang telah ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008, memiliki potensi pengembangan komoditas unggulan berbasis pada sumber daya alam, terutama perkebunan (kelapa sawit dan karet), hutan produksi (perkayuan), pertambangan bijih besi, serta perikanan budidaya dan tangkap. “Perlu terobosan terhadap pengembangan KAPET Batulicin 20 tahun ke depan melalui


(48)

yang ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 1998 tentang Pembentukan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Batulicin.

3) Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Sasamba;

4) Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Sanggau Khatulistiwa; yang ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 13 Tahun 1998 tentang Pembentukan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Sanggau.

5) Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Manado-Bitung;

yang ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 14 Tahun 1998 tentang Pembentukan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Manado-Bitung.

6) Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Mbay;

yang ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1998 tentang Pembentukan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Mbay.

7) Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Parepare;

yang ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 164 Tahun 1998 tentang Pembentukan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Parepare.

8) Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Seram;

        pengembangan sentra komoditi unggulan, investasi industri, outlet yang berorientasi ekspor, serta infrastruktur pendukungnya. Iman, “Pengembangan KAPET Batulicin Berbasis Komoditas Unggulan”, http://www.kapet.net/ (diakses tanggal 3 Desember 2013).  


(49)

yang ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 165 Tahun 1998 tentang Pembentukan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Seram.

9) Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Bima;

yang ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 166 Tahun 1998 tentang Pembentukan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Bima.

10)Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Palapas (Batui); 11)Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Bukari;

12)Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu DAS Kakab; 13)Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Natuna; dan 14)Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Sabang.

yang ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 171 Tahun 1998 tentang Pembentukan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Sabang.


(50)

Tabel 2. Perbandingan Kawasan Pengembangan Perekonomian :53

      

53Rony Sautma Hotma Baho “Permasalahan di Seputar Kawasan Ekonomi Khusus” http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/hukum-bisnis/87-permasalahan-di-seputar-kawasan-ekonomi-khusus.html (diakses tanggal 3 bulan Desember 2013).

NO PERIHAL KAWASAN

EKONOMI KHUSUS (Economic Special

Zone)

KAWASAN

PERDAGANGAN BEBAS (Free Trade Zone)

1 Definisi

Suatu wilayah yang luas tanpa pembatas yang jelas dimana di dalamnya terdapat wilayah-wilayah tertentu untuk kegiatan perekonomian.

Kawasan yang terisolasi dan berlokasi dekat dengan pelabuhan laut dan bandara, dimana barang impor akan dipindahkan, disimpan, dikemas ulang atau proses lainnya bebas dari pengenaan bea masuk, PPN, PPnBM dan cukai.

2 Wilayah

Wilayahnya luas dan tidak terbatas.

Wilayahnya tertentu dan terbatas.

3 Kelembagaan

1. Pemerintah Pusat; 2. Pemerintah

Daerah; 3. Otorita

Pengembangan SEZ;

4. Pengelola zona-zona.

1. Dewan Kawasan;

2. Pelaksana Harian

Dewan Kawasan; 3. Badan Pengusahaan


(51)

NO PERIHAL KAWASAN EKONOMI KHUSUS

(Economic Special Zone)

KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS (Free Trade

Zone)

4 Fasilitas

Di RRC, fasiltias kepabeanan diberikan

dalam bentuk pembebasan bea dan

pajak perdagangan. Di bidang perpajakan PPh korporasi 15%.

Di India, fasilitas kepabeanan dalam bentuk single windows

clearance, tidak memerlukan izin usaha

importir, post audit system. Di bidang perpajakan diberikan tax holiday, 100% di 5 tahun pertama, 50% di 5 tahun berikutnya.

Di Filipina, fasilitas kepabeanan dalam bentuk bebas pajak dan bea masuk. Di bidang perpajakan adanya fasilitas penangguhan pajak untuk pembelian barang modal dan bibit dari dalam negeri serta PPH 5% atas penghasilan kotor.

1. Bebas Bea Masuk, PPN dan PPnBM serta Cukai.

2. Prosedur dan

dokumentasi ekspor

impor lebih sederhana.


(52)

2. Prinsip kawasan ekonomi khusus dalam masterplan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi di Indonesia (MP3EI)

Dalam rangka upaya merealisasikan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) guna menyesuaikan dengan

NO PERIHAL KAWASAN EKONOMI

KHUSUS (Economic Special Zone)

KAWASAN

PERDAGANGAN BEBAS (Free Trade Zone)

5 Kegiatan

1. Ada FTZ;

2. Ada Economic

Processing Zone; 3. Tourism Zone; 4. Residential Zone.

Kegiatan usaha dibidang

perekonomian yang meliputi: 1. Industri; 2. Perdagangan; 3. Perhubungan; 4. Perbankan; 5. Asuransi; 6. Telekomunikasi; 7. Promosi; 8. Maritim; 9. Perikanan

10.Bidang lain dalam rangka kegiatan ekspor.

6 Prinsip dan Syarat

Ada Rencana Tata Ruang Wilayah.

1. Luas kawasan

terbatas;

2. Ada pembatas/pagar yang jelas yang membedakan

kawasan

perdagangan bebas dan non perdagangan bebas;

3. Tidak ada

pemukiman penduduk;

4. Tidak ada kegiatan perdagangan eceran;

5. Sesuai dengan

RTRW penetapan wilayah tertentu.


(53)

perkembangan situasi pada saat ini. Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus merupakan rencana induk yang merupakan langkah-langkah strategis yang harus diwujudkan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Berkaitan dengan hal tersebut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa menjelaskan ada 3 (tiga) prinsip yang penting, antara lain sebagai berikut:54

a. Peningkatan potensi ekonomi wilayah melalui koridor ekonomi

Prinsip ini, mengimplementasikan melalui pendekatan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, baik yang telah ada maupun yang baru. Percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi membutuhkan penciptaan kawasan-kawasan ekonomi baru, diluar pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang telah ada. Selain itu, setiap wilayah mengembangkan produk yang menjadi keunggulannya untuk untuk memaksimalkan keuntungan aglomerasi, menggali potensi dan keunggulan daerah serta memperbaiki ketimpangan spasial pembangunan ekonomi Indonesia.55

b. Penguatan konektivitas nasional

Konektivitas nasional merupakan pengintegrasian 4 (empat) elemen kebijakan nasional yang terdiri dari Sistem Logistik Nasional (Sislognas), Sistem Transportasi Nasional (Sistranas), Pengembangan wilayah (RPJMN/RTRWN), Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK/ICT). Upaya ini perlu dilakukan agar dapat diwujudkan konektivitas nasional

       54

Pemerintah Perdalam Prinsip MP3EI, http://www.beritasatu.com/ekonomi/135859-pemerintah-perdalam-prinsip-mp3ei.html (diakses tanggal 3 Desember 2013).

55

Pilar Utama Dalam Mp3EI, http://www.setkab.go.id/berita-1870-mp3ei-momentum-kebangkitan-nasional-bagian-4pilar-utama-mp3ei.html (diakses tanggal 3 Desember 2013).


(54)

yang efektif, efisien, dan terpadu sehingga keuntungan dari keterhubungan regional dan global atau internasional dapat lebih diraih secara maksimal.56 Jadi, yang dihubungkan tidak hanya manusianya, akan tapi juga untuk mobilitas barang komoditas industri, makhluk hidup selain manusia, jasa dan keuangan, serta koneksi informasi. Langkahnya adalah dengan membuat koneksi antar pusat pertumbuhan dalam satu koridor yang terintegrasi, kemudian menghubungkan antar koridor tersebut, dan membuka jalur perdagangan internasional di titik-titik strategis. Jalur-jalur strategis untuk memperkuat konektivitas tersebut antara lain selat Malaka, selat Sunda, selat Lombok, selat Makasar, dan selat Ombai Wetar.57

c. Peningkatan kemampuan sumber daya manusia dan ilmu pendidikan teknologi nasional

Dengan adanya potensi dan koneksi yang saling menghubungkan, namun jika tanpa adanya Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai pelaksana, maka tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya. Untuk itu, dibutuhkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan memiliki daya saing sehingga Indonesia dapat bersaing secara global. SDM yang berkualitas akan mampu menciptakan inovasi teknologi baru, yang tentunya akan membantu dalam efektivitas faktor-faktor produksi. Selain itu, SDM yang berkualitas akan mampu mengenali dan mengembangkan potensi-potensi

       56

Ibid.

57

Dieny Nurhanifah Syafrina “MP3EI”, http://sebuah kepingan perjalanan.blogspot. com/2013/03/mp3ei.html (diakses tanggal 3 Desember 2013).


(55)

strategis yang dimilikinya sehingga tak lagi termanfaatkan oleh pihak asing.58

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MPE3I) mengacu pada tiga hal, yakni:

a. Menghemat pemanfaatan sumberdaya alam (SDA);

b. Meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia (SDM); dan

c. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan dan menurunkan emisi gas rumah kaca.

“Ini sebetulnya adalah konsep pembangunan pasca 2015 dimana Bapak Presiden adalah salah satu penggagas di high level panel yaitu konsep pembangunan berkelanjutan, dimana terdapat prinsip ekonomi, prinsip lingkungan dan prinsip sosial”.59

Dimana keberhasilan MP3EI sangat ditentukan oleh prinsip-prinsip dasar serta prasyarat keberhasilan pembangunan. Adapun prinsip-prinsip dasar percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi menuju Negara maju membutuhkan perubahan dalam cara pandang dan perilaku seluruh komponen bangsa, sebagai berikut:60

a. Perubahan harus terjadi untuk seluruh komponen bangsa;

b. Perubahan pola piker (mindset) dimulai dari pemerintah dengan birokrasinya;

       58

Ibid. 59

Ibid. 60

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, “Materplan Percepatan dan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2015”, http://kawasan.bappenas.go. id/images/MP3EI%20Versi%20Indo.pdf#page=32&zoom=auto,0,673. (diakses tanggal 3 Desember 2013). 


(56)

c. Perubahan membutuhkan semangat kerja keras dan keinginan untuk membangun kerjasama dalam kompetisi yang sehat;

d. Produktivitas, inovasi, dan kreatifitas didorong oleh Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menjadi salah satu pilar perubahan;

e. Peningkatan jiwa kewirausahaan menjadi faktor utama pendorong perubahan;

f. Dunia usaha berperan penting dalam pembangunan ekonomi.

B. Bentuk dan Kriteria Suatu Daerah Ditetapkan Sebagai Kawasan Ekonomi Khusus

1. Bentuk zona dalam kawasan ekonomi khusus

Istilah “zona” adalah suatu daerah yang memiliki sifat khusus atau dimanfaatkan untuk kepentingan khusus, dan batas-batas wilayah yang ditentukan berdasarkan kebutuhan.61

Kawasan Ekonomi Khusus terdiri dari beberapa zona.62 Adapun zona yang ada didalam KEK sebagai berikut:

a. Pengolahan Ekspor

Zona Pengolahan Ekspor diperuntukkan bagi kegiatan logistik dan indusri yang produksinya ditujukan untuk ekspor.

b. Logistik

      

61

Basuki Antariksa “Konsep Indonesia Kreatif : Tinjauan Awal Mengenai Peluang dan Tantangannya Bagi Pembangun Indonesia” http://www.parekraf.go.id/userfiles/file/Zona% 20Kreatif .pdf#page=3&zoom=auto,0,522(diakses tanggal 3 Desember 2013).

62

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Bab I, Pasal 3. 


(57)

Zona Logistik diperuntukkan bagi kegiatan penyimpanan, perakitan, penyotiran, pengepakan, pendistribusian, perbaikan, dan perekondisian permesinan dari dalam negeri dan luar negeri.

c. Industri

Zona Industri diperuntukkan bagi kegiatan industri yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi, serta agroindustri dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri yang produksinya untuk ekspor dan/atau untuk dalam negeri.63

d. Pengembangan teknologi

Zona Pengembangan teknologi diperuntukkan bagi kegiatan riset dan teknologi, rancang bangun dan rekayasa, teknologi terapan, pengembangan perangkat lunak, serta jasa di bidang teknologi informasi. e. Pariwisata

Zona Pariwisata diperuntukkan bagi kegiatan usaha pariwisata untuk mendukung penyelenggaraan hiburan dan rekreasi, pertemuan, pameran, serta kegiatan yang terkait.

f. Energi

Zona Energi diperuntukkan untuk kegitan riset dan pengembangan di bidang energi serta produksi dari energi alternatif, energi terbarukan, dan energi primer.

g. Ekonomi lain

       63

Dinas Pemerintahan “Standar Penyelenggaraan Infrastruktur Dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)”. (Jakarta: Kawasan Ekonomi Khusus 2011). hlm. 9.


(1)

dibuat haruslah lebih jelas. Sebab, melihat Peraturan Pemerintah yang ada pada saat ini tidak ada penjelasan mengenai hubungan yang jelas antara Badan Usaha Pengelola dengan Pemerintah Provinsi dan/atau Pemerintah Kabupaten/Kota. Sehingga, hal yang ditakutkan adalah timbulnya perbedaan penafsiran dari pasal-pasal yang menerangkan secara umum dan terpisah-pisah. Maka dengan demikian, Peraturan Pemerintah haruslah lebih rinci lagi untuk membahas hal-hal yang sangat di perlukan untuk membangun Kawasan Ekonomi Khusus yang baik sesuai dengan yang diharapkan, dengan salah satu caranya adalah memperjelas hubungan antara Badan Usaha Pengelola dengan Pemerintah Provinsi dan/atau Pemerintah Kabupaten/Kota agar tidak berbelit-belit sehingga dapat menyebabkan hilangnya penanam modal yang ingin berinvestasi.


(2)

DAFTAR PUSTAKA A. Buku

Anwar, M. Khoirul dkk. Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Bagi Pemerintahan di Era Otonomi Daerah. Bandung: Pustaka Belajar, 2004. Budi Untung, Hendrik. Hukum Investasi. Jakarta: Sinar Grafika, 2010.

David K.Y, Wong Chu and Kwan Yiu. The Special Economic Zone Economic,

Political and Geograhical. China: The Case Of The Special Economic

Zone.

Fahmi, Irham. Analisis Investasi Dalam Perspektif Ekonomi Dan Politik. Bandung: Refika Aditama, 2006.

Hadhikusuma Sutantya, Rahardja. Hukum Koperasi Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001.

Hidayat, Syarif. Quo Vadis Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Jakarta: Rajawali

Pers, 2010.

K Harjono, Dhaniswara. Hukum Penanam Modal. Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2007.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ketiga, Pusat Bahasa Pendidikan Nasional. Jakarta: Balai Pusaka, Depdiknas Indonesia. 2013.

Lugina Wenny, Artha. Isran Noor Matahari Dari Kutai Timur. Jogja: Jogja Bangkit Publisher, 2014.

Manan, Abdul. Aspek-Aspek Pengubah Hukum. Jakarta: Kencana, 2014.

Manulang, M. Beberapa Aspek Administrasi Pemerintah Daerah. Bandung: Pembangunan, 1973.

Nasution, Bismar. Hukum Kegiatan Ekonomi I. Bandung: Books Terrace & Library, 2009.

Ratulangi, Sam. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Manado: Universitas Pers, 2013.

Said, M. Mas’ud. Arah Baru Otonomi Daerah di Indonesia. Malang: UMM Pers, 2008.


(3)

Sambodo Tri, Maxensius dkk. Aspek Kelembagaan Dalam Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Studi : Batam. Jakarta: Rajawali Pers, 2010.

Samsul Ramli. Bacaan Wajib Para Praktisi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Jakarta Selatan: Visi Media, 2003.

Sembiring, Sentosa. Hukum Investasi. Bandung: CV. Nuansa Aulia, 2010.

Siregar, Mahmul. Hukum Penanam Modal, Bahan Kuliah: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2010.

Soejito, Irawan. Hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Bogor: Rineka Cipta, 1990.

Soerjono Soekanto, Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan

Singkat). Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

Subekti. Hukum Perjanjian. Jakarta: Intermasa, 1996.

Sunarno, Siswanto. Hukum Pemerintah Daerah di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2006.

Sutedi, Adrian. Aplikasi Hukum Atas Sumber Pembiayaan Daerah Dalam Rangka

Otonomi Daerah. Jakarta: Sinar Grafika, 2009.

Widarta, I. Cara Mudah Memahami Undang-Undang Nomor 32 Tahun 004 Tentang Pemerintah Daerah. Bali: Pondok Edukasi, 2005.

B. Jurnal

Mawhood, P. (1987) Local Government in The Third World, Africa.

Rondinelli, Dennis A. (1987) Export Processing Zones and Economic Development in Asia, American Journal Of Economic and Socialogy.

C. Artikel

Santoso, Budi, “Tinjauan Perspektif Departemen Perdagangan Terhadap Kebijakan Pemerintah Dalam Mendukung Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus”. diskusi dengan Tim Peneliti P3DI. Jakarta, tanggal 04 April 2008.

Wuryanto Eko, Luky, “Standar Penyelenggaraan Infrastruktur Dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)”. Jakarta, 2011.


(4)

D. Skripsi

Zeini, Muhammad, “Analisis Hukum Terhadap Pengaturan Kawasan Ekonomi Khusus Dalam Kaitannya Dengan Upaya Meningkatkan Penanaman Modal”, (Skripsi, Ilmu Hukum USU, 2011).

E. Pidato

Ginting, Budiman “Kepastian Hukum dan Implikasinya Terhadap Pertumbuhan Investasi Di Indonesia”. (Universitas Sumatera Utara, Gelanggang Mahasiswa, 20 September 2008).

Lubis, Solly “Kita dan Pengembangan Global Tahun 2002”, (Pengadilan Tinggi Agama Sumatera Utara, 2002).

F. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 amandemen keempat, diterbitkan oleh Sekrtariat Jendral Mahkamah Agung Republik Indonesia. Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanam

Modal.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus.

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Republik Indonesia, Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanam Modal Nomor

6 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan, Pembinaan, Dan Pelaporan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Di Bidang Penanam Modal.


(5)

G. Website

Aceh, “Kawasan Industri”, http://kawasanindustri.com/. (diakses tanggal 3

Desember 2013).

Alviansaf, “Mengenal Kawasan Ekonomi dan Strategis Nasional (Telaah Singkat KAPET dan KEK)”, http://alviansaf.wordpress.com/2013/08/19mengenal-kawasanekonomi-dan-strategis-nasional-telaah-singkat-kapet-dan-kek/. (diakses tanggal 22 Oktober 2013).

Antariksa, Basuki, “Tinjauan Awal Mengenai Peluang dan Tantangannya Bagi Pembangun Indonesi”, http://www. parekraf.go.id/userfiles /Zona%20Kreatif.pdf#page= 3&zoom=auto,0,522. (diakses tanggal 03 Desember 2013).

Asnani, Yusni, “Kawasan Ekonomi Khusus, http://yc71vx. wordpress.com /2009/10/19/kawasan–ekonomi–khusus /kek/tracakback. (diakses tanggal 28 Nopember 2013).

Yesuari, Ayu Prima, “Mengenal Kawasan Ekonomi Khusus”, http://bulletin. penataanruang.net/index.asp?mod=_fullart&idart=254. (diakses tanggal 1 Desember 2013.

Iman, “Pengembangan KAPET Batulicin Berbasis Komoditas Unggulan”, http://www.kapet.net/. (diakses pada tanggal 03 Desember 2013).

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, “http;//bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/ index.php. Pusat Bahasa: Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. (diakses tanggal 4 desember 2013).

Kementerian BUMN, “Daftar BUMN”, BUMN.KementerianBUMN. (diakses tanggal 08 Januari 2014).

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Kementerian Perencanaan, Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, “Materplan Percepatan dan Percepatan Pembangunan ekonomi Indonesia”, http://kawasan.bappenas.go.id/images/MP3EI%20Versi%20Indo.pdf#page =32&zoom=auto,0,673. (diakses tanggal 03 Desember 2013).

Kurniawan, Aries, “Penetapan Batam Sebagai Kawasan Ekonomi Khusus”, http.pt-plib.com/page_onfo.php?. (diakses tanggal 01 Desember 2013). Lutfi, Zaenuddin, “Pemerintah Daerah Boleh Mengeluarkan Izin Investasi”,

http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=6030&coid=2&caid=2& gid=2. (diakses tanggal 2 Februari 2014).


(6)

Mcprovgorontalo, “Pengusulan Kawasan Ekonomi Khusus Provinsi Gorontalo Dipacu”, http://infopublik.org/read/10034/pengusulan-kawasan-ekonomi-khusus-provibsi-gorontalo-dipacu.html. (diakses tanggal 08 Januari 2014). Muftie, Fuad, “Manfaat Kawasan Berikat”, http://kawasanberikat.com/. (diakses

tanggal 08 Januari 2014).

Pusdatin, “Kini Swasta Bisa Langsung Bangun dan Kelola Kawasan Ekonomi Khusus”, http ://www.setkab.go.id/berita-6852-kini-swasta-bisa-langsung-bangun-dan-kelola-kawasan-ekonomi-khusus.html. (diakses tanggal 08 Januari 2014).

Ragimun Triyono, Utomo, “Kawasan Ekonomi Khusus Tidak Cukup Dengan Insentif Fiskal”, hhtp//www.fiskal.depkeu.go.id/2010/default.asp. (diakses tanggal 03 Nopember 2013).

Panjaitan, Saut P, “Kewenangan Pemerintah Daerah di Bidang Investasi Menurut Sistem UU Pemerintah Daerah dan Sistem UU Penanaman Modal: Pelimpahan Setengah hati?”, http://notariat.fh.unsri.ac.id/mkn/index. php/posting/36. (diakses tanggal 2 Februari 2014).

Syarafina Nurhanifah, Dieny, “MP3EI”, http://sebuahkepinganperjalanan. blogspot.com/2013/03/mp3ei.html. (diakses tanggal 03 Desember 2013). Pemerintah Perdalam MP3EI,

http://www.beritasatu.com/ekonomi/135859-pmerintah-perdalam-prinsip-mp3ei.html. (diakses tanggal 03 Desember 2013).

Empat Pilar Utama MP3EI, http://www.setkab.go.id/berita-1870-mp3ei- mementum-kebangkitan-nasional-bagian-4pilar-utama-mp3ei.html.

(diakses tanggal 03 Desember 2013).